Você está na página 1de 33

DAFTAR ISI

Bab I
1.1 LatarBelakang.............................................................................2
1.2 Tujuan.........................................................................................3
Bab II
2.1 Definisi........................................................................................4
2.2 Jenis Fraktur................................................................................4
2.3 Etiologi Fraktur...........................................................................5
2.4 Patofisiologi Fraktur...................................................................6
2.5 Proses Penyembuhan Fraktur......................................................7
2.6 Manifestasi Klinis.......................................................................8
2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
Dengan Konservatif & Operatif..................................................9
Bab III
3.1 Pengkajian.................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi......................................15
Bab IV
4.1 Pengkajian.................................................................................21
4.2 Analisis Data ............................................................................27
4.3 Intervensi...................................................................................28
4.4 Implementasi.............................................................................31
4.5 Evaluasi.....................................................................................32
Bab V
5.1 Kesimpulan...............................................................................33
Referensi.........................................................................................34

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus
kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika
fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur
terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari
dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui
dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat
kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau
belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang.
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas
dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan
atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua
jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang
paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
(Price,S.A,1995 :175)

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya
yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.

1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengertian Fraktur.
3. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala Fraktur.
4. Untuk mengetahuai dan memahami macam-macam / pengelompokan
Fraktur
5. Untuk memahami dan mengaplikasikan dalam lungkup keperawatan
mengenai Asuhan Keperwatan Fraktur

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem. (Smeltzer, 2001: 2357). Selain itu, menurut Arif Mansjoer
(2000), fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Dan definisi fraktur menurut Price
(1995) adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Sedangkan menurut Barret dan Bryant (1990) fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma,
beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,
yang menyebabkan fraktur yang patologis.
2.2 Jenis Fraktur
a. Berdasarkan sifat fraktur
Fraktur tertutup (fraktur simple): apabila fragmen tulang yang
patah tidak tampak dari luar
Fraktur terbuka (fraktur komplikata): fraktur dengan luka pada
kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Grade fraktur terbuka:
Grade I: luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.
Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
Grade III: luka terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
b. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
Fraktur komplit: patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

Fraktur inkomplit: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis


tengah tulang. Contoh :
Hair line fraktur
Green stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah
sedang sisi yang lain membengkok
c. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
Fraktur transversal : Arah melintang dan merupakan akibat trauma
angulasi / langsung
Fraktur oblik : Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma langsung
Fraktur spiral : Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma
rotasi
Fraktur kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang)
Fraktur komunitif Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen
Fraktur depresi Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
Fraktur patologik Fraktur yang terjadi pada daerah tulang
berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang).
Fraktur avulsi Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon
pada perlekatannya. (Smeltzer, 2001: 2358).
2.3 Etiologi Fraktur
a. Menurut Barbara C Long (1996):
Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
Patah karena letih
b. Menurut Oswari E (1993):
Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang


jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
Kekerasan akibat tarikan otot
Fraktur akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa

pemuntiran,

penekukan,

penekukan

dan

penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.


2.4 Patofisiologi Fraktur
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang

mengakibatkan

rusaknya

atau

terputusnya

kontinuitas

tulang. (Carpnito, Lynda Juall, 2000).


Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma
di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M,
et al, 1993)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur adalah:
Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas,

kelelahan,

dan

kepadatan

atau

kekerasan

tulang.

(Ignatavicius, Donna D, 2000)


2.5 Proses Penyembuhan Fraktur

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan
tulang, yaitu:
Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast.
Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.
Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow
yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah
osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis

fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang


tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
untuk membawa beban yang normal.
Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.
Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya
lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan
normalnya. (Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993).
2.6 Manifestasi Klinik Fraktur
Nyeri
Deformitas (kelainan bentuk)
Krepitasi (suara berderik)
Bengkak
Peningkatan temperatur local
Pergerakan abnormal
Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
Kehilangan fungsi (Smelter & Bare, 2002).
2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur Dengan Konservatif & Operatif
a. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan
terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena
adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
Immobilisasi dan penyangga fraktur
Istirahatkan dan stabilisasi
Koreksi deformitas
Mengurangi aktifitas
Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips


adalah :

Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan


Gips patah tidak bisa digunakan
Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat

membahayakan klien
Jangan merusak / menekan gips
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips /

menggaruk
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
Traksi (mengangkat / menarik)

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan


tali

pada

ekstermitas

pasien.

