Você está na página 1de 7

Case Brief Putusan Nomor: 02/Renvoi Prosedur/Pdt.

PKPU/2013/PN.Niaga.Mks

Kelompok 5 : Apakah firma dapat dipailitkan?


Anggota

: Adipa Rizky Putera 1306450973


Andri Wahyu Putranto 1306393881
Fandika Khairul Lubis 1306451080
Fatya Alesi Ahmad Farizi 1306394026
Kharisma Bintang Alghazy 1306393805
Muhammad Adjie Darmosakti 1306451231
Muhammad Azri Ramadhana Lubis 1306393982
Muhammad Eriansyah Anggi Putera 1306393452
Rahadian Mahardika Sukarni 1306393692

Kasus posisi
Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E. ahli waris (alm) Ribka Ruru (dalam pailit) mengajukan
gugatan renvoi prosedur kepada kurator kepailitannya atas nama Andi Arifai Aming, S.H, dalam
hal ini firma Litha & Co, Litha Brent hanya mengajukan gugatan tersebut kepada kurator, dasar
gugatannya adalah pasal 117 dan 132 ayat (1) j.o 127 ayat (1) UU kepailitan.
Dalam gugatannya Firma Litha & Co, Ltiha Brent, S. E menolak pengakuan utang kepada
PT.

Bank

Negara

Indonesia

selaku

kreditor

dalam

kasus

kepailitannya

sebesar

RP.168.472.412.000 dan hanya megakui hutang sebesar Rp.33.523.166.456, sebagaimana


pengakuan mereka dalam permohonan, juga tidak mengakui hutang kepada Heryanto Wijaya

sebesar Rp 219.320.762, karena menurut pengakuan pemohon mereka sudah melunasi hutang
tersebut dengan mentransfer uang dengan nilai tersebut ke rekening yang bersangkutan.
Namun hal tersebut dibantah oleh eksepsi termohon yang menyatakan bahwa guggatan
pemohon kurang pihak, bahwa seharusnya dalam hal ini pemohon juga turut menyertakan pihakpihak seperti bank BNI dan juga Heryanto Wijaya, selaku pihak-pihak yang turut terlibat,belum
lagi gugatan pemohon juga tidak memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan karena
renvoi procedure hanya bisa dilakukan oleh pihak kreditor dan bukan debitor, semenara pihak
debitor hanya bisa memasukkan nota bantahan dalam Berita Acara (pasal 132 dan 132 ayat (3)
UU kepailitan).
Dalam isi gugatan materiil pula dibantah oleh termohon dengan menyatakan bahwa utang
kepada PT Bank Negara Indonesia (BNI) sebesar Rp.33.523.166.456, sementara itu belum
termasuk hutang yang ditangung oleh pemohon selaku penjamin dari debitor lainnya yakni PT
Ben Nibion dan PT . Gunung merapi yang mana bila dijumlahkan kesemua itu didapatlah hasil
hutang sebesar RP.168.472.412.000, juga terhadap pembayaran hutang yang diklaim telah
dilakukan oleh pemohon terhadap Heryanto Wijaya maka hal tersebut tidak sesuai prosedur
hukum karena seharusnya apabila Pemohon hendak melunasi hutangnya dalam keadaan pailit
hendaknya melunasi kepada ke semua kreditor (pasal 245 UU Kepailitan)

Permasalahan
Berdasarkan Putusan No. 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks. oleh Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Makassar telah diputus pailit Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli
Waris (Alm.) Ribka Ruru. Pada putusan yang sama pula diangkatlah Andi Arifai Aming, S.H.
sebagai Kurator Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru.
Dalam perjalanannya Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru
mengajukan permohonan renvoi prosedur terhadap daftar tagihan sementara kreditor yang
ditetapkan Kurator (Andi Arifai Aming) pada tanggal 11 April 2014. Kurator menetapkan debitur
memiliki hutang kepada dua pihak, yaitu:

1) PT. Bank Negara Indonesia sebesar Rp. 168.472.412.000,-;


2) Heryanto Wijaya sebesar Rp. 219.320.762,-;

