Você está na página 1de 21

TUGAS VULKANOLOGI

ANALISA GUNUNG RINJANI BERDASARKAN TIPE


LETUSAN DAN DATA GEOKIMIA

Disusun Oleh:
Kelas D
Yudha Prasetya

111.130.070

Linda Mahadita

111.130.079

Monica Wulandari

111.130.111

Satryo Budiraharjo

111.130.113

Husna Thoibah

111.130.202

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

GUNUNG RINJANI

Gambar 1. 1 Gunung Rinjani


Keterangan Umum
Nama

: G. Rinjani

Nama Lain

: Kaldera Rinjani (danau Segara Anak),


Ada 2 (dua) kerucut di bagian timur danau,yaitu G. Barujari
atauG. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas atau G.
Rombongan, tingginya 2110 m dpl.

Lokasi

: 0825' Lintang Selatan dan 11628' Bujur Timur

a. Geografi

: Kac. Aikmel, Kab. Lombok Timur, Prop. NTB.

b. Administratif
Ketinggian

: 3726 m dpl
Di atas kota terdekat 3650 m dpl

Kota Terdekat

: Selong (kab. Lombok Timur)

Tipe Gunungapi

: Strato dengan danau kawah

Pos Pengamatan

: Kampung Sembalun Lawang

Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu
gunung berapi aktif yang berada di Indonesia dengan jenis letusan yang eksplosif.
Gunung ini terletak di zona subduksi antar lepeng samudra sehingga menghasilkan
busur kepulauan. Karena terletak di zona subduksi maka sifat magma, pola letusan,
jenis gunung apinya juga berbeda. Gunung Rinjani memiliki morfologi yang unik
berupa kaldera yang luas menjadi Danau Segara anakan, kerucut parasite dan bukti
adanya aliran lava.

Tektonik Settling
B

Gambar 1. 2 Peta Pulau Lombok


Gunung Rinjani

Gambar 1. 3 tektonik settling Pulau Lombok


Dari tatanan tektonik island arc dari Pulau Lombok, kita mengetahui bahwa Gunung
Rinjani adalah salah satu bagian dari vulkanik arc, dan daratan di bagian selatan dari
gunung api tersebut disebut fore arc basin dimana terdapat material vulkanik hasil dari
letusan Gunung Rinjani.

Karakter Letusan
Karena sebaran batuapung yang sangat luas, menandakan bahwa letusan G. Rinjani
pada waktu itu sangatlah dahsyat, sehingga terbentuk lubang kaldera yang sangat besar.
Dari sejarah letusan dan material yang dikeluarkan selama terjadinya letusan adalah
endapan lava dan endapan jatuhan piroklastik serta endapan aliran piroklastik, hal ini
mencirikan bahwa sifat letusan G. Rinjani adalah Strombolian yang diiukuti dengan
aliran lava. Kegiatan vulkanik G. Rinjani purna kaldera telah berpindah ke dalam
kaldera, sehingga bahaya letusan gunungapi yang langsung mengancam terhadap
kehidupan masyarakat kecil sekali, karena produk letusan yang berbahaya
dimuntahkan di dalam kaldera, hanya abu yang diterbangkan ke angkasa dan terbawa
oleh angin ke segala arah, tergantung arah angin.

Gambar 1. 4 Erupsi tahun 1994

Gambar 1. 5 letusan oktober 2004

Jenis Gunung Api


Yaitu yang Bentuk Kaldera karena Gunung api dengan tipe kaldera berasal dari letusan
yang sangat dahsyat, kemudian terjadilah keruntuhan permukaan akibat kosongnya
dapur magma pasca erupsi. Kaldera merupakan kawah yang luas dengan dasar yang
hampir datar berdiameter 1,5-10 km (Sumintadiredja, 2005). Komposisi magma bentuk
kaldera bisa bervariasi, namun umumnya berupa magma intermidier hingga asam yang
menghasilkan letusan eksplosif besar yang mengakibatkan runtuhan. Jika dilihat
gunung Rinjani memiliki kaldera yang luas dan ditemukan banyak sekali material
piroklastik.

