Você está na página 1de 12

ALIRAN INTUISIONISME

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Matematika


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hardi Suyitno, M. Pd

Oleh:
Arno Johan
4101413162
Pendidikan Matematika
Rombel 1

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno (mthma), yang berarti pengkajian,
pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi
"pengkajian matematika". Matematika muncul pada saat dihadapinya masalah-masalah yang
rumit yang melibatkan kuantitas, struktur, ruang, atau perubahan. Mulanya masalah-masalah
itu dijumpai di dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan kemudian astronomi. Kini semua
ilmu pengetahuan menganjurkan masalah-masalah yang dikaji oleh para matematikawan, dan
banyak masalah yang muncul di dalam matematika itu sendiri. Dari zaman kuno ledakan
kreativitas matematika seringkali diikuti oleh abad-abad kemandekan. Matematika sejak saat
itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains
yang menguntungkan kedua belah pihak. Ledakan pengetahuan pada zaman ilmiah ini telah
mengarah pada pengkhususan di dalam matematika. Satu perbedaan utama adalah di antara
matematika murni dan matematika terapan. Sebagian besar matematikawan memusatkan
penelitian mereka hanya pada satu wilayah ini. Beberapa wilayah matematika terapan telah
digabungkan dengan tradisi-tradisi yang bersesuaian di luar matematika dan menjadi disiplin
yang memiliki hak tersendiri, termasuk statistika, riset operasi, dan ilmu komputer.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab

yang juga diambil dari bahasa Yunani philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini

merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata philia = persahabatan, cinta, sedangkan
sophia = kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang pencinta kebijaksanaan.
Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan
pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang samasama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu
yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi,
keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju

sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain
dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Filsafat matematika adalah adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah
untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Filsafat dan Matematika sudah tidak
diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang pengetahuan ini sangat erat
hubungannya. Para ahli banyak berbeda pendapat tentang pemikiran filsafat dan matematika.
Pemikiran tentang matematika diwarnai dengan perdebatan sengit antara ahli matematika
yang satu dengan ahli matematika lainnya. Karena adanya perdebatan ini seoalah-olah para
ahli terkotak-kotak menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan sudut pandang
pandang dan ide yang dikeluarkannya. Sumardyono (2004) menjelaskan bahwa secara umum
terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi perkembangan matematika, termasuk
perkembangan pendidikan matematika, yaitu aliran logikalisme atau logisisme, aliran
formalisme, aliran platonisme, aliran intuitonisme.
Aliran intuisionisme (berasal dari bahasa Latin: intuitio yang berarti pemandangan)
adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya satu kemampuan tingkat tinggi yang
dimiliki manusia, yaitu intuisi. Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau
memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Berbicara
mengenai aliran intuisi tidak terlepas dari bagaimana teori itu muncul. Berawal dari abad ke19 dimana aliran rasionalisme yang hanya mengedepankan pada kekuatan akal manusia
berupa penjelasan-penjelasan yang bersifat diskriptif disempurnakan oleh France Bacom
dengan metode induksinya atau dikenal juga dengan metode eksperimen, mampu
menghantarkan manusia menuju ke suatu peradaban dunia modern yang maju dengan pesat
ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita nikmati sekarang
ini. Meskipun demikian, efek yang luar biasa dari penemuan Bacom tersebut menemui jalan
buntu (deadlock) manakala dihadapkan dengan perkara yang berhubungan dengan nilai-nilai,
kematian,

kenyataan

yang

paradoks,

Tuhan

serta

kenyataan

yang

tidak

bisa

dieksperimentasikan. Inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan aliran intuisi,
disamping objek dan pengembangan teori tentang sumber pengetahuan dan kebenaran yang
akan dijelaskan berikutnya. Dalam filsafat alira intuisionisme tergolong sebagai filsof yang
merevisi landasan matematika terhadap pandangan-pandangan yang lain seperti platonisme,
logisme, formalisme.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah konsep pemikiran aliran intuisionisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh aliran intuisionisme?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan observasi ini adalalah:
1. Mengetahui konsep pemikiran aliran intuisionisme;
2. Mengetahui tokoh-tokoh aliran intuisionisme.
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta
wawasan kepada pembaca tentang aliran intuisionisme.
1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi penulisan makalah ini yaitu menggunakan teknik kajian berdasarkan studi
pustaka. Studi Pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi
itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan
sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan
dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya dan
penelitian-penelitian

yang

telah

dilakukan

sebelumnya.

