Você está na página 1de 11

KORUPSI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patologi Sosial
Dosen Pengampu: Prof.Dr.Sugiyo,M.Si.dan Carti, S.Pd

disusun oleh:
1.
2. Suntoro
(1301413008)
3. Ricka Ardianti
(1301413030)
4. Devy Mukaromah (1301413078)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti Perbuatan menerima
suap, memanfaatkan jabatan untuk mengeruk keuntungan secara tidak sah.
Korupsi menjadi inti sari permasalahan bangsa ini yang menimbulkan sebab
akibat dari perbuatan para kaula atas dengan rakyat di bawahnya. Korupsi
menyebabkan negara besar seperti Indonesia dengan mudah hancur karena para
pendiri di dalamnya lebih mementingkan egoisme mereka dibandingkan
kepentingan umum. Korupsi biasa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun
di instansi tertinggi dan dalam pemerintahan di negara ini.
Dengan berbagai alasan dan beragam motif para pelaku korupsi melakukan
hal tidak bermoral yang merugikan setiap pihak baik di kalangan kecil seperti di
masyarakat maupun di kalangan besar seperti kerugian pada negara. Di

era

reformasi dan pasca reformasi yang sudah berusia kurang lebih 10 tahun ini
justru korupsi menjadi wabah dan virus yang menyerbu ke mana-mana.
Jika di era orde baru dengan sifatnya yang sentralistik korupsi seolah hanya
terbatas dilakukan oleh orang-orang tertentu di tingkat atas, dan itupun hanya
dilakukan kalangan eksekutif dalam pemerintahan di negeri ini. Tetapi, kini
korupsi di zaman demokratisasi kian menyebar sampai ke daerah

terpencil

sekalipun.
Korupsi boleh jadi merupakan suatu penyakit masyarakat yang sangat
membahayakan masyarakat dan negara. Karena itu sebagaimana penyakit
lainnya dalam masyarakat, korupsi itu harus diberantas. Hal yang sangat
mengkhawatirkan adalah apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi, maka
korupsi akan dapat merusaknya dengan segala unsur kebusukan yang terkandung
dalam kalimat korupsi.
Setiap hari media elektronik maupun media cetak menjadikan kasus korupsi
sebagai tajuk utama mereka. Tujuan utama media adalah untuk menyadarkan
rakyat bahwa mereka hanya diiming-imingi oleh pemerintah sebagai imbalan
kerja keras, padahal biaya hidup para pejabat berasal dari rakyat. Ketidakadilan ini
menyadarkan rakyat akan ketidakmoralan pemerintah dan menumbuhkan rasa
ketidakpercayaan kepada pemerintah. Hal ini menimbulkan berbagai sikap anti

sosial sehingga terjadi berbagai macam konflik dari tingkat desa sampai ibukota.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut kelompok kami akan mengkaji tentang
korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penjelsaan mengenai pengetian korupsi?
2) Apa saja faktor yang menyebabkan korupsi?
3) Bagaimana penjelasan mengenai korupsi dan modernisasi?
4) Bagaimana penjelasan mengenai korupsi akibat iklim politik yang tidak
sehat?
5) Bagaimana penjelasan tentang korupsi dan administrasi negara yang
simpang siur?
6) Bagaimana tanggapan Pemerintah Dan Rakyat Terhadap Korupsi
7) Apa saja saran-saran penanggulangan korupsi
8) Pendekatan Untuk Mencegah dan Memberantas Korupsi
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana penjelsaan mengenai pengetian korupsi?
2) Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan korupsi?
3) Untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai korupsi dan
modernisasi?
4) Untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai korupsi akibat iklim
politik yang tidak sehat?
5) Untuk mengetahui bagaimana penjelasan tentang korupsi dan administrasi
negara yang simpang siur?
6) Untuk mengetahui bagaimana tanggapan Pemerintah Dan Rakyat
Terhadap Korupsi
7) Untuk mengetahui apa saja saran-saran penanggulangan korupsi
8) Untuk mengetahui pendekatan Untuk Mencegah dan Memberantas Korupsi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Korupsi dan Gejala Korupsi
Secara etimologi, kata korup berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang
merupakan sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan
(com= intensif atau kesungguh-sungguhan; rumpere = merusak/ menghancurkan).

Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik arti secara harfiah bahwa korupsi
adalah suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan

umum.

Korupsi

juga

sering

dimengerti

sebagai

penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Dari


sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsurunsur sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Perbuatan melawan hukun


Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana
Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi
Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Jadi menurut dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tingkah laku individu

yang melawan hukum dengan menyalahgunakan wewenang dan jabatan untuk


keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum.
Kartini Kartono menjelaskan perbuatan korupsi meliputi antara lain:
Pengelapan, penyogokan, penyuapan, kecerobohan administrasi dengan intensi
mencuri kekayaan negara, pemerasan, penggunaan kekuatan hukum dan atau
kekuatan bersenjata untuk imbalan dan upah-upah materil, barter kekuasaan
politik dengan sejumlah uang, penekanan kontrak-kontrak oleh kawan
sepermainan untuk mendapatkan komisi besar bagi diri sendiri dan kelompok
dalam; penjualan pengampunan pada oknum-oknum yang melakukan tindak
pidana agar tidak dituntut oleh yang berwajib dengan imbalan uang suap;
eksploitasi dan pemerasan formal oleh pegawai dan pejabat resmi, dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri korupsi sebagai berikut:
a)Melibatkan lebih dari satu orang,
b) Korupsi tidak hanya berlaku di kalangan pegawai negeri atau anggota
birokrasi negara, korupsi juga terjadi di organisasi usaha swasta,
c)Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam
tempel, uang semir, uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau
benda atau pun wanita,
d) Umumnya serba rahasia, kecuali sudah membudaya,
e)Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak
selalu berupa uang,

f) Setiap

tindakan

korupsi

mengandung

penipuan,

biasanya

pada

badan

g)

publik atau masyarakat umum,


Setiap perbuatan korupsi

h)

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat,


Di bidang swasta, korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang

melanggar

norma-norma

tugas

dan

dan sebagainya, untuk membuka rahasia perusahaan tempat seseorang


bekerja, mengambil komisi yang seharusnya hak perusahaan.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seorang melakukan tindakan
korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak,
dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari temanteman, kesempatan, kurang kontral dan sebagai). Lain lagi yang dikemukakan
oleh OPSTIB Pusat, Laksamana Soedomo yang menyebutkan ada lima sumber
potensial korupsi dan penyelewengan yakni proyek pembangunan fisik,
pengadaan barang, bea dan cukai, perpajakan, pemberian izin usaha, danfasilitas
kredit perbankan.
Selain penyebab yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi penyebab
derasnya korupsi yang terjadi di Indonesia, antara lain sebagai berikut korupsi yang
terjadi di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Tanggung jawab profesi, moral, dan sosial yang rendah
2. Sanksi yang lemah dan penerapan hukum yang tidak konsisten dari institusi
penegak hukum, institusi pemeriksa./ pengawas yang tidak bersih/ independen
3. Rendahnya disiplin/ kepatuhan terhasdap Undang-Undang dan Peraturan
4. Kehidupan yang konsumtif, boros, dan serakah (untuk memperkaya diri
sendiri)
5. Lemahnya pengawasan berjenjang (internal) dalam pelaksanaan tugas
2.3 Korupsi dan Modernisasi
Korupsi memang berlangsung pada semua lapisan masyarakat. Namun pada
masyarakat yang tengah melaksanakan modernisasi, korupsi ini paling banyak
terjadi. Biasanya, korupsi itu bersamaan dengan pembangunan industry,
perkembangan sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan baru dan bersamaaan
pula dengan tampilnya kelas-kelas baru yang banyak mengajukan tuntutantuntutan baru kepada pihak pemerintah.

