Você está na página 1de 18

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Makalah
disajikan guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan

Oleh
Intan Purnamasari

1301413011

Dian Wahyu Utami

1301413069

Novi Rizani Khomsah

1301413079

Imamma Anindita

1301413085

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan
sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Untuk membekali setiap
tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat sesuai dengan
bidang tugasnya, diperlukan

kajian yang mendalam tentang landasan-landasan

pendidikan dan asasnya. Landasan pendidikan itu sendiri merupakan dasar-dasar, titik
pijak yang melandasi oprasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara
umum menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan
kultural, (4) landasan psikologis, dan (5) landasan ilmiah dan tekhnologis pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan filosofis pendidikan?
2. Apa landasan sosiologis pendidikan?
3. Apa landasan kultural pendidikan?
4. Apa landasan psikologis pendidikan?
5. Apa landasan ilmiah dan teknologis pendidikan?
6. Apa landasan pendidikan nasional di Indonesia?
7. Apa saja asas-asas pelaksanaan pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui landasan filosofis pendidikan
2. Mengetahui landasan sosiologis pendidikan
3. Mengetahui landasan kultural pendidikan
4. Mengetahui landasan psikologis pendidikan
5. Mengetahui landasan ilmiah dan teknologi pendidikan
6. Mengetahui landasan pendidikan nasional di Indonesia
7. Mengetahui asas-asas pelaksanaan pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Landasan Filosofis Pendidikan


Landasan filosofis pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara
mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Landasan filosofis
merupakan seperangkat filosofis yang dijadikan dasar atau titik tolak pendidikan.
Sesungguhnya landasan filosofis pendidikan merupakan suatu sistem gagasan tentang
pendidikan yang dijabarkan dari suatu sistem gagasan filosofis umum oleh suatu ilmu
filosofis tertentu. Terdapat keterkaitan antara gagasan-gagasan dalam filosofis umum
dengan gagasan-gagasan dalam filosofis pendidikan. Landasan filosofis pendidikan
bukan berisi konsep-konsep pendidikan secara apa adanya, tetapi berisi konsep-konsep
yang seharusnya ada dalam pendidikan atau merupakan cita-cita pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan sebagai fondasi pelaksanaan pendidikan,
berhubungan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang
mengenai sesuatu berdasarkan pandangan hidupnya.
Pandangan hidup hubungannya dengan sistem nilai tidak hanya dijunjung oleh
seseorang saja melainkan oleh kelompok masyarakat. Bagi bangsa Indonesia pangdangan
hidupnya adalah Pancasila. Dengan demikian Indonesia filsafah umum Pancasila sebagai
filsafah negara. Berhubungan dengan landasan filosofis pendidikan, hendaknya segala
bentuk upaya yang bersangkutan dengan pendidikan bangsa berlandaskan pada
Pancasila.
Dalam Pasal 2 UU-RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih jauh ditegaskan
juga bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengamalan
Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengupayakan antara lain Pembentukan
manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu
mandiri.
Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan, berarti bahwa
a. Dalam merumuskan tujuan, metode, materi, dan pengelolaan belajar-mengajar dijiwai
serta didasarkan pada Pancasila.
b. Sistem penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan nasional
haruslah berlandaskan Pancasila.
c. Hakikat manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk sosial, atau
makhluk religius, haruslah diwujudkan melalui upaya pendidikan, sehingga akan
tercipta manusia Indonesia sesuai dengan yang dicita-citakan oleh Pancasila.
Pancasila sebagai sumber dari segala wujud gagasan bangsa. Disamping itu,
filosofinya dijadikan acuan dalam menentukan tujuan, corak, metode, dan alat
pendidikan. Selanjutnya arah pendidikan hendaknya bermuara pada aspek integralistis

