Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Gita Puspitasari
140070300011145
Oleh:
GITA PUSPITASARI
140070300011145
Tanggal
Perseptor Klinik
Perseptor Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dan lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan
komunitas.
Dalam
berhubungan
dengan
lingkungan,
manusia
harus
Tujuan
Tujuan umum TAK membuat kerajinan puzzle dari stik es krim yaitu peserta
dapat meningkatkan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1
Definisi
Menurut Schult & Videbeck (1998), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
Penyebab
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag
tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal seperti :
1.
2.
peran :
a.Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilainilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b.Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c.Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara:
a.
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
misalnya
sering
disalahkan,
kurang
dihargai,
tidak
diberi
2.1.3
Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
2.
3.
sendiri.
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
4.
5.
6.
2.1.4
Tindakan Keperawatan
Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
sosial
merupakan
suatu
gangguan
hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2009).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.
Klien mengalami
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan peruabahan persepsi
sesori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri, orang lain bahkan
lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan
intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga
diri rendah awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal
(koping individu tidak efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong
klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem
pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan mendukung
seseorang memiliki harga diri rendah (Fitria, 2009).
Rentang respons
Respons adaptif
Menyendiri
Otonomi
Bekerja sama
Respons maladaptif
Merasa sendiri
Depedensi
Curiga
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
Curiga
interdependen
Gambar 1. Rentang respons isolasi sosial (Stuart, 2006; Townsend, 1998 dalam Fitria,
2009)
Respons yang terjadi pada isolasi sosial (Fitria, 2009)
a. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masi dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain, individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respons adapatif:
i. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
ii. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
iii. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain
iv. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respons maladaptif
c. Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif:
i. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain
ii. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain
iii. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
iv. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.
Faktor predisposisi (Fitria, 2009)
a.
Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugastugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
interpersonal (Stuart, 2006; Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009)
Tahap
Tugas
Perkembangan
Masa bayi
Menetapkan rasa percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan
berkompromi
Masa pra remaja
Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung pada orang tua
Masa
muda
2.3
Halusinasi
2.3.1. Pengertian:
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di
mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang
mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi
itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh
orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999).
2.3.2. Teori yang menjelaskan halusinasi
Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi adalah sebagai berikut:
Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat
halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase)
Teori Psikoanalisis
Merupakan respon ketahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar
yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar
2.3.3. Rentang Respon Halusinasi
Jenis halusinasi
Halusinasi Dengar
(klien mendengar suara/
bunyi yang tidak ada
hubungannya dengan
stimulus yang nyata)
Data objektif
Bicara/tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mendekatkaan telinga
kearah tertentu.
Data subjektif
Mendengar suara
atau kegaduhan
Mendengar suara
atau mengajak
Menutup telinga
bercakap-cakap
Mendengar suara
yang mengajak
melakukan yang
berbahaya.
Menunjuk-nunjuk kearah
tertentu
Ketakutan pada sesuatau
yang tidak jelas
Melihat bayangan,
sinar, bentuk
geometris, kartun,
melihat hantu atau
monster
Mengendus-endus seperti
membaui bau-bauan
tertentu
Menutup hidung
Membaui bau-bauan
seperti darah, urine,
feses, dan kadangkadang bau-bauan
tersebut
menyenangkan bagi
klien
Halusinasi Pengecapan
Sering meludah
(klien merasakan sesuatu Muntah
yang tidak nyata,
biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak)
Halusinasi Kinestetik
Memegang kakinya atau
(klien merasakan badanya
anggoata badan yang lain
Merasakan rasa
seperti darah, urine
atau feses
Mengatakan
badaantya bergerk
Halusinasi Visceral
(perasaan tertentu yang
timbul dalam tubuhnya)
diudara
Mengatakan ada
serangga
dipermukaan
kulitnya.
Mengatakan seperti
tersengan listrik
Mengatakan
perutnya mengecil
setelah minum
softdrink
b.
c.
a. Mengobservasi klien dengan riwayat harga diri rendah, isolasi sosial, dan
halusinasi.
b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah harga
diri rendah, isolasi sosial, dan halusinsasi untuk mengikuti TAK.
3.2 TUGAS DAN WEWENANG
1. Tugas Leader dan Co-Leader
-
2. Tugas Fasilitator
-
3. Tugas Klien
-
Peringatan lisan
1. Leader
2. Co Leader
3. Fasilitator 1
Tahapan Sesi:
: Gita Puspitasari
: Yofa Birrul W. R.
: Istiqomah
A.
Tujuan
Sesi 1: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama
B.
Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C.
Nama Klien
1. Sarni
2. Nurul
3. Istiqomah
4. Sinta
D. Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
E. MAP
L
K
F
C
Keterangan :
L : Leader
C: Co Leader
F : Fasilitator
K : Klien
F.
Tali
Kancing
G. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri
3. Tahap kerja
SESI 1
a. Peserta memperkenalkan diri sendiri, meliputi : nama
b. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan
SESI 2
a. Membagikan Stik es krim, Gunting, Gambar yang sudah dicetak sesuai
kebutuhan, Lem, Karton tebal, Tali.
b. Menginstruksikan peserta untuk menempelkan gambar yang telah dicetak
ke stik es krim.
c. Menginstruksikan peserta untuk membentuk karton tebal menjadi pigura
d. Menginstruksikan peserta untuk menambahkan tali pada atas pigura
e. Menginstruksikan peserta untuk menghias tepi pigura menggunakan
f.
kancing
Memberi pujian untuk setiap anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melakukan kegiatan tersebut secara
berkala
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya
Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi Hasil
a. Kemampuan verbal
No.
Aspek yg dinilai
Nama klien
1
2
5
6
b. Kemampuan nonverbal
No.
Nama klien
Aspek yg dinilai
1
2
3
Kontak mata
Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh yg
sesuai
Mengikuti
kegiatan
dari
awal
sampai akhir
Jumlah
c. Kemampuan Membuat kerajinan puzzle dari stik es krim
No.
Nama klien
Aspek yg dinilai
krim
Menggunting
karton
untuk
BAB IV
HASIL EVALUASI
a. Kemampuan verbal
No.
Aspek yg dinilai
Nama klien
1
2
5
6
b. Kemampuan nonverbal
No.
Nama klien
Aspek yg dinilai
1
2
3
Kontak mata
Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh yg
sesuai
Mengikuti
kegiatan
dari
awal
sampai akhir
Jumlah
c. Kemampuan Membuat kerajinan puzzle dari stik es krim
No.
Nama klien
Aspek yg dinilai
krim
Menggunting
karton
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang
Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan,
Sagung Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
edition, Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition,
Mosby, St.Louis.
DOKUMENTASI KEGIATAN