Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714,
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,
Indonesia
Wakil Rektor 1
ULM
Bidang
Akademik
Dr. Ahmad Alim
B,SE.,MSi
NIP : 19671231
199512 1 002
Wakil Rektor 2
ULM
Bidang Umum &
Keuangan
Dr.Hj Aslamiah,
M.Pd., Ph.D
NIP : 19600110
198603 2 001
Wakil Rektor 4
ULM
Bidang Perencanaan,
Kerjasama & Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi
MA,M.Sc
NIP : 19670716
199203 1 002
Wakil Rektor 3
ULM
Bidang
Kemahasiswaan
NIP : 19640105
199003 1 023
M.Royan
PK
H1E113201
Betina
Surya
H1E11324
2
Mursyid
H1E113224
Tri
Wardani
H1E11300
2
M.Erwin B
H1E113222
MAKALAH
EKOTOKSIKOLOGI
ANALISIS KONSENTRASI BAHAN/ ZAT TOKSIK (BOD,COD, TSS, pH
dan AMONIAK) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET BERBASIS
SUMBER MODEL RLTEC DAN DILUSI
DOSEN PENGAJAR :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes.
NIP : 19780420 200501 2 002
Disusun Oleh :
Tri Wardani
(H1E113002)
M. Royan P.K
(H1E113201)
M. Erwin batara
(H1E113222)
Mursyid
(H1E113224)
Betina Surya
(H1E113242)
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok
: III ( Tiga)
Nama / NIM
:Tri Wardani
(H1E113002)
M. Royan P.K(H1E113201)
M. Erwin batara
(H1E113222)
Mursyid
(H1E113224)
Betina Surya
(H1E113242)
Fakultas
: Teknik
Program Studi
: Teknik Lingkungan
Disahkan Oleh
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
taufik dan hidayah-Nya maka usaha usaha dalam menyelesaikan makalah tugas
Ekotoksikologi. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini
banyak mendapat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi M.Si M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung
Mangkurat
Bapak Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Bapak Dr. Rony Riduan S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan.
Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes selaku dosen mata
kuliah Ekotoksikologi.
Penulis
4
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
RANGKUMAN.....................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Prediksi Berbasis Sumber...............................................................................4
2.1.1 Model RLTEC (Release from the Technosphere)........................................4
2.1.2 Model Dilusi..................................................................................................7
2.2 Industri Karet..................................................................................................8
2.2.1 Proses Pengolahan Karet (sheet).................................................................8
2.2.2 Karakteristik Limbah cair industri karet..................................................9
2.3 Sumber Limbah Industri Karet...................................................................12
2.3.1 Bahan baku olahan karet rakyat...............................................................12
2.3.2 Bahan baku berasal dari lateks kebun......................................................12
2.4 Analisis Paparan Suatu Bahan atau Zat......................................................14
2.5 Prediksi Konsentrasi Bahan atau Zat dalam Ekosistem............................17
2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa
Teknologi Lingkungan.........................................................................................18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21
3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri
Komala dkk..........................................................................................................21
3.2 Pembahasan....................................................................................................21
3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet......................22
3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem......25
3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet.....................................25
BAB IV PENUTUP..............................................................................................29
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................29
4.2 Saran...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
SOAL DAN JAWABAN.......................................................................................33
INDEKS................................................................................................................35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelas Penggunaan & Dispersi Zat ........................................................12
