Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bab I
1.1 LatarBelakang.............................................................................2
1.2 Tujuan.........................................................................................3
Bab II
2.1 Definisi........................................................................................4
2.2 Jenis Fraktur................................................................................4
2.3 Etiologi Fraktur...........................................................................5
2.4 Patofisiologi Fraktur...................................................................6
2.5 Proses Penyembuhan Fraktur......................................................7
2.6 Manifestasi Klinis.......................................................................8
2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
Dengan Konservatif & Operatif..................................................9
Bab III
3.1 Pengkajian.................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi......................................15
Bab IV
4.1 Pengkajian.................................................................................21
4.2 Analisis Data ............................................................................27
4.3 Intervensi...................................................................................28
4.4 Implementasi.............................................................................31
4.5 Evaluasi.....................................................................................32
Bab V
5.1 Kesimpulan...............................................................................33
Referensi.........................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit
dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan
tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus
kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika
fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur
terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari
dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui
dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat
kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau
belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang.
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas
dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan
atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua
jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang
paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada
batang femur 1/3 tengah.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
(Price,S.A,1995 :175)
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya
yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengertian Fraktur.
3. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala Fraktur.
4. Untuk mengetahuai dan memahami macam-macam / pengelompokan
Fraktur
5. Untuk memahami dan mengaplikasikan dalam lungkup keperawatan
mengenai Asuhan Keperwatan Fraktur
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem. (Smeltzer, 2001: 2357). Selain itu, menurut Arif Mansjoer
(2000), fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Dan definisi fraktur menurut Price
(1995) adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Sedangkan menurut Barret dan Bryant (1990) fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma,
beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,
yang menyebabkan fraktur yang patologis.
2.2 Jenis Fraktur
a. Berdasarkan sifat fraktur
Fraktur tertutup (fraktur simple): apabila fragmen tulang yang
patah tidak tampak dari luar
Fraktur terbuka (fraktur komplikata): fraktur dengan luka pada
kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Grade fraktur terbuka:
Grade I: luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.
Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
Grade III: luka terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
b. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
Fraktur komplit: patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
pemuntiran,
penekukan,
penekukan
dan
penekanan,
mengakibatkan
rusaknya
atau
terputusnya
kontinuitas
kelelahan,
dan
kepadatan
atau
kekerasan
tulang.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan
tulang, yaitu:
Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast.
Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.
Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow
yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah
osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
membahayakan klien
Jangan merusak / menekan gips
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips /
menggaruk
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
Traksi (mengangkat / menarik)
pada
ekstermitas
pasien.
Tempat
tarikan
disesuaikan
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur,
dan pada keadaan emergency
Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang
lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan
-
balanced
traction.
Dilakukan
untuk
Tali
utama
dipasang
dengan
di
pemberat
pin
rangka
sehingga
penyokong
agar
reduksi
harus
dapat
dipertahankan
Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi
lapisan khusus
Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman
saat
ini
metode
penatalaksanaan
yang
paling
banyak
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
diapakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lenfkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
- P Provoking Incident, ini yang dimaksud apakah ada peristiwa
-
menusuk.
R Region, radiation, relief, maksudnya adalah apakah rasa sakit
bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
12
rotasi,
terkena
nyeri/ansietas
atau
traumalain).
d. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
fraktur, berkurang pada imobilisasi). Spasme/kram otot setelah
imobilisasi.
e. Keamanan
Tanda :
- Laserasi kulit, perdarahan
- Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
Rasional
13
Mandiri
a. Pertahankan
Mandiri :
imobilisasi
Menghilangkan
nyeri
tulang/tegangan
b. Tinggikan
dan
dukung
dan
jaringan
yang cedera.
Menurunkan
menurunkan nyeri.
Dapat
meningkatkan
edema
dan
ketidaknyamanan
yang kering.
Membantu
karena
mengurangi
nyeri.
Kolaborasi
Diberikan untuk menurunkan
nyeri dan atau spasme otot.
Rasional
derajat
imobilitas
Mandiri
Pasien mungkin dibatasi oleh
dihasilkan
oleh
cedera/pengobatan
dan
tentang
perhatikan
keterbatasan
fisik
14
pasien
dalam
kesehatan.
Meningkatkan aliran darah ke
otot
meningkatkan
dan
mencegah
tulang
untuk
tonus
otot,
kontraktur
dan
posisi
secara
digunakan.
Mencegah/menurunkan
insiden
komplikasi
sekali.