MORFOLOGI GUNUNG RINJANI


Morfologi utama dari tubuh G. Rinjani adalah morfologi kaldera dan kerucut
gunungapi. Morfologi kaldera berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80
derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik. Morfologi kerucut
gunungapi menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu kerucut
G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan lereng
berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan batuan
dasarnya adalah jatuhan piroklastik.

Gambar 1. 6 Pola Pengaliran Radial pada Gunung Rinjani, Source : Google Maps
Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan, yaitu
kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan kaldera dan
masa sesudah pembentukan kaldera. Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera
didominasi oleh endapan lava yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat
erupsinya berasal dari beberapa lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua,
G. Kondo G. Sangkareang dan G. Rinjani. Batuan-batuan tersebut tersebar dari
baratlaut kaldera, lereng bagian selatan, ke arah utara dan yang produk batuan yang
lebih muda sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut.

Gambar 1. 7 Morfologi Gunung Rinjani, Source : Google Maps

Sebelum terbentuknya kaldera kemungkinan G. Rinjani memiliki tubuh yang


indah, dengan bentuk kerucut menjulang tinggi seperti halnya gunung-gunung yang
belum terpotong bagian kerucutnya, sehingga membentuk morfologi kerucut.
Morfologi G. Rinjani dibagi kedalam beberapa satuan morfologi, yaitu:
Satuan morfologi perbukitan tinggi
Menempati bagian timur, barat serta bagian lereng puncak komplek Rinjani,
dengan ciri memiliki tebing yang terjal dengan sudut lereng 30 - 80, dengan lembahnya
berbentuk V sampai U yang mencerminkan tingginya tingkat erosi. Aliran sungai pada
morfologi ini adalah radial dan dendritik serta paralel, batuan dasarnya adalah lava dan
jatuhan piroklatik dengan vegetasi cukup lebat.
Satuan morfologi punggungan rendah dan bergelombang
Menempati sekeliling lereng bawah komplek Rinjani yang dicirikan dengan
sudut lereng kurang dari 30 derajat. Batuan dasarnya adalah jatuhan dan aliran
piroklastik, dengan vegetasi terbuka berupa ilalang.
Satuan morfologi kaldera

Ditemukan di dinding kaldera yang berbentuk elip, dengan kemiringan lereng 60 - 80


derajat. Batuan dasarnya adalah lava dan jatuhan piroklastik.
Satuan morfologi kerucut gunungapi
Satuan ini menempati bagian dalam kaldera serta tebing dinding kaldera, yaitu
kerucut G. Barujari, G. Rombongan, Rinjani, serta kerucut G. Manuk. Kemiringan
lereng berkisar antara 30 - 70 derajat, dengan pola aliran sungai radial, sedangkan
batuan dasarnya adalah jatuhan piroklastik.
Satuan morfologi dataran
Mengambil tempat pada daerah-daerah seperti dataran tinggi Sembalun dengan
elevasi 1000 m dpl, dataran pantai utara serta dataran di bagian selatan komplek
Rinjani. Batuan dasar umumnya adalah aluvium dan lahar.
Analisa Gunung Rinjani dari Endogen
1.

Analisis Aktif
Dari analisis tenaga endogen, serangkaian letusan besar pernah terjadi pada