Tabel 3.1Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang... ........31
DAFTAR GAMBAR
RANGKUMAN
Pada Penelitian ini digunakan model RLTEC dan model Dilusi, Model
RLTEC digunakan
untuk
lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi
dan konsumsi, sedangkan model dilusi disebut juga dengan metode prediksi
ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam
makalah ini kegiatan pabriksi yang diestimasi berupa limbah cair yang berpotensi
untuk mencemari lingkungan, bahan atau zat yang terdapat pada limbah karet
dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun manusia, Pada hasil
pemeriksaan kualitas limbah cair industri karet PT. Lembah Karet Padang didapat
hasil yaitu ; BOD = 150 mg/l (Baku mutu BOD = 60 mg/l) ; COD = 300 mg/l
(Baku mutu COD = 200 mg/l) ; TSS = 150 mg/l ( Baku mutu TSS = 100 mg/l) ;
Amoniak = 13 mg/l ( Baku mutu Amoniak = 5 mg/l) ; pH = 5,6 ( Baku mutu pH =
6-9), hasil ini menunjukan bahwa limbah cair tersebut memiliki beberapa
parameter yang berbahaya bagi lingkungan. Hasil menunjukan pH berada di
bawah baku mutu , pH yang rendah dapat mengakibatkan tingkat korosi yang
tinggi pada air sungai. TSS yang tinggi berpengaruh terhadap pendangkalan
sungai dan kekeruhan menjadi sumber toksikologi di perairan tersebut. Amoniak
yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik akut menyebabkan kematian,
perlakuan kronis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, mereduksi kapasitas
pembawa oksigan pada tubuh ikan. Air hasil pengolahan karet memiliki kadar
BOD dan COD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang ke
sungai. Ada beberapa metode penurunan bahan atau zat yang terkandung dalam
limbah cair industri
media tanaman sebagai pereduksi kadar BOD,COD dan TSS dalam limbah cair
karet. Selain itu dapat dilakukan dengan teknik
bioremediasi dengan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan
zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber
kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi.(1) Selain model RLTEC Model
dilusi juga digunakan dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik
pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk
ke dalam analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu
bahan atau zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan.(4)
Bahan
lingkungan
atau
zat pada
ekosistem
tersebut
berupa cairan. Limbah cair tersebut ditampung dalam kolam penampungan yang
akan selanjutnya dibuang ke sungai setelah 3 hari. Limbah cair pabrik karet
mengandung
komponen
karet
yaitu
anorganik.(4)
Limbah industri karet banyak menghasilkan limbah cair akibat dari
proses pengolahannya. Karakteristik limbah cair industri karet berwarna keruh
dan berbau tidak sedap. Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan
nilai BOD dan COD menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat
toksik bagi ekosistem
dalam
manusia yang
karet
terhadap organisme
yang
ada
di perairan
maupun yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
Lokasi. (9)
Jalannnya racun di Lingkungan bergantung pada :
a. Sumbernya
Berdasarkan
sumbernya
zat/bahan
terbagi
atas
beberapa
kelompok,yaitu :
1. Sumber alami atau buatan.
Hal yang membedakan jenis racun di klasifikasi ini dengan jenis
racun pada klasifikasi lainnya ialah racun jenis ini merupakan jenis racun
asli
yang
berasal
dari
makhluk
hidup
seperti
flora
dan
fauna, dan
atau penyebarannya tidak merata ke berbagai arah dan dapat bergerak maupun
berupa sumber area. Contoh dari sumber distributif diantaranya ialah sumber yang
berasal dari berbagai
proses
serta
perumahan.
Sedangkan
sumber
non-distributif
merupakan sumber yang berupa sumber , seperti halnya cerobong asap suatu
pabrik, akhir dari pipa IPAL industri.(20)
A. Sumber domestik, komersial, dan industri yang lokasi sumber, sifat dan
jenisnya berbeda.
Buangan domestik pada umumnya dapat kita temukan didaerah
permukiman dan pada umumnya buangan domestik ini tidak terlalu beracun
dan kebanyakan memiliki sifat organik, kecuali buangan ini terkontaminasi
oleh buangan insektisida sisa obat d an lain-lain. Buangan komersial dapat
sangat
beragam, demikian
kategori ini dapat berwujud gas, cairan, maupun padatan. Klasifikasi ini tidak
dapat
dipisah
zat
memasuki
setiap
kompartemen
tersebut
saling
lainnnya. Tanah mengandung udara yang terdiri atas air (hujan), tanah atau
partikel. Sehingga, apabila
ke lingkungan, maka
a.
