Você está na página 1de 171

Matakuliah Rekayasa Beton

Kode : TKS 1431


SKS : 2

Materi:
Beton

sebagai material bangunan


Semen dan Persyaratannya
Agregat dan Persyaratannya
Air dan Persyaratannya
Bahan Tambah
Evaluasi dan Penerimaan Beton
Non Destructive Test

Bahan-bahan untuk campuran


beton:

semen

bahan
tambah

pasir

bekisting

kerikil

Besi
tulangan

Beton dan Beton Bertulang

Beton dan Beton Bertulang

Keuntungan bahan beton:


1. Bahan mudah didapat
2. Mudah dilaksanakan/dicampur
3. Mudah dibentuk
4. Kekuatan tekan tinggi
5. Tahan terhadap berbagai pengaruh lingkungan
6. Tahan lama/awet
7. Tahan terhadap beban gempa
8. Untuk berbagai macam struktur bangunan
9. Harga relatif ekonomis
10. Biaya pemeliharaan rendah
11. Tahan terhadap panas

Kerugian bahan beton:


1. Massanya besar
2.Kuat tarik rendah
3.Tidak dapat dipindah
4.Perbaikannya sulit dan mahal

Semen dan persyaratannya

Semen, adalah suatu campuran yang terbuat dari pembakaran batu kapur dan lempung bersama-sama pada temperatur yang
sangat tinggi yang berkisar antara 1400oC sampai 1600oC.
Meskipun banyak semen yang dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, modul ini hanya akan mempelajari semen dengan jenis
semen portland dan sifat-sifat yang dimilikinya. Pembuatan semen portland diawali dengan penggalian batu kapur atau
CaCO3. Mesin pemecah akan memecahkan batu kapur hasil peledakan menjadi ukuran yang lebih kecil. Selanjutnya batu
kapur yang sudah diperkecil tadi dicampur dengan lempung (clay), pasir, dan bijih besi, digiling bersama-sama untuk
membentuk tepung yang homogen. Tetapi secara mikroskopis tepung ini terlihat heterogen
Klik disini untuk melihat diagram alir pembuatan semen
Bahan Campuran
Semen
Proses Hidrasi

Campuran tersebut dipanaskan pada suatu tempat bernama kiln yang merupakan silinder panjang yang berputar pada suatu
sudut kemiringan tertentu. Kiln tersebut mempunyai diameter sampai 6 meter dan panjang 180 meter. Bahan-bahan
campuran dimasukkan pada ujung atas silinder dan secara perlahan bergerak sepanjang kiln untuk suatu rotasi dan
kemiringan yang konstan. Pada akhir/ujung silinder disemprotkan bahan bakar minyak dan dibakar, hal ini untuk
menghasilkan panas yang cukup untuk membuat material-material tersebut bereaksi. Secara keseluruhan membutuhkan
waktu 2 jam bagi campuran untuk melewati silinder kiln, atau tergantung panjang dari silinder.
Klik disini untuk melihat skema dari rotary kiln
Ketika campuran tersebut bergerak menuruni silinder, progresnya adalah melalui empat tahap transformasi. Pertama-tama, air
bebas pada tepung akan menguap karena evaporasi. Selanjutnya terjadi dekomposisi dari air yang terikat dan karbon dioksida.
Proses ini dinamakan calcination. Tahap ketiga adalah pembentukan klinker atau proses clinkering. Pada tahap ini, kalsium
silikat terbentuk. Tahap terakhir adalah tahap yang melalui proses dingin.
Bentukan-bentukan bulat yang dihasilkan dari kiln disebut sebagai klinker. Klinker tersebut sesungguhnya merupakan
campuran dari empat bahan yang telah didiskusikan di atas. Klinker tersebut sudah dalam keadaan dingin, dan dicampur
dengan sejumlah kecil gypsum (yang akan mengatur pengerasan) untuk menghasilkan semen portland.

TIPE-TIPE SEMEN PORTLAND


A.Tipe I :
Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai
pada tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat
digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat
dan lain-lain.
B.Tipe II:
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara
0,10 0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan di pinggir laut,
bangunan di bekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam
dan landasan jembatan .

TIPE-TIPE SEMEN PORTLAND (lanjutan)


C.Tipe III:
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
tinggi pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
pembuatan jalan beton, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
D.Tipe IV :
Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama) yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
E. Tipe V
Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat
melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
konstrksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit
tenaga nuklir

PENGUJIAN BAHAN SEMEN PORTLAND


NO
1
2
3
4
5

JENIS PENGUJIAN
Konsistensi Normal
Waktu Mengikat
Waktu Mengeras
Berat Jenis
Berat Volume

HASIL
28 %
105 menit
180 menit
3,15 ton/m3
1,25 ton/m3

CARA PENGANGKUTAN SEMEN PORTLAND


Di dalam pabrik semen, untuk pengangkutan produk-produk semen
dapat berbentuk :
kantong 4 lapis dengan isi 40 kg atau
dengan bulk yang pengisiannya sudah dilengkapi dengan skala
timbangan berapa yang diisikan.
Baik kantong maupun bulk ini dapat diangkut dengan truk atau KA
khusus untuk semen.
Cara mengatur kantong-kantong semen dalam truk dan KA:
dapat langsung dibawa belt conveyor,
ditumpuk dengan tenaga manusia, sampai sejumlah 200 kantong
tiap truk, 750 kantong tiap gerbong KA.
Kalau diangkut dengan bulk langsung dibawah silo tergantung
kapasitasnya, pengisiannya biasanya antara 10 12 ton.

CARA PENGANGKUTAN SEMEN (lanjutan)

Khusus untuk kapal, pengangkutan harus diketahui :

syarat kapal (certificate, trayek)


kelas kapal (jenis, tahun, panjang)
kegiatan pemuatan (jumlah pecah, susut, rusak, hilang)
kegiatan pembongkaran (sistem pembongkaran netsling, canvas
sling, kecepatan, hasil pembongkaran)
Setelah diadakan perjanjian terperinci baru dilaksanakan
pemuatannya lewat pelabuhan semen, dikirim antar-pulau, maupun
untuk eksport.

CARA PENIMBUNAN SEMEN PORTLAND


Disimpan dalam gudang, sedapat mungkin yang tidak lembab udara,
dan tidak dapat kemasukan air baik dari hujan maupun air tanah
yang merembes atau tembus kedalam gudang.
Kalau persyaratan ini sudah dipenuhi cara menimbun adalah sbb. :
maximum tinggi tumpukan = 18 kantong
dari dinding gudang berjarak 0,5 m
dari lantai diberi udara/angin-angin berjarak 10 cm
sebagai alasnya sebaiknya dari kayu kering
umur semen dalam gudang 3 bulan
selebihnya 3 bulan berakibat mutu semen akan turun

SIFAT-SIFAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEHALUSAN BUTIRAN
SEMEN PORTLAND

Kekuatan awal tinggi


Cepat mundurnya mutu semen jika dipengaruhi cuaca
Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif
Retak-retak
Daya penyusutan tinggi
Pengikatan yang cepat
Kebutuhan air yang banyak
Mengurangi bleeding

Bagian II

Agregat dan persyaratannya

BAHAN PENGISI (AGREGAT)


UNTUK CAMPURAN BETON

Agregat : butiran mineral alami yang berfungsi sebagai


bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton
Mengisi
60% - 75% volume beton
berpengaruh terhadap sifat mortar/betonnya
agregat mrpk suatu bagian penting

sangat
pemilihan

Terdiri dari:
A.
B.