Gunung Rinjani dalam pembentukan kaldera yang kini dinamai Danau Segara
Anak. Jejak letusan katastropik itu ditemukan hingga di wilayah Korleko, pantai
Lombok Timur sekitar 30 kilometer dari Gunung Rinjani. Timbunan batu apung
dari Rinjani memenuhi pantai ini. Saat ini batu apung ini ditambang dan diekspor
ke Singapura, Hongkong, Korea, dan Taiwan.
Letusan itu terjadi sekitar 14.000 tahun lalu. Kesimpulan itu diambilnya setelah
mengukur umur arang Korleko pada 2002. Selain itu diperkirakan Gunung Rinjani
purba semula tumbuh hingga ketinggian 5.000 meter dari permukaan laut (mdpl).
Tubuh gunung api kemudian runtuh oleh beberapa kali letusan dahsyat yang
membentuk kaldera sehingga tersisa puncak dengan ketinggian 3.726 mdpl.
Bukti bahwa letusan itu terjadi beberapa kali terlihat dari bentuk kaldera Danau
Segara Anak yang lonjong dengan ukuran sisi-sisi terpanjang 4.800 m x 3.500 m.
Kaldera yang terbentuk oleh satu kali letusan dahsyat cenderung bulat simetris.
Pasca-terbentuknya Danau Segara Anak seluas 11 juta meter persegi dan
kedalaman maksimal 230 meter, magma di perut Gunung Rinjani ternyata terus
aktif ditandai dengan pembentukan kerucut Gunung Barujari dari dalam Danau

Segara Anak. Saat ini Gunung Api Barujari telah mencapai ketinggian 2.376 mdpl
atau lebih dari 300 meter dari tinggi permukaan air danau yang berketinggian 2.008.

Gambar 1. 8 Kawah Gunung Rinjani


Letusan cukup besar dan menghasilkan aliran lava terjadi pada 1944, 1966,
serta 1994. Letusan ini berasal dari Gunung Rombongan dan Gunung Barujari. Volume
lava yang dikeluarkan masing-masing berkisar 6 juta meter kubik hingga 73 juta meter
kubik. Erupsi Gunung Barujari pada periode Mei-Agustus 2009 menutupi area seluas
650.000 meter persegi. Garis tepi danau berubah secara signifikan akibat masuknya
lava ke danau Segara Anak. Luas danau berkurang 460.000 meter persegi. Lava hasil
letusan ini berona paling gelap yang menutupi produk lava sebelumnya yang lebih
terang. Saat ini Gunung Barujari, yang merupakan anak Gunung Rinjani, masih dalam
tahap membangun.
Selain itu juga akibat Lempeng Samudera India dengan Lempeng Eurasia juga
menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera sampai Nusa Tenggara
dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini dikenal
dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah
ke Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus
ke Filipina. Busur gunung api ini sendiri ada yang masih aktif salah satunya Gunung
Rinjani.

Dari segi analisis tenaga eksogen, terjadi pelapukan yang kuat, membentuk
perbukitan yang halus dari Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava. Selain
itu juga terjadi erosi pada proses erupsi Gunung Rinjani yang mengakibatkan longsoran
pada kawah. Erosi juga ditemukan pada jalur pendakian Gunung Rinjani.
2.

Analisis Pasif
Dari segi analisis material, Gunung Rinjani mengeluarkan sejumlah besar lava

batu basaltik yang beransur-ansur membina gunung lebar berbentuk perisai. Aliran
lavanya biasanya amat panas dan cair, menyumbang kepada aliran jauh. Sedangkan
dari segi analisis struktur, Gunung Rinjani merupakan kelanjutan Zona Solo dari Pulau
Jawa yang merupakan pembentukan bagian puncak jalur geantiklin. Zona Solo ke
bagian timur tersingkap di Pulau Lombok bagian barat dengan basementnya tertutupi
oleh

intrusi

plutonik,

dan

struktur

ini

berakahir

di

Pulau

Lombok.

Struktur Gunung Rinjani pada akhir Tersier atau awal Kuarter terdapat beberapa
struktur sesar yang arahnya bervariasi, sesar-sesar yang berarah baratdaya - timurlaut,
selatan baratdaya - utara timurlaut dan utara - selatan kemungkinan sesar aktif bergerak
sejak Tersier hingga Kuarter. Berdasarkan hasil survey gaya berat regional, terdapat
struktur sesar yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya. Sedangkan berdasarkan
hasil penafsiran kelurusan pada citra landsat menunjukan arah kelurusan selatan
baratdaya - utara timurlaut.

Sejarah Letusan

Letusan G. Rinjani yang diketahui sejak tahun 1847 hingga 1994 dan tercatat telah
berlangsung

kali.