Model dilusi juga dikenal dengan pengenceran. Pengenceran disini, misalnya air
limbah pada suatu pabrik sebelum dibuang ke badan air seperti sungai,
terlebih dahulu diencerkan hingga konsentrasi pencemar yang ada di pada air
limbah berada pada konsentrasi terendah.(7)
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan manusia
saat ini, model dilusi menjadi tidak efektif akibat bertambah jumlah air limbah
yang
harus dibuang
ke badan-badan
air, sehingga
cara
digunakan terus menerus. Selain itu, kerugian dari model dilusi ini masih
adanya bahaya kontaminasi atau racun dari air limbah yang dibuang
terhadap badan-badan air dan terjadinya pendangakalan pada badan-badan air
seperti sungai, danau, drainase dan sejenisnya yang dapat menimbulkan
masalah baru seperti banjir.(7)
lateks dilakukan
dalam
menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Penambahan zat asam diikuti
7
dengan pengadukan agar tercampur lateks secara merata serta membantu proses
pembekuaan.
g. Penggilingan
Tujuannya
untuk
memperlebar
karet
dan
membuang
serum,
Pengepakan
Pengepakan ini bertujuan untuk mempermudah pengumpulan karet sheet.
(19)
pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri
kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian dan fenol dari industri.
2) Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air
limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat,
senyawa senyawa anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa
fosfat, senyawa-senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawasenyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).
3) Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah
nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
dan karbon dioksida (CO2).
3. Karakterisitik Biologi
Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi
tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam
dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik.
Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid,
karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia
yang ditambahkan selama pengolahan. Karakteristik limbah cair pabrik karet
tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahanbahan organik
tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Limbah dengan
karakteristik tersebut dapat mencemari lingkungan, baik pencemaran udara
maupun pencemaran air.(5)
2.3 Sumber Limbah Industri Karet
Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan
rincian sebagai berikut:
sumber
aktivitasnya
hingga
mencapai
menetap atau keadaan suatu zat ketika zat tersebut keluar dari sumbernya. Analisis
pemaparan ini akan menghasilkan prediksi distribusi konsentrasi (PDK). PDK ini
digunakan sebagai dasar penetapan konsentrasi zat untuk mengkaji efek negatif
bagi makhluk hidup.(9)
Analisis pemaparan terdiri atas 3 tahapan, yaitu :
a. Sumber zat hasil dari suatu aktivitas
b. Transpor zat melalui media lingkungan yang meliputi pengenceran dan
transformasi
c. Tempat tujuan dimana zat itu akan berada.(10)
Berikut skema analisis pemaparan suatu zat di lingkungan :
Pengencer
an zat
Sumber
zat
Transpor
Zat
melalui
media
lingkung
an
Tempat
tujuan zat
transform
asi zat
13
Gambar 2.2. Sumber, distribusi, transpor, dan transformasi polutan serta respon
terhadap polutan pada organisme, populasi, komunitas, dan
ekosistem.(13)
Berdasarkan gambar di atas, polutan dilepaskan dari sumber polutan ke
dalam ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui
daur atau siklus biogeokimia serta mengalami transformasi, baik secara fisik atau
biologis. Polutan tersebut kemudian dapat diuptake oleh organisme dan dapat
menyebabkan efek lethal (kematian) dan sublethal. Dalam tubuh organisme,
polutan dapat mengalami biotransformasi dan bioakumulasi. Selanjutnya, terjadi
perubahan karakteristik dan
dinamika
sedangkan
transformasi
biologik
berlangsung
melalui
proses
dipengaruhi oleh
sejumlah
proses
pengangkutan
seperti
evaporasi
ekotosikologi
senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh
merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik.
Pengaruh
untuk
mengukur
pergerakan
atau
mobilitas
suatu
zat di
lingkungan.(15)
c. Volatilisasi atau Penguapan
Volatilisasi
atau penguapan terjadi dari fase gas/udara dan fase
padat/tanah ke fase gas. Volatilisasi suatu zat tergantung pada angin, ekstraksi
air dan agitasi tanah oleh organisme. Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat
inheren dari zat tersebut.(15)
2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa
Teknologi Lingkungan
Teknologi dapat didefinisikan teknik yang bersumber dari keadaan
pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumbersumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan
masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan , meliputi metode
teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat dan bahan mentah. Rekayasa
adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan peralatan
dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis bagi
manusia, seringkali menggunakan hasil-hasil dan teknik-teknik dari ilmu.
Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa.(18)
Salah
satu
contoh
rekayasa
teknologi
dalam
lingkungan
yaitu
kemampuan
menyerap logam-logam
berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator.
Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah
terkontaminasi
Tumbuhan
mempunyai
dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive
organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan
dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi
oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis. Mekanisme fisiologi fitoremediasi
dibagi menjadi :
1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk
memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara
mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.
