Você está na página 1de 2

ANALISIS DETERMINAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA:

DAMPAKNYA TERHADAP STATUS GIZI IBU DAN ANAK BALITA


DI DAERAH RAWAN PANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN
Sadar Ginting1, Budi Ginting2
1

Dosen Universitas Efarina dan Mahasiswa Program Doktor (S3),


Departemen Ilmu Gizi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB)
e-Mail: ginting_mkes@apps.ipb.ac.id
2

Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,


Universitas Sumatera Utara
e-Mail: budi_agribisnis@yahoo.co.id

Pendahuluan
Penerapan konsep ketahanan pangan dianggap gagal di beberapa negara
dalam mengatasi masalah kelaparan. Tragedi kelaparan pada 1990-an di Korea
Utara menewaskan satu juta warga (Agestu, 2015). Pada tahun 2011 sebanyak
500.000 orang mengalami kelaparan dan diperkirakan akan meningkat ke angka 3
juta orang, kemudian berdampak pada 15 juta orang di Ethiopia, Somalia, dan
Kenya (Kawilarang dan Amri, 2011). Hasil penelitian terakhir FAO melaporkan
bahwa tahun 2015 di Indonesia masih terhadap 19,4 juta orang yang mengalami
kelaparan (FAO, 2015).
Di Indonesia, yang kita kenal subur, kaya akan sumber daya alam masih
terjadi kelaparan di mana-mana dan dari waktu ke waktu. Kelaparan menimpa
seseorang apabila orang tersebut dalam dua bulan terakhir melewati hari-hari
tanpa makan karena ketidakmampuan untuk mengakses pangan dan diikuti
dengan penurunan berat badan. Di belahan barat, di kawasan Taman Nasional
Bukit Duabelas, Jambi, terjadi peristiwa tragis, 11 orang anak suku Anak Dalam
tewas karena kelaparan (Bakhori, 2015). Dibelahan timur, di Kabupaten Timur
Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, enam orang meninggal dunia karena
kelaparan (Kristanti, 2011). Di belahan Indonesia paling timur, pada tahun 2009,
bencana kelaparan melanda Kabupaten Yakuhimo Papua, 92 orang dikabarkan
meninggal dunia karena kurang asupan makanan dan gizi (Kristanti, 2009).
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
merupakan daerah dengan status darurat swasembada. Hal tersebut terlihat dari
laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara adalah 1,1 persen dengan jumlah
penduduk 12,9 juta jiwa dan perkiraan untuk tahun 2015 akan mencapai 250 juta
jiwa. Hal ini akan menjadi alasan mendasar yang menjadikan ketersediaan pangan
berkurang (Sinaga, dkk. 2015). Selain itu, Hasibuan (2014), menyatakan bahwa
pola konsumsi pangan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara masih belum
beragam, bergizi dan seimbang dan hanya didominasi oleh padi-padian. Salah satu
faktor yang menjadi penghalang dalam pemenuhan gizi seimbang tersebut adalah
ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dengan pembangunan
pertanian di subsektor tanaman pangan.
Keseriusan pemerintah Sumatera Utara dalam hal katahanan pangan yang
tertuang didalam visi dan misinya tidak menjadikannya terlepas dari permasalahan
kerentanan dan kemiskinan pangan. Hal ini dapat dilihat dari data yang

ditunjukkan oleh Peta Keamanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and
Vulnerability Atlas, FSVA) yang diterbitkan oleh World Food Programme (WFP)
bekerja sama dengan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Nasional pada tahun 2009.
Terdapat 100 kabupaten yang masih dalam kategori rentan pangan. Sumatera
Utara mendapatkan peringkat ke-13 yang memiliki kabupaten yang rentan pangan
prioritas pertama dan dan peringkat ke-98 yang memiliki kabupaten rentan pangan
prioritas ke tiga (FSVA, 2009).
Kerentanan pangan juga dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang
mengimpor sejumlah komoditi pokok seperti beras. Impor yang dilakukan dalam
rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Walaupun secara umum provinsi
Sumatera Utara merupakan salah satu lumbung pangan nasional, namun masih
ada kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang defisit pangan (Gayu Saputra,
2014).
Dampak buruk kerawanan pangan juga terlihat pada penurunan status gizi
masyarakat dan status kesehatan masyarakat yang akhirnya menimbulkan bencana
kelaparan. Dampak buruk terganggunya ketersediaan pangan dan berkurangnya
daya beli masyarakat menimbulkan kemiskinan struktural sehingga dengan usaha
apapun pendapatannya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Di
samping karena masalah ketersediaan dan akses terhadap pangan, masalah
kecukupan pangan dipengaruhi pula oleh pola konsumsi yang bertumpu ada beras
sebagai bahan pangan pokok. Pola konsumsi seperti itu menyebabkan
ketergantungan masyarakat pada beras dan pada masyarakat tertentu
menyebabkan adanya peralihan konsumsi pangan dari bukan beras menjadi beras.
Dalam jangka panjang, hal ini akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat.
Selain itu, ketergantungan pada beras juga melemahkan inisiatif untuk melakukan
diversifikasi produksi dan konsumsi pangan selain beras seperti jagung, sagu, ubi
jalar, dan bahan pangan lainnya yang dapat diproduksi secara lokal.
Salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara adalah Deli Serdang
yang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara yang memiliki luas lahan
pertanian 90,234 hektar atau 36,27% dari luas daerah Deli Serdang yang tercatat
249.772 hektar. Berbagai program yang di laksanakan Pemerintah Daerah
menjadikan Deli Serdang lumbung pangan Sumatera Utara yang menghasilkan
padi 290.516 ton sehingga surplus 32.130 ton (Setkab, 2013).
Melihat data yang seperti ini, saya sebagai penulis merasa tertarik untuk
membuat penelitian mengenai ketersediaan pangan di Kabupaten Deli Serdang
dan untuk memudahkan penelitian ini saya mengambil sampel di Kecamatan
Sunggal dan disalah satu desanya yaitu Sumber Melati Diski. Sehingga judul
penelitian ini adalalah Analisis Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di
Desa Sumber Melati Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Você também pode gostar

  • Diversifikasi 1
    Diversifikasi 1
    Documento16 páginas
    Diversifikasi 1
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Diversifikasi
    Diversifikasi
    Documento22 páginas
    Diversifikasi
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Fortifikasi
    Fortifikasi
    Documento15 páginas
    Fortifikasi
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Proposal
    Proposal
    Documento40 páginas
    Proposal
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Kusta
    Kusta
    Documento41 páginas
    Kusta
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Lemak Soxhlet ArdynaApriSapoetri
    Analisis Lemak Soxhlet ArdynaApriSapoetri
    Documento6 páginas
    Analisis Lemak Soxhlet ArdynaApriSapoetri
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Ringkasan
    Ringkasan
    Documento7 páginas
    Ringkasan
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Documento9 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
    Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
    Documento40 páginas
    Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Review Jurnal Biokimia-Resistensi Leptin
    Review Jurnal Biokimia-Resistensi Leptin
    Documento6 páginas
    Review Jurnal Biokimia-Resistensi Leptin
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Jalannn
    Jalannn
    Documento4 páginas
    Jalannn
    Sadar Ginting Munthe
    100% (1)
  • DAFTAR PUSTAKAa
    DAFTAR PUSTAKAa
    Documento3 páginas
    DAFTAR PUSTAKAa
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Luas Lahan Sawah
    Proposal Luas Lahan Sawah
    Documento39 páginas
    Proposal Luas Lahan Sawah
    Sadar Ginting Munthe
    100% (2)
  • Jalannn
    Jalannn
    Documento4 páginas
    Jalannn
    Sadar Ginting Munthe
    100% (1)
  • Hubungan Pengetahuan
    Hubungan Pengetahuan
    Documento9 páginas
    Hubungan Pengetahuan
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações
  • Iklim
    Iklim
    Documento1 página
    Iklim
    Sadar Ginting Munthe
    Ainda não há avaliações