Dengan

melakukan

studi

kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang


relevan dengan penelitiannya.
Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena pada dasarnya penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Selain itu, metode ini dianggap cukup tepat untuk melakukan
pendekatan terhadap masalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemikiran


Intuisionisme adalah sistem etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu perbuatan
berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari perkataan Inggris yaitu
intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah bahwa manusia memiliki gerak hati atau
disebut hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu
perkara benar atau salah, jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai
suatu proses melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses
melihat dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif ini merupakan
pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran rasional. Namun
kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
Organ fiskal yang berkaitan dengan gerak hati atau intuisi tidak diketahui secara jelas.
Namun, para ahli filsafat menyebutkan jantung dan otak kanan sebagai organ fiskal yang
menggerakan intuisi. Gerak hati yang tidak mampu dijangkau oleh akal disebut juga dengan
pengalaman emosional dan spiritual. Menurut Kant, akal tidak pernah mampu mencapai
pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu menafsir pada perkara
yang dilihat (fenomena), tetapi hati mampu menafsir perkara dengan tidak terhalang oleh
perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek. Intuisi bisa muncul tanpa kita
rencanakan apakah ketika santai ataupun tegang, ketika diam ataupun bergerak. Dengan kata
lain pemikiran intuisionis ialah sejenis pengetahuan yang lebih tinggi dan berbeda dengan
yang diperoleh secara individu. Kemunculan ide yang meledak secara tiba-tiba dalam
memberikan tafsiran terhadap sesuatu perkara boleh dikaitkan dengan aliran pemikiran ini.
Kant mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian
pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa
dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang diberikan oleh analisa. Ada yang berpendirian bahwa

apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa
yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal,
Bergson menganggap adanya kemampuan tingkat tinggi dalam diri manusia, yaitu intuisi.
Intuisi disebut juga sebagai ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir
begitu saja secara tiba-tiba, namun ia juga tidak terjadi kepada semua orang melainkan hanya
jika seseorang itu sudah berfikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah
memaksimalkan daya fikirnya dan mengalami tekanan, lalu dia mengistirahatkan pikirannya
dengan tidur atau bersantai, maka saat itulah intuisi berkemungkinan akan muncul. Intuisi
merupakan pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Sehingga untuk
memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal. Tetapi harus memiliki
keyakinan bahwa semua keyakinan dimuka bumi tidak terlepas dari sunatullah. Proses
berlangsungnya sunatullah itu melewati beberapa tahapan yang sudah pasti terjadi sebelum
sampai pada kejadianya itu sendiri. Direntang waktu inilah lahir kekuatan alam bawah sadar
manusia yang disebut intuisi. Cara untuk memberdayakan daya intuisi agar berfanfaat dalam
kehidupan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Meyakini dan menghargai intuisi


Meningkatkan spiritual
Pengendalian emosi
Mengisi jiwa
Permainan mengendalikan indera mistik.
Membaca mimpi

Hati

dapat

memahami

pengalaman-pengalaman

khusus,

misalnya

pengalaman

eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan yang telah
ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi hatilah yang merasakannya.
Keutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai dibanding
sumber lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme. Sebagian besar ahli filsafat muslim
mempercayai kelebihan hati dibandingkan dengan akal.
Intuisionisme dikembangkan di Barat oleh Henri Bergson. Dalam tradisi filsafat barat,
pertentangan keras terjadi antara aliran empirisme dan rasionalisme. Pada awal abad ke-20,
empirisme masih menguasai pemikiran positivisme dalam kalangan ilmuan barat. Dalam
filsafat pemikiran Islam, juga terjadi pertentangan kuat antara aliran rasionalisme dan
intuisionisme. Pada umumnya penilaian positif dari para ahli filsafat muslim terhadap intuisi
bahwa mereka memberikan status yang kuat pada wahyu sebagai sumber pengetahuan yang
lebih sahih daripada Rasionalisme.

Aliran intuisionisme dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer (18811966) yang
berkebangsaan Belanda. Aliran ini sejalan dengan filsafat umum yang dicetuskan oleh
Immanuel Kant (1724-1804). Intusionis mengklaim bahwa matematika berasal dan
berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika tidak terletak pada
simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal pikiran manusia. Hukum-hukum
matematika tidak ditemukan melalui pengamatan terhadap alam, tetapi mereka ditemukan
dalam pikiran manusia. Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum
intusionis tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai
pengetahuan intuitif bekerja dalam pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci
berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lain.
Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika suatu
kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak
akan ada apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis
menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya
terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran
pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu
intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan p (Anglin,
1994).
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika menurut
versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksima-aksioma intuitif tertentu,
penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini
berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran
absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada padangan yang
subyektif semata (Ernest, 1991).
Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1) intusionisme tidak
dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak ada manusia
apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah manusi timpang yang buruk
dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, bahwa
mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini. Intusionisme, menjawab
keberata tersebut seperti berikut; tidak ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba
membayangkansuatu dunia tanpa manusia; (2) Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil
matematika yang kokoh dan ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang
kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).

