Você está na página 1de 325

BAB I

SEJARAH LAHIRNYA ISLAM DI INDONESIA


Pendahuluan
Untuk mempelajari suatu agama, termasuk agama Islam harus bermula dari
mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu
dapat dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama
yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal
sebagai agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran
agama itu sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam
sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas,
harus dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran
itu, yaitu Muhammad saw., sang pembawa risalah.
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang,
untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan
penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan
dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watatk Islam yan pluralistis yang dimiliki
semenjak awal kelahirannya.1
A. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan
sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan
beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang
langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di
Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh
orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh

1 Ahmad Sugiri, Proses Islamsisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di Indonesia, dalam AlQalam, Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No. 59/XI/1996, (Serang: IAIN SGD,
1996), hlm. 43.
1

pemerintahnya di Indonesia. Tokohtokoh itu diantaranya, Marcopolo,2 Muhammad Ghor,


Ibnu Bathuthah,3 Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.4
Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia diantaranya
adalah:
a. Berita dari Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan
dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab
dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan
Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.5 Pendapat ini dikemukakan oleh
Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam
bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokohtokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka menuduh
bahwa teori yang mengatakan Islam datang dari India adalah sebagai sebuah bentuk
propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.6
2 Kennet W. Morgan menjelaskan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia
mula-mula sekali adalah dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya kembali ke Venezia pada tahun 692
(1292 M), Marcopolo setelah bekerja pada Kubilai Khan di Tiongkok, singgah di perlak, sebuah kota
dipantai utara Sumatra. Menurut Marcopolo, penduduk perlak pada waktu itu diislamkan oleh pedagang
yang da sebut kaum Saracen. Marcopolo menanti angin yang baik selama lima bulan. Di situ ia beserta
rombongannya harus menyelamatkan diri dari serangan orang-orang biadab di daerah itu dengan
mendirikan benteng yang dibuatnya dari pancang-pancang. Kota samara menurut pemberian Marcopolo
dan tempat yang tidak jauh dari situ, yang dia sebut Basma yang kemudian dikenal dengan nama sanudera
dan Pasai, dua buah kota yang dipisahkan oleh sungai Pasai yang tidak jauh letaknya di sebelah utara
Perlak (P.A. Hoesain Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, (Jakarta: Pustaka Jaya,
1983), hlm.119).
3 Ibnu Bathuthah (1304-1369 M), merupakan pengembara terbesar bagsa Arab yang terakhir. Ia
berhasil menyaingi orang besar yang hidup sezamannya, Marcopolo al-Bandaqi. Pengembaraannya
meliputi seluruh dunia Islam. Dia telah menempuh lebih dari seratus tujuh puluh lima mil, yang dimulai
dari Thanjah, tempat kelahirannya, pada saat berusia 28 tahun, pada tahun 1326 M. Dan berakhir di Fez
pada tahun 1353. (Lihat Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 232).
4 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm,
122.
5 Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara dalam upayanya memperluas
kekuasaannya ke Semenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan dengan
bukti-bukti prasasti 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke-8 sampai ke-10 M. hal
ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci
bagi bagi pelayaran dan perdagangan internasional.
6 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss,
2009), hlm. 207
2

b. Berita Eopa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama
kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui
jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang
dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia singgah di Sumatera
bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan
Samudera dengan ibukotanya Pasai.7 Diantara sejarawan yang menganut teori ini
adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke. 8

c. Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.Karena disamping
berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada setiap
masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah
pesisisr pantai.9 Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye.
Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern,
dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.10
d. Berita Cina
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kirakira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai

7 Samudera Pasai merupakan kerajaan yang menjadikan dasar negaranya Islam


Ahlu Sunnah wal Jamaah. Kerajaan Samudera Pasai ini dirintis oleh Malik AshShaleh/Meurah Silo (659-688 H./1261- 1289 M). Negeri ini makmur dan kaya, di
dalamnya telah terdapat sistem pemerintahan yang teratur, seperti terdapatnya
angkatan tentara laut dan darat. (Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195).
8 Mereka mendasarkan pada keterangan Marcopolo yang pernah singgah d
untuk beberapa lama di Sumatra untuk menunggu angin pada tahun 1292 M. ketika
itu ia menyaksikan bahwa Perlak di ujung Utara pulau Sumatra penduduknya telah
memeluk agama Islam. Naman ia menyatakan bahwa Perlak merupakan satusatunya daerah Islam di nusantara ketika itu. (Badri Yatim, Sejarah Islam di
Indonesia, (Jakarta: Depag, 1998), hlm. 30).
9 Menurut W.F. Stutterheim dalam bukunya De Islam en Zijn Komst in the
Archipel, Islam berasal dari Gujarat dengan dasar batu nisan sultan pertama dari
kerajaan Samudera Pasai, yakni nisan al-Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1297.
Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang
mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. (Ibid., hlm. 23).
10 Dedi Supriyadi., Sejarah..., hlm. 191
3

utara Pulai Jawa.11 T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan
agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak
abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina
disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah
pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera (disebut Tashih).12
e. Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya
pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu
bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak.
Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti
Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal
pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297M. Ketiga, makam Syekh Maulana
Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat
dan berisi tulisan-tulisan Arab.13
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang
diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M, langsung dari negeri
Arab.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara. Setelah itu
masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
3. Para dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah
disebarkan secara damai.14
B. Priodesasi Masuknya Islam ke Nusantara(Indonesia)

11 Teori ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie seorang


scientist Spanyol
12 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah..., hlm. 187.
13 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007),
hlm. 191-192
14 Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
(Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 336.

Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya Islam di Indonesia


masih debatable. Oleh karena itu perlu ada penjelasan lenih dahulu
tentang penegrtian masuk, antara lain:

Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman

Muslim).
Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat

Islam.
Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).

Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan berbagai


sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber barat, dan
timur. Disamping jiga berkembang dari sudut pandang Eropa
Sentrisme dan Indonesia Sentrisme.
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
a) Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian
dasar adalah catatan perjalanan Al masudi, yang menyatakan
bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab
Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648
diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur
Sumatera.
b) Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954),
diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada
abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang
selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
c) Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di
dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di
kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
d) Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on
General Theory of Islamization of Malay-Indonesian
Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum
muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672
M.

e) Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia


mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin
Arab telah masuk ke Malaya.
f) Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah
ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan
Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis
menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada
hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
g) W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and
Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa
pada Hikayat Dinasti Tang memberitahukan adanya Aarb
muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih =
Arab Muslim).
h) T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The
Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam
datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7
M).
2.

Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:


Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam
panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah
Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat
prasati huruf Arab Riqah yang berangka tahun (dimasehikan
1082)

1. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:


a) Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai
adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada
tahun 1292 M.
b) K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut
adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
c) J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken
Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
6

d) Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje;


dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah
adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
C. TOKOH-TOKOH PENYEBAR ISLAM PERTAMA DI INDONESIA
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah
terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China.
Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya
pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah
Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab,
Persia, India dan china punya nadil melancarkan perkembangan islam
di kawasan Indonesia
1. Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan buktibukti antar lain:
a) ukiran batu nisan gaya Gujarat.
b) Adat istiadat dan budaya India islam.
2. Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti
antar lain:
a) Gelar Syah bagi raja-raja di Indonesia.
b) Pengaruh aliran Wihdatul Wujud (Syeh Siti Jenar).
c) Pengaruh madzab Syiah (Tabut Hasan dan Husen).
3. Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan
Indonesia, dengan bukti antara lain:
a) Menurut al Masudi pada tahun 916 telah berjumpa
Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein
untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra,
Jawa, dan Malaka.

b) munculnya nama kampong Arab dan tradisi Arab di


lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
4. China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana
Cheng Ho/Dampo awan ), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman
Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
a)Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
b)Beberapa makam China muslim.
c) Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada
umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog
budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)
D. Perkembangan Agama Islam di Beberapa Wilayah di
Nusantara
1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan
bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah
pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh
utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri
kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra
Pasai.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar
Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang digelar tahun
1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan
Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah
kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang
pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d
1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu.
Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat
pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi
gelar Sultan Malik Al-Saleh.
8

Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima


Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan
Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan
oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524
M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya
kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan
kabupaten Aceh Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka
karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat
Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan
besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan
Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota
Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran
Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal
maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha
menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan
yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus
semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang
datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula
yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di
Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus
berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada
tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi
(Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat
antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat
sebutan Serambi Mekah.
2.

Di Jawa
9

Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah


dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini
dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat
Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi,
Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan
Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu
baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh
para dai yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab
saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu
pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim
b. Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
c. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
d. Sunan Drajad ( Raden Qasim)
e. Sunan Giri (Raden Paku)
f. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
g. Sunan Kudus (Jafar Shadiq)
h. Sunan Muria (Raden Umar Said)
i. Sunan Gunung Jati
3.

Di Sulawesi

Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin


hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun
motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang
mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi.
Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat
datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di
10

beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah


terus berlanjut dilakukan oleh para dai di Sumatra, Malaka dan Jawa
hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang
dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya
pulau Sulawesi. Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik
dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah
menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang dai bernama Datuk Ri
Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22
September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk
Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 )
dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng
Matopa. Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo
menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti
Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan
Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang
bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M.
Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh
dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang
dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan
keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak
kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin
(1653-1669).
4.

Di Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo


melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai
kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para
muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat
Kalimantan. Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig
dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai
puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak
11

Muballig ke negeri ini. Para dai tersebut berusaha mencetak kaderkader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama
besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Jalur
ketiga para dai datang dari Sulawesi (Makasar) terutama dai yang
terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a) Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan
adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya
kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk
sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta
bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan
melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak
(Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak
bersedia masuk Islam. Dalam peperangan itu Raden Samudra
mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk
Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah
tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan
rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau
Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah
(putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan
Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Mustain Billah.
Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai,
Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.
b) Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang dai terkenal datang, yaitu
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja
Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para
pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan
dakwah ini dibangunlah sebuah masjid. Tahun 1575 M, raja
Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke
12

pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman,


dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.
5. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempahrempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak
terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau
dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan
dakwah Islam di kepulauan ini. Islam masuk ke Maluku sekitar
pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para
pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para dai
yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi
Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft
(sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim
adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke
kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak
kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu
Ternate dan Tidore. Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang
sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan
Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal
Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk
ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang
dan para muballig yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di
Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan
Pulau Gebi.

13

BAB II
SALURAN MASUKNYA ISLAM
DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
A. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada
golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya
ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negerinegeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta
menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan
jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang15
Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran
perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa
kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan
perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para
pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan
sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat
pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat
tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun
tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampunganperkampungan. Perkampungan golongan pedangan
Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan16.
2. Saluran Perkawinan
15 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), hlm, 200.
16 16 Ibid., hlm. 201.
14

Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi


yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan
ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu.
Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru
menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat
muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau
saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat
berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan
perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam.
Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim17. Dari sudut
ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama
putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar
itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah
mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaankerajaan muslim18.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf19 merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti
yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu
bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia20. Dalam hal
17 Ibid., hlm. 202
18 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007), hlm. 202
19 Kata-kata tasawuf dalam bahasa Arab tidak terdapat qiyas dan isytiqaq
(ukuran dan pengembalian), yang jelas bahwa kata-kata ini semacam laqab (julukan,
sebutan, gelar). Gelar ini diperuntukan bagi perorangan dengan istilah suf, dan bagi
jamaah disebut sufyah. Orang sudah mencapai derajat (usaha ke arah) tasawuf
disebut mutasawwif, sedangkan bagi jamaah disebut mutasawwifah. (Athoullah
Ahmad, Antara Ilmu Akhlak dan Tasawuf, (Serang: Saudara, 1995), hlm. 109).
20 Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13
yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India.

15

ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu


berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di
tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki
keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf,
yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu
agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih
dahuludikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah
dimengerti dan diterima21.Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh22, Syeh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini23.
1. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses
Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu
dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat
pengajaran agama Islam bagi para santri24. Pada umumnya di pondok

Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke16 dan ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm. 218)

21 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka


Asatruss, 2009), hlm, 208
22 Hamzah Fansuri beserta muridnya yaitu Syamsuddin as-samatrani, banyak
menhasilkan karangan-karangan. Fansuri menuliskan ajaran-ajarannya dalambentuk
prosa dan syair dengan bahsa arab dan Indonesia. Karangan-karangan Hamzah
Fansuri antara lain: Syarab al-asyikina, Asrar al- Arifina fi bayan ilm-al suluk wal
tauhid; dalam bentuk syair yang terkenal: Rubba al- Muhakkikina, Kashf al-Sirr alTajalli al-Subhani, Miftah al-Asrar, Syair si burung Pingai, Syair Perahu, Syair Syidang
fakir, Syair dagang (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm.
221).
23 23 Ibid., hlm. 204.
24 Di pesantren ini para santri diajarkan berbagai kitab kuning. Kitab kuning
adalah sebutan untuk buku atau kitab tentang ajaran-ajaran Islam atau tata bahasa
Arab yang dipelajari di pondok pesantren yang ditulis atau dikarang oleh para ulama
pada abad pertengahan dalam hurup Arab. Disebut kitab kuning karena biasanya
dicetak dalam kertas berwarna kuning yang dibawa dari Timur Tengah. (lebih lanjut
tentang pesantren dapat dilihat dari buku: Lebih lanjut baca Zamachsyari Dhofier,
Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup Kya, (Jakarta: LP3S, 1982).

16

pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai25, atau ulamaulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitabkitab26, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke
masingmasing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi.
Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal
pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh
lagi27.
2. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat
atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni
bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh,
Ternate dan sebagainya28. Contoh lain dalam seni adalah dengan
pertunjukan wayang29,yang digemari oleh masyarakat. Melalui ceritacerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga
dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam30.
3. Saluran Politik

25 Kyai adalah sebutan atau gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada
seseorang yang ahli agama Islam, yang biasanya memiliki dan mengelola pondok
pesantren. Lebih lanjut baca Karel A Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di
Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).
26 26 Mengenai kitab-kitab klasik yang dipakai di pesantren-pesantren di pulau
Jawa telah disistematikakan dengan cukup baik oleh beberapa orang sarjana Belanda
yang telah banyak meneliti tentang perkembangan pesantren dan tarekat di
Indonesia (lebih jauh mengenai studi ini lihat Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning:
Pesantren dan Tarikat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: 1995, Mizan),
hlm. 115.
27 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 203.
28 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III hlm. 205
29 Dijelaskan di sini, bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Beliau tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi
ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
(Badri Yatim, op.cit., hlm. 202)
30 Ibid., hlm. 203.
17

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses


Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat
juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang
sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan
rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih
dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini31.
B. Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kerajaan-Kerajaan
Islam dimulai di wilayah ini lewat kehadiran Individu-individu dari
Arab, atau dari penduduk asli sendiri yang telah memeluk Islam.
Dengan usaha mereka. Islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara
perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara
besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang yang khusus
menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai
terbentuk di kepulauan ini32.
Diantara kerajaan-kerajaan terpenting adalah sebagai
berikut:
1. Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini
diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalulintas bagi
pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuahanpelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan,
yang menjadi jalan sialng anntara AsiaTimur dan asia Barat. Dengan
letak geografis yang demikian membuat Malaka menjadi kerajaan yang
berpengaruh atas daerahnya33. Setelah Malaka menjadi kerajaan Islam,
para pedagang, mubaligh, dan guru sufi dari negeri Timur Tengah dan
31 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, hlm. 206-207.
32 Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majlis Ulama
Indonesia, 1991), hlm. 39
33 Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di
Sumatera diantaranya: Kampar, Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga.
( Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).

18

India makin ramai mendatangi kota bandar Malaka. Dari bandar ini,
Islam di bawa ke pattani dan tempat lainnya di semenanjung seperti
Pahang, Johor dan perlak34. Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik
dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan bahan-bahan
pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan
kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempahrempah harus selalu cukup untuk melayani semua pedagangpedagang.
Begitu pula pedangan-pedagang Jawa juga membawa rempahrempah dari Maluku ke Malaka35. Selain dengan Jawa, Malaka juga
menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai
membawa lada ke pasaran Malaka. Dengan kedatanganpedagang Jawa
dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi ramai dan lebih
berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang ekonomi, Malaka
juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan
ikut mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka
dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun penguasa belum
memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah
mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut
agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan
bangunan masjid36.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan
sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk
masuk Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Dan
kesultanan Malaka merupakan pusat perdagang internasional antara
Barat dan Timur, pelabuhan transit. Maka dengan didudukinya
Kesultanan Malaka oleh Portugis tahun 1511, maka kerajaan di
Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat Malaka
34 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam., hlm. 190
35 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm.18
36 Ibid., hlm. 19.
19

tidak digunakan lagi oleh pedagang Muslim sebab telah diduduki oleh
Portugis37.
Dengan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan
Malaka jika kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan
tertentu, yang memberi jaminan lumayan kepada keamanan
perdagangan. Seperti contohnya aturan bea cukai, aturan tentang
kesatuan ukuran, sistem pemakaian uang logam dan sebagainya. Di
samping aturan yang diterapkan juga sistem pemerintahannya sangat
baik dan teratur38.
2. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin
utara pulau Sumatra39 Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah
utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura. Indrapura sebelum
di bawah pengaruh Aceh, yang tadinya merupakan daerah pengaruh
Minangkabau. Yang menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan
Ibrahim (1514-1528), ia berhasil melepaskan Aceh dari Pidie40. Aceh
menerima Islam dari Pasai yang kini menjadi bagian wiliyah Aceh dan
pergantian agama diperkiraan terjadi mendekati pertengahan abad ke1441
Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal
dengan Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya42. Aceh
37 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam., hlm. 191.
38 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm. 20
39 Bahwa Islam baik sebagai kekuatan sosial agama maupun sebagai kekuatan
sosial politik, pertama-tama memperlihatkan dirinya di nusantara ini adalah di negeri
Perlak. Dari negeri inilah pertama kali Islam memancar ke peloksok tanah air
Indonesia. Kerajaan Islam Perlak terus hidup merdeka sampai dipersatukan dengan
kerajaan Samudera Pasai pada zaman pemerintahan sultan Malik Ash Saleh 12891326 M. Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M, pada tahun
1521 kerajaan ini ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun. Pada
tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di
bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh
peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru akwahnya. ((Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2008 hlm. 196-197).
40 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm 21
41 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam , hlm. 209.
42 42 Ibid., hlm. 208.

20

mengalami kemajuan ketika saudagar-saudagar Muslim yang


sebelumnya dagang di Malaka kemudian memindahkan
perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun
1511.43 Ketika Malaka di kuasa Portugis tahun 1511, maka daerah
pengaruhnya yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari
Malaka. Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai
berkembang. Di bawah kekuasaan Ibrahim, kerajaaan Aceh mulai
melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya. Operasioperasi militer diadakan tidak saja dengan tujuan agama dan politik,
akan tetapi juga dengan tujuan ekonomi43. Kebesaran kerajaan Aceh
ketika diperintah oleh Alauddin Riayat Syah44. Kekuasaannya sampai ke
wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat Syah kemudian diangkat
menjadi Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan
Ghori dan Sultan Mughal. Dalam menjaga keutuhan kerajaan Aceh,
maka di mana-mana di daerah pengaruh kekuasaan Aceh terdapat
wakil-wakil Aceh45.Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Turki dan
negara-negara Islam lain di Indonesia, hal ini terbukti di mana ketika
Aceh mengahadapi balatentara Portugis Aceh meminta bantuan Turki
tersebut. Dalam membangun aggkatan perangnya yang baik hal ini
pun berkat bantuan Turki46.
Kejayaan kerajaan Aceh pada puncaknya ketika diperintahkan oleh
Iskandar Muda. Ia mampu menyatukan kembali wilayah yang telah
memisahkan diri dari Aceh ke bawah kekuasaannya kembali47. Pada
masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan
Barat Sumatera. Dari Aceh tanah Gayo yang berbatasan di Islamkan,
43 Anas Machmud, Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di Pesisir
Timur Sumatra, dalam A. Hasymy, (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, (Jakarta: Almaarif, 1989), hlm. 420.
44 Sultan Alauddin Riayat Syah mempunyai gelar Al-Qahar.
45 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III.., hlm. 23
46 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 209
47 Daerah- daerah itu adalah Deli (1612), Johor (1613), Pahang (1618), Kedah
(1619), Perlak (1620), Nias (1624). (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional
Indonesia III., hlm. 22).
21

juga Minangkabau. Dimasa pemerintahannya, Sultan Iskandar muda


tidak bergantung kepada Turki Usmani. Untuk mengalahkan Portugis,
Sultan kemudian bekerjasama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda
dan Inggris48. Setelah Iskandar Muda digantikan oleh penggantinya,
Iskandar Tsani,
bersikap lebih lembut dan adil. Pada masanya, Aceh terus
berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju
dengan pesat. Akan tetap tatkala beberapa sultan perempuan
menduduki singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah
taklukannya lepas dan kesultanan menjadi terpecah belah. Pada abad
18 Aceh hanya sebagai kenangan masa silam dari bayngannya sendiri.
Akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur49
3. Kerajaan Demak ( 918- 960 H/ 1512-1552 M)
Di Jawa Islam di sebarkan oleh para wali songo (wali sembilan)50,
mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga
dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja
seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi
wali songo51. Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran
Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang
menunjuk Raden Patah sebagai Rajanya. Kerajaan ini berlangsung kirakira abad 15 dan abad 16 M. Di samping kerajaan Demak juga berdiri
48 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 210.
49 50 Ibid., hlm 210
50 Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad tanah jawa, yang mendapat
gelar wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir.
Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sanga atau wali sembilan berasal dari
negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sanga menurut cerita dalam babadbabad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ed.), op.cit., hlm. 197). Baca
juga: Slamet Efendi Yusuf, Dinamika Kaum Santri, (Jakarat: Rajawali, 1983), hlm. 3.

51 Wali Songo diantaranya: Sunan Bonang, Sunan Derajat adalah putra Sunan
Ampel yang sebelumnya telah bertempat tinggal di kampung Ampel Denta
(Surabaya), sunan Kalijaga yang disebutpula Jakasayid adalah putra seorang
tumenggung Majapahit, Sunan Giri adalah hasil perkawainan antara seorang putri
Blambangan dengan seorang Muslim. Sunan Gunung Jati putra Rara Santang atau
Syarifah Modaiim, putri Prabu Siliwangi. Sunan Rahmat yang dalam babad dikatakan
datang dari Campa, ia adalah saudara sepepu permaisuri Brawijaya.(Ibid., hlm. 197198).
22

kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti Cirebon52, Banten53 dan


Mataram54
Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang
berkembang di pantai utara Pulau Jawa. Raja pertamanya adalah
Raden Patah55 Sebelum berkuasa penuh atas Demak, Demak masih
menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah
mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas
Majapahit. Dapat dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah
menguasai seluruh Jawa. Setelah Raden Patah berkuasa kira-kira
diakhir abad ke-15 hingga abad ke-16, ia digantikan oleh anaknya yang
bernama Pati Unus. Dan kemudian digantikan oleh Trenggono yang
dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan berhasil menguasai
beberapa daerah56. Perkembangan dan kemajuan Islam di pulau Jawa
ini bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit57. Hal ini
memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk membangun
52 Islam di Cirebon sudah mulai berkembang sejak tahun 1470-1475. (Nugroho
Notosusanto, dkk, Sejarah Nasional Indonesia 2, (Jakarta: Depdikbud, 1992), hlm. 17)
53 Kerajaan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mecapai puncak kejayaannya pada
masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya 1552-1570 M. Melalui
kekuasaan anaknya Sultan Yusuf penyebaran Islam di Jawa semakin bertambah,
kerajaan ini menjadi pusat kerajaan terpenting. (Baca Halwany Microb dan A.
Mudjahid Chudari, Catatan Masalalu Banten, Serang, Saudara, 1993)
54 Pada tahun 1583 M Kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang
bernama Panembahan Senopati Sutowijoyo. Ia berorientasi untuk menyebarkan Islam
di seluruh wilayah Indonesia. (Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: AkbarMedia, 2003) hlm. 450)
55 Raden Patah adalah panegeran dari Palembang yang kawin dengan seorang
putrei (cucu) Sunan Ampel. Raden peteh terkenal dengan nama Panembahan Jimbun.
Ayahnya bernama angka wijaya dari Palembang. Raden Patah adalah raja yang
pertama masuk Islam di Jawa.( Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia
III, hlm.24).
56 Daerah Taklukannya adalah: Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan, , Lamongan
Blitar, Wirasaba, dan Kediri. Daerah Jawa Tengah bagian Selatan Gunung Merapi,
Pengging, dan Pajang. (Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 212).
57 Kerajaan Majapahit ketika diperintah oleh Hayam Wuruk dengan Patih Gajah
Mada masih berkusa, situasi politiknya dikatakan masih tenang. Tetapi setelah dua
tokoh ini meninggal dunia yaitu tahun 1389. Situasi politik Majapahit kembali
menunjukan kegoncangan, kelemahan-kelemahan yang makin lama makin
memuncak hingga mengakibatkan keruntuhannya. (Uka Tjandrasasmita (Ed.),
Sejarah Nasional Indonesia III, hlm. 5)
23

pusat-pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan


spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali Songo.
Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keraton
pusat58. Kerajaan Demak menempatkan pengaruhnya di pesisir utara
Jawa Barat itu tidak dapat dipisahkan dari tujuannya yang bersifat
politis dan ekonomi. Politiknya adalah untuk mematahkan kerajaan
Pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman, dengan Portugis
di Malaka59.
4. Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten60 merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada
abad ke-16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai
menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis.
Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan yang penting dan
ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat
Sunda, yang menjadi uratnadi dalam pelayaran dan perdagangan
melalui lautan Indoneia di bagian selatan dan barat Sumatera.
Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka di
bawah pengawasan politik Portugis di Malaka61.
Sejak sebelum kedatangan Islam, ketika berada di bawah
kekuasaan raja-raja Sunda (dari Pajajaran), Banten sudah menjadi kota
58 Taufik Abdullah, Islam dan Pembentukan Tradisi di Asia Tenggara dalam
Taufik Abdullah dan Sharon Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 73.
59 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, hlm. 8
60 Banten yang terletak di bagian paling barat pulau Jawa, luasnya sekitar 114
mil persegi.kesultanan banten didirikan dalam tahun 1520 oleh pendtang-pendatang
dari kerajaan Demak di Jawa tengah yang meliputi ndaerah pesisir utara sebai
intinya, sedangkan wilayah-wilayahnya terdiri dari daerah pegunungan Banten,
bagian barat Bogor dan Jakarta, dan Lampung di sumatera bagian Selatan. Daerah
yang oleh pelawat-pelawat Portugis dinamakan Sunda Bantam itu, sejak zaman dulu
merupakan sebuah pusat perdagangan lada, ia maju pesat setalah Malaka direbut
oleh orang-orang Portugis.(Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan di Banten 1888,
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hlm.53-54). Dalam tulisan Sunda kuno, cerita
Parahiyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang. Nama ini dapat dihubungkan
dengan Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. (Halwany
Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara,
1993), hlm. 33).
61 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm. 9.
24

yang berarti62. Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati dari Cirebon,
meletakan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta
bagi perdagangan orang-orang Islam di sana63.
Kerajaan Islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten
Girang dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai.
Dilihat dari sudut ekonomi dan politik, pemindahan ini dimaksudkan
untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir
Sumatera, melalui selat sunda dan samudra Indonesia. Situasi ini
berkaitan dengan kondis politik di Asia Tenggara masa itu setelah
malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang yang segan
berhubungan dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui
Selat Sunda64.
Tentang keberadaan Islam di Banten, Tom Pires menyebutkan,
bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda
dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini berarti pada akhir
abad ke-15 M diwilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat
yang beragama Islam65. Karena tertarik dengan budi pekerti dan
ketinggian ilmunya, maka Bupati Banten menikahkan Syarif
Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama Nhay
Kawunganten. Dari pernikahan ini Syaraif Hidayatullah dikaruniai dua
anak yang diberi nama Ratu winaon dan Hasanuddin. Tidak lam
kemudian, karena panggilan uwaknya, Cakrabuana, Syarif Hidayatullah
berangkat ke Cirebon menggantika umawknya yang sudah tua.
62 Pada awal abad XVI, yang berkuasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umun
dengan pusat pemerintahan Kadipaten di Banten Girang. Untuk menghubungkan
Banten Girang dengan pelabuhan Banten, dipakai sungai Cibanten yang pada masa
itu masih dapat dilayari. Disamping masih ada jalan darat yang melalui Klapadua.
(Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, hlm. 43.)
63 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,, hlm. 217.
64 Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten. hlm. 43
65 Dalam Purwaka Caruban Nagari, dijelaskan bahwa Syarif Hidayatullah beserta
98 orang muridnya dari Cirebon, berusaha mengislamkan penduduk di Banten.
Dengan kesabaran dan ketekunan, banyaklah yang mengikuti jejak Syarif
Hidayatullah. Bahkan akhirnya Bupati Banten dan sebagian besar rakyatnya
memeluk agama Islam. (Ibid., hlm. 51).

25

Sedangkan tugas penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada


anaknya yaitu Hasanuddin66.
Hasanuddin sendiri menikahi puteri Demak dan diresmikan menjadi
Panembahan Banten tahun 1552. ia meneruskan usaha-usaha ayahnya
dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke Lampung dan sekitarnya di
Sumatera Selatan. Pada tahun 1568, disaat kekuasaan Demak beralih
ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh
tradisi ia dianggap sebagai seorang raja Islam yang pertama di Bnaten.
Banten sejak semula memang merupakan vassal dari Demak67. Pada
masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, banyak kemajuan yang dicapai
Banten dalam segala bidang kehidupan. Maulana Hasanuddin wafat
pada tahun 1570 dan di makamkan di samping Masjid Agung. Untuk
meneruskan kekuasaannya beliau digantikan oleh anaknya yaitu
Maulana Yusuf68.
Pada masa pemerintahan dijalankan oleh Maulana Yusuf, strategi
pembangunan lebih dititikberatkan pada pengembangan kota,
keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Di tahun 1579
Maulana Yusuf dapat menaklukan Pakuan, ibukota kerajaan Pajajaran
yang belum Islam yang waktu itu masih menguasai sebagian besar
daerah pedalaman Jawa Barat. Maulana Yusuf meninggal dunia pada
tahun 1580, dan di makamkan di pakalangan Gede dekat kampung
kasunyatan69.
Setelah meninggalnya Maulana Yusuf, pemerintahan selanjutnya di
teruskan oleh anaknya yaitu Muhammad yang masih muda belia.
Selama Maulana Muhamad masih di bawah umur, kekuasaan
pemerintahan dipegang oleh qadhi70. Maulana Muhamad terkenal
sebagai orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama
66 Ibid., hlm.51.
67 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 218.

68 Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, hlm.81
69 Ibid., hlm. 81-85.
70 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 219
26

Islam ia banyak mengarang kitab-kitab agama yang kemudian


dibagikan kepada yang membutuhkannya. Pada masa
pemerintahannya Masjid Agung yang terletak di tepi alun-alun
diperindahnya. Tembok masjid dilapisi dengan porselen dan tiangnya
dibuat dari kayu cendana. Untuk tempat solat perempuan dibuatkan
tempat khusus yang disebut pawestren atau pawedonan71. Maulana
Muhamad meninggal tahun 1596 M, ketika sedang mengadakan
penyerangan terhadap Palembang72.
Pemerintahan Banten kemudian di pegang oleh anak Maulana
Muhammad yang bernama Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir,
dinobatkan pada usia 5 bulan. Dan untuk menjalankan roda
pemerintahannya ditunjuk Mangkubumi Jayanagara sebagai walinya. Ia
baru aktif memegang kekuasan pada tahun 1626. Pada tahun 1651 ia
meninggal dunia, dan digantikan oleh cucunya Sultan Abulfath
Abdulfath. Pada masa pemerintahannya pernah terjadi beberapa kali
peperangan antara Banten dengn VOC, dan berakhir dengan perjanjian
damai tahun 1659 M73.
5. Kerajaan Goa (Makasar) (1078 H/1667 M)
Kerajaan yang bercorak Islam di Semenanjung Selatan Sulawesi
adalah Goa-Tallo, kerajaan ini menerima Islam pada tahun 1605 M.
Rajanya yang terkenal dengan nama Tumaparisi-Kallona yang berkuasa
pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. Ia adalah
memerintah kerajaan dengan peraturan memungut cukai dan juga
mengangkat kepala-kepala daerah74.
Kerajaan Goa-Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang telah
menerima Islam dari Gresik/Giri75. Penguasa Ternate mengajak
71 Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, hlm.89.
72 Sultan Muhammad yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri ketika
menyerang Palembang tertembak yang mengakibatkan gugurnya Sultan Muhammad.
(Hamka, Dari Pembendaharaan lama, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 74).
73 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, jilid 1,
(Jakarta: Gramedia, 1987), hlm.114.
74 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, hlm. 29.
75 Penguasa Ternate pada waktu itu adalah Sultan Baabullah.