(individu dan sosial), aspek etis (taat pada norma-norma Pancasila, dan aspek religius
(kebebasan beragama dan taat pada norma-norma agama yang dipeluknya). Jadi dapat
disimpulkan bahwa Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
2. Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologis pendidikan mengandung norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Oleh karena
itu pendidikan tidak kedap sosial. Dua hal yang akan kita bahas disini adalah pendidikan
dan masyarakat; dan pendidikan dan perubahan sosial.
a. Pendidikan dan masyarakat
Dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan, fungsi pendidikan adalah
sebagai pemelihara kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud berhubungan dengan
kepercayaan, nillai-nilai serta norma-norma yang berlaku dari generasi ke generasi
secara turun temurun. Karena kehidupan yang terus berkembang maka dibutuhkan
suatu upaya memperbaiki diri dengan tidak berhenti.
1) Keluarga dan Sekolah
Keluarga merupakan agen utama dalam proses sosialisasi nilai dalam
masyarakat terhadap individu. Begitupun sama halnya dengan sekolah yang
bertanggung jawab menanamkan nilai dalam lingkungan sekolah. Lebih jauh, faktor
penting hubungan antara keluarga dan sekolah adalah bahwa keluarga tetap
mempunyai tanggung jawab sebagai agen utama sosialisasi nilai, meskipun sekolah
dalam sosialisasi memiliki tanggung jawab menyampaikan informasi, keterampilan
dan nilai-nilai serta norma-norma untuk membekali anak didik agar dapat hidup
dengan lebih efektif. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama antara keluarga dan
sekolah secara harmonis.
2) Pemerintah dan Sekolah
Pemerintah memiliki berbagai rencana pembangunan bangsa. Hubungannya
dengan ini, pemerintah harus bekerjasama dengan sekolah untuk membentuk
generasi-generasi yang mampu bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam
pembangunan bangsa sesuai dengan perannya masing-masing. Oleh karena itu
sekolah seharusnya mampu menerjemahkan program-program pemerintah menjadi
sesuatu kegiatan yang realistis dapat dilaksanakan dalam sekolah. Sehingga dapat
terwujud suatu sistem pemerintahan dan pendidikan yang mantap.
3) Ekonomi dan Sekolah

Ekonomi dan sekolah memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Perkembangan ekonomi sangat tergantung dengan tersedianya jumlah tenaga terdidik
dan terlatih dalam masyarakat. Begitu juga dengan sekolah, jika mendapatkan
suntikan dana yang banyak dari masyarakat maka besarlah kemungkinan sekolah
untuk meningkatkan kualitasnya dalam bidang pelayanan dan penyediaan sarana
prasarana yang mendukung jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga
dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas suatu sekolah akan baik jika
didukung dengan pendanaan yang cukup dan sebaliknya sekolah akan menghasilkan
tenaga didik yang handal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
4) Agama dan Sekolah
Kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai dan
norma dari agama yang mereka anut. Sekolah sebagai sarana sosialisasi nilai juga
turut serta aktif mensosialisasikan nilai serta norma dari sudut pandang agama.
Berhubungan dengan itu, maka sekolah mengadakan mata pelajaran agama untuk
membekali peserta didik agar dapat hidup di masyarakat dengan baik.
5) Masyarakat dan Sekolah
Sekolah adalah bagian dari sistem pendidikan masyarakat yang tidak terlepas
dari kondisi masyarakat. Untuk itu, masyarakat dan sekolah harus menjalin hubungan
yang baik dan harmonis. Sekolah hendaknya mendengarkan aspirasi masyarakat yang
merupakan kebutuhan masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga harus turut serta
memelihara keberadaan dan kelangsungan hidupnya pendidikan. Peran sekolah
terhadap masyarakat antara lain :
a. Sebagai pewaris, artinya mentransformasikan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai-nilai budaya kepada siswa melalui proses belajar dan mengajar baik di kelas
maupun di kegiatan di luar kelas.
b. Sebagai pemelihara, artinya melalui sekolah dapat diupayakan kelestarian nilainilai budaya yang sudah mapan.
c. Sebagai agen pembaharuan, yang meliputi reproduksi budaya, difusi kebudayaan,
dan peningkatan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis.
b. Pendidikan dan Perubahan Sosial
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi hubungan antara sekolah dan
masyarakat dalam berbagai perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
adalah sebagai berikut,
1) Perubahan teknologi
Dilihat dari sudut pandang sekolah perubahan teknologi mempunyai tiga
dampak penting yaitu