AGREGAT HALUS (< 5 mm atau lolos ayakan 4,8 mm)


AGREGAT KASAR (>5 mm atau tertahan ayakan 4,8 mm)

sungai
Agregat halus : pasir

tanah galian

Pasir alami

pemecahan batu
Alami: kerikil, kericak
Agregat kasar :
Buatan: batu pecah, split

AGREGAT HALUS
Agregat halus dapat berupa pasir alam,
atau pasir hasil pengolahan dari batuan.
Sesuai dengan SNI 03 2847 2002,
bahwa agregat halus merupakan
agregat yang mempunyai ukuran butir
maksimum sebesar 5,00 mm

PERSYARATAN AGREGAT HALUS


A. Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil
dari 75 mikron (ayakan no 200) dalam % berat
maksimum:
- Untuk beton yang mengalami abrasi, 3 %.
- Untuk beton jenis lainnya, 5.0 %.
B. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang
mudah direpihkan, maksimum 0,5 %.
C. Kandungan arang dan lignit
D. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.

PERSYARATAN AGREGAT HALUS (lanjutan)


E. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif
terhadap alkali jika agregat halus digunakan
untuk membuat beton yang akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yang
akan berhubungan dengan tanah basah.
F. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat
- Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian
hancur maksimum 10 %.
- Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian
hancur maksimum 15 %.
G. Susunan besar butir (grading)

AGREGAT KASAR
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan
kerikil, batu pecah, kerak tanur tiup atau
beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai
dengan SNI 03 2847 2002, bahwa
agregat kasar merupakan agregat yang
mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm
sampai 40 mm.

PERSYARATAN AGREGAT KASAR


A.Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butirbutir yang keras dan tidak berpori serta
mempunyai sifat kekal . Agregat yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut
tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.
B.Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif
terhadap alkali jika agregat kasar digunakan
untuk membuat beton yang akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yang akan
berhubungan dengan tanah basah.

PERSYARATAN AGREGAT KASAR (lanjutan)


C. Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan
larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
1) Jika dipakai natrium sulfat (Na2SO4),
bagian yang hancur maksimum 12%
berat agregat.
2) Jika dipakai magnesium sulfat (MgSO4),
bagian yang hancur maksimum 12%
berat agregat.
D. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahanbahan yang dapat merusak beton seperti bahanbahan yang reaktif sekali dan harus dibuktikan
dengan percobaan warna dengan larutan NaOH.

PERSYARATAN AGREGAT KASAR (lanjutan)


E. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 1% (terhadap berat kering) dan apabila
mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut
harus dicuci.
F. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji
20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi
9,519 mm lebih dari 24% berat.
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi
1930 mm lebih dari 22% berat.

PERSYARATAN AGREGAT KASAR (lanjutan)


G. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan ayakan standard ASTM harus memenuhi
syarat tertentu (grading).
H. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh
lebih daripada:

1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang


samping cetakan,

1/3 dari tebal pelat atau

dari dari jarak bersih minimum antara


batang-batang atau berkas tulangan.

PENGUJIAN BAHAN AGREGAT


AGREGAT
No

JENIS PENGUJIAN

HALUS

KASAR

Kelembaban/Kd. Air

2,15 %

1,43 %

Air Resapan

1,96 %

1,24 %

Kadar Lumpur

Kadar Bahan Organis

3,20 %
Kuning Muda

0,72 %
-----

Berat Jenis

2,48 ton/m3

2,48 ton/m3

Berat Volume

Gradasi

1,54 ton/m3
Zone 2

1,42 on/m3
Zone 2

Keausan

-----

24,30 %

Kandungan Air dalam Agregat

Kering oven

Kering udara

SSD/jenuh perm. kering

basah

JENIS-JENIS BATUAN
1. BATUAN ENDAPAN
2. BATUAN VULKANIK
3. BATUAN METAMORPHIK

BATUAN ENDAPAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Batu Pasir
Batu tulis
Konglomerat
Flint
Cherts
Batu Kapur

BATUAN VULKANIK
A. Batuan extrusif, terjadi karena tertuangnya
bahan-bahan itu pada permukaan bumi antara
lain akibat meletusnya gunung berapi.
Contoh : rhyolit
, andesit, basalt
.
B. Batuan intrusif, terjadi akibat pendinginan dan
pembekuan bahan didalam kerak bumi, susunan
batuan ini seluhnya berbentuk kristal Contoh :
granit, diorit
, gabro
.

BATUAN METAMORPHIK
a. Marmer
, guartsit, biasanya kuat serta padat
dan merupakan bahan agregat yang baik.
b. Schist
, biasanya lunak karena mengandung
lempung dan berbentuk pipih bila dipecah.
c. Gneiss
, biasanya awet dan kaku tetapi dapat
pula bersifat sama seperti schist.
d. Slate
, berlapis-lapis tipis dan tidak dapat
digunakan sebagai agregat

CARA PENILAIAN AGREGAT


Menilai jenis agregat yang akan digunakan
sebagai bahan campuran beton, bergantung
kepada :
A. Mutu dari agregat
B. Tersedianya agregat dari quarry
C. Harga agregat
D. Jenis konstruksi yang akan menggunakan
bahan tersebut

PENILAIAN COCOK TIDAKNYA AGREGAT UNTUK


BAHAN BETON
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ukuran serta Gradasinya


Kebersihan Agregat
Kekerasan Agregat
Kemulusan Agregat
Bentuk Butiran Agregat
Bentuk Permukaan Agregat

UKURAN DAN GRADASI AGREGAT

UKURAN
a. Ukuran bagian konstruksi tidak boleh kurang
dari 4 kali ukuran maksimum agregat
b. Lapisan penutup beton harus lebih tebal dari
ukuran maksimum agregat
c. Ukuran agregat kasar tidak boleh lebih besar
dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang
samping dari acuan
d. Tidak boleh lebih besar dari kali jarak bersih
minimum diantara batang-batang atau berkasberkas tulangan.
e. Tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal plat

UKURAN DAN GRADASI AGREGAT


GRADASI AGREGAT

a. Agregat bergradasi
baik
b. Agregat bergradasi
celah (gap graded)
c. Agregat bergradasi
seragam (uniform)

KEBERSIHAN AGREGAT
Agregat pada umumnya tidak bebas dari
bahan-bahan kotoran yang dapat :
a. Menyukarkan pembuatan serta
pengecoran beton
b. Menghasilkan beton yang tidak
awet atau memperlihatkan beton
yang permukaannya jelek
c. Mengurangi kekuatan tekan

KEKERASAN AGREGAT
Kekerasan agregat diperlukan oleh karena
pada waktu pembuatan beton bahan-bahan
ini harus mengalami gerakan-gerakan yang
keras dalam mixer, demikian juga harus
menerima gesekan pada saat pengecoran
dan pemadatan. Agregat harus dapat
menahan pengausan, pemecahan degradasi
(penurunan mutu) serta disintegrasi
(penguraian).

KEMULUSAN AGREGAT
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila
agregat itu tidak mengalami perubahan volume besar atau
tetap akibat pemanasan atau pendinginan atau
pembasahan dan pendinginan
Yang dapat dimasukkan kedalam kategori bahan yang
tidak mulus adalah
Batu tulis
Jenis batu pasir yang mudah terurai
Batuan yang mengandung lempung
Batuan yang mengandung mika dalam jumlah banyak

BENTUK BUTIRAN AGREGAT


Bentuk butiran agregat menempati
kedudukan yang sangat penting dalam
perencanaan suatu campuran beton. Hampir
semua sifat-sifat teknis dari beton
ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan
agregat, sedangkan sifat ekonomis beton
ditentukan oleh bentuk butiran dan gradasi
dari agregat.

BENTUK PERMUKAAN AGREGAT


Bentuk permukaan yang kasar dari
jenis-jens agregat tertentu dapat
menghasilkan beton dengan slip
resistance yang besar.