(dekubitus)
Kolaborasi
Kolaborasi
d. Konsul dengan ahli terapi
Pasien dapat
fisik.
kulit
memerlukan
bantuan
jangka
panjang
dengan
gerakan,
kekuatan,
dan
aktivitas
yang
Rasional
Mandiri
Mandiri
a. Inspeksi kulit untuk adanya
Pen atau kawat tidak harus
iritasi
atau
kontinuitas.
robekan
dimasukkan melalui
kulit
15
luka
untuk
warna
kecoklatan,
bau
ganggren.
kulit
drainase
luka,
terjadinya tetanus.
Untuk mencegah terjadinya
tulang).
Tanda perkiraan infeksi gas
obat
sesuai
indikasi : Antibiotik IV
Antibiotik
dapat
spektrum
digunakan
profilaktik
atau
ditujukan
luas
secara
dapat
pada
mikroorganisme khusus.
4. Ansietas b/d ancaman kematian, perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam ansietas klien
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dan tenang, klien lebih mengetahui tentang
penyakitnya.
Intervensi
Mandiri
a. Kaji
Rasional
status
mental
tingkat
pasien/keluarga
Mandiri
dan
Gangguan tingkat kesadaran
ansietas
catat
dapat
mempengaruhi
tidak
keberadaannya.
menyangkal
Derajat
16
bagaimana
tersebut
b. Berikan
penjelasan
hubungan
antara
proses
informasi
diterima
individu.
Meningkatkan pemahaman,
mengurangi
rasa
takut
oleh
membantu
menurunkan ansietas.
Mengungkapkan rasa takut
pikiran
dan
perasaan
takutnya.
d. Berikan dukungan terhadap
perencanaan
gaya
hidup
keterbatasannya
tetapi
sepenuhnya
dalam
penyembuhan.
menggunakan
kemampuan/kapasitas
pasien.
5. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen,kawat, sekrup).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil :
Klien tampak lebih aman dan nyaman, luka klien menunjukkan tandatanda penyembuhan.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
a. Pertahankan tempat tidur
Menurunkan
risiko
lebih luas.
17
siku, tumit).
b. Masase kulit terutama pada
Meningkatkan
sirkulasi
daerah perinal.
d. Observasi
terhadap
keadaan
penekanan
kulit,
gips/bebat
kulit,
insersi
pen/traksi.
6. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kekurangan volume cairan klien dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan stabil dengan tanda-tanda vital dalam rentang
normal, terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mandiri
a. Ukur intake dan output,
Menunjukkan status volume
timbang berat badan tiap
sirkulasi,
perpindahan cairan.
vital
terjadinya
umum klien.
Untuk mengontrol asupan
klien.
Kolaborasi
Untuk
menambah
nafsu
makan klien.
18
BAB IV
Tinjauan Kasus
4.1 Pengkajian
1.
Biodata
a. Identitas Klien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku/Bangsa
Gol. Darah
Alamat
Tgl. Masuk RS
Tgl. Pengkajian
Diagnosa Medis
No. Medrek
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. M
Laki-laki
43 tahun
Islam
Supir (Driver)
SMP
Jawa/Indonesia
A
Jl. Jagapura (Gegesik)
18 Juli 2006
24 Juli 2006
Fraktur Fermor Sinistra
1336763
19
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam
09.00 dengan kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien
mengeluh sakit di kaki kiri, klien mengatakan nyerinya seperti diremas-remas,
klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien lebih banyak diam di tempat tidur,
saat dikaju skala nyeri dari 1 10 klien mengatakan nyerinyta berada di No. 8
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang
karena kecelakaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti klien dan keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular
4.
Keadaan Umum
A. Tingkat kesadaran :
1.
Eye movement : 4
2.
Motorik
: 5
3.
Verbval
: 6
b Composmentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu
: 36,5oC
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
C. Penampilan umum
Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas
5.
Pemeriksaan Fisik
Rambut
Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada
ketombe, tidak rontok
Kepala
Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras,
tidak ada oedema.
20
Mata
Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak
ada lesi, tidak ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa
mengenali perawat, orang-orang disekitar.
Telinga
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik
ditandai dengan klien dapat menjawab pertanyaan perawat.
Hidung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.
Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.
Leher
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
refleks, menelan, simetris.
Dada
Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema
Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat digerakkan
Ekstremitas bawah
Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.
21
6.
a.
1.
b.
1.
2.
c.
1.
2.
22
7.
