Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendekatan kognitif dan behavioral atau yang lebih dikenal dengannama
cognitive-behavioral therapy menjadi suatu praktek yang terkenal dalam psikologi
konseling. Sebagai contoh lebih dari setengah fakultas danpraktisi didunia
berdasarkan survey mendapatkan pengaruh besar daripendekatan kognitif dan
behavioral, disamping itu mereka juga mejadikan pendekatan ini sebagai
pendekatan yang mereka gunakan pertama atau keduadalam orientasi pendekatan
mereka. Walaupun teori ini telah munculbeberapa tahun yang lalu akan tetapi semua
komponen yang ada relevandengan keadaan sekarang.Pada mulanya pendekatan kognitif
dan behavioral adalah pendekatanyang berdiri sendiri. Keduanya memiliki
pandangan sendiri terhadapmanusia, bahkan memiliki metode terapi yang berbeda
pula.
PendekatanBehavioral muncul berasal dari B.F Skinner dengan teori
kondisi pengoperan.Kemudian pendekatan behavioral ini menjadi pendekatan
yang populer padamasa1960an. Pada tahun 1970an pendekatan behavioral
mendapatkanpengaruh dari teori kognitif. Bandura merupakan salah seorang yang
pertamakali menggunakan konsep pendekatan Kognitif-Behavioral.Pendekatan
Kognitif-Behavioral memiliki pandangan bahwa seorangindividu memiliki
perilaku yang dipengaruhi oleh kondisi internal (kognitif).Berdasarkan hal
tersebut, terapi Kognitif-Behavioral menekankan bahwaperubahan tingkah laku
dapat terjadi jika seorang individu mengalamiperubahan dalam masalah kognitif.
Terapi dalam pendekatan Kognitif-Behavioral merupakan gabungan dari terapi
yang ada pada pendekatanKognitif dan pendekatan Behavioral.
.Cognitive-Behavior Therapy (CBT) merupakan pendekatan konseling
yang didasarkan atas konseptualisasi atau pemahaman pada setiap konseli, yaitu
pada keyakinan khusus konseli dan pola perilaku konseli. Proses konseling
dengan cara memahami konseli didasarkan pada restrukturisasi kognitif yang
1.
2.
3.
4.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana latar belakang teori CBT ?
Siapa pengembang dan pendiri teori CBT ?
Bagaimana konsep dasar/model pendekatan CBT ?
Bagaimana asumsi tingkah laku sehat dan bermasalah dalam CBT ?
Bagaimanakah hakikat dan tujuan konseling CBT ?
Apa saja peran dan fungsi konselor CBT ?
Bagaimana tahap-tahap konseling CBT ?
Bagaimana teknik-teknik spesifik CBT ?
Bagaimana kelemahan dan kelebihan CBT ?
C. TUJUAN
Agar mahasisawa mengetahui latar belakang teori CBT
Agar mahasiswa mengetahui pengembang dan pendiri teori CBT
Agar mahasiswa konsep dasar/model pendekatan CBT
Agar mahasiswa mengetahui asumsi tingkah laku sehat dan bermasalah dalam
5.
6.
7.
8.
9.
CBT
Agar mahasiswa mengetahui hakikat dan tujuan konseling CBT
Agar mengetahui mengetahui peran dan fungsi konselor CBT
Agar mahasiswa mengetahui mengetahui tahap-tahap konseling CBT
Agar mahasiswa mengetahui teknik-teknik spesifik CBT
Agar mahasiswa mengetahui kelemahan dan kelebihan CBT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN
1. LATAR BELAKANG TEORI CBT
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan
1960-an.
Pendekatan
behavior
memisahkan
diri
dari
pendekatan
(social
learning
theory)
yang
menggabungkan classic
conditioning
pada
terapi
kognitif
dengan belajar.
dalam
konseling
behavior
(cognitive-
behavior
Therapy/counseling) secara
Therapists (NACBT),
mengungkapkan
bahwa
definisi
dalam
therapy. Terapi
psikoterapi
kognitif
yaitu cognitive
memfokuskan
pada
asumsi
dan
berarti mengabaikan masa lalu. CBT tetap menghargai masa lalu sebagai
bagian dari hidup konseli dan mencoba membuat konseli menerima masa
lalunya, untuk tetap melakukan perubahan pada pola pikir masa kini untuk
mencapai perubahan di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, CBT
lebih
banyak bekerja pada status kognitif saat ini untuk dirubah dari
Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini
Analisis situasi yang didalamnya masalah konseli terjadi
Analisis motivasional
Analisis self control
Analisis hubungan sosial
Analisis lingkungan fisik-sosial budaya
Analisis antecedent (pencetus perilaku)
b) Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatanhambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat
diukur
c) Memecahkan tujuan kedalam sub tujuan dan menyusun tujuan menjadi
susunan yang berurutan
3. Mengimplementasikanteknik (technique implementation)
Setelah merumuskan tujuan konseling, konselor dan konseli
menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli
mencapai perubahan tingkahlaku yang diinginkan.Dalam implementasi
teknik konselor membandingkan perubahan tingkahlaku antara baseline
data dengan data intervensi.