27

penguasa Goa-tallo untuk masuk agama Islam, namun gagal. Islam


baru berhasil masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang
ke kerajaan Goa-Tallo. Sultan Alauddin adalah raja pertama yang
memeluk agama Islam tahun 1605 M76.
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611,
namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone 77.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Goa-Tallo berhasil, hal ini
merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk
menyampaikan hal baik kepada yang lain78. Seperti Luwu, Wajo,
Sopeng, dan Bone. Luwu terlebih dahulu masuk Islam, sedangkan
Wajo79 dan Bone80 harus melalui peperangan dulu. Raja Bone yang
pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam81.
6. Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah Indonesia bagian Timur.
Kedatangan Islam keindonesia bagian Timur yaitu ke Maluku, tidak
dapat dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antara pusat
lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka, Jawa dan Maluku.
Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang keduabelas,
Molomateya, (1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang
memberikan petunjuk bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi
agaknya bukan dalam kepercayaan. Manurut tradisi setempat, sejak
abad ke-14 Islam sudah datng di daerah Maluku. Pengislaman di

76 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III 30


77 Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi
diantaranya :1) kemungkinan diakibatkan oleh dorongan agama Islam yang baru
masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang diperoleh dari perdagangan yang
ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Ibid., hlm.31).
78Tradisi yang telah lama diterima oleh para raja, keturunan To Manurung.
Tradisi itu mengahruskan untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain.
79 Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 M, dan. (Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam,, hlm. 224).
80 Bone menerima Islam pada tanggal 23 November 1611 M (Ibid., hlm. 224)
81 Ibid., hlm. 224

28

daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Marhum di Ternate82.
Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al- Abidin
(1486-1500), Ia sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari
madrasah Giri83. Zainal Abidin ketika di Jawa terkenal sebagai Raja
Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku
untuk persembahan84. Sekembalinya dari jawa, Zainal abidin
membawa mubaligh yang bernama Tuhubabahul. Yang mengantar raja
Zainal Abidin ke Giri yang pertama adalah Jamilu dari Hitu. Hubungan
Ternate, Hitu dengan Giri di Jawa Timur sangat erat85.
Tentang masuknya Islam ke Maluku, Tome Pires mengatakan bahwa
kapal-kapal dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf. Raja ternate
yang sudah memeluk Islam bernama Sultan Bem Acorala, dan
hanyalah raja ternate yang disebut sultan sedang yang lainnya digelari
raja. Dijelaskan bahwa ia sedang berperang dengan mertuanya yang
menjadi raja Tidore yang bernama Raja Almancor86.
Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat
Muslim. Di daerah Maluku itu raja yang mula-mula masuk Islam
sebagaimana dijelaskan Tome Pires sejak kira-kira 50 tahun yang lalu,
berarti antara 1460-1465. Tahun tersebut boleh dikatakan bersama
dengan berita antonio Galvano yang mengatakan bahwa Islam di

82 Maulana Husayn pada mulanya hanya menunjukan kemahiran dalam menulis


huruf Arab yang ada dalam al-Quran, sehingga menarik hati Marhum dan orangorang Maluku. Tetapi mereka bukan hanya diajarkan tulisan Arab yang indah saja,
melainkan agar diajarkan tentang agama Islam (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah
Nasional Indonesia III, hlm. 10)
83 Nama madrasah itu adalah madrasah Giri Prabu Satmata.(Nugroho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia 2, hlm. 18
84 H.J. de Graaf, Islam di Asia Tenggara Sampai Abad ke-18 dalam Azyumardi
Azra (Ed.), Perspektif Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989),
hlm. 14.
85 Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia 2, (Jakarta: Depdikbud,
1992).., hlm.18
86 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia, hlm. 11).
29

daerah ini di mulai 80 atau 90 tahun yang lalu yang kalau dihitung dari
waktu Galvano di sana sekitar 1540-1545 menjadi 1460-146587.
Karena usia Islam masih muda di Ternate, Portugis yang sampai di
sana tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama
Kristen. Harapan itu tidak terwujud. Usaha mereka hanya
mendatangkan hasil yang sedikit88. Dalam proses Islamisasi di Maluku
menghadapi persaingan politik dan monopoli perdagangan diantara
orang-orang Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Persaingan
diantara pedagang-pedagang ini pula menyebabkan persaingan
diantara kerajaan-kerajaan Islam sendiri sehingga pada akhirnya
daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi kompeni
Belanda89.
BAB III
PERAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI
INDONESIA
A. Pendahuluan

Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha
bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang
pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama
di tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar
dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa.Walisongo berasal dari keturunan syeikh
ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para
keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah(90).
87 Situasi politik ketika kedatangan Islam di kepulauan Maluku tidak seperti di
Jawa. Di sana orang-orang muslim tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang
mengalami perpecahan karena perebutan kekuasan negara. Mereka datang dan
mengembangkan Islam dengan melalui perdagangan, dakwah dan melalui
perkawinan. (Ibid., hlm. 11-12)
88 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm.222
89 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia, hlm. 12)
90 Mukhlis PaeEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat), ( Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 76
30

Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh
disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan
kehidupan agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama Islam tingkat
atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali. Zaman itu pun dikenal
sebagai zaman kewalen. Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai Walisanga,
yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan
orang(91). Adapun Sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku
kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan
Gunung Jati(92).
B. Pengertian Walisongo

Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat
Wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa
sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat
wali(93). Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain memiliki
keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan gurumurid(94)
Adapun biografi singkat tokoh-tokoh Walisongo adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau
memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi, Syekh Magribi,
Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di (Sebutan dalam
Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan
tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi
91 Ibid, hal 128-129
92 Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Madrasah Tsanawiyah Untuk
Kelas IX Semester 1 dan 2, (Bandung,: CV ARMICO, 2009), hlm. 25-26
93 Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm21- 22.
94 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta:
GRAHA Pustaka, 2009), hlm 16

31

menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat.
Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana
beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14.
Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada
tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke
Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik95. Beliau wafat di Gresik
pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H , bertetapatan
dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan
tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang
berada di Gresik.
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali pertama yang tertua, beliau
mempunyai anak bernama Raden Rahmat (Sunan Ampel ) , Sunan Giri
adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim dan sepupu Sunan Ampel96.
Maulana Malik masih merupakan keturunan Ali Zainal Abidin Al-Husein
Ibnu Ali Ibnu Thalib. Hal ini menunjukan bahwa Maulana Malik
merupakan keturunan Rasulallah SAW. Diceritakan dalam Babad Tanah
Jawi, bahwa Syekh Ibrahim Asamarkandi merupakan menantu dari dari
raja Champa. Raja Champa tersebut memilki tiga anak, dua orang putri
dan satu orang putra. Putri pertama bernama ratu Darawati yang
menikah dengan Prabu Brawijaya dan putri yang kedua menikah
dengan Syekh Ibrahim Asamarkandi, Syekh itu sendiri merupakan
Maulana Malik Ibrahim. Dari hasil perkawinanya ini, beliau dikaruniai
dua orang putra , yaitu Raden Rahmat dan Raden Santri. Kisah dalam
95 Ibid., hlm.14
96 Ibid., hlm.17
32

babad ini sesuai dengan yang ada dalam Hikayat Hasanudin serta
Babad Majapahit dan Para Wali.
Sunan Gresik lahir disekitar wilayah Magribi, Afrika Utara. Disana
beliau dikenal sebagai Wali Pawang Hujan. Dikisahkan bahwa pada
suatu ketika ada seorang gadis yang hendak dijadikan tumbal untuk
meminta hujan kepada dewa. Ketika pedang sudah dihunus, Maulana
Malik datang dan melarangnya dengan pembicaraan yang halus,
kemudian beliau memimpin shalat Istisqa, untuk memohon hujan. Tak
lama setelah itu, hujanpun turun dan kawanan kafir tersebut
berbondong-bondong memeluk agama Islam97. Maulana malik
menetap di Desa Leran, Gresik. ketika itu Gresik masih di bawah
kerajaan Majapahit. Disana beliau melakukan dakwah dengan
menjauhi Konfrontasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga dengan
mudah agama Islam diterima. Sunan berdakwah secara sederhana,
beliau membuka warung dan menjual rupa-rupa makanan dengan
harga yang murah. Selain sebagai pedagang Sunan membuka praktek
sebagai Tabib ,dengan doa-doanya yang diambil dari Al-Quran.
masyarakat berbondong-bondong datang kepadanya untuk meminta
pertolongannya, apalagi praktek tabib yang dibukanya gratis98. Dari
sisni beliau memanfaatkannya sebagai sarana dakwah Islamiyah.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah, beliapun semakin
dikenal dikalangan masyarakat Gresik.

97 Ibid., hlm.19
98 Ibid., hlm.20

33

Di Gresik beliau membuat pesantren,yang merupakan sarana


tempat menimba ilmu bersama. Dalam mengajarkan Ilmunya, Maulana
Malik Ibrahim dikenal dengan julukan Kakek Bantal, hal ini karena
kebiasaan beliau yang selalu meletakan Al-Quran dan Kitab Hadist
diatas bantal ketika mengajarkan ilmunya. Meskipun pengikut beliau
semakin banyak, Maulana Malik Ibrahim masih mempunyai tekad yang
kuat untuk mengislamkan raja Majapahit, atas siasatnya ini beliau
meminta bantuan raja di Cermin. Sebagian berpendapat bahwa Cermin
berada di Persia, dan pendapat lain menyebutkan berada di Gedah,
Malaysia. Raja Cermin mengirimkan putrinya Dewi Sari yang berwajah
elok ke kerajaan Majapahit, yang diharapkan sang Prabu Brawijaya
mau memperistrinya, dengan begitu diharapkan Raja Majapahit bisa
memeluk agama Islam. Namun usahanya mengalami kegagalan,
karena sang raja hanya mau menerima Dewi Seri sebagai selirnya.
Raja cermin menolaknya, dan membawa kembali pasukan bersama
Dewi Seri ke kerajaan. Sebelum sampai di Cermin pasukanya singgah
di Leran Gresik, mereka menetap di rumah Sunan Gresik sambil
menunggu perbaikan kapalnya. Meskipun demikian, Sunan Gresik tak
Patah hati, beliau melanjutkan dakwah dan misinya hingga menjelang
wafatnya pada tahun 1419 M.
Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau
memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi, Syekh Magribi,
Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di (Sebutan dalam
Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan
tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi
34

menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat.
Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana
beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14.
Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada
tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke
Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik99. Beliau wafat di Gresik
pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H , bertetapatan
dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan
tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang
berada di Gresik.
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali pertama yang tertua, beliau
mempunyai anak bernama Raden Rahmat (Sunan Ampel ) , Sunan Giri
adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim dan sepupu Sunan Ampel100.
Maulana Malik masih merupakan keturunan Ali Zainal Abidin Al-Husein
Ibnu Ali Ibnu Thalib. Hal ini menunjukan bahwa Maulana Malik
merupakan keturunan Rasulallah SAW. Diceritakan dalam Babad Tanah
Jawi, bahwa Syekh Ibrahim Asamarkandi merupakan menantu dari dari
raja Champa. Raja Champa tersebut memilki tiga anak, dua orang putri
dan satu orang putra. Putri pertama bernama ratu Darawati yang
menikah dengan Prabu Brawijaya dan putri yang kedua menikah
dengan Syekh Ibrahim Asamarkandi, Syekh itu sendiri merupakan
Maulana Malik Ibrahim. Dari hasil perkawinanya ini, beliau dikaruniai

99 Ibid., hlm.14
100 Ibid., hlm.17

35

dua orang putra , yaitu Raden Rahmat dan Raden Santri. Kisah dalam
babad ini sesuai dengan yang ada dalam Hikayat Hasanudin serta
Babad Majapahit dan Para Wali.
Sunan Gresik lahir disekitar wilayah Magribi, Afrika Utara. Disana
beliau dikenal sebagai Wali Pawang Hujan. Dikisahkan bahwa pada
suatu ketika ada seorang gadis yang hendak dijadikan tumbal untuk
meminta hujan kepada dewa. Ketika pedang sudah dihunus, Maulana
Malik datang dan melarangnya dengan pembicaraan yang halus,
kemudian beliau memimpin shalat Istisqa, untuk memohon hujan. Tak
lama setelah itu, hujanpun turun dan kawanan kafir tersebut
berbondong-bondong memeluk agama Islam101. Maulana malik
menetap di Desa Leran, Gresik. ketika itu Gresik masih di bawah
kerajaan Majapahit. Disana beliau melakukan dakwah dengan
menjauhi Konfrontasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga dengan
mudah agama Islam diterima. Sunan berdakwah secara sederhana,
beliau membuka warung dan menjual rupa-rupa makanan dengan
harga yang murah. Selain sebagai pedagang Sunan membuka praktek
sebagai Tabib ,dengan doa-doanya yang diambil dari Al-Quran.
masyarakat berbondong-bondong datang kepadanya untuk meminta
pertolongannya, apalagi praktek tabib yang dibukanya gratis102. Dari
sisni beliau memanfaatkannya sebagai sarana dakwah Islamiyah.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah, beliapun semakin
dikenal dikalangan masyarakat Gresik.

101 Ibid., hlm.19


102 Ibid., hlm.20

36

Di Gresik beliau membuat pesantren,yang merupakan sarana


tempat menimba ilmu bersama. Dalam mengajarkan Ilmunya, Maulana
Malik Ibrahim dikenal dengan julukan Kakek Bantal, hal ini karena
kebiasaan beliau yang selalu meletakan Al-Quran dan Kitab Hadist
diatas bantal ketika mengajarkan ilmunya. Meskipun pengikut beliau
semakin banyak, Maulana Malik Ibrahim masih mempunyai tekad yang
kuat untuk mengislamkan raja Majapahit, atas siasatnya ini beliau
meminta bantuan raja di Cermin. Sebagian berpendapat bahwa Cermin
berada di Persia, dan pendapat lain menyebutkan berada di Gedah,
Malaysia. Raja Cermin mengirimkan putrinya Dewi Sari yang berwajah
elok ke kerajaan Majapahit, yang diharapkan sang Prabu Brawijaya
mau memperistrinya, dengan begitu diharapkan Raja Majapahit bisa
memeluk agama Islam. Namun usahanya mengalami kegagalan,
karena sang raja hanya mau menerima Dewi Seri sebagai selirnya.
Raja cermin menolaknya, dan membawa kembali pasukan bersama
Dewi Seri ke kerajaan. Sebelum sampai di Cermin pasukanya singgah
di Leran Gresik, mereka menetap di rumah Sunan Gresik sambil
menunggu perbaikan kapalnya. Meskipun demikian, Sunan Gresik tak
Patah hati, beliau melanjutkan dakwah dan misinya hingga menjelang
wafatnya pada tahun 1419 M.
1. Sunan Ampel ( Raden Rahmat )
Sunan Ampel merupakan sesepuh Walisongo pengganti ayahnya
Maulana Malik Ibrahim, beliau lahir sekitar tahun 1401 M, mengenai
tanggal dan bulannya belum ada kepastian sumber sejarah. Nama
kecil beliau adalah Raden Rahmat, beliau adalah putra keturunan raja
37

champa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri


Adipati Tuban Wilwatikta Arya Teja. Dari hasil pernikahannya beliau
menurunkan dua orang putra dan dua orang putri. Dua orang putra
tersebut adalah Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) dan Sunan
Drajad (Syarifudin), sedangkan dua orang putrinya adalah Nyai ageng
Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Raden Rahmat memilki
seorang adik Raden santri namanya, dan seorang kemenakan bernama
Raden Berereh103, mereka bertiga diperintahkan oleh orang tuanya
untuk menghadap Raja Majapahit. Mereka berangkat ke Majapahit dan
tinggal di sana selama satu tahun.
Menurut Babad Gresik, Raden Rahmat dan Raden Ali Hutama pergi
ke gresik , dari kota itu mereka melanjutkannya ke majapahit untuk
bertemu Sang Prabu. Awal kedatangannya ke Gresik agama Islam
Belum tersebar luas, sehingga sang Prabu menetapkan Ali Hutama
menjadi Syah Bandar di Gresik, sedang Raden Rahmat di beri kawasan
yang masing berupa rawa-rawa yang berlumpur bernama Ampel. Sang
Prabu sendiri tidak melarang keduanya untuk menyiarkan agama
Islam. Dalam abab Gresik pula disebutkan bahwa sepeninggal Prabu
hayam Wuruk dan patih Gajah Mada kerajaan majapahit dalam kedaan
kacau. Oleh karena it, Prabu Kertawijaya mengundang Raden Rahmat
putra Syekh Ibrahim Asamarkandi untuk mengajarkan agama di Jawa.
Tujuannya untuk membina masyarakat penduduk majapahit. Berbeda
dengan Hikayat Hasanudin, Raden Rahmat sebelum menuju majapahit
di Jawa terlebih dahulu singgah di palembang untuk memperkenalkan

103 Slamet Mulyana, Runtuhnya kerajaan Hindu...,95


38

agama Islam kepada Arya Damar yang pada waktu itu menjabat
sebagai Raja Palembang. dalam misinya ke kerajaan majapahit, Raden
Rahmat di dampingi sang ayah (Maulana Malik Ibrahim), kakaknya
(Sayyid Ali Murthada), dan Sahabatnya (Abu Hurairah)104. Rombongan
tersebut tersebut singgah di Tuban dan menyebarkan agama Islam
disana sampai sang ayah Syekh Asamarkandi wafat, yang makamnya
terletak di Desa Gesikharjo, Palang, Tuban. Selanjutnya romongan
tersebut melanjutkan perjalanannya ke Trowulan Ibukota Majapahit
untuk menghadap Sang Prabu dalam menyanggupi permintaanya,
yaitu memperbaiki dan mendidik moral para bangsawan yang kawula
majapahit yang saat itu mengalami kekacauan. Sebagai hadiahnya,
raden rahmat diberi tanah di Ampeldenta , Surabaya dan tiga ratus
keluarga diserahkan kepadanya untuk di didik dan di bina.105 Disana
Raden Rahmat mendirikan pemukiman penduduk sebagai ladang
untuk berdakwah.disana Baliau mendirikan Pesantren dan Mesjid yang
sampai sekarang peninggalannya masih ada.
Raden Rahmat sangat memperhatikan dalam menurunkan
kaderisasi wali kepada anak-anak dam murid-muridnya. Dua putranya
yakni Sunan Bonang dan Sunan Drajad merupakan anggota dari
Walisongo. Satu putrinya Asyikah dinikahkan dengan Raden Patah yang
menjadi raja Demak, serta dua orang purinya dari istri yang lain, Nyai
Karimah, kedua putri itu bernama Dewi Murtasiah yang diperistri oleh
Sunan Giri dan dewi Mursimah yang diperistri oleh Sunan Kalijaga.

104 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Wali Songo...,23


105 Ibid., hlm 28

39

Suana Ampel selalu berbeda pendapat dengan Para wali lainnya, beliau
agak bersikap puritan dalam mengakulturasikan antara tradisi adat
dengan Islam. Meskipun demikian Sunan Ampel sangat bijak dalam
mengelola pendapat, selain itu karena sosoknya yang dituakan sebagai
pengganti dari Maulana Malik Ibrahim, beliau sangat dihormati dan
disegani oleh semua kalangan. Menurut beberapa versi Sunan Ampel
merupakan tokoh yang mengepalai Dewan Walisongo, hal ini dilakukan
sebagai sarana dakwah Islamiyah di tengah hiruk-pikuk kekacauan
Kerajaan majapahit.
Diceritakan bahwa ketika Raden Rahmat menjadi tokoh yang
terkenal di Ampeldenta, beliau kedatangan Syekh Walilanang. Syekh
itu berasal dari Jeddah yang singgah ke Ampeldenta. Disana sang
Syekh berdiskusi dan berbagi ilmu bersama dengan Sunan Ampel. dan
dari Ampeldenta perjalanan syekh dilanjutkan ke Blambangan sampai
suatu ketika beliau dinikahkan dengan putri raja Blambangan. Namun
karena sang Raja tidak mau memeluk agama Islam putrinya beliau
tinggalkan, yang pada saat itu sudah dalam keadaan mengandung.
Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa putri yang sedang
mengandung tersebut kelak akan melahirkan seorang putra yang
bernama Sunan Giri yang selanjutnya dipungut anak angkat oleh
seorang janda kaya Nyai Semboja, yang kemudian dipondokkan ke
Ampeldenta hingga menjadi wali Sunan Giri.106
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Sunan Ampel
sangat memperhatikan Kaderisasi, diantara kader-kader yang

106 Ibid., hlm.40


40

melanjutkan perjuangannya adalah Raden Patah(raja Demak Sekaligus


menantu), Sunan Kalijaga (menantu), Raden Paku (Sunan Giri ), Sunan
Bonang (Raden Makdum), Syarifudin (Sunan Drajad), dan Maulana
Ishaq (Blambangan). Belum ada keterangan yang pasti mengenai
kapan beliau Wafat. Namun dalam babad Gresik menyebutkan angka
1481 M yang di tandai dengan Candrasengkala ulama ampel lena
masjid107, yang menurut cerita masyarakat setempat beliau wafat
pada saat sujud di mesjid. Makamnya terletak disebelah barat Mesjid
Ampel, tepatnya di Ampel Gading.
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana
makdum Ibrahim, beliau lahir di Bonang, Tuban pada tahun 1465 M.
Sunan Bonang merupakan putra sulung Sunan Ampel hasil
pernikahannya dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila. Sejak kecil
beliau dididik di lingkungan keluarganya dengan ketat sehingga
menjadi Walisongo. Nama kecilnya Maulana Makdum yang diambil dari
Bahasa Hindi108. Ajaran Sunan Bonang terangkum dalam Kitab yang
terkenal yaitu Suluk Wujil, mengkisahkan si Wijil yang berguru pada
Sunan Bonang. Wujil merupakan bekas budak Raja Majapahit.
Menginjak usia dewasa, Sunan Bonang diutus Sunan Ampel menuju
Pasai atau Aceh. Disana beliau berguru pada Syekh Awwalul Islam
yang merupakan Ayah Kandung Sunan Giri (Raden Paku). Bersama
Sunan Giri beliau menuntut ilmu disana. Pulang dari pasai Sunan
Bonang diminta berdakwah ke daerah Tuban, Pati, Madura, dan Pulau
107 Ibid., hlm.45
108 Ibid .,hlm.46
41

Bawean di utara Pulau jawa. Di Tuban beliau mendirikan Pondok


Pesantren. Sementara itu, Sunan Giri berdakawah di daerah Gresik dan
mendirikan Pondok Pesantren disana.
Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan Bonang menggunakan
alat kesenian daerah berupa gamelan Bonang yang di pukul dengan
kayu. Sunan bonang sendiri yang menabuhnya dan karena suara
gaung bonang yang sangat menyentuh hati rakyat sekitar sehingga
banyak rakyat yang berbondong-bondong datang ke mesjid. Selain
bertembang Sunan Bonang selalu memberikan penjelasan maksud dari
tembangnya tersebut. Tembangnya berisi ajaran-ajaran agama Islam.
Dikalangan masyarakat Sunan Bonang dikenal dengan Sang
Mahamuni.
Pada masa hidupnya, Sunan bonang banyak berperan dalam
perjuangan Kerajaan Islam Demak serta berpartisipasi dalam
pembangunan Mesjid Agung Demak. Sunan Bonang pun berperan
dalam pengangkatan Raden Patah sebagai raja Islam Demak. Ketika
mengajarkan ilmu agam Islam Sunan Bonang menggunakan buku-buku
karangan para ahli Tasawuf yaitu Ihya Ulumuddin, Al-anthaki, dan
beberapa tulisan karya Abu Yazid Al-Bustami dan Syaikh Abdul Qadir
Al-jailani.109
Kedudukan Tasawuf menurut Sunan Bonang paling penting karena
dapat menunjukan setiap muslim terhadap mencintai Allah dan
Rasulnya secara hakiki. Menurutnya manusia harus menjauhi tiga
musuh utama, yaitu dunia, hawa nafsu, dan setan. Menurut sbeberapa
109 Ibid., hlm.52

42

pendapat sejarawan, naskah ajaran sunan bonang merupakan paling


lengkap diantara naskah para wali lainnya. Didalam Naskah tersebut di
katakan bahwa ajaran Sunan Bonang berasal dari Syaikh Jumadil Kubro
yang merupakan ayahanda Maulana Malik Ibrahim. Ajaranya
diturunkan kepada Sunan Ampel selanjutnya kepada Sunan Bonang,
Sunan Drajad, Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.
Sunan Bonang wafat di Pulau Bawean pada tahun 1525 M,
dikisahkan bahwa ketika jenazah hendak dikuburkan terjadi perebutan
antara warga Bawean dan warga Bonang, Tuban. Warga Bawean ingin
beliau dikuburkan di daerahnya karena beliau berdakwah di pulau
tersebut, tetapi warga Bonang tidak mau terima, sehingga pada
malam harinya diam-diam mereka mencuri jenazah Sunan Bonang.
Namun aneh, keesokan harinya ketika jenazah Sunan Bonang hendak
di kebumikan. Jenazahnya tetap ada baik di Bonang maupun di
Bawean. Oleh karena itulah , hingga sekarang makam Sunan Bonang
terdapat didua tempat. Satu di Pulau Bawean dan yang satunya lagi di
Bonang, Tuban.
4. Sunan Drajad ( Raden Qasim)
Nama lain dari Sunan Drajad adalah Raden Qosim tau Syarifudin
beliau hidup pada zaman Majapahit akhir sekitar tahun 1478 M. Belum
ada keterangan sejarah yang pasti mengenai kapan dan dimana Sunan
drajad dilahirkan. Namun berdasarkan beberapa babad dan referensi
sejarah Sunan Drajad merupakan putra dari Sunan Ampel hasil
pernikahannya dengan Candrawati alias Ni Gede Manila. Dikisahkan
bahwa sejak berusia muda Sunan Drajad telah diperintahkan ayahnya
43

untuk menyebarkan agama Islam di pesisir Gresik. semasa muda


beliau dikenal dengan raden Qasim. Sebenarnya masih banyak lagi
nama-nama lain dari beliau berdasarkan beberapa Naskah kuno.
Diantaranya beliau dikenal dengan nama Sunan Mahmud, Sunan
Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim,
Syekh Masakeh, Pangeran Syarifudin, Pangeran Kadrajat dan Masaikh
Munar110.
Raden Qosim menghabiskan masa anak-anak dan remajanya di
Ampeldenta. Beliau didik secara ketat hingga akhirnya menjadi Wali.
Setelah dewasa beliau diminta untuk menyebarkan agama Islam di
pesisir Gresik. Perjalananya ke Gresik menjadi sebuah legenda.
Dikisahkan bahwa ketika beliau hendak menuju Gresik, kapal yang di
tumpanginya terkena ombak, Raden Qosim selamat dengan berpegang
pada Dayung perahu tersebut. Setelah kejadian itu, datang dua ekor
ikan menolongnya, kedua ikan tersebut adalah ikan Cucut dan Ikan
Talang. dengan pertolongan kedua ikan tersebut Raden Qosim
terdampar di sebuah tempat bernama Kampung Jelak, banjarwati.
Disana beliau bertemu dengan Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Kedua Mbah tersebut telah memeluk agama Islam. Raden Qosim
kemudian menetap di Jelak dan menikah dengan Kemuning yang
merupakan putri dari Mbah Mayang Madu. Di jelak Raden Qosim
mendirikan pondok pesantren sebagai tempat belajar ilmu agama
ratusan penduduk. Jelak dulunya merupakan dusun kecil yang
terpencil, lambat laun berkembang menjadi Kampung yang besar.
110 Ibid.,hlm.71

44

Tempat itu kemudian diberi nama Desa Drajat karena letak


geografisnya yang berupa dataran tinggi.
Sunan Drajad menikahi tiga perempuan, selain menikah dengan
kemuning, Sunan Drajad menikahi Retnayu Candra Sekar, yang
merupakan putri Adipati Kediri yaitu Raden Suryadilaga. Sementara itu,
menurut babad Cirebon, istri Raden Qosim yang pertama adalah Dewi
Sufiyah, Putri Sunan Gunung Jati. Menurut sejarah Raden Qosim
sebelum sampai di L:amongan, terlebih dahulu dikirim oleh ayahnya
untuk berguru dan mengaji kepada Sunan Gunung Jati. padahal, Sunan
Gunung Jati sendiri merupakan murid dari Sunan Ampel111. Raden
Qosim dikenal dengan wali yang dapat menaklukan makhluk halus.
Ketika pusat dakwahnya pindah ke perbukitan selatan Lamongan,
baliau banyak menemui masalah, penduduknya banyak yang
kesurupan dan terkena penyakit akibat pembukaan lahan baru
tersebut. lahan itu merupakan daerah yang angker. Namun, berkat
kesaktiannya. beliau dapat mengatasinya hingga wilayah tersebut
menjadi wilayah yang ramai di kunjungi penduduk. Atas saran dari
Sunan Giri, wilayah tersebut ditempati Sunan Drajat sebagai tampat
berdakwah. Disana beliau mendirikan mesjid dan tempat itu kini
bernama Ndalem Duwur.
Sunan drajad wafat pada tahun 1522 M, di tempatnya yang dulu
terdapat museum yang berisi barang-barang peninggalan Sunan
Drajad. sisa hidupnya beliau habiskan di Ndalem Duwur hinnga
menjelang wafatnya. Sunan Drajad terkenal dengan

111 Ibid.,hlm.75
45

kedermawanannya, hal ini karena beliau sangat dekat dengan kaum


jelata. Petuahnya yang terkenal adalah Bapang den simpangi, ana
catur mungkur, yang mengandung maksud jangan mendengarkan
pembicaraan yang menjelek-jelekan orang lain, apalagi melakukan
perbuatan itu. Dalam berdakwah beliau memperkenalkan Konsep BilHikmah yaitu dengan cara-cara yang bijak dan tanpa memaksa.
dalam berdakwah beliau melaksanakan lima cara yang dianggapnya
paling efektif yaitu : pertama lewat pengajian secara langsung di
mesjid dan di langgar-langgar, kedua melalui pendidikan di pesantren,
keempat melalui kesenian tradisional, tembangnya yang terkenal
adalah tembang pangkur dengan diiringi gamelan, dan terakhir melalui
ritual adat tradisional selama tidak bertentangan dengan ajaran agama
Islam (Akulturasi Budaya)112.
5. Sunan Giri (Raden Paku)
Nama lain Sunan Giri adalah Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin.
Sunan Giri hidup sekitar tahun 1356 1428 M, ayahnya bernama
Maulana Ishaq yang berasal dari Pasai serta ibunya bernama
Sekardadu , Putri Raja Blambangan. Nama kecil sunan giri adalah Jaka
Samudra masa kecilnya diasuh oleh seorang janda kaya bernama Nyai
Gede Pinatih, sebagian sumber menyebutnya Nyai Samboja. Ketika
dewasa beliau berguru kepada Sunan Ampel, dan oleh Sunan Ampel
beliau diberi gelar Raden Paku. Sunan Giri mengikuti jejak ayahnya
Syekh Awwalul Islam atau Maulana Ishaq menjadi seorang mubalig,
beliau bersama Sunan Bonang diperintahkan Sunan Ampel pergi ke

112 Ibid., hlm.74


46

Mekkah untuk menuntut ilmu tetapi mereka singgah terlebih dahulu


kepada Maulana Ishaq untuk berguru padanya di Pasai. ketika kembali
Sunan Giri melanjutkan dakwahnya di Gresik sementara Sunan Bonang
berdakwah disekitar pesisir utara Jawa Timur. Berdasarkan beberapa
sumber, Maulna Ishaq merupakan seorang ulama yang berasal dari
Gujarat yang masih saudara dengan Maulana Malik Ibrahim, ayah
Sunan Ampel. keduanya merupakan Putra dari Syekh Jumadil Qubra,
dari sini kita simpulkan bahwa Sunan Giri merupakan sepupu sekaligus
murid Sunan Ampel.
Raden paku mendirikan Pesantren Giri, di perbukitan Desa
Sidomukti, Kebomas. pesantren ini didirikan atas tekadnya yang kuat
untuk berdakwah. Sejak saat itu Sunan Giri dikenal . dan dalam Bahasa
Sanskerta Giri berarti Gunung. Pesantren Giri terkenal hingga keluar
jawa dan seluruh Nusantara. Bahkan menurut babad tanah jawi muridmurid Sunan Giri meluas sampai ke Cina, Mesir, arab, dan Eropa.
Pesantren tersebut merupakan pusat ajaran tauhid dan fiqih113.
Ketika Sunan ampel wafat , ketua para wali selanjutnya berpindah
kepada Sunan Giri. Sunan Giri diangkat menjadi Ketua atas usul dari
Sunan Kalijaga, Beliau di beri gelar Prabu Satmata. Dikalangan para
wali, sunan Giri terkenal dengan ahli ilmu politik dan Tata Negara.
Beliau pernah menyusun sebuah Undang-undang ketataprajaan dan
pedomatan tata cara di keraton. Menurut De graaf , lahirnya kerajaan
Islam Demak, Kerajaan, Pajang, dan Mataram tidak lepas dari campur
tangan Sunan Giri. Pengaruhnya meluas keseluruh Nusantara. Menurut
113 Ibid., hlm.92

47

naskah sejarah Through Account Of Ambon. Kedudukan Sunan Giri


diibaratkan Paus pada Umat Katholik Roma, sedangkan menurut kaum
muslimin diibaratkan Khalifah.
Pada saat kerajaan Majapahit Runtuh tahun 1478 M, di Jawa,
kerajaan Islam Demak tampil sebagai penggantinya. Saat itu, Sunan
Giri dipercaya untuk meletakan dasar-dasar kerajaan masa perintisan.
dan selama 40 hari Sunan Giri memangku Jabaatn tersebut , yang
selanjutnya jabatan diserahkan kepada Raden Patah. Sunan Giri sendiri
sudah lama menjadi raja Giri Kedaton sejak tahun 1470 M. di Gresik
Kewalian Giri Kedaton sangat di hormati dan di segani sampai kepada
keturunannya. Urusan politik diwilayah tersebut diserahkan kepada
Keawalian Giri Kedaton. Keawalian ini jatuh kepada Panembahan
Senapati Mataram , tepatnya pada masa Sunan Giri III. Sunan Giri
Wafat pada tahun 1506 M, dalam usia 63 tahun. Makamnya terdapat di
Desa Giri, Kebomas, Kab. Gresik.
6. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal dikalangan
masyarakat jawa. Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya
Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta, Adipati
Tuban yang sudah menganut agam Islam, namanya berubah menjadi
Raden Sahur. beliau menikah dengan Dewi Nawangrum, dan hasil
pernikahannya lahirlah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan
lahir pada 1430-an. Kisah masa muda Sunan kalijaga sungguh sangat
krusial, dia adalah seorang buronan dan perampok. Terdapat dua versi
mengenai cerita masa muda beliau. Versi pertama mengatakan bahwa
48

Sunan Kalijaga merupakan pencuri dan perampok harta milik kerajaan


dan orang-orang kaya yang pelit. hasil dari rampokannya itu, ia
bagikan kepada rakyat jelata yang miskin dan terlantar. Versi kedua
mengatakan bahwa Raden Sahid merupakan seorang perampok dan
pembunuh yang jahat. Mengenai Jalan hidupnya banyak terangkum
dalam Naskah-naskah kuno jawa.
Menurut sejarah Raden Sahid diusir oleh keluarganya dari kerajaan
karena katahuan merampok, setelah itu dia berkeliaran dan berkelana
tanpa tjuan yang jelas, hingga kemudian menetap di hutan Jatiwangi
sebagai seorang yang berandal dan suka merampok. Dalam babad
demak disebutkan bahwa Raden Sahid bertemu dengan Sunan
Bonang. Karena kagummelihat kesaktian Sunan Bonang, Raden Sahid
bergurunya kepadanya dengan syarat beliau harus bertobat dengan
dikubur hiduphiduo selama Seratus hari di hutan. Raden Sahidpun
mentanggupunya dan melaksanakan perintah Sunan Bonang tersebut.
Sepulang dari Mekkah Sunan Bonang menengok Raden Sahid yang
telah seratus hari dikubur hidup-hidup Disana Sunan Bonang membuat
Raden Sahid siuman dan menjadikannya sebagai murid dan saudara
yang paling beliau sayangi. kini Raden Sahid yang dulu berandal
berubah menjadi seorang wali dan ulama yang cerdas dan budayawan.
Beliau dinikahkan dengan adik Sunan Bonang kemudian diberi gelar
Syeh Melaya114.
Berdasarkan babad tanah jawi , Sunan Kalijaga hidup pada empat
dekade pemerintahan, yaitu pada masa Majapahit (sebelum tahun

114 Slamet Riyadi dan Suwaji, Runtuhnya kerajaan Hindu...,hlm.21-24


49

1478), Kesultanan Demak (1481-1546), Kesultanan Pajang (1546-1568)


serta awal pemerintahan Mataram Islam (1580-an). Jika demikian
halnya berarti beliau hidup selama sekitar 150-an115. Jalur dakwah
beliau meliputi jawa tengah hingga Cirebon, jawa barat. Di Cirebon
beliau bertemu dengan Sunan Gunungjati dan dinikahkan dengan
adiknya Siti Zaenab. Cara dakwah Sunan Kalijaga berbeda dengan
para wali lainnya. Beliau berani memadukan dakwahnya dengan seni
budaya yang telah menjadi kebiasaan adat masyarakat jawa. Seperti
berdakwah dengan wayang, gamelan, tembang, ukir dan batik.
Sunan Kalijaga banyak berperan dalam mendirikan Mesjid Agung
Demak selain senagai seorang pendakwah, Sunan Kalijaga terkenal
dengan Budayawan. Ajarannya yang terkenal disebut dengan Narima
ing pandum, yang di uraikan dengan Sikap rela, narima, temen,
sabar, dan budi luhur116. Cara dakwah Sunan Kalijaga mengandung
perdebatan dikalang para wali, karena Sunan Kalijaga
mengakulturasikan adat dengan Syariat Islam sehingga menimbulkan
sedikit perbedaan pendapat. Meskipun demikian semua wali tetap
bersatu. Semuanya menyadari akan kondisi masyarakat saat itu.
Diantara para wali yang satu aliran dengan Sunan Kalijaga dalam
berdakwah adalah Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Kudus.
Sedangkan cara berdakwah yang sedikit puritan adalah Sunan Ampel
dan Sunan Drajad.