Aktivitas sehari-hari
No
Jenis Aktivitas
1. Nutrisi
Frekuensi
Jenis makanan
Pola makan
Porsi makan
Nafus makan
Pantangan
Alergi
Kesulitan/gangguan
2. Minuman
Jenis air minum
Frekuensi
Jumlah
Kesulitan/gangguan
3. Eliminasi
a. Eliminasi fasal
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Kesulitan/gangguan
b. Eliminasi urine
Frekuensi
Apakah lampias
Warna, bau urine
Apakah terpasang kateter
Kesulitan gangguan
4. Personal hygiene
Mandi
Oral hygiene
Cusi rambut
Potong kuku
Ganti baju
5. Penggunaan waktu senggang
Olah raga
Rekreasi
Saat sakit/di RS
3 x sehari
Nasi + lauk pauk
Tidak teratur
1 porsi
ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3 x sehari
Nasi + lauk pauk
Tidak teratur
1/2 porsi
ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Air putih
2000 2500 cc
Tidak ada
Air putih
1500 2000 cc
Tidak ada
2 x sehari
Kuning
Lembek
Tidak ada
1 x sehari
Kuning
Lembek
Tidak ada
3 x sehari
Lampias
Transparan, khas
Tidak
Tidak
1 x sehari
Lampias
Transparan, khas
Tidak
Kesulitan
3 x sehari
3 x sehari
2 x seminggu
1 x seminggu
3 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
2 x sehari
Kadang-kadang
Tidak pernah
Tidak pernah
23
6. Istirahat
Waktu tidur
Durasi tidur
Bangun malam hari
Kualitas tidur
Gangguan dalam tidur
Pemeriksaan Penunjang
Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006
Hemotologi
Hemotologi umum
1. DE
: 50 mm/jam
2. Gol. Darah
:A
Imunologi/Serologi
I HB5A9 negatife (-)
b. Program therapi
Infus RL
Th/ Ambasil
2x1
Xevolac
2x1
Novalgin
20.00 21.00
6 8 jam
nyenyak
-
19.00 20.00
7 9 jam
Tidak nyenyak
-
8.
a.
Normal
-15/-10 mm/jam
Negatif (-)
24
4.2
Analisa Data
Kemungkinan Penyebab/
Masalah
Patofisiologi
Trauma
1. DS:
Gangguan
rasa
DO:
kontinuitas jaringan
Ekspresi
wajah
klien Pengeluaran epineprin dan non
epineprin
meringis kesakitan
Skala nyeri 8
Dihantarkan ke Hipotalamus
Nyeri
Adanya Timbul rasa nyeri yang Kurangnya
2. DS:
bertambah bila bergerak
Klien mengeluh tidak bisa
aktivitas/mobilitas
beraktivitas sendiri
fisik b.d nyeri
Klien membatasi gerak tubuhnya
DO:
Setiap
gerakan
selalu
Aktivitas yang dilakukan
dibantu
terbatas/minimal
Adanya pemasangan traksi
No
Data
Aktivitas terganggu
Kurang pengetahuan klien
3. DS:
Gangguan
rasa
Klien selalu menanyakan tentang keadaan dan prosedur aman cemas b.d
yang dilakukan
tentang keadaannya
kurang pengetahuan
DO:
Klien keihatan bingung dan Stressor psikologi bagi klien
cemas
Cemas
4.3
1.
2.
3.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan
Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri
Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan
25
4.3 Intervensi
No
.
DX. keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan
rasa Tupan:
Pertahankan
Menghilangkan nyeri dan
nyaman
b.dMenyatakan
nyeriimmobilisasi mencegah kesalahan posisi
terputusnya kontinuitashilang/ berkurang
bagian
yangtulang/tegangnya
1. jaringan
Tupen:
sakit
denganjaringanyang cedera.
DS:
Setelah
dilakukantirah baring
Meningkatkan aliran balik
Klien mengeluh sakitintervensi 2x24 nyeri
vena menurunkan oedema dan
bagian kaki kiri
berkurang
dengan Tinggikan
menurunkan rasa nyeri.
DO:
kriteria hasil
dan
dukung Meningkatkan relaksasi otot
Skala nyeri 8
Ekspresi wajah pasienekstremitas
dan meringankan partisipasi
Ekspresi wajah klientidak meringis kesakitan yang terkena
Mempertahankan kekuatan
Skala
nyeri
meringis ke sakitan
mobilitas otot yang sakit dan
Beri
obatmemudahkan
resolusi
sebelum
inflamasi pada jaringan yang
berkurang menjadi 5
perawatan
cedera
aktivitas
Menurunkan
oedema/
Lakukan danpmbentukan
hematomo
awasi rentangmenurunkan sensasi nyeri
gerak
Diberikan
untuk
aktif/pasif
menurunkan
atau
menghilangkan rasa nyeri atau
dan spasme otot.