a. Perubahan teknologi dapat meningkatkan keterampilan individu. Dampak bagi


sekolah, terjadinya perubahan kurikulum untuk memenuhi tuntutan demi
terwujudnya keterampilan individu.
b. Menuntut sekolah menyiapkan

lulusan-lulusan

yang

siap

dengan

perkembangan.
c. Berpengaruh terhadap media pembelajaran yang digunakan.
2) Perubahan demografi
Perubahan yang berhubungan dengan ukuran, penyaluran, dan komposisi
penduduk. Pengaruhnya terhadap pendidikan antara lain
a. Pengembangan kebijakan pendidikan
b. Pembatasan ketat terhadap penerimaan siswa baru
c. Ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan
3) Urbanisasi dan sub-urbanisasi
Peningkatan urbanisasi dan sub-urbanisasi sebagai dampak demografi
menimbulkan permasalahan bagi sekolah, antara lain
a. Tanggung jawab sekolah memantu penyesuaian diri dengan kelompok yang
sebagian besar merupakan masyarakat perkotaan
b. Peran sekolah membantu kontrol sosial masyarakat
c. Bertanggung jawab menyiapkan peserta didik yang siap hidup di lingkungan
perkotaan
4) Perubahan politik masyarakat, bangsa, dan negara
Perubahan yang telah dan akakn terus berlangsung, yang memiliki dampak
terhadap pendidikan yang terjadi dalam struktur pemerintahan dan masyarakat,

3.

yaitu
a. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dengan kegatan-kegiatan masyarakat.
b. Berkembangnya saling ketergantungan pemerintahan antar negara.
Landasan kultural pendidikan
Landasan kultular mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber
dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami
kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada
berbagai dimensi ( Sastrapratejda,1992 :145). Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai
proses budaya mausia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan,
dirasakan, dan dikehendaki manusia. Pendidikan merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses budaya,
yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran, sehingga menghasilkan
peradapan masa lampau dan mengambil peranan pada masa kini serta mampu
menciptakan peradaban di masa depan.
a. Kebudayaan dan sekolah

Tradisi kebudayaan menghambat perkembangan dalam berkompetisi dalam kelompok


lain.
b. Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok bidaya
Pertentangan yang disebabkan oleh adanya berbagai kelompok budaya ras dapat
berupa prasangka negatif diantar sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap
pendidikan.
c. Stereotipe
Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing serta
keseganan dan rasa takut berkurang apabila guru menujukn stereotype yang
menyenangkan.
d. Faktor budaya dalam proses pengajaran
Mengajar merupakan upaya komunikasi secara jelas tentang nilai pengajaran. dalam
hal ini banyak banyak yang mempengaruhi seperti :
1. Nilai budaya orang tua
2. penggunaan bahasa
3. keadaan social yang dibawa anak dari lingkungan
4. pengaruh kelompok dominan
e. pelatihan budaya untuk pendidikan
Perlu dikembangkan kondisi sekolah yang didalamnya terdapat pertentangan antara
kelompok mayoritas dan minoritas yang sering mengahadapi guru, sisw, dan orang
tua.
f. Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel)yang tidak dapat dabaikan
Penguasaan terhadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan
bahan-bahan peengajaran.
g. sub-kebudayaan
Perbedaan ras dan status social menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan.
Hambatan ini dapat diatasi melalui pendidikan orang tua , memadukan sub-cultural di
sekolah, mengadakan penyesuaian tngkah laku di sekolah dan kurikulum sekolah
wajib memperhatikan latar belakang budaya siswa.
h. dinamika kelompom sosialisasi
Sekoalah harus mampu menghilangkan adanya kelompo-kelompok minoritas dan
membawanya kea rah perubahn melalui proses social.
4.

Landasan Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi utama, yang terdiri atas
implikasi teknik psikologi pendidikan, yang berfungsi untuk mengembangkan suatu
pengertian yang berarti teoritis yang lebih unik terhadap proses pendidikan yang
didasarkan pada penemua empiris. Keahlian paedagogik sangat tergantung pada

sekumpulan pengetahuan yang tersusun dalam proses belajar dan mengajar, proses ini
bersifat psikologis. Perhatian utama dalam psikologi pendidikan adalah:
a.
b.
c.
d.