2.2 Tokoh-Tokoh Aliran Intuisionisme


Intuisionisme dikembangkan oleh Henry Bergson (1959-1941) ini berkeyakinan bahwa
akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek-objek yang kita tangkap itu
adalah objek yang selalu berubah-ubah. Jadi pengetahuan yang dimiliki manusia tidak pernah
tetap. Namun, ia dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) yang
dikembangkan di Belanda. Aliran ini sejalan dengan falsafah umum yang dicetuskan oleh
Imanuel Kant (1724-1804). Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran ini akan dijabarkan
sebagai berikut:
1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881 1966)
Brouwer dilahirkan di sebuah kota di Overschie, Belanda. Di kalangan temantemannya, Brouwer sering dipanggil dengan nama Bertus. Pada tahun 1897, Brouwer
mengikuti kuliah di universitas Amsterdam untuk belajar matematika dan fisika. Salah
seorang dosennya, Diederik Korteweg, dosen matematika, kelak memberi pengaruh
besar bagi dirinya. Dosen lain yang mempengaruhinya adalah Gerrit Mannoury, dosen
filsafat. Karya pertama Brouwer adalah rotasi pada ruang empat dimensi di bawah
bimbingan Korteweg. Menurut Brouwer, dasar dari intuisionisme adalah pikiran.
Namun pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh pandangan
Immanuel Kant. Matematika didefinisikan oleh Brouwer sebagai aktifitas berpikir
secara bebas, namun eksak, suatu aktivitas yang ditemukan dari intuisi pada suatu saat
tertentu. Dalam pandangan intuisionisme tidak ada realisme terhadap objek-objek dan
tidak ada bahasa yang menjembatani, sehingga bisa dikatakan tidak ada penentu
kebenaran matematika diluar aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku ketika subjek
dapat dibuktikan kebenarannya (dibawa keluar dari kerangka pemikiran). Singkat kata,
Brouwer mengungkapkan bahwa tidak ada kebenaran tanpa dilakukan pembuktian.
Intuisionisme mempunyai ruang gerak lebih besar daripada matematika konstruktif
aliran-aliran lainnya (termasuk di sini disertasi Brouwer) adalah pilihan-pilihan dalam
melihat suatu deret. Tujuan utama memilih deret merupakan rekonstruksi analisis; titiktitik dalam (bidang) kontinuum (bilangan-bilangan nyata) yang diidentifikasi dengan
memilih deret yang memenuhi persyaratan kondisi-kondisi tertentu. Memilih berbagai
pilihan deret dapat dilakukan dengan menggunakan alat uang disebut dengan spread,
yang mempunyai fungsi mirip dengan analisis klasik Cantorian, dan awalnya Brouwer
menggunakan istilah gabung (himpunan) untuk berbagai spread.

Guna mengukuhkan teori spread dan teori titik-titik ini yang digunakan sebagai dasar
ini, termaktub dalam dua makalah yang diterbitkan pada tahun 1918/1919, Founding
Set Theory Independently of the Principle of the Excluded Middle.
2. Arend Heyting (1898-1980)
Murid Brouwer yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan intuisionisme
filsafat matematika adalah Arend Heyting. Heyting membangun sebuah formalisasi
logika intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan Predikat Kalkulus
Heyting. Heyting menegaskan bahwa dari asumsi metafisika yang pokok dalam
kebenaran realism-logika klasik, bahasa matematika klasik adalah pengertian faktorfaktor objektivitas syarat-syarat kebenaran yang terbaik. Semantic matematika klasik
menggambarkan suatu kondisi dalam pernyataan benar atau salah. Semantik seperti ini
tidak tepat untuk intuisinisme. Sebagai pengganti, bahasa intuisionisme seharusnya
dimengerti

dalam

faktor-faktor

syarat-syarat

penyelesaian.

Semantik

akan

menggambarkan suatu perhitungan seperti sebuah penyelesaian kanonikal untuk setiap


permasalahan. Heyting mempunyai andil dalam pandangan Brouwer mengenai
kelaziman kontruksi mental dan down playing bahasa dan logika. Dalam buku
Intuitionism (1956: 5) dia mengemukakan pendapat Brouwer, bahasa adalah media
tidak sempurna untuk mengkomunikasikan konstruksi nyata matematika. Sistem
formalnya adalah dirinya sendiri sebagai sebuah legitimasi konstruksi matematika,
tetapi satu yang tidak diyakini sistem formal menggambarkan secara utuh domain
pemikiran matematika. Pada suatu penemuan metode baru memungkinkan kita untuk
memperluas sistem formal. Heyting menegaskan logika bergantung pada matematika
bukan pada yang lain. Oleh karena itu, Heyting tidak bermaksud pekerjaannya pada
logika untuk menyusun pertimbangan intuisionistik.
3. Sir Michael Anthony Eardley Dummett (1925 sekarang)
Mengingat kembali Brouwer dan Heyting yang mengatakan bahasa merupakan media
tidak sempurna untuk komunikasi konstruksi mental matematika. Sebaliknya
pendekatan utama Dummett, matematika dan logika adalah linguistik dari awal.
Filosofinya lebih mengedepankan pada logika intuisionistik daripada matematika itu
sendiri. Seperti Brouwer, tetapi tidak seperti Heyting, Dummet tidak memiliki orientasi
memilih. Dummet mengeksplorasi matematika klasik dengan menggunakan bentuk
pemikiran yang tidak valid pada suatu jalan legitimasi penguraian pernyataan
alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa pertimbangan mengenai logika adalah benar
yang pada akhirnya harus tergantung pada arti pertanyaan. Ia juga mengadopsi

pandangan yang diperoleh secara luas, yang kemudian disebut sebagai terminologi
logika. Dummet menegaskan bahwa arti suatu pernyataan tidak bisa memuat suatu
unsur yang tidak menunjukkan penggunaannya. Untuk membuatnya, harus berdasarkan
pemikiran individu yang memahami arti tersebut. Jika dua individu secara bersama
setuju dengan penggunaan pernyataan yang dibuat, maka mereka pun menyetujui
artinya. Alasannya bahwa arti pernyataan mengandung aturan instrumen komunikasi
antar individu. Jika seorang individu dihubungkan dengan simbol matematika atau
formula, dimana hubungan tersebut tidak berdasar pada penggunaan, kemudian dia
tidak dapat menyampaikan muatan tersebut dengan arti simbol atau formula tersebut,
maka penerima tidak akan bisa memahaminya.Acuan arti pernyataan matematika
secara umum, harus mengandung kapasitas untuk menggunakan pernyataan pada alur
yang benar. Pemahaman seharusnya dapat dikomunikasikan kepada penerima. Sebagai
contoh, seseorang mengerti ekspresi yang ada dalam bahasa jika dan hanya jika.

BAB III

PENUTUP
Intuisionisme adalah sistem etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu
perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan
tersebut. Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari perkataan Inggris
yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah bahwa manusia memiliki gerak
hati atau disebut hati nurani. Gerak Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus,
misalnya pengalaman eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan
langsung, bukan yang telah ditafsir oleh akal. Jantung dan otak kanan merupakan organ fiskal
yang menggerakan intuisi. Intuisi disebut juga sebagai ilham atau inspirasi. Aliran
intuisionisme dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer (18811966) yang
berkebangsaan Belanda. Aliran ini sejalan dengan filsafat umum yang dicetuskan oleh
Immanuel Kant (1724-1804). Intusionis mengklaim bahwa matematika berasal dan
berkembang di dalam pikiran manusia.
Tokoh-tokoh aliran intuisionisme dan perkembangannya 1. Luitzen Egbertus Jan
Brouwer (1881-1966) Menurut Brouwer, dasar dari intuisionisme adalah pikiran 2. Arend
Heyting (1898-1980) Heyting menciptakan sebuah formula logik intuisionisme yang sangat
tepat. Sistem ini dinamakan Predikat Kalkulus Heyting 3. Sir Michael Anthony Eardly
Dummett (1925-sekarang) Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik
daripada matematika itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Seri. 2009. apa itu aliran intuisionisme?. https://ukhrie.wordpress.com/2009/01/


03/apa-itu-aliran-intuisionisme/ (diunduh 25 maret 2016)
Nuryanto. 2013. Aliran Intuisi. http://nuryantowiryo.blogspot.com/2013/03/aliranintuisi.html (diunduh tanggal 25 maret 2016)
Putri, Rafika. 2012. aliran intuisionisme. https://rafikaputri.wordpress.com/2012/02/17/49/
(diunduh tanggal 25 maret 2016)
Wikipedia. 2014. Intuisionisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme (diunduh tanggal
25 maret 2016)
Wikipedia. 2015. matematika. http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika (diunduh tanggal
25 maret 2016)
Wikipedia. 2015. filsafat. http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat (diunduh tanggal 25
maret 2016)
Ummah, Rahmatul. 2015. Intuisionisme Sebagai Sumber Pengetahuan.
http://www.kompasiana.com/rahmatul.ummah/intuisionisme-sebagaisumber-pengetahuan (diunduh tanggal 25 Maret 2016)

Você também pode gostar