Tempat

tarikan

disesuaikan

sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu


panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur,
dan pada keadaan emergency
Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang
lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan
-

beban < 5 kg.


Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan

balanced

traction.

Dilakukan

untuk

menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal /

penjepit melalui tulang / jaringan metal.


Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
- Mengurangi nyeri akibat spasme otot
- Memperbaiki & mencegah deformitas
- Immobilisasi
- Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang
sendi)
- Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :

Tali

utama

menimbulkan gaya tarik


Berat ekstremitas dengan alat
seimbang

dipasang

dengan

di

pemberat

pin

rangka

sehingga

penyokong

agar

reduksi

harus
dapat

dipertahankan
Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi

lapisan khusus
Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

b. Cara operatif / pembedahan


Pada

saat

ini

metode

penatalaksanaan

yang

paling

banyak

keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini


disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi
dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur.
Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati
diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmenfragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen,
sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang
berada didekatnya
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
diapakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lenfkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
- P Provoking Incident, ini yang dimaksud apakah ada peristiwa
-

yang menjadi faktor presipitasi nyeri.


Q Quality of Pain, seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan oleh klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.
R Region, radiation, relief, maksudnya adalah apakah rasa sakit
bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana

rasa sakit terjadi.


S Severity (scale) of Pain, seberap ajajuh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi kemampuan
fungsinya.
11

T Time, berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.


c. Riwayat penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat
berisiko terjadiya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
f. Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
2. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik
Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan
pada struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges, dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri)
b. Sirkulasi
Tanda :

12

Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap


nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah

bila terjadi perdarahan.


Takikardia
Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera,

pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.


- Hematoma area fraktur.
c. Neurosensori
Gejala :
Hilang gerakan/sensasi, kesemutan (parestesia)
Tanda :
- Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan,
-

krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.


Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang

rotasi,
terkena

(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder


-

pembengkakan jaringan dan nyeri).


Agitasi (mungkin berhubungan dengan

nyeri/ansietas

atau

traumalain).
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
fraktur, berkurang pada imobilisasi). Spasme/kram otot setelah
imobilisasi.
e. Keamanan
Tanda :
- Laserasi kulit, perdarahan
- Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Nyeri akut b/d agens cedera fisik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan nyeri
berkurang.
Kriteria hasil :
Menyatakan nyeri berkurang, skala nyeri 1, nadi normal (60-100x/menit),
pernapasan normal (16-24x/menit), klien tampak rileks.
Intervensi

Rasional

13

Mandiri
a. Pertahankan

Mandiri :
imobilisasi

bagian yang sakit dengan

Menghilangkan

nyeri

mencegah kesalahan posisi

tirah baring, gips, traksi.

tulang/tegangan
b. Tinggikan

dan

dukung

ekstremitas yang terkena.


c. Hindari
penggunaan

dan

jaringan

yang cedera.
Menurunkan

menurunkan nyeri.
Dapat
meningkatkan

edema

dan

sprei/bantal plastik dibawah

ketidaknyamanan

ekstremitas dalam gips.

produksi panas dalam gips

d. Ajarkan teknik relaksasi dan


distraksi.
Kolaborasi
e. Berikan obat sesuai indikasi

yang kering.
Membantu

karena

mengurangi

nyeri.
Kolaborasi
Diberikan untuk menurunkan
nyeri dan atau spasme otot.

: narkotik dan analgesik non


narkotik injeksi.

2. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
gangguan mobilitas fisik tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktivitas fisik, klien mampu
menunjukkan aktifitas yang mandiri.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji
yang

Rasional
derajat

imobilitas

Mandiri
Pasien mungkin dibatasi oleh

dihasilkan

oleh

pandangan diri/persepsi diri

cedera/pengobatan

dan

tentang

perhatikan

keterbatasan

fisik

aktual, memerlukan informasi

14

untuk meningkatkan kemajuan


b. Bantu

pasien

dalam

kesehatan.
Meningkatkan aliran darah ke

rentang gerak aktif pada

otot

ekstremitas yang sakit dan

meningkatkan

yang tak sakit.

mempertahankan gerak sendi,

dan

mencegah

tulang

untuk

tonus

otot,

kontraktur

dan

resopsi kalsium yang tidak


c. Ubah

posisi

secara

periodik yaitu tiap 2 jam

digunakan.
Mencegah/menurunkan
insiden

komplikasi

sekali.
(dekubitus)
Kolaborasi
Kolaborasi
d. Konsul dengan ahli terapi
Pasien dapat
fisik.

kulit

memerlukan

bantuan

jangka

panjang

dengan

gerakan,

kekuatan,

dan

aktivitas

yang

mengandalkan berat badan,


juga penggunaan alat (kruk,
tongkat)
3. Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen, dan
demam. Tidak ada tanda-tanda infeksi : tumor (bengkak), kalor (panas),
dolor (nyeri), rubor (kemerahan), fungsiolesia (perubahan fungsi).
Intervensi

Rasional

Mandiri
Mandiri
a. Inspeksi kulit untuk adanya
Pen atau kawat tidak harus
iritasi

atau

kontinuitas.

robekan

dimasukkan melalui

kulit

yang terinfeksi, kemerahan

15

(dapat menimbulkan infeksi


b. Observasi

luka

untuk

pembentukan bula, krepitasi,


perubahan

warna

kecoklatan,

bau

ganggren.

kulit
drainase

yang tak enak/asam.


c. Kaji tonus otot
d. Lakukan perawatan

luka,

Kekakuan otot menunjukkan

terjadinya tetanus.
Untuk mencegah terjadinya

dengan penggantian balut.


Kolaborasi
e. Berikan

tulang).
Tanda perkiraan infeksi gas

infeksi mikroorganisme dari


luar.
Kolaborasi

obat

sesuai

indikasi : Antibiotik IV

Antibiotik
dapat

spektrum

digunakan

profilaktik

atau

ditujukan

luas
secara
dapat
pada

mikroorganisme khusus.
4. Ansietas b/d ancaman kematian, perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam ansietas klien
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dan tenang, klien lebih mengetahui tentang
penyakitnya.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji

Rasional
status

mental

tingkat
pasien/keluarga

Mandiri
dan
Gangguan tingkat kesadaran

ansietas
catat

dapat

mempengaruhi

ekspresi rasa takut tetapi

adanya tanda-tanda verbal

tidak

atau non verbal.

keberadaannya.

menyangkal
Derajat

ansietas akan di pengaruhi

16

bagaimana
tersebut
b. Berikan

penjelasan

hubungan

antara

proses

informasi
diterima

individu.
Meningkatkan pemahaman,
mengurangi

penyakit dan gejalanya.

rasa

takut

karena ketidak tahuan dan


dapat

c. Berikan kesempatan pasien

oleh

membantu

menurunkan ansietas.
Mengungkapkan rasa takut

untuk mengungkapkan isi

secara terbuka dimana rasa

pikiran

takut dapat ditujukan.

dan

perasaan

takutnya.
d. Berikan dukungan terhadap
perencanaan

gaya

hidup

yang nyata setelah sakit


dalam

keterbatasannya

tetapi

sepenuhnya

Meningkatkan perasaan akan


keberhasilan

dalam

penyembuhan.