Sifat dan karakteristik siswa


sifat proses belajar
Cara guru mmebuat proses belajar sisiwa
penetapan prinsip-prinsip ilmiah

Menurut Roger ada cita-cita pokok dan kepribadian manusia, yaitu:


a. Realitas adalah bersifat fenomenologis
b. Tingkah laku seseorang dimotivasi oleh kebutuhan untuk aktualisasi diri.
c. Tingkah laku seseorang terjadi didalam konteks realitas pribadi.
d. Jati diri tersusun oleh masing-masing individu.
e. Tingkah laku kita adalah conform dalam arti kata dengan diri kita sendiri.
Dalam kehidupannya manusia selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Pada dasrnya
teori belajr dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Teori disiplin mental, yang meliputi:
1. Disiplin mental yang mengartikan belajr sebagai usaha melatih atau
mendisiplinkan daya pikir.
2. Pemekaran secara alami (aktualisasi), memberikan peluang subjek didik
agar berkembang sesuai dengan kehendak sang pencipta.
3. Appersepsi merupakan proses asosiasi ide-ide baru dengan ide-ide lama
yang telah ada dalam jiwa kita.
b. Rumpun Behaviorisme, yang meliputi :
1. Conditioning S-R merupakan perubahan dalam tingkah laku yang dapat
diamati dan yang dapat terjadi melalui stimulus dan respon yang
dihubungkan dengan prinsip mekanis.
2. Conditioning tanpa reinforcement.
3. Conditioning melalui reinforcement.
c. Rumpun Gestalt-Medan, yang terdiri dari :
1. Teori Insingt, tokohnya M. Wertheimer dan Kofka. Aliran ini berpendirian,
bahwa keseluruhan lebuh bermakna daripada bagian-bagian. Manusia
berusaha aktif mencapai tujuan dan individ bertindak atas berbagai
pengaruh di dalam dan di luar individu
2. Goal-Insingt (pemahamn bertujuan)
3. Medan- Kognitif.
Pada saat ini tiga model pandangan guru dalam hal menentukan sikap terhadap
teori-teori belajar yang ada, yaitu:
1. Mengikuti satu teori tertentu.
2. Bersifat elektik, secara selektif meminjam berbagai teori yang tidak
bertentangan.

3. Mensintesiskan bagian-bagian dari teori belajar tertentu sesuai dengan


idenya sendiri.
Dalam setiap situasi belajar, setidak-tidaknya ada empat hal yang harus
diperhatikan demi berhasilnya kegiatan belajar. Keempat hal yang merupakan
kondisi umum belajar tersebut adalah :
1. Stimulus belajar
Dalam setiap situasi belajar, materi yang dipelajari harus disajikan
kepada siswa secar mudah, dalam arti informasi yang dismpaikan
dapat diterima dan dimengerti oleh siswa.
2. Kegiatan belajar tidak dapat terjadi tanpa adanya perhatian dan motivasi
siswa terhadap stimuli belajar.
3. belajar adalah suatu proses aktif, untuk itu siswa hendakny dilibatkan
dengan materi yang dipelajari.
4. Pengutan dan umpan balik. Melalui penguataan siswa mendapatkan
informasi mengenai keberhasilannya dalam melaksanakn tugas.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis Pendidikan
Salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat
mengembangkan iptek yang

menyangkut ilmu pengetahuan (science), rekayasa

(engineering), dan teknologi. Pendidikan dan teknologi memang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Kemajuan pendidikan akan berpengaruh terhadap kemajuan
iptek, sebaliknya perkembangan iptek akan berpengaruh pada perkembangan
pendidikan. Hal ini terjadi karena setiap perkembangan iptek harus segera
diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil
pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar. Sebaliknya, pendidikan sangat
dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (Psikologi, Sosiologi, Antropologi). Ini berarti
bahwa, dunia pendidikan harus berlandaskan pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi agar perkembangan pendidikan tidak ketinggalan dengan kemajuan
iptek.
6. Landasan Pendidikan Nasional di Indonesia
Landasan Ideal: Pancasila
Di dalam Pasal 2 UU No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya
tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang
menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan, adalah

pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain :
Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinngi
kualitasnya dan mampu mandiri (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan Ketetapan
MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah
jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala
gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
segala sumber nilai yang menjadi pangkal, serta muara dari setiap keputusan dan
tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, Pancasila merupakan sumber nilai
dalam pendidikan.

