Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SURAU KAMI
MAKALAH
OLEH :
ISHAK HASTAGINA
XI IPA 3
13174
Makalah siswa bernama ISHAK HASTAGINA, NIS 13174, kelas XI IPA 3, yang
berjudul Analisis Pengunaan Kalimat Majemuk Setara dengan Kalimat Majemuk Bertingkat
dalam Artikel telah diperiksa dan diteliti oleh pembimbing karya tulis kelas XI SMA Negeri
2 Watampone dan dinyatakan dapat diterima.
Watampone,
Mei 2013
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari cerpen bukanlah suatu karya sastra yang tidak dikenal.
Secara tidak disadari sebuah cerpen merupakan penyaluran ide atau pikiran
pengarang melalui sebuah karya yang disebut cerpen tersebut. Dalam penulisannya
cerpen tentu berbeda dengan karangan ilmiah. Menulis cerpen tidak hanya
menuagkan gagasan atau merangkai cerita saja, tetapi juga herus menciptakan
kalimat-kalimat yang digunakan harus memiliki jiwa yang membuat pembaca seolaholah mengalami sendiri peristiwa atau konflik yang ada dalam cerita. Bahan cerita
untuk menulis cerpen dapat kita dapatkan dari pengalaman pribadi atau peristiwa
yang terjadi di sekitar kita.
Cerpen atau cerita pendek adalah karya fiksi berbentuk prosa yang isinya merupakan
kisahan pendek dan mengandung kesan tunggal. Masalah kehidupan
yang
B.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah menganalisis cerpen Robohnya
Surau Kami dengan menggunakan Pendekatan Ekspresif.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
Menganalisis teks sastra untuk melihat keasliannya, baik dari segi ide maupun dari
Menelusuri setiap yang ada di dalam teks untuk mencari aspek yang sama di luar
teks.
Memberikan uraian tentang bagian-bagian teks yang asli dan yang mana yang
hasil tiruan.
BAB II
KAJIAN TEORI
pengarang
dalam
mengungkapkan
gagasan-gagasan,
imajinasi,
BAB III
PEMBAHASAN
Judul Cerpen
: Religius
Haji Ali Akbar Navis yang lebih dikenal dengan A.A. navis, lahir di kampung Jawa,
Padang, Sumatera Barat, 17 November 1924. Beliau adalah seorang sastrawan dan
budayawan terkemuka di Indonesia, yang di kalangan sastrawan digelari sebagai
Kepala Pencemooh, karena beliau adalah salah seorang tokoh yang ceplas ceplos,
apa adanya. Kritik-kritik sosialnya mengalir apa adanya untuk membangunkan
kesadaran setiap pribadi agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan yang hitam
itu hitam dan yang putih itu putih. Ia amat gelisah melihat negeri ini digerokgoti para
koruptor. Maka pada suatu kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat
utamanya dalam kehidupan tapi jika dia dikasi memilih ia akan pilih menjadi
penguasa untuk menangkap para koroptor. Walaupun oia tahu risikonya, mungkin
dalam tiga bulan,ia justru akan duluan ditembak mati oleh para koruptor itu.
Sepanjang hidupnya ia telah melahirkan sejumlah karya monumental dalam lingkup
kebudayaan dan kesenian. Ia bahkan telah menjadi guru bagi banyak sastrawan. Ia
banyak menulis berbagai hal, walaupun karya sastralah yang paling banyak
digelutinya.
Penulis Robohnya Surau Kami dan menguasai berbagai kesenian seperti seni rupa
dan musik, ini meninggal dunia dalam usia hampir 79 tahun, sekitar pukul 05.00,
Sabtu, 22 Maret 2003, di rumah sakit Yos Sudarso, Padang.
Cerpen Robohnya Surau Kami terpilih menjadi satu dari tiga cerpen terbaik
majalah sastra Kisah tahun 1955. Sebuah cerpen yang dinilai sangat berani. Kisah
yang menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru
dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya orang itu melalaikan
pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.
Dalam Karya Robohnya Surau Kami pengarang juga mencerminkan perspektif
pemikiran ini. Yang roboh itu bukan dalam pengertian fisik tapi tata nilai. Pada
kenyataannya, judul kisah ini hanya bersifat simbolis, karen amemang tidak ada surau
yang dikisahkan roboh, tetapi roboh di sini adalah nilai-nilai agama yang disalah
artikan oleh beberapa orang, terutama di Indonesia.
Cerpen ini mengisahkan bahwa adanya sekelompok orang yang menghadap Tuhan
dan ingin mengajukan protes kepada Tuhan karena telah memasukkan mereka ke
dalam neraka, padahal selama di dunia mereka selalu taat beribadah kepada Yang
Maha Kuasa. Setelah mereka melakukan protes, teenyata Tuhan tetap memasukkan
mereka ke dalam neraka. Dalam kutipan ini pengarang menggambarkan bahwa latar
belakang suasana yang sedang berlangsung, kemudian menunjukkan bahwa mereka
berjumpa dengan Tuhan bahkan mereka berdialog dengan Tuhan, sementara berbicara
dengan Tuhan itu adalah suatu hal yang sangat luar bisa dan tidak biasanya ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun semmua ini dilatar belakangi oleh kehidupan
akhirat pada saat manusia akan menghadap Tuhan dan menerima keputusanNya,
berdasarkan apa yang diperbuat selama di dunia. Walaupun sang pengarang belum
prnah berada dalam situasi yang sama.