115 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Wali Songo..., hlm.177


116 Ibid., hlm.179

50

Sunan Kalijaga mengahabiskan sisa hidupnya di Kadilangu Demak,


disana beliau hidup bersama istrinya Dewi Sarah yang merupakan
putri dari Maulana Ishaq, dakwahnya terus berlanjut dari pesisir utara
Demak hinnga daerah pedalaman. Dan dari pernikahannya dengan
Dewi Sarah, dikaruniai tiga orang anak, salah satunya yang menjadi
anggota wali songo adalah Sunan Muria. Dua orang putrinya bernama
Dewi Rukayyah dan Dewi Sofiah. Belum ada keterangan sejarah yang
rinci mengenai kapan Sunan Kalijaga wafat. makamnya sekarang
terdapat di Kadilangu Demak.
7. Sunan Kudus (Jafar Shadiq)
Sunan Kudus lahir sekitar abad 15 M bertaepatan dengan abad 9
Hijriyah, ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar Sunan
Ngudung di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus masih merupakan
keturunan dari Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Kakek Sunan
Kudus adalah saudara Sunan Ampel. Ayahnya menikah dengan Nyai
Syarifah, yang merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dari hasil
perkawinannya lahirlah Jafar Shadiq. Berdasarkan hal tersebut kita
simpulkan bahwa Sunan Kudus masih mempunyai hubungan pertalian
darah dengan Sunan Ampel. Meskipun bergelar kudus, sunan kudus
bukahlah berasal dari Kudus, beliau datang dari demak dan bertugas
mnyebarkan Agama Islam di sana. Sunan kudus juga memiliki nama
lain yaitu Jafar Shidiq atau Dja Tik Su ( Nama Cinanya)117.
Sunan Kudus berdakwah di daerah Kudus, pada waktu pertama kali
menginjakann kakinya wilayah tersebut bernama Tajug, dan menurut

117 Slamet Mulyana, Runtuhnya kerajaan..., hlm. 95


51

cerita setempat sebelum kedatangan sunan kudus, kota Tajug mulamula di kembangkan oleh Kyai Telising yang Bergama islam. hal ini
berarti sebelum kedatangan Sunan Kudus agama Islam sudah
berkembang tetapi belum meluas. Di kudus, jafar shadiq memiliki
jamaah yang konon jamaah tersebut merupakan para santri dan
tentara Demak yang beliau bawa ketika hendak berperang melawan
kerajaan Majapahit. Di kudus Jafar Shadiq menggarap lahan pertanian
sebagai penghasilan utamanya.
Sunan kudus meruapakan sosok wali yang dihormati dan disegani
oleh kawannya, beliau terkenal dengan wali yang paling pemberani.
Selain itu, disamping beliau memegang kekuasaan, juga memegang
Senapati dari kerajaan Islam Demak, jabatan itu sesuai dengan
kepribadaian Beliau yang disiplin, kuat serta gagah berani. Beliau
merupakan Senapati yang banyak berkorban dalam mempertahankan
Kerajaan Islam Demak. Di Kudus beliau mendirikan mesjid yang
bernama Menara Kudus. dan nama Sunan Kudus tertera dalam
Inskripsi mesjid tersebut. Mesjid itu didirikan pada tahun 956 H
bertepatan pada tahun 1549 M, mesjid tersebut dijadikan sebagai
pusat dakwah Sunan Kudus. Dalam mengajarkan agama Islam Sunan
Kudus mengikuti jejak Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan tut wuri
handayani yang berarti Sunan Kudus tidak menggunakan cara-cara
yang bersifat keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi
sedikit . karena kondisi pada saat itu sebagian besar masyarakat kudus
beragama Hindhu- Budha. Cara beliau berdakwah yaitu dengan
memasukan syariat dan ajaran Islam kedalam adat kebiasaan
52

masyarakat. Cara simpatik beliau dalam mnyebarkan Islam membuat


para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama
islam darinya. Kebiasaan unik lainnya yang biasa Sunan Kudus
laksanakan dalam berdakwah yaitu acara bedug dandang, yang
berupa kegiatan menunggu datangnya bulan suci Ramadhan. kegiatan
ini dilaksanakan di mesjid dengan mengundang para jamaah mesjid.
Sunan Kudus terkenal juga dengan seribu satu kesaktiannya118. Banyak
cerita dan legenda dari masyarakat sekitar yang mengambarkan
tentang kesaktian beliau.
Didalam babad tanah jawi serta beberapa babad yang lainnya
menyebutkan bahwa nama kecil Sunan Kudus adalah Raden Ngudung,
beliau pernah memimpin tentara Demak untuk melawan kerajaan
Majapahit. Disebut pula dalam sejarah bahwa Sunan Kuduslah yang
membunuh Syekh Siti Jenar, beliau dibunuh karena mengajarkan ilmu
yang di pandang sangat berbahaya bagi pemeluk Islam pemula. Sunan
Kudus wafat pada tahun 1550 M atau 960 H, dan makamnya terletak di
Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga, hasil
perikahannya dengan Dewi Sarah yang merupakan putra Maulana
Ishaq. Nama kecil beliau adalah Raden Umar Said, Raden Said, atau
Raden Prawata. Istrinya bernama Dewi Sujinah, kakak kandung Sunan
Kudus. Putranya bernama Pangeran Santri. Jalur dakwah beliau
meliputi lingkungan Gunung Muria, oleh karena itu beliau dikenal
118 Solichin Salam, Sekitar Wali Songo, (Penerbit Menara Kudus) hlm.16
53

dengan Sunan Muria. Daerah dakwah Lainnya meliputi pelosok Pati,


Kudus, Juana, sampai pesisir utara Jawa. Belum ada tanggal yang pasti
kapan beliau dilahirkan. Keterangan sejarah yang ada hanya berbentuk
dongeng dan cerita rakyat yang perlu penelitian. Padepokan Sunan
Muria terletak di Colo, lereng Gunung Muria, sekitar 800 meter diatas
permukaan laut119.
Sebagian sejarawan berpendapat bahwa Sunan Muria mmerupakan
Putra Raden Usman Haji alias Sunan Ngudung. Jika demikian benar
adanya, berarti Sunan Kudus dan Sunan Muria masih bersaudara.
Pendapat ini dikemukakan oleh Darmowarsito dalam tulisanya Pustaka
Darah Agung. Pendapat lain menyebutkan bahwa Sunan Muria adalah
keturunan Tionghoa, hal ini berdasarkan ayahnya Sunan Kalijaga
seorang kapitan yang bernama Gan Sie Cang120. Hal ini didasarkan
pada naskah kuno yang ada di Klenteng Sam Po Kong , Semarang.
Cara dakwah Sunan Muria terkenal dengan dakwahnya yang
Moderat, mengikuti jejak ayahnya Sunan Kalijaga. Beliau
mengakulturasikan adat dan budaya setempat dengan Syariat Islam.
Sunan Muria juga terkenal dengan dakwahnya yang disebutTapa Ngeli,
yaitu berdakwah dengan menghanyutkan diri dalam masyarakat.
Pengaruh ajarannya hingga sekarang sangat besar. Belum ada
keterangan yang pasti mengenai kapan beliau wafat. Meskipun
demikian , komplek pemakaman Sunan Muria hingga sekarang tetap di
Desa Colo, kaki Gunung Muria.

119 Budiono Hadi Sutrisno Sejarah Wali Songo..., hlm.135


120 Slamet Mulyana, Runtuhnya kerajaan..., hlm.99

54

9. Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati merupakan seorang wali yang berasal dari
Pasai. Beberapa sumber mengatakan bahwa nama lain Sunan Gunung
jati adalah Faletehan atau Fatahilah. Sementara pendapat lain
mngatakan bahwa Sunan Gunung Jati berasal dari Persia dan Arab.
Sampai sekarang belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai
kelahiran beliau. Dan berdasarkan beberapa babad dan sumber
sejarah beliau mempunyai banyak nama, diantaranya : Muhammad,
Nuruddin, Syekh nurullah, Sayyid Kamil, Bulqiyyah, Syekh
Madzkurullah, Syarif Hidayatullah, Makdum jati121.
Sejak kecil Sunan Gunung Jati belajar ilmu agama dari orang tuanya
di Pasai. Ketika menginjak usia dewasa , wilayah Pasai diduduki oleh
bangsa Portugis yang datang dari malaka yang pada saat itu telah
jatuh ke tangan portugis. Akibat pendudukan Portugis di Pasai. Banyak
penduduk memberontak dan melakukan peperangan. Faletehan
mengungsi ke tanah suci mekkah dan di sana beliau memperdalam
ilmu agama Islam. Disana beliau tinggal kurang lebih 3 tahun.
Faletehan datang kembali ke tanah airnya dan pergi ke Pulau Jawa.
Kedatangannya di sambut baik oleh Kerajaan Islam Demak yang saat
itu mencapai puncaknya berada di bawah pemerintahan Raden
Trenggono (1521-1546). Ketika datang ke pulau Jawa, beliau
berdakwah di daerah jawa bagian barat. Berkat dakwahnya , banyak
rakyat jawa barat yang memeluk agama Islam. Raden Trenggono pun
menaruh simpati kepadanya sehinnga Falaetehan dinikahkan dengan

121 Solichin Salam, Sekitar Wali Songo..., hlm.56


55

adik Raden Trenggono. Dakwahnya terus berlanjut, Raden Trenggono


memerintahkan Faletehan untuk memimpin ekspedisi ke Banten dan
Sunda Kelapa yang masyarakatnya masih beragama Hindu-Budha dan
berada di bawah kekuasaan Pajajaran. Faletehan berangkat bersama
pasukannya dari Demak dan berhasil menjatuhkan Pajajaran serta
mengislamkan wilayah tersebut. Setahun kemudian, Cirebon jatuh di
bawah kekuasaannya dan berhasil mengislamkan penduduk di wilayah
tersebut (1528). Dalam kurun waktu yang tidak lama Faletehan
berhasil menaklukan Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sehingga
beliau telah berhasil merintis hubungan antara Banten, Sunda Kelapa,
Cirebon dengan Demak, Jepara, Kudus, Tuban, dan Gresik.122 Meskipun
Jawa Barat dan sekitarnya berada pada kekuasaan beliau , namun
kekuasaan tertinggi tetap berada di bawah kerajaan Islam Demak.
Setelah Raden Trenggono wafat, terjadi perselisihan antara Hadiwijaya
dengan Adipati Jipang Arya Penangsang, kerajaan Cirebon, Banten dan
Sunda Kelapa memisahkan diri dari kerajaan Demak. Setelah itu, beliau
tidak lagi menetap di Demak, tetapi mengembangkan dakwahnya di
Cirebon sampai menjelang wafatnya pada tahun 1570 M dan
makamnya terletak di Gunung Jati , Cirebon.
C. Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Indonesia.
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa.
Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan didukung
penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar

122 Ibid., hlm.58


56

manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam benar-benar
menjadi agama yang mengakar(123).
Para wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat
mengajarkan agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan
lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa awal
perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut gurukula, yaitu seorang guru
menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya tidak
masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip
keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan,
kekebalan, dan bela diri(124).
Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan dawah atau dewan mubaligh.
Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera diganti
oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga
berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di
Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah
secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang
lain(125).
Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran
agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam
penyebaran agama Islam antara lain:
1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum

banyak mengenal ajaran Islam di daerahnya masing-masing.


2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama

Islam di masa hidupnya.


3. Sebagai orang-orang yang ahli di bidang agama Islam.

123 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah


Jawa,.. hlm. 5
124 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah
Jawa,.. hlm. 5
125 http://zulfanioey.blogspot.com/2008/12/peran-walisongo-dalam-penyebaranislam.html,16-04-2013, 08.30
57

4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah

kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.


5. Sebagai pemimpin agama Islam di daerah penyebarannya masing-masing, yang
mempunyai jumlah pengikut cukup banyak di kalangan masyarakat Islam.
6. Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada para
muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
8. Sebagai tokoh masyarakat Islam yang disegani pada masa hidupnya.

Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.
BAB IV

Sejarah dan Pokok Pikiran Nahdlatul Ulama (NU)


A. Sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama
Memahami Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi sosial
keagamaan, secara komprehensip dan proporsional, maka tidak dapat
mengesampingkan aspek-aspek historis (aspek sejarah), yaitu
peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi dan mendorong lahirnya
Nahdlatul Ulama126.
Pada saat kegiatan reformasi mulai berkembang luas, para ulama
belum begitu terorganisasi. Namun mereka sudah saling mempunyai
hubungan yang sangat kuat. Perayaan pesta seperti haul, ulang tahun
kematian kyai, secara berkala mengumpulkan masyarakat sekitar atau
pun para mantan murid pesantren mereka yang kini tersebar di
seluruh nusantara. Selain itu. Perkawinan di antara anak-anak para
kyai atau para murid yang baik, sering kali mempererat hubungan ini.
Tradisi yang mengharuskan seorang santri pergi dari satu pesantern ke

126 Peristiwa-peristiwa yang paling mendasar melatarbelakangi lahirnya NU


adalah: adanya pertentangan pendapat antara Islam Tradisionalis dengan Islam
Modern, semangat nasionalisme, basis sosial Islam Tradisional dan peristiwaperistiwa internasional dsb. Uraian selengkapnya lihat www.nu.online.or.id. Sejarah
NU, hlm. 1-2. atau M. Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik Kenegaraannya, cet, I
(Yogyakarta: Al-Amin Press. 1996), hlm. 21.
58

pesantren yang yang lainnya guna menambah ilmu pengetahuan


agamanya juga ikut andil dalam memperkuat jaringan ini127.
Jauh sebelum lahir sebagai organisasi , NU telah ada dalam bentuk
komunitas (jamaah) yang diikat oleh aktivitas sosial keagamaan yang
mempunyai karekter Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah. Wujudnya sebagai
organisasi tidak lain adalah penegasan formal dari mekanisme
informal para ulama sepaham. Arti penting dibentuknya organisasi ini
tidak lepas dari konteks waktu itu, terutama berkaitan dengan upaya
menjaga eksistensi jamaah tradisional berhadapan dengan arus
paham pembaharuan Islam, yang ketika itu telah terlembagakan,
antara lain dalam Muhammadiyah128.
Masuknya paham pembaharuan ke Indonesia diawali oleh semakin
banyaknya umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji ke
Tanah suci, sejak dibukanya Terusan Suaez (1869). Bersamaan dengan
itu, di Timur Tengah sedang merebak ajaran pembaharuan dan
purifikasi ajaran Islam, seperti gerakan pembaharuan Muhammad bin
Abdul Wahab yang kemudian dikenal sebagai Gerakan atau Paham
Wahabiyah, maupun pemikiran Pan-Islamisme Jamaluddin al-Afgani
yang kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Abduh. Tak pelak, kontak
pemikiran intensif antara jamaah haji Indonesia dengan paham
pembaharuan ini berlangsung. Oleh karenanya, ketika kembali ke
Tanah Air, para jamaah haji membawa pemikiran itu untuk
memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang dianggap dari tradisi
di luar Islam129.
Tidak semua kalangan menerima paham pembaharuan itu secara
bulat-bulat. Sekelompok ulama pesantren (yang nota bene juga haji)
menilai bahwa penegakan ajaran Islam secara murni tidak selalu
127 Andree Feillard, NU vis--vis Negara, alih bahasa Lesmana cet. I
(Yogyakarta: LKIS, 1999), hlm. 7-8.
128 A. Gafar Karim, Metamorfosis: NU dan Politisasi Islam Indonesia, cet, I
(Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 47.
129 Ibid., hlm. 47-48

59

berimplikasi perombakan total terhadap tradisi lokal130. Tradisi ini bisa


saja diselaraskan dengan ajaran Islam secara luwes. Kalangan yang
dikenal sebagai kelompok tradisionalis ini mengamati upaya purifikasi
ajaran Islam itu dengan cemas. Sebab tidak mustahil jika hal itu
dilakukan secara frontal dan radikal akan munggungncang keyakainan
masyarakat. Terlebih lagi, upaya itu ternyata mulai berindikasi
pendrobakan taradsisi keilmuan yang selama ini dianut oleh para
ulama pesantren.
Oleh karenanya, pada abad XX, dalam kurun waktu sepuluh tahun,
seseorang yang sangat dinamis yang pernah belajar di Makkah, yakni
KH. Abdul Wahab Hasbullah131, mengorganisir Islam tradisionalis
dengan dukungan seorang kyai asal Jombang Jawa Timur yang sangat
disegani, KH. Hasyim Asyari. Sejak bermukim di Makkah, Kyai Wahab
aktif di Sarekat Islam (SI). Sebuah perkumpulan saudagar muslim,
yang sejak semula bertujuan untuk memompa semangat nasionalisme
dan menangkal para pencuri dengan sistem ronda serta memperbaiki
posisi pedagang muslim, Arab, dan Jawa, dalam bersaing
mengahadapi keterunan Tionghoa132. Kyai Wahab juga berkerja sama
dengan tokoh nasionalis, Soetomo, dalam sebuah kelompok diskusi,
Islam Studie Club.
Keterlibatan Kyai Wahab dalam SI tampaknya kurang memberikan
kepuasan pada dirimya, karena dalam perkembangannya SI lebih
130 Ibid., hlm. 48
131 KH. Abdul Wahab Hasbullah dilahirkan pada tahun 1888 di Jombang, Jawa
Timur. Sejak kecil beliau telah menerima pendidikan Islam di tingkat dasar sampai
berusia 13 tahun dari ayahnya sendiri, KH. Hasbullah, pengasuh Pondok Pesantren
Tambak Baras Jombang. Setelah itu beliau meneruskan ke Pesantren Langitan selama
satu tahun, kemudian melanjutkan ke Pesantren Mojosari di Nganjuk, Jawa Timur.
selama empat tahun, selanjutnya beliau memperdalam ilmu agamanya ke Pesantren
Kademangan di Bangkalan, Madura. Yang diasuh oleh KH. Kholil, kemudian
melanjutkan ke Pesantren Tebuireng untuk belajar ilmu alat kepada KH. Hasyim
Asyari, setelah dari Tebuireng kemudian KH. Abdul Wahab Hasbullah melanjutkan
belajar ke Arab Saudi. M. Yeonus Noor dan Ismail S. Ahmad, KH. Abdul Wahab
Hasbullah: Santri Kelana Sejati, dalam Huwaidy Abdussami dan Ridwan Fakla AS
(ed.), Biograf 5 Rais Am NU, Cet. I (Yogyakarta: LTN-NU, 1995), hlm. 27-29.
132 Andree Feillard, NU vis--vis Negara, hlm. 8

60

cenderung mengarah kepada persoalan-persoalan politik133.


Sebenarnya Kyai Wahab menginginkan untuk membangun semangat
nasionalisme melalui jalur pendidikan. Sebab dengan demikian langkah
yang ditempuh selain mengobarkan semangat perjuangan juga
membangun dan meningkatkan kapasitas intelektual para pemuda.
Untuk mewujudkan obsesinya tersebut Kyai Wahab ketika bertemu
dengan Kyai Mas Mansur, yang kemudian menjadi tokoh
Muhammadiyah, mengajak berunding untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan guna mendidik dan mengobarkan semangat
nasionalisme para pemuda dalam rangka memperoleh kemerdekaan
RI. Ide yang dicetuskan oleh Kyai Wahab tersebut nampaknya
mendapat sambutan hangat dari tokoh-tokoh masyarakat. Terbukti
pada tahun 1916, KH. Wahab mendirikan sebuah madrasah yang
bernama Nahdatu al-Watan (Kebangkitan Tanah Air), dengan
gedungnya yang besar dan bertingkat di Surabayamadrasah ini
mempunyai tujuan untuk mendidik para remaja guna mendapat ilmu
pengetahuan agama yang cukup, disamping juga sebagai markas
penggemblengan para pemuda sebagai calon pemimpin muda untuk
kegiatan dakwahyang sering dikenal dengan Jamiyah
Nasihin134. Kemudian menjelang tahun 1919, sebuah madrasah baru
yang sehaluan berdiri lagi di daerah Ampel, Surabaya, dengan nama
Taswiru al-Afkar,135 yang tujuan utamanya adalah menyediakan tempat
133 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES,
1985), hlm. 41
134 Andree Feillard, NU vis--vis Negara, hlm.9.
135 Taswiru al-Afkar atau dikenal juga dengan Nahdatu al-Fikri (Kebangkitan

Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sossial politik kaum dan keagamaan kaum
santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdatu at-Tujjar, (pergerakan kaum sudagar)
serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdatul at-Tujjar itu, maka Taswiru al-Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga
menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di
beberapa kota. Taswiru al-Afkar juga merupakan sebuah kelompok diskusi yang mana
kegiatan di dalamnya adalah membahas persoalan-persoalan agama dan kehidupan
masyarakat, yang dipelopori oleh Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Kyai
Mas Mansur, Kyai Mangun, dan Kyai Wahab Hasbullah. M. Masyhur Amin, NU dan
Ijtihad Politik, hlm. 33. Atau www.nu.online.or.id. . Sejarah NU, hlm. 1.

61

bagi anak-anak untuk mengaji dan belajar, lalu ditujukan menjadi


sayap untuk membela kepentingan kelompok Islam Tradisionalis. 136
Perdebatan antara kaum tradisionalis dengan kaum reformis
menjadi semakin seru pada tahun dua puluhan.137 Sehingga dalam
beberapa diskusi, termasuk di forum Sarekat Islam (SI), KH. Wahab
berhadapan dengan Ahmad Soerkati. Seorang guru besar dari Sudan,
Afrika Timur, pendiri gerakan reformasi al-Irsyad. Demikian pula
dengan Ahmad Dahlan, seorang pendiri Muhammadiyah.
Selanjutnya, pada tahun 1924-an merupakan masa-masa ramainya
perdebatan masalah khilafiyah dalam Islam; mengenai bidah,
mengenai ijtihad, mengenai madzhab dan masalah-masalah fiqhiyah
lainnya. Berkali-kali telah diadakan munazarah (perdebetan sehat)
untuk menyelesaikan masalah ini. Di Surabaya, munazarah diikuti oleh
para ulama dari berbagai daerah, sebagian di bawah kepimimpinan
KH. Abdul Wahab Hasbullah, sebagian di bawah naungan KH. Mas
Mansur, dan sebagian lagi dipimpin oleh Sorkati. Dalam munazarah ini
Kyai Wahab tetap mempertahankan adanya bermazhab, sementara
pihak lain menentangnya dengan gencar, bahkan membidahbidahkan masalah-masalah semacam ziarah kubur, sholat tarawih 20
rakaat, pembacaan qunut pada saat sholat shubuh dan lain
sebagainya, selalu dipertahankan oleh Kyai Wahab sementara yang
lainnya masih tetap menentangnya.138
136 Dikatakan kelompok Islam Tradisionalis karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:Petama, berpegang teguh pada produk fiqh dan kalam serta tasawwuf seperti
yang terungkap dalam kitab-kitab kuning dan tidak suka melakukan pembaharuan
ajaran Islam. Apa yeng yang terungkap dalam teks kitab itu yang dipegangi secara
utuh oleh kelompok ini. M. Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik, hlm. 11-12.
Kedua, tradisi kefeodalan yang masih kental dikalangan mereka, kefeodalan ini
nampaknya memperoleh legitimasi dari kitab Talim al-Mutaallim yang terlalu
mengagung-agungkan seorang guru. M. Mashur Amin. Anatomi Umat Islam,
dalamBankit, N0. 6, 1993, hlm. 59-62. Ketiga, pintu ijtihad telah tertutup atau
setidak-setidaknya sulit dilakukan, karena syarat-syarat yang harus dipenuhi jauh
dari kemungkinan bisa dipenuhi bagi orang biasa. A. Wahid Zaini, Dunia Pemikiran
Kaum Santri (Yogayakarta: LKPSM: 1994), hlm. 11-173.
137 Andree Feillard, NU vis--vis Negara, hlm.9.
138 Ali Asad, ke-NU-an. (Yogyakarta: PWNU DIY Prees, 1981), hlm. 19.
62

Masalah-masalah khilafiyah yang diperdebatkan seperti ini,


menurut Kyai Wahab telah dianggap selesai, dan tidak perlu
diperdebatkan lagi, karena masing-masing pihak mempunyai dasar
atau dalil sendiri-sendiri. Dan dalam perdebatan yang diadakan
berulang-ulang kali itu pun, Kyai wahab telah banyak memaparkan
dalil-dalil yang kuat dan tidak dapat dibantah lagi, namun pihak
penentang tidak mau menerimanya dengan alasan kalau dalil yang
diutarakan oleh Kyai Wahab adalah alasan yang dibuat-buat. Walaupun
belum berhasil mengajak pihak penentang untuk menerima kebenaran
yang telah disampaikannya itu, akan tetapi Kyai Wahab telah berhasil
menunjukkan pada dunia Islam tentang alasan kebenaran paham yang
dianutnyayaitu paham Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaahpaham Ahlu
al-Mazhabi al-Arbaah. Dan beliau hanya mampu ikhtiar, sedangkan
hidayah hanya bisa diberikan oleh Allah SWT.
Walaupun Kyai Abdul Wahab Hasbullah telah mengakhiri
perdebatan itu dengan penuh toleransi, berjiwa besar dan
menganggap perdebatan itu telah selesai segala-segalanya. Namun,
kaum pembaharu (reformis) tetap tidak mau mengimbangi sikap
terpuji yang ditunjukkan oleh Kyai Wahab itu, malahan telah berbuat
sepihak atau tidak adil.139 Di antara buktinya adalah, pada bulan
Agustus tahun 1925 diadakan kongres al-Islam ke-4 yang bermaksud
membahas surat undangan yang datangnya dari Raja Ibnu Saud Arab
Saudi, untuk menghadiri pertemuan internasional di Hijaz. Dalam
kongres tersebut forum lebih didominasi oleh kelompok Islam Modern
(pembaharu), sehingga tidak dibicarakan secara jelas hal-hal yang
berkaitan dengan Islam Tradisional. Bahkan terjadi perselisihan
mengenai kongres yang mana seharusnya dihadiri hingga akhirnya
kongres berakhir tanpa adanya suatu keputusan yang jelas.140
B. Sejarah Komite Hijaz
1. Komite Hijaz.
139 Ibid., hlm.20.
140 M. Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik, hlm. 47.
63

Komite Hijaz adalah merupakan cikal bakal kelahiran NU, komite ini
dibentuk dan dimotori oleh KH, Abdul Wahab Hasbullah, atas restu
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari. Dibentuknya komite Hijaz adalah
untuk mengirimkan delegasi Ulama Indonesia yang akan mengha-dap
raja Ibnu Suud tahun 1925. Misi yang di emban diantaranya tentang
kekhawatiran para Ulama terhadap rencana raja yang akan melarang
peribadatan menurut madzhab di Tanah Haram, dan lain sebagainya.
Semula utusan para Ulama adalah KH, R. Asnawi Kudus, namun
karena beliau ketinggalan kapal dan tidak jadi berangkat, keberatan itu
disampaikan melalui telegram. Dikarenakan telegram belum
mendapatkan jawaban juga, akhirnya berangkatlah KH, Abdul Wahab
Hasbullah sebagai utusan. Secara resmi utusan itu adalah,
1.

KH, Abdul Wahab Hasbullah (Surabaya).

2.

Syaikh Ghanaim al-Misri (Mesir) akhirnya diangkat sebagai

Mustasyar NU.
3.

KH. Dahlan Abdul Qohar (Pelajar Indonesia yang berada di

Makah).
Namun yang berangkat dari Indonesia hanya KH. Abdul Wahab
Hasbullah. Misi yang di emban komite ini adalah menemui Raja Saudi
(tanah Hijaz) Ibnu Saud, untuk menyam-paikan pesan Ulama
pesantren di Indonesia, yang meminta agar Raja tetap memberikan
kebebasan berlakunya hukum-hukum ibadah dalam madzhab empat di
Tanah Haram.
2. Munculnya Komite Hijaz.
Diantara penyebab munculnya komite Hijaz adalah jatuhnya
Kholifah di Turki pasca Perang Dunia I, dan masuknya Ibnu Saud yang
ber-aliran Wahabi dengan menguasai Makkah yang menjadi sentral
ibadah umat Islam. Ketika itu Saudi berkeinginan menegakkan kembali
khilafah yang jatuh itu dengan menggelar konfe-rensi umat Islam se
dunia, dan dipusatkan di Makah.

64

Utusan dari Indonesia yang diakui adalah : HOS. Cokroaminoto dan


KH. Mas Mansur, tetapi ikut pula berangkat HM. Suja
(Muhammadiyah), H. Abdullah Ahmad (Sumatera Barat)-H. Abdul Karim
Amrullah (Persatuan Guru Agama Islam).
Kemudian KH. Abdul Wahab Hasbullah di coret keanggotaannya
dengan alasan tidak mewakili orga-nisasi. Akhirnya para Ulama
Pesantren membentuk tim tersebut dengan mengatas namakan
Jamiyah Nah-dlatul Ulama, meski secara resmi organisasinya belum
didirikan.
Utusan para ulama pesantren dengan nama Komite Hijaz itu
menunai hasil gemilang, yakni janji-janji yang diberikan oleh penguasa
hijaz (Raja Ibnu Saud-Arab Saudi), sebagaimana berikut:
1) Meskipun penguasa Hijaz dan Nejed (Saudi Arabia sekarang)
beraliran Wahabi, tetapi beliau akan bersikap adil serta
melindungi adanya ajaran empat mazhab.
2) Tidak dilarangnya pengajaran Ahlu as-Sunnah Wa al-Jamaah
(paham yang berhaluan empat mazhab) yang biasa berlaku
dalam Masjid al-Haram sejak dahulu kala.
3) tidak ada penggusuran makam Nabi Muhammad Saw, dan para
Shahabatnya
4) Tidak akan mengganggu atau melarang orang-orang yang akan
berziarah ke makam-makam yang ada di wilayah Hijaz dan
Nejed, terutama makam-makam yang bersejarah. Misalnya,
makam-makam para Nabi, Sahabat, dan lain sebagainya.141
Sepulang dari Makah KH. Abdul Wahab Hasbullah bermaksud
membubarkan Komite itu karena di anggap tugasnya sudah selesai.
Tapi keinginan itu dicegah oleh KH. Hasyim Asyari, komite tetap ber
jalan, namun dengan tugas yang baru, yaitu membentuk organisasi
Nahdlatul Ulama, sebagaimana isyarat yang diberikan oleh Syaikhona

141 Janji-janji tersebut selanjutnya termaktup di dalam surat resmi Raja Ibnu
Saud, Nomor: 2082, tanggal 24 Dzulhijjah H/13 Juni 1928 M. Ali Asad, ke-NUan, hlm. 21-22
65

Cholil yang dikirimkan melalui salah seorang santrinya, KH. R Asad


Syamsul Arifin.
Sewaktu KH. Wahab Hasbullah akan mengumpulkan para Ulama di
Surabaya, tampaknya intelejen Belanda sudah mencium tanda-tanda
peristiwa besar akan terjadi di kota Surabaya. Karenanya me-reka tidak
memberikan idzin pertemuan. Tetapi para Ulama tidak kehabisan cara
untuk bisa menga-dakan pertemuan tersebut.
Dengan alasan acara Tahlil dalam rangka Haul Syaikhona Cholil
Bangkalan, para Ulama berkumpul di rumah KH. Ridwan Abdullah di Jl.
Bubutan VI Surabaya. Diluar rumah para undangan membaca Tahlil,
sedangkan di dalam rumah para Kyai menggelar pertemuan untuk
mendirikan jamiyah NU. Selesai Tahlil itulah, tepatnya pada tgl. 16Rajab-1344 H / 31-Januari-1926 lahirlah Jamiyah NU. Dilanjutkan juga
menyusun pengurus besar NU yang terdiri dari dua bagian yaitu,
Syuriyah dan Tanfiziyah.142 Pengurus Syuriyah saat itu adalah:
Rais Akbar

: KH. Hasyim Asyari (Tebuireng, Jombang)

Wakil Rais Akbar

: KH. Dahlan (Kebondalem, Surabaya)

Katib Awal

: KH. Abdul Wahab Hasbullah (Surabaya)

Katib Tsani

: KH. Abdul Halim (Cirebon)

Awam

: KHM. Alwi Abdul Aziz (Surabaya)


KH. Ridwan (Surabaya)
KH. Said (Surabaya)
KH. Bisyri Syamsuri (Denanyar, Jombang)
KH. Abdullah Ubaid (Surabaya)
KH. Nachrawi (Malang)
KH. Amin (Surabaya)
KH. Masykuri (Lasem)
KH. Nachrawi (Surabaya)

Musytasyar

: KHR. Asnawi (Kudus)

142 Ibid., hlm. 22-23.


66

KH. Ridwan (Semarang)


KH. MS. Nawawi (Sidogiri, Pasuruan)
KH. Dhoro Muntaha (Bangkalan, Madura)
Syeikh Ahmad Ghonaim Al-Mishry (Mesir)
KHR. Hambali (Kudus).
Sedangkan pengurus Tanfiziyah adalah:
Ketua

: H. Hasan Gipo (Blora, Surabaya)

Seketaris

: Muhammad Shiddiq (Pemalang)

Bendahara

: H. Burhan (Surabaya)

Pembantu

: H. Saleh Syamil (Surabaya


H. Ihsan (Surabaya)
H. Jafar (Surabaya)
H. Utsman (Surabaya)
H. Achzab (Surabaya)
H. Nawawi (Surabaya)
H. Dahlan (Surabaya)
H. Mangun (Surabaya)

Latar belakang lahirnya NU tersebut di atas perlu mendapat


perhatian, sebab karakteristik organisasi atau jamiyah ini lebih
berakar dari sini. Satu hal yang perlu dicatat dari proses kelahiran yang
pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap arus pembaharuan Islam
tersebut bahwa pola perilaku reaktif semacam itu ternyata menjadi
inheren dalam dinamika NU selanjutnya.143
C. Paham keagamaan yang dianut Nahdlatul Ulama
Berkembangnya Ahlussunah wal Jama'ah di Indonesia berbarengan
dengan berkembangnya Islam di Indonesia yang dibawa oleh para
wali. Di pulau Jawa, peranan Walisongo sangat berpengaruh dalam
memantapkan eksistensi Ahlussunnah wal Jama'ah. Namun,
143 A. Gafar Karim, Metamorfosis, hlm. 50.