Perhitungan penggabungan
agregat kasar dan halus

Perhitungan Penggabungan
Agregat Kasar dan Agregat Halus
Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan
kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton
Syaratnya:
yang
murah dan workable

1. Tahu gradasi masing-masing agregat sebelum digabung (kasar


dan halus)
2. Tahu spesifikasi gradasi gabungan
3. Menghitung prosentase masing-masing agregat
(grafis/matematis/numeris) berdasarkan pada poin 1 dan
poin 2 di atas
4. Menguji hasil poin 3 pada poin 2 (spesifikasi gradasi
agregat gabungan) sampai didapatkan gradasi yang cocok
dengan spesifikasi

Gradasi agregat
halus

Pasir
yang
tertingg
al pada
setiap
ayakan
ditimba
ng
beratny
a

Hasilnya
ditulis
pada
tabel
analisis
saringan
pasir, dan
tabel
dilengkap
i

Gradasi agregat
halus

Tabel Analisis Saringan


Pasir Tinggal pd
Saringan
% kumulatif
saringan
No
mm
gram
%
tinggal
lolos
10,3
103
10,3
89,7
4
4,76
15,5
25,8
155
74,2
8
2,38
15
15,0
40,8
59,2
0
16
1,19
20
20,2
61
39
2
30
0,59
78,7
177
17,7
21,3
60
0,297
139
92,6
13,9
7,4
100 0,149
7,4
0
74
Pan
0,00
309
100
100
0
Jumla
Modulus Halus = 309/100 =

Gradasi agregat
halus

Modulus halus butir/modulus kehalusan


(fineness modulus)
Adalah suatu indek yang dipakai untuk menilai

kehalusan
atau kekasaran butir-butir agregat
Makin besar modulus halus >>> makin besar
ukuran butir2nya
Umumnya agregat halus, angka modulus halus =
1,5 3,8
Agregat kasar, fm = 6 8
Fm, didapatkan dengan cara menjumlahkan
persen
kumulatif tertinggal dibagi dengan 100 (berat
pada pan

Gradasi agregat
halus
Selanjutnya untuk mendapatkan gradasi dari pasir yang
diuji, dengan cara:
Mem-plot angka-angka pada kolom % kumulatif
lolos dari tabel analsis saringan pasir pada grafikgrafik zona pasir yang ada (ada 4 zona pasir)
Dari hasil langkah di atas akan dapat diketahui zona
pasir yang diuji

Gradasi agregat
halus

Zona
Pasir

0.075

0.15

0.30

0.60

1.2

2.4

4.8

9.6

19

38

0.075

0.15

0.30

0.60

1.2

2.4

4.8

9.6

19

38

0.075

0.15

0.30

0.60

1.2

2.4

4.8

9.6

19

38

0.075

0.15

0.30

0.60

1.2

2.4

4.8

9.6

19

38

Gradasi agregat
kasar

Kerikil
yang
tertingg
al pada
setiap
ayakan
ditimba
ng
beratny
a

Hasilnya
ditulis
pada
tabel
analisis
saringan
kerikil,
dan tabel
dilengkap
i

Tabel Analisis Saringan


Saringan
Tinggal pd saringan
Kerikil

% kumulatif

No

mm

gram

tinggal

lolos

76,2

100

3/2

38,1

100

3/4

19

2798

93,27

93,27

6,73

3/8

9,5

189

6,30

99,57

0,43

4,76

0,2

99,77

0,23

2,38

0,5

0,02

99,78

0,22

16

1,19

0,03

99,83

0,18

30

0,59

0,5

0,02

99,83

0,17

60

0,297

0,03

99,87

0,13

100

0,149

0,5

0,02

99,88

0,12

Pan

0,00

3,5

0,12

3000

100

791,783

Jumlah

Zona Kerikil

Cara
numeris

Dari perhitungan= 37,68;


tetapi setelah dicoba-coba
prosentase yg mendekati
spesifikasi = 40%

Analisis Gabungan
Pasir+Kerikil

Zona
Gabungan

Cara menentukan diameter maksimum agregat untuk campuran beton


Setelah proses pengayakan selesai,
maka dapat dihitung jumlah butiran di
atas masing2 ayakan.
Apabila jumlah butiran pada ayakan
paling atas (mis. ayakan no ) lebih
kecil 5 % dari jumlah berat total, maka
diameter maksimum butiran adalah =

Apabila jumlah butiran pada ayakan


paling atas lebih besar dari 5 % dari
jumlah berat total, maka diameter
maksimum butiran adalah = 3/2

Cara grafis
Tahapan untuk menggabungkan dua jenis agregat, misal
pasir & batu pecah adalah sbb:
1. Buat sebuah diagram 4 persegi pjg dengan skala2
persen pada ketiga sisinya
2. Prosentase yg lolos dari agregat halus digbrkan pd
sumbu sebelah kiri
3. Prosentase yg lolos dari agregat kasar digbrkan pd
sebelah kanan
4. Sebagai contoh, hasil analisis saringan agregat halus
dan kasar spt pada tabel K. Pd tabel tsb prosentase
agregat halus yg lewat saringan 1,5 (38 mm) adalah
100%, harga ini digambarkan pada sumbu kiri.
Prosentase agregat kasar yang lewat saringan 1,5 =
96%, harga ini digbrkan pada sumbu kanan, hubungkan
kedua titik dengan garis lurus yag diberi tanda 1,5.
Berdasarkan tabel K, batas gradasi ideal fraksi (0-1,5)
tabelagregat gabungan yg lewat saringan 1,5 adalah
untuk
98K 100, harga ini digbrkan pada garis miring lurus tadi
dengan garis tebal.

5. Gbrkan sebuah garis miring yg menghubungkan titik


100% pd sumbu kiri dan 51% pd sumbu kanan yg
menunjukkan prosentase agregat lewat dan garis
miring itu diberi tanda . Dengan cara yg sama batas2
gradasi untuk agregat gabungan lewat saringan ,
yaitu 68 80 digbrkan dengan garis tebal pada garis
miring tsb. Demikian seterusnya sampai pada saringan
no. 100
6. Proporsi-proporsi agregat halus dan kasar, didapat
dengan menarik suatu garis vertikal yg memotong
bagian-bagian gbr yg dipotong tebal dari semua grs
miring, yaitu menunjukkan batas2 gradasi yg lewat
saringan2 yg bersangkutan.
7. Hasilnya adalah 40% agregat halus dan 60% agregat
kasar.
8. Kemudian melengkapi tabel analisis saringan untuk
bagian agregat gabungan berdasrkan proporsi yg
didapat dari langkah 7 di atas.
9. Menggambar % lewat agregat gabungan dari hasil
langkah 8 pada spesifikasi agregat gabungan yg ada.

Tabel K

Campur
pembatasan

Analisis Saringan dan Perhitungan Modulus Kehalusan

Ukuran
Saringan

Pasir

Kerikil

Gabungan

Kumulatif %

Kumulatif %

Kumulatif %

Tertahan

Lewat

Tertahan

Lewat

Tertahan

Lewat

98-100

1,5"(38)

100

96

98

68-80

3/4"(20)

100

49

51

29

71

47-57

3/8"(10)

100

81

19

49

51

35-45

No. 4

96

100

62

38

28-36

No. 8

15

85

100

66

34

18-27

No. 16

37

63

100

75

25

11-19

No. 30

62

38

100

85

15

2-8

No. 50

85

15

100

94

1-2

No. 100

98

100

99

Modulus halus

Grafik

3,01

7,34

5,61

(dari cara grafik didapatkan 40% ag. Halus dan 60%


ag. Kasar, setelah itu melengkapi tabel pd kolom

Tabel

Tabel

Bagian III

Air dan persyaratannya

BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON


PERSYARATAN AIR UNTUK CAMPURAN
BETON, YAITU :
a) Air tawar yang dapat diminum
b) Air harus bersih dan tidak mengandung minyak ;
asam alkali, garam-garam ; bahan-bahan
organis atau bahan-bahan yang dapat merusak
beton dan atau baja tulangan
c) Air yang bereaksi netral terhadap kertas lakmus

PERSYARATAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON (lanjutan)


d) Air pencampur yang digunakan pada beton
yang didalamnya tertanam logam aluminium
termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion klorida
dalam jumlah yang membahayakan.
e) Apabila terdapat keragu-raguan terhadap
pemakaian air, dianjurkan untuk mengirim
contoh air itu ke lembaga pemeriksaan air
untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu
mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton/baja tulangan.

