Você está na página 1de 5

X.

ANTENA

X.1 PENDAHULUAN

Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima selalu
dijumpai antena.
Antena adalah suatu sistem / struktur transisi antara gelombang yang
dibimbing ( guided wave ) dan gelombang bebas (freespace wave ).
Gelombang yang dibimbing adalah gelombang yang merambat dalam
saluran fisis seperti : koaksial, wave guide, serat optik.

Fungsi antena pada pemancar adalah untuk meradiasikan gelombangnya


ke udara bebas.
Agar seluruh daya dapat diradiasikan ke udara bebas , maka persyaratan
yang harus dipenuhi:
• Saluran transmisi harus melihat antena sebagai suatu beban yang
“match” , artinya impedansi input antena harus sama dengan
impedansi output saluran
• Antena merupakan transformator untuk matching antara saluran
transmisi dan udara bebas.
Berdasar persyaratan tersebut, maka rangkaian ekivalen suatu antena
pancar dapat dilihat pada Gbr.X-1.

Z0 : Impedansi karakteristik saluran


Z : Impedansi input antena
G : Sumber dari daya yang akan
dipancarkan

Z0
Z
Transformator

Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

Pada saat menerima, persyaratan yg harus dipenuhi adalah kebalikannya,


demikianpun rangkaian ekivalennya adalah kebalikan dari Gbr.X-1, dimana
antena adalah sebagai beban yag akan menerima daya, sedang daya yang
akan ditransfer ke antena berasal dari ruang bebas.

Ir. Hj. Nien Khamsawarni_Dasar Telekomunikasi_UNHAS X-1


X.2 ANTENA SEBAGAI SUATU SUMBER TITIK

Bagaimanapun kompleksnya konstruksi suatu antena, suatu antena dapat


dianggap sebagai suatu titik. Hal ini disebabkan antena meradiasikan
dayanya kesegala arah.
Dalam jarak jauh perambatan gelombang elektromaknit tersebut senantiasa
punya konfigurasi medan sedemikian rupa sehingga kuat medan listrik E ⊥
kuat medan maknit H.
Sesuai theorema daya, secara matematis arah Poynting Vector P adalah :

P=ExH dimana : E = Kuat medan listrik ( Volt/m )


x H = Kuat medan maknit ( Amp/m)
P = Poynting Vector = arah aliran daya
z = (Volt/m).(Amp/m)= (Watt /m2)
E H
3 P
y

Gbr.X-2 : Arah Poynting Vector yang ⊥ (E dan H)

X.3 GAIN DAN DIRECTIVITY

Daya yang diradiasikan oleh suatu antena dapat dinyatakan sebagai :

W0 = P.ds = P r2 sin θ dθ dφ = U sin θ dθ dφ ..… X-1


s s s

dimana : W0 = daya yang diradiasikan (Watt)


P = Poynting Vector (Watt /m2)
ds = elemen luas dari bidang tertutup
U = P r2 = daya yang dipancarkan / satuan sudut ruang.
r = radus bola
U0 = W0 / 4 π = daya pancaran rata-rata dari antena
Um = daya pancaran maksimum

Pada umumnya antena tidak mempunyai pancaran yang sama kesegala


arah, dalam pemakaian khusus malah diusahakan agar pancaran daya
antena hanya ke suatu arah tertentu saja.
Sebagai ukuran kebaikan pengarahan pancaran antena dipakai istilah
Directivity D dan Gain G.

Ir. Hj. Nien Khamsawarni_Dasar Telekomunikasi_UNHAS X-2


DIRECTIVITY / PENGARAHAN ANTENA :

Directivity D adalah daya pancaran maksimum dibagi dengan daya


pancaran rata-rata, sehingga secara matematis :

D = Um / U0 = 4 π Um / 4 π U0 = 4 π Um / W0 ……………….X-2

= 4 π Um / { U sin θ dθ dφ }
s
dimana : D = directivity antena yang bersangkutan
Um = Daya pancaran maksimum dari antena
U0 = Daya pancaran rata-rata dari antena yg lossless ( η=100% ).
W0 = Daya pancar antena
= 4 π U0

Contoh :Bila suatu antena punya pola radiasi P = Pm cos θ , maka hitung
berapa nilai directivity antena tersebut.
Penyelesaian :
2π π/2
2
W0 = P.ds = Pm r sin θ dθ dφ = cos θ ( - d cos θ ) dφ
s s
0 0
π/2
= - 2 π Pm r2 . ½ . cos θ ] = π r2 Pm = π U
m ………..X-3
o
Dari persamaan X-2 dan X-3 dapat diperoleh :

D = 4 π Um / π Um = 4

GAIN / PENGUATAN ANTENA :

Gain suatu antena adalah perbandingan antara intensitas radiasi maksimum


antena tersebut dengan intensitas radiasi maksmimum antena referensi,
untuk daya input yang sama.
Pada umumnya referensi yang dipakai adalah :
• Antena dipole ½ λ.
• Antena isotropis yakni antena yang radiasinya sama baiknya
kesegala arah
Secara matematis kondisi diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ir. Hj. Nien Khamsawarni_Dasar Telekomunikasi_UNHAS X-3


Gain terhadap antena dipole ½ λ :

G = Um / Umdipole | untuk daya input yang sama ……………………. X-4

Gain dipole terhadap antena isotropis :

Gd = Umdipole / Uo = ηd Dd

Um dipole = Uo . ηd Dd ……………………………………… X-5

HUBUNGAN ANTARA GAIN G DAN DIRECTIVITY D :

Gain antena jika referensinya adalah dipole, berdasar pers.X-4 dan X-5 :

G = Um / Uo . ηd Dd = η D / ηd Dd

G = η D | referensi antena dipole ½ λ ………………………… X-6

dimana : ηd = efisiensi antena dipole


Dd = directivity antena dipole
η = efisiensi antena yang bersangkutan
= pada umumnya < 100%.
D = directivity antena yang bersangkutan

Berdasarkan Gbr.X-3a , maka G = 3/1 = 3 x


Berdasarkan Gbr.X-3b , maka G = 6/1 = 6 x

Definisi lain dari Gain G :

Berdasarkan Gbr.X-3a , maka G = 10 log 3 = 4,7 dB


Berdasarkan Gbr.X-3b , maka G = 10 log 6 = 7,7 dB

Ir. Hj. Nien Khamsawarni_Dasar Telekomunikasi_UNHAS X-4


Um U0 ηW0

3 2 1

Um U0 ηW

6 5 4 3 2 1

Gbr.X-3: Antena dengan arahan berbeda


a. Arahan 3 kali lebih besar dari antena isotropis
b. Arahan 6 kali lebih besar dari antena isotropis

Ir. Hj. Nien Khamsawarni_Dasar Telekomunikasi_UNHAS X-5

Você também pode gostar