67

Ahlussunnah wal Jama'ah yang dikembangkan Walisongo masih dalam


bentuk ajaran-ajaran yang sifatnya tidak dilembagakan dalam suatu
wadah organisasi mengingat ketika itu belum berkembang organisasi.
Pelembagaan ajaran Ahlussunah wal Jama'ah di Indonesia dengan
karakter yang khas terjadi setelah didirikannya Nahdlatul Ulama (NU)
pada tahun 1926. NU adalah sebagai satu-satunya organisasi
keagamaan yang secara formal dan normatif menempatkan
Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai paham keagamaan yang
dianutnya.144
KH. M. Hasyim Asy'ari sebagai salah seorang pendiri NU, telah
merumuskan konsep Ahlussunnah wal Jama'ah dalam kitab al-Qnn
al-Assiy li Jami'yyah Nahdlah al-'Ulam'. Al-Qnn al-Assiy berisi dua
bagian pokok, yaitu :
(1) Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah, yang memuat tentang
kategorisasi sunnah dan bid'ah dan penyebarannya di pulau Jawa, dan
(2) Keharusan mengikuti mazhab empat,145 karena hidup
bermazahab itu lebih dapat menyatukan kebenaran, lebih dekat untuk
merenungkan, lebih mengarah pada ketelitian, dan lebih mudah
dijangkau. Inilah yang dilakukan oleh salafun al-shlih (generasi
terdahulu yang salih)146
Mengenai istilah Ahlussunnah wal Jama'ah, KH. M. Hasyim Asy'ari
dengan mengutip Abu al-Baqa' dalam bukunya, al-Kulliyyt,
mengartikannya secara bahasa sebagai jalan, meskipun jalan itu tidak
disukai. Menurut syara', 'sunnah' adalah sebutan bagi jalan yang
disukai dan dijalani dalam agama sebagaimana dipraktekkan oleh
Rasulullah Saw. atau tokoh agama lainnya, seperti para sahabat.
Sebagaimana dikatakan Syeikh Zaruq dalam kitab 'Uddah al-Murd,
menurut syara', 'bid'ah' adalah munculnya perkara baru dalam agama
144 Tashwirul Afkar, Edisi No 1 Mei-Juni 1997, hlm. 3-4
145 Lihat "al-Qnn al-Assiy" KH. Hasyim Asy'ari, Ahlussunnah wal
Jama'ah, (Yogyakarta: LKPSM, 1999).
146 Ibid., hlm. 16
68

yang kemudian mirip bagian agama, padahal bukan bagian darinya,


baik formal maupun hakekatnya.147
Yang menarik dalam Qnn Assiy adalah bahwa KH. M. Hasyim
Asy'ari melakukan serangan keras kepada Muhammad 'Abduh, Rasyid
Ridha, Muhammad Ibn 'Abd al-Wahhab, Ibn Taimiyah, dan dua
muridnya Ibn al-Qayyim dan Ibn 'Abd al-Hadi yang telah
mengharamkan praktek yang telah disepakati umat Islam sebagai
bentuk kebaikan seperti ziarah ke makam Rasulullah. Dengan
mengutip pendapat Syeikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muti'i dalam
risalahnya Tathr al-Fu'd min Danas al-'Itiqd, KH. M. Hasyim Asy'ari
menganggap kelompok ini telah menjadi fitnah bagi kaum muslimin,
baik salaf maupun khalaf. Mereka merupakan aib dan sumber
perpecahan bagi kaum muslimin yang mesti segera dihambat agar
tidak menjalar ke mana-mana.148
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep Ahlussunnah wal
Jama'ah tersebut mengalami proses pergulatan dan penafsiran yang
intensif di kalangan warga NU. Sejak ditahbiskan sebagai paham
keagamaan warga NU, Ahlussunnah wal Jama'ah mengalami
kontekstualisasi yang beragam. Meskipun demikian, kontekstualisasi
Ahlussunnah wal Jama'ah, tidak menghilangkan makna dasarnya
sebagai paham atau ajaran Islam yang pernah diajarkan dan
diamalkan oleh Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya.
Titik tolak dari paham Ahlussunnah wal Jama'ah terletak pada
prinsip dasar ajaran Islam yang bersumber kepada Rasulullah dan para
sahabatnya. Ada beberapa tokoh-tokoh NU yang menafsirkan paham
Ahlussunnah wal Jama'ah, di antaranya adalah KH. Bisri Mustofa, KH.
Achmad Siddiq, KH. Saefuddin Zuhri, KH. Dawam Anwar, KH. Said Aqil
Siradj, KH. Sahal Mahfuzh, KH. Wahid Zaini, KH. Muchith Muzadi, dan
KH. Tolchah Hasan.
147 Ibid., hlm. 2
148 Ibid., hlm. 8
69

Oleh para ulama NU, Ahlussunnah wal Jama'ah dimaknai dalam dua
pengertian.
Pertama, Ahlussunah Wal Jama'ah sudah ada sejak zaman sahabat
nabi dan tabi'in yang biasanya disebut generasi salaf. Pendapat ini
didasarkan pada pengertian Ahlussunah Wal Jama'ah, yakni mereka
yang selalu mengikuti sunnah Nabi Saw. dan para sahabatnya.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah
adalah paham keagamaan yang baru ada setelah munculnya rumusan
teologi Asy'ari dan Maturidi dalam bidang teologi, rumusan fiqhiyyah
mazhab empat dalam bidang fikih serta rumusan tashawuf Junayd alBagdadi dalam bidang tashawuf

149

Pengertian pertama sejalan dengan sabda Nabi Saw.: "Hendaklah


kamu sekalian berpegang teguh kepada sunnah Nabi dan sunnah alkhulaf al-rsyidin yang mendapat petunjuk' (HR. at-Tirmidzi dan alHakim). Dalam hadits tersebut, yang dimaksud bukan sahabat yang
tergolong al-khulaf' al-rsyidn saja, tetapi juga sahabat-sahabat lain,
yang memiliki kedudukan yang penting dalam pengamalan dan
penyebaran Islam.
Nabi Saw. bersabda: "Sahabat-sahabatku seperti bintang (di atas
langit) kepada siapa saja di antara kamu mengikutinya, maka kamu
telah mendapat petunjuk". (HR. al-Baihaqi).
Sesudah genersi tersebut, yang meneruskan ajaran Ahlussunnah
wal Jama'ah adalah para tabi'in (pengikut sahabat), sesudah itu
dilanjutkan oleh tabi'it-tabi'in (generasi sesudah tabi'in) dan demikian
seterusnya yang kemudian dikenal sebagai penerus Nabi, yaitu ulama.
Nabi Saw. bersabda: "Ulama adalah penerang-penerang dunia,
pemimimpin-pemimpin di bumi, dan pewarisku dan pewaris nabi-nabi"
(HR. Ibn 'Ady)150 . Itu sebabnya, paham Ahlussunnah wal jama'ah,
149 Tashwirul Afkar, Edisi No 1 Mei-Juni 1997, hlm. 3
150 KH. A. Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri, (Yogyakarta:
LKPSM, 1999, hlm. 39-41. Lihat pula KH. A. Muchith Muzadi, NU dan Fiqih
Kontekstual, (Yogyakarta: LKPSM,1995), hlm. 20.
70

sesungguhnya adalah ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah,


sahabat, tabi'in, dan generasi berikutnya.
Pengertian ini didukung oleh KH. Achmad Siddiq yang mengatakan
bahwa Ahlussunnah wal Jama'ah adalah pengikut dari garis perjalanan
Rasulullah Saw. dan para pengikutnya sebagai hasil permufakatan
golongan terbesar umat Islam.151 Pengertian ini dipertegas lagi oleh
KH. Saefudin Zuhri yang mengatakan bahwa Ahlussunnah wal Jama'ah
adalah segolongan pengikut sunnah Rasulullah Saw. yang di dalam
melaksanakan ajaran-ajarannya berjalan di atas garis yang
dipraktekkan oleh jama'ah (sahabat Nabi). Atau dengan kata lain,
golongan yang menyatukan dirinya dengan para sahabat di dalam
mempraktekkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw., yang meliputi
akidah, fikih, akhlaq, dan jihad152
Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya, makna
Ahlussunnah wal Jama'ah di lingkungan NU lebih menyempit lagi, yakni
kelompok atau orang-orang yang mengikuti para imam mazhab,
seperti Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hanbali dalam bidang fikih;
mengikuti Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi dalam
bidang tauhid, dan Junaid al-Bagdadi dan al-Ghazali dalam bidang
tashawuf153.
Pengertian ini dimaksudkan untuk melestarikan, mempertahankan,
mengamalkan dan mengembangkan paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Hal ini bukan berarti NU menyalahkan mazhab-mazhab mu'tabar
lainnya, melainkan NU berpendirian bahwa dengan mengikuti mazhab
yang jelas metode dan produknya, warga NU akan lebih terjamin
berada di jalan yang lurus. Menurut NU, sistem bermazahab adalah
151 HM. Hasyim, Latif, Ahlussunnah Waljama'ah, diterbitkan Majlis Ta'if
Wa Tarjamah LP Maarif Jawa Timur, 1979, hlm 3.
152 KH. Saefudin Zuhri, Menghidupkan Nilai-Nilai Ahlussunnah wal
Jama'ah dalam Praktek, IPNU Jakarta, 1976, hlm. 7. Lihat pula KH. M. Tolhah
Hasan, Ahlussunnah Waljama'ah, Pengertian dan Aktualisasinya, dalam Imam
Baihaqi (ed), Kontroversi Ahlussunnah wal Jama'ah: Aula Perdebatan dan
Reinterpretasi, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 86-87.
153 A. Wahid Zaini Dunia Pemikiran Kaum Santri, hlm. 51
71

sistem yang terbaik untuk melestarikan, mempertahankan,


mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam, supaya tetap
tergolong Ahlussunnah wal Jama'ah154.
Di luar dua pengertian di atas, KH. Said Agil Siradj memberikan
pengertian lain. Menurutnya, Ahlussunnah wal Jama'ah adalah orangorang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup
semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi,
menjaga keseimbangan, dan toleransi. Baginya, Ahlussunnah wal
Jama'ah harus diletakkan secara proporsional, yakni Ahlussunnah wal
Jama'ah bukan sebagai mazhab, melainkan hanyalah sebuah manhaj
al-fikr (cara berpikir tertentu) yang digariskan oleh sahabat dan para
muridnya, yaitu generasi tabi'in yang memiliki intelektualitas tinggi
dan relatif netral dalam menyikapi situasi politik ketika itu. Meskipun
demikian, hal itu bukan berarti bahwa Ahlussunnah wal Jama'ah
sebagai manhaj al-fikr adalah produk yang bebas dari realitas sosiokultural dan sosio-politik yang melingkupinya.155
Sejak berdirinya, NU telah menetapkan diri sebagai jam'iyah yang
berakidah Islam Ahlussunnah wal Jama'ah. Dalam Muqaddimah Qnn
Assiy-nya, pendiri jam'iyyah NU, KH. M. Hasyim Asy'ari menegaskan,
"Hai para ulama dan pemimpin yang takut pada Allah dari kalangan
Ahlussunnah wal Jama'ah dan pengikut imam empat, kalian sudah
menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup sebelum kalian.
Dari sini, kalian harus melihat dari siapa kalian mencari atau menuntut
ilmu agama Islam. Berhubung dengan cara menuntut ilmu
pengetahuan sedemikian itu, maka kalian menjadi pemegang
kuncinya, bahkan menjadi pintu-pintu gerbangnya ilmu agama Islam.
Oleh karena itu, janganlah memasuki rumah kecuali melalui pintunya.

154 ) KH. A. Muchith Muzadi, NU dan Fiqih Kontekstual, hlm. 29


155 ) KH. Said Aqil Siradj, Ahlussunnah wal Jama'ah dalam Lintas Sejarah,
(Yogyakarta: LKPSM, 1999), hlm 4.

72

Siapa saja yang memasuki suatu rumah tidak melalui pintunya maka
pencurilah namanya!"
Bagi NU, landasan Islam adalah al-Qur'an, sunnah (perkataan,
perbuatan dan taqrr/ketetapan) Nabi Muhammad Saw. sebagaimana
telah dilakukan bersama para sahabatnya dan sunnah al-khulaf' alrasyidn, Abu Bakr al-Shiddiq, 'Umar ibn al-Khaththab, 'Utsman ibn
'Affan dan 'Ali ibn Abi Thalib. Dengan landasan ini, maka bagi NU,
Ahlussunnah wal Jama'ah dimengerti sebagai 'para pengikut sunnah
Nabi dan ijma' para ulama'. NU menerima ijtihad dalam konteks
bagaimana ijtihad itu dapat dimengerti oleh umat. Ulama pendiri NU
menyadari bahwa tidak seluruh umat Islam dapat memahami dan
menafsirkan ayat al-Qur'an maupun matn (isi) hadits dengan baik. Di
sinilah peran ulama, yang sanadnya (mata rantai) bersambung sampai
ke Rasulullah Saw., diperlukan untuk mempermudah pemahaman itu.
Dalam menggunakan landasan itu, ada tiga ciri utama Ahlussunnah
wa al-Jama'ah yang dianut NU, :
pertama, adanya keseimbangan antara dalil aqliy (rasio) dan dalil
naqliy (al-Qur'an dan al-Hadits), dengan penekanan dalil aqliy
ditempatkan di bawah dalil naqliy.
Kedua, berusaha sekuat tenaga memurnikan akidah dari segala
campuran akidah di luar Islam.
Ketiga, tidak mudah menjatuhkan vonis musyrik, kufur dan
sebagainya atas seseorang yang karena sesuatu sebab belum dapat
memurnikan akidahnya.
Dalam hal tashawuf, NU berusaha mengimplementasikan mn,
islm dan ihsn secara serempak, terpadu dan berkesinambungan.
Berlandaskan tashawuf yang dianut, NU dapat menerima hal-hal baru
yang bersifat lokal sepanjang dapat meningkatkan intensitas
keberagaman. Dengan tashawuf yang dianut, NU juga berusaha
menjaga setiap perkembangan agar tidak menyimpang dari ajaran
Islam.
73

D. Lambang Nahdlatul Ulama (NU) dan Maknanya


Nahdlatul Ulama adalah merupakan jamiyah yang didirikan di
Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 16 Rajab 1344 H
bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. Pertemuan itu, dihadiri
oleh ulama se Jawa dan Madura dan diprakarsai oleh K.H. Abdul Wahab
Hasbullah yang sekaligus sebagai tuan rumah.
1. Lambang
Dalam Anggaran Dasar NU, Pasal 4, disebutkan Lambang
Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali
tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak
melingkari di atas garis katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak
di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di
bawah katulisitiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf
Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri,
semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.
2. Arti Lambang
a) Gambar bola dunia: melambangkan tempat hidup, tempat
berjuang, dan beramal di dunia ini dan melambangkan pula bahwa
asal kejadian manusia itu dari tanah dan akan kembali ke tanah.
b) Gambar peta pada bola dunia merupakan peta Indonesia:
melambangkan bahwa Nahdlatul Ulama dilahirkan di Indonesia dan
berjuang untuk kejayaan Negara Republik Indonesia.
c) Tali yang tersimpul
melambangkan persatuan yang kokoh, kuat;
Dua ikatan di bawahnya merupakan lambing hubungan

antar sesama manusia dengan Tuhan;


Jumlah untaian tali sebanyak 99 buah melambangkan

Asmaul Husna.
d) Sembilan bintang yang terdiri dari lima bintang di atas garis
katulistiwa dengan sebuah bintang yang paling besar terletak
paling atas: melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
sebagai pemimpin umat manusia dan Rasulullah;

74

e) Empat buah bintang lainnya: melambangkan kepemimpinan


Khulaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
f) Empat bintang di garis katulisitiwa: melambangkan empat madzab
yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
g) Jumlah bintang sebanyak 9 (sembilan): melambangkan sembilan
wali penyebar agama Islam di pulau Jawa.
h) Tulisan Arab Nahdlatul Ulama: menunjukkan nama dari organisasi
yang berarti kebangkitan ulama. Tulisan Arab ini juga dijelaskan
dengan tulisan NU dengan huruf latin sebagai singkatan Nahdlatul
Ulama.
i) Warna hijau dan putih: warna hijau melambangkan kesuburan
tanah air Indonesia dan warna putih melambangkan kesucian156.
E. Perangkat Organisasi NU
Dalam menjalankan programnya, NU mempunyai 3 perangkat
organisasi:
1.

BADAN OTONOM (BANOM)

Adalah perangkat organisasi yang berfungsi melaksanakan


kebijakan yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan
beranggotakan perorangan.
NU mempunyai 10 Banom, yaitu:
a) Jamiyyah Ahli Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyah (JATMN)
Membantu melaksanakan kebijakan pada pengikut tarekat
yang mutabar (diakui) di lingkungan NU, serta membina dan
mengembangkan seni hadrah
b) Jamiyyatul Qurra wal Huffazh (JQH)
Melaksanakan kebijakan pada kelompok qari/qariah
(Pembaca Tilawah Al-Quran) dan hafizh/hafizhah (penghafal
Al-Quran).
c) Muslimat
Melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan NU
d) Fatayat
156 a) Anggaran Dasar NU b) Pendidikan Aswaja/Ke-NU-an Jilid I, Lembaga
Pendidikan Maarif NU Jatim

75

Melaksanakan kebijakan pada anggota perempuan muda


NU
e) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
Melaksanakan kebijakan pada anggota pemuda NU. GP
Ansor menaungi Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang
menjadi salah satu unit bidang garapnya.
f) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
Melaksanakan kebijakan pada pelajar, mahasiswa, dan
santri laki-laki. IPNU menaungi CBP (Corp Brigade
Pembangunan), semacam satgas khususnya.
g) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Melaksanakan kebijakan pada pelajar, mahsiswa, dan
santri perempuan. IPPNU menaungi KKP (Kelompok
Kepanduan Putri) sebagai salah satu bidang garapnya
h) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
Membantu melaksanakan kebijakan pada kelompok
sarjana dan kaum intelektual.
i) Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi)
Melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan dan
pengembangan ketenagakerjaan.
j) Pagar Nusa
Melaksanakan kebijakan pada pengembangan seni
beladiri.
2. LAJNAH
Adalah perangkat organisasi untuk melaksanakan program yang
memerlukan penanganan khusus. NU mempunyai 2 lajnah,
yaitu :
a) Lajnah Falakiyah
Bertugas mengurusi masalah hisab dan rukyah, serta
pengembangan ilmu falak (astronomi).
b) Lajnah Talif wan Nasyr (LTN)
Bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan
penerbitan kitab/buku, serta media informasi menurut faham
Ahlussunnah wal jamaah.
3. LEMBAGA

76

Adalah perangkat departementasi organisasi yang berfungsi


sebagai pelaksana kebijakan, berkaitan dengan suatu bidang
tertentu. NU mempunyai 14 lembaga, yaitu:
a) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan
dakwah agama Islam yang menganut faham ahlussunnah wal
jamaah.
b) Lembaga Pendidikan Maarif (LP Maarif NU)
Melaksanakan kebijakan di bidang pendidikan dan
pengajaran formal
c) Rabithah Maahid al-Islamiyah (RMI)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan pondok
pesantren.
d) Lembaga Perekonomian NU (LPNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan
ekonomi warga
e) Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LP2NU)
Melaksanakan kebijakan di bidangan pengembangan
pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kelautan.
f) Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKKNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang kesejahteraan
keluarga, sosial, dan kependudukan.
g) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
(Lakpesdam)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian dan
pengembangan sumberdaya manusia.
h) Lembaga Penyuluhan dan Pemberian Bantuan Hukum
(LPBHNU)
Melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan
hukum.
i) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan seni
dan budaya.
j) Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (LAZISNU)
Bertugas menghimpun, mengelola, dan mentasharufkan
(menyalurkan) zakat, infaq, dan shadaqah.
k) Lembaga Waqaf dan Pertanahan (LWPNU)

77

Mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan


bangunan, serta benda wakaf lainnya milik NU.
l) Lembaga Bahtsul Masail (LBM-NU)
Membahas dan memecahkan masalah-masalah yang
maudluiyah (tematik) dan waqiiyah (aktual) yang
memerlukan kepastian hukum.
m) Lembaga Tamiri Masjid Indonesia (LTMI)
Melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan dan
pemberdayaan masjid.
n) Lembaga Pelayanan Kesehatan (LPKNU)
Melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan.
E. Sikap Kemasyarakatan NU
Selanjutnya, sejalan dengan derap langkah pembangunan yang
sedang dilakukan, maka Nahdlatul Ulama sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat dan bangsa harus mempunyai sikap dan
pendirian dalam dan turut berpartisipasi dalam pembangunan
tersebut. Sikap dan pendirian Nahdlatul Ulama ini selanjutnya menjadi
pedoman dan acuan warga NU dalam kehidupan beragama,
bermasyarakat dan bernegara. Sikap NU dalam bidang
kemasyarakatan diilhami dan didasari oleh sikap dan faham
keagamaan yang telah dianut. Sikap kemasyarakatan NU bercirikan
pada sifat: tawasut dan itidal, tasamuh, tawazun dan amar maruf
nahi munkar.157 Sikap ini harus dimiliki baik oleh aktifis Nahdlatul
Ulama maupun segenap warga dalam berorganisasi dan
bermasyarakat:
1. Sikap Tawasut dan Itidal.
Tawasut artinya tengah, sedangkan Itidal artinya tegak. Sikap
tawasuth dan itidal maksudnya adalah sikap tengah yang berintikan
kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil
dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama.158 Dengan sikap dasar
ini, maka NU akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan
157 Ibid., hlm. 86-88.
158 Mohamad Shodik, Gejolak Santri Kota, hlm. 98

78

bertindak lurus dan selalu bersikap membangun serta menghindari


segala bentuk pendekatan yang bersifat tatarruf (ekstrim).
2. Sikap Tasamuh.
Maksudnya adalah Nahdlatul Ulama bersikap toleran terhadap
perbedaan pandangan, baik dalam masalah keagamaan teruma hal-hal
yang bersifat furu atau yang menjadi masalah khilafiyah maupun
dalam masalah yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan
kebudayaan.
3. Sikap Tawazun.
Yaitu sikap seimbang dalam berkhidmad. Menyesuaikan
berkhidmad kepada Allah SWT, khidmat sesama manusia serta kepada
lingkungan sekitarnya. Menserasikan kepentingan masa lalu, masa kini
dan masa yang akan datang.
4. Amar Maruf Nahi Munkar.
Segenap warga Nahdlatul Ulama diharapkan mempunyai kepekaan
untuk mendorong berbuat baik dan bermanfaat bagi kehidupan
bermasyarakat, serta mencegah semua hal yang dapat
menjerumuskan dan merendahakan nilai-nilai kehidupan manusia.
Dengan adanya beberapa aspek tersebut di atas, diharapkan agar
kehidupan umat Islam pada umumnya dan warga Nahdlatul Ulama
pada khususnya, akan dapat terpelihara secara baik dan terjalin secara
harmonis baik dalam lingkungan organisasi maupun dalam segenap
elemen masyarakat yang ada. Demikian pula perilaku warga Nahdlatul
Ulama agar senantiasa terbentuk atas dasar faham keagamaan dan
sikap kemasyarakatan, sebagai sarana untuk mencapai cita-cita dan
tujuan yang baik bagi agama maupun masyarakat.
BAB V

Semangat Kebangsaan Nahdlatul Ulama untuk


Indonesia
A. Pendahuluan

79

Sejarah panjang Republik Indonesia diwarnai dengan pergulatan


budaya, ideologi, hingga kepentingan paham dalam beragama. Dan,
sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul
Ulama (NU) memiliki peran yang sangat vital dalam proses ini.
Kita tahu, dalam sebuah transisi, termasuk kemerdekaan sebuah
bangsa, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang merupakan bagian
dari hegemoni kekuasaan dengan mengatasnamakan perubahan dan
peradaban - selalu disertai dengan kepentingan. Setiap penyebaran
nalar Ideologis, pasti dipengaruhi unsur subjektivitas, yang hampir
pasti memiliki nilai politis ataupun ekonomis, yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang.
Tapi, NU tampaknya dapat mengesampingkan itu dengan prinsip
untuk menegakkan semangat Keindonesiaan tanpa menghilangkan
nilai-nilai keislaman. Dalam konteks persiapan kemerdekaan, wacana
mengenai dasar negara menjadi perdebatan yang sengit. Salah
satunya mengenai dimasukkan atau tidaknya kata-kata syariat Islam.
Dalam perspektif NU, Islam merupakan manifestasi nilai-nilai yang
universal. Namun, secara historis, Islam memang lahir di kawasan
Arab, yang secara otomatis membawa budaya Arab di dalamnya.
Meski demikian, para pendiri NU, termasuk KH Hasyim Asyari
menilai bahwa Indonesia (yang saat itu baru akan didirikan) memiliki
keragaman identitas kultural, mulai dari Jawa, Sunda, Betawi, Melayu,
Batak, dan lain sebagainya.
Keragaman ini belum tentu dapat langsung berasimilasi dengan
budaya Arab yang turut terbawa dalam ajaran Islam. Untuk itu, NU
menentang dimasukkannya tujuh kata yang termaktub pada Piagam
Jakarta ke dalam Pancasila. Ketujuh kata itu adalah dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Penghilangan tujuh kata tersebut, dalam perspektif para pendiri
NU, merupakan bagian dari Sunnah Rasulullah SAW tatkala membuat
perjanjian dalam Piagam Madinah. Di sini terlihat peran NU dalam
80

menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah negara berketuhanan,


yang tetap memegang teguh Syariat Islam, tanpa menjadikannya
sebagai sebuah negara Islam.
Di sini terlihat, pluralitas NU, bukan hanya Pluralitas Islam
Universal, tetapi juga Pluralitas Islam Indonesia, yang mencerminkan
dialektika bangsa yang demokratis dan modern. NU memang didirikan
untuk menjaga keutuhan bangsa. Bagi kalangan pesantren, NU bukan
sebatas organisasi belaka, melainkan jiwa dan napas masyarakat
Indonesia pada umumnya. NU berkontribusi dalam memelihara
keragaman suku, bahasa, dan agama. Sederhananya, keragaman itu
bagi NU adalah karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bangsa
Indonesia.
Peran NU ini telah membumikan Islam menjadi agama pribumi,
dengan identitas keragaman Indonesia. Pada aspek lain, kita telah
melihat, sejarah panjang kontribusi NU yang sangat paham terhadap
semangat kebangsaan, sehingga mampu membangun kerukunan
ideologis, dan sikap tegas terhadap hegemoni kolonialis.
Dalam perspektif kedepan, tentunya semangat itu, harus mampu di
manifestasikan dalam upaya membangun kesadaran berbangsa, dalam
mewujudkan rasa keadilan di masyarakat. Sejarah NU adalah sejarah
tawaran, bagi akselerasi ideologi dalam masa lalu, dan harus menjadi
nilai tawar, untuk membangun nasionalisme kerakyatan, yang lebih
luas untuk mewujudkan masyarakat yang adil sejahtera.
NU pun tentunya diharapkan mampu membangun semangat
keadilan di masa kini dan masa depan. Pasalnya, semangat keadilan
merupakan ideologi terkini, yang menjadi senjata ampuh untuk
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Dan memang,
tradisi NU, sejak dulu, adalah mewujudkan nilai-nilai harmonis,
kompromis, tapi antihegemonis dan kapitalis.
Dialektika ideologi pembaharuan dan visi berpikir NU yang sukses
dalam sejarah Indonesia, saat ini harus mulai diarahkan pada
81

membangun akselarasi politik harmonis antara masyarakat dan


negara. Proses advokasi penyadaran keberpihakan negara terhadap
masyarakat dalam sistem negara terbuka harus mampu diperankan NU
di tengah kebuntuan kompromi politik saat ini.
Apatisme masyarakat dan agresivitas elite, baik yang pro dan
kontra, dalam panggung politik, hanya akan melahirkan peperangan
dalam panggung kosong. Penonton tidak memiliki ketertarikan,
lantaran berbagai lakonnya, dicurigai, sarat dengan berbagai
kepentingan dalam dan luar. Hal tersebut sangat berbahaya bagi
pembentukan civil society karena elitisasi semangat kebangsaan
hanya akan melahirkan rumah megah tanpa penghuni, yang dalam
budaya kita disebut rumah hantu.
B. Peran NU dalam pertempuran 10 November 1945
Setiap tanggal 10 Nopember selalu diperingati sebagai Hari
Pahlawan untuk mengenang sejarah besar perjuangan bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. karena pada hari
itu meletus pertempuran besar untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) antara Arek-arek Suraboya dengan
Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) dan sekutunya yang
akan menjajah Indonesia kembali yang baru mendeklarasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kendati demikian, ada beberapa catatan penting sebagai refleksi
bersama tentang makna memperingati Hari Pahlawan yang selama ini
lepas dari pengamatan kita bersama.
Ada peristiwa besar yang mendahului lahirnya pertempuran 10
November tersebut, yaitu adanya fatwa Resolusi Jihad yang digulirkan
Pendiri Ormas Nahdhatul Ulama (NU) Hadratusy Syekh KH Hasyim
Asyari pada tanggal 22 Oktober 1945, salah satu isi Resolusi Jihad NU
adalah mewajibkan bagi umat Islam terutama NU harus mengangkat
senjata melawan penjajahan Belanda dan sekutunya yang ingin
berkuasa kembali di Indonesia. Kewajiban ini merupakan perang suci
82

(Jihad). Kewajiban ini bagi setiap muslim yang tinggal radius 94


kilometer.
Sedangkan mereka yang berada di luar radius tersebut harus
membantu dalam bentuk material bagi mereka yang berjuang. Fatwa
Resolusi Jihad tersebutlah yang memantik semangat pertempuran
seluruh rakyat Indonesia untuk saling bahu membahu dalam satu
tekad dan tujuan, yaitu mengusir segala bentuk penjajahan di muka
bumi Indonesia sampai titik darah penghabisan,
Fatwa Resolusi Jihad tersebut adalah wujud kecintaan ulama
terhadap bangsa ini sekaligus sebagai bentuk komitmen para ulama
dan para santri untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang
dideklarasikan tiga bulan sebelumnya.
Namun dalam sejarah bangsa Indonesia, adanya Fatwa Resolusi
Jihad seakan diabaikan begitu saja. Padahal bangsa yang besar adalah
bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya,
Momentum Hari Pahlawan dan Resolusi Jihad harus dijadikan
refleksi bersama untuk mengusir penjajahan dalam dimensi lain,
seperti melawan segala bentuk intervensi asing dalam hal kebijakan
ekonomi, kedaulatan pangan, politik, supremasi hukum, dan lain-lain.
Memperingati hari Pahlawan akan hampa tanpa memahami arti
resolusi jihad. Karena kedua hal tersebut saling berkaitan. Untuk itu,
semua elemen bangsa disetiap peringatan Hari Pahlawan harus
mengisi peringatan dengan kontekstualisasi makna resolusi jihad
dengan kebutuhan bangsa saat ini,
C. PERAN NU MEMBANGUN BANGSA
NU beberapa kali terlibat dan menjadi peserta pemilihan umum
(pemilu), namun kemudian menegaskan diri kembali ke khitah 1926
pada tahun 1984. Nahdlatul Ulama (NU), memiliki peran penting
dalam membangun bangsa ini. Sejak berdiri pada 31 Januari 1926 atau
(16 Rajab 1344 H), sejumlah tokoh NU telah terlibat dalam perjuangan
83

pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa tahun sebelum


berdirinya, para ulama yang mendirikan NU, seperti KH Hasyim Asyari,
KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan KH Mustafa Bisri, terlibat
aktif dalam berbagai forum dialog ulama di Indonesia ataupun
menyikapi sejumlah kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab
Saudi.
Sesungguhnya, banyak hal yang menyebabkan perlunya didirikan
organisasi ini. Satu hal penting adalah keprihatinan ulama terhadap
kondisi masyarakat Indonesia yang terbelakang, baik secara mental
maupun sosial ekonomi hingga persoalan kebangsaan dan keagamaan.
Sebagai sebuah bangsa yang masih terjajah saat itu, bangsa
Indonesia mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan.
Anak-anak petani, nelayan, dan masyarakat kecil lainnya tak bisa
mengenyam pendidikan formal sebagaimana layaknya anak pejabat
dan priyayi. Mereka menjadi `miskin secara intelektual dan ekonomi.
Dengan kondisi yang serbamiskin itu, semangat persatuan dan
kesatuan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda
laksana pungguk merindukan bulan.
Berbagai hal itulah yang akhirnya mendorong para cendekiawan
dan kaum terpelajar Indonesia untuk bangkit dan memperjuangkan
martabat bangsa Indonesia.
Gerakan kebangkitan bangsa ini muncul pertama kali tahun 1908
dengan berdirinya Budi Utomo dan dikenal dengan sebutan gerakan
Kebangkitan Nasional. Setelah itu, semangat kebangkitan semakin
membara, bahkan menular ke sejumlah daerah di Indonesia. Semua
gerakan itu dilatarbelakangi oleh kesadaran bersama untuk

84

memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia dan lepas dari segala


bentuk penjajahan serta ketertinggalan dalam berbagai bidang.
Perjuangan untuk merebut kemerdekaan ini didukung penuh oleh
kalangan tokoh-tokoh pesantren yang notabene sejak lama gigih
melawan kolonialisme. Berbagai organisasi baru dibentuk, seperti
Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) tahun 1916.
Setelah itu, organisasi serupa terus bermunculan, mulai dari
Tashwirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri yang artinya
kebangkitan pemikiran tahun 1918. Organisasi ini menjadi wahana
pendidikan sosial, politik, dan keagamaan kaum santri.
Tak lama kemudian, muncul Nahdlatut Tujjar (pergerakan atau
kebangkitan para saudagar/pengusaha). Organisasi ini berfungsi
sebagai basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Alhasil,
dengan adanya organisasi tersebut, Taswirul Afkar, selain tampil
sebagai kelompok studi, juga menjadi lembaga pendidikan yang
berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Organisasi keagamaan inilah yang akhirnya melahirkan organisasi
ulama yang bernama Nahdlatul Ulama (NU). Satu hal lain yang turut
mendasari berdirinya NU adalah upaya dari kalangan pesantren untuk
menjaga dan memelihara peninggalan-peninggalan sejarah Islam
ataupun pra-Islam.
Sebuah paham dan gerakan keagamaan di Timur Tengah (Makkah),
yaitu Wahabi, berkembang pesat dan mulai memasuki paham
keagamaan di Indonesia. Saat itu, Raja Ibnu Saud hendak menerapkan
asas tunggal, yakni Mazhab Wahabi di Makkah. Paham Wahabi
bermaksud menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam ataupun
pra-Islam yang selama ini banyak diziarahi masyarakat Muslim. Ziarah
85

terhadap hal-hal berbau mistik itu dianggap sebagai sesuatu yang baru
dan dapat merusak Islam (bidah).
Gagasan Raja Ibnu Saud ini menimbulkan polemik di masyarakat
Indonesia. Kalangan pesantren yang selama ini banyak membela
semangat keragaman dan pelestarian nilainilai sejarah menolak
pembatasan bermazhab, apalagi penghancuran terhadap warisan
peradaban. Karena itu, tokoh-tokoh pesantren keluar dari keanggotaan
Kongres Al-Islam di Yogyakarta tahun 1925. Mereka kemudian
membentuk delegasi baru bernama Komite Hijaz yang dikomandoi oleh
KH Wahab Hasbullah. Komite Hijaz ini dengan gigih bertekad
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian
warisan peradaban. Mereka menentang secara terang-terangan
gagasan tersebut. Gagasan ini bahkan didukung oleh umat Islam
hampir seluruh penjuru di dunia. Karena upaya ini, akhirnya Raja Ibnu
Saud mengurungkan niatnya.
Itulah awal mula upaya yang dilakukan kalangan pesantren yang
dalam hal ini diwakili oleh Komite Hijaz untuk memperjuangkan
kebebasan dalam bermazhab dan melestarikan warisan peradaban itu.
Kini, seluruh umat Islam di dunia turut menikmati dan menyaksikan
warisan peradaban Islam. Dan, masyarakat Muslim kini pun bebas
melaksanakan ibadah di Tanah Suci (Makkah) sesuai dengan mazhab
masing-masing.
Dari pengalaman tersebut, kaum terpelajar Indonesia yang berasal
dari pesantren merasa perlu membentuk sebuah organisasi yang lebih
sistematis dan terstruktur. Organisasi tersebut dibentuk untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Kemudian, dilakukanlah
koordinasi dengan sejumlah kiai sehingga menghasilkan kesepakatan
dengan membentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari
1926.
86

KH Hasyim Asyari sebagai rais akbar memberikan ketegasan prisip


dasar organisasi ini dalam sebuah kitab Qanun Asasi (prinsip dasar)
yang dilanjutkan dengan kitab Itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Pada
akhirnya, kedua kitab tersebut diejawantahkan dalam Khitah NU. Dan,
hingga kini menjadi dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak pada bidang sosial, keagamaan, dan politik.
Sejak kitab tersebut dikeluarkan, NU menganut paham Ahlussunah
Wal Jamaah. Paham tersebut mengajarkan pola pikir yang mengambil
jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dan kaum ekstrem naqli
(skripturalis).
Mereka mengadopsi pola pikir tokoh-tokoh terdahulu. Misalnya,
dalam bidang teologi, Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Mansur AlMaturidi; dalam bidang fikih, Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hanbali; dan dalam bidang tasawuf, adanya pengembangan metode
Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara
tasawuf dan syariat.
Tahun 1984 merupakan salah satu momentum penting bagi
penafsiran kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah untuk
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun
sosial, serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara.
Sebab, pada tahun ini, muncul gagasan kembali ke khitah. Gerakan
tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan
dinamika sosial dalam NU. Sejarah Berdirinya NU dan perannya
membangun bangsa
Pada tahun 1916: Berdirinya Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah
air). Organisasi ini secara tegas melawan penjajah.