menggunakan
kemampuan/kapasitas
pasien.
5. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat, sekrup).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak lebih aman dan nyaman, luka klien menunjukkan tandatanda penyembuhan.
Intervensi

Rasional

Mandiri
Mandiri
a. Pertahankan tempat tidur
Menurunkan

risiko

yang aman dan nyaman

kerusakan/abrasi kulit yang

(kering, bersih, alat tenun

lebih luas.

kencang, bantalan bawah

17

siku, tumit).
b. Masase kulit terutama pada

Meningkatkan

sirkulasi

derah penonjolan tulang dan

perifer dan meningkatkan

area distal bebat/gips.

kelemasan kulit dan otot


terhadap tekanan yang relatif

c. Lindungi kulit dan gips pada

daerah perinal.
d. Observasi
terhadap

integritas kulit dan jaringan

keadaan

penekanan

konstan pada imobilisasi.


Mencegah
gangguan

kulit,

gips/bebat
kulit,

akibat kontaminasi fekal.


Menilai
perkembangan
masalah klien.

insersi

pen/traksi.
6. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kekurangan volume cairan klien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan stabil dengan tanda-tanda vital dalam rentang
normal, terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml.
Intervensi

Rasional

Mandiri
Mandiri
a. Ukur intake dan output,
Menunjukkan status volume
timbang berat badan tiap

sirkulasi,

hari, catat tiap penurunan

perpindahan cairan.

lebih dari 0,5 kg.


b. Ukur tanda-tanda

vital

(tekanan darah, nadi, suhu).


c. Pantau asupan per oral,
minimal 1500 ml/24 jam.
Kolaborasi
d. Pemberian suplemen.

terjadinya

Untuk mengetahui keadaan

umum klien.
Untuk mengontrol asupan

klien.
Kolaborasi

Untuk

menambah

nafsu

makan klien.

18

BAB IV
Tinjauan Kasus
4.1 Pengkajian
1.
Biodata
a. Identitas Klien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku/Bangsa
Gol. Darah
Alamat
Tgl. Masuk RS
Tgl. Pengkajian
Diagnosa Medis
No. Medrek

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. M
Laki-laki
43 tahun
Islam
Supir (Driver)
SMP
Jawa/Indonesia
A
Jl. Jagapura (Gegesik)
18 Juli 2006
24 Juli 2006
Fraktur Fermor Sinistra
1336763

b. Identitas Penanggung jawab


Nama
: Ny. N
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 40 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jagapura (Gegesik)
Hub. Dengan Klien : Istri

19

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam
09.00 dengan kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien
mengeluh sakit di kaki kiri, klien mengatakan nyerinya seperti diremas-remas,
klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien lebih banyak diam di tempat tidur,
saat dikaju skala nyeri dari 1 10 klien mengatakan nyerinyta berada di No. 8
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang
karena kecelakaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti klien dan keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular
4.

Keadaan Umum
A. Tingkat kesadaran :
1.
Eye movement : 4
2.
Motorik
: 5
3.
Verbval
: 6
b Composmentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu
: 36,5oC
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
C. Penampilan umum
Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas
5.

Pemeriksaan Fisik
Rambut
Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada
ketombe, tidak rontok
Kepala
Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras,
tidak ada oedema.

20

Mata
Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak
ada lesi, tidak ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa
mengenali perawat, orang-orang disekitar.
Telinga
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik
ditandai dengan klien dapat menjawab pertanyaan perawat.
Hidung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.
Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.
Leher
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
refleks, menelan, simetris.
Dada
Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema
Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat digerakkan
Ekstremitas bawah
Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.

21

6.
a.
1.

b.
1.

2.

c.
1.

2.