2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk
mendegradasi senyawa organik.
3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan
akar
tumbuhan
untuk
menyerap
bahan
pemanfaatan
tumbuhan
untuk
menguapkan
bahan
tumbuhan
untuk
memindahkan
bahan
17
meminimum kan
prosfek
masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, penerapan
teknologi
fitoremediasi
terbaik saat ini karena biaya yang relative murah dibanding dengan teknologi
berbasis
fisika dan
kimia.Indonesia
memiliki
keanekaragaman
hayati
mikroorganisme tersebut
mempunyai
kemampuan
untuk
logam
berat
merupakan
zat
menentukan
dari
kontaminan
penting dari
yang
fitotoksikologi
dan
menjadi
berkualitas
tumbuhan.(24)
19
sebagai
pencemar
atau
toksikan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri
Komala dkk.
Tabel 3.1 Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang
Parameter
Limbah Cair Karet (mg/l)
Baku Mutu (mg/l)
BOD
150
60
COD
300
200
TSS
150
100
Amoniak
13
5
pH
5,6
6-9
(Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah).
3.2 Pembahasan
Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan
zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber
kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Pada industri karet, jumlah lepasan
zat
mencemari
pengolahan
berupa
limbah cair
yang
berpotensi
prediksi
ekstimasi
pelepasan
zat
melalui
proses
titik
ekosistem
38,671 m3 ton karet remah sedangkan limbah karet remah berbahan baku lateks
sebesar 24,518 m3/tonkaret kering.(6)
Pada dasarnya limbah cair industri karet remah tidak banyak mengandung
bahan kimia dan logam berat karena proses pengolahannya merupakan rangkaian
dari proses penerimaan lateks, pengenceran, pembekuan, pengasapan dan
pengeringan. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik dan
amoniak dengan konsetrasi yang tinggi.(2)
3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet
Berdasarkan penelitian dari beberapa jurnal, konsentrasi bahan/zat dalam
limbah cair industri karet seperti BOD, COD, TSS, pH dan amoniak berada diatas
baku mutu, berikut hasil analisis konsentrasi limbah cair industri karet :
3.2.1.1 pH
pH
merupakan
salah
satu
indikator
pencemaran pada perairan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
pH pada hasil output pengolahan karet PT. Lembah Karet Padang
berada pada
penyebab
kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi
tinggi tidak boleh dibuang
di perairan
perlu
tersebut. Dengan
demikian
air hasil
pengolahan
merupakan
parameter
pengukuran
dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang
terlarut dan tersuspensi dalam air buangan. Penguraian zat organik adalah
peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri
akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable
berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan
keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik yang ditandai dengan
timbulnya bau busuk.
Hasil uji sampel menunjukkan data kadar BOD pada air limbah cair
industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar 150 mg/L. Hasil ini
tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah. Di dalam peraturan tersebut, nilai baku mutu dari
kadar BOD telah ditetapkan sebesar 60 mg/L. Air hasil dari pengolahan karet
memiliki kadar BOD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum
dibuang kebadan sungai.
3.2.1.5 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan
yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Nilai COD yang
berlebih akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut di perairan menjadi
rendah, akibatnya oksigen bagi sumber kehidupan
terpenuhi. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan kadar COD pada
hasil pengolahan industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar
300 mg/L. Hasil
tidak
Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
sebesar 200 mg/L. Sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang kesungai
agar tidak menimbulkan dampak pencemaran yang tinggi.
3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem
Industri karet merupakan salah satu industri yang berpotensi menghasilkan
limbah cair dalam jumlah besar. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung
bahan organik yang tinggi, sisa senyawa bahan olahan karet, senyawa karbon,
23
senyawa amoniak
sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan bila tidak diolah dengan baik
sebelum dibuang kelingkungan.(22)
Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD
menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem
dalam perairan. Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal
dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan jika dibuang langsung
kesungai dalam jumlah besar menimbulkan air sungai menjadi keruh dan berbau
tidak sedap, menghalangi masuknya oksigen terlarut kedalam air bahkan bisa
menyebabkan ikan disungai menjadi mabuk dan mati
(5)
menurunkan kualitas lingkungan seperti air, udara, tanah dan semua yang
terkandung di dalamnya. Selain itu bagi manusia yang memanfaatkan air yang
telah tercemar untuk mandi, mencuci bahkan mengonsumsi air sungai dapat
menyebabkan munculnya berbagai penyakit termasuk penyakit kulit juga
merupakan media penularan penyakit di masyarakat Penampungan dan
pembuangan air limbah yang memenuhi kesehatan persyaratan yang diperlukan
untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air limbah dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat. air limbah dapat berkembang biak situs
mikroorganisme patogen yang dapat mentranmisi penyakit (21).
