Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a.
Pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Eliminasi
Sirkulasi
DO : Ada eritema daerah dermatom yang terserang pada awal gejala kemerahan.
DS : Klien merasa panas pada daerah yang terserang.
4.
Nutrisi
Neurologi
Integumen
DS : Klien mengeluh ada perubahan pada dirinya berupa tidak ada rasa pada daerah
yang terserang.
DO : Pada stadium prodormal belum terlihat kelainan pada kulit dan akar muncul
pada stadium erupsi berupa popula - vesikel berisi cairan yang jernih serta pada
stadium krusta berbentuk vesikel, purulen, prostula, krusta ulpus sikatrik.
7.
Psikologik
DS : Klien merasa tidak berselera, tidak ada harapan merasa menarik dengan
keadaannya.
DO : Tidak kooperatif labil, moral kesukaran mengekspresikan perasaannya
perubahan citra tubuh.
8.
Interaksi sosial
Kenyamanan/nyeri
DS : Nyeri radikuler.
DO : Gelisah dan ekspresi wajah tegang.
10.
Pendidikan kesehatan
Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan :
1.
2.
Sitologi (64% Tzarck sinear +) adanya sel raksasa yang multi lokuler dan sel
akan tolitek.
3.
b.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
dari organisme.
4.
5.
Resiko
terhadap
ketidak
aktifan
pelaksanaan
aturan
therapeutika
c.
Intervensi
1.
Dx 1
prunitus.
Tujuan
kering.
: Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit besih
Intervensi
2.
Dx 2
Tujuan
Intervensi
3.
Dx 3
penampilan tubuh.
Tujuan
: a.
diberikan.
-
c.
d.
d.
Implementasi
e.
Evaluasi
HERPES
By : Fitri Anggraini (10101001058)
A.
Resume
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,
brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis7. Herpes zoster oftalmikus menyerang
disekitar mata. Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII),
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Herpes zoster brakialis merupakan
infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit. Herpes zoster torakalis menyerang dada dan perut.
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Herpes zoster sakralis
menyerang sekitar anus dan genitalia. Herpes genitalis adalah infeksi akut pada
genitalis dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok pada dasar yang
eritem dan bersifat rekuren6,8,9,11. Herpes genitalis disebabkan oleh herpes simplex
virus (HSV) atau virus heminis (HVH) tipe 2, tapi walaupun demikoan dapat juga
disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 1 ( 16,1%) yang penularannya akibat
seks orogenital atau penularan melalui tangan6. Sedangkan HSV-2ditularkan secara
seksual atau dari infeksi kelamin ibu ke anaknya yang baru lahir6,8.
Bab I
Pendahuluan Epidemiologi Herpes
i.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena
varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster.
Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam
keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3
usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.
Departemen penelitian pusat kesehatan Omsteld melakukan penelitian dengan metode
menggunakan data dari 1 Januari 1996-15 Oktober 2005, dilakukan studi pada
populasi penduduk dewasa ( 22 tahun) dari Olmsted County, MN, untuk
menentukan (dengan peninjauan rekam medis) kejadian herpes zoster dan tingkat
komplikasi herpes zoster. Tingkat insiden ditentukan oleh usia dan jenis kelamin dan
disesuaikan dengan populasi Amerika Serikat. Hasilnya adalah Sebanyak 1.669
penduduk dewasa dengan diagnosis dikonfirmasi herpes zoster diidentifikasi antara 1
Januari 1996 dan 31 Desember 2001. Sebagian besar (92%) dari pasien
imunokompeten dan 60% adalah perempuan. Ketika disesuaikan dengan populasi
orang dewasa Amerika Serikat, kejadian herpes zoster adalah 3,6 per 1000 orangtahun (95% confidence interval, 3.4-3,7), dengan peningkatan temporal 3,2-4, 1 per
1000 orang-tahun dari 1996 sampai 2001. Insiden herpes zoster dan tingkat
komplikasi herpes zoster meningkat dengan usia, dengan 68% kasus terjadi pada
orang berusia 50 tahun ke atas. Neuralgia terjadi pada 18% pasien dewasa dengan
herpes zoster dan di 33% dari senior10.