87

Tahun 1918: Berdiri Tahswirul Afkar atau Nahdlatul Fikri (pergerakan


pemikiran) untuk menghilangkan kebodohan masyarakat akibat
penjajahan.
Tahun 1920: Berdiri Nahdlatut Tujjar atau pergerakan kaum
pedagang untuk memajukan ekonomi bangsa.
Tahun 1925: Berdiri Komite Hijaz sebagai organisasi baru kaum
pesantren untuk bertemu dengan Raja Ibnu Saud di Arab Saudi.
Organisasi ini berdiri karena Pemerintah Arab Saudi menginginkan
gerakan antimazhab dan menganut paham Wahab. Karuan saja,
kebijakan itu ditentang oleh KH Wahab Hasbullah dan ulama pesantren
lainnya.
Tahun 1926: Tepat pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H,
Nahdlatul Ulama didirikan.
Tahun 1952: Keluar dari Masyumi karena dianggap tidak sejalan
dengan paham politik NU.
Tahun 1955: Ikut pemilu dan meraih suara 45 kursi DPR dan 91
kursi Konstituante.
Tahun 1973: Berfusi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
pada 5 Januari 1973. Di PPP ini, NU bergabung hingga Pemilu 1977
sampai 1982.
Tahun 1984: NU kembali ke Khitah 1926 dan tidak terlibat lagi
dalam organisasi politik.
Tahun 1998: Membidani kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Tahun 1999: Mengantarkan kadernya menjadi presiden RI ke-4,
yakni KH Abdurrahman Wahid.
88

Tahun 2004: Muktamar ke-31 di Boyolali. Beberapa pengurus NU


mengalami kecelakaan pesawat terbang hingga akhirnya wafat. Salah
satunya adalah KH Yusuf Muhammad (Jember).
Tahun 2010: Muktamar ke-32 di Makassar pada 22-28 Maret 2010.
D. Peran NU Dalam Perjuangan Kemerdekaan RI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini lahir berkat jasa
para ulama dan para kiai, khususnya ulama Nahdlatul Ulama (NU).
Karena itu sudah selayaknya tetap mempertahankan kesatuan NKRI
agar perjuangan para ulama dan tokoh bangsa tidak sia-sia.
Kontribusi ulama, khususnya para kiai NU ini dibuktikan dengan
penunjukan Sukarno-Hatta sebagai Waliyyul Amri ad-Dlaruri bisySyaukah di saat Indonesia hilang kewibawaan di mata dunia, serta
dengan keluarnya Resolusi Jihad dari Hadratush Sheikh KH. Hasyim
Asyari yang membangkitkan semangat bertempur kepada Bung Tomo
dan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah pada 10 Nopember
1945 yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan.
Sehingga kita heran mengapa segelintir orang yang tidak
berkeringat, tidak berdarah-darah dalam perjuangan menegakkan NKRI
tiba-tiba ingin mendirikan Negara Islam dengan dalih penegakan
Khilafah Islamiyah. Untuk itu mari bersama-sama mendidik anak cucu
kita sebagai generasi penerus untuk tetap kenal khidmat, cinta serta
berbakti kepada para kiai dan ulama.
Dalam perjuangan kemerdekaan, peran ulama tak dapat diabaikan.
Setidaknya ada enam jasa utama yang telah diberikan para ulama
untuk perjuangan kemerdekaan.
Pertama, menyadarkan rakyat akan ketidakadilan dan kesewenangwenangan penjajah. Di berbagai pesantren, madrasah, ceramah,
organisasi, dan pertemuan lainnya, para ulama menanamkan

89

kesadaran di hati rakyat akan ketidakadilan dan kesewenangwenangan penjajah tersebut.


Pengaruh para ulama yang disebut pendeta Islam itu diakui oleh
penjajah. Thomas S. Raffles, Letnan Gubernur EIC yang memerintah
pada 1811-1816 di Indonesia berkata, "Karena mereka begitu
dihormati, maka tidak sulit bagi mereka untuk menghasut rakyat agar
memberontak, dan mereka menjadi alat paling berbahaya di tangan
penguasa pribumi yang menentang kepentingan pemerintah kolonial.
'Pendeta Islam' itu ternyata merupakan golongan yang paling aktif
dalam setiap peristiwa pemberontakan. Mereka umumnya berdarah
campuran antara orang Arab dan penduduk pribumi, dalam jumlah
besar berkeliling dari negara satu ke negara lain, di pulau-pulau Timur.
Akibat intrik dan hasutan mereka, pemimpin pribumi biasanya
dikerahkan untuk menyerang atau membunuh orang Eropa, yang
mereka anggap sebagai kafir dan pengacau."
Kedua, memimpin gerakan non kooperatif pada penjajah Belanda.
Para ulama di masa penjajahan banyak mendirikan pesantren di
daerah-daerah terpencil, untuk menjauhi bangsa penjajah yang banyak
tinggal di kota.
Ketika Belanda, di masa revolusi, mempropagandakan pelayanan
perjalanan haji dengan ongkos dan fasilitas yang dapat dijangkau oleh
kaum Muslim di daerah jajahannya, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy'ari
pemimpin para ulama di Jawa menentang. Beliau mengeluarkan fatwa
bahwa pergi haji dalam masa revolusi dengan menggunakan kapal
Belanda hukumnya haram.
Ketika posisi Belanda sulit dalam Perang Dunia II, mereka meminta
orang-orang Indonesia masuk militer Belanda dengan dalih untuk
mempertahankan Indonesia melawan musuh Jepang. Waktu itu KH.
Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa yang terkenal, yaitu
mengharamkan masuk menjadi tentara Belanda atau bekerjasama
dengan Belanda dalam bentuk apapun.
90

Setiap bujukan agar KH. Hasyim Asy'ari tunduk dan mendukung


Belanda selalu gagal dilakukan. Bahkan tawaran Belanda yang akan
menganugerahkan bintang jasa terbuat dari perak dan emas pada
1937 ditolaknya. Gerakan non kooperatif pada penjajah itu juga
dilakukan dan dipimpin oleh ulama-ulama lainnya.
Ketiga, mengeluarkan fatwa wajibnya jihad melawan penjajah.
Fatwa jihad ini sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan
semangat perlawanan. Perang melawan penjajah dianggap jihad fi
sablillah, yakni perang suci atau perang sabil demi agama
Ajaran perang suci ini muncul di Aceh paling awal abad ke-17,
dibangkitkan oleh para guru agama pada masa krisis, yang terparah
pada akhir abad ke-19. Salah satu guru agama di tengah medan
perang, Syaikh Abbas Ibnu Muhammad, mengatakan dalam Tadhkirat
ar-Rakidin ajaran utama tahun 1889, bahwa Aceh merupakan Dar-alIslam, kecuali daerah yang diperintah Belanda dan menjadi Dar-alHarb. Jihad merupakan kewajiban moral (fardu ain) orang Islam,
termasuk wanita dan anak-anak, berperang untuk mengembalikan
tanah yang dikuasai orang kafir kepada Dar-al-Islam.
Perang Diponegoro atau Perang Jawa dapat berkobar lima tahun
(1825-1830) juga karena alasan serupa. Dalam proklamasi dan
permintaan dukungannya pada ulama, bangsawan, dan masyarakat
Jawa, Pangeran Diponegoro, pangeran yang juga ulama menekankan
bahwa ia adalah pemimpin 'perang sabil', perang suci, untuk mengusir
Belanda yang tidak beriman dari Jawa. Ia menyurati ulama dan
pemimpin di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menghimbau mereka "untuk
ikut melawan Belanda di seluruh daerah untuk mengembalikan
kedudukan tinggi kerajaan berdasar agama yang benar (ngluhurken
agami Islam)". Dalam menyebarkan fatwa jihad itu, Pangeran
Diponegoro dibantu oleh Kiai Mojo, Kiai Besari, dan ulama-ulama
lainnya.

91

Setelah penjajahan Jepang berakhir dengan kekalahannya pada


Perang Dunia II, Belanda dan pasukan Sekutu berusaha menjajah
Indonesia lagi. Saat itu, Resolusi Jihad yang dikeluarkan para ulama
NU, sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan perlawanan
rakyat terhadap Belanda dan Sekutu. Resolusi ini bermula dari fatwa
KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 di Surabaya, yang kemudian
dikokohkan pada Muktamar NU XVI di Purwokerto 26-29 Maret 1946.
Resolusi Jihad menyebutkan bahwa berperang melawan penjajah
adalah kewajiban fardu ain bagi orang yang berada dalam jarak
lingkaran 94 km dari tempat masuk atau kedudukan musuh. Fardu ain
itu baik bagi lelaki, perempuan, maupun anak-anak, bersenjata atau
tidak. Dan bagi orang yang di luar jarak 94 km (jauh), kewajiban
berperang itu menjadi fardu kifayah. Cukup dikerjakan oleh sebagian
saja.
Keberhasilan pertempuran Hari Pahlawan 10 Nopember 1945 di
Surabaya tak lepas dari Resolusi Jihad ini. Selain itu, Perang Paderi,
Perang Aceh, Pemberontakan Petani di Banten, Pemberontakan Rakyat
Singaparna di Jawa Barat, dan banyak peristiwa lainnya, juga dipicu
oleh fatwa jihad dari para ulama.
Keempat, memobilisasi dan memimpin rakyat dalam perjuangan
fisik melawan penjajah. Banyak ulama yang menjadi pemimpin
perlawanan, seperti Pangeran Diponegoro, Fatahillah, Imam Bonjol,
Teuku Umar, Sultan Hasanudin, Teungku Cik Ditiro, KH. Hasyim Asyari,
KH. Abbas Buntet, KH. Zainal Mustafa, dll.
KH. Hasyim Asyari sebagai pemimpin tertinggi Masyumi
membentuk laskar-laskar rakyat untuk mendapat latihan ketentaraan
dan memanggul senjata dengan metode baru. Mereka dilatih secara
militer untuk merebut kemerdekaan. Maka terbentuklah Hizbullah
untuk para pemuda dengan semboyan, Al Inna Hizbullhi hum alghlibn, Ingatlah, sesungguhnya golongan Allahlah golongan yang
menang, dan laskar Sabilillah untuk umumnya para kiai, lelaki, dan
92

wanita, dengan semboyan, Waman yujhid f sablillh, Mereka yang


berjuang di jalan Allah.
Dan satu barisan lagi bernama laskar Mujahidin yang menyerupai
pasukan maut, yang tak takut mati. Laskar ini membawa semboyan,
Walladzna jhad fn lanahdiyannahum subulan. Mereka yang
berjuang di jalan-Ku, akan Akau tunjukkan mereka jalan-jalan-Ku.
Mereka yang bergabung dalam laskar-laskar ini mencapai puluhan ribu
orang di seantero Indonesia. Di setiap daerah, mereka dipimpin para
ulama. Pesantren-pesantren menjadi markasnya, termasuk Tebuireng,
Sidogiri, Lirboyo, dan Gontor. Panglima Hizbullah adalah KH Zainul
Arifin, dan Panglima Sabilillah adalah KH Masykur. Laskar-laskar ini
berperan sangat penting dalam perang kemerdekaan melawan
Belanda.
Kelima, menyerukan persatuan membela kemerdekaan RI yang
diproklamasikan Soekarno-Hatta. Para ulama yang dipimpin Kiai
Hasyim Asyari memfatwakan kewajiban mempertahankan
kemerdekaan RI. Dan pada 1954, sebuah Musyawarah Alim Ulama
Indonesia (NU) di Cipanas mengambil keputusan bahwa Presiden
Soekarno adalah Waliyyul Amri Dharr bisy-Syaukah, artinya
pemegang pemerintahan yang punya cukup kewibawaan dipatuhi oleh
pejabat dan rakyat. Keputusan hukum itu mampu menjawab
kebingungan umat Islam dengan gelar Imam Negara Islam Indonesia
(NII) yang disandang SM Kartosuwiryo. Sehingga mayoritas umat tetap
mengakui kepemimpinan nasional Soekarno.
Keenam, berperan aktif dalam mengisi awal kemerdekaan.
Sebelum kemerdekaan para ulama ikut mempersiapkan kemerdekaan,
termasuk di BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan
Indonesia). Dan pada awal kemerdekaan, banyak ulama yang aktif di
pemerintahan atau parlemen. Dan juga tak terhitung para ulama yang
berjuang lewat organisasi dan pendidikan.

93

Setelah Indonesia merdeka, ada dua kekuatan yang disepelekan


masyarakat. Setelah perang selesai, ada dua kekuatan, yaitu ulama
dan militer yang tidak dianggap berperan dalam menegakkan NKRI
ketika Proklamasi kekuatan militer dari Islam itu luar biasa besarnya.
Bung Karno sendiri ketika pidato Proklamasi tanggal 9 Ramadan 1364
H/17 Agustus 1945, kalau tanpa dukungan ulama tidak akan berani
Dan Hasyim Asyari waktu juga bilang bahwa presiden pertamanya
adalan Bung Karno, dan itu disetujui angkatan laut Jepang.
Dengan jasa ulama yang sedemikian, ternyata masih relatif sedikit
para ulama yang mendapat gelar pahlawan atau tertulis dalam sejarah
kemerdekaan. Padahal tanpa jasa para ulama sebagai pemimpin
agama dan masyarakat, mustahil perjuangan kemerdekaan akan dapat
dibangkitkan dan didukung luas oleh rakyat.
Kemerdekaan bukan hanya hasil dari usaha para bangsawan, tokoh
nasionalis terpelajar, dan tentara, namun juga hasil besar dari usaha
para ulama. Kemerdekaan bukan hanya hasil perundingan, tulisan,
orasi, dan organisasi para tokoh nasionalis. Para ulama telah
mengawali dan mendukung perjuangan itu.
Karenanya, sudah selayaknya perjuangan para ulama lebih dihargai
dengan penulisan ulang sejarah dan penganugerahan bintang
kepahlawanan. Baik ulama yang sudah terkenal, maupun yang belum
terkenal, sama-sama berhak dihargai jasa kepahlawanannya bagi
bangsa dan negara. Sebagaimana kata Bung Karno, Bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya".

E. Peran NU dalam bidang pendidikan


Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H
Munculnya NU sebagai reaksi terhadap berdirinya gerakan reformis dalam kalangan
umat Islam di Indonesia dan berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab
dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh (hukum Islam), yaitu Madzhab Hanafi,
Maliki, Syafii, dan Hambali. Nahdlatul Ulama memahami hakekat ahlus sunnah wal

94

jamaah sebagai ajaran Islam yag murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh
Rasulullah bersama para sahabatnya.
Dalam sejarahnya, N.U. pernah menjadi Partai Politik, kemudian bergabung dalam
Partai Masyumi. Namun setelah Partai-Partai Islam difungsikan kedalam Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), N.U. kembali pada funsinya semula sebagai gerakan sosial
keagamaan dengan semboyan kembali kepada jiwa 1926. Di sisi lain N.U. bergerak
dalam bidang sosial dan pendidikan agama menurut paham yang diyakini yaitu Ahlus
sunah wal jamaah. N.U. mempunyai banyak sekali Pondok Pesantren dan Madrasah
yang terbesar diseluruh pelosok tanah air, terutama di daerah pedesaan yang pada
umumnya mereka mempunyai tradisi agama yang kuat.
Nahdlatul Ulama mempunyai bagian-nagian yang khusus menangani bagian dakwah,
bagian Maarif, bagian Mabarrat, bagian ekonomi, bagian Penerbit, bagian Umum,
bagian Pertanian dan Nelayan, bagian Perburuhan dan Tenaga Kerja dan sebagainya.
Bagian yang menangani pendidikan dan pengajaran adalah Darul Maarif. Dewasa ini
lembaga pendidikan yang diasuh NU telah tersebar ke seluruh tanah air.
Pada akhir tahun 1356 H (1938 M.) komisi perguruan N.U. telah dapat mengeluarkan
reglement tentang susunan madrasah-madrasah N.U. yang harus dijalankan mulai 2
Muharram 1357 . susunan madrasah-madrasah N.U. ialah :

Madrasah Awaliyah (2 tahun)

Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun)

Madrasah Tsanawiyah (3 tahun)

Madrasah Mualimin Wustha (2 tahun)

Madrasah Muallimin Ulya (3 tahun)


Kemudian N.U. bagian Maarif (pendidikan dan pengajaran) telah membuat rencana

baru tentang susunan Sekolah/Madrasah N.U. dan akhirnya pada tanggal 23-26 Februari
1954 telah diambil keputusan dalam suatu Konperensi Besar seluruh Indonesia mengenai
susunan Sekolah/Madrasah N.U. :

Raudlatul Athfal (taman kanak-kanak)

S.R. (Sekolah Dasar)

lamanya 3 tahun
lamanya 6 tahun

95

S.M.P N.U.

lamanya 3 tahun

S.M.A N.U.

lamanya 3 tahun

S.G.B N.U.

lamanya 4 tahun

S.G.A N.U.

lamanya 3 tahun

M.M.P N.U.

lamanya 3 tahun

M.M.A. N.U.

lamanya 3 tahun

Mualimin/Mualimat N.U.

lamanya 5 tahun

BAB VI
DINAMIKA PESANTREN DI INDONESIA
A. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara historis, pesantren telah mendokumentasikan berbagai sejarah bangsa
Indonesia, baik sejarah sosial budaya masyarakat Islam, ekonomi maupun politik bangsa
Indonesia. Sejak awal penyebaran Islam, pesantren menjadi saksi utama bagi penyebaran
Islam di Indonesia. Pesantren mampu membawa perubahan besar terhadap persepsi
halayak nusantara tentang arti penting agama dan pendidikan.159 Artinya, sejak itu orang
mulai memahami bahwa dalam rangka penyempurnaan keberagamaan, mutlak diperlukan
prosesi pendalaman dan pengkajian secara matang pengetahuan agama mereka di
pesantren.
Sejak awal pertumbuhannya, fungsi utama pesantren adalah menyiapkan santri
mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal tafaqquh fi> al-di>n,
yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat
Indonesia dan melakukan dakwah menyebarkan agama Islam serta benteng pertahanan
umat dalam bidang akhlak.160 Sejalan dengan fungsi tersebut, materi yang diajarkan

159 A. Mujib, et. al., Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren (Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hlm. 1.
160 Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Profil Pondok Pesantren
Mua>dalah (Cet. I; Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Departemen
Agama, 2004), hlm. 3.
96

dalam pondok pesantren semuanya terdiri dari materi agama yang diambil dari kitabkitab klasik yang berbahasa Arab atau lebih dikenal dengan kitab kuning.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada
masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model
pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik menjadi seseorang yang mengerti ilmu
agama, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian,
kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya. Modal
inilah yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkualitas dan mandiri sebagai
bentuk partisipasi pesantren dalam menyukseskan tujuan pembangunan nasional
sekaligus berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa sesuai yang diamanatkan oleh
Undang-undang Dasar 1945.161
Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di
Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya
Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dimulai sejak
munculnya masyarakat Islam di Nusantara.162
Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan
munculnya tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian
tempat-tempat menginap para santri yang kemudian disebut pesantren. Meskipun
bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pesantren merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya
menyangkut praktek kehidupan keagamaan.163Pesantren dalam lintasan sejarah bangsa
dinyatakan sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia, sehingga menarik untuk dibahas
lebih lanjut.
B. Sejarah Lahirnya Pesantren
161 Amin Haedari, et al., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global (Cet. I; Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 3.
162 Kehadiran pesantren sangat erat kaitannya dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Oleh
karena itu, membahas mengenai pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari membahas mengenai
sejarah Islam itu sendiri. Lihat: Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 1-6.
163 Sulthon Masyhud, et al., Manajemen Pondok Pesantren (Cet. II; Jakarta: Diva Pustaka,
2004),hlm. 1
97

Syaikh Maulna Mlik Ibrhm atau Sunan Gresik merupakan orang pertama yang
membangun lembaga pengajian yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren sebagai
tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya adalah agar para santri
menjadi juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat
luas. Usaha Syaikh menemukan momuntem seiring dengan mulai runtuhnya singgasana
kekuasaan Majapahit (1293 1478 M). Islam pun berkembang demikian pesat,
khususnya di daerah pesisir yang kebetulan menjadi pusat perdagangan antar daerah
bahkan antar negara.164
Hasil penelusuran sejarah ditemukan sejumlah bukti kuat yang menunjukkan bahwa
cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah-daerah sepanjang pantai
utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus,
Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan
yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para
pedagang dan muballig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Hadramaut, Persia,
dan Irak.165
Lembaga pendidikan pada awal masuknya Islam belum bernama pesantren
sebagaimana dikemukakan oleh Marwan Saridjo sebagai berikut:
Pada abad ke-7 M. atau abad pertama hijriyah diketahui terdapat komunitas muslim
di Indonesia (Peureulak), namun belum mengenal lembaga pendidikan pesantren.
Lembaga pendidikan yang ada pada masa-masa awal itu adalah masjid atau yang
lebih dikenal dengan nama meunasah di Aceh, tempat masyarakat muslim belajar
agama. Lembaga pesantren seperti yang kita kenal sekarang berasal dari Jawa.166
Usaha dakwah yang lebih berhasil di Jawa terjadi pada abad ke-14 M yang dipimpin
oleh Maulna Mlik Ibrhm dari tanah Arab. Menurut sejarah, Maulna Mlik Ibrhm
ini adalah keturunan Zainal A<bidi>n (cicit Nabi Muhammad saw). Ia mendarat di pantai
Jawa Timur bersama beberapa orang kawannya dan menetap di kota Gresik. Sehingga
pada abad ke-15 telah terdapat banyak orang Islam di daerah itu yang terdiri dari orang
orang asing, terutama dari Arab dan India. Di Gresik, Maulna Mlik Ibrhm tinggal
164 Alwi Shihab, Islam Inklusif (Cet. I; Bandung: Mizan, 2002), hlm. 23.
165 Fatah Syukur, Dinamika Pesantren dan Madrasah (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
hlm. 248.

166 Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan Kebijakan terhadap
Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2010), hlm. 17-30.
98

menetap dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya tahun 1419 M. Sebelum
meninggal dunia, Maulna Mlik Ibrhm (1406-1419) berhasil mengkader para muballig
dan di antara mereka kemudian dikenal juga dengan wali. Para wali inilah yang
meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui pesantren. Maulna Mlik Ibrhm
dianggap sebagai perintis lahirnya pesantren di tanah air yang kemudian dilanjutkan oleh
Sunan Ampel.167
Mengenai sejarah berdirinya pesantren pertama atau tertua di Indonesia terdapat
perbedaan pendapat di kalangan peneliti, baik nama pesantren maupun tahun berdirinya.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Depatremen Agama pada 1984-1985
diperoleh informasi bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah Pesantren Jan Tanpes II
di Pamekasan Madura yang didirikan pada tahun 1762.168 Tetapi data Departemen Agama
ini ditolak oleh Mastuhu.169 Sedangkan menurut Martin van Bruinessen seperti dikutip
Abdullah Aly bahwa Pesantren Tegalsari, salah satu desa di Ponorogo, Jawa Timur
merupakan pesantren tertua di Indonesia yang didirikan tahun 1742 M.170 Perbedaan
pendapat tersebut karena minimnya catatan sejarah pesantren yang menjelaskan tentang
keberadaan pesantren.
Pondok Pesantren merupakan rangkaian kata yang terdiri dari pondok dan pesantren.
Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang dipakai dalam bahasa Indonesia dengan
menekankan kesederhanaan bangunannya. Ada pula kemungkinan bahwa kata pondok
berasal dari bahasa arab fundk yang berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel
sederhana. Pada umumunya pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana
bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.171 Sedangkan kata pesantren berasal dari
kata dasar santri yang dibubuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat

167 Ibid.hlm.30
168 Departemen Agama RI., Nama dan Data Potensi Pondok-Pondok Pesantren Seluruh Indonesia
(Jakarta: Depag RI., 1984/1985), hlm. 668.
169 Dia menolak informasi tersebut dengan alasan bahwa sebelum adanya Pesantren Jan Tapes II,
tentunya ada Pesantren Jan Tanpes I yang lebih tua. Selain itu, Mastuhu menduga bahwa pesantren
didirikan setelah Islam masuk ke Indonesia. Lihat: Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren:
Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 19.
170 Lihat: Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 154156.
171 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: P3M, 1986), hlm. 98-99.

99

tinggal para santri.172 Menurut beberapa ahli, sebagaimana yang dikutip oleh
Zamakhsyari antara lain: Jhons, menyatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil
yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg berpendapat bahwa istilah ini berasal
dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari
kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentan
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa dari segi etimologi pondok pesantren
merupakan satu lembaga kuno yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama. Ada
sisi kesamaan (secara bahasa) antara pesantren yang ada dalam sejarah Hindu dengan
pesantren yang lahir belakangan. Antara keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran
ilmu agama yang dilakukan dalam bentuk asrama.
Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur sentral,
masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah
bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.173 Pesantren sekarang ini
merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga
pesantren ini sebagai lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran
besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. KH. Abdurrahman Wahid,
mendefinisikan pesantren secara teknis, pesantren adalah tempat di mana santri tinggal.174
Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya pesantren sebagai sebuah totalitas
lingkungan pendidikan dalam makna dan nuansanya secara menyeluruh. Pesantren bisa
juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan
bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya.
Mengenai asal-usul dan latar belakang pesantren di Indonesia terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ahli sejarah. Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa
pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pandangan ini dikaitkan
dengan fakta bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada awalnya banyak dikenal dalam
172 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kyai (Cet. VII; Jakarta:
LP3ES, 1997), hlm. 18.
173 Amir Hamzah Wiryosukarto, et al., Biografi KH. Imam Zarkasih dari Gontor Merintis
Pesantren Modern (Ponorogo: Gontor Press, 1996), hlm. 51.
174 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-esai Pesantren (Cet. I; Yogyakarta: KIS,
2001), hlm. 17.
100

bentuk kegiatan tarekat dengan dipimpin oleh kyai. Salah satu kegiatan tarekat adalah
mengadakan suluk, melakukan ibadah di masjid di bawah bimbingan kyai. Untuk
keperluan tersebut, kyai menyediakan ruang-ruang khusus untuk menampung para santri
sebelah kiri dan kanan masjid. Para pengikut tarekat selain diajarkan amalan-amalan
tarekat mereka juga diajarkan kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
agama Islam. Aktivitas mereka itu kemudian dinamakan pengajian. Perkembangan
selanjutnya, lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren.
Bahkan dari segi penamaan istilah pengajian merupakan istilah baku yang digunakan
pesantren, baik salaf maupun khalaf.175
Pendapat kedua, menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh
lembaga pendidikan kuttab, yakni lembaga pendidikan pada masa kerajaan bani
Umayyah yang semula hanya merupakan wahana atau lembaga baca dan tulis dengan
sistem h{alaqah{. Pada tahap berikutnya lembaga ini mengalami perkembangan pesat,
karena didukung oleh iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi
oleh pendidik dan anak didik.176 Pendapat ini hampir sama dengan pendapat yang
menyatakan pesantren diadopsi dari lembaga pendidikan Islam Timur-Tengah, yaitu alAzhr di Kairo, Mesir.177
Pendapat ketiga, pesantren yang ada sekarang merupakan pengambil-alihan dari
sistem pesantren orang-orang Hindu di Nusantara pada masa sebelum Islam. Lembaga ini
dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama Hindu serta tempat
membina kader-kader penyebar agama tersebut.178 Pesantren merupakan kreasi sejarah
anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya pra-Islam. Pesantren
merupakan sistem pendidikan Islam yang memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan
175 Abdul Aziz, et al., Ensiklopedi Islam IV (Cet. II; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm.
103. Pendapat ini juga didukung oleh Zamakhsyari yang berpendapat bahwa pesantren, khususnya di Jawa,
merupakan kombinasi antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat, bukan antara Islam dengan Hindu. Lihat:
Zamakhsyari Dhofier Tradisi..., hlm. 25.
176 Lihat: Muhaimin, et al., Pemikiran Pendidikan Islam (Cet. III; Bandung: Tri Genda Karya,
1993), hlm,.298-299.
177 Martin Van Bruinessen, salah seorang yang mendukung versi ini berpandangan bahwa pesantren
cenderung lebih dekat dengan salah satu model sistem pendidikan di al-Azhr. Artinya, menurut pendapat
ini ada sisi kesamaan dari segi penyampaian ilmu pengetahuan agama, yakni melalui metode halaqah, di
mana kyai dan santri berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan pengajian. Kelompok ini meragukan
kebenaran pendapat yang menyatakan bahwa lembaga mandala dan asrama yang ada sudah sejak zaman
Hindu-Budha merupakan tempat berlangsungnya praktik pengajaran tekstual sebagaimana di pesantren.
Lihat: Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 184.
178 Abdul Aziz, et al., Ensiklopedi....,hlm, 103
101

Hindu-Budha. Pesantren disamakan dengan mandala dan asrama dalam khazanah


lembaga pendidikan pra-Islam. Pesantren merupakan sekumpulan komunitas independen
yang pada awalnya mengisolasi diri di sebuah tempat yang jauh dari pusat perkotaan
(pegunungan).179
Munculnya beberapa pendapat tersebut disebabkan karena tidak tersedianya sumber
tertulis yang dapat meyakinkan semua pihak. Namun, dari ketiga pendapat tersebut,
sebenarnya mempunyai sisi kebenaran yang dapat dipertemukan. Pendapat yang
mengatakan bahwa pesantren berasal dari tradisi Hindu, ada benarnya jika memang
diterima bahwa nama itu berasal dari India atau berasal dari bahasa Sansekerta. Pendapat
yang mengatakan bahwa pesantren tumbuh dari tradisi sufi juga dapat diterima, jika
dilihat fakta sejarah bahwa tradisi pesantren mempunyai kesamaan dengan praktek hidup
yang dijalani oleh kaum sufi. Pendapat yang mengatakan bahwa pesantren diadopsi dari
tradisi pendidikan di Timur Tengah, karena memang orang yang mula-mula
mengembangkan pesantren adalah mereka yang menimba ilmu di Timur Tengah terutama
di Mekah dan di Mesir. Terlepas dari itu, bahwa pesantren yang dikenal masyarakat saat
ini adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki peranan penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa serta sebagai pusat pengembangan Islam. Bahkan
seiring dengan perkembangan zaman, pesantren saat ini terus berbenah diri dengan
melakukan berbagai pola dan inovasi pendidikan guna menghadapi tantangan zaman
yang semakin kompleks.
C. Sejarah Perkembangan Pesantren
Pada awal berkembangnya, ada dua fungsi pesantren, yaitu sebagai lembaga
pendidikan dan sebagai lembaga penyiaran agama. Fungsi utama itu masih melekat pada
pesantren, walaupun pada perkembangan selanjutnya pesantren mengalami perubahan.
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat. Sepanjang abad ke-18
sampai dengan abad ke-20, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam semakin
dirasakan keberadaannya oleh masyarakat secara luas, sehingga kemunculan pesantren di

179 Lihat: Zamakhsyari Dhofier Tradisi..., hlm. 10 dan Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren:
Sebuah Potret Perjalanan (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 5.

102

tengah masayarakat selalu direspons positif oleh masyarakat. Respon positif masyarakat
tersebut dijelaskan oleh Zuhairini sebagai berikut:
Pesantren didirikan oleh seorang kyai dengan bantuan masyarakat dengan cara
memperluas bangunan di sekitar surau, langgar atau masjid untuk tempat pengajian
dan sekaligus sebagai asrama bagi anak-anak. Dengan begitu anak-anak tidak perlu
bolakbalik pulang ke rumah orang tua mereka. Anak-anak menetap tinggal bersama
kyai di tempat tersebut.180
Perkembangan pesantren terhambat ketika Belanda datang ke Indonesia untuk
menjajah. Hal ini terjadi karena pesantren bersikap non-kooperatif bahkan mengadakan
konfrontasi terhadap penjajah. Lingkungan pesantren merasa bahwa sesuatu yang berasal
dari Barat dan bersifat modern menyimpang dari ajaran agama Islam. Di masa kolonial
Belanda, pesantren sangat antipati terhadap westernisasi dan modernisme yang
ditawarkan oleh Belanda. Akibat dari sikap tersebut, pemerintah kolonial mengadakan
kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Pemerintah Belanda mencurigai
institusi pendidikan dan keagamaan pribumi yang digunakan untuk melatih para pejuang
militan untuk melawan penjajah.181 Dalam masa penjajahan Belanda, pendidikan Islam
yang berpusat pada pesantren, surau, dayah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya
sengaja melakukan uzlah dari kekuasaan kolonial.182
Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden (Pengadilan Agama)
yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan pesantren. Setelah itu,
dikeluarkan Ordonansi tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru agama yang
mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat
pada tahun 1925 yang membatasi orang yang boleh memberikan pelajaran mengaji.
Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat memberantas dan menutup
madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak
disukai oleh pemerintah.183 Peraturan-peraturan tersebut membuktikan ketidak-adilan
kebijaksanaan pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia.
180 Zuhairini, et al., Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 212.
181 Abdurrahman Masud, Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren (Cet.
I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 89.
182 Uzlah lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren merupakan bentuk perlawanan secara
tersembunyi (silent opposition) terhadap kolonialisme Belanda. Lihat: Jajat Burhanuddin (peny.), Mencetak
Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 2.