Dalam kisah ini pengarang menyampaikan pesan dan moral melalui dialog antara
Tuhan dan manusia, seperti halnya Tuhan bertanya kepada mereka tentang apa yang
mereka lakukan di dunia, kemudian Tuhan menjatuhkan keputusanNya untuk
memasukkan mereka ke dalam neraka. Tentu hal itu mempunyai alasan, mengapa
sampai dimasukkan ke neraka,dan alasan-alasan itu tersirat dalam dialog yang mereka
lakukan.
Selanjutnya, dari segi pemilihan nama pemimpim kelompok yang melakukan protes
kepada Tuhan, menurut saya pengarang menunjukkan bahwa nama yang agamis
sekalipun seperti Haji Saleh tidak mejamin akan kebaikan akhlak yang akhirnya dapat
mengantarkan dia ke dalam surga. Karena kata Haji berarti orang yabg sudah pernah
melakukan ibadah ke Mekkah, sedangkan Saleh berarti seseorang yang taat dan
patuh beribadah serta beriman dan bertakwa kepadaNya. Sehingga betapa ironisnya
jika seorang Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka.
Kemudian Tuhan pun menanyakan keberadaan atau asal mereka, dan keadaan
penduduk serta hasil atau kekayaan alam asal mereka yakni Indonesia. Di sini
pengarang menggambarkan bahwa ketaatan beribadah yang dilakukan oleh Haji
Saleh dari kelompoknya sudah mengesampingkan urusan duniawi seperti halnya
terlihat pada dialog antara mereka yang menyatakan bahwa walaupun negerinya
sudah melarat dan hasil kekayaan alamnya telah dikeruk oleh negara lain, maka
mereka tidak peduli, yang penting mereka terus beribadah kepada Tuhan.
Dalam kisah ini, melalui perkataan Tuhan yang terakhir bahwa mereka diputuskan
untuk masuk neraka karena Tuhan menjelaskan jika memang benar mereka telah
membaca kitab suciNya, maka tentulah mereka tidak hanya akan beribadah tapi juga
beramal, bekerja sehingga nasib mereka bisa membaik. Maka di sini sang pengarang
mencoba menyindir presepsi bahwa agama itu hanya tentang menyembah dan
memuji Tuhan saja. Padahal ada keseimbangan antara kehidupan duniawi dan
kehidupan rohani yang harus di jaga.
Amal ibadah kita harus berdasar pada keinginan untuk menjalankan agama Tuhan
bukan hanya untuk menghindari kehidupan dunia yang jauh lebih melelahkan
Jika kita telah mengaku menjadi hambaNya, tentu kita tidak akan saling menipu
Pembacaan kitab suci tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada aplikasi lebih lanjut
yang Tuhan katakan. Dia tidak mabuk pujian dan sembahandari manusia. Dia
memang seharusnya Yang Maha Agung walaupun tak ada yang menyembahnya. Oleh
karena itu,manusialah yang seharusnya sensitif ke keadaan sekitarnya dan berusaha
untuk menjadi lebih efektif dalam merubah keadaan dirinya.
hari karena A.A. Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain dengan
menampilkantokoh Tuhan, bahklan dalam peristiws ini terjadi dialog antara tokoh
manusia dengan Tuhan Yang maha Tinggi, Maha Pencipta, sehingga teknik
penceritaannya terkesan unik. Dan cerpen ini lahir dalam atmosfer so an yang
kembali lagi memunculkan karakter Tuhan, di mana hal semacam ini pernah
tercantum pada cerpen sebelum Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu
cerpen Langit Semakin Mendung karya Kipanjikorsim.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan dari hasil analisis cerpen Robohnya Surau Kami dengan
Pendekatan Ekspresif adalah sebagai berikut :
Cerpen Robohnya Surau Kami merupakan teks sastra yang baik atau orisinal
karena ide-ide yang ada dalam cerpen merupakan ide murni dari pengarang karena
pengarana sebenarnya bermaksud untuk mengkritik robohnya nilai-nilai agama yang
sudah disalah artikan oleh beberapa orang terutama di Indonesia.
Kami sebenarnya telah terjadi pada cerpen sebelumnya yang kembali lagi
memunculkan karakter Tuhan., yaitu cerpen Langit Semakin Mendung karya
Kipanjikorsim.
B.
Saran
Sebaiknya perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam lagi terhadap cerpen
Robohnya Surau Kami agar dapat dijadikan rujukan dalam pengajaran sastra.
DAFTAR PUSTAKA