Aspek Psiko, Sosio, dan Spiritual


Aspek Psikologis
Konsep diri
Body image
Klien tampak cemas dengan adanya fraktur di kaki kananya.
Ideal diri
Harapan klien segera sembuh dan bisa bekerja lagi.
Harga diri
Klien sangat diperhatikan oleh anggota keluarganya.
Identitas diri
Klien mampu mengenali dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya.
Peran diri
Peran klien tergangu sebagai kepala rumah tangga karena dengan adanya sakit itu
klien tidak bisa menafkahi keluarganya.
Aspek Sosial
Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan dirinya orang yang
memperhatikan dirinya, yaitu istrinya.
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti organisasi apapun
Interaksi pada saat pengkajian
Klien sangat kooperatif pada saat di ajak kerjasama pada saat pengkajian
observasi.
Aspek Spiritual
Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sebuah ujian dan ia sabar
menghadapi kondisinya.
Kegiatan ibadah
Klien selalu melaksanakan ibadah/solat 5 waktu setiap hari

22

7.

Aktivitas sehari-hari
No

Jenis Aktivitas

1. Nutrisi
Frekuensi
Jenis makanan
Pola makan
Porsi makan
Nafus makan
Pantangan
Alergi
Kesulitan/gangguan

2. Minuman
Jenis air minum
Frekuensi
Jumlah
Kesulitan/gangguan
3. Eliminasi
a. Eliminasi fasal
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Kesulitan/gangguan
b. Eliminasi urine
Frekuensi
Apakah lampias
Warna, bau urine
Apakah terpasang kateter
Kesulitan gangguan
4. Personal hygiene
Mandi
Oral hygiene
Cusi rambut
Potong kuku
Ganti baju
5. Penggunaan waktu senggang
Olah raga
Rekreasi

Saat sehat/di rumah

Saat sakit/di RS

3 x sehari
Nasi + lauk pauk
Tidak teratur
1 porsi
ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

3 x sehari
Nasi + lauk pauk
Tidak teratur
1/2 porsi
ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Air putih
2000 2500 cc
Tidak ada

Air putih
1500 2000 cc
Tidak ada

2 x sehari
Kuning
Lembek
Tidak ada

1 x sehari
Kuning
Lembek
Tidak ada

3 x sehari
Lampias
Transparan, khas
Tidak
Tidak

1 x sehari
Lampias
Transparan, khas
Tidak
Kesulitan

3 x sehari
3 x sehari
2 x seminggu
1 x seminggu
3 x sehari

1 x sehari
1 x sehari
2 x sehari

Kadang-kadang
Tidak pernah

Tidak pernah

23

6. Istirahat
Waktu tidur
Durasi tidur
Bangun malam hari
Kualitas tidur
Gangguan dalam tidur
Pemeriksaan Penunjang
Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006
Hemotologi
Hemotologi umum
1. DE
: 50 mm/jam
2. Gol. Darah
:A
Imunologi/Serologi
I HB5A9 negatife (-)
b. Program therapi
Infus RL
Th/ Ambasil
2x1
Xevolac
2x1
Novalgin

20.00 21.00
6 8 jam
nyenyak
-

19.00 20.00
7 9 jam
Tidak nyenyak
-

8.
a.

Normal
-15/-10 mm/jam

Negatif (-)

24

4.2

Analisa Data
Kemungkinan Penyebab/
Masalah
Patofisiologi
Trauma
1. DS:
Gangguan
rasa

Klien mengeluh sakit pada


nyaman nyeri b.d
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
bagian kaki kiri
terputusanya

DO:
kontinuitas jaringan
Ekspresi
wajah
klien Pengeluaran epineprin dan non
epineprin
meringis kesakitan

Skala nyeri 8
Dihantarkan ke Hipotalamus

Nyeri
Adanya Timbul rasa nyeri yang Kurangnya
2. DS:
bertambah bila bergerak
Klien mengeluh tidak bisa
aktivitas/mobilitas

beraktivitas sendiri
fisik b.d nyeri
Klien membatasi gerak tubuhnya
DO:

Setiap
gerakan
selalu
Aktivitas yang dilakukan
dibantu
terbatas/minimal
Adanya pemasangan traksi

No

Data

Aktivitas terganggu
Kurang pengetahuan klien
3. DS:
Gangguan
rasa
Klien selalu menanyakan tentang keadaan dan prosedur aman cemas b.d
yang dilakukan
tentang keadaannya
kurang pengetahuan

DO:
Klien keihatan bingung dan Stressor psikologi bagi klien

cemas
Cemas
4.3
1.
2.
3.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan
Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri
Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan

25

4.3 Intervensi

No
.