Untuk herpes genitalis, alam beberapa tahun terakhir, herpes genital telah menjadi
infeksi menular seksual meningkat. Sejak tahun 1970, prevalensi HSV-2 di Amerika
Serikat telah meningkat sebesar 30% sebagai hasilnya satu dari lima orang dewasa
terinfeksi [2,13]. Perbandingan negara-negara berkembang, telah ada jauh lebih tinggi
tingkat HSV-2 di Afrika, di mana prevalensi orang dewasa bervariasi dari 30%
sampai 80% pada wanita dan 10% sampai 50% pada pria akhirnya lebih dari 80 %
dari pekerja seks perempuan yang terinfeksi [12]. Di Amerika Selatan, data yang
tersedia terutama bagi perempuan, di antaranya prevalensi HSV-2 berkisar antara
20% dan 40%. Prevalensi pada populasi umum negara-negara Asia menunjukkan
nilai yang lebih rendah dari 10% sampai 30%.
masyarakat
Herpes zoster merupakan penyakit yang perlu diwaspadai Herpes zoster dapat
muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata
di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan
perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju
seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun
sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun7.
Herpes simpleks virus dapat ditemukan di seluruh dunia6,8. Herpes genital
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama untuk sejumlah alasan, tidak
sedikit (seperti yang ditunjukkan oleh Dr Fenton) adalah bahwa memiliki HSV
genital meningkatkan risiko tertular HIV, jika terpapar4.
Bab II
Pembahasan Epidemiologi Herpes
i.
Triad Epidemiologi
1. Agent
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes
viridae7.
Herpes Genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 26,8,11.
HSV berukuran 90-150 nm, mengandung inti asam nukleat DNA yang diselubungi
protein coat atau capsid yang bersama sama disebut nucleocapsid diselubungi lagi
oleh kapsul lipoprotein yang disebut envelope, yang berasal dari virus serta
membrane sel hospes8. Genom-genom HSV-1 mirip dengan HSV-2 dalam
pengaturan dan tampilan substansi yang homolog8.
2.
Host
Herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, jarang terjadi pada anak-anak.
Walaupun herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster
dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster
pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada
anak, biasanya ditemukan pada anak-anak yang immunokompromis dan menderita
penyakit keganasan7.
Sedangkan Infeksi HSV-1 lazim pada anak-anak dan infeksi HSV-2 pada adolesen
dan dewasa muda9. Herpes genital juga dapat ditularkan dari Ibu hamil yang
menderita herpes genital ke janin / bayi baru lahir6.
3.
Environment
Pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses
penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas
gelembung/lepuh yang pecah7.
HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi
pada kondisi sosial ekonomi terbelakang6. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender
mempengaruhi HSV-2. HSV-2prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih
sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. virus akan
menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada
saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul
dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus
yang
berlebihan,
demam,
gangguan
pencernaan,kelelahan,
makanan
yang
ii.
Transmisi penyakit
Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah
transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di
antara inang yang rentan. Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster
akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih
ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas
seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke
kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster7.
Kontak dengan virus HSV 1 pada saliva daricarrier mungkin cara yang paling
penting dalam penyebaran penyakit ini9,10. Infeksi dapat terjadi melalui perantaraan
petugaspelayanan kesehatan (seperti dokter gigi) yaitu dari pasien HSV
mengakibatkan lesi herpes bernanah (herpetic whitlow). Penularan HSV2 biasanya
melalui hubungan seksual6,9,10.Kedua tipe baik tipe 1 dan tipe 2 mungkin ditularkan
keberbagai lokasi dalam tubuh melalui kontak oral-genital, oral-anal, atau analgenital. Penularan kepada neonata biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi,
jarang terjadi didalam uterus atau postpartum6.
iii.
1.