Landasan Konstitusional: UUD 1945


Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara
Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh sebab itu, diperlukan
pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara tersebut. Jadi , pada hakikatnya
pendidikan nasional memanglah perwujudan dari kehendak UUD 1945 utamanya
pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu:

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.


2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.

10

Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan nasional


di samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai penjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani bagi penyelenggaraan
pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air.
Landasan konstitusional bukan semata-mata landasan bagi penyelenggaraan
pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur, sehingga dengan dengan
adanya landasan yuridis tersebut, penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang,
dapat dikenakan sanksi. Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak sedikit
ditemukan penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung
tetapi dalam jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan
kerugian bukan hanya secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan
yang sangat komersial dan instan dapat merusak pendidikan sebagai proses
pembentukan watak dan kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang
menjadikan pendidikan bukan sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi
sosial. Itulah sebabnya di samping dasar regulasi sangat penting juga harus pula
dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi.

Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN


Dalam NKRI tujuan pendidikan nasional diarahkan untuk mencapai tujuan

nasional, yang sejak orde lama pelaksanaannya dilakukan secara bertahap melalui
pembangunan nasional semesta berencana 9 tahun (1961 sampai 1969), yakni GBHN
1960. Namun dengan meletusnya G30S/PKI tahun 1965, maka pelaksanaannya gagal
tidak sampai tahun 1969. Sejak masa orde baru pelaksanaan pembangunan pendidikan
nasional dilakukan secara bertahap melalui pembangunan lima tahun (Pelita), yakni
GBHN 1973, GBHN 1978, GBHN 1983, GBHN 1988, GBHN 1993, GBHN 1998,
maka lahirlah GBHN 1999.
Sedangkan untuk operasionalisasi pendidikan nasional, telah dikeluarkan UU
Pokok Pendidikan Nasional sebagai usaha pembangunan pendidikan nasional antara
lain:
1. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah
2. UU No. 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya UU No. 4 Tahun 1950

11

3.
4.
5.
6.
7.

UU No. 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi


UU No. 14 Tahun 1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional
UU No. 19 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang Berlaku Sekarang

Asas-Asas Pelaksanaan Pendidikan Nasional di Indonesia


Pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
mengusahakan perkembangan kehidupan beragama, kehidupan berkepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetis
dan jasmaninya, sehingga ia dapat mengembangkan dirinya dan bersama dengan
sesame manusia membangun masyarakatnya serta membudayakan alam sekitarnya.
Penididkan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ini berarti bahwa
system pendidikan nasional adalah system pendidikan Pancasila.
Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan warga negara Indonesia baik secara pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia, dan mengembangkan budaya
nasional.
Pendidikan

Indonesia

dilaksanakan

dengan

memperhatikan

asas-asas

pelaksanaan sebagai berikut:


a.
b.
c.
d.

Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu.


Asas pendidikan seumur hidup.
Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan

masyarakat.
e. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan
Nusantara.
f. Asas Bhinneka Tunggal Ika.

12

g.
h.
i.
j.

Asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.


Asas manfaat, adil, dan merata.
Asas ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Asas kepastian hukum.
Melalui system pendidikan nasional, setiap rakyat Indonesia pada dasarnya

harus mampu menghayati nilai-nilai itu secara kreatif serta dapat meningkatkan
kemampuan memperoleh dan menciptakan pekerjaan melalui berbagai macam
kemungkinan.
Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamental
(dasar) yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Asas-asas tersebut, harus digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan.
Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut rumusan
KPPN tersebut diatas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan yang
dibahas secara khusus disini, adalah:
a. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini termasuk salah satu asas dari system among yang dikembangkan oleh Ki Hajar
Dewantara yang telah merumuskan pengelolaan situasi belajar dan mengajar dengan
asas pengendalian yang terkenal dengan ajarannya tut wuri handayani.
Maksud asas tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu
menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan yang dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan
antara lain:
1. Seorang pendidik diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
2. Seorang pendidik berusaha melibatkan fisik, mental, intelektual, dan emosional siswa
secara maksimal dan optimal dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya
melibatkan siswa seperti yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA).
3. Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa sevagai fasilitatot, motivator,
dan pembimbing dalam rangka mecapai tujuan belajar.
4. Dalam rangka proses belajar mengajar dilaksanakan secara bebas tetapi terkendali,
interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta merangsang
berfikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang
dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru.