Kandungan Ion Klorida maksimum untuk perhitungan baja


tulangan terhadap korosi

Jenis Komponen Struktur

Ion Klorida terlarut ( Cl )


pada beton, persen
terhadap berat semen

Beton prategang

0,06

Beton bertulang yang terpengaruh


klorida selama pemakaian

0,15

Beton bertulang yang mungkin


kering atau terlindung air pada
masa
layan

1,00

Konstruksi beton bertulang lainnya

0,30

PERSYARATAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON


Batas syarat
maksimum menurut
SKSNI-04-1991

No

Unsur yang dipakai

Hasil Pemeriksaan dari


contoh air

Sulfat sebagai SO3

45,0 mg/l

1000 mg/l

Chlorida sebagai CL

37,5 mg/l

500 mg/l

Asam, Zat Organik

1,45 mg/l

15000 mg/l

Bahan Tersuspensi

16,0 mg/l

2000 mg/l

pH

7,20

6,00-8,00

Bersih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Bersih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Pengamatan Visual
-Air
-Lumpur
-Minyak
-Benda terapung

Bagian IV
BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE)
UNTUK CAMPURAN BETON

Definisi :
Additive: merupakan bahan tambahan yang

diberikan pada saat proses pembuatan


semen di pabrik
Admixture: bahan tambahan yang diberikan
pada saat pelaksanaan pembuatan beton di
lapangan

Tujuan pemakaian bahan tambah


Pemakaian admixture dalam beton adalah
meningkatkan:
Penampilan (performance)
Mutu (quality)
Keawetan (durability)
Kemudahan pekerjaan (workability)

KLASIFIKASI BAHAN TAMBAHAN


A. Air Entraining Agent (ASTM C260)
Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara
agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian
terutama untuk daerah salju.
B. Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia), ASTM C49 dan
BS 5075
Yaitu bahan tambahan cairan kimia yang ditambahakan
untuk mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat
atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air,
memudahkan pengerjaan beton (meningkatkan slump) dan
sebagainya

KLASIFIKASI BAHAN TAMBAHAN


C. Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang
dihaluskan yang ditambahakan untuk memperbaiki sifat
beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat.
D. Bahan Tambahan Lainnya (Miscellanous Admixture)
Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua
bahan tambahan yang tidak termasuk kategori diatas,
misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan
pencegah karatan, bahan tambahan yang dapat
mengembang, bahan tambahan untuk perekat (bonding
admixture)

PENGARUH AIR ENTRAINING ADMIXTURE


TERHADAP SIFAT-SIFAT BETON
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kekuatan Tekan Beton


Workabilitas Beton (kemudahan pekerjaan)
Pengikatan Waktu
Bleeding (keluarnya air ke permukaan beton)
Perubahan Volume (volume deformation)
Kohesif
Density (berat jenis)
Keawatan Beton (durability)

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


DALAM PEMAKAIAN ADMIXTURE (AEA)
A.

Penambahan jumlah pasir dari 35% sampai 40% akan


menambah kadar udara 4.5% sampai 5%. Penambahan semen
90 kg/m3 akan mengurangi 1% udara.
B. Pengukuran kadar udara sebaiknya teratur (regular), menurut
standard yang ada, ASTM atau BS 1881 Part 2.
C. Kenaikan temperatur beton akan mengurangi kandungan udara
(air content).
D. Waktu pencampuran (Mixing) akan mempengaruhi kadar udara
(air content).
D. Pengikatan beton dapat mengurangi kadar udara sampai 0.5%.

BAHAN TAMBAHAN KIMIA


Type A : Water Reducing Admixture, adalah
bahan tambahan yang bersifat mengurangi jumlah
air pencampuran beton untuk menghasilkan beton
yang konsistensinya tertentu.
Type B : Retarding Admixture, adalah bahan
tambahan yang berfungsi
menghambat pengikatan beton.
Type C : Accelerating Admixture, adalah
bahan tambahan berfungsi mempercepat pengikatan
dan pengembangan kekuatan awal beton.

BAHAN TAMBAHAN KIMIA


Type D : Water Reducing and Retarding Admixture
Adalah bahan tambahan berfungsi ganda
untuk
mengurangi jumlah air pencampuran
ang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu
dan menghambat
pengikatan beton.
Type E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Adalah bahan tambahan berfungsi ganda untuk
mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu
dan mempercepat pengikatan beton.

BAHAN TAMBAHAN KIMIA


Type F : Water Reducing, High Range Admixture
adalah
bahan tambahan yang berfungsi
mengurangi jumlah
air pencampuran yang
diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu
sebanyak 12%.
Type G : Water Reducing High Range and Retarding
Admixture
Adalah bahan tambahan yang berfungsi
mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu
sebanyak 12% atau lebih dan juga menghambat
pengikatan beton.

WATER REDUCING ADMIXTURE (TYPE


A, PLASTICIZER)
PENGARUHNYA PADA BETON
a. Kekuatan Tekan : Tegangan
tekan beton bertambah
karean adanya pengurangan
air, hal ini dikarenakan faktor
a/s (air-semen) berkurang.
Penambahan kekuatan
diperkirakan 10%.
b.
Setting Time : Dengan
adanya water reducing
admixture, setting time dari
campuran beton tidak
berubah

WATER REDUCING ADMIXTURE (TYPE


A, PLASTICIZER) (lanjutan)
PENGARUHNYA PADA BETON
c.

Workability
Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water
reducing menambah workability beton. Untuk slump
awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.
d. Loss Slump
Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi
water reducing admixture umumnya sama atau lebih
besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water
reducing admixture (WRA) akan menambah
workability dan waktu pencampuran.

WATER REDUCING ADMIXTURE (TYPE


A, PLASTICIZER) (lanjutan)
PENGARUHNYA PADA BETON
e.

f.

Air Entrainment :
Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung
meningkatkan jumlah kadar udara tapi tidak
melampaui 2%. Bahan dasar Salt
hydroxycarboxylic dan Polysacharides tidak
menambah kadar udara dan bahkan sering
mengurangi kadar udara.
Panas Hidrasi
Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya
penggunaan WRA.

WATER REDUCING ADMIXTURE (TYPE


A, PLASTICIZER) (lanjutan)
PENGARUHNYA PADA BETON
g. Perubahan Bentuk
Perubahan bentuk (volume change) tidak
terpengaruh dengan adanya WRA.
h. Durability
Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA
kecuali airnya dikurangi yang menyebabkan beton
lebih padat dan impermeabel.

ACCELERATING ADMIXTURE (TYPE


C)
BEBERAPA MACAM ACCELERATOR
a.
b.
c.
d.

Calsium chlorida (CaCl2 )


Alumunium Chlorida
Natrium Sulfat
Alumunium Sulfat

Type D : Water Reducing and


Retarding Admixture (Type D)
PENGARUHNYA PADA
BETON
a.
b.

Kekuatan Tekan
Setting Time
Retarder menghambat
setting time beton

Water Reducing and Accelerating


Admixture (Type E)
PENGARUHNYA PADA BETON
a. Kekuatan
Pada saat accelerator mencapai
peningkatan kekuatan awal beton,
pengaruh kekuatan beton dapat
diabaikan.
Jika bahan water reducing
dicampur accelerator, keuntungan
kekuatan beton jangka panjang
akan didapat berhubungan
langsung dengan penurunan rasio
air-semen (a/s).

Water Reducing and Accelerating


Admixture (Type E)
PENGARUHNYA PADA BETON (lanjutan)
b. Setting Time
Setting time beton yang mengandung acceleraor lebih
pendek daripada beton biasa yang tidak mengandung
accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time
lebih besar dari pada kalsium format.
c. Workability
Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit
peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih
besar dalam workabilitas dapat diperoleh dengan kombinasi
accelerator dengan bahan water reducing.

Water Reducing and Accelerating


Admixture (Type E)
PENGARUHNYA PADA BETON (lanjutan)
d. Air Entrainment
Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air
entrainment.
e. Bleeding
Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding
f.
Panas Hidrasi
Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang
dihasilkan dan memberikan kenaikan temperature yang
lebih besar dari pada campuran bahan biasa. Total panas
hidrasi tidak mempengaruhi.