3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet
Limbah cair
industri
karet yang
limbah hasil
pengolahan industri karet dapat dibuang ke badan lingkungan dengan aman dan
tidak mencemari lingkungan, maka perlu metode pengolahan limbah cair industri
karet. Cara penurunan bahan atau
limbah cair
Sebelum dan sesudah perlakuan, limbah cair diukur parameter fisika dan kimianya
meliputi pH, BOD, COD, TSS, dan NH 3 berdasarkan metode Alaerts dan
Santika (1984). Pengukuran dilakukan setelah 12 hari perlakuan. Pemberian
tanaman A. microphylla berpengaruh
cair pabrik karet terutama untuk menurunkan suhu, BOD, dan TSS.
3.2.4.1 Metode Bioremediasi
Salah satu metode pengolahan yang memanfaatkan media tanah
adalah Multi Soil Layering (MSL), yaitu
disusun dalam sebuah konstruksi susunan batu bata yang terdiri atas lapisan
campuran tanah dengan 10-35% partikel besi, bahan organik dan lapisan zeolite
(Wakatsuki dkk., 1993). MSL dilengkapi 2 zone pengolahan yaitu zone aerob
pada lapisan zeolite dan zone anaerob pada lapisan tanah (Salmariza, 2002).
Mekanisme pengolahan pada reaktor MSL merupakan kombinasi proses fisika,
kimia dan biologi. Dalam pengolahan biologis, bakteri merupakan komponen
terbesar yang berperan dalam mendegradasi limbah dengan jumlah lebih
dari 1013 bakteri/m2 permukaan tanah (Masunaga dkk, 2012). Efisiensi
pengolahan limbah cair industri karet dengan menggunkan konsorsium bakteri
seperti dalam penelitiaan yang dilakukan oleh (Puti dkk, 2012) dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Penyisihan BOD
Penurunan nilai BOD dapat diindikasikan dengan besarnya senyawa
organik yang terurai secara biologi. Senyawa organik yang mudah diolah oleh
bakteri dalam hal ini adalah
yang ada mampu menurunkan senyawa organik biodegradable ini terutama pada
zona aerob. Pada kondisi ini bakteri memerlukan senyawa organik untuk
pertumbuhannya.
Hasil degradasi senyawa organik kompleks yang ada dalam limbah cair
karet ditransformasikan menjadi senyawa organik yang lebih sederhana diuraikan
leboh lanjut pada kondisi anaerob melalui proses fermentasi. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan uji reaksi karbohidrat pada semua jenis bakteri yang diuji. Hampir
semua bakteri mampu menguraikan senyawa gula (glukosa, sukrosa, laktosa dan
manitol)
yang
merupakan
jenis-jenis
senyawa
organik
sederhana.
2. Penyisihan COD
COD menyatakan banyaknya O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat organik yang terkandung di dalam substrat pada zone aerob dan reaksi
fermentasi
pada
zone
anaerob
sehingga
terurai
menjadi
CO2
dan
H2O. Dari hasil pengukuran COD menunjukkan nilai penurunan yang tinggi.
Hal ini dikarenakan
reaksi
pada kedua
3. Penyisihan amoniak
Parameter amoniak tidak mempunya i pengaruh terhadap bakteri pada
kondisi anaerob karena penurunan parameter amoniak terjadi pada zone
aerob. Penurunan amoniak terjadi melalui proses oksidasi pada zone aerob
menghasilkan senyawa nitrat yang selanjutnya direduksi pada zone anaerob
melalui proses denitrifikasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Wakatsuki dkk.
