Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENGAWASAN LEGISLATIF
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
Oppie Dara Kusuma (1301413029)
Rika Ardiyanti
(1301413030)
Yuliani Safareka
(1301413031)
(1301413054)
(1301413060)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .LatarBelakang
Kepemerintahan daerah yang baik (good local governance) merupakan
issue yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa
ini. Tuntutan gagasan yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah untuk
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik adalah sejalan
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di samping adanya globalisasi
pergeseran paradigma pemerintahan dari rulling government yang terus
bergerak menuju good governance dipahami sebagai suatu fenomena
berdemokrasi secara adil. Untuk itu perlu memperkuat peran dan fungsi
DPRD agar eksekutif dapat menjalankan tugasnyadengan baik.DPRD yang
seharusnya mengontrol jalannya pemerintahan agar selalu sesuai dengan
aspirasi masyarakat, bukan sebaliknya merusak dan mengkondisikan
Eksekutif untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap aturan
aturan yang berlaku, melakukan kolusi dalam pembuatan anggaran agar
menguntungkan dirinya, serta setiap kegiatan yang seharusnya digunakan
untuk mengontrol eksekutif, justru sebaliknya digunakan sebagai kesempatan
untuk memeras eksekutif sehingga eksekutif perhatiannya menjadi lebih
terfokus untuk memanjakan anggota DPRD dibandingkan dengan masyarakat
keseluruhan. Dengan demikian tidak aneh, apabila dalam beberapa waktu
yang lalu beberapa anggota DPRD dari berbagai Kota/Kabupaten ataupun
provinsi banyak yang menjadi tersangka atau terdakwa dalam berbagai kasus
yang diindikasikan korupsi. Hal ini yang sangat disesalkan oleh semua pihak,
perilaku kolektif anggota dewan yang menyimpang dan cenderung melanggar
aturan-aturan hukum yang berlaku.
BAB II
3
PEMBAHASAN
2.1
persatuan dalam arti sebagai negara yang warga negaranya erat bersatu, yang
mengatasi segala paham perseorangan ataupun golongan yang menjamin
segala warga negara bersamaan kedudukannya di hadapan hukum dan
pemerintahan dengan tanpa kecuali. 19 Negara persatuan mengakui
keberadaan masyarakat warga Negara karena kewargaanya (civility).
Pluralitas budaya, nilai, dan struktur masyarakatnya dalam bingkai negara
kesatuan juga diakui sebagai bagian penting corak kemajemukan bangsa
sebagai sesuatu yang harus tetap dipertahankan. Sedemikian pentingnya
kemajemukan tersebut, hingga ditegaskan dalam pasal 37 ayat (5) UUD45
Amandemen yang menyatakan bahwa, khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan. Hal ini
menandakan bahwa sampai kapan pun bentuk negara Republik Indonesia akan
tetap sebagai negara kesatuan bagaimanapun sistem pemerintahan dan
parlemen
yang
dianut.
ketatanegaraan Indonesia yang ingin beranjak dari rejim dan sistem otoriter
jaman orde baru, tetapi lebih dari itu, yaitu membawa pemerintah kian dekat
dengan rakyat. Tuntutan kondisi eksternal yang menghendaki perbaikan
sistem dan kinerja pemerintah daerah selama ini mendorong keinginan untuk
dapat bersaing dengan negara-negara sedang berkembang lainnya. Kondisi ini
sebenarnya telah menempatkan DPD sebagai lembaga negara yang sangat
mampu membantu daerah mewujudkan perubahan dan adaptasi tersebut
dengan membawa kepentingan dan kebutuhan daerah (agenda setting) ke
tingkatnasional.
Peran strategis tersebut dapat dilakukan mulai dari tahap pemantauan
kebutuhan dan permasalahan yang ada di daerah masing-masing perwakilan.
Dengan kewenangan yang dimilikinya untuk mengusulkan RUU yang terkait
dengan otonomi daerah, DPD dapat membuka jalan bagi daerah untuk
membagi permasalahan dan kebutuhannya kepada pemerintah pusat dan DPR.
Memang fungsi dan kewenangan tersebut cukup terbatas, mengingat ruang
lingkup kebutuhan dan permasalahan rakyat sebenarnya berada di level
pemerintah daerah, maka DPD membutuhkan kewenangan yang lebih dari
sekedar pengusul saja.
Dalam lingkup pengawasan khusus juga, peran dan fungsi DPD bias
dimaksimalkan. Sebagaimana dituliskan dalam UUD45, bahwa Dewan
Perwakilan
Daerah
dapat
melakukan
pengawasan
atas
pelaksanaan
yang lebih stabil antara pihak eksekutif dan legislatif, dan (b) keinginan untuk
membuat sistem pemerintahan benar-benar berjalan lebih efisien dan lancar
melalui apa yang disebut revising chamber.Oleh karena itu, apabila melihat
konsep di atas, maka perbedaan kedua kamar parlemen Indonesia (DPR dan
DPD) dapat ditentukan, salah satunya melalui pembagian kewenangan di
antara keduanya dalam menjalankan tugas-tugas parlemen.
Secara teori, lembaga legislatif mempunyai tiga jenis fungsi yaitu
fungsi pengaturan (legislasi), fungsi pengawasan (kontrol), dan fungsi
perwakilan (representasi). Dalam fungsi perwakilan, terdapat tiga sistem
perwakilan yang dipraktikkan di berbagai negara demokrasi, yaitu:
1) Sistem perwakilan politik (political representation);
2) Sistem perwakilan teritorial (territorial representation atau regional
representation);
3) Sistem perwakilan fungsional (functional representation).
Sistem perwakilan politik menghasilkan wakil-wakil politik, sistem
perwakilan teritorial menghailkan wakil-wakil daerah, sedangkan sistem
perwakilan fungsional menghasilkan wakil-wakil golongan fungsional. DPD
merupakan perwujudan sistem perwakilan teritorial dan DPR sebagai
perwakilan politik. Dianutnya ketiga sistem perwakilan di atas menentukan
bentuk dan struktur pelembagaan sistem perwakilan tersebut di setiap negara.
Pilihan system perwakilan itu selalu tercermin dalam struktur kelembagaan
parlemen yang dianut suatu negara. Melihat ketiga fungsi tersebut, memang
dapat dinyatakan bahwa kedudukan DPD bukanlah lembaga legislatif
sepenuhnya sebab DPD belum mempunyai fungsi pengaturan (legislasi).
Terlepas dari pandangan tersebut setidaknya dapat disimpulkan bahwa sistem
parlemen Indonesia sudah sangat berbeda dibandingkan dengan format lama
pada UUD45 sebelum amandemen. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa
tugas dan fungsi DPD berkisar pada pengawasan dan pengusulan realisasi
hubungan pusat dan daerah berserta kepentingan yang ada di dalamnya ke
dalam produk perundang-undangan. Ruang lingkup tugas dan fungsi tersebut
pusat
dan
daerah,
pembentukan
dan
pemekaran
serta
dengan
untuk
ditindaklanjuti.
Dengan
demikian,
harus
masing lembaga.
Mewujudkan Good Governance
Secara analogi, governance dalam konteks organisasi secara umum, baik
berupa organisasi perusahaan maupun organisasi publik atau sosial
lainnya, maka dapat diartikan pula sebagai suatu sistem dan struktur yang
baik dan benar yang menciptakan kejelasan mekanisme hubungan
organisasi baik secara internal maupun eksternal. Good governance
10
dan
di
11
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Optimalisasi peran DPRD merupakan kebutuhan yang harus segera
diupayakan jalan keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, wewenang,
dan hak-haknya secara efektif sebagai lembaga legislatif daerah.
Optimalisasi peran ini oleh karena sangat tergantung dari tingkat
kemampuan anggota DPRD, maka salah satu upaya yang dilakukan dapat
diidentikkan dengan upaya peningkatan kualitas anggota DPRD.
Namun yang juga tidak kalah pentingnya, optimalisasi peran DPRD ini
alangkah lebih baik jika dibarengi dengan peningkatan pemehaman
mengenai etika politik bagi anggota DPRD, agar pelaksanaan fungsifungsi anggaran, legislasi, dan pengawasan dapat berlangsung secara etis
dan proporsional. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai etika
12
Saran
Kita tentu berharap bahwa yang terjadi adalah DPRD benar-benar mampu
berperanan dalam arti mampu menggunakan hak-haknya secara tepat,
melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif dan menempatkan
kedudukannya secara proporsional. Hal ini dimungkinkan jika setiap
anggota DPRD bukan saja piawai dalam berpolitik, melainkan juga
menguasai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi dan teknis
penyelenggaraan pemerintahan, teknis pengawasan, penyusunan anggaran,
dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
H.A. Kartiwa, Good Local Governance : Membangun Birokrasi
Pemerintah yang Bersih dan Akuntabel, (makalah), 2006.
Indra Perwira, Tinjauan Umum Peran dan Fungsi DPRD, KPK Jakarta,
2006.
13
14