Letusan

umumnya

menghasilkan

lava

dan

jatuhan

piroklastik. Masa istirahat sejak letusan 1847 hingga1994 adalah berkisar antara 3
hingga 37 tahun hal ini menunjukan bahwa G. Rinjani termasuk gunungapi yang giat.
Secara lengkap letusan Rinjani sebagai berikut:
Tabel 1. Tahun dan Kejadian letusan G. Rinjani

Tahun kejadian
1846

Keterangan
Zollinger mengatakan, bahwa dalam tahun 1846 kegiatan G.
Rinjani dalam stadia fumarola, selanjutnya letusan yang terjadi
berlangsung di dalam Kaldera Rinjani (G. Barujari dan G.
Rombongan/Mas).

1884

Dalam Natuurkunding Tijdschrift voor Nederl. Indie, v. 45,


mencantumkan bahwa asap dan nyala api tampak pada beberapa
hari pertama bulan Agustus.

1901

1 Juni, pukul 23.00 terdengar suara ledakan, dan malam


berikutnya di Mataram terjadi hujan abu tipis.

1906

April, pukul 21.15 terdengar suara ledakan.

1909

30 November, pukul 21.15 hujan abu di Lombok yang


berlangsung hingga 2 Desember. Setelah itu tampak kegiatan
meningkat berupa asap tebal yang mengepul. Air sungai tampak
keruh..

1915

4 November tampak tiang asap.

1944

30 Mei terlihat asap di atas puncak G. Rinjani. Menurut


Petroeschevsky kegiatan mulai pada 25 Desember 1943.
Pukul 16.00 terdengar suara gemuruh yang disusul dengan
hembusan asap tebal. Pada malam hari tampak sinar api dan kilat
sambung-menyambung. Gempa bumi terasa terjadi antara 25 - 30
Desember disertai suara gemuruh. Hujan abu turun selama 7 hari
dengan lebatnya, merusak tanaman dan rumah.
G. Rombongan atau G. Mas muncul dari dalam danau (2110 m)
yang berada di kaki G. Barujari sebelah baratlaut, melebar ke utara
dan barat. Mitrohartono (1969) menghitung, bahwa jumlah bahan
baru yang dikeluarkan waktu itu adalah sebanyak lk. 7,4 x 107 m3.
Kusumadinata (1969,

1973) dengan menggunakan rumus

Yokoyama (1956 - 1957) telah menghitung Energi Kalor yakni 2,3

x 1024 erg, sedangkan Kebesaran Letusan adalah 8,98 dan


Kesetaraan Bom Atomnya 273,8.
1966

28 Maret Pulau Lombok digoncang gempabumi. Sejak itu


terdengar suara dentuman berasal dari Segara Anak.
21 Mei terlihat dari puncak G. Punduk, bahwa di sebelah selatan
kepundan G. Baru tempak ke luar pasir dari dasar Segara Anak
menuju ke utara dan melebar ke barat dan timur. Persentuhan pasir
panas dengan air Segara Anak menyebabkan terjadinya suatu
kukusan, asap mengepul.
Kusumadinata (1969), mengatakan bahwa yang disebut pasir panas
ini pada hakekatnya adalah lava baru yang muncul di lereng G.
Barujari sebelah timur, yang mencapai Segara Anak di utara dan
Segara Endut di selatan.
Mitrohartono (1969) telah menghitung luas penyebaran lava
sebesar 954.350 m2 dan isi 6,6. 106 m3. Kusumadinata (1969)
menghitung Energi Kalornya ialah 2,1. 1021 erg, Kebesaran
Letusan 6,44 dan Kesetaraan Bom Atom 250,0.