13

b. Asas Pendidikan Seumur Hidup


Pokok pikiran dalam pendidikan seumur hidup ialah bahwa setiap individu harus
memperoleh kesempatan yang tersusun baik dan sistematis untuk mendapatkan
pengajaran, studi, dan belajar kapanpun selama hidupnya. Konsep pendidikan seumur
hidup mempersyaratkan adanya pengakuan, bahwa:
1. Corak hidup dan fungsi manusia berubah sesuai pergantian umur.
2. Dunia dan kehidupan manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam konsep pendidikan seumur hidup antara
lain:
1. Asas belajar sepanjang hayat, artinya peranan manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar melalui proses belajartanpa akhir
merupakan kewajiban kodrati.
2. Lingkungan pendidikan meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
3. Lembaga penanggung jawab pendidikan terdiri atas: lembaga pendidikan keluarga,
lembaga pendidikan sekolah, dan lembaga pendidikan masyarakat.
Beberapa alas an yang mendukung perlunya pendidikan seumur hidup, adalah:
1. Pendidikan seumur hidup akan meningkatkan pemerataan dalam layanan pendidikan,
sekaligus dianggap penting untuk menghadapi struktur sosial yang mengalami
perubahan dan dapat memperbaiki kualitas hidup.
2. Alas an berdasarkan pertimbangan ekonomi, artinya pendidikan, perkembangan
ekonomi, dan perbaikan kualitas kehidupan sangat erat kaitannya.
3. Factor sosial dan perubahan peranan keluarga.
4. Perubahan teknologi, perkembangan teknologi menyebabkan

maningkatnya

informasi, berubahnya sifat pekerjaan, makin menonjolnya nilai-nilai keduniawian,


materialisme, dan hedonism, serta makin menurunnya nilai-nilai spiritual dan
kebudayaan.
5. Factor pekerjaan, artinya lapangan pekerjaan pada masa mendatang rupanya secara
otomatis akan berbeda dengan apa yang ada sekarang.
6. Kebutuhan orang dewasa. Orang dewasa sekarang telah mempunyai pengalaman
mengenai akibat perubahan yang cepat dalam kehidupan pekerjaan mereka.
7. Kebutuhan kanak-kanak, dewasa ini kelihatan makin meningkatkan perhatian orang
tua terhadap perlunya pendidikan bagi anak-anak usia pra sekolah atau pendidikan
anak usia dini.
c. Pendidikan untuk Semua (Education for All)
Kualitas manusia merupakan factor dominan bagi pembangunan masyarakat. Ditengah
tuntutan untuk meningkatkan kualitas manusia, dunia dihadapkan pada kenyataan masih
banyaknya orang yang buta huruf dan tidak memperoleh kesempatan untuk memperoleh
pendidikan.

14

UNESCO pada awal tahun 1987 di Dakar ibukota Senegal mencanangkan suatu program
pendidikan bagi semua orang dikawasan Asia dan Pasifik yang dikenal dengan program
APPEAL (Asia Pacific Programme of Education for All). Konferensi dunia tentang
Pendidikan Untuk Semua yang disponsori oleh UNESCO, UNICEF, UNDP, dan Bank
Dunia melahirkan deklarasi tentang pendidikan untuk semua.
Penerapan deklarasi dunia tentang Pendidikan Untuk Semua, dilakukan dengan
memperhatikan cakupan yang menjadi pusat sasaran, yaitu:
1. Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannya termasuk upaya
mengikutsertakan keluarga dan masyarakat terutama untuk anak-anak miskin yang
kurang beruntung dan yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
2. Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program pendidikan dasar Sembilan
tahun (jalur pendidikan sekolah) atau program kejar paket A dan B (jalur pendidikan
luar sekolah).
3. Memberantas buta huruf dengan penekanan sasaran pada kaum wanita, sehingga
benar-benar mengurangi perbedaan yang ada sekarang ini antara tingkat buta huruf
pria dan wanita.
4. Peningkatan mutu pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan yang diarahkan pada
peningkatan

kesejahteraan

kesempatan

mendapatkan

lapangan

kerja

dan

meningkatkan produktivitas kerja bagi semua kelompok sasaran warga belajar.


5. Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan peran kesetaraannya
didalam kegiatan pembangunan.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan filosofis pendidikan adalah seperangkat filosofis yang dijadikan
dasar atau titik tolak pendidikan. Sedangkan, landasan sosiologis pendidikan
mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Pendidikan merupakan proses budaya,
yakni generasi manusia berturut-turut mengambil peran, sehingga menghasilkan

15

peradaban masa lampau dan mengambil peranan pada masa kini serta mampu
menciptakan peradaban di masa depan. Psikologi sebagai ilmu bantu yang mendasari
pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga hal yaitu: hakikat siswa, proses belajar,
dan peranan guru. Karena guru merupakan sentral pengendalian proses belajarmengajar, maka dalam penyampaian pesan, guru harus mampu mendasarkan pada:
perbedaan individu siswa, serta prinsip-prinsip belajar.
Dalam kehidupannya, manusia selalu terlibat dalam kegiatan belajar. Teori
belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Teori Disiplin Mental
Yaitu, belajar sebagai usaha melatih dan mendisiplinkan daya pikir (disiplin
mental). Sehingga memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang
sesuai kehendak Tuhan (aktualisasi). Selain itu, Mengasosiasikan ide baru dengan
ide lama yang telah terdapat dalam jiwa kita (appersepsi).
b. Rumpun Behaviorisme
Perubahan tingkah laku yang dapat diamati yang dapat terjadi melalui stimulus
dan respons yang dihubungkan dengan prinsip mekanis (Conditioning S-R) dalam
prossesnya, Conditioning dilakukan tanpa reinforcement sedangkan, Conditioning
melalui reinforcement.
c. Rumpun Gestalt-Medan
dalam teori ini, keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian (teori
Insight),

pemahaman bertujuan (Goal-Insight) Medan-Kognitif. Yang harus

diperhatikan demi keberhasilan kegiatan belajar adalah: stimulus belajar,


perhatian siswa, keaktifan siswa, penguatan dan umpan balik.
Selanjutnya, salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar
dapat mengembangkan iptek. Hubungan antara pendidikan dan iptek adalah saling
timbal balik, kemajuan

pendidikan diarahkan untuk kemajuan

iptek, dan

perkembangan iptek akan berpengaruh pada perkembangan pendidikan. Sedangkan


landasan pendidikan nasional di Indonesia ada tiga, yaitu landasan ideal (pancasila),
landasan konstitusional (UUD 1945), landasan operasional (GBHN dan USPN).
Lalu kesimpulan dari asas-asas itu sendiri dalah sebagai berikut:
Pendidikan

Indonesia

pelaksanaan sebagai berikut:

dilaksanakan

dengan

memperhatikan

asas-asas

16

k.
l.
m.
n.

Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu.


Asas pendidikan seumur hidup.
Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan

masyarakat.
o. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan
p.
q.
r.
s.
t.

Nusantara.
Asas Bhinneka Tunggal Ika.
Asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Asas manfaat, adil, dan merata.
Asas ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Asas kepastian hukum.
Sedangkan yang dijadikan acuan dalam

pelaksanaan pendidikan yang dibahas

secara khusus disini, adalah asas tut wuri handayani, asas pendidikan seumur hidup
dan pendidikan untuk semua.

B. Saran
Dari pembahasan di atas alangkah baiknya jika sistem pendidikan di Indonesia
dilaksanakan sesuai dengan landasan-landasan dan asas-asas pendidikan yang ada.
Agar masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya pendidikan sehingga terlahir
masyarakat yang terdidik.

17

DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press


http://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-filosofis-pendidikan/

Você também pode gostar