183 Lihat: Zamakhsyari Dhofier Tradisi...,, hlm. 41 dan Zuhairini, Sejarah Pendidikan ..., hlm. 149.
103

Akan tetapi, pesantren tetap bertahan dan berkembang karena pengelolanya mampu
mengatur strategi dengan baik. Berdasarkan laporan pemerintah pemerintah kolonial
Belanda, tahun 1831 di Jawa terdapat lembaga pengajian dan pesantren sebanyak 1.853
buah dengan jumlah santri sebanyak 16.500 orang. Pada tahun 1885 pesantren
berkembang menjadi 14.929 buah dengan jumlah santri 222.663 orang.184 Pada tahun
1942 menurut survei yang diselenggarakan Kantor Urusan Agama (Shumumbu) yang
dibentuk oleh Pemerintah Militer Jepang di Jawa mencatat jumlah madrasah, pesantren
dan santrinya sebagai berikut:

Tabel 1
Jumlah Pesantren, Madrasah dan Santri
di Jawa dan Madura pada tahun 1942.185
Provinsi

Jumlah Santri

Jakarta

Jumlah Pesantren dan


Madrasah
167

Jawa Barat

1.046

69.954

Jawa Tengah

351

21.957

Tawa Timur

307

32.931

Jumlah

1.871

139.415

14.513

184 Perkembangan pesantren turut dipengaruhi oleh perkembangan hubungan laut antara negeri
Belanda dan wilayah Hindia Belanda. Ditemukannya kapal api menjelang abad ke-19 dan dibukanya
Terusan Suez pada tahun 1869, perusahaan kapal KPM diberikan izin oleh Pemerintah Kolonial untuk
mengangkut jamaah haji Indonesia. Belanda juga mencabut resolusi-resolusi tahun 1852, 1831 dan
ordonansi 1859 yang melarang umat Islam Indonesia melakukan perjalanan haji ke Mekah. Kesempatan
dimanfaatkan dengan baik oleh umat Islam di Indonesia. Jamaah haji yang berusia muda, memanfaatkan
kesempatan beribadah haji untuk mendalami ilmu pengetahuan. Lihat: Zamakhsyari Dhofier, Tradisi
Pesantren: Memadu Modernitas untuk Kemajuan (Cet. I; Jakarta; Pesantren Nawesea Press, 2009), hlm.
59-61.
185 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi., hlm. 56.
104

Setelah Indonesia merdeka, pesantren tumbuh dan berkembang dengan pesat.


Ekspansi pesantren juga bisa dilihat dari pertumbuhan pesantren yang semula hanya
based institution kemudian berkembang menjadi pendidikan yang maju. Bahkan kini
pesantren bukan hanya milik organisasi tertentu tetapi milik umat Islam Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hanun Asrohah sebagai berikut:
Pada waktu Mr. R. Soewandi menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan dibentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang
diketuai Ki Hajar Dewantoro. Panitia ini berhasil menetapkan keputusan yang dalam
laporan panitia tanggal 2 Juni 1946, dinyatakan bahwa pengajaran di pondok
pesantren dan madrasah perlu untuk dipertinggi dan dimodernisasi serta diberi
bantuan biaya.186
Pada awal tahun 1949, Pemerintah Republik Indonesia mendorong pembangunan
sekolah umum seluas-luasnya dan membuka secara luas jabatan-jabatan dalam
administrasi modern bagi bangsa Indonesia yang terdidik dalam sekolah-sekolah umum
tersebut. Dampak kebijaksanaan tersebut membuat kekuatan pesantren sebagai pusat
pendidikan Islam di Indonesia menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang
dulu tertarik kepada pendidikan pesantren menurun dibandingkan dengan anak-anak
muda yang ingin mengikuti pendidikan sekolah umum yang baru saja diperluas.187
Pendirian madrasah di pesantren semakin menemukan momentumnya ketika K.H. A.
Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia. Ia melakukan
pembaruan pendidikan agama Islam melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun
1950, yang menginstruksikan pemberian pelajaran umum di madrasah dan memberi
pelajaran agama di sekolah umum negeri/swasta. Hal ini semakin mendorong pesantren
mengadopsi madrasah ke dalam pesantren. Pesantren semakin lebih membuka
kelembagaan dan fasilitas-fasilitas pendidikannya bagi kepentingan pendidikan umum.
Pesantren tidak hanya mengadopsi madrasah tetapi juga mendirikan sekolah-sekolah
umum. Pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama yang mendirikan
SMP/SMA.188
Langkah ini kemudian diikuti oleh pesantren lain, bahkan berlomba-lomba
mendirikan sekolah umum untuk mengikuti tuntutan masyarakat agar santri bisa belajar
186 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam..., hlm. 186.
187 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi..., hlm. 57.
188 Ibid.hlm, 57
105

pengetahuan agama dan menguasai pengetahuan umum seperti murid-murid di sekolah


umum sehingga akses santri dalam melanjutkan pendidikan semakin meluas seperti
sekolah-sekolah umum di luar pesantren. Saat ini tidak jarang kita temui pesantren
memiliki lembaga pendidikan umum mulai TK, SD, SMP, SMA dan SMK di samping
MI, MTs, dan MA. Pada tahun 1978 berdasarkan laporan Departemen Agama Republik
Indonesia, jumlah pesantren dan santri berkembang pesat berdasarkan tabel berikut ini:
Tabel 2
Jumlah Pesantren dan Santri di Jawa pada tahun 1978.189
Provinsi

Jumlah Pesantren

Jumlah Santri

Jakarta

27

15.767

Jawa Barat

2.237

305.747

Jawa Tengah

430

65.070

Tawa Timur

1.051

290.790

Jumlah

3.745

675.364

Berdasarkan tabel tersebut, hasil survei Departemen Agama Republik Indonesia pada
tahun 1978 mengenai keadaan pesantren di Jawa, menunjukkan bahwa sistem pendidikan
pesantren dipelihara, dikembangkan dan dihargai oleh masyarakat umat Islam di
Indonesia. Kekuatan pesantren dapat dilihat dari segi lain, yaitu walaupun setelah
Indonesia merdeka telah berkembang jenis pendidikan Islam formal dalam bentuk
madrasah.190
Pada tahun 2001, pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama Republik
Indonesia membentuk Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren setelah menyadari
perkembangan pesantren yang pesat. Jumlah lembaga pendidikan pesantren di seluruh
Indonesia dari 1987 bertambah luar biasa, seperti tampak pada tabel berikut ini:

189 Ibid.hlm. 58.


190 Ibid.hlm,58
106

Tabel 3
Jumlah Pesantren dan Santri 1987-2008.191
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tahun
1981
1082
1983
1984
1985
1986
1987
2004
2007
2008

Jumlah Pesantren
6.086
6.086
6.204
6.239
6.240
6.386
6.579
14.656
17.506
21.521

Jumlah santri
802.545
816.083
933.265
1.086.801
1.284.800
1.429.768
1.713.739
2.369.193
3.289.141
3.818.469

Antara tahun 1987 sampai dengan tahun 2004 pesantren bertambah rata-rata 500
setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai 2008 bertambah 1.000 buah pesantren dan dalam
waktu 10 tahun terakhir, santrinya bertambah lebih dari dua juta. Pesantren pada
umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada kebijakan pemerintah yang ada
sehingga pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan
Islam.
Melengkapi uraian tentang sejarah perkembangan pesantren, penulis menjelaskan
secara singkat profil beberapa pesantren di Jawa Timur, yaitu:
1. PESANTREN SIDOGIRI
Pondok ini berada di Desa Sidogiri Kraton Pasuruan Jawa Timur
Sejarah Singkat
Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid
Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban. Ayahnya, Sayyid
Abdurrahman bin Muhammad bin 'Umar Basyaiban al 'Alawi yang datang dari Qosam
Hadhramaut, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman.
Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Cirebon Keturunan Sunan
191 34http://pendis.go.id/file/dokumen/5-gab-pontren-madin.pdf., akses 23 April 2011.

107

Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan kerabat dari
Keturunan Sunan Gunung Jati. Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok
pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri
sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean. Konon pembabatan
Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang
tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk
dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.
Tahun Berdiri
Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718
atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa
Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh
Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sadoellah
Nawawie pada 29 Oktober 1963. Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh
KA Sadoellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang
tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok
Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah
yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir
tahun pelajaran.
Panca Warga
Selama beberapa masa, pengelolaan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh kiai
yang menjadi Pengasuh saja. Kemudian pada masa kepengasuhan KH Cholil Nawawie,
adik beliau KH Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan
keluarga, yang dapat membantu tugas-tugas Pengasuh. Setelah usul itu diterima dan
disepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama Panca Warga. Anggotanya
adalah lima putra laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan, yakni:
1.
2.
3.
4.
5.

KH Noerhasan Nawawie (wafat 1967)


KH Cholil Nawawie (wafat 1978)
KH Siradj Nawawie (wafat 1988)
KA Sadoellah Nawawie (wafat 1972)
KH Hasani Nawawie (wafat 2001)
108

Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra Kiai Nawawie ini merasa berkewajiban
untuk melestarikan keberadaan Pondok Pesantren Sidogiri, dan merasa bertanggung
jawab untuk mempertahankan asas dan ideologi Pondok Pesantren Sidogiri.
Majelis Keluarga
Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, KH Siradj Nawawie mempunyai gagasan
untuk membentuk wadah baru. Maka dibentuklah organisasi pengganti yang diberi nama
Majelis Keluarga, dengan anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki KH Nawawie bin
Noerhasan. Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus Pengasuh adalah KH Abd Alim Abd
Djalil. Sedangkan KH Siradj Nawawie dan KH Hasani Nawawie sebagai Penasehat.
Anggota Majelis Keluarga saat ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KH A Nawawi Abd Djalil (Rais/Pengasuh)


D. Nawawy Sadoellah (Katib dan Anggota)
KH Fuad Noerhasan (Anggota)
KH Abdullah Syaukat Siradj (Anggota)
KH Abd Karim Thoyib (Anggota)
H Bahruddin Thoyyib (Anggota)

Urutan Pengasuh
Keberadaan Panca Warga dan selanjutnya Majelis Keluarga, sangat membantu
terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting dalam mengelola
Pondok Pesantren Sidogiri sehingga berkembang semakin maju. Tentang urutan
Pengasuh, terdapat beberapa versi, sebab tidak tercatat pada masa lalu. Dalam catatan
yang ditandatangani KH A Nawawi Abd Djalil pada 2007, urutan Pengasuh Pondok
Pesantren Sidogiri sampai saat ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sayyid Sulaiman (wafat 1766)


KH Aminullah (wafat akhir 1700-an/awal 1800-an)
KH Abu Dzarrin (wafat 1800-an)
KH Mahalli (wafat 1800-an)
KH Noerhasan bin Noerkhotim (wafat pertengahan 1800-an)
KH Bahar bin Noerhasan (wafat awal 1920-an)
109

7. KH Nawawie bin Noerhasan (wafat 1929)


8. KH Abd Adzim bin Oerip (wafat 1959)
9. KH Abd Djalil bin Fadlil (wafat 1947)
10. KH Cholil Nawawie (wafat 1978)
11. KH Abd Alim Abd Djalil (wafat 2005)
12. KH A Nawawi Abd Djalil (2005-sekarang)

Kegiatan
Kegiatan di PPS dibagi menjadi dua macam, yaitu kegiatan Mahadiyah dan kegiatan
Madrasiyah. Kegiatan Mahadiyah adalah kegiatan yang harus diikuti seluruh santri yang
mukim di PPS. Sedangkan kegiatan Madrasiyah adalah kegiatan yang harus diikuti
seluruh santri yang mukim di PPS dan murid yang sekolah dari rumah walinya, sesuai
dengan tingkatan madrasah masing-masing.
a) Kegiatan mahadiyah
Kegiatan ini dimulai pukul 03.30 (setengah empat dini hari) sampai pukul 00.00
waktu istiwa, yang tentunya diselingi waktu istirahat. Jenis kegiatan Mahadiyah yang
ditetapkan oleh Pengurus bermacam-macam, sesuai dengan tingkatan santri. Jenis
kegiatan tersebut sebagaimana berikut:
1. Tahajud dan Witir Bersama
Kegiatan ini harus diikuti seluruh santri dan dimulai pukul 03.30 wis (setengah
empat dini hari). Pada waktu ini semua santri dibangunkan dari tidur, kecuali santri
yang mukim di Daerah J (dibangunkan pukul 04.00). Setelah mandi/berwudhu,
seluruh santri harus melaksanakan salat Tahajud dan Witir.
Untuk murid kelas VI Ibtidaiyah, murid Tsanawiyah, dan anggota Kuliah Syariah
yang tidak bertugas di Daerah-nya, kegiatan ini bertempat di masjid, dibawah
pengawasan Kepala Bagian Ubudiyah dan bawahannya. Setelah itu, dilanjutkan
dengan membaca Asmaul Husna bersama, dengan dipimpin seorang santri yang
ditunjuk.
Sedangkan untuk kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah, kegiatan ini
bertempat di Daerah, di bawah pengawasan Pengurus Daerah. Kemudian dilanjutkan
dengan membaca wirid-wirid mutabaroh, dipimpin Ubudiyah Daerah dan stafnya.
110

2. Salat Subuh Berjamaah


Salat berjamaah Subuh ini bertempat di masjid bagi murid kelas VI Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, dan anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah-nya.
Sedangkan murid kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah bertempat di
Daerah.
3. Takrar Nazham
Kegiatan ini khusus untuk murid kelas I sampai V Ibt dan murid Istidadiyah.
Bertempat di Daerah masing-masing, di bawah pengawasan Talimiyah Daerah dan
stafnya.
4. Jam Belajar
Kegiatan jam belajar ini dibagi dua, pagi dan malam. Bertempat di Daerah. Yaitu
pagi setelah salat Subuh s/d pukul 06.00, dan malam pukul 09.00 s/d 10.00. Untuk
jam belajar setelah Subuh, pada hari-hari tertentu diisi pengajian kitab oleh Kepala
Kamar masing-masing, dengan materi yang telah ditetapkan oleh Pengurus Daerah.
5. Salat Dhuha Berjamaah
Kegiatan ini untuk murid kelas I sampai IV Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah.
Waktunya pukul 06.30 s/d 06.45 pagi, dan bertempat di Daerah. Kegiatan ini khusus
santri yang bermukim di selain Daerah K, L, dan H, kecuali pada hari Jumat. Setiap
hari Jumat, salat Dhuhah berjamaah diganti musyawarah di Daerah.
Kemudian setiap hari Selasa, sebelum pelaksaan salat Dhuha berjamaah, diisi
khataman al-Quran. Khusus di Daerah I, kegiatan salat Dhuha berjamaah ini harus
diikuti oleh seluruh santri dari semua tingkatan.
6. Pengajian Kitab Kuning
Pengajian kitab kuning ada yang diasuh langsung oleh Kiai/Pengasuh, dan ada
yang dibacakan guru-guru yang telah ditunjuk Kepala Bagian Talimiyah dengan
persetujuan Ketua III PPS.
Pengajian kitab kuning oleh Pengasuh adalah kegiatan inti atau pokok di PPS,
bertempat di Surau H dan harus diikuti seluruh santri yang tergolong (1) anggota
Kuliah Syariah non guru (telah lulus Tsanawiyah dan selesai tugas mengajar di luar
PPS, tapi tidak bersekolah di Aliyah), (2) guru yang sedang tidak bertugas, dan (3)
murid Aliyah.

111

Sedangkan santri tingkat Tsanawiyah, Ibtidaiyah, dan Istidadiyah sangat


dianjurkan untuk mengikuti pengajian yang diasuh oleh Pengasuh. Materi pengajian
kitab kuning oleh Pengasuh biasanya adalah kitab Ihya Ulmiddn, Shahh Bukhri,
Fathu al-Wahhb, Inah ath-Thlibn (pagi); Tafsr Jallain (sore); dan Jamu alJawmi (malam).
Sementara itu, mengikuti pengajian kitab yang dibacakan guru-guru, hanya
bersifat anjuran bagi semua santri yang ingin mengikutinya. Tempatnya di ruangruang MMU atau Daerah, waktunya setelah pengajian al-Quran Magrib. Materi
pengajian kitab kuning oleh guru-guru adalah kitab-kitab kecil dalam bidang Fikih,
Akhlak, Tasawuf, Nahwu, dll.
7. Musyawarah
Di PPS, kegiatan musyawarah kitab kuning untuk anggota Kuliah Syariah
diselenggarakan setiap malam, pukul 09.00 s/d 10.00. Tempatnya di ruang-ruang
MMU. Khusus malam Selasa, musyawarah dilaksanakan pukul 08.00 s/d 10.00.
Sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah, sesuai dengan ketentuan Daerah dan
kelasnya, musyawarah dilaksanakan pada Selasa pagi pukul 05.30 s/d 07.00,
bertempat di ruang MMU. Dan bagi santri kelas V & VI Ibtidaiyah serta V, VI, dan
VII Istidadiyah dilaksanakan pada Jumat pagi pukul 06.00 s/d 07.00, bertempat di
Daerah.
Selain itu, kegiatan musyawarah ada yang diistilahkan dengan musyawarah
gabungan antar Daerah, bagi kelas III Tsanawiyah. Musyawarah ini membahas
masalah waqiiyah (kejadian di masyarakat). Dilaksanakan setiap Jumat pagi pukul
07.30 s/d 09.45 dan bertempat di Daerah sesuai urutannya. Begitu pula dengan kelas
II & III Tsanawiyah, ada musyawarah gabungan Jumat Pagi, tapi bertempat di ruang
MMU.
8. Salat Dhuhur & Ashar Berjamaah
Kegiatan ini untuk murid Ibtidaiyah dan Istidadiyah, dimulai pukul 12.20 s/d
12.45. Bertempat di Daerah untuk kelas I sampai V, dan bertempat di masjid untuk
kelas VI.
9. Salat Maghrib Berjamaah
Kegiatan ini bertempat di masjid untuk kelas VI Ibtidaiyah, murid Tsanawiyah,
dan semua anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di Daerah-nya. Sedangkan
kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah bertempat di Daerah.
112

10. Mengaji al-Quran


Mengaji al-Quran harus diikuti oleh seluruh santri selain kelas VI Ibtidaiyah & III
Tsanawiyah, setelah salat Maghrib berjamaah. Kegiatan ini diselenggarakan setiap
malam, selain malam Selasa dan malam Jumat.
Kegiatan mengaji al-Quran bertempat di Daerah untuk anggota Kuliah Syariah
dengan cara tadarus. Bertempat di kamar-kamar Daerah untuk kelas I sampai V
Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah. Dan bertempat di ruang-ruang MMU untuk kelas I
& II Tsanawiyah. Untuk Ibtidaiyah dan Tsanawiyah dipandu oleh seorang muallim
(guru mengaji).
Selain itu, bagi murid kelas III Tsanawiyah harus mengaji al-Quran di pagi hari
pukul 06.05 s/d 06.30, selain Selasa dan Jumat, dengan cara tadarus. Tempatnya di
Daerah. Tadarus ini bagi santri selain warga Daerah K, L, dan H yang harus
mengikuti kursus bahasa Arab dan Inggris (pukul 06.15 s/d 07.15), selain hari Selasa
dan Jumat. Untuk Daerah K, L, dan H, tergantung pengaturan waktu oleh Pengurus
Daerah-nya masing-masing.
11. Baca Salawat
Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam untuk kelas VI Ibtidaiyah dan III
Tsanawiyah, bertempat di masjid setelah pelaksanaan salat Maghrib berjamaah.
Khusus malam Selasa, ditambah dengan kelas I dan II Ts. Kegiatan baca shalawat
pada malam Selasa juga dilaksanakan di Daerah, yang harus diikuti oleh kelas I
sampai V Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah. Setelah baca shalawat pada malam
Selasa itu, diadakan penerangan/ceramah.
12. Kursus Pengkaderan Ahlusunah wal Jamaah (Annajah)
Kursus Annajah ini khusus murid Tsanawiyah, sesuai dengan tingkatan kelas.
Tujuannya untuk pemantapan akidah Ahlusunah wal Jamaah dan pelatihan calon
Guru Tugas. Dilaksanakan pada malam-malam tertentu pada pukul 09.00 s/d 10.00,
dengan jadwal dan tempat yang telah diatur oleh Kepala Bagian Talimiyah.
13. Baca Burdah
Kegiatan ini dilakukan bergantian setiap malam, sesuai dengan urutan Daerah
yang ditetapkan Pengurus. Pembacaan Burdah ini dilakukan dengan dua cara, Burdah
keliling dan Burdah di Daerah.

113

Burdah keliling dibaca sambil mengelilingi komplek pesantren oleh semua santri
tingkat Tsanawiyah, yang berbaris dua-dua, sepuluh jejer dari depan membaca Ayat
Kursi. Sedangkan Burdah di Daerah dibaca bersama di Daerah, dengan seorang
pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus.
Kegiatan ini dilaksanakan pukul 11.30 s/d 12.00 malam, kecuali bagi Daerah J &
I. Untuk Daerah J, pelaksanaannya setelah salat Subuh berjamaah, bertempat di
Daerah. Dan untuk Daerah I, pelaksanaannya setelah Tahajud dan Witir bersama, juga
bertempat di Daerah.
14. Baca Diba
Pembacaan Diba dilaksanakan setiap malam Jumat, pukul 07.30 s/d 08.30
malam. Bertempat di masjid untuk anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di
Daerah. Dan bertempat di Daerah untuk tingkat Istidadiyah, Ibtidaiyah, dan
Tsanawiyah. Pembacaan Diba ini dipimpin oleh santri yang telah ditunjuk oleh
Pengurus.
15. Gerak Batin
Kegiatan ini bertempat di masjid, diikuti seluruh santri sesuai urutan Daerah-nya.
Waktunya sama dengan pembacaan Burdah, yaitu pukul 11.30 s/d 12.00 malam.
Gerak batin ini diisi dengan membaca Munjiyat yang diakhiri dengan membaca
Hizbul-Futuh.
16. Jaga/Ronda Malam
Yang harus melaksanakan jaga atau ronda malam ini hanya santri yang berada di
tingkat Tsanawiyah, setiap malam empat anak dari setiap Daerah. Waktunya pukul
12.00 s/d 03.00, dengan cara berpindah-pindah dari satu pos jaga ke pos jaga yang
lain.
17. Baca Munjiyat
Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah Jumat sore, pukul 05.00 s/d 06.00.
Bertempat di Daerah.
18. Baca Ratibu al-Haddad
Pembacaan wirid ini hanya dilaksanakan oleh santri kelas I sampai V Ibt dan
murid Istidadiyah, dengan dipandu oleh Ubudiyah Daerah. Pelaksanaannya setelah
salat Subuh berjamaah, bertempat di Daerah.
19. Baca Surat Kahfi
114

Semua santri harus mengikuti kegiatan ini setelah salat Subuh berjamaah hari
Jumat. Bertempat di Daerah.
20. Olahraga
Kegiatan ini diikuti semua santri, bertempat di lapangan PPS dengan dipimpin
oleh seorang pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus. Waktu pelaksanaannya
setelah salat Subuh berjamaah, dengan mengikuti jadwal yang telah ditentukan untuk
masing-masing Daerah, kecuali Daerah I.
Untuk Daerah I, olahraganya juga dilaksanakan setelah salat Subuh berjamaah,
tapi bertempat di lapangan desa Sidogiri. Cara olahraga, berlari keliling lapangan tiga
kali. Setelah olahraga, belajar bersama di Daerah.
21. Tahfizh al-Quran
Kegiatan ini dikhususkan bagi santri yang berminat menghafal al-Quran,
bertempat di Daerah A lantai dua. Tahfizh al-Quran ini hanya diperuntukkan bagi
tingkat Tsanawiyah ke atas. Untuk Ibtidaiyah dan Istidadiyah, hanya santri yang
hafal al-Quran 10 juz lebih yang boleh masuk Tahfizh al-Quran.
Sedangkan kegiatannya, menyetor hafalan ke Pembina setiap hari, pukul 06.00 s/d
07.30 pagi, setelah Ashar s/d pukul 05.00 sore, dan setelah salat Isya s/d 09.00
malam. Pada hari Selasa, mulai pukul 07.30 pagi sampai selesai menyetor ke wakil
Pembina di dalem. Pada hari Selasa pukul 08.00 s/d 09.00 pagi dan Jumat pukul
10.00 s/d 11.30 siang takrar silang antar sesama anggota. Selain itu, latihan fashahah
(kefasihan) dan murattal (membaca tartil) dilaksanakan setiap malam Selasa setelah
salat Maghrib sampai Isya.
b) Kegiatan madrasiyah
1. Masuk Sekolah
Waktu masuk sekolah berbeda-beda sesuai dengan tingkatan madrasah, dan
bertempat di ruang-ruang MMU yang telah ditentukan. Untuk tingkat Istidadiyah
dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 10.50 siang, dengan istirahat satu kali (08.50 s/d
09.15 pagi). Sedangkan tingkat Ibtidaiyah dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 12.10
siang, dengan istirahat dua kali (08.50 s/d 09.15 pagi dan 10.35 s/d 10.50 siang).
Untuk tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pukul 12.20 siang s/d 05.00 sore.
Sedangkan tingkat Aliyah pukul 12.40 s/d 05.00 sore. Tsanawiyah dan Aliyah
istirahatnya dua kali.
115

2. Musyawarah Kelas
Musyawarah ini membahas pelajaran-pelajaran di kelas, dengan jadwal yang telah
ditentukan oleh pimpinan madrasah. Waktu pelaksanaannya sesuai dengan tingkatan
madrasah. Untuk Istidadiyah dilaksanakan pada pukul 10.50 s/d 12.00 siang. Untuk
kelas I, II, dan III Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 05.10 s/d 05.45 sore. Untuk
kelas V & VI Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d 08.45 malam. Dan untuk
tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pada pukul 10.10 s/d 11.15 malam.
3. Mengaji al-Quran
Kegiatan ini harus diikuti oleh seluruh murid LPPS (dari Luar Pondok Pesantren
Sidogiri) pada waktu kegiatan olahraga madrasah, sesuai jadwal yang telah ditetapkan
oleh pimpinan madrasah.
4. Pembinaan Baca Kitab Bagi santri yang mukim di PPS.
kegiatan ini dilaksanakan setiap malam Selasa. Sedangkan bagi murid LPPS
dilaksanakan di rumah pembinanya, sesuai dengan tempat dan waktu yang telah
ditentukan oleh pimpinan madrasah.
5. Kursus Ilmu Jiwa dan Didaktik Metodik
Kursus ini merupakan kegiatan ekstra kurikuler bagi murid Tsanawiyah pada
malam-malam tertentu. Waktu pelaksanaannya pukul 09.00 s/d 10.00 malam, dengan
jadwal dan tempat yang telah diatur oleh pimpinan madrasah. Kursus Ilmu Jiwa
(Psikologi) untuk kelas II Tsanawiyah, sedangkan Didaktik Metodik (Ilmu
Pendidikan) untuk kelas III Tsanawiyah.
6. Olahraga
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu, sesuai jadwal dari pimpinan
madrasah. Kegiatan ini sama dengan masuk sekolah, karena dilaksanakan pada jam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Yaitu pada jam pertama untuk tingkat
Ibtidaiyah, dan pada jam terakhir untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Jenis
olahraga bagi murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah adalah kasti, sedangkan bagi murid
Aliyah adalah voli. Untuk murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, berangkat dan pulang
olahraga dilakukan dengan berbaris.
116

2. PESANTREN TEBUIRENG DI JOMBANG


Selayang Pandang Pesantren Tebuireng
Tebuireng sebagai salah satu dusun di wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang mempunyai nilai historis yang besar. Dusun yang terletak 10 km. arah selatan
kabupaten Jombang ini tidak bisa dipisahkan dengan K.H.M. Hasyim Asyari, di dusun
inilah pada tahun 1899 M. Kyai Hasyim membangun pesantren yang kemudian lebih
dikenal dengan Pesantren Tebuireng. Sebagai salah satu pesantren terbesar di Jombang,
Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada
masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan.
Pondok Pesantren Tebuireng yang saat ini di bawah naungan Yayasan Hasyim
Asyari mengembangkan beberapa unit pendidikan formal dan nonformal, yaitu:
Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafiiyyah, SMP A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah
Salafiyah Syafiiyyah, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Diniyyah, dan Mahad Aly
Hasyim Asyari. Keberadaan unit-unit pendidikan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat memberikan arti tersendiri, yaitu sebagai manifestasi nilai-nilai pengabdian
dan perhatian kepada masyarakat. Dan dalam bentuk informal pesantren Tebuireng
membuka jasa layanan masyarakat berupa kesehatan (Rumah Sakit Tebuireng),
perekonomian (koperasi dan kantin). Kepercayaan dan perhatian masyarakat luas
terhadap keberadaan pesantren Tebuireng adalah dasar kemajuan dan perkembangan
Teburieng di masa depan, dengan tetap mengembangkan visi dan misi pendidikan yang
mandiri serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Visi dan Misi
Visi :
Pesantren terkemuka penghasil insan pemimpin yang berakhlaq
Misi :
1.
2.
3.
4.

Melaksanakan tata keadministrasian berbasis teknologi


Melaksanakan tata kepegawaian berbasis teknologi
Malaksanakan pembelajaran IMTAQ yang berkualitas di sekolah dan pondok
Melaksanakan pengkajian yang berkualitas kitab Adab al-Alim wa al-Mutaallim
dan Talim al-Mutaallim sebagai dasar akhlaq al-karimah
117

5. Melaksanakan pembelajaran IPTEK yang berkualitas


6. Melaksanakan pembelajaran sosial dan budaya yang berkualitas
7. Menciptakab suasana yang mendukung upaya menumbuhkan daya saing yang
sehat
8. Terwujud tata layanan publik yang baik
Sejarah Singkat Pesantren Tebuireng
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kyai Hasyim Asyari pada tahun 1899
M. Beliau dilahirkan pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzul Qadah 1287 H.
bertepatan dengan 14 Pebruari 1871 M. Kelahiran beliau berlangsung di rumah
kakeknya, Kyai Utsman, di lingkungan Pondok Pesantren Gedang Jombang.
Hasyim kecil tumbuh dibawah asuhan ayah dan ibu dan kakeknya di Gedang. Dan
seperti lazimnya anak kyai pada saat itu, Hasyim tak puas hanya belajar kepada ayahnya,
pada usia 15 tahun ia pergi ke Pondok Pesantren Wonokoyo Pasuruan lalu pindah ke
Pondok Pesantren Langitan Tuban dan ke Pondok Pesantren Tenggilis Surabaya.
Mendengar bahwa di Madura ada seorang kyai yang masyhur, maka setelah
menyelesaikan belajarnya di Pesantren Tenggilis ia berangkat ke Madura untuk belajar
pada Kyai Muhammad Kholil. Dan masih banyak lagi tempat Hasyim menimba ilmu
pengetahuan agama, hingga ahirnya beliau diambil menantu oleh salah satu gurunya yaitu
Kyai Yaqub, pada usia 21 tahun Hasyim dinikahkan dengan putrinya yang bernama
Nafisah pada tahun 1892.
Tak lama kemudian, bersama mertua dan isterinya yang sedang hamil pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sambil menuntut ilmu. Namun musibah seakan
menguji ketabahannya, karena tidak lama istrinya tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal.
kesedihan itu semakin bertumpuk, lantaran empat puluh hari kemudian buah hatinya,
Abdullah, wafat mengikuti ibunya.
Selama di Mekkah, Hasyim muda berguru kepada banyak ulama besar. Antara lain
kepada Syekh Syuaib bin Abdurrahman, Syekh Muhammad Mahfuzh at-Turmusi dan
Syekh Muhammad Minangkabau dan masih banyak lagi ulama besar lainnya.
Sejak pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren
terkemuka dan bahkan ke tanah suci Mekkah, beliau terobsesi untuk mengamalkan ilmu
118

yang telah diperoleh. Peninggalan beliau yang tidak akan pernah dilupakan orang adalah
Pondok Pesantren Tebuireng.
Tebuireng merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer
di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya jurusan Jombang Kediri.
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari kebo ireng
(kerbau hitam). Konon, ketika itu ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit
kuning (bule atau albino). Suatu hari, kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari kian
kemari, menjelang senja baru ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di
rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kulit
kerbau yang semula kuning berubah hitam. Peristiwa mengejutklan ini menyebabkan
pemilik kerbau berteriak kebo ireng ! kebo ireng !. Sejak itu, dusun tempat
ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama Kebo Ireng.
Namun ada versi lain yang menuturkan bahwa nama Tebuireng bukan berasal dari
kebo ireng seperti cerita di atas, tetapi diambil dari seorang punggawa kerajaan Majapahit
yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Namun pada perkembangan selanjutnya, ketika dusun itu mulai ramai, nama Kebo
Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui dengan pasti apakah karena itu ada
kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun tersebut yang telah banyak
mendorong masyarakat untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula, yang mungkin
tebu yang ditanam berwarna hitam, maka pada akhirnya dusun tersebut berubah menjadi
Tebuireng.
Dusun Tebuireng dulu dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian,
pelacuran dan semua perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan Hadratus Syaikh
Kyai Hasyim Asyari bersama beberapa santri yang beliau bawa dari pesantren kakeknya
(Gedang) pada tahun 1899 M. secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut
mulai berubah semakin baik, semua perilaku negatif masyarakat di Tebuireng terkikis
habis dalam masa yang relatif singkat. Dan santri yang mulanya hanya beberapa orang
dalam beberapa bulan saja jumlahnya meningkat menjadi 28 orang.