1994

4 Juni, pkl. 02.00 WITA terjadi suatu ledakan sangat kuat yang
berasal dari dalam Kaldera Rinjani, terdengar hingga di Desa
Sembalun. Pukul 08.00 terlihat asap hitam tebal membumbung ke
udara mencapai tinggi 400 m dari puncak G. Plawangan. Pada 6
Juni, pkl 17.40 Wita terjadi hujan abu di sekitar Pos Pengamatan
dengan ketebalan endapan 2 - 3 mm. Titik letusan mengambil
tempat di G. Barujari dan berlangsung hingga awal bulan Januari
1995.
Letusan tersebut tidak menyebabkan korban jiwa, hanya petani
bawang di Sembalun gagal panen karena rusak oleh hujan abu.
Volume material letusan sebesar 15.036.405,07 m3, dengan energi
thermal sekitar : 4,7 X 1023 erg.

Stratigrafi
G. Rinjani merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A yang tersebar
di Indonesia,

dan

merupakan

gunungapi

kedua

tertinggi

setelah

G.

Kerinci. Berdasarkan catatan sejarah letusan, G. Rinjani memiliki 3 masa kegiatan,


yaitu kegiatan sebelum pembentukan kaldera (pra kaldera), masa pembentukan kaldera
dan masa sesudah pembentukan kaldera (purna kaldera).
Batuan gunungapi Pra Kaldera
Batuan yang dihasilkan pada perioda Pra Kaldera didominasi oleh endapan lava
yang tersebar hampir kesegala arah, dengan pusat erupsinya berasal dari beberapa
lokasi dari tua ke muda yaitu: Produk G. Rinjani Tua, G. Kondo G. Sangkareang dan
G. Rinjani.
Batuan Rinjani Tua didominasi oleh endapan lava yang dicirikan dengan
pelapukan yang kuat, membentuk perbukitan yang halus. Selain endapan lava juga
terdapat aliran piroklastik yang tersusun dari dari material berukuran pasir sampai
kerakal, tersebar di bagian lereng baratlaut kaldera. Dalam masa Rinjani Tua pernah
terjadi erupsi samping G. Manuk, endapanya tersebar di lereng bagian selatan, bersifat
basal.
Endapan batuan G. Kondo yang tersingkap adalah endapan lava yang masif,
berwarna abu-abu gelap hingga terang, terdapat lubang-lubang bekas gas, sebagian
telah mengalami pelapukan, endapan lava ini tersebar diselatan G. Kondo. Batuan yang
berasal dari G. Sangkareang yang tersingkap umumnya adalah endapan lava yang
tersebar ke arah utara G. Sangkareang, dicirikan dengan lava yang masif, sebagian telah
menunjukan proses pelapukan, berwarna abu-abu terang hingga gelap, bersifat
andesitik hingga andesit basaltis.
Batuan yang terakhir dari Pra Kaldera adalah batuan hasil G. Rinjani yang
sebagian besar tersebar ke arah tenggara, timur hingga timurlaut. Endapan batuan hasil
G. Rinjani dicirikan dengan perselingan antara endapan lava dengan aliran piroklastik
Batuan gunungapi pembentukan Kaldera
Produk kaldera merupakan hasil letusan paroksismal Gunung Rinjani Tua,
menghancurkan bagian puncak G. Rinjani Tua. Letusan tersebut menghasilkan sebuah