Masa inkubasi antara 7-12 hari, biasanya didahului oleh gejal-gejala prodormal baik
sistemik (malaise, pusing dan demam), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otottulang, gatal, pegal).
Masa inkubasi dari herpes genitalis umunya berkisar antara 2 sampai 5 hari tapi dapat
lebih lama6. Biasanya didahului rasa terbakar, gatal pada daerah lesi dan ini terjadi
beberapa jam sebelum timbulnya lesi6.
2. Masa Laten dan Periode Infeksi
Penderita zoster bisa menjadi sumber infeksi sekitar 1 minggu sesudah munculnya
lesi vesikulopustuler. Individu yang rentan dianggap bisa menularkan penyakit 10
21 hari sesudah terpajan.
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi dapat berupa infeksi primer
(pertama kali terjadi pada dirinya), dan bisa juga infeksi rekurens (ulangan). Infeksi
primer, virus dari luar masuk ke dalam tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya,
terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes tersebut dan mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara
permanen dan bersifat laten. Sedangkan infeksi rekurens terjadi apabila HSV yang
sudah ada dalam tubuh seseorang aktif kembali dan menggandakan diri. Hal ini
terjadi karena adanya factor pencetus, yaitu berupa trauma (luka), hubungan seksual
yang berlebihan, demam, gangguan alat pencernaan, stress, kelelahan, makanan yang
merangsang, alkohol serta obat-obatan yang menurunkan kekebalan tubuh seperti
misalnya pada penderita kanker yang mengalami kemoterapi.
IV. Pencegahan
A.
Herpes zoster
Pada anak immunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan tindakan
pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan kepada kelompokyang beresiko
tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonates, pubertas ataupun orang
dewasa, dengan tujuan untuk mencegah ataupun mengurangi gejala varicella13.
Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu:
1.
Immunisasi pasif
Immunisasi Aktif
a. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (oka strain) dan kekebalan yang
didapat dapat bertahan hingga 10 tahun
b. Vaksin efektif jika diberikan pada umur 1 tahun dan direkomendasikan diberikan
pada usia 12-18 bulan.
c. Anak yang berusia 13 tahun yang tidakmenderita varicella diberikan dosis
tunggal dan anak lebih tua diberikandalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu.
d. Vaksin varicella : Varivax
B.
Herpes Genitalis
Pencegahan yang dilakukan agar tehindar dari penyakit herpes genitalis yaitu:
Memberikan
penyuluhan
kesehatan
kepada
masyarakat
dan
tentang
kesehatan
harus
menggunakan
sarung
tangan
pada
saat
2. Pengobatan Khusus
A. Sistemik
1. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir
dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus.
Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari
pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5800
mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada
pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain
yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir
diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi.
Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor
DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7 hari6.
2. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes
zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat
adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya
ketika nyeri muncul.
3. Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian
harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah
prednison dengan dosis 320 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara
bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih
baik digabung dengan obat antivirus.
B.
Pengobatan topikal
Herpes Genitalis
A.
Pengobatan secara sistemik dapat dengan pemberian obat antiviral atau dengan
pemberian imunisasi.
a.
Antiviral :
1. Vidarabine/Ara A.
2. Acycloguanosine
b.
Imunisasi :
B.
Providon-iodin
Idoksuridin (IDU)
Sitosin arabinosida/ Cytarabin
Adenin arabinosa
Kortikosteroid
Inaktivasi fotodinamik dan larutan zat warna seperti methylen blue, neutral red, atau
flavine.
pada saat akan berhubungan seksualatau lebih baik jika hanya melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang sah.
E.Gambar Pendukung
Herpes Zoster
Herpes Genitalis
HSV-1
HSV-2
DAFTAR PUSTAKA
Reference
1.
Tjan Richard, Anna Banni, Wiwiek Yuwono dkk. 2009. Penyakit Infeksi dan
Available
From :http://www.mayoclinicproceedings.com/content/82/11/1341.full
4.
CDC. CDC Data on African-Americans and Herpes Data herpes genitalia . date
2010
Available
from
:http://ashasexualhealthblog.org/2010/06/04/cdc-data-on-
african-americans-and-herpes/
5.
CDC.
Other
Sexualy
Transmitted.
2009
Date:
Available
Fromhttp://www.cdc.gov/std/stats09/other.htm#herpes
6.
7.
Hernawati,Isna.
2008.
Zoster. firmanpharos.files.wordpress.com/2010/.../makalah-herpes-zoster.doc
Herpes
,
Alumni
9.
Kedokteran
status
of
art
of
epidemiology,
diagnosis,
therapy
and
Diagnosis Keperawatan
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi.
Tujuan
Intervensi/Implementasi
1.1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum
yg
berlebihan)
ketika
memasang
balutan
basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.
1.2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya sebagian penyakit kulit.
1.3. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan
suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas, radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap
panas.
Nasihati
klien
untuk
menggunakan
kosmetik
dan
preparat
tabir
surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
Kriteria
keberhasilan
1.
Mempertahakan
2.
3.
integritas
Tidak
Tidak
maserasi.
tanda-tanda
Tidak
Memberikan
kulit.
ada
ada
4.
5.
implementasi.
cidera
termal.
ada
obat
topikal
infeksi.
yang
diprogramkan.
Ruam
menyeluruh
terutama
dengan
awaitan
yang
mendadak
2.6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitive
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
2.7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
2.8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.
Rasional: Sabun yang "keras" dapat menimbulkan iritasi.
2.9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.
Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis akan
mengubah fungsi barier kulit
2.10. Kompres hangat/dingin.
Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus.
2.11. Mengatasi kekeringan (serosis).
Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.
2.12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan
barier kulit.
2.13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
2.14. Menggunakan terapi topikal.
keberhasilan
1.
Mencapai
2.
Mengutarakan
peredaan
dengan
gangguan
kata-kata
implementasi.
rasa
nyaman:
bahwa
gatal
nyeri/gatal.
telah
reda.
Mematuhi
Pertahankan
terapi
keadekuatan
yang
hidrasi
dan
diprogramkan.
lubrikasi
kulit.
3.1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit
3.4. Menjaga jadual tidur yg teratur.
3.5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Kriteria
1.
Keberhasilan
Mencapai
2.
3.
4.
5.
Implementasi
tidur
yang
Melaporkan
Mempertahankan
gatal
kondisi
tindakan
mereda.
lingkungan
Menghindari
Mengenali
nyenyak.
yang
konsumsi
untuk
meningkatkan
tepat.
kafein.
tidur.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
4.1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
4.3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusakadaptasi klien .
4.5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
4.6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
penampilan
5.1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
5.2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,
kebanyakan klien merasakan manfaat.
5.3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
pengolesan
krim
serta
losion
kulit.
Dorong
klien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
sehat.
Keberhasilan
Memiliki
Mengikuti
pemahaman
terapi
dan
Implementasi
terhadap
dapat
perawatan
menjelaskan
alasan
kulit.
terapi.
Menggunakan
Memahami
obat
pentingnya
topikal
nutrisi
dengan
untuk
kesehatan
tepat.
kulit.
6. Mencegah Infeksi
6.1. Miliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada klien yang
sistem
kekebalannya
terganggu.
Rasional: setiap keadaan yg mengganggu imun akan memperbesar risiko infeksi kulit.
6.2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada klien mengenai program terapi.
Rasional: Pendidikan klien yang efektif bergantung pada keterampilan interpesonal
profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas.
6.3. Laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi intensitas
inflamasi.
Rasional: vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi eritema dan
membantu debridemen vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.
6.4.
Sediakan
terapi
rendaman
sesuai
program.
6.5.
Berikan
antibiotik
sesuai
order.
masalah.
Rasional: dermatitis kontan atau reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang
ada
dalam
Kriteria
obat
Keberhasilan
tersebut.
Implementasi