Lakukan
kompres
dingin/les 2448 jam pertama
Berikan obat
sesuai indikasi
Kurangnya
aktivitasTupan:
Kaji derajat Pasien mungkin dibatasi
mobilitas fisik b.dAktivitas/mobilitas fisikimmobilitas
oleh pandangan diri tentang
nyeri
terpenuhi
yang dihasilkanketerbukaan
fisik
akutal
2. DS:
Tupen:
oleh
cedera/memerlukan
reinformasi
Klien
mengeluhSetelah
dilakukanpengobatan danmemerlukan
tidak bisa beraktifitas tindakan selama 2x24perhatian
informasi/intervensi
untuk
26
DO:
jam
klien
Klien tampak selalugerak/kakinya
dibantu
jikabergeser.
beraktifitas
bisapersespi pasienmeningkatkan
kemajuan
dapatterhadap
kesehatan.
immobilisasi
Meningkatkan
kekuatan
otak
dan
sirkulasi,
meningkatkan kesehatan diri
langsung
Bantu/dorong Hipotensi posteral adalah
perawatan dirimasalah umum menyertai
atau kebersihantirang baring yang lemah dan
seperti mandi. dapat memerlukan intervensi
khusus.
Awasi
TD Mencegah/menurunkan
dengan
insiden
komplikasi
memikirkan
kulit/pernafasan (dekubitur).
aktivitas
Mempertahankan
hidrasi
perhatian
tubuh, menurunkan resiko
keluhan pusing] infeksi
urinarius,
pembentukan batu dan konstripasi.
Ubah posisi
secara periode
dan
dorong
untuk
latihan
bentuk
napas
dalam
Dorong
peningkatan
masukan cairan
sampai 20003000
ml/hari
termasuk
air
asam/jus
Gangguan rasa cemasTupan:
Kaji tingkat Menggali tingkat kecemasan
b.d
kurangGangguan rasa amankecemasan
keluarga klien dapat diketahui
pengetahuan
cemas teratasi
keluarga klien apakah keluarga berada dalam
3. DS:
Tupen:
tahap cemas, ringan, sedang,
Klien
selaluKondisi klien berangsur
dan berat.
menanyakan tentangbaik setelah dilakukan
Penjelasan dapat menambah
keduanya
tindakan
keperawatan Beri
pengetahuan keluarga tentang
DO:
selama 2x24 jam denganpenjelasan padakondisi klien.
Klien
kelihatankriteria:
keluarga
Dengan selalu berdoa akan
bingung dan cemas
Ekspresi wajah kliententang kondisimengurangi kecemasan bagi
tampak tenang
klien
keluarga klien
Keluarga
mengerti Ajarkan pada
menegani kondisi klien kleuarga untuk Reinforcement positif dapat
selalu beradoamemberikan motivasi dan
dan mesnuportmeningkatkan
semangat
27
28
dapat
4.4. Implementasi
No
Hari/Tgl
DX
1
Senin
24 juli 2006
Jam
09.00
T:
R:
11.30
T:
2.
Selasa
25 juli 2006
08.00
T:
Senin
08.20
T:
R:
Selasa
Tindakan keperawatan
Ttd & Nama
Respon/Hasil
perawat
Kaji skala nyeri
Klien kooperatif pada saat
pengkajian dan mengemukakan skala
nyerinya berada di no.8
Pemberian injeksi
Ambasil 10 cc
Xevolae 5 cc
Nualgin
Obat dapat masuk
Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,3o C
Mengganti balutan di kepala
Klien mau diajak kerjasama
T: Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
Berikan dorongan pada klien untuk
melakukan
aktivitas
sesuai
kemampuan
Klien dapat mendengarkan perawat,
dan ingin mencoba anjurkan perawat.
Mengajarkan lab, aktif dan pasif
Klien tampak berusaha
29
tampak kesulitan
3.
Senin
Selasa
4.5. Evaluasi
No
Hari/tgl
DP
1.
Rabu
22 Juli 2006
No
DP
2.
3.
Hari/tgl
Rabu
26 Juli 2006
Rabu
26 Juli 2006
08.00 T: T:
Observasi TTV
T : 120/80 mmHg
P
: 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
08.30 Kaji kecemasan klien
R:
Klien kooperativ dan bercerita
kenapa klien cemas.
11.00 Memberikan support mental
R: Klien mau mendengarkan perawat
Tanyakan kembali tentang kecemasan
klien
R: Klien tampak lebih tenang
Jam
Evaluasi
Evaluasi
BAB V
Penutup
30
5.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem.
Referensi :
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. EGC: Jakarta
31
ABCMedika.
2014.
Konsep
Dasar
Fraktur,
32
Oleh Kelompok 3 :
Fajrian Dwi Anggraeni
(1401460001)
Awaludin Jamal
(1401460019)
(1401460024)
Maria Anindyta
(1401460010)
Safiah Puspa A
(1401460031)
33