kaldera berbentuk ellip dengan diameter 2,4 x 4,8 km. Endapan yang dihasilkan dari
letusan yang dahsyat tersebut adalah endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik.
Batuan aliran piroklastik terendapkan ke arah selatan dan utara merupakan endapan
yang terluas dibandingkan hasil letusan yang lainnya, hal ini dimungkinkan, karena
letusan ini merupakan letusan yang sangat kuat. Penyusun endapan batuan aliran
piroklastik didominasi oleh fragmen batuapung, selain itu juga terdapat fragmen litik
dan scoria.. Endapan jatuhan piroklastik tersebar luas di bagian puncak kaldera yang
tersusun dari batuapung berukuran pasir sampai kerikil serta litik, berwarna putih
kotor, fragmen scoria umumnya berwarna abu kehitaman, dibeberapa tempat dijumpai
adanya perlapisan yang baik (graded bedding).
Batuan gunungapi Purna Kaldera
Setelah terbentuknya Kaldera Rinjani, kegiatan gunungapi berpindah ke bagian
dalam kaldera yaitu ke G. Barujari dan G. Rombongan. Kegiatan letusan di dalam
kaldera dimulai dengan pembentukan G. Barujari. Batuannya dicirikan dengan lava
yang masif, sebagian telah teralterasi berwarna kuning hingga merah kecoklatan,
secara umum berwarna abu-abu terang, bersifat basal, sebagian pada permukaan
dijumpai lava bloken dengan lubang-lubang bekas gas serta permukaannya kasar.
Kegiatan G. Barujari yang terakhir terjadi dalam tahun 1994 yang menghasilkan lava
serta jatuhan piroklastik. Lava tersebar ke arah baratlaut hampir menutupi G.
Rombongan,sedangkan yang ke barat masuk kedalam danau Segara Anak. Lavanya
adalah lava bloken dengan permukaan yang kasar lubang bekas gas.
Pembentukan G. Rombongan (G. Mas) terjadi pada tahun 1944 mengambil
tempat di kaki bagian baratlaut G. Barujari. Batuan umumnya tersusun dari endapan
lava yang tersebar ke bagian utara hingga barat.

Komposisi Magma Berdasarkan Data Geokimia


Jenis Batuan
Hasil analisa batuan yang dilakukan terhadap batuan lava dari lava 1944 adalah basalt
andesit dan basalt menurut hasil analisa dari Suyatna (1969), sedangkan lava 1966 hasil

dari analisa Hardjadinata (1969) adalah berjenis basalt. Analisa kimia yang dilakukan
terhadap beberapa contoh batuan dari setiap produk letusan adalah sebagai berikut :
Analisa kimia batuan G. Rinjani (Suyatna dan Hardjadinata).
Unsur

Conto Batuan

Kimia

Lava

Lava

Lava

Lava

Lumpur

1944

G. Mas

1966

G. Tenga

Kokok Putih
(Batusanek)

SiO2

51.65%

52.3%

52.60%

52.16%

4.83%

Fe2O3

7.04

4.86

7.44

7.70

2.68

FeO

2.59

2.87

0.54

1.40

0.00

Al2O3

19.26

19.77

19.13

19.51

1.59

CaO

8.31

8.71

8.37

8.68

46.78

MgO

4.02

4.32

3.15

3.29

0.43

P2O5

0.00

0.00

0.00

0.00

0.01

MnO

0.17

0.17

0.20

0.20

0.43

K2O

0.88

0.83

1.70

1.48

0.00

TiO2

1.18

1.20

0.85

0.90

0.45

Na2O

2.58

2.75

2.59

2.61

0.08

SO3

2.06

1.92

3.19

1.91

2.88

H2O-

0.10

0.13

0.18

0.20

2.50

Hilang

0.10

0.13

0.18

0.20

39.80

dibakar
Table 1. 1 analisa kimia Batuan Gunung Rinjani
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh Santosa I, dkk (1994), deskripsi
petrografi diketahui tekstur batuan lava-lava G. Rinjani umumnya porfiritik dengan
fenokris plagioklas, piroksen dan olivin. Selain tekstur tersebut ditemukan juga tekstur
intergranular dengan mineral piroksen dan olivin terdapat atau sering dijumpai diantara
mineral plagioklas yang memanjang dan tidak teratur. Jumlah fenokris di dalam masa
dasar berkisar antara 35 - 80 % volume seluruh batuan.