(1993) lapisan aerob dapat meningkatkan nitrifikasi melalui oksidasi amoniak
menjadi nitrit dan nitrat, sedangkan pada lapisan anaerob dapat terjadi proses
denitrifikasi melalui reduksi nitrat menjadi nitrous oksida dan gas nitrogen.
4. pH
Limbah cair karet mempunyai pH 4,7 - 9, sementara sebagian besar bakteri
hidup pada rentang 5,3 - 7,5. Namun dengan
kemampuannya
beradaptasi
mkroorganisme tersebut dapat hidup pada rentang asam maupun basa yang
terdapat
pada
limbah
cair
karet
serta
menetralisir
limbah
menjadi
netral.
Dengan adanya metode pengolahan limbah, hasil buangan dari suatu
industri dapat diolah sebelum dibuang ke lingkungan sehingga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan yang dapat merusak ekosistem.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media
lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi,
produksi dan konsumsi.
2. Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat
melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi.
3. Karakteristik limbah cair pabrik karet yaitu berwarna keruh dan berbau tidak
enak.
4. Konsentrasi bahan atau zat (BOD,COD, TSS dan Amoniak) yang berlebihan
pada limbah cair karet dapat bersifat toksik bagi mahluk hidup dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
5. Metode pengolahan
limbah
industri karet
dilapangan karena penelitian lebih lanjut dengan skala kultur yang lebih besar
secara bertahap sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1
)Aryani, Sunarto dan Tertri. 2004. Toksisitas Akut Limbah Cair Pabrik
Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan Efek Sublethalnya terhadap
Struktur Mikroanatomi Branchia dan Hepar Ikan Nila (Oreochromis
niloticus T.). Jurnal Bio Smart Vol.6 No.2. ISSN: 1412-033X
)Chasri Nurhayati dkk, 2013. Optimasi Pengolahan limbah cair karet Remah
menggunakan mikroalga Indigen dalam menurunkan kadar BOD,COD,
TSS. Universitas Sriwijaya, Palembang.
)Dix, H.M. 1981. Environmental Pollution. John Willey & Sons: New York
)DR.Harmita, dkk. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
)Dwi Yulianti dkk, 2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX
Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla
microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa
Linn.). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
)Husni, Hayatul. 2010. Uji Toksisitas akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap
Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan.
Universitas Andalas.
10
11
12
13
14
)Puti Sri K dkk, 2012. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada Pengolahan
Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multi Soil Layering (Msl).
Universitas Andalas.
15
16
17
)Santika dan Aleart G, 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
18
19
20
21)
22
Lateks 4
23
)Wakatsuki, T., H. Esumi dan S. Omura, 1993. High performance and N &
Premovable on-site domestic wastewater treatment system by Multi Soil
Layering Method, Wat. Sci. Tech., 27, (1), 31-40
24
31
juga
dapat
d. Kolam aerasi
e. Bioventing
33
INDEKS
A
Amoniak, 21,22,25,28
Azollamicrophylla Kaulf. 25
B
Bioremediasi. 1,5,26
BOD. 1,4, 21, 23, 24, 25, 26
H
Hirolisis. 8
I
Increasing Importance. 3
C
COD. 1, 21, 24, 25, 26
K
Krep. 1,13,21
Koagulan. 1,14
Karotenoid. 1,15
D
Dilusi. 1,13,21
Diuptake. 7
DO. 5
L
Lateks. 1, 13, 14, 15, 21
Lethal. 7
Lipid. 1,15
E
Ekokinetika. 8
Evaporasi. 9
M
Meteorologik. 8
MSL. 26
F
Fitoakumulator. 18
Fitoremediasi1,5,26
Fitotoksikologi.1,5
Fotochelator. 18
Fololisis,8
Fotosintetis.4
Fosfor. 25
N
Nitrogen.23,25,28
Nutrien. 7
P
Patogen. 4
Protein. 1,4,8,15
Phytoremediation. 17
Presipitasi. 9
R
Reduksi. 8, 24,29
S
Sheet. 1,13,14,15
O
Oksidasi. 8
Sublethal. 7
Subtansi, 3, 18
T
Transformasi, 8
Toksik. 1,3,4,8,15,18,19,21,23,25,29
TSS. 21,22,23,26
Turbiditas. 4
V
Volatilisasi. 8