Kedudukan Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru adalah
sebagai Pemohon, sedangkan Andi Arifai Aming, S.H. berkedudukan sebagai Termohon.
Renvoi prosedur terhadap daftar tagihan sementara tersebut didasarkan atas dalil Pemohon yang
berupa:
1) Berdasarkan validasi dari Bank Indonesia tertanggal 31 Desember 2013, utang Firma
Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru terhadap PT. Bank Negara
Indonesia (BNI) hanyalah sebesar Rp. 30.919.225.644.2) Telah dibayarkannya tagihan kreditor Heryanto Wijaya sebesar Rp. 219.320.762,-.
Namun pembayaran tersebut tidak melalui Kurator, melainkan melalui Mappajanci
Ridwan Saleh pada tanggal 21 Januari 2014
Dengan alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon, Termohon mengajukan bantahan berupa:
1) Seharusnya Pemohon memasukkan kreditor PT. BNI Tbk. dan kreditor Heryanto Wijaya
sebagai pihak dalam perkara a quo, karena permohonan renvoi Pemohon secara langsung
mempersoalkan (tidak mengakui) hak (tagihan) kreditor PT. BNI Tbk. dan kreditor
Heryanto Wijaya.
2) Bahwa hutang Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru
terhadap PT. BNI yang ditetapkan oleh Kurator sebesar Rp. 168.472.412.000,- adalah
benar. Dimana jumlah hutang tersebut dibayarkan secara tanggung-menanggung oleh
Pemohon (Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka Ruru), PT. Ben
Nibion, dan PT. Gunung Merapi.
3) Pemohon mengatakan bahwa hutang terhadap Heryanto Wijaya yang sebesar Rp.
219.320.762,- telah dibayarkan. Berdasarkan ketentuan Pasal 245 UU Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, maka
seharusnya Pemohon melakukan pembayaran juga atas tagihan kreditor PT. BNI Tbk
yang diakui pada proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
4) Bahwa hutang Pemohon terhadap Heryanto Wijaya yang sebesar Rp. 219.320.762,belumlah terbayarkan. Hal ini dikarenakan Kurator (Andi Arifai Aming) sebagai

pengurus yang sah merasa tidak pernah menerima pembayaran tagihan kreditor Heryanto
Wijaya. Selain itu kreditor Heryanto Wijaya diwakilkan kuasanya Muhammad Faisal
Silenang, SH., MH., menyatakan tidak pernah menerima pembayaran pelunasan tagihan
sebesar Rp. 219.320.762,-.

Disamping pernyataan Pemohon dan Termohon, Kreditor PT. BNI Tbk. melalui kuasanya juga
memberikan tanggapan pada Tanggal 22 Mei 2014. Dimana dinyatakan bahwa:
1) Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli Waris (Alm.) Ribka tidak berhak mengajukan
renvoi prosedur. Dikarenakan hanya berhak diajukan oleh kreditor, dan tidak ditujukan
kepada perhitungan kurator.
2) Tagihan yang diajukan oleh PT. BNI sebesar Rp. 168.382.412.000,- telah diakui oleh
Kurator, dan pengakuan tersebut telah dipindahkan dalam Daftar Piutang Tetap dan
dicatat dalam Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan Panitera
Pengganti. Oleh karena itu berdasarkan Pasal 126 ayat (4) dan ayat (5) UU Kepailitan
dan PKPU, pengakuan tagihan PT. BNI mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
pembatalannya tidak dapat dituntut.
Selain itu, hakim telah menimbang bahwa dari ketentuan Pasal 127 UU Kepailitan dan
PKPU, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Renvoi adalah bantahan dikembalikan
kepada Majelis Hakim Niaga yang menjatuhkan putusan pailit, sehingga tidak perlu diadakan
gugatan secara terpisah, perselisihan tersebut akan diselesaikan oleh pengadilan melalui renvoi
procedure, sehingga tujuan prosedur renvoi adalah untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang
timbul dalam rapat verifikasi, yakni dalam pencocokan piutang jika terdapat bantahan antara
kreditor dan kurator yang tidak dapat didamaikan oleh hakim pengawas dan menurut penilaian
Majelis Hakim sengketa yang dimaksud adalah perselisihan antara Kreditur dengan Kurator dan
tidak termasuk bantahan Debitur Pailit.