Santosa I (1994) melakukan analisa kimia terhadap conto batuan yang tersebar di
bagian tubuh G. Rinjani, jumlah conto batuan yang dianalisa sebanyak 17 conto batuan,
maka hasil analisa kimia batuan menunjukan bahwa silika (SiO2) antara 48,95% 56,86%, kandungan TiO2 kurang dari 1 (satu) %, hanya 2 conto yang mempunyai harga
1,02% dan 1,04% ini adalah suatu fenomena bahwa lava G. Rinjani terdapat pada busur
kepulauan. Berdasarkan diagram Le Maitre 1989 (SiO2 terhadap K2O), komposisi
batuan G. Rinjani umumnya basalt - basalt andesit.
Berdasarkan komposisi kimia, seri G. Rinjani termasuk ke dalam kerabat Kalk-Alkalin
yang unsur K-nya sangat tinggi. Komposisi umumnya berkisar antara basaltis sampai
andesitis. Dalam tabel berikut disajikan analisa kimia beberapa sample lava dari nilai
silica terendah hingga tertinggi.
Unsur

Ri-16

Ri-17

Ri-18

Ri-27

SiO2

48.95

52.62

53.37

56.86

Al2O3

18.82

18.65

17.48

17.54

Fe2O3

9.80

8.63

8.93

7.60

CaO

8.78

7.76

7.33

6.69

MgO

4.91

5.08

5.35

3.65

Na2O

4.54

3.74

3.93

3.85

K2O

1.33

1.91

1.79

1.96

MnO

0.15

0.13

0.13

0.13

TiO2

0.89

1.02

0.85

0.78

P2O5

0.31

0.31

0.30

0.42

H2O-

0.26

0.06

0.03

0.06

HD

1.18

0.02

0.02

0.35

Jumlah

99.92

99.93

99.03

99.89

Table 1. 2. Hasil Analisa Kimia ( Santosa I, 1994) beberapa conto batuan.


Evolusi magmatis berdasarkkan konsentrasi unsur utama produk G. Rinjani terhadap
kandungan SiO2 dan TiO2 menunjukkan fraksinasi kristal mineral-mineral piroksen
dan plagioklas, sedangkan korelasi negatif antara SiO2 terhadap unsur-unsur Al2O3,

Fe2O3, MgO dan CaO menunjukkan adanya dominasi fenokris dari plagioklas,
piroksen dan olivin.
Hasil penelitian tentang pemeriksaan air juga dilakukan pada tahun 1994, yaitu pada
bulan Mei dan Oktober (Priatna, dkk, 1994), hal ini dilakukan untuk melihat perubahan
yang terjadi pada kimia air di sekitar G. Barujari. Contoh air yang analisa adalah
airpanas di S. Kokok Putih, air danau Segara anak dan airpanas Sprela, contoh-contoh
tersebut adalah:

Unsur

Airpanas

Air Danau

Airpanas

Kimia

S. Kokok Putih

Segara Anak

Sprela

Mei

Oktober

Mei

Oktober

Mei

Oktober

SiO2

119,10

120,20

139,83

142,25

129,23

128,32

Ca

191,00

180,80

209,00

211,00

119,00

121,23

Mg

184,00

172,00

232,00

240,00

355,30

342,36

Na

320,25

330,20

213,50

215,50

299,50

310,50

51,60

60,25

54,00

59,25

46,00

50,50

Mn

0,00

0,00

0,26

0,43

0,00

0,00

SO4

648,50

630,50

970,50

982,50

724,00

716,00

H2S

9,25

12,25

6,94

7,24

6,94

8,82

NH3

1,44

2,02

1,74

1,62

1,64

1,84

Cl(-)

1.552,00

1.425,00

296,00

283,00

1.334,00

1,223

HCO3(-

628,58

520,23

806,83

812,00

450,33

432,50

1,07

1,05

0,00

0,00

0,89

0,69

6,67

6,82

6,58

6,52

6,34

6,65

B
Suhu
pH
Table 1. 3. Analisa Kimia Air G. Rinjani, Mei dan Oktober 1994.