Water Reducing and Accelerating


Admixture (Type E)
PENGARUHNYA PADA BETON (lanjutan)
g. Perubahan Volume
Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying
shrinkage. Kalsium format meningkatkan drying shrinkage
tetapi data yang ada menunjukkan ada sedikit pengaruh
pada creep.
h. Durability
Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan
pasivity alamiah yang diberikan beton dengan
menggunakan semen portland, dengan demikian akan
memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.

SUPERPLASTICIZER
Superplasticizer merupakan bahan kimia, biasanya
long chain molecules, yang pada saat ditambahkan
pada beton normal mengurangi air yang diperlukan
untuk mencapai workablility yang ditentukan, atau
memberi perbedaan workability yang besar dibawah
workability yang ingin dicapai dengan menambahkan
admixture water reducing normal.

SUPERPLASTICIZER
PENGARUHNYA PADA
BETON
a.

Kekuatan Beton
Kuat tekan beton
bertambah dengan
menggunakan
superplasticizer untuk
mengurangi kadar air pada
saat pemeliharaan
workability

SUPERPLASTICIZER
PENGARUHNYA PADA BETON (lanjutan)
b. Setting Time
Superplasticizer dapat menimbulkan sedikit pengurangan
pada saat digunakan pada dosis tinggi
c. Workability
Dimana tidak ada perubahan pada rasio air semen,
superplasticizer dapat mencapai peningkatan workability
dominan. Khususnya pada slump 75 mm akan
meningkatkan kegagalan slump.
Beton dengan superplasticizer dengan workability tinggi
umumnya disebut sebagai beton flowable (flowing
concrete).

SUPERPLASTICIZER
PENGARUHNYA PADA BETON (lanjutan)
d.

e.

Kehilangan Slump
Tingkat kehilangan slump untuk beton dengan
superplasticizer sama dengan campuran beton biasa.
Dimana superplasticizer yang digunakan untuk mengurangi
air, tingkatan slump akan naik.
Kadar Udara
Sulphonate melamine formaldehyde superplasticizer
cenderung mengurangi kadar udara pada saat digunakan
untuk memproduksi flowing concrete

BAHAN TAMBAHAN MINERAL


A. POZZOLAN
Pozzolan adalah bahan yang mengandung
senyawa silika atau silika alumina dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti
semen akan tetapi dalam bentuknya yang halus
dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa
tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida
pada suhu normal akan membentuk senyawa
kalsium silikat hidrat dan kalsium hidrat yang
bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan
yang cukup rendah.

POZZOLAN
KELAS POZZOLAN
1). Kelas N : Pozzolan alam atau hasil pembakaran,
pozzolan alam yang dapat digolongkan
didalam jenis ini seperti tanah diatomic,
opaline cherts dan shales, tuff dan abu
vulkanik atau pumicite, dimana biasa
diproses melalui pembakaran maupun tidak.
2). Kelas C : Fly ash yang mengandung CaO diatas 10%
yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau
subbitumen batu bara
3). Kelas F : Fly ash yang mengandung CaO
kurang dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran
antrhacite atau bitumen batu bara.

POZZOLAN
JENIS-JENIS POZZOLAN
A.

B.

Pozzolan Alam
Pozzolan alam adalah bahan alam yang merupakan
sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang
mengandung silika aktif, yang bila dicampur dengan kapur
padam akan mengadakan proses sedimentasi.
Pozzolan Buatan
Pozzolan buatan sebenarnya banyak macamnya, baik
merupakan sisa pembakaran dari tungku, maupun hasil
pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang
mengandung silika reaktif dengan melalui proses
pembakaran, seperti abu terbang (fly ash), abu sekam (rice
husk ash), silika fume dan lain-lain.

POZZOLAN
SIFAT-SIFAT SEMEN YANG MENGGUNAKAN
POZZOLAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Panas hidrasi akan turun karena adanya tambahan pozzolan


kandungan C3A dalam semen berkurang.
Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka
faktor air semen akan meningkat dengan adanya pozzolan.
Workability dari beton yang memakai semen pozzolan akan lebih
baik.
Merubah waktu setting.
Merubah kekuatan beton.
Dan sebagainya.

BAHAN TAMBAHAN KHUSUS


a.Bahan pencegah korosi (corrotion inhibitor)
b.Bahan tambahan jenis polimer
c.Bahan tambahan yang dapat mengembang
d.(expander)
e.Bahan pengganti semen portland
f.Bahan-bahan tambahan pembuat beton
menjadikedap air
g.Bonding Admixture
h.Pigmen
i.Damp-proofing admixture dan Integral
waterproff

BAHAN BAJA TULANGAN


Sifat-sifat terpenting dari baja tulangan adalah
sebagai berikut :
a. Modulus Young, Es
b. Kekuatan Leleh, fy
c. Kekuatan Batas, fu
d. Mutu baja yang ditentukan
e. Ukuran atau diameter batang atau kawat

BAHAN BAJA TULANGAN


BERBAGAI BENTUK BATANG ULIR DARI ASTM

Bila dalam perencanaan struktur beton bertulang dipakai fy > 400 MPa
maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35
%.

BAHAN BAJA TULANGAN


DIAGRAM TEGANGAN-REGANGAN TIPIKAL UNTUK
BERBAGAI MUTU BAJA

BAHAN BAJA TULANGAN


KEKUATAN BERBAGAI MUTU TULANGAN
Jenis Standar 1982
Baja Billet (A615)
Grade 40
Grade 60
Baja As (A617)
Grade 40
Grade 60
Baja kadar rendah (A706)
Grade 60
Kawat ulir
Diperkuat
Buatan
Kawat polos
Diperkuat
Buatan

Kekuatan Leleh Minimum


fy (psi)

Kekuatan batas
fu (psi)

40.000
60.000

70.000
90.000

40.000
60.000

70.000
90.000

60.000

80.000

75.000
70.000

85.000
80.000

70.000
65.000, 56.000

80.000
75.000, 70.000

PENGUJIAN BAJA TULANGAN


I.
II.

BAJA TULANGAN POLOS (BJTP)


BAJA TULANGAN DEFORM (BJTD)

(fy = 200 320 Mpa)


(fy = 280 400 Mpa)

ASTM Specifications Grade and Minimum Yield Strength


ASTM SPECIFICATION

Grade - Minimum Yield Strength


Inch Pound (psi)

Metric (Mpa)

A 615 and A 615 M

40 / 40.000
60 / 60.000
75 / 75.000

300 / 300
420 / 420
520 / 520

A 616 and A 616 M

50 / 50.000
60 / 60.000

350 / 350
420 / 420

A 617 and A 617 M

40 / 40.000
60 / 60.000

300 / 300
420 / 420

A 206 / A 706 M

60 / 60.000

520 / 520

Bagian V
EVALUASI DAN PENERIMAAN
BETON
APLIKASI DARI
SNI 03 2847 - 2002

TUJUAN
MAHASISWA MAMPU ;
1. MENETAPKAN JUMLAH BENDA UJI SILINDER
BETON DAN MELAKUKAN PENGAMBILAN
CONTOH BETON SEGAR.
2. PEMBUATAN BENDA UJI SILINDER BETON DAN
PERAWATANNYA DI LABORATORIUM DAN DI
LAPANGAN.
3. MENGAMBIL TINDAKAN BILA fc TIDAK TERCAPAI.
4. EVALUASI KEKUATAN PADA STRUKTUR BETON
BERTULANG YANG TELAH ADA.

FREKUENSI PENGUJIAN
1. JUMLAH BENDA UJI.
MINIMUM SEBUAH (1 PASANG) UNTUK;
120 m3 BETON ATAU SEHARI PEKERJAAN.
500 m2 LUAS PELAT ATAU DINDING
2. UNTUK VOLUME PEKERJAAN SEDANG ( 600 m3
ATAU 2500 m2 LUAS).
AMBIL DARI 5 ADUKAN SECARA ACAK.
3. UNTUK VOLUME PEKERJAAN KECIL (< 40 m3).
TIDAK PERLU BENDA UJI, ADA BUKTI DAN
DISETUJUI PENGAWAS.