DX. keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Gangguan
rasa Tupan:
Pertahankan
Menghilangkan nyeri dan
nyaman
b.dMenyatakan
nyeriimmobilisasi mencegah kesalahan posisi
terputusnya kontinuitashilang/ berkurang
bagian
yangtulang/tegangnya
1. jaringan
Tupen:
sakit
denganjaringanyang cedera.
DS:
Setelah
dilakukantirah baring
Meningkatkan aliran balik
Klien mengeluh sakitintervensi 2x24 nyeri
vena menurunkan oedema dan
bagian kaki kiri
berkurang
dengan Tinggikan
menurunkan rasa nyeri.
DO:
kriteria hasil
dan
dukung Meningkatkan relaksasi otot
Skala nyeri 8
Ekspresi wajah pasienekstremitas
dan meringankan partisipasi
Ekspresi wajah klientidak meringis kesakitan yang terkena
Mempertahankan kekuatan
Skala
nyeri
meringis ke sakitan
mobilitas otot yang sakit dan
Beri
obatmemudahkan
resolusi
sebelum
inflamasi pada jaringan yang
berkurang menjadi 5
perawatan
cedera
aktivitas
Menurunkan
oedema/
Lakukan danpmbentukan
hematomo
awasi rentangmenurunkan sensasi nyeri
gerak
Diberikan
untuk
aktif/pasif
menurunkan
atau
menghilangkan rasa nyeri atau
dan spasme otot.
Lakukan
kompres
dingin/les 2448 jam pertama

Berikan obat
sesuai indikasi
Kurangnya
aktivitasTupan:
Kaji derajat Pasien mungkin dibatasi
mobilitas fisik b.dAktivitas/mobilitas fisikimmobilitas
oleh pandangan diri tentang
nyeri
terpenuhi
yang dihasilkanketerbukaan
fisik
akutal
2. DS:
Tupen:
oleh
cedera/memerlukan
reinformasi
Klien
mengeluhSetelah
dilakukanpengobatan danmemerlukan
tidak bisa beraktifitas tindakan selama 2x24perhatian
informasi/intervensi
untuk

26

DO:
jam
klien
Klien tampak selalugerak/kakinya
dibantu
jikabergeser.
beraktifitas

bisapersespi pasienmeningkatkan
kemajuan
dapatterhadap
kesehatan.
immobilisasi
Meningkatkan
kekuatan
otak
dan
sirkulasi,
meningkatkan kesehatan diri
langsung
Bantu/dorong Hipotensi posteral adalah
perawatan dirimasalah umum menyertai
atau kebersihantirang baring yang lemah dan
seperti mandi. dapat memerlukan intervensi
khusus.
Awasi
TD Mencegah/menurunkan
dengan
insiden
komplikasi
memikirkan
kulit/pernafasan (dekubitur).
aktivitas
Mempertahankan
hidrasi
perhatian
tubuh, menurunkan resiko
keluhan pusing] infeksi
urinarius,
pembentukan batu dan konstripasi.