119

Awal mula kegiatan dakwah Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asyari dipusatkan di
sebuah bangunan kecil yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman
bambu (Jawa; gedek), bekas sebuah warung pelacuran yang luasnya kurang lebih 6 x 8
meter, yang beliau beli dari seorang dalang terkenal. Satu ruang depan untuk kegiatan
pengajian, sementara yang belakang sebagai tempat tinggal Kyai Hasyim Asyari
bersama istri tercinta Ibu Nyai Khodijah.
Tentu saja dakwah Kyai Hasyim Asyari tidak begitu saja memperoleh sambutan
baik dari penduduk setempat. Tantangan demi tantangan yang tidak ringan dari penduduk
setempat datang silih berganti, para santri hampir setiap malam selalu mendapat tekanan
fisik berupa senjata celurit dan pedang. Kalau tidak waspada, bisa saja diantara santri
terluka karena bacokan. Bahkan untuk tidur para santri harus bergerombol menjauh dari
dinding bangunan pondok yang hanya terbuat dari bambu itu agar terhindar dari
jangkauan tangan kejam para penjahat.
Dan gangguan yang sampai dua setengah tahun lebih itu masih terus saja berlanjut,
hingga Kyai Hasyim Asyari memutuskan untuk mengirim utusan ke Cirebon guna
mencari bantuan berbagai macam ilmu kanuragan kepada 5 kyai yakni; Kyai Saleh
Benda, Kyai Abdullah Pangurangan, Kyai Syamsuri Wanatara, Kyai Abdul Jamil Buntet
dan Kyai Saleh Benda Kerep.
Dari kelima kyai itulah Kyai Hasyim Asyari belajar silat selama kurang lebih 8
bulan. Dan sejak itulah semakin mantap keberanian Kyai Hasim Asyari untuk
melakukan ronda sendirian pada malam hari menjaga keamanan dan ketenteraman para
santri.
Dengan perjuangan gigih tak kenal menyerah Kyai Hasyim Asyari akhirnya berhasil
membasmi kejahatan dan kemaksiatan yang telah demikian kentalnya di Tebuireng.
Keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng semakin mendapat perhatian dari masyarakat
luas.
Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebuireng telah mengalami 7
kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai
berikut:

120

Periode I
Periode II

: KH. Muhammad Hasyim Asyari : 1899 1947


: KH. Abdul Wahid Hasyim : 1947 1950

Periode III : KH. Abdul Karim Hasyim : 1950 1951


Periode IV : KH. Achmad Baidhawi : 1951 1952
Periode V

: KH. Abdul Kholik Hasyim : 1953 1965

Periode VI

: KH. Muhammad Yusuf Hasyim : 1965 2006

Periode VII : KH. Salahuddin Wahid : 2006 sekarang


Perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng
Sebagai pesantren tradisional, Pondok Pesantren Tebuireng pada awal kelahirannya
telah mampu menunjukkan perannya yang sangat berarti bagi negeri ini, yang sedang
berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Maka dengan pengaruhnya yang besar
dalam masyarakat, Pondok Pesantren Tebuireng mendorong segenap lapisan masyarakat
khususnya umat Islam untuk berjuang melawan penjajah serta mengantar dan memberi
semangat bangsa ini berperang mengusir penjajah dan senantiasa mununjukkan sikap anti
pati terhadap Belanda. Bahkan pernah muncul fatwa dari Pondok Pesantren Tebuireng,
tentang haramnya memakai dasi bagi umat Islam, karena hal demikian menurut Kyai
Hasyim Asyari dianggap menyamai penjajah. Fatwa ini tujuannya tidak lain adalah
untuk membangun kesan pada masyarakat tentang betapa pentingnya sikap menentang
dan membentuk sikap anti pati terhadap penjajah, agar kemerdekaan segera diraih bangsa
ini.
Seiring dengan perjalanan waktu Pondok Pesantren Tebuireng tumbuh demikian
pesatnya, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam, masingmasing membawa misi dan latar belakang yang beragam pula. Kenyataan demikian
mendorong Pondok Pesantren Tebuireng memenuhi beberapa keinginan yang hendak
diraih para santrinya, sehingga siap berpacu dengan perkembangan zaman.
Untuk kepentingan tersebut, Pondok Pesantren Tebuireng beberapa kali telah
melakukan perubahan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana
pesantren-pesantren pada zaman itu, sistem pengajaran yang digunakan adalah metode
121

sorogan (santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), metode
weton atau bandongan ataupun halqah (kyai membaca kitab dan santri memberi makna).
Semua bentuk pengajaran tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat
pendidikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan diikuti
santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu
syariat dan bahasa Arab. Dan inilah sesungguhnya misi utama berdirinya pondok
pesantren.
Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Hasyim
Asyari pada tahun 1919 M. yakni dengan penerapan sistem madrasi (klasikal) dengan
mendirikan Madrasah Salafiyah Syafiiyah. Sistem pengajaran disajikan secara
berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.
Hingga pada tahun 1929 M. kembali dirintis pembaharuan, yakni dengan
dimasukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Satu bentuk
yang belum pernah ditempuh oleh pesantren manapun pada waktu itu. Dalam
perjalanannya penyelenggaraan madrasah ini berjalan lancar. Namun demikian bukan
tidak ada tantangan, karena sempat muncul reaksi dari para wali santri bahkan para
ulama dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi mengingat pelajaran umum
saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan semacamnya. Hingga banyak
wali santri yang memindahkan putranya ke pondok lain. Namun madrasah ini berjalan
terus, karena disadari bahwa ini pada saatnya nanti ilmu umum akan sangat diperlukan
bagi para lulusan pesantren.192
3. Pesantren Miftahul Mubtadiin di Tanjunganom Nganjuk
D. Sistem Pendidikan di Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk
sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti pesantren kehilangan ciri khasnya.

192 http://www.tebuireng.net/index.php?pilih=hal&id=4

122

Sistem pesantren adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pesantren.193
Secara faktual, pesantren dapat dipolakan pada dua tipe atau pola, yaitu berdasarkan
bangunan fisik dan berdasarkan kurikulum.
1. Tipe pesantren berdasarkan bangunan fisik.
Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren
mempunyai lima tipe, yaitu:

Tabel 4
Tipe Pesantren Berdasarkan Bangunan Fisik.194
Tipe
Tipe: I
Masjid
Rumah Kyai

Keterangan
Pesantren ini masih bersifat sederhana, di mana kyai
menggunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk mengajar. Tipe
ini santri hanya datang dari daerah pesantren ini sendiri, namun
mereka telah mempelajari agama secara kontinyu dan sitematis.
Metode pengajaran: wetonan dan sorongan.

193 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Cet. III; Jakarta: Bina Aksara.1995), hlm.
257.

194 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
(Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 66.

123

Tipe II:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama

Tipe III:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah

Tipe IV:

Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah
Tempat Keterampilan

Tipe V:

Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah
Tempat Keterampilan
Perguruan Tinggi
Gedung Pertemuan
Tempat Olahraga
Sekolah Umum

Tipe pesantren ini telah memiliki pondok atau asrama yang


disediakan bagi santri yang datang daerah di luar pesantren.
Metode pengajaran: wetonan dan sorongan.
Pesantren ini telah memakai sistem klasikal, santri yang tinggal di
pesantren mendapat pendidikan di madrasah. Adakalanya santri
madrasah itu datang dari daerah sekitar pesantren itu sendiri. Di
samping sistem klasikal, kyai memberikan pengajian dengan
sistem
wetonan.
Dalam tipe ini di samping memiliki madrasah, juga memiliki
tempattempat keterampilan. Misalnya: peternakan, pertanian, tata
busana, tata boga, toko, koperasi, dan sebagainya.

Tipe pesantren ini sudah berkembang dan bisa digolongkan


pesantren mandiri. Pesantren ini seperti ini telah memiliki
perpustakaan, dapur umum, ruang makan, rumah penginapan
tamu, dan sebagainya. Di samping itu pesantren ini mengelola
SMP, SMA dan SMK.

2. Tipe pesantren berdasarkan kurikulum.


Berdasarkan kurikulum atau sistem pendidikan yang dipakai, pesantren mempunyai
tiga tipe, yaitu:
a. Pesantren Tradisional (salf)
Pesantren ini masih mempertahankan bentuk aslinya dengan mengajarkan kitab yang
ditulis oleh ulama abad ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannya
dengan menerapkan sistem halaqah atau mangaji tudang yang dilaksanakan di masjid.
Hakikat dari sistem pengajaran halaqah ini adalah penghapalan yang titik akhirnya dari
segi metodologi cenderung kepada terciptanya santri yang menerima dan memiliki

124

ilmu.195 Artinya ilmu tidak berkembang ke arah paripurnanya ilmu itu, melainkan hanya
terbatas pada apa yang diberikan kyai. Kurikulum sepenuhnya ditentukan oleh para kyai
pengasuh pondok.
b. Pesantren Modern (khalaf atau ashry)
Pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya
cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar klasikal dan meninggalkan sistem belajar
tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini terutama tampak pada penggunaan kelas
belajar baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah
kurikulum nasional.196 Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses
pembelajaran dan sebagai pengajar di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan madrasah
terletak pada porsi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai
kurikulum lokal.
c. Pesantren Komprehensif.
Tipe pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara
tradisional dan modern.19749 Pendidikan diterapkan dengan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorongan, bandongan dan wetonan yang biasanya diajarkan pada malam
hari sesudah salat Magrib dan sesudah salat Subuh. Proses pembelajaran sistem klasikal
dilaksanakan pada pagi sampai siang hari seperti di madrasah/sekolah pada umumnya.
Ketiga tipe pesantren tersebut memberikan gambaran bahwa pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang berjalan dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Dimensi kegiatan sistem pendidikan dilaksanakan oleh pesantren bermuara pada sasaran
utama yaitu perubahan baik secara individual maupun kolektif. Perubahan itu berwujud
pada peningkatan persepsi terhadap agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri juga
dibekali dengan pengalaman dan keterampilan dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia. Ada beberapa ciri umum dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
sekaligus sebagai lembaga sosial yang secara informal terlibat dalam pengembangan
masyarakat. Zamakhsyari Dhofier mengajukan lima unsur yang merupakan elemen
pesantren, yaitu pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri, dan kyai.198
195 Mastuhu, Dinamika..., hlm. 157.
196 M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan: Kasus Pondok Pesantren
An-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Madura (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu, 2001), hlm. 14.
197 Ibid., hlm. 15.
198 Zamakhsyari Dhofier Tradisi Pesantren: Studi..., hlm, 44-60.

125

Kelima lima unsur pesantren tersebut diuraikan sebagai berikut:


1. Masjid
2. Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan kaum muslimin. Di dunia
pesantren, masjid dijadikan sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian
modern maupun tradisional. Dalam konteks yang lebih jauh, masjidlah yang menjadi
pesantren pertama, tempat berlangsung proses pembelajaran. Seorang kyai yang ingin
mengembangkan sebuah pesantren biasanya akan mendirikan masjid di dekat
rumahnya199.
2. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Di pondok seorang santri patuh
dan taat terhadap peraturan yang dibuat oleh pesantren. Ada beberapa alasan pokok
pentingnya pondok dalam pesantren, yaitu:
a) Banyaknya santri yang berdatangan dari daerah yang jauh untuk menuntut ilmu.
b) Pesantren biasanya terletak di desa, di mana tidak tersedia perumahan untuk
menampung santri yang berdatangan dari luar daerah.
c) Adanya sikap sikap timbal balik antara kyai dan santri, sehingga para santri
menganggap kyai dan para pengasuh adalah orangtuanya sendiri.200
Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya menjadi operasionalisasi dari
pendidikan yaitu mendidik dan mengajar. Hal ini merupakan fase pembinaan dan
peningkatan kualitas manusia sehingga bisa mandiri dan menjadi kader masa depan
bangsa.
3. Kyai (anregurutta)
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang kyai. Kyai atau
anregurutta pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seorang yang
mempunyai ilmu agama yang luas, kharismatik dan berwibawa.201 Keberadaan kyai
dalam pesantren sangat sentral. Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren
apabila memiliki tokoh sentral yang disebut kyai. Bahkan maju mundurnya satu
pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma seorang kyai.
4. Santri.
199 M. Bahri Ghazali, Pendidikan...,hlm. 19.
200 Haidar Putra Daulay, Sejarah..., hlm. 63.
201 M. Bahri Ghazali, Pendidikan...,hlm. 21.
126

Tradisi pesantren mengenal dua kelompok santri, yaitu santri muqim dan santri
kalong.202 Dikatakan santri muqi>m jika mereka menetap di pondok atau asrama
pesantren selama memperdalam kajian ilmu khususnya kitab-kitab klasik Islam.
Sedangkan santri kalong, karena selama memperdalam ilmu-ilmu keislaman mereka tidak
menetap di pondok.
5. Pengajian Kitab-Kitab Klasik (Kuning).
Kitab Islam klasik yang lebih populer dengan kitab kuning atau kitab gundul.20355
Pengajaran kitab klasik di pesantren merupakan upaya memelihara dan mentransfer
literatur Islam klasik. Pengajaran kitab Islam klasik dijadikan sebagai sarana untuk
membekali para santri dengan pemahaman warisan keilmuan Islam masa lampau atau
jalan kebenaran menuju kesadaran diri dan pembersihan hati (tazkiyah al-nafs), bahkan
juga dengan tugas masa depan dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran kitab Islam
Islam merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk membekali santri sebagai calon
ulama dengan ilmu keislaman yang kelak ditransfer kepada masyarakat secara lebih luas.
Adapun metode yang lazim digunakan dalam pesantren adalah metode wetonan,
bandongan dan sorogan.204 Pada umumnya fungsi pendidikan di pesantren adalah untuk
mencetak calon ulama dan para muballig yang tabah, tangguh, dan ikhlas serta sanggup
berkorban dalam menyiarkan agama Islam.
E. Prospek Penyelenggaraan dan Pengembangan Pesantren Masa Kini
Umat beragama dan lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan
modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa serta merupakan potensi
nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia. Pendidikan agama tidak
dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Keberhasilan pembangunan nasional harus ditunjang dengan pendidikan dan
pengajaran agama. Dengan pendidikan dan pengajaran agama, warga negara akan
202 Abdullah Aly Pendidikan..., hlm. 167.
203 Sebutan kitab kuning karena pada umumnya kitab aslinya berwarna kuning, sementara kitab
gundul karena pada umumnya kitab klasik Islam tidak memiliki harakat.
204 Lihat: Abdullah Aly, Pendidikan..., hlm 165-167. Lihat pula: M. Bahri Ghazali,
Pendidikan...,hlm. 24. dan Marwan Saridjo, Pendidikan..., hlm. 46-47.

127

memperoleh pendidikan moral dan budi pekerti yang akan membentuk bangsa Indonesia
menjadi warga negara yang bermoral, bertanggung jawab, dan tahu nilai-nilai budaya
yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.
Dengan modal jiwa yang bersih, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berbudi pekerti luhur, pembangunan nasional Indonesia dapat berjalan sukses dan
lancar. Akan tetapi, pendidikan agama tidak boleh bertentangan dengan pembangunan
nasional. Semua bentuk pendidikan di Indonesia harus berdasarkan pada filsafat bangsa,
Pancasila. Sistem ini dikenal dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Semua tujuan
pendidikan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari ketentuan dan tujuan pendidikan
nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam ketentuan umum dijelaskan sebagai berikut:
Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.205
Sedangkan untuk kemudahan layanan pendidikan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga
merincikannya yang termaktub dalam Pasal 11 Ayat (1):
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.20658
Atas dasar inilah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin
berlangsungnya pelaksanaan pendidikan, dengan tidak membedakan antara pendidikan
umum dan pendidikan agama. Hal ini diperjelas lagi dalam Ayat (2) pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun.207
205 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: Cemerlang, 2005), hlm. 102.
206 Ibid., hlm. 111.
207 Ibid., hlm. 111.
128

Pesantren telah memberikan tanggapan positif terhadap pembangunan nasional


dalam bidang pendidikan. Dengan didirikannya sekolah-sekolah umum maupun
madrasah-madrasah di lingkungan pesantren membuat pesantren kaya diverifikasi
lembaga pendidikan dan peningkatan institusional pondok pesantren dalam kerangka
pendidikan nasional.
Pemerintah memberikan wewenang penuh kepada Departemen Agama (Kementerian
Agama) Republik Indonesia untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan di Madrasah
dan Pondok Pesantren, baik dalam hal pembiayaan, pengadaan dan pengembangan
sumberdaya manusia. Pengembangan kelembagaan dan sarana, serta peningkatan mutu
lembaga pendidikan agama tersebut.
Pemerintah memiliki perhatian melalui Undang-Undang Republik Indonesia nomor
20 tahun 2003 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Dalam peraturan pemerintah
tersebut dijelaskan eksistensi pesantren dalam pasal 26, sebagai berikut:
1) Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk
menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang
memiliki keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di
masyarakat.
2) Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis
pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
menengah, dan/atau pendidikan tinggi.
3) Peserta didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang
ilmu agama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi
pendidik mata pelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan yang memerlukan, setelah menempuh uji kompetensi sesuai
ketentuan Peraturan Perundangundangan.208
Dalam ayat (3) ini memberikan pengakuan terhadap alumni pesantren untuk menjadi
pendidik dalam mengajarkan ilmu agama pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan
setelah mendapat pengakuan melalui uji kompetensi yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengakuan terhadap ini tentu melalui pengakuan surat bukti menamatkan
pendidikan di pesantren atau ijazah/syahadah. Untuk itu, Direktorat Jenderal
Kelembagaan Islam mengeluarkan surat edaran tentang legalisasi ijazah pesantren. Salah
208 Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan,
www.pesantren.net., akses tanggal 23 April 2011.
129

satu butir isi surat edaran ini adalah tentang mata pelajaran yang harus dipenuhi pesantren
agar ijazah lembaga pendidikan ini diakui keabsahannya. Surat edaran ini menjadi
petunjuk teknis (juknis) bagi pesantren tentang tatacara pemberian sertifikat/ijazah bagi
para santri yang menamatkan pendidikannya di pesantren. Mata Pelajaran yang harus
dipenuhi pesantren untuk legalisasi ijazah, yaitu tingkat Ibtidaiyah meliputi: Al-Quran,
Tauhid, Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat
Tsanawiyah meliputi: Al-Quran, Tauhid, Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Tajwid,
serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat Aliyah meliputi Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu
Hadis, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Balaghah, serta Pelajaran
pendukung lain.209
Sejak tahun 2005, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren setiap
tahunnya memberikan beasiswa kepada 500 santri yang berprestasi untuk mengikuti
pendidikan sarja di Universitas Indonesia, Insitut Teknologi Bandung, Insitut Pertanian
Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Insitut Teknologi Surabaya, dan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.210
Pesantren juga berhasil mengembangkan perguruan tinggi. Pada tahun 2001
Pesantren Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah mendirikan Universitas Sains Al-Quran
(UNSIQ). Pada tahun 2008 dibuka Program Pascasarjana bidang studi Pendidikan Islam
dan studi Ilmu Al-Quran. Pada tahun 2009, mahasiswa UNSIQ mencapai lima ribu
orang, dengan membina beberapa fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
Fakultas Bahasa dan Sastra, Fakultas Ekonomi, Akademi Keperawatan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Syariah dan Hukum
Islam serta Program Pascasarjana.211 Hal ini juga dilakukan oleh pesantren-pesantren
yang ada di Sulawesi Selatan, seperti pesantren yang berada di bawah naungan Darud
Dakwah wal-Irsyad membuka perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI).

209 Surat Edaran Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Nomor : DJ.I/PP.00.7/940/2008 tanggal
29 Juli 2008, www.kemenag.go.id., akses tanggal 23 April 2011.
210 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Membangun., hlm. 229.
211 Ibid., hlm. 330.
130

Terlepas dari prospek masa depan pesantren, ada beberapa masalah yang dihadapi
pesantren disebabkan keterbatasan kemampuan pengelolanya. Masalah tersebut antara
lain:
1) Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. Selama ini,
kehidupan pondok pesantren yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaannya
tampak masih memerlukan tingkat penyadaran dalam melaksanakan pola hidup
yang bersih dan sehat yang didorong oleh penataan dan penyediaan sarana dan
prasarana yang layak dan memadai.
2) Sumber daya manusia. Sekalipun sumber daya manusia dalam bidang keagamaan
tidak dapat diragukan lagi, tetapi dalam rangka meningkatkan eksistensi dan
peranan pondok pesantren dalam bidang kehidupan sosial masyarakat, diperlukan
perhatian yang serius. Penyediaan dan peningkatan sumber daya manusia dalam
bidang manajemen kelembagaan, serta bidang-bidang yang berkaitan dengan
kehidupan sosial masyarakat, harus menjadi prioritas pesantren.
3) Manajemen kelembagaan. Manajemen merupakan unsur penting dalam
pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa pesantren dikelola
secara tradisional apalagi dalam penguasaan informasi dan teknologi yang masih
belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses pendokumentasian (data
base) santri dan alumni pesantren yang masih kurang terstruktur.
4) Kemandirian ekonomi kelembagaan. Kebutuhan keuangan selalu menjadi kendala
dalam melakukan aktivitas pesantren, baik yang berkaitan dengan kebutuhan
pengembangan pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian pesantren.
Tidak sedikit proses pembangunan pesantren berjalan dalam waktu lama yang
hanya menunggu sumbangan atau donasi dari pihak luar, bahkan harus melakukan
penggalangan dana di pinggir jalan.
5) Kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat. Pesantren masih
berkonsentrasi pada peningkatan wawasan dan pengalaman keagamaan santri dan
masyarakat. Apabila melihat tantangan kedepan yang semakin berat, peningkatan
kapasitas santri dan masyarakat tidak hanya cukup dalam bidang keagamaan
semata, tetapi harus ditunjang oleh kemampuan yang bersifat keahlian.212
Tapi dengan masalah yang dihadapi, pesantren pada umumnya dipahami sebagai
lembaga pendidikan agama yang bersifat tradisional yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat melalui suatu proses sosial. Pesantren selain sebagai lembaga pendidikan
juga berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh. Keberadaannya memberikan
pengaruh dan warna keberagaman dalam kehidupan masyarakat sekitrnya, tidak hanya di
wilayah administrasi pedesaan, tetapi tidak jarang melintasi daerah di mana pesantren itu
berada.213
212 Saifuddin Amir, Pesantren, Sejarah dan Perkembangannya (Cet. I; Bandung: Pustaka Pelajar,
2006), hlm. 57.
213 Dari hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
dan Sosial (LP3ES) terhadap Pesantren al-Falakh dan delapan pesantren lainnya di daerah Bogor, pada
131

Pesantren dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change) sebagai lembaga


perantara yang diharapkan dapat berperan sebagai dinamisator dan katalisator
pemberdayaan sumber daya manusia, penggerak pembangunan di segala bidang, serta
pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era global.
Sebagai suatu lembaga pendidikan yang hidup di tengah arus modernisasi, agar
eksistensinya tetap bisa dipertahankan, pesantren diwajibkan oleh tuntutan-tuntutan hidup
anak didiknya dalam kaitannya dengan perkembangan zaman untuk membekali mereka
dengan keahlian melalui berbagai macam pendidikan dan keterampilan. Tujuan
pendidikan pesantren adalah terbentuknya manusia yang memiliki kesadaran setinggitingginya akan bimbingan Islam yang bersifat menyeluruh dan dilengkapi dengan
kemampuan untuk mengadakan respons terhadap tantangan dan tuntutan hidup dalam
konteks ruang dan waktu baik di Indonesia maupun dunia abad sekarang.
Berdasarkan pembahasan seputar pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam,
kiranya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pesantren yang dikenal sekarang berasal dari Jawa, walaupun pada abad ke-7 M.
Telah diketahui terdapat komunitas muslim di Indonesia (Peureulak), namun
lembaga pendidikan pada masa itu dikenal nama meunasah. Pesantren diartikan
sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, kiyai
sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan
pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri.
2. Perkembangan pesantren dari masa ke masa tetap mengalami perkembangan yang
signifikan, walaupun pada masa penjajahan Belanda, lembaga pendidikan Islam
mengalami penurunan kuantitas karena tindakan diskriminatif penjajah Belanda.
Namun, pesantren tetap eksis karena kemampuan pengelola pesantren menyiasati
segala kebijakan penguasa dari masa ke masa. Pada tahun 2001, pemerintah
melalui Kementerian Agama Republik Indonesia membentuk Direktorat

awal tujuh puluhan, diperoleh kesimpulan bahwa selain lembaga pendidikan, sejumlah pesantren di Jawa
Barat ternyata juga berperan sebagai lembaga sosial yang mempunyai pengaruh signifikan di tingkat desa,
kecamata, dan bahkan melintasi wilayah kabupaten di mana pesantren itu berada. Lihat: Amin Haedari, et
al., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Cet. I;
Jakarta: IRD Press, 2004), hlm 193

132

Pendidikan Diniyah dan Pesantren setelah menyadari perkembangan pesantren


yang pesat.
3. Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren
mempunyai lima tipe berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki
pesantren itu sendiri. Sedangkan berdasarkan kurikulum, pesantren terbagi tiga,
yaitu pesantren tradisional (salafiyah), pesantren modern (khalaf atau asriyah)
dan pesantren komprehensif (kombinasi). Pesantren memiliki lima unsur atau
elemen, yaitu masjid, kyai, pondok, santri, dan pengajian kitab kuning (tafaqquh
fi al-din).
4. Pemerintah telah memberikan porsi yang sama antara lembaga pendidikan umum
dengan lembaga pendidikan agama Islam dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan. Pesantren pada masa sekarang diharapkan menjadi agen
perubahan (agent of change) sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat
berperan sebagai dinamisator dan katalisator pemberdayaan sumber daya
manusia, penggerak pembangunan di segala bidang, serta pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era global.
F. Menyingkap Nilai di Dunia Pesantren
1) Antara pembaharuan dan tradisi.
Dalam wacana filsafat pendidikan Islam, eksistensi manusia
merupakan salah satu obyek kajian menarik, karena di dalam diri
manusia terdapat potensi-potensi yang dia naggap unik dajn terkadang
sulit di mengerti oleh dirinya sendiri. Kelebihan yang ada pada
manusia sehingga membedakan lainnya adalah akal. Akal bukanlah
rasio, dan rasio bukanlah akal. Akal merupakan jaringan antara apa
yang di tangkap oleh indera dan sesuatu yang berada di luar
pengalaman empirik214

214 Ali Al-Jumbulati dan Abdul Fatuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan


Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm 183
133

Nam un dalam hal m enentukan lang kah kehidupan, m anusia di


berikan kebebasan untuk m em ilih. A llah SW T telah m em berikan
kepada m anusia untuk m enentukan jalan hidupny a, seperti dalam
f ir m an A llah sw t dalam surat A r- Raad ay at 11:

A rtin ya: Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu


kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri215
Dala m kaitan ini, pesantren seba gai salah satu le mba ga pendidikan
isla m, m e miliki potensi dan peluan g y a n g positif dala m m e m bantu
pen ge m ban gan potensi dasar m a nusia berupa pen ge m ban gan
akaln ya. Pesantren m e rupakan salah satu jenis pendidikan Isla m di
Indonesia y a n g bersifat tradisional untuk m e n dala mi a ga ma Isla m, dan
m e n ga malkann ya seba gai pedo man hidup keseharian, den gan
m e nekankan pentin gn y a m o ral dala m kehidupan ber mas yarakat.
Kehadirn pendidikan pesantren m e m p un yai peranan tersendiri. Jika
ditilik dari spectru m pe mban g unan ban gsa, pondok pesantren di
sampin g di sa mpin g m e njadi le mba ga pendidikan Isla m, ju ga seba gai
ba gian dari infrastruktur m as ya rakat y a n g secara sosio cultural ikut
berkiprah dala m proses pe m bentukan kesadaran m as ya rakat untuk
m e miiliki idealisme de mi ke majuan ban gsa dan Ne gara.
Peran y a n g strate gis dari pesantren seperti itu m e njadikan
pendidikan pesantren seba gai objek kajian y a n g m e narik. Pesantren
seba gai salah satu le mba ga pendidikan Isla m harus dapat m e njadi
salah satu pusat stud y pe mbaharuan pe mikiran dala m Isla m 216.
Me man g m ulai decade 1970-an t welah m e njadi perubahan y a n g
cukup besar pada keberadaan pesantren seba gai sebuah syste m
pendidikan. Pesantren sebuah bentuk syste m tradisional, m ulai
215 Drs.H. Mansur, MSI, Moralitas Pesantren, Safiria Insani Press, Yogyakarta, 2004, hlm
4
216 Ibid, hlm 8
134

berubah. Jika sebelu m n y a syste m pesantren di kenal seba gai bentuk


syste m pendidikan non sekolah (kelas bandon gan tradisional), y a n g
m u ncul ke mudian sebalikn ya.
Me man g adan ya syste m persekolahan di lin gkun gan pesantren
tidak den gan serta m e rta m e n g g usur syste m kelas bandongan y a n g
sela ma ini di kena.kitab - kitab klasik (kunin g) m asih terus diajarkan
oleh pi mpinan pesantren 217.
Jadi den gan de mikian den gan adan ya perubahan - perubahan
seperti itu m e n y e babkan output keil muan pesantren berpijak pada dua
kaki, y aitu kaki tradisi dan pembaharuan. Pijakan perta ma m e rupakan
m o ralitas khas pesantren, sedan gkan pijakan kedua m e ru pakan
pesantren dala m m e n gantisipasi perke mban gan tradisi keil muan
pesantren di masa m e ndatan g 218.
2) Proses Pembentukan Nilai
Pendidikan Isla m dala m kaitan ya den gan pesantren adalah
transfor masi il mu pen getahuan dan internalisasi nilai-nilai kepada
santri (peserta didik) den gan m e perhatikan perke m ban gan dan
pertru m b u han fitrah de mi m e ncapai kebaha giaan hidup di dunia dan di
akhirat. Inti dari m e n didik secara Isla mi adalah m e nstranfer il mu dan
m e m asukkan nilai -nilai. Ilmu pen getahuan y a n g di m a ksud adalah ilmu
pen getahuan y a n g m e me n uhi criteria episte molo g y Isla m y a n g tujuan
akhirn ya han ya untuk m e n genal dan m e n ya dari diri pribadi dan
relasin y terhadap Allah swt, sesa ma m a nusia dan ala m se mesta.
Adapun nilai-nilai y a n g di m a ksud adalah nilai -nilai ilahi yah dan nilai nilai insaniah. Nilai -nilai ilahi yah bersu m ber sifat - sifat Allah dan hoku m huku m Allah, baik berupa hoku m tertulis (Quraniyah) m a up un tidak
tertulis (kauniah. Sebalikn ya, insaniah m e ru pakan m e ru pakan nilainilai y a n g terpancar da ya cipta, rasa dan kersa m a n usia y a n g butuh
217 Ibid, hlm 10
218 Ibid, hlm 12

135

untuk m e m e nu hi kebutuhan peradaban m a n usia, y a n g m e miliki sifat


dina mis te m porer.
Nilai itu sendiri pada akhirn ya m e m bentuk m o ralitas, sebab
m e nu rut Muha m m a d Noor Sya m nilai adalah suatu penetapan atau
suatu kualitas objek y a n g m e n y a n gkut suatu jenis atau apresiasi atau
minat. Walaupun dala m Isla m m e miliki nilai -nilai sama wi y a n g bersifat
absolute dan uni versal, isla m m asih m e n gakui adan ya nilai tradisi
m as ya rakat. Berkaitan dena g pentin gn y a nilai tradisi y a n g perlu di
beriakan kepada peserta didik, m aka dala m tradisi pesantren ada
postulat y a n g telah m e njadi m o ralitas pendidikan pesantren, y aitu:









Melestariakn nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai
baru yang lebih positif.
Itu sebenarn ya tidak lepas dari rujukan pandan gan hidup ula ma
y a n g kini m e minpin pesantren y a n g bercorak pada pendidikan fkih
sufstik den gan orientasi nilai m o ral y a n g san gat m e nekankan
pentin gn ya kehidupan ukhra wi diatas dunia wi , a ga ma diatas ilmu dan
m o ral diatas akal 219.
Perbedaan orientasi antara pendidikan pesantren dan sekolah. Jika
orientasi sekolah u m u m di arahkan untuk m e nin gkatkan kecerdasan
dan ketera m pilan dala m hidup kedunia wian, pesantren m e n garahkan
orientasin ya pada pe m binaan m o ral dala m konteks kehidupan ukhra wi.
Jadi den gan de mikian nilai -nilai y a n g terkandun g di dala m
pendidikan pesantren adalah fikih su fistik y a n g lebih m e n gedepankan
m o ralitas/akhlaq kea ga maan de mi kepentin gan hidup di akhirat. Nilainilia tersebut ke mu dian m e njadi cirri khas m o ralitas pendidikan
pesantren y a n g haru di serap oleh santrin ya. Moralitas tersebut
ke mu dian m e m b entuk pandan gan hidup santri, seperti ketaatan
kepada kiai. Hali ini bisa dilihat dan dirasakan apabila seoran g pernah
y a ntri di pesantren, ba gai mana m o del kepe mi m pinan pada k yai dan
219 Drs.H. Mansur, MSI, Moralitas Pesantren, hlm 17
136

santri. Terlihat betapa keta wadh uan seoran g santri dala m


berko m unikasi den gan k yai. Seoran g santri san gat m e n g har gai dan
m e njunjun g tin g gi nili -nilai tradisi kepesantrenan 220.
3) Menyikap Moralitas Pesantren.
Seba gai a gen pe waris buda ya (a gen of of conser vati ve), pesantren
berperan seba gai pe waris buda ya m elalui pendidikan syste m nilai dan
keperca yaan, pen getahuan, nor ma - nor ma, serta dat kebiasaan dan
berba gai perilaku tradisional y a n g telah m e m b uda ya di wariskan pada
suatu ge nerasi ke ge naerasi berikutn ya.
Tegasn ya, le mba ga pendidikan pesantren m e rupakan te mpat
sosialisasi dan internalisasi nilai -nilai y a n g telah m e m b u da ya. Oleh
karena itu, penetapan kurikulu m le mba ga pendidikan pesantren dan
tujuann ya atas nilai-nilai pen getahuan serta aspirasi dan pandan gan
hidup y a n g y a n g berlaku dan di hor mati m as y rakat.
Seba gai mana la yakn ya le mba ga pendidikan, pendidikan pesantren
ju ga m e miliki pendidikan y a n g jelas, tujuan u m u m pendidikn pesantren
adalah m e m bi m bin g anak didik (santri) untuk m e najdi kepribadian
isla m y a n g den gan a ga man y a ia san g g u p m e njadi m u balligh Isla m
dala m m as yarakat sekitar m elalui il mu dan a maln ya. Sedan gkan
tujuan khususn ya adalah m m p ersiapkan santri m e njadi oran g ali m dan
m e ndala mi il mu a ga ma n ya y a n g di ajarkan oleh k yai y a n g
bersan gkutan serta m e n ga malkann ya dala m m as ya rakat.
Den gan de mikian tujuan terpentin g pendidikan pesantren adalah
m e m ban gu n m o ralitas a ga ma santri den gan pen ga malann ya. Dala m
hal ini berarti y a n g m e njadi focus tujuan pendidikan pesantren adalah
m e m berda yakan santri 221.
BAB VII
BIOGRAFI ULAMA-ULAMA PENDIRI NU
DAN ULAMA PERINTIS PESANTREN
220 Drs.H. Mansur, MSI, Moralitas Pesantren, hlm 19
221 Drs.H. Mansur, MSI, Moralitas Pesantren, hlm 26
137

1. Biografi KH Hasyim Al Asyari Pendiri Nahdlatul Ulama (1287 1366H)


KH Hasyim Al Asyari adalah seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU),
organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Ia juga pendiri pesantren Tebuireng,
Jawa Timur dan dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain
mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-buku
pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.
Karya dan jasa Kiai Hasyim Asyari yang lahir di Pondok Nggedang, Jombang, Jawa
Timur, 10 April 1875 tidak lepas dari nenek moyangnya yang secara turun-temurun
memimpin pesantren. Ayahnya bernama Kiai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang
berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Kiai
Hasyim Asyari merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, yang juga dikenal dengan
Lembu Peteng, ayah Jaka Tingkir yang menjadi Raja Pajang (keturunan kedelapan dari
Jaka Tingkir).222
Kelahiran Dan Masa Kecil
Tidak jauh dari jantung kota Jombang ada sebuah dukuh yang bernama Ngedang
Desa Tambak Rejo yang dahulu terdapat Pondok Pesantren yang konon pondok tertua di
Jombang, dan pengasuhnya Kiai Usman. Beliau adalah seorang kiai besar, alim dan
sangat berpengaruh, istri beliau Nyai Lajjinah dan dikaruniai enam anak:
1.
2.
3.
4.
5.