PEMBUATAN BENDA UJI


1.
2.
3.

4.

AMBIL BETON SEGAR DARI ADUKAN YANG SAMA


(BEBERAPA KALI, WAKTU TIDAK LEBIH DARI 15
MENIT),MIN 28 LTR ADUK KEMBALI AGAR HOMOGEN.
PERLU DIUKUR; SLUMP, KADAR UDARA, DAN
THEMPERATURE.
CETAK BENDA UJI SILINDER = 150 mm,
h = 300 mm. DALAM 3 TAHAP, MASING-MASING TAHAP
DIROJOK 25 KALI SECARA MERATA, PERMUKAAN
BENDA UJI DIRATAKAN DAN BENDA UJI DIAMANKAN
DARI; PENGARUH GETARAN, TERKENA BEBAN SINAR
MATAHARI DAN ANGIN SECARA LANGSUNG.
BERI TANDA SECUKUPNYA, MISALNYA TANGGAL COR,
ELEMEN STRUKTUR, fc, DAN SEBAGAINYA.

PERAWATAN BENDA UJI DI


LAPANGAN
a. LINDUNGI BENDA UJI DARI PENGUAPAN AIR, AKIBAT
SINAR MATAHARI, HEMBUSAN ANGIN TUTUP
DENGAN KAIN BASAH, DARI GETARAN, PEMBEBANAN
SECARA LANGSUNG.
b. TEMPATKAN PADA TEMPAT YANG SEJUK (THEM 16 27C), JAGA SAMPAI 48 JAM, BENDA UJI JANGAN
DIPINDAH-PINDAHKAN.
c. BUKA CETAKAN MINIMAL PADA (24 8) JAM, SIMPAN
BENDA UJI DITEMPAT LEMBAB PADA THEMPERATURE
(23 1,7)C, SAMPAI MENJELANG DIUJI TEKAN.

PERAWATAN BENDA UJI DI


LABORATORIUM
a. LINDUNGI BENDA UJI DARI PENGUAPAN AIR,
AKIBAT SINAR MATAHARI, HEMBUSAN ANGIN
TUTUP DENGAN KAIN BASAH, DARI GETARAN,
PEMBEBANAN SECARA LANGSUNG.
b. TEMPATKAN PADA TEMPAT YANG SEJUK (THEM
16 - 27C), JAGA SAMPAI 48 JAM, BENDA UJI
JANGAN DIPINDAH-PINDAHKAN.
c. BENDA UJI DIRENDAM KEDALAM AIR KAPUR
JENUH DENGAN THEMPERATURE
(23 1,7)C, SAMPAI MENJELANG DIUJI TEKAN.

SYARAT PEMBUATAN BETON YANG


MEMUASKAN
(DIPENUHI fc YANG DISYARATKAN)
HARUS DIPENUHI 2 SYARAT, YAITU:
a. RATA-RATA DARI 3 PERCOBAAN KUAT
TEKAN SILINDER (fcr, 3) BERTURUT-TURUT
fc.
b. TIDAK SATUPUN INDIVIDUAL PERCOBAAN
KUAT TEKAN
(fci) < (fc 3,5) MPa.

LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS


DIAMBIL BILA fc TIDAK DIPENUHI

a. MENINGKATKAN HARGA fcr UNTUK PEKERJAAN


BERIKUTNYA.
b. PERLU ADA PENYELIDIKAN PROSEDUR
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BENDA UJI

CONTOH 1 : Hasil test kuat tekan benda uji


silinder beton untuk kolom struktur beton
bertulang dengan mutu fc = 27,5 Mpa.
Test

Kuat Tekan
(MPa) (28
Hari)

fci
fc-3,5
= 24 MPa

fcr,3
fc
= 27,5 MPa

(fci
fcr)2

(MPa)

(MPa)

(MPa)

No

Tanggal

Sil I

Sil II

5 Maret 06

32.0

32.9

32.45

Ok

0.7225

6 Maret 06

33.9

35.2

34.55

Ok

1.5625

10 Maret 06

32.5

32.8

32.15

Ok

33.05

Ok

1.3225

12 Maret 06

33.1

34.5

33.80

Ok

33.50

Ok

0.2500

13 Maret 06

34.5

33.8

34.15

Ok

33.37

Ok

0.2250

17 Maret 06

30.2

31.5

30.85

Ok

32.93

Ok

6.0025

19 Maret 06

31.9

33.2

32.55

Ok

32.52

Ok

0.5625

21 Maret 06

33.1

32.2

32.65

Ok 32.02 Ok

0.4225

25 Maret 06

34.6

34.1

34.35

Ok 33.27 Ok

1.1025

10

28 Maret 06

32.7

33.8

33.25

Ok 33.42 Ok

0.0025

11

30 Maret 06

29.7

28.3

29.00

Ok 32.20 Ok

18.4900

12

2 Maret 06

29.7

25.0

27.25

Ok 29.83 Ok

36.6025

13

5 Maret 06

32.7

33.7

33.20

Ok 29.82 Ok

0.0100

14

8 Maret 06

33.6

34.8

34.20

Ok 31.55 Ok

0.8100

15

9 Maret 06

31.7

32.2

31.95

Ok 33.12 Ok

1.8225

16

15 maret 06

30.5

32.3

31.40

Ok 32.52 Ok

3.6100

17

16 Maret 06

34.3

35.0

34.65

Ok 33.67 Ok

1.8225

18

19 Maret 06

33.8

35.0

33.65

Ok 33.23 Ok

0.1225

19

20 Maret 06

39.2

38.4

38.80

Ok 35.70 Ok

30.2500

20

22 Maret 06

36.6

33.6

35.10

Ok 35.85 Ok

3.2400

21

24 Maret 06

35.0

34.3

34.65

Ok 36.18 Ok

1.8225

22

28 Maret 06

32.0

30.6

31.30

Ok 33.68 Ok

4.0000

23

1 Mei 06

35.1

35.0

35.05

Ok 33.67 Ok

3.0625

24

3 Mei 06

37.4 38.0 37.70 Ok 34.68 Ok

19.3600

25

7 Mei 06

36.5 37.0 36.75 Ok 36.50 Ok

11.9025

26

10 Mei 06

32.4 32.9 32.65 Ok 35.70 Ok

0.4225

27

11 mei 06

33.7 34.8 34.25 Ok 34.55 Ok

0.9025

28

15 Mei 06

34.5 33.7 34.10 Ok 33.67 Ok

0.6400

29

16 Mei 06

33.2 32.2 32.70 Ok 33.68 Ok

0.3600

30

18 Mei 06

29.3 30.3 29.80 Ok 32.20 Ok

12.2500

Jumlah

998.90

164.1750

Kuat tekan rata-rata,

998.90
f ' cr
33.30 MPa
30

Standard deviasi,

164.1750
s
2.379 MPa
30 1

Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 7.3.2


fcr = 27,5 + 1,34.2,379 = 30,690 Mpa
fcr = 27,5 + 2,33.2,379 3,5 = 29,54 Mpa
Mutu beton memuaskan untuk fc = 27,5 Mpa
Reduksi fcr dapat dilakukan
sebesar: 33,30 30,69 = 2,61 Mpa
Bila mutu beton yang dipersyaratkan fc = 30 Mpa,
maka syarat
a. fcr,3 > fc ; Tok untuk benda uji no urut 12 & 13
b. fcr > (fc 3,5) ; Ok semuanya
Karenanya langkah-langkah yang diatur pada pasal 7.6.5 perlu
diterapkan.