Analisis Putusan Pailit dan Dasar Hukum Terhadap Firma

Firma (Vennootschap onder Firma) merupakan Persekutan Perdata yang menjalankan


kegiatan usaha dibawah nama bersama.1. Berdasarkan pengertian tersebut, Firma dapat kita
kategorikan ke dalam Bentuk Usaha Bukan Berbadan Hukum. Sedangkan kepailitan adalah
proses seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya
dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga. Dalam hal ini kepailitan sudah
diatur di dalam beberapa peraturan, yaitu:
a) KUH Perdata khususnya Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1134;
b) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, LNRI 2004, No. 131;
c) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, khususnya Pasal 14 dan Pasal
142.
Dalam penjelasan pada pasal 2 UUKPKPU, yang dapat mengajukan gugatan kepailitan ke suatu
Pengadilan adalah :
1) Debitur sendiri (Volunteer Bankruptcy);
2) Kreditur (Pasal 2 ayat 1);
3) Kejaksaan, untuk kepentingan umum (Pasal 2 ayat 3);
4) Bank Indonesia, jika debitur adalah Bank (Pasal 2 ayat 3);
5) Badan Pengawas Pasar Modal, jika debitur perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring
& penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian (Pasal 2 ayat 4);
6) Menteri Keuangan, jika debitur perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana
pensiun, atau BUMN bergerak untuk kepentigan umum (Pasal 2 ayat 5).
Pada putusan ini yang menjadi pihak penggugat adalah debitur yaitu Firma Litha & Co,
Litha Brent, SE, dan pihak tergugatnya adalah kuratornya yaitu ANDI ARIFAI AMING, S.H.
Pada kasus ini, pihak debitur mengajukan gugatan atas pencatatan hutang yang dilakukan oleh
pihak tergugat kurator, debitur merasa hutang yang dicatat tidak sesuai dengan yang terjadi. Jika
dikaitkan dengan konsep Kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU,
Firma termasuk korporasi bukan badan hukum yang dapat menjadi debitor pailit. Hal dapat kita
lihat pada Penjelasan Dasar dan Alasan Pemohon Mengajukan Permohonan Renvoi Procedure
(Poin B) Putusan Nomor 02/Renvoi Prosedur/ Pdt. PKPU/2013/PN. Niaga. Mks. Dimana

1 Prof. Agus Sardjono, Pengantar Hukum Dagang, Jakarta : Rajagrafindo Persada,


2014, hal.47.

dijelaskan bahwa, pada tanggal 13 Februari 2014, Firma Litha & Co telah diputus pailit
berdasarkan Putusan No. 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks.
Syarat-syarat sebuah badan usaha atau badan hukum dapat dinyatakan pailit diatur dalam
Bab II tentang Kepailitan, Bagian Kesatu tentang Syarat dan Putusan Pailit, Pasal 2 Pasal 20.
Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU menyatakan,
Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya
Berdasarkan pernyataan Pasal 2 ayat 1 diatas, maka dapat kita uraikan unsur-unsur pasal
tersebut, antara lain :
1) Mempunyai dua atau lebih Kreditor
Pada perkara ini, Firma Litha & Co., mempunyai 2 kreditor dengan jumlah piutang yang
berbeda-beda. Kreditor pertama adalah PT. BNI dan kreditor kedua adalah Bapak
Heryanto Wijaya. Sehingga, unsur ini telah terpenuhi.
2) Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
Putusan tersebut menjelaskan bahwa, Firma Litha & Co. memiliki sisa tagihan kepada
PT. BNI sebesar Rp 31.023.166.456,00 dan telah melunasi tagihan utang kepada Bapak
Heryanto Wijaya. Dengan demikian, unsur ini sudah terpenuhi.
3) Dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan
Putusan Nomor 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks., menyatakan Firma Litha & Co. telah
diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Makassar. Sehingga, unsur ini sudah terpenuhi.
4) Permohonan pailit dapat dimohonkan oleh kehendak sendiri dari kreditornya
Berdasarkan penjelasan dasar dan alasan pengajuan permohonan (Poin B) dalam Putusan
Nomor 02/Renvoi Prosedur/ Pdt. PKPU/2013/PN. Niaga. Mks., bahwa Heryanto Wijaya
sebagai Kreditor telah mengajukan gugatan pailit terhadap Firma Litha & Co. kepada
Pengadilan Niaga Makassar. Sehingga, unsur ini sudah terpenuhi.
Kesimpulan
Apabila dilihat dari uraian diatas, maka dapat diketahui dalam kasus ini pihak yang
dipailitkan adalah Firma Litha & Co. dimana Firma Litha & Co. ini mempunyai hutang terhadap
PT. BNI dan Bapak Heryanto Wijaya. Walaupun dalam putusan ini yang menjadi titik berat

permasalahan adalah Firma Litha & Co. menolak pengakuan nominal hutang terhadap PT. BNI
dan menolak pengakuan hutang terhadap Bapak Heryanto Wijaya, karena sudah dibayar yang
telah ditetapkan kurator. Namun dalam case brief ini yang menjadi titik berat adalah Firma Litha
& Co. yang jenis badan usahanya adalah firma dapat dipailitkan atau tidak. Maka dari itu dapat
disimpulkan dari uraian analisis bahwa firma sebagai suatu badan usaha yang tidak berbadan
hukum dapat dijadikan sebagai pihak yang pailit berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan
PKPU yang telah diuraikan unsur-unsurnya dan Firma Litha & Co telah diputus pailit
berdasarkan Putusan No. 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks.

Referensi
Prof. Agus Sardjono. Pengantar Hukum Dagang. Jakarta : Rajagrafindo Persada. 2014.

Você também pode gostar