4. Evaluasidanmengakhirikonseling (evaluation termination)
Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku
konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor
dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.Terminasi lebih dari
sekedar mengakhiri konseling, terminasi meliputi:
a) Menguji apa yang konseli lakukan terakhir
b) Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
c) Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari ketingkahlaku
konseli
d) Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkahlaku
konseli(Rosjidan,1994, p.25).
Operant Conditioning
Terdapat 2 prinsip dalam operant conditioning yaitu bagaimana kebiasaan itu dipelajari
dan teknik yang digunakan untuk memodifikasi tingkah laku. Penggunaan teknik operan
kondisioning dapat digunakan oleh konselor jika tempat konselor sebaik dengan
lingkungan tempat masalah konseli terjadi. Jika konseli merasakan adanya koneksi positif
dengan konselor, maka dia akan menerima apa yang diarahkan oleh konselor. Konselor
dapat menjadi seorang yang memberikan dukungan potensial untuk mengubah perilaku
seorang individu. Konselor Behavioral memutuskan perilaku apa yang harus diubah dan
jika teknik reinforcement sesuai dengan kondisi konseli maka konselor akan
menggunakan teknik tersebut biasanya dengan dalam bentuk verbal.
b.
Desensitization
2.
Relaksasi training
3.
Konselor dan konseli bekerjasama dalam membangun bayangan tentang hirarki dan
kecemasan
4.
Desensitization proper
Salah satu jenis dari systematic desensitization adalah in vivo desensitization. Jenis ini
memilliki kesamaan prosedur dalam penanganan kecuali masalah hirarki kecemasan.
Pada in vivo desensitization, konselor memegang penuh dalam penanganan hirarki
kecemasan konseli.
c.
Flooding
d.
e.
Participant Modeling
Participant Modeling efektif jika digunakan untuk menelong seseorang yang mengalami
kecemasan yang bersifat tidak menentu dan sangat baik digunakan ketika menolong
seseorang yang mengalami ketakutan sosial (social phobia). Terdapat beberapa langkah
yang diperlukan untuk dapat melakukan Participant Modeling secara baik, yaitu yang
pertama mengajarkan kepada konseli teknik relaksasi seperti mengambil nafas yang
dalam. Langkah kedua, konselor dan klien berjalan bersama dan konseli sambil
mengambil nafas dalam. Langkah terakhir konseli mempraktekan apa yang telah dia
pelajari. Dalam setiap langkah diatas konselor hendaknya melakukan dukungan yang
positif kepada setiap perilaku konseli dengan cara pujian.
f.
Metode self control bertujuan untuk membantu konseli mengontrol dirinya sendiri.
Metode self control menegaskan bahwa konseli adalah sebagai agen aktif yang dapat
mengatasi dan menggunakan pengendalian secara efektif dalam kondisi mengalami
masalah. Metode ini paling tepat digunakan dalam kondisi dimana lingkungan terdapat
penguatan jangkan panjang secara natural.
1.
2.
3.
Melaksanakan treatment
g.
Contigency Contracting
Contigency Contracting adalah bentuk dari manajemen behavioral dimana hadiah dan
hukuman untuk perilaku yang diinginkan dan perilaku yang tidak dapat dihindari
terbentuk. Konselor dan konseli bekerjasama untuk mengidentifikasi perilaku yang perlu
dirubah. Saat penilaian, konselor dan konseli memutuskan siapa yang memberikan
penguatan dan berupa apa penguatan tersebut. Treatment dapat berlangsung dengan
menggunakan konseli sendiri atau orang lain. Penguatan dapat diberikan setiap tujuan
perilaku yang ingin dibentuk termanifestasi. Setelah hal itu terjadi, konseli bisa
mendapatkan hadiah atau hukuman. Hadiah akan diberikan jika perilaku yang diinginkan
tercapai dan hukuman diberikan jika perilaku yang tidak diinginkan muncul.
h.
Cognitive Restructuring
Metode ini agak berbeda dengan metode yang lain, karena metode ini menginginkan
perubahan kognitif tidak seperti metode lain yang berakhir ketika adanya perubahan
perilaku. Meichenbaum dan Deffenbacher menjelaskan cognitions may be in the form of
cognitive events, cognitive processes, cognitive structures, or all these. Peristiwa kognitif
dapat berupa apa yang konseli katakan tentang dirinya sendiri, bayangan yang mereka
miliki, apa yang mereka sadari dan rasakan. Proses kognitif berupa proses pemrosesan
informasi. Struktur kognitif berupa anggaran dan kepercayaan tentang dirinya sendiri dan
dunia yang berhubungan dengan dirinya.
Evaluating how valid and viable are the clients thought and beliefs
2.
Assesing what clients expect, what they tend to predict about their behavior and
Exploring what might be a range of causes for clients behavior and other reactions
4.
5.