PENYEBAB KUAT TEKAN RENDAH


a. KURANG BENAR SAAT PENGETESAN
BENDA UJI
b. KESALAHAN PRODUKSI DAN PEMBUATAN
BENDA UJI

PERBAIKAN UNTUK MUTU BETON


RENDAH
TARGET KUAT TEKAN RATA-RATA DIPILIH SALAH
SATU DARI 2 PERSAMAAN DIBAWAH INI:
fc = fcr - 1,34s
fc = fcr - 2,33s + 3,5

TARGET fcr < BISA DIPENGARUHI OLEH


fcr < (DI BAWAH fc 3,5 MPa) DAN ATAU s>
fcr < : MUTU BETON TIDAK DIPENUHI
S > : MUTU PELAKSANAAN BETON HARUS BAIK

CARA PERBAIKAN/MENINGKATKAN
MUTU BETON

MENINGKATKAN KADAR MATERIAL SEMENTIOUS


PERUBAHAN PROPORSI CAMPURAN BETON
KONTROL DENGAN LEBIH BAIK HARGA SLUMP
PENGURANGAN WAKTU PENGIRIMAN
KONTROL LEBIH KETAT KADAR UDARA
PENINGKATAN KWALITAS (PROSEDUR STANDAR)
TES

YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM


TES BOR INTI BETON (CORE DRILL)
BETON TELAH BERUMUR MINIMAL 14 HARI.
3 BUAH CORE UNTUK SETIAP DAERAH YANG
MERAGUKAN DAN SETIAP MUTU BETON.
PAKAI DIAMOND BIT MIN 6,35 mm.
HINDARI TERKENA TULANGAN
1 PANJANG CORE 2
POTONG DI KEDUA UJUNG, CAPING DENGAN
BENAR.
SAAT UJI TEKAN SESUAIKAN DENGAN REALITAS.

SYARAT PENERIMAAN HASIL TEST


BOR INTI BETON
KUAT TEKAN RATA-RATA DARI 3 BENDA UJI
CORE 0,85 fc DAN
TIDAK ADA SATUPUN BENDA UJI CORE
YANG MEMPUNYAI KUAT TEKAN
< 0,75 fc

CONTOH 2:
UNTUK fc = 40 MPa

Lakukan analisa dan langkah-langkah yang perlu diambil.

Jawab
Analisanya adalah sebagai berikut:

Diambil tiga buah core dari pekerjaan


hari ke 5
diperoleh data sebagai berikut:

Hasil core drill di atas dapat dianalisa


dan didapat harga fc terkoreksi

*) Koreksi diameter benda uji 100 mm, dengan ratio 1,04

DIPENUHI KEDUA SYARAT-SYARATNYA,


MUTU BETON MEMENUHI KEKUATAN
fc = 40 MPa

EVALUASI KEKUATAN PADA


STRUKTUR EKSISTING
(SNI 03-2847-2002 PASAL 22)
DILAKUKAN BILA:
a. ADANYA KUALITAS MATERIAL BANGUNAN
YANG MERAGUKAN.
b. TERDAPAT BUKTI ADANYA KESALAHAN
KONSTRUKSI.
c. TELAH TERJADI DETERIORASI.
d. MENGUBAH FUNGSI BANGUNAN.
e. BANGUNAN ATAU BAGIAN BANGUNAN TIDAK
MEMENUHI PERSYARATAN PERATURAN

PROSEDUR TEST PEMBEBANAN


a. EVALUASI KEKUATAN BANGUNAN.
DATA TERSEDIA CHECK AKURASINYA
DATA TIDAK TERSEDIA TEST NDT
DILAPANGAN DAN LABORATORIUM

b. PROSEDUR ANALITIS.
c. PROSEDUR PEMBEBANAN.

PROSEDUR PEMBEBANAN
a. UMUR MINIMAL STRUKTUR 56 HARI, KECUALI ADA
PERSETUJUAN DARI SEMUA PIHAK.
b. TOTAL BEBAN 0,85 (1,4 D + 1,7 L).
YANG DIAPLIKASIKAN DALAM 4 TAHAP.
c. PENGAMATAN DILAKUKAN PADA SETIAP TAHAPAN
PEMBEBANAN (Q0, Q1, Q2, Q3 DAN Q4), DI TEMPAT
RESPON MAKSIMUM PEMBACAAN SEPERTI;
LENDUTAN, ROTASI, REGANGAN, SLIP, LEBAR
RETAK DILAKUKAN DALAM MAKSIMAL 1 JAM.

d. PENGAMATAN PADA SAAT BEBAN TOTAL


DILAKUKAN TIDAK KURANG DARI 24 JAM,
PENGATURAN BEBAN DIHINDARKAN DARI EFEK
ARCHING.
e. SEGERA SETELAH PENGAMATAN PADA BEBAN
TOTAL, BEBAN HARUS SEGERA DI LEPAS.
f. PENGAMATAN PADA SAAT BEBAN AWAL Q0 JUGA
DILAKUKAN SETELAH 24 JAM DILEPASKAN
SELURUH BEBAN TOTAL.
g. TEST PEMBEBANAN DAPAT DIULANG SETELAH 72
JAM DARI PELEPASAN BEBAN YANG PERTAMA.

SYARAT PENERIMAAN
a.

STRUKTUR YANG DI UJI TIDAK MENUNJUKKAN ADANYA


RETAK BELAH PADA BAGIAN BETON YANG TERTEKAN.
2

b.

LENDUTAN MAKSIMUM

LENDUTAN PERMANEN

max

lt

20000h

r max

max

ATAU

, BILA

DILAKUKAN ULANGAN SYARAT INI BERUBAH


MENJADI

r max

f max

, f max max kedua


5

c.
d.

STRUKTUR YANG DI UJI TIDAK MENUNJUKKAN ADANYA


RETAK AKIBAT ADANYA KEGAGALAN GESER.
STUDI LEBIH LANJUT HARUS DILAKUKAN BILA TERJADI
RETAK GESER, TANPA ADANYA TULANGAN GESER DAN
ATAU RETAK, PADA SAMBUNGAN LEWATAN TULANGAN.

Bagian VI

Test Non-Destruktif

NDT DIAPLIKASIKAN PADA


KONSTRUKSI BETON KARENA:
1.
2.
3.
4.

Untuk mengontrol kualitas konstruksi baru


menyelesaikan masalah yang timbul dalam
konstruksi baru
Mengevaluasi kondisi pada struktur lama untuk
keperluan rehabilitasi
menjamin kualitas hasil perbaikan (repair)
beton.

PENGUJIAN YANG DIREKOMENDASIKAN UNTUK BERBAGAI JENIS KERUSAKAN

JENIS TES NONDESTRUKTIF


1.
2.
3.
4.

Tes Rebound Hammer


Tes Ultrasonik
Tes Potensial Tulangan
Pengukuran selimut beton
(covermeter)
5. Tes Karbonasi

ction Pocket Microscope

HASIL PENGAMAT
DENGAN CRACK
DETECTOR

TERIMAKASIH

HAMMER TEST
BS4408 pt. 4 atau ASTM C805-89

METODA PENGUJIAN, KEKERASAN PERMUKAAN


(SCHMIDT REBOUND HAMMER)

Metoda pengujian ini dilakukan dengan


memberikan beban impact (tumbukan) pada
permukaan beton dengan mempergunakan
suatu
massa
yang
diaktifkan
dengan
memberikan energi yang besarnya tertentu.

Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut


pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan
beton benda uji dapat memberikan indikasi
kekerasan dan juga, setelah dikalibrasi, dapat
memberikan indikasi nilai kuat tekan beton
benda uji

Kelebihan :
murah
pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
praktis (mudah digunakan)

Kekurangan :
hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan/kehalusan
permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan jenis agregat
kasar, derajat karbonisasi, ukuran dan umur beton. Oleh
karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah
dari jenis dan dengan kondisi yang sama
harus dikalibrasi dengan hasil tes tekan silinder beton
tingkat keandalannya rendah
hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton
pada permukaan

HUBUNGAN ANTARA NILAI KUAT TEKAN BETON DAN


ANGKA PANTULAN
Core drill
No.