Kalau dilihat dari tabel hasil analisa kimia air G. Rinjani sebelum dan sesudah letusan
G. Barujari, terlihat adanya perbedaan kandungan unsur yang meningkat dan menurun,
kemungkinan adanya unsur yang menambah pada lokasi-lokasi tersebut.
6
Shoshonitic series
5

K2O

3
High-K Calc-Alkaline series
2
Calc-Alkaline series
1
Tholeiitic series
0
45

50

55

60

65

70

75

SiO2

Gambar 1. 9 SiO2 vs K2O after Peccerillo & Taylor, 1976


Berdasarkan grafik diatas kita mengetahui bahwa afinitas magma dari Gunung Rinjani
berjenis Calc-Alkaline. Afinitas magma jenis ini merupakan penciri dari subduksi
lempeng yang berpengaruh terhadap sifat magma yaitu mafic intermediet. Dengan
batuan dari daerah penelitian tersebar pada daerah andesit basal, andesit, dan dasit
berafinitas kalkalkali kalium sedang (mediumK),

Alkalic Rocks

K2O

1
Sub Alkalic Rocks

Low K - Sub Alkalic Rocks

0
44

46

48

50

52

54

SiO2

Gambar 2.0 Grafik SiO2 vs K2O after Middlemost, 1975

Dari grafik diatas batuan dari Calc-Alkaline tersebut memiliki sifat dominan batuannya
adalah sub alkali dimana mengandung Kalium Sedang dan terdapat 2 sampel yang
memiliki kandungan kalium yang tinggi. Sifat dari batuan ini dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng subduksi antar lempeng samudera.
16

14

Phonolite
Foidite

(Na2O+K2O)

12

TephriPhonolite
Trachyte

10

Trachydacite

Phonotephrite
8

Tephrite
Basanite

Basaltic
Trachyandesite
Trachy
Basalt

4
Basalt
2

Trachyandesite

Basaltic Andesite
Andesite

Rhyolite

Dacite

Picro
Basalt

0
35

40

45

50

55

60

65

70

75

SiO2

Gambar 2.1 Grafik (Na20+K20) vs SiO2 after LeBas et al, 1986

Dari grafik antara (Na2O + K2O) vs SiO2 menurut after Le Bas 1986 batuan di Gunung
Rinjani termasuk dalam batuan yang bersifat basa-andesite. Sifat batuan ini merupakan
penciri dari subduksi antar lempeng samudra yang memiliki afinitas magma calcalkalin dan kalium yang bersifat medium.
F

AFM Diagram
Tholeiitic--Calc-Alkaline boundary
after Irvine and Baragar (1971).
Can. J. Earth Sci., 8, 523-548
A

Gambar 2.2 Grafik AFM


Berdasarkan grafik diatas menunjukan suatu pola yaitu afinitas magma dari Gunung
Rinjani calc-alkaline dengan batuan bersifat basalt hingga basalt andesitic.

DAFTAR PUSTAKA

Foden, J.D and R. Varne, The Geochemistry and Petrology of the basal - andesitic
- dacite suite from Rinjani Volcano, Lombok. Proc. Of the CCOP - IOC SEATAR
The geology and Tectonic of Eastern Indonesia, 1981 : 115 - 134.
Hendrasto M, dkk, 1992, Laporan Kegiatan Pemetaan Geologi Komplek
Rinjani, Lombok, Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.
Imam Santosa, Iman KS (1994), Laporan Penyelidikan Petrokomia G. Rinjani,
Bulan Juni 1994, No. 85/DV/94, Direktorat Vulkanologi.
Iing Kusnadi, dkk, 1994, Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan
Kawah G. Rinjani, Juni - September 1994, No. 67/DV/1994, Direktorat
Vulkanologi.
Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi
Nasution A., dkk, 1984, Geologi Panas Bumi Daerah Sembalun, Lombok
Timur, NTB, Sub Dit. Panas Bumi, Direktorat Vulkanologi.
Ruska Hadian (1995), Laporan Pengumpulan Bahan Informasi dan
Dokumentasi G. Rinjani, P. Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bulan Juni
1995, No. 17/DV/96, Direktorat Vulkanologi
Suparto S, 1981, Seismologi Gunungapi, Direktorat Vulkanologi.
Priatna, dkk, 1994, Laporan Penyelidikan Kimia Gas dan Air G. Rinjani
Nusatenggara Barat, Direktorat Vulkanologi.

Você também pode gostar