Ubah posisi
secara periode
dan
dorong
untuk
latihan
bentuk
napas
dalam
Dorong
peningkatan
masukan cairan
sampai 20003000
ml/hari
termasuk
air
asam/jus
Gangguan rasa cemasTupan:
Kaji tingkat Menggali tingkat kecemasan
b.d
kurangGangguan rasa amankecemasan
keluarga klien dapat diketahui
pengetahuan
cemas teratasi
keluarga klien apakah keluarga berada dalam
3. DS:
Tupen:
tahap cemas, ringan, sedang,
Klien
selaluKondisi klien berangsur
dan berat.
menanyakan tentangbaik setelah dilakukan
Penjelasan dapat menambah
keduanya
tindakan
keperawatan Beri
pengetahuan keluarga tentang
DO:
selama 2x24 jam denganpenjelasan padakondisi klien.
Klien
kelihatankriteria:
keluarga
Dengan selalu berdoa akan
bingung dan cemas
Ekspresi wajah kliententang kondisimengurangi kecemasan bagi
tampak tenang
klien
keluarga klien
Keluarga
mengerti Ajarkan pada
menegani kondisi klien kleuarga untuk Reinforcement positif dapat
selalu beradoamemberikan motivasi dan
dan mesnuportmeningkatkan
semangat

27

klien agar cepatkeluarga


sehingga
sembuh
mengurangi cemas.
Beri
reinforcement
positif
bila
kelaura dapat
menjelaskan
kembali tentang
kondisi klien

28

dapat

4.4. Implementasi
No
Hari/Tgl
DX
1
Senin
24 juli 2006

Jam
09.00
T:
R:

11.30
T:

2.

Selasa
25 juli 2006

08.00
T:

Senin

08.20

T:

R:

Selasa

Tindakan keperawatan
Ttd & Nama
Respon/Hasil
perawat
Kaji skala nyeri
Klien kooperatif pada saat
pengkajian dan mengemukakan skala
nyerinya berada di no.8
Pemberian injeksi
Ambasil 10 cc
Xevolae 5 cc
Nualgin
Obat dapat masuk
Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,3o C
Mengganti balutan di kepala
Klien mau diajak kerjasama
T: Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
Berikan dorongan pada klien untuk
melakukan
aktivitas
sesuai
kemampuan
Klien dapat mendengarkan perawat,
dan ingin mencoba anjurkan perawat.
Mengajarkan lab, aktif dan pasif
Klien tampak berusaha

Menganjurkan kepada klien/ keluarga


10.00 untuk melakukan perawatan diri
Klien mengatakan akan mencoba
anjurkan perawat.
Menganjurkan kembali cat. Aktif dan
pasif
Kaki klien tampoak bergeser, klien

29

tampak kesulitan

3.

Senin

Selasa

4.5. Evaluasi
No
Hari/tgl
DP
1.
Rabu
22 Juli 2006

No
DP
2.

3.

Hari/tgl
Rabu
26 Juli 2006

Rabu
26 Juli 2006

08.00 T: T:
Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
08.30 Kaji kecemasan klien
R:
Klien kooperativ dan bercerita
kenapa klien cemas.
11.00 Memberikan support mental
R: Klien mau mendengarkan perawat
Tanyakan kembali tentang kecemasan
klien
R: Klien tampak lebih tenang

Jam

Evaluasi

Ttd & nama


perawat

09.00 Klien mengatakan nyerinya berkurang


O: Klien tampak tenang
Masalah teratasi sebagian
Intervensi dilanjutkan
Jam

Evaluasi

Ttd & nama


perawat

09.00 Klien mengatakan bisa menggerakkan


sedikit kakinya
O: Klien tampak tenang
Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
09.00
Klien mengatakan tidak cemas
O: Klien tampak lebih tenang
Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

BAB V
Penutup
30

5.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem.

Referensi :
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. EGC: Jakarta

31

ABCMedika.

2014.

Konsep

Dasar

Fraktur,

(http://www.abcmedika.com/2014/04/konsep-dasar-fraktur.html). Online. Diakses


pada 3 Mei 2016.

32

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG FRAKTUR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


yang dibina oleh Ibu Tavip

Oleh Kelompok 3 :
Fajrian Dwi Anggraeni

(1401460001)

Awaludin Jamal

(1401460019)

Novidia Sagita Primaisella

(1401460024)

Maria Anindyta

(1401460010)

Safiah Puspa A

(1401460031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN DIV KEPERAWATAN MALANG
MEI 2016

33

Você também pode gostar