Você está na página 1de 5

a.

Analisis Meteogram
Berikut merupakan penjelasan tentang hasil running produk WRF berupa data
meteogram dari tanggal 23 25 Februari 2013. Namun yang ditampilkan dalam
penjelasan ini hanya tanggal 24 Februari 2013, dan untuk meteogram tanggal 23 dan 25
Februari 2013 sebagai lampiran.
Meteogram tanggal 24 Februari 2013 :

Gambar 4.9 Produk WRF-Meteogram 24 Februari 2014


1. Analisis Wind, Temp & RH perlapisan
Wind :

Dari diagram di atas didapat gambaran mengenai kestabilan atmosfer berdasarkan


profil angin vertikal didapatkan bahwa pada tanggal 24 Februari 2014 setiap lapisan
dari surface 500 mb arah angin umumnya cenderung sama bergerak dari arah barat
menuju tenggara dari jam 00.00 24.00 UTC dengan kecepatan angin berkisar antara
10 50 knot.
Di tiap lapisan arah anginnya hampir sejajar dan tidak ditemukannya angin yang
berkumpul (konvergen) di lapisan bawah yang menunjukkan bahwa anginnya
berputar secara siklonal yang mengindikasikan kondisi cuaca saat itu Labil.
Namun demikian walaupun arahnya sejajar, kita perlu melihat kecepatannya, apakah
ada streamfunction (anginnya melambat /mengencang) agar dapat diidentifikasi
apakah tetap bisa terdapat potensi pembentukan awan atau tidak.
Secara umum terdapat shear angin vertikal (perbedaan kecepatan angin antara dua
lapisan) sehingga dapat menyebabkan ada gerakan ke atas. Untuk lapisan Stering
Level (700 mb 500 mb) merupakan lapisan penentu dari gangguan cuaca, ketika ada
pembentukan awan CB karena proses konveksi dan jika di lapisan ini anginnya
kencang maka awan CB tersebut tidak dapat bertumbuh normal seperti biasanya
(hingga 12.000 feet) tetapi pertumbuhannya terhambat atau bertumbuh miring
mengikuti arah angin. Dan sebaliknya jika pada lapisan tersebut calm maka
pertumbuhan awan CB tidak akan mengalami gangguan.
o Pola konvergensi angin :
Ketika ada perlambatan kecepatan angin yang cukup signifikan, maka dapat
dipastikan pada area tersebut potensi pembentukan awan hujan cukup tinggi.
o Pola shearline (geser angin) :
Ketika di suatu daerah pada peta ada perubahan arah angin (belokan angina) yang
cukup signifikan, maka dapat dipastikan di daerah tersebut terjadi perlambatan

kecepatan angin, sehingga potensi kumpulan awan dan potensi hujan cukup tinggi.
Suhu :
Suhu di lapisan permukaan umumnya cenderung hangat (>25 oC) dan untuk suhu
profil vertikalnya hampir tidak ada perubahan selama seharian dan frezzing level
tetap pada lapisan 520 mb ( 4800 m dari surface), cukup rendah artinya terjadi

adveksi dingin di lapisan atas.


RH :

Secara umum dari jam 03.00 24.00 UTC pada lapisan 1000 800 mb RH berkisar
80-98 %, namun pada lapisan 800 500 mb RH cenderung menurun keatasnya
(mencapai 70 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada massa udara/awan yang
terbentuk dari lapisan 1000 800 yang diindikasikan adanya pembentukan awan
hujan yang tebal bahkan sampai ke lapisan 500 mb yang dapat menghasilkan
presipitasi.
2. Thickness pada lapisan 1000 500 mb
Thickness merupakan ukuran panas/dingin lapisan atmosfer.
Jika Thickness tebal diindikasikan lapisan atmosfernya semakin hangat maka akan

banyak terbentuk awan sehingga dapat berpotensi hujan.


Jika Thickness tipis diindikasikan lapisan atmosfernya semakin dingin sehingga
kemungkinan besar tidak ada pembentukan awan hujan.
Berdasarkan diagram, nilai thickness dari jam 09.00 24.00 UTC berkisar antara 581
- 582 dm, thickness tersebut mulai menebal yang menunjukkan adanya inidikasi

pembentukan awan hujan.


3. LI (Lifted Index)
LI merupakan indikator utama untuk melakukan Thunderstorm Forecasting yaitu
memprakirakan adanya badai TS dari awan CB.
LI = T500 T500
> 3oC
: Tidak ada TS
0oC 3oC
: Kemungkinan ada TS
o
o
-3 C 0 C
: Ada TS
(-6oC ) (-3oC)
: TS hebat
o
< -6 C
: Tornado
Dilihat dari diagram, menunjukkan bahwa nilai LI dari jam 00.00 24.00 UTC berkisar
-2oC s/d -4oC yang menandakan adanya Thunderstorm.
Awan CB butuh udara yang hangat dan lembab untuk membentuk awan CB yang giat dan
menjulang serta berpotensi TS. Saat terjadinya TS kemungkinan akan segera turun hujan
karena ada ledakan yang disebabkan loncatan muatan dalam awan CB sehingga hail
maupun butiran hujan akan mudah jatuh.
4. Total-totals index : Nilai-nilai dan hubungan empiris untuk aktivitas konvektif.
TT = VT + CT
TT = (T850 - T500) + (Td850 - T500)
TT = T850 + Td850 -2T500
Nilai TT dikorelasi dengan cuaca
<44
no significant thunderstorm activity
44-45 isolated to few moderate thunderstorms