Penelitian membuktikan bahwa pada fase-fase yang paling intensif dalam


aktivitas modernisasi, korupsi ini paling subur berkembangnya. Sebab-sebab
modernisasi yang banyak menelorkan praktik tentang korupsi yaitu :
1. Modernisasi

menimbulkan

peruhan

nilai

yang

paling

mendasar

dimasyarakat, khususnya dalam hal norma-norma, harapan, prestasi dan


ambisi materil.
2. Modernisasi itu juga membuahkan korupsi, karena modernisasi selalu
menghasilkan sumber-sumber kekayaaan dan sumber-sumber kekuasaan
baru, tanpa menyertakan tegaknya lembaga-lembaga control yang seimbang.
3. Modernisasi juga memungkinkan perluasan otoritas dan kekuasaan
pemerintah, serta melipat gandakan aktivitas-aktivitas pembangunan dan
pengaturan, yang semuanya memberikan celah-celah kemungkinan bagi
tindak korupsi serta penindasan penekanan terhadap pihak yang lemah dan
bodoh.
4. Pergesaran nilai-nilai dan norma-norma etis dalam periode transional dan
modernisasi

dengan

perubahan-perubahan

yang

maha

cepat

jelas

memunculkan bentuk mentalitas baru.


5. Dinegara-negara berkembang termasuk juga indonesia, modernisasi pada
umumnya tidak atau belum ditunjang oleh pengembangan lembaga-lembaga
politik, bahkan dibarengi dengan melemahmya institusi-institusi politik.

2.4 Korupsi Akibat Iklim Politik Yang Tidak Sehat


Revolusi fisk tahun 1945-1950 dsusul kemudian oleh periode parlementer di
tahun-tahun 1950-1958. Partai-partai politik memegang peranan penting dalam
penetuan haluan Negara dan jalannya pemerintahan pada saat itu. Kepentingan
nasional menjadi semakin terdesak kebelakang dan partai-partai politik yang
muncul bagai cendawan dimusim hujan pada saat itu lebih banyak menonjolkan
kepentingan kelompok sendiri.
Kehidupan politik yang tidak sehat itu menyuburkan berkembangnya praktikpraktik penyuapan, intimidasi, taktik, kekerasan dan pemalsuan hasil pemilihan
umum, agar bisa mendudukkan wakil-wakil partainya, menjadi pejabat yang bisa
dijadikan sumber kekayaan. Tujuan utamanya untuk menduduki fungsi dan
jabatan untuk menambah kaspartai dan menambah kekayaan pribadi.

Dalam saat kritis demikian semua energi dipusatkan pada perjuangan partai
Sebagai akibatnya, praktek-praktik korupsi semakin merajalela.
Efek buruk dari multipartai ini antara lain Sebagai berikut :
1. System multipartai tidak mampu membangun kelembagaan pemerintah yang
efektif dan stabil, dan memeberi banyak insentif untuk praktik-praktik korupsi.
2. Partai-partai politik menjadi wahana bagi para politis muda dan ambisius untuk
mengembngkan karir politik pribadi, memperjungkan kepentingan dan interesinteres pribadi, juga bertingkah lalu korup.
3. Partai-partai menjadi agen-agen pemecah belah bagi rakyat.
4. Loyalitas partai dan kepentingan diri sendiri ada diatas loyalitas terhadap
Negara dan bangsa.
5. Partai-partai dijadikan alat yang efektif bagi demagog-demagog politik untuk
memgeksploitasi kebodohan rakyat demi interes-interes pribadi para
pemimpin.
2.5 Korupsi Dan Administrasi Negara Yang Simpang Siur
Administrasi Negara tidak efisien dan budget untuk gaji pegawai tidak
memadai lagi, dengan begitu administrasi menjadi semeraut, dan menjadi
sumber kongkalikongbanyak terjadi penggelapan dan tindak salah urus.
System