Halimah (Winih)
Muhammad
Leler
Fadli
Arifah

Halimah kemudian dijodohkan dengan seorang santri ayahandanya yang bernama


Asyari, ketika itu Halimah masih berumur 4 tahun sedangkan Asyari hampir beruisa 25
tahun. Mereka dikarunia 11 anak:
222 Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj'ari, hlm. 55 atau lihat Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama
Biografi K.H. Hasyim Asy'ari, LKiS. hlm. 17

138

1. Nafiah
2. Ahmad Saleh
3. Muhammad Hasyim
4. Radiyah
5. Hasan
6. Anis
7. Fatonah
8. Maimunah
9. Maksun
10. Nahrowi, dan
11. Adnan.223
Muhammad Hasyim, lahir pada hari Selasa Tanggal 24 Dzulqodah 1287 H,
bertepatan dengan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Masa dalam kandungan dan kelahiran
KH.M. Hasyim Asyari, nampak adanya sebuah isyarat yang menunjukkan kebesarannya.
diantaranya, ketika dalam kandungan Nyai Halimah bermimpi melihat bulan purnama
yang jatuh kedalam kandungannya, begitu pula ketika melahirkan Nyai Halimah tidak
merasakan sakit seperti apa yang dirasakan wanita ketika melahirkan.
Di masa kecil beliau hidup bersama kakek dan neneknya di Desa Ngedang, ini
berlangsung selama enam tahun. Setelah itu beliau mengikuti kedua orang tuanya yang
pindah ke Desa Keras terletak di selatan kota Jombang dan di desa tersebut Kiai Asyari
mendirikan pondok pesantren yang bernama Asyariyah.
Principle of early learning, mungkin teori ini layak disandang oleh beliau,
berdasarkan kehidupan beliau yang mendukung yaitu hidup dilingkungan pesantren,
sehingga wajar kalau nilai-nilai pesantren sangat meresap pada dirinya, begitu pula nilainilai pesantren dapat dilihat bagaimana ayahanda dan bundanya memberikan bimbingan
kepada santri, dan bagaimana para santri hidup dengan sederhana penuh dengan
keakraban dan saling membantu..
Belajar Pada Keluarga

223 Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, LKiS. hlm. 18

139

Perjalanan keluarga beliau pulalah yang memulai pertama kali belajar ilmu-ilmu
agama baik dari kakek dan neneknya. Desa Keras membawa perubahan hidup yang
pertama kali baginya, disini mula-mula ia menerima pelajaran agama yang luas dari
ayahnya yang pada saat itu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Asyariyah. Dengan
modal kecerdasan yang dimiliki dan dorongan lingkungan yang kondusif, dalam usia
yang cukup muda, beliau sudah dapat memahami ilmu-ilmu agama, baik bimbingan
keluarga, guru, atau belajar secara autodidak. Ketidakpuasannya terhadap apa yang sudah
dipelajari, dan kehausan akan mutiara ilmu, membuatnya tidak cukup hanya belajar pada
lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun di Desa Keras (umur 15 tahun)
yakni belajar pada keluarganya, beliau mulai melakukan pengembaraanya menuntut ilmu.
Mengembara ke Berbagai Pesantren
Dalam usia 15 tahun, perjalanan awal menuntut ilmu, Muhammad Hasyim belajar ke
pondok-pondok pesantren yang masyhur di tanah Jawa, khususnya Jawa Timur. Di
antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo,
Tringgilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban (sekarang diasuh oleh K.H Abdullah
Faqih), kemudian Bangkalan, Madura, di bawah bimbingan Kiai Muhammad Khalil bin
Abdul Latif (Syaikhuna Khalil).
Ada cerita yang cukup mengagumkan tatkala KH.M. Hasyim Asyari ngangsu
kawruh dengan Kiai Khalil. Suatu hari, beliau melihat Kiai Khalil bersedih, beliau
memberanikan diri untuk bertanya. Kiai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di
WC, Kiai Hasyim lantas usul agar Kiai Khalil membeli cincin lagi. Namun, Kiai Khalil
mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin istrinya. Setelah melihat kesedihan di wajah
guru besarnya itu, Kiai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut didalam
WC. Akhirnya, Kiai Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC, dengan penuh
kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kiai Hasyim menemukan cincin
tersebut. Alangkah bahagianya Kiai Khalil atas keberhasilan Kiai Hasyim itu. Dari
kejadian inilah Kiai Hasyim menjadi sangat dekat dengan Kiai Khalil, baik semasa
menjadi santrinya maupun setelah kembali ke masyarakat untuk berjuang. Hal ini terbukti
dengan pemberian tongkat saat Kiai Hasyim hendak mendirikan Jamiyah Nahdlatul
140

Ulama yang dibawa KH. Asad Syamsul Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Syafiiyah
Situbondo).
Setelah sekitar lima tahun menuntut ilmu di tanah Madura (tepatnya pada tahun 1307
H/1891 M), akhirnya beliau kembali ke tanah Jawa, belajar di pesantren Siwalan, Sono
Sidoarjo, dibawah bimbingan K. H. Yaqub yang terkenal ilmu nahwu dan shorofnya.
Selang beberapa lama, Kiai Yaqub semakin mengenal dekat santri tersebut dan semakin
menaruh minat untuk dijadikan menantunya.
Pada tahun 1303 H/1892 M., Kiai Hasyim yang saat itu baru berusia 21 tahun
menikah dengan Nyai Nafisah, putri Kiai Yaqub. Tidak lama setelah pernikahan tersebut,
beliau kemudian pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama istri
dan mertuanya. Disamping menunaikan ibadah haji, di Mekah beliau juga memperdalam
ilmu pengetahuan yang telah dimilkinya, dan menyerap ilmu-ilmu baru yang diperlukan.
Hampir seluruh disiplin ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan hadits Rasulullah SAW yang menjadi kegemarannya sejak di tanah air.
Perjalanan hidup terkadang sulit diduga, gembira dan sedih datang silih
berganti.demikian juga yang dialami Kiai Hasyim Asyari di tanah suci Mekah. Setelah
tujuh bulan bermukim di Mekah, beliau dikaruniai putra yang diberi nama Abdullah. Di
tengah kegembiraan memperoleh buah hati itu, sang istri mengalami sakit parah dan
kemudian meninggal dunia. empat puluh hari kemudian, putra beliau, Abdullah, juga
menyusul sang ibu berpulang ke Rahmatullah. Kesedihan beliau yang saat itu sudah
mulai dikenal sebagai seorang ulama, nyaris tak tertahankan. Satu-satunya penghibur hati
beliau adalah melaksanakan thawaf dan ibadah-ibadah lainnya yang nyaris tak pernah
berhenti dilakukannya. Disamping itu, beliau juga memiliki teman setia berupa kitabkitab yang senantiasa dikaji setiap saat. Sampai akhirnya, beliau meninggalkan tanah
suci, kembali ke tanah air bersama mertuanya.
Kyai Hasyim Asyari kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai
Ilyas, pengasuh Pondok Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim
Asyaridikaruniai 10 anak, yaitu:
141

1) Hannah,
2) Khoiriyah,
3) Aisyah,
4) Azzah,
5) Abdul Wahid,
6) Abdul Hakim (Abdul Kholik),
7) Abdul Karim,
8) Ubaidillah,
9) Mashuroh,
10) Muhammad Yusuf.
Pada akhir dekade 1920-an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim Asyari
menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren
Kapurejo, Pagu, Kediri, Jawa Timur. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim Asyari dikarunia
4 orang putra-putri, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Abdul Qodir,
Fatimah,
Khotijah,
Muhammad Yakub.

Kematangan Ilmu di Tanah Suci


Kerinduan akan tanah suci rupanya memanggil beliau untuk kembali lagi pergi ke
kota Mekah. Pada tahun 1309 H/1893 M, beliau berangkat kembali ke tanah suci bersama
adik kandungnya yang bernama Anis. Kenangan indah dan sedih teringat kembali tatkala
kaki beliau kembali menginjak tanah suci Mekah. Namun hal itu justru membangkitkan
semangat baru untuk lebih menekuni ibadah dan mendalami ilmu pengetahuan. Tempattempat bersejarah dan mustajabah pun tak luput dikunjunginya, dengan berdoa untuk
meraih cita-cita, seperti Padang Arafah, Gua Hira, Maqam Ibrahim, dan tempat-tempat
lainnya. Bahkan makam Rasulullah SAW di Madinah pun selalu menjadi tempat ziarah
beliau. Ulama-ulama besar yang tersohor pada saat itu didatanginya untuk belajar
sekaligus mengambil berkah, di antaranya adalah Syaikh Suab bin Abdurrahman, Syaikh
Muhammad Mahfud Termas (dalam ilmu bahasa dan syariah), Sayyid Abbas Al-Maliki
al-Hasani (dalam ilmu hadits), Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Syaikh Khatib Al-Minang
Kabawi (dalam segala bidang keilmuan).
142

Upaya yang melelahkan ini tidak sia-sia. Setelah sekian tahun berada di Mekah,
beliau pulang ke tanah air dengan membawa ilmu agama yang nyaris lengkap, baik yang
bersifat maqul maupun manqul, seabagi bekal untuk beramal dan mengajar di kampung
halaman.
Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng
Sepulang dari tanah suci sekitar Tahun1313 H/1899 M, beliau memulai mengajar
santri, beliau pertama kali mengajar di Pesantren Ngedang yang diasuh oleh mediang
kakeknya, sekaligus tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Setelah itu belaiu
mengajar di Desa Muning Mojoroto Kediri. Disinilah beliau sempat menikahi salah
seoarang putri Kiai Sholeh Banjar Melati. Akungnya, karena berbagai hal, pernikahan
tersebut tidak berjalan lama sehingga Kiai Hasyim kembali lagi ke Jombang.
Ketika telah berada di Jombang beliau berencana membangun sebuah pesantren yang
dipilihlah sebuah tempat di Dusun Tebuireng yang pada saat itu merupakan sarang
kemaksiatan dan kekacauan. Pilihan itu tentu saja menuai tanda tanaya besar dikalangan
masyarakat, akan tetapi semua itu tidak dihiraukannaya.
Nama Tebuireng pada asalnya Kebo ireng (kerbau hitam). Ceritanya, Di dearah
tersebut ada seekor kerbau yang terbenam didalam Lumpur, dimana tempat itu banyak
sekali lintahnya, ketika ditarik didarat, tubuh kerbau itu sudah berubah warna yang
asalnya putih kemerah-merahan berubah menjadi kehitam-hitaman yang dipenuhi dengan
lintah. Konon semenjak itulah daerah tadi dinamakan Keboireng yang akhirnya berubah
menjadi Tebuireng.
Pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M, didirikanlah Pondok Pesantren
Tebuireng, bersama rekan-rekan seperjuangnya, seperti Kiai Abas Buntet, Kiai Sholeh
Benda Kereb, Kiai Syamsuri Wanan Tara, dan beberapa Kiai lainnya, segala kesuliatan
dan ancaman pihak-pihak yang benci terhadap penyiaran pendidikan Islam di Tebuireng
dapat diatasi.

143

KH. M. Hasyim Asyari memulai sebuah tradisi yang kemudian menjadi salah satu
keistimewaan beliau yaitu menghatamkan kitab shakhihaini Al-Bukhori dan Muslim
dilaksanakan pada setiap bulan suci ramadlan yang konon diikuti oleh ratusan kiai yang
datang berbondong-bondong dari seluruh jawa. Tradisi ini berjalan hingga sampai
sekarang (penggasuh PP. Tebuireng KH. M.Yusuf Hasyim). Para awalnya santri Pondok
Tebuireng yang pertama berjumlah 28 orang, kemudian bertambah hingga ratusan orang,
bahkan diakhir hayatnya telah mencapai ribuan orang, alumnus-alumnus Pondok
Tebuireng yang sukses menjadi ulama besar dan menjadi pejabat-pejabat tinggi negara,
dan Tebuireng menjadi kiblat pondok pesantren.
Mendirikan Nahdlatul Ulama
Disamping aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang
bersifat lokal atau nasional. Pada tanggal 16 Saban 1344 H/31 Januari 1926 M, di
Jombang Jawa Timur didirikanlah Jamiyah Nahdlotul Ulama (kebangkitan ulama)
bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama besar lainnya,
dengan azaz dan tujuannya: Memegang dengan teguh pada salah satu dari madzhab
empat yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyafii, Imam Malik bin Anas, Imam Abu
Hanifah An-Nuam dan Ahmad bin Hambali. Dan juga mengerjakan apa saja yang
menjadikan kemaslahatan agama Islam. KH. Hasyim Asyari terpilih menjadi rois akbar
NU, sebuah gelar sehingga kini tidak seorang pun menyandangnya. Beliau juga
menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU yang mengembangkan faham ahli sunnah
waljamaah.
Nahdlatul ulama sebagai suatu ikatan ulama seluruh Indonesia dan mengajarkan
berjihad untuk keyakinan dengan sistem berorganisasi. Memang tidak mudah untuk
menyatukan ulama yang berbeda-beda dalam sudut pandangnya, tetapi bukan Kiai
Hasyim kalau menyerah begitu saja, bahwa beliau melihat perjuangan yang dilakukan
sendiri-sendiri akan lebih besar membuka kesempatan musuh untuk menghancurkannya,
baik penjajah atau mereka yang ingin memadamkan sinar dan syiar Islam di Indonesia,
untuk mengadudomba antar sesama. Beliau sebagai orang yang tajam dan jauh pola
pikirnya dalam hal ini, melihat bahaya yang akan dihadapkannya oleh umat Islam, dan
144

oleh karena itu beliau berfikir mencari jalan keluarnya yaitu dengan membentuk sebuah
organisasi dengan dasar-dasar yang dapat diterima oleh ulamaulama lain.
Jamiyah ini berpegang pada faham ahlu sunnah wal jamaah, yang mengakomodir
pada batas-batas tertentu pola bermadzhab, yang belakangan lebih condong pada manhaj
dari pada sekedar qauli. Pada dasawarsa pertama NU berorentasi pada persoalan agama
dan kemasyarakatan. Kegiatan diarahkankan pada persoalan pendidikan, pengajian dan
tabligh. Namun ketika memasuki dasawarsa kedua orentasi diperluas pada persoalanpersolan nasional. Hal tersebut terkait dengan keberadaannya sebagai anggota federasi
Partai dan Perhimpunan Muslim Indonesia (MIAI) NU bahkan pada perjalanan
sejarahnya pernah tampil sebagai salah satu partai polotik peserta pemilu, yang kemudian
menyatu dengan PPP, peran NU dalam politik praktis ini kemudian diangulir dengan
keputusan Muktamar Situbono yanh menghendaki NU sebagai organisasi sosial
keagamaan kembali pada khitohnya.
Pejuang Kemerdekaan
Peran KH. M. Hasyim Asyari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan
keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan, beliau terlibat secara
aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajah belanda.
Pada tahun 1937 beliau didatangi pimpinan pemerintah belanda dengan memberikan
bintang mas dan perak tanda kehormatan tetapi beliau menolaknya. Kemudian pada
malam harinya beliau memberikan nasehat kepada santri-santrinya tentang kejadian
tersebut dan menganalogkan dengan kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW yang
ketika itu kaum Jahiliyah menawarinya dengan tiga hal, yaitu: Kursi kedudukan yang
tinggi dalam pemerintahan Harta benda yang berlimpah-limpah Gadis-gadis tercantik
Akan tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan berkata: Demi Allah, jika mereka kuasa
meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan tujuan agar aku
berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau menerimanya bahkan nyawa taruhannya.
Akhir KH.M. Hasyim Asyari mengakhiri nasehat kepada santri-santrinya untuk selalu
mengikuti dan menjadikan tauladan dari perbuat Nabi SAW.
145

Masa-masa revolusi fisik di Tahun 1940, barang kali memang merupakan kurun
waktu terberat bagi beliau. Pada masa penjajahan Jepang, beliau sempat ditahan oleh
pemerintah fasisme Jepang. Dalam tahanan itu beliau mengalami penyiksaan fisik
sehingga salah satu jari tangan beliau menjadi cacat. Tetapi justru pada kurun waktu
itulah beliau menorehkan lembaran dalam tinta emas pada lembaran perjuangan bangsa
dan Negara republik Indonesia, yaitu dengan diserukan resolusi jihad yang beliau
memfatwakan pada tanggal 22 Oktober 1945, di Surabaya yang lebih dikenal dengan hari
pahlawan nasional.
Begitu pula masa penjajah Jepang, pada tahun 1942 Kiai Hasyim dipenjara
(Jombang) dan dipindahkan penjara Mojokerto kemudian ditawan di Surabaya. Beliau
dianggap sebagai penghalang pergerakan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka Pada tahun 1945 KH. M. Hasyim Asyari terpilih sebagai
ketua umum dewan partai Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) jabatan itu
dipangkunya namun tetap mengajar di pesantren hingga beliau meninggal dunia pada
tahun 1947.
Keluarga Dan Sisilah
Hampir bersamaan dengan berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng (1317 H/1899
M), KH. M. Hasyim Asyari menikah lagi dengan Nyai Nafiqoh putri Kiai Ilyas pengasuh
Pondok Pesantren Sewulan Madiun. Dari perkawinan ini kiai hasyim dikaruniai 10 putra
dan putri yaitu:
1. Hannah
2. Khoiriyah
3. Aisyah
4. Azzah
5. Abdul Wahid
6. Abdul hakim (Abdul Kholiq)
7. Abdul Karim
8. Ubaidillah
9. Mashurroh
10. Muhammad Yusuf.
146

Menjelang akhir Tahun 1930, KH. M. Hasyim Asyari menikah kembali denagn Nyai
Masruroh, putri Kiai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Kecamatan Pagu
Kediri, dari pernikahan tersebut, beliua dikarunia 4 orang putra-putri yaitu:
1.
2.
3.
4.

Abdul Qodir
Fatimah
Chodijah
Muhammad Yakub

Garis keturunan KH. M. Hasyim Asyari (Nenek ke-sembilan )


Muhammad Hasyim bin Asyari bin Abdul Wahid (Pangeran Sambo) bin Abdul
Halim (Pangeran Benowo) bin Abdul Rahman (Mas Karebet/Jaga Tingkir) yang
kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya bin Abdullah (Lembu Peteng) yang bergelar
Brawijaya VI
Wafatnya Sang Tokoh
Pada Tanggal 7 Ramadhan 1366 H. jam 9 malam, beliau setelah mengimami Shalat
Tarawih, sebagaimana biasanya duduk di kursi untuk memberikan pengajian kepada ibuibu muslimat. Tak lama kemudian, tiba-tiba datanglah seorang tamu utusan Jenderal
Sudirman dan Bung Tomo. Sang Kiai menemui utusan tersebut dengan didampingi Kiai
Ghufron, kemudian tamu itu menyampaikan pesan berupa surat. Entah apa isi surat itu,
yang jelas Kiai Hasyim meminta waktu semalam untuk berfikir dan jawabannya akan
diberikan keesokan harinya.
Namun kemudian, Kiai Ghufron melaporkan situasi pertempuran dan kondisi
pejuang yang semakin tersudut, serta korban rakyat sipil yang kian meningkat.
Mendengar laporan itu, Kiai Hasyim berkata, Masya Allah, Masya Allah kemudian
beliau memegang kepalanya dan ditafsirkan oleh Kiai Ghufron bahwa beliau sedang
mengantuk. Sehingga para tamu pamit keluar. Akan tetapi, beliau tidak menjawab,
sehingga Kiai Ghufron mendekat dan kemudian meminta kedua tamu tersebut untuk
meninggalkan tempat, sedangkan dia sendiri tetap berada di samping Kiai Hasyim
147

Asyari. Tak lama kemudian, Kiai Ghufron baru menyadari bahwa Kiai Hasiyim tidak
sadarkan diri. Sehingga dengan tergopoh-gopoh, ia memanggil keluarga dan
membujurkan tubuh Kiai Hasyim. Pada saat itu, putra-putri beliau tidak berada di tempat,
misalnya Kiai Yusuf Hasyim yang pada saat itu sedang berada di markas tentara pejuang,
walaupun kemudian dapat hadir dan dokter didatangkan (Dokter Angka Nitisastro).
Tak lama kemudian baru diketahui bahwa Kiai Hasyim terkena pendarahan otak.
Walaupun dokter telah berusaha mengurangi penyakitnya, namun Tuhan berkehendak
lain pada kekasihnya itu. KH.M. Hasyim Asyari wafat pada pukul 03.00 pagi, Tanggal
25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H. Inna LiLlahi wa Inna
Ilaihi Rajiun.
Kepergian belaiu ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan bela sungkawa yang
amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama dari para pejabat sipil
maupun militer, kawan seperjuangan, para ulama, warga NU, dan khususnya para santri
Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan pemimpin besarnya yang kini berbaring di
pusara beliau di tenggah Pesantrn Tebuireng. Pada saat mengantar kepergianya, shahabat
dan saudara beliau, KH. Wahab hazbulloh, sempat mengemukakan kata sambutan yang
pada intinya menjelaskan prinsip hidup belaiu, yakni, berjuang terus dengan tiada
mengenal surut, dan kalau perlu zonder istirahat.
Karya Kitab Klasik
Peninggalan lain yang sangat berharga adalah sejumlah kitab yang beliau tulis diselasela kehidupan beliau didalam mendidik santri, mengayomi ribuan umat, membela dan
memperjuangkan bumi pertiwi dari penjajahan. Ini merupakan bukti riil dari sikap dan
perilakunya, pemikirannya dapat dilacak dalam beberapa karyanya yang rata-rata
berbahasa Arab.
Tetapi sangat disayangkan, karena kurang lengkapnya dokumentasi, kitab-kitab yang
sangat berharga itu lenyap tak tentu rimbanya. Sebenarnya, kitab yang beliau tulis tidak
kurang dari dua puluhan judul. diantaranya:
148

1. Al-Tibyan fi al-Nahy an Muqathaah al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan.


Berisi tentang tata cara menjalin silaturrahim, bahaya dan pentingnya interaksi
sosial (1360 H).
2. Mukaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jamiyyah Nahdhatul Ulama. Pembukaan
undang-undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdhatul Ulama (1971 M).
3. Risalah fi Takid al-Akhdz bi Madzhab al-Aimmah al-Arbaah. Risalah untuk
memperkuat pegangan atas madzhab empat.
4. Mawaidz (Beberapa Nasihat). Berisi tentang fatwa dan peringatan bagi umat
(1935).
5. Arbain Haditsan Tataallaq bi Mabadi Jamlyah Nahdhatul Ulama. Berisi 40
hadis Nabi yang terkait dengan dasar-dasar pembentukan Nahdhatul Ulama.
6. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin (Cahaya pada Rasul), ditulis
tahun 1346 H.
7. At-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna al-Maulid bi al-Munkarat. Peringatanperingatan wajib bagi penyelenggara kegiatan maulid yang dicampuri dengan
kemungkaran, tahun 1355 H.
8. Risalah Ahli Sunnah Wal Jamaah fi Hadits al-Mauta wa Syarat as-Saah wa
Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bidah. Risalah Ahl Sunnah Wal Jamaah
tentang hadis-hadis yang menjelaskan kematian, tanda-tanda hari kiamat, serta
menjelaskan sunnah dan bidah.
9. Ziyadat Taliqat ala Mandzumah as-Syekh Abdullah bin Yasin al-Fasuruani.
Catatan seputar nazam Syeikh Abdullah bin Yasin Pasuruan. Berisi polemik
antara Kiai Hasyim dan Syeikh Abdullah bin Yasir.
10. Dhauul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah. Cahayanya lampu yang benderang
menerangkan hukum-hukum nikah. Berisi tata cara nikah secara syari; hukumhukum, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan.
11. Ad-Durrah al Muntasyiroh Fi Masail Tisa Asyarah. Mutiara yang memancar
dalam menerangkan 19 masalah. Tahun 1970-an kitab ini diterjemahkan oleh
KH Tholhah Mansoer atas perintah KH M Yusuf Hasyim, diterbitkan oleh
percetakan Menara Kudus.
12. Al-Risalah fi al-Aqaid. Berbahasa Jawa, berisi kajian tauhid, pernah dicetak
oleh Maktabah an-Nabhaniyah al-Kubra Surabaya, bekerja sama dengan
percetakan Musthafa al-Babi al-Halabi Mesir tahun 1356 H/1937 M.
13. Al-Risalah fi at-Tasawwuf. Menerangkan tentang tashawuf; penjelasan tentang
marifat, syariat, thariqah, dan haqiqat. Ditulis dengan bahasa Jawa.
149

14. Adab al-Alim wa al-Mutaallim fima Yahtaju ilaih al-Mutaallim fi Ahwal


Talimih wama Yatawaqqaf alaih al-Muallim fi Maqat Talimih. Tatakrama
pengajar dan pelajar. Berisi tentang etika bagi para pelajar dan pendidik,
merupakan resume dari Adab al-Muallim karya Syekh Muhammad bin Sahnun
(w.256 H/871 M); Talim al-Mutaallim fi Thariq at-Taallum karya Syeikh
Burhanuddin al-Zarnuji (w.591 H); dan Tadzkirat al-Saml wa al-Mutakallim fi
Adab al-Alim wa al-Mutaallim karya Syeikh Ibn Jamaah.224
Selain kitab-kitab tersebut di atas, terdapat beberapa naskah manuskrip karya KH
Hasyim Asy'ari yang hingga kini belum diterbitkan. Yaitu:
1. Hasyiyah ala Fath ar-Rahman bi Syarh Risalah al-Wali Ruslan li Syeikh al2.
3.
4.
5.
6.
7.

Islam Zakariya al-Anshari.


Ar-Risalah at-Tawhidiyah
Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al-Aqaid
Al-Risalah al-Jamaah
Tamyiz al-Haqq min al-Bathil
al-Jasus fi Ahkam al-Nuqus
Manasik Shughra

2. Biografi Kyai Haji Wahab Hasbullah


Beliau adalah seoran g tokoh per gerakan dari pesantren. Ia
dilahirkan di Tambakberas - Jomban g, tahun 1888. Seba gai seoran g
santri y a n g berji wa akti vis, ia tidak bisa berhenti berakti vitas, apala gi
m elihat rak yat Indonesia y a n g terjajah, hidup dala m kesen gsaraan,
lahir dan batin.
KH Wahab Hasbullah m e ru pakan salah satu pendiri Nahdlatul
Ula ma, beliau ju ga adalah seoran g y a n g berpandan gan m o dern.
Da wa hn ya di mulai den gan m e n dirikan beberapa m e dia m assa (Soera
N O Soeara Nahdlatul Oela ma, Berita Nahdlatul Ula ma).
A yah KH A b dul Wahab Hasbullah adalah KH Hasbulloh Said,
Pen gasuh Pesantren Tambakberas Jomban g Jawa Ti mu r, sedan gkan
224 Referensi 1).republika online 2). Sumber: http://biografi.rumus.web.id/biografi-kh-hasyim-alasyari-pendiri-nahdlatul-ulama-nu/ 3) Zamaksari, Tradisi Pesantren.,,

150

Ibundan ya berna ma N yai Latifah. dan m e m p un yai cicit berna ma Rizk y


Fadlullah
Pendidikan KH Abdul Wahab
Ke menonjolan peran Wahab Hasbullah ini berkat ke matan gann ya
dala m m e ne m pa dirin ya seba gai seoran g ula ma per gerakan. Beliau
ju ga seoran g pelopor dala m m e m b uka foru m diskusi antar Ula ma, baik
di lin gkun gan NU, Muha m ma di ya h dan Or ganisasi lainn ya. Sifat
keula maann ya di ge m blen g m ulai dari pesaanatren Lan gitan Tuban,
Pesantren Tawan gsari Suraba ya. Kemudian ia m elanjutkan lagi ke
Pesantren Ban gkalan Madura. Di pesantren asuhan Syaikh Kholil inilah,
ia berte m ua den gan Kyai Bisri Syansuri, ula ma dari Pati y a n g kelak
m e njadi sahabat seperjuan gann y a, ju ga iparn ya. Perte manann ya Kyai
Wahab den gan Kyai Bisri ini m e miliki pen garuh terhadap
perke mban gan NU. Selanjutn ya, Kyai Wahab ke Pesantren Mojosari
N ganjuk dan m e n ye m patkan diri n yantri di Tebuiren g Jomban g di
ba wah asuhan Hadratus y Syaikh KH. M. Has yi m As yari.
Setelah m e rasa cukup bekal dari para ula ma di Jawa dan Madura, ia
belajar ke Mekkah untuk belajar dan ber guru pada ula ma terke muka
dari dunia Isla m, ter masuk para ula ma Jawa y a n g ada di sana y a n g
m e njadi g u ru KH A b dul Wahab, seperti Syekh Machfud z Termas dan
Syekh A h ma d Khotib dari tanah Minan g. Selain, belajar a ga ma saat di
Mekkah itu, ia ju ga m e m pelajari perke mban gan politik nasional dan
internasional bersa ma akti vis dari seluruh dunia.
Ulama dan Organisatoris
Sepulan g dari Mekkah 1914, Wahab, tidak han ya m e n gasuh
pesantrenn ya di Tambakberas, tetapi ju ga aktif dala m per gerakan
nasional. Ia prihatin m elihat kondisi ban gsan ya y a n g m e n gala mi
ke merosotan hidup y a n g m e n dala m, kuran g m e m p eroleh pendidikan,
m e n gala mi ke miskinan, serta keterbelakana gan y a n g diakibatkan oleh
penindasan dan pen gisapan penjajah.

151

Melihat kondisi itu, pada tahun 1916 ia m e n dirikan or ganisasi


per gerakan y a n g dina mai Nahdlatul Wathon (keban gkita ne geri),
tujuann ya untuk m e m ban gkitkan kesadaran rak yat Indonesia. Untuk
m e m pe rkuat ge rakann ya itu, tahun 1918 Wahab m e n dirikan Nahdlatul
Tujjar (Keban gkitan Sauda gar) seba gai pusat pen g galan gan dana ba gi
perjuan gan pen ge m ban gan Isla m dan Ke merdekaan Indonesia. Kyai
Has yi m As y ari m e mi m pin or ganisasi ini, se mentara Kyai Wahab
m e njadi Sekretaris dan bendaharan ya. Salah seoran g an g gotan ya
adalah, Kyai bisri Syansuri. Mencer mati perke mban gan dunia y a n g
se makin ko mpleks, m aka pada tahun 1919, Kyai Wahab m e n dirikan
Taswirul Afkar.
Di ten gah ge ncarn ya usaha m ela wan penjajah itu m u ncul pesoalan
baru di dunia Isla m, y aitu terjadin ya ekspansi ge rakan Wahabi dan
Najed. A rab pedala man y a n g m e n g uasai Hijaz te m pat suci Mekkah
dikuasai tahun 1924 dan m e naklukkan Madinah 1925. Persoalan
m e njadi ge ntin g ketika aliran baru itu han ya m e m b erlakukan satu
aliran, y a kni Wahabi y a n g puritan dan ekslusif. Se mentara m a d zhab
Hana fi, Maliki, Sya fi'i dan Hanbali y a n g sela ma ini hidup berda m pin gan
di Tanah suci itu, tidak diperkenankan lagi diajarkan dan dia malkan di
tanah Suci. A nehn ya, kelo mpok m o dernis Indonesia setuju den gan
Paha m Wahabi. Lantas, Kyai Wahab m e m b uat kepanitiaan
beran g gotakan para ula ma pesantren, den gan na ma Komite Hejaz.
Komite ini bertujuan untuk m e nce gah cara bera ga ma m o del Wahabi
y a n g tidak toleran dan keras kepala, y a n g dipi mpin lan gsun g Raja
A b d ul A ziz.
Untuk m e n giri mkan dele gasi ini diperlukan or ganisasi y a n g kuat
dan besar, m aka dibentuklah or ganisai y a na g diberina ma Nahdlatul
Ula ma, 31 Januari 1926. KH Wahab Hasbullah bersa ma Syekh Ghonai m
al-Misri y a n g diutus m e w akili NU untuk m e ne m ui Raja A b d ul A ziz Ibnu
Saud. Usaha ini direspon baik oleh raja A b dul A ziz. Beberapa hal
pentin g hasil dari Komite Hejaz ini di antaran ya adalah, m aka m Nabi
152

Muha m m a d dan situs-itus sejarah Isla m tidak jadi dibon gkar serta
dibolehkann ya praktik m a d zhab y a n g bera ga m, w alaupun belu m boleh
m e n gajar dan m e mi m pin di Hara main.
Kyai w a hab hasbullah den gan segala akti vitasn ya adalah untuk
m e ne gakkan ajaran A hlussunnah Wal Jamaah y a n g sudah dirintis oleh
Walison go dan para Ula ma sesudahn ya. Mereka tidak han ya penerus,
tetapi m e miliki pertalian darah den gan para pen ye bar Isla m di Tanah
Jawa itu. Bahkan Kyai Wahab ju ga m e n gidenti fikasi diri seba gai
penerus perjuan gan pan geran dipone goro. Karena itu ia selalu
m e m akai sorban y a n g ia sebut sendiri seba gai sorban Dipone goro.
Den gan sorban itu, ia m a kin perca ya diri. Dala m upacara kea ga maan
sampai den gan acara kene garaan, Kyai Wahab selalu m elin gkarkan
sorban tersebut, hin g ga pundakn ya tertutup. De mikian ju ga den gan
sarun g, tidak pernah di ganti den gan pantolan. Ia telah m ela mpaui
segala protokoler kene garaan y a n g ada, karena telah m e miliki disiplin
dan karakter keula maan sendiri. Selain itu, ia m e m an g m e miliki il mu
kanura gan y a n g tin g gi sehin g ga tidak takut m e n g hadapi m usuh
sesakti apapun.
Sela ma m asa pe m bentukan NU, Kyai Wahab selalu ta m pil di depan.
Di m a napun m u kta mar NU diselen g garakan sejak y a n g perta ma
kalin ya y aitu di Suraba ya, ke mudian hin g ga ke Bandun g, Menes
Banten, Banjar masin, ke mu dian Pale mban g hin g ga Medan, ia selalu
hadir dan m e mi m pin. Sehin g ga pen gala mann ya tentan g organiasi ini
cukup m e n dala m. Karena itu, Kyai Wahab selalu cer mat dan te gas
dala m m e n ga m bil keputusan. Dala m m e n g hadapi berba gai kesulitan,
teruta ma dala m hubun gann y a den gan pe me rintah kolonial, ia selalu
m a m p u m e n gatasin ya. Misalan ya, ia harus berhadap den gan para
residen g u bernur atau m e nteri urusan pribu mi. Kema mp uan lobi dan
diplo masi m e m b uat se mua urusan bisa lancar, sehin g ga NU m a m p u
m e n gatasi berba gai m aca m jebakan dan ha m batan kolonial. Dan, Kyai
Wahab ju ga m e miliki keisti me waan, y a n g tidak ban yak ada pada oran g
153

lain, y a kni ke ma m p uan m ele mpar hu mo r, khususn ya jenis plesetan,


seba gai alat diplo masi.
Suatu hari, ketika Nusantara m asih dala m cen gkra man Belanda,
Kyai Wahab berpidato di hadapan Kyai -Kyai dan ratusan santri.
Wahai Saudara - saudaraku kau m pesantren, baik y a n g sudah
sepuh, y a n g disebut Kyai, ataupun y a n g m asih m u da - m u da, y a n g
dikenal den gan sebutan Santri. Jangan sekali-sekali terbersit,
apala gi bercita - cita seba gai A m b tenaar (pe ga wai Belanda)! Be gitu
suara Kyai Wahab berapi -api. Men gapa Kyai dan santri tidak boleh
jadi A m btenaar? Jawabann ya tiada lain tiada bukan, karena
A m b tenaar itu singkatan dari A ntu m fin Nar. Tidak usah berhujah
susah - susah tentan g A m b tenaar, artin ya y a tadi, kalian di neraka
tititk,jelas Kyai Wahab.
Para Kyai dan santri y a n g hadir terta wa dan tepuk tan gan.
Lain w a ktu, se masa penjajahan Jepan g, Kyai Wahab m e n g hadapi
para Kyai y a n g belu m paha m cara berpolitik den gan Jepan g. Para Kyai
itu tidak bersedia m e njadi an g gota Jawa Hokokai, se maca m
perhi mp u nan rak yat Jawa untuk m e nd ukun g Jepan g. Para Kyai tidak
susah - susah m e ncari dalil m e njadi an g gota Jawa Hokokai. Masuk saja
dulu. Tenan g saja, di dala m badan tersebut ada Bun g Karno. Beliau
tidak m u n gkin m e ncelakakan ban gsa sendiri, Kyai Wahab m ulai
m e ra y u para k yai. Tapi Kyai, apa artin ya Jawa Hokokai itu :?Tan ya
seoran g k yai.
Lho, Sa mpean belu m tahu y a, Jawa Hokokai itu artin ya
Jawa Haqqu Kyai, jelas k yai Wahab singkat. Ