Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK : 6
KELAS : A
1. Rahmatika
(201210410311xxx)
(201210410311118)
(201210410311xxx)
(201210410311128)
(201210410311267)
DOSEN PEMBIMBING
Dian Ermawati, M. Farm., Apt.
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
JUNI 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wataala,
karena berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM SEDIAAN INJEKSI ANTALGIN DAN TETES MATA
FENILEFRIN. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum
farmasetika sediaan steril
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,
terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk member perlindungan
maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat
dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma.
Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena secret mata mengandung
enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa
bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat
khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini
merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan
secara local pada mata.
Karena mata merupakanorgan yang palingpekadarimanusia maka
pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal
toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan
pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan
syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini
1.2. Rumusan Masalah
Apa tujuan dari praktikum pembuatan sediaan steril mata ini?
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai sediaan tetes mata dan persyaratan-persyaratan untuk
obat tetes mata serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
dan Formulasi Sediaan Steril.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
sediaanyang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai untuk digunakan
pada mata (FI IV). Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspense, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir
mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini diteteskan kedalam mata
sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik, dan antiinflamasi.
3. KONJUNGTIVA :
a. Membran konjungtiva menutupi permukaan luar dari putih mata
dan bagian dalam kelopak mata
b. Melekattidakkuat (longgar) sehingga bola matadapatbergerakbebas
4. KORNEA
Tebal: 0,5 1 mm, disusunoleh :
a. Epithelium kornea (pelindunginvasibakteri)
b. Substantiapropria (stroma)
c. Endoteliumkornea
5. SISTEM LAKRIMAL
Permukaankonjungtivadankorneatetutupdanterlubrikasiolehlapisan
yang
tersusundaricairan
disekresiolehkelenjarlakrimaldankelenjarkonjungtival
Fungsi air mata :
Menjaga kelicinan mata (lubrikasi)
Melindungi kornea dari penguapan
Menetralkan efek sediaan tetes mata
film
yang
BIOAVAILIBILITAS
KONDISI FISIK MATA:
Absorbsikornealebihefektifdaripadaabsorbsiskleraataukonjungtiva,
sebabakanterjadipenyebaranobatkesirkulasidarahdalamtubuh
Untukmempertahankankelarutandanstablitasnya, pH
larutandibuatsedikitasam.
parabendangaramorganiklainnya.
2.2.
Fenileprin
Fenileprin adalah obat yang biasanya digunakan untuk meredakan
sementra hidung, sinus, dan telinga. Dalam bentuk tetes digunakan juga
sebagai obat mata pada penyakit tertentu dan memperbesar pupil mata,
baik sebelum atau sesudah operasi.
Dalam sediaan opthalmic phenylephrine digunakan sebagai
midriatik dalam konsentrasi tinggi 10 %. ( martindale edisi 36 )
BAB III
3.1.2 KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF DAN PEMILIHAN BAHAN
AKTIF
1. Karakteristik Bahan Obat
Tinjauan sifat fisika kimia bahan obat
1.
4. Inkompatibilitas
Tidak kompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas,
fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin,
nitrat, surfaktan nonionik dalam konsentrasi tinggi, permanganates,
protein, salisilat, garam perak, sabun, sulfonamid, tartrat, seng oksida,
seng sulfat, beberapa campuran karet, dan beberapa campuran plastik.
Benzalkonium klorida telah terbukti diserap ke berbagai membran
penyaringan, terutama yang hidrofobik atau anionik.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients)
2. Karakteristik eksipien 3
Tinjauan sifat fisika kimia eksipien natrium metabisulfit
1.
Rumus molekul
Bobot molekul 190.1
Rumus bangun
dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk
dan tentunya kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients)
4. Inkompatibilitas
Natrium metabisulfit bereaksi dengan obat-obat simpatomimetik dan obatobatan lain yang orto-orpara-hydroxybenzyl yang masih turunan alkohol
yang membentuk turunan asam sulfonat jadi ia memiliki sedikit atau tidak
ada aktivitas farmakologis. Selanjutnya obat yang membuat inaktivasi ini
adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya. Selain itu natrium
metabisulfit tidak sesuai dengan kloramfenikol karena reaksi yang lebih
kompleks; itu juga menginaktivasi cisplatin dalam larutan.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients)
Rumus molekul
: Nacl
Bobot molekul
: 58.44
1 : 2.6 at 1000C
Keasaman / alkalinitas pH = 6,7-7,3 (larutan jenuh)
Sudut istirahat 38o untuk kristal kubik
Titik didih 1413oC
( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 637)
3. Data stabilitas
Larutan natrium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan
pemisahan partikel dari jenis tertentu pada wadah kaca.
larutan air dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi.
Bahan padat stabil dan harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering. Telah
terbukti bahwa karakteristik pemadatan dan sifat mekanik
dari tablet dipengaruhi oleh kelembaban relatif dari kondisi
penyimpanan natrium klorida disimpan.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 639)
4. Inkompatibilitas
Larutan natrium klorida bersifat korosif untuk besi. Mereka juga bereaksi
membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri. Oksidator kuat
membebaskan klorin dari solusi diasamkan natrium klorida. Kelarutan
methylparaben pengawet antimikroba menurun dalam larutan natrium klorida
berair dan viskositas gel karbomer dan larutan dari hidroksietil selulosa atau
hidroksipropil selulosa berkurang dengan penambahan
natrium klorida.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 639)
2. Data stabilitas
Air secara kimiawi stabil di semua negara fisik (es, cair, dan uap). Air
yang meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan tertentu. Tujuan ketika
merancang dan mengoperasikan penyimpanan dan distribusi sistem adalah
untuk menjaga air dari kelebihan batas yang diijinkan selama
penyimpanan. Secara khusus, penyimpanan dan distribusi sistem harus
memastikan air yang dilindungi terhadap kontaminasi ion dan organik,
yang akan mengakibatkan peningkatan konduktivitas dan jumlah karbon
organik, masing-masing. Sistem ini juga harus dilindungi terhadap
masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme sehingga pertumbuhan
mikroba dicegah atau diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu harus
disimpan dalam wadah yang sesuai;Air untuk injeksi disimpan dalam
wadah tertutup rapat.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients)
3. Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan adanya air atau uap
air) pada suhu kamar dan tinggi. Air dapat bereaksi dengan logam alkali
dan cepat dengan logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik
tertentu dan kalsium karbida. Deionisasi
( Handbook of Pharmaceutical Excipients)
5. Karakteristik eksipien 5
Tinjauan sifat fisika kimia eksipien natrium metabisulfit
1.
Rumus molekul
Bobot molekul
C10H14N2Na2O8 336.2 (for anhidrat)
C10H18N2Na2O10 372.2 (for dihidrat)
Rumus bangun
Titik lebur
Indeks bias
Kelarutan
6. Data stabilitas
Garam edetat lebih stabil daripada asam etilenadiaminatetraasetat.
Namun, dinatrium edetat dihidrat kehilangan air dari kristalisasi ketika
dipanaskan sampai 1208C. larutan air dari dinatrium edetat mungkin
disterilkan dengan autoklaf, dan harus disimpan dalam wadah bebas alkali.
Dinatrium edetat adalah higroskopis dan tidak stabil saat terkena
kelembaban. Ini harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang
sejuk, tempat yang kering.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 243)
7. Inkompatibilitas
Dinatrium edetat berperilaku sebagai asam lemah, menggusur karbon
dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk membentuk
hidrogen. Ini kompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat, ion logam, dan
paduan logam.
( Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 243)
BAB IV
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
1. KarakteristikSediaan Mata
a. Kejernihan
b. Stabilitas
c. Buffer danpH :
- pH ideal = 7,4
kita
menggunakan
leburan
gelas,
misalnyaJenaerFrittendenganukuranpori G 3 G 5.
8. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal
Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan
biasa, larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,39,7. Namun, daerah pH 5.5-11.,4, masih dapat diterima. Pengaturan pH
sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat
sulit merealisasikannya.
BAB V
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN
5.1 Rancangan Spesifikasi Sediaan Tetes Mata
Bentuk Sediaan
: tetes mata 5 ml
Dosis
: 0,125 %
Aturan Pakai
: 1- 2 tetes 6-8 x sehari
Cara Penggunaan
: diteteskan 1-2 tetes setiap 3-4 jam pada mata
Sterilisasi
yang sakit
: secara filtrasi
Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan kedap serta tertutup rapat.
Formulasi diberi antioksidan.
Formulasi diberi preservative.
Menggunakan sterilisasi filtrasi.
Formulasi diberi chelating agent.
Dibuat sediaan dengan pH 6 / pH < 9.
BAB VI
FORMULASI SEDIAAN
6.1 Macam Macam Formulasi
6.1.1 Formulasi 1
Fenilefrin HCl
4g
Disodium hydrogen fosfat
40 mg
NaCl 0,9%
75 ml
Steril water of injection
ad 100 ml
Sumber: Jurnal Elsevier Masson Formulation and Stability Study of
Apediatric 2% Phenylephrine Hydrocholide Eye Drop Solution
6.1.2 Formulasi 2
Fenilefrin HCl
25 mg
Sodium fosfat, monobasic, dihidrat
0,3 mg
Sodium fosfat, dibasic, dihidrat
1,9 ml
Asam borat
1 ml
Benzalkonium klorida
0,0001 mg
Water of injection
ad 1 ml
Sumber: HUB Pharmaceuticals Ophtalmic Diagnostic Products, UC.
6.1.3 Formulasi 3
Fenilefrin HCl
2,5%
Sodium fosfat monobasic
0,5%
Sodium fosfat, dibasic, anhidrat
0,3%
Asam borat
1,0%
Benzalkonium klorida
0,01%
Sodium hidroksida
q.s
Asam hidroksida
q.s
Sumber: USP-Methods and Composition of Stable Phenylephrine
Formulation
6.1.4 Formulasi 4
Fenilefrin HCl
Sodium sitrat dihidrat
59,60 g
90 g
Sodium metabisulfit
49,50 g
Natrium klorida
319,50 g
Zinc sulfat
123,75 g
Sodium hidroksida
23,99 g
1 N Sodium hidroksida
q.s
Water of injection
30 L
Sumber: Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile
Products. Vol 6 of 6.
6.1.5 Formulasi 5
Fenilefrin HCl
Sodium metabisulfit
Sodium dihidrogen fosfat
Larutan cetrimide 0,5%
Water of injection
Sumber: WHO, eye drop update 2002.
6.1.6 Formulasi 6
Fenilefrin HCl
Sodium metabisulfit
Disodium edetat
Sodium klorida
Benzalkonium klorida
Water of injection
Sumber: Martindale 28th, page 25 (APE)
10 g
500 mg
500 mg
4 ml
100 ml
125 mg
100 mg
50 mg
700 mg
0,02 ml
100 ml
0,2%
0,1%
0,02%
0,01%
0,9%
q.s
Fungsi
Kelarutan
PH
Bahan aktif
Stabilitas
Mudah larut air, 4 7,5
Sterilisasi
Sterilisasi
Antioksidan
alkohol
Mudah larut air
filtrasi
Sterilisasi
35
Cara
filtrasi
Disodium
Chelating
Sterilisasi
edetat
agent
dalam 11 bagian
filtrasi
Preservatif
air
sangat
Sterilisasi
Benzalkonium
klorida
NaCl
WFI
dalam
Preservatif
larut 5 8
aseton,
filtrasi
6.77.3
Sterilisasi
filtrasi
Pelarut
Diberi antioksidan
Diberi pengawet
Diberi chellating
Dikemas
agent
dengan botol
Metode
kacasterilisasi
coklat
filtras
4
5
6
Chellating Agent
Pengisotonis
Pelarut
4 ml
0,002 g
Ad 20 ml
BAB VII
RANCANGAN PRODUKSI
7.1 Cara Peracikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.Dimasukkan kedalam botol dengan spuit yang sudah diberi membran filter
holder (0,2m).
7.2 Alat Dan Wadah Yang Digunakan Dan Cara Sterilisasinya
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Nama Wadah
Beaker glass
Erlenmeyer
Vial
Pinset
Batang
pengaduk
Alumunium
Ukuran
100 ml
100 ml
Jumlah
2
1
3
1
Cara Sterilisasi
Panas kering
Panas kering
Panas kering
Panas kering
Suhu
180 C
180 C
180 C
180 C
Waktu
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
Panas kering
180 C
30 menit
Dibakar
voil
langsung
180 C
Pipet
1
Panas kering
121 C
Gelas ukur
25 ml
3
Panas basah
180 C
Gelas arloji
1
Panas kering
121 C
Corong gelas
1
Panas basah
121 C
Gelas ukur
10 ml
1
Panas basah
disaring dengan1Diambil
kertas saring
larutan
sebanyak
1805,3
C
Spatula logam
Panas kering
30 menit
15 menit
30 menit
15 menit
15 menit
ml
dengan spui
30 menit
7. 3 Bagan Alir
5ml
WFIad
+ larut
(+) NaCl
aduk
phenylephrine aduk ad
larut
(+) NaOH ad PH 6
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Pembahasan
praktikum kali ini adalah membuat larutan steril isotonis untuk mata dengan
bahan aktif fenilefrin. Fenilefrin HCl merupakan derivat adrenalin hanya memiliki
1 OH pada cincin benzen. Obat ini terutama berdaya alfa-adrenergis secara tak
langsung jalan pembebasan NA dari ujung saraf. Daya kerjanya 10 kali lebih
lemah dari adrenalin, tetapi bertahan lebih lama. Tidak menstimulir SSP, efek
jantungnya ringan sekali. Berdaya vasokonstriksi perifer dengan meningkatkan
tensi, maka digunakan pada keadaan hipotensi (kolaps). Digunakan sebagai
dekongestivum hidung dan mata dan dalam banyak sediaan kombinasi anti flu
bersama analgetika, antihistamin dan antitusif. Sedangkan fenilefrin pada sediaan
tetes mata memiliki efek alfa-adrenergis pada mata. Fenilefrin bekerja lokal
sebagai vasokonstriktor kuat dan midriatik oleh pembuluh darah dan otot radial
dari iris. Manfaat fenilefrin HCl sebagai sediaan ophtalmik karena memiliki efek
yang cepat dan memiliki durasi cukup lama. Selain itu tetes mata fenilefrin juga
memiliki manfaat sebagai decongestan mata yaitu melegakan mata merah dan
berair.
Fenilefrin memiliki beberapa permasalahan dalam formulasi sediaan tetes
mata diantaranya yaitu tidak stabil terhadap cahaya, teroksidasi dengan adanya
cahaya, merupakan tipe sediaan multiple dose sehingga bisa terjadi kontaminasi,
dapat membentuk kompleks logam karena penambahan, stabil pada pH 4 7,5
dan tidak stabil pada pH > 9 serta tidak tahan pemanasan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut terdapat beberapa solusi diantaranya yaitu disimpan pada
wadah tertutup rapat dan dijauhkan dari cahaya, diberi antioksida, menggunakan
sterilisasi filtrasi, pH dibuat sesuai rentang, hindari kontaminasi pada pipet drop
serta diberi pengawet.
Menurut FI V Larutan obat mata adalah larutan steril,bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian
khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dasar,
kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan
kemasan yang tepat.
Nilai isotonisitas Cairan mata isotonik dengan darahdan mempunyai nilai
isotonisitas sesuai dengan larutan natrium klorida P 0,9%. Secara ideal larutan
obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahap terhadap
nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan natrium klorida P 0,6% dan
tertinggi setara dengan larutan natrium klorida P 2,0% tanpa gangguan nyata.
Sebelumnya di injeksikan dilakukan uji bubble point test pada spuit injeksi yang
diberi kertas membran ukuran 0,2 m dalam beker gelas yang berisi air.
Sebelumnya ambil udara dari luar sebanyak 1 ml. Apabila keluar gelembung
dalam air pada skala maksimal 0,8 ml, maka membran filter tidak dapat
digunakan karena mengalami kebocoran. Sedangkan gelembung udara dalam air
tidak keluar sampai skala 0 maka membran filter juga tidak dapat digunakan
karena terjadi sumbatan.
Pengawet Larutan obat mata dapat dikemas dalamwadah takaran ganda
bila digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan
pada permukaan mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung
zat atau campuan zat sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan
bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat digunakan.
8.2 Kesimpulan
Tetes mata fenilefrin digunakan untuk indikasi midriasis dan decongestan
pada mata. Mekanisme kerja fenilefrin yaitu memiliki efek alfa-adrenergik pada
mata sehingga menjadi vasokonstriktor kuat dan midriatik oleh pembuluh darah
dan otot radial dari iri. Fenilefrin dipilih sebagai bahan aktif dalam sediaan tetes
mata karena memilikiefek yang cepat dan memiliki durasi yang cukup lama.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tetes mata fenilefrin dipilih metode
aseptis karena sediaan fenilefrin yang tidak stabil terhadap pemanasan. Pembuatan
sediaan ini dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow) yang dijaga kondisi
sekitarnya agar tidak terkontaminasi oleh bakteri. metode sterilisasi yang
digunakan adalah metode filtrasi dengan membran filter ukuran 0,2 m.
Sebelumnya dilakukan uji kebocoran membran filter dengan metode bubble point
test.
Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam pembuatan sediaan
steril yang membutuhkan teknis khusus sehingga diperlukan proses tahapantahapan untuk menunjang hasil akhir sediaan steril yang sesuai dengan standart
yang berlaku seperti Informasi terkait sifat fisiko kimia suatu bahan aktif
diperlukan sebagai penunjang pembuatan sediaan steril yang sesuai dengan
standart. Pemilihan bahan tambahan yang sesuai dengan bahan aktif yang
digunakan juga perlu menjadi pertimbangan dalam proses pembuatan. Wadah
yang digunakan juga harus sesuai dengan sediaan steril yang dibuat, misalnya
pada pembuatan obat tetes mata Phenyepherine mudah teroksidasi dengan adanya
cahaya sehingga wadah yang digunakan iala botol kaca coklat untuk menghindari
kontak lansgsung dengan cahaya yang dapat merusak sediaan steril yang dibuat.
Selain itu faktor pH juga sangat penting diperhatikan dimana pH sediaan harus
mendekati dengan pH fisiologis mata tentunya dengan mempertimbangkan 3 hal
yaitu pH stabilitas bahan aktif, pH kelarutan bahan aktif dan pH mata. pH mata
adalah 7,4 namun dengan mempertimbangkan 3 hal tadi pada sediaan fenilefrin
dibuat pH 6 dengan penambahan NaOH.
BAB XI
RANCANGAN PENANDAAN
Kemasan Primer
Kemasan Sekunder
Brosur
DAFTAR PUSTAKA