budget

yang

tidak

terkontrol

mengakibatkan

pratik-praktik

penggelapan, tindak penyimpankan harta benda Negara, pengobralan uang Negara


untuk kepentingan kelompok dan pribadi, demi interes kawan dan keluarga.
Pemberosan banyak dilakukan berdalih keperluan dinas dan kesejahteraan rakyat
banyak, maka berkembanglah praktik penggelapan dan korupsi.
2.6 Tanggapan Pemerintah Dan Rakyat Terhadap Korupsi
Di Indonesia, korupsi berkembang subur disegala bidang pemerintahan dan
sector kehidupan. Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan
koreksi dan memeberikan saksi, pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Disitu
pihak mereka merasa hormat dan takjub akan kemewahan dan cara hidup
golongan jet-set dan para koruptor.
Namun dibalik itu juga merasa dongkol terhadap tingkah laku mereka yang
berlebih-lebihan. Selanjutnya sikap rakyat menjadi semakin apatis dengan
semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa pejabat local, regional
maupun nasional. Sebaliknya para mahasiswa menanggapi korupsi dengan emosi
yang meluap-luap dan protes-protes terbuka. Mereka sangat sensitive terhadap

perbuatan korupsi mengutuk perbuatan yang merugikan Negara dan bangsa. oleh
karena itu mereka melakukan tindakan kolektif tegas terhadap perbuatan korupsi.
Kritik-kritik dan oposisi pada umumnya tidak bersumber pada kekurangan materil
atau kemiskinan, akan tetapi adanya rasa ketidakpuasan dan kegelisahan
psikologis. Mereka mencita-citakan keadilan, persamaan, dan kesejahteraan yang
lebih merata. Tanggapan pemerintah terhadp korupsi juga cukup serius sejak
tahun 60an dilancarkan oleh tim-tim pemberantasan korupsi.
2.7 Saran-Saran Penanggulangan Korupsi
Untuk memberantas korupsi yang sudah berurat dan berakar dalam sendisendi masyarakat kita, di perlukan adanya partisipasi segenap lapisan rakyat.
Tanpa sipasi dan dukunagn mereka, segala usaha, undang-undang, dan komisikomisi akan terbentur pada kegagalan. Beberapa saran dikemukakan disini antara
lain Sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan control social, dan tidak bersikap apatis acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif. Yaitu mengutamakan
kepentingan nasional, kejujuran serta pengabdian pada bangsa dan Negara,
melalui system pendidikan formal, non formal, dan pendidikan agama.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, baik dengan mematuhi pola
hidup sederhana dan memiliki rasa tanggung jawab susila.
4. Adanya sangsi dan kekuatan untuk menindak, memberantas, dan
menghukum tindak korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintahan, melalui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan-jawatan sebawahnya.
Salah satu tugas Negara ialah menghadapi bahaya-bahaya subversi dan
ancaman dari luar dengan sarana angkatan bersenjata. Maka tugas lainnya lainnya
yang teramat penting ialah mampu menyusun kekuatan riil untuk menaggulangi
bahaya dari dalam, yaitu korupsi.
2.8 Pendekatan Untuk Mencegah dan Memberantas Korupsi
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3
(tiga) pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
1. Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,
2. Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,

3. Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.


Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah
dan memberantas korupsi yang tepat yaitu:
1. Strategi Preventif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi.Setiap penyebab yang terindikasi harus
dibuat

upaya

preventifnya,

sehingga

dapat

meminimalkan

penyebab

korupsi.Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang


untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2.

Strategi Deduktif.

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan
dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya,
sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak
sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi
sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu
perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu
baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3.

Strategi Represif.

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihakpihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan
korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan
peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga
proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun
implementasinya harus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak
pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini. 1997. Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://pacinzshare.blogspot.com/2013/10/pengertian-sebab-ciri-akibat-peraturantentang-korupsi.html (Acces 5/11/15 11:16 PM)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=91408&val=4998(Acces
5/11/15 11:PM).

Você também pode gostar