46-47
48-49
50-51

scattered moderate, few heavy thunderstorms


scattered moderate, few heavy, isolated severe TS
scattered heavy, few severe thunderstorms, isolated

52-55

scattered to numerous heavy, few to scattered severe thunderstorms, few

TS possible

tornadoes
> 55

numerous heavy, scattered severe thunderstorms and

tornadoes
Dari diagram didapat nilai total-totals dari jam 00.00 24.00 UTC nilai total-totals
umumnya berkisar antara 40 46 yaitu isolated untuk beberapa TS moderat.
5. MSLP (Mean Sea Level Pressure)
MSLP merupakan tekanan udara rata-rata di lautan.
Jika tekanan udaranya rendah maka diindikasikan adanya daerah Low yaitu ada udara

masuk (konvergen).
Dan sebaliknya, jika tekanan udaranya tinggi maka diindikasikan adanya daerah High

yaitu ada udara keluar (divergen).


Biasanya pada saat hujan, tekanan udaranya rendah.
Dari diagram dapat dilihat bahwa MSLP pada jam 00.00 04.00 UTC berkisar pada
tekanan 1008 1010 mb. Namun tekanan mulai menurun pada jam 05.00 21.00 UTC
berkisar pada tekanan 1007 - 1008 mb yang mengindikasikan adanya daerah Low (udara
berkumpul/konvergen) di Lautan. Namun siklonnya (990 hPa) pada saat tersebut sudah
mulai bergerak ke selatan menjauhi wilayah Sumba Timur.
6. 10 m Wind
Untuk angin 10 meter, dapat dilihat bahwa secara umum angin bertiup dari barat laut ke
tenggara dengan kecepatan angin berkisar antara 6 16 knot. Kecepatan angin meningkat
mulai jam 04.00 24.00 UTC yaitu berkisar 10 16 knot. Arah anginnya cenderung
sejajar, namun untuk pergerakan massa udaranya perlu dilihat juga dari kecepatannya
yang melambat atau mengencang. Dari diagram tidak terdapat arah angin yang tidak
beraturan dan cenderung berkumpul untuk mendukung proses konvergensi jadi angin
yang dominan merupakan efek dari gerak massa udara yang menuju pusat siklon di
selatan.
7. Temp, DP & RH 2m
Menunjukkan suhu udara, dew point dan RH dari ketinggian 2 meter.
Segitiga merah untuk suhu : Nilai Temp umumnya berkisar pada 24.5 25.0 oC dan

cenderung tetap.
Segitiga abu-abu untuk dew point : Nilai Dewp umumnya berkisar pada 22 25 oC
dan cenderung tetap.

Bulatan putih untuk RH : Nilai RH umumnya berkisar pada 85 - 90% dari jam 00.00
09.00 UTC. Namun dari jam 09.00 24.00 UTC menunjukkan adanya peningkatan
RH antara 90% 98%. Hal ini dapat dilihat juga dari jarak T dan Td. Jika jaraknya
menjauh artinya RH mulai menurun dan jika jaraknya makin dekat (jam 09.00
24.00 UTC) artinya ada peningkatan RH yang mengindikasikan udara mulai jenuh
dan dapat membentuk awan dan dapat juga dikatakan bahwa udara seharian

cenderung basah. RH yang lebih dari 80% berpotensi terjadi hujan lebat.
8. Total Rain :
Dari awan Convective dalam 1 hour precipitation (mm) balok total curah hujan yang
terjadi. Tiap balok 30 menit. Untuk mengetahui jumlah CH akumulasi semua jumlah CH
(mm) dari tiap-tiap balok hujan.
Dari diagram tersebut, dapat diketahui bahwa hujan yang terjadi

mulai tanggal 24

Februari 2014 pada koordinat -9.6S dan 119.8E (Stamet Waingapu) jam 07.00 UTC
24.00 UTC dengan intensitas hujan lebat yaitu >20 mm/jam.
Ketegori hujan per jam menurut BMKG :
a. < 10 mm
: hujan ringan
b. 10 20 mm
: hujan sedang
c. > 20 mm
: hujan lebat
Dari analisis meteogram tanggal 24 Februari 2013 secara keseluruhan di temukan suatu
kondisi bahwa curah hujan yang terjadi dari jam 08.00 24.00 UTC totalnya 75.6 mm
dan tidak sesuai dengan jumlah curah hujan yang tertakar di alat penakar hujan
observatorium stasiun yang besarnya 82.0 mm. Hal ini dikarenakan setiap model
mengacu kepada skala regional sehingga tidak terlalu akurat untuk suatu titik koordinat,
namun meteogram ini dipakai untuk pendekatan dan analisis penampang vertical
menggantikan ketidaktersediaan data Sounding di Waingapu.
Namun untuk analisa parameter lainnya secara keseluruhan dari meteogram ini dapat
disimpulkan bahwa keadaan cuaca saat itu yaitu dari jam 03.00 24.00 UTC
menunjukkan adanya hubungan yang sangat mendukung untuk terjadinya presipitasi di
titik koordinat stasiun tersebut.

Você também pode gostar