Kode Benda
Uji

Tegangan
kg/cm2

Test Hammer
Rebound
terkoreksi

CDII - 03 - 1

537.99

53.2

CDII - 05 - 1

479.85

51.5

CDII - 06 - 1

518.55

54.0

CDII - 08 - 2

416.45

49.6

CDII - 09 - 2

346.40

47.2

CDII - 13 - 3

460.37

49.9

HASIL REGRESI HAMMER TEST


VS COMPRESSION TEST

: Schmit Proceq N-34 10097

Hammer Test Type

ELEMEN
STRUKTUR

KODE

21

Pelat Lantai

1A

Lantai 2

90

22

Pelat Lantai

1B

Lantai 2

90

23

Pelat Lantai

2A

Lantai 2

90

24

Pelat Lantai

2B

Lantai 2

90

25

Pelat Lantai

3A

Lantai 2

90

26

Pelat Lantai

3B

Lantai 2

90

27

Pelat Lantai

4A

Lantai 2

90

28

Pelat Lantai

4B

Lantai 2

90

29

Pelat Lantai

5A

Lantai 2

90

NO

LOKASI

SUDUT
(%)

RATA - 2

TERKOREKSI

TEGANGAN
HANCUR
SILINDER
2
( kg/cm )

41.1

41.9

257.61

44.3

45.2

276.36

46.5

47.4

289.26

43.1

44.0

269.33

50.7

51.7

313.87

49.9

50.9

309.18

51.3

52.3

317.39

44.6

45.5

278.12

39.0

39.8

245.30

REBOUND
1

42

38

47

40

40

42

42

41

40

39

47

50

44

44

42

38

48

46

40

44

44

46

47

46

46

44

48

48

50

46

42

44

40

42

40

46

47

42

42

46

48

46

46

51

50

52

54

52

54

54

49

50

52

50

50

48

48

52

50

50

52

48

51

50

54

50

52

54

50

52

42

40

54

44

44

42

42

46

44

48

36

38

42

42

36

42

40

38

36

40

40

38

44

41

38

45

44

43

40

41

48

46

46

48

44

48

50

42

42

40

KET.

back

Kriteria Penilaian Hasil Hammer Test

METODA PENGUJIAN ULTRASONIK BS4408


pt.5 atau ASTM C 597

PENEMPATAN
TRANSDUCER

a) Direct

(b) Semi direct

(c) Indirect

PRINSIP KERJA
Alat ini memanfaatkan prinsip perambatan gelombang pada media padat.
Ada tiga jenis gelombang yang timbul pada saat suatu massa padat diberikan suatu
impulse (getaran), yaitu:
1. gelombang permukaan,
2. gelombang transversal
3. gelombang longitudinal
Dari ketiga gelombang tersebut, gelombang longitudinal merupakan gelombang yang
mempunyai kecepatan tertinggi dan yang memberikan banyak informasi mengenai
sifat-sifat fisik bahan padat yang dilaluinya.

KONDISI-KONDISI YANG BERPENGARUH TERHADAP RAMBATAN GELOMBANG DI


DALAM BETON

KEGUNAAN
MENGHITUNG MODULUS ELASTISITAS
BAHAN
MEMBERIKAN INFORMASI KARAKTERISTIK
BAHAN
MENGUKUR KEDALAMAN RETAK
MENGUKUR KETEBALAN PELAPUKAN
BETON

MENGHITUNG MODULUS
ELASTISITAS BAHAN
Dari teori fisika diketahui bahwa :

KEd

dimana : V
K

= kecepatan gelombang longitudinal


= konstanta yang bergantung pada
nilai Poissons ratio dynamics, n

= berat jenis bahan solid


Ed = Modulus elastic dinamik bahan

HUBUNGAN KUAT TEKAN BETON


DENGAN KECEPATAN RAMBAT DARI
BERBAGAI UMUR BETON

Age 8 months

Age 28 days
Age 7 days
Age 3 days

HUBUNGAN ANTARA NILAI KUAT TEKAN BETON DAN


KECEPATAN RAMBAT GELOMBANG

Kriteria Penilaian hasil Ultrasonic Test

ESTIMASI KEDALAMAN RETAK YANG TEGAK LURUS


TERHADAP PERMUKAAN BETON.

x
T3

x
T2

x
R1

T1

x
R2

R3

Retak ( Rt )

a) Plan

T3

T2

T1

R1

L2
L1

R3

R2

L2
L1
L3

L3

b) Potongan

Cd

back

PENENTUAN TEBAL BAGIAN YANG LAPUK PADA


PELAT BETON DENGAN METODA PENGUKURAN
INDIRECT

HALF SEL POTENTIAL


(POTENSIAL TULANGAN)
ASTM C 876

PRINSIP KERJA
Alat Potensial setengah sel terdiri atas elektroda logam yang terendam dalam
larutan elektrolit yang terbuat dari larutan garam dari elektroda logam tersebut
(misalnya, elektroda tembaga didalam larutan tembaga sulfat atau elektroda
perak di dalam larutan perak klorida).
Ujung setengah sel tersebut dibuat berpori sehingga menyebabkan terjadinya
kontak antara elektrolit dan permukaan beton
berfungsi sebagai acuan untuk pengukuran potensial
korosi pada tulangan didalam beton. Setengah sel
yang lainnya ada pada tulangan jika set-up/rangkaian
pengujiannya dilakukan seperti pada Gambar.
Pada rangkaian tersebut, hubungan internal tercipta
melalui larutan elektrolit pada alat setengah sel dan
melalui kadar air dalam beton. Sedangkan hubungan
eksternal terbentuk melalui alat volt-meter yang
mampu mengukur potensial yang terjadi.

KRITERIA PENILAIAN HASIL PENGUJIAN POTENSIAL


HALF CELL

600

500

400

300

200

100

0
0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

KETERBATASAN HASIL PENGUJIAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengujian membutuhkan hubungan elektris antara alat Half cell dengan tulangan
terbuka. Dengan demikian, seringkali diperlukan pengupasan selimut beton
sampai tulangan didapatkan.
Pengujian tidak bisa dilakukan pada tulangan yang dilapisi epoxy atau coating
Tidak ada standar untuk menginterpretasikan hasil pengujian
Pengujian tidak bisa dilakukan untuk kedalaman selimut beton lebih dari 100 mm
Permukaan beton harus rata, bersih dari debu, retak dan tidak tertutup lapisan
kedap air
Interpretasi hasil pengujian harus dilakukan oleh tenaga ahli.

CONTOH:

900

back

pH

500
Potensial E. (mV CSE)

KOMBINASI HASIL PENGUKURAN


POTENSIAL HALF CELL DENGAN
KADAR PH UNTUK MENDAPATKAN
KEMUNGKINAN TINGKAT KOROSI
PADA TULANGAN

Lantai 3

Lantai 1
100

Lantai 2

Passivation
-300
-700
-1100
-1500

Corrosion
Immunity

10

12

14

Covermeter (BS 1881-204)


Untuk menduga kondisi tulangan dalam
beton, seringkali covermeter (bar locater)
digunakan untuk mengukur kedalaman
selimut beton, posisi tulangan dan jarak
antar tulangan.

PENGUKURAN TE
SELIMUT BETO

PENGUKURAN JARAK ANTAR


TULANGAN

BACK

BRE Digest 405, Carbonation of Concrete and its Effects on Durability, May 1995

lein berubah warna pada pH yang rendah (daerah terkarbo


enjadi merah muda pada pH tinggi (beton tidak terka
dapat dilakukan pada benda uji yang didapat di lapangan.

angat mudah diukur. Sebuah larutan


indikator pH,
lein yang dilarutkan dalam air dan alcohol akan m
H pada permukaan beton.
Karbonasi terjadidicampurkan
terjadi ketika dengan
karbondioksida
ram phenolphthalein
100 mldi ua
dengan
kondisi lembab,
bereaksi air
dengan
kalsi
n 50:50)dan
atau
lebih banyak
alcohol daripada
(Buliding
t, Parot kalsium
1987). karbonat.
TES KARBONASI

SESUDAH

SEBELU

BACK

CONTOH SOAL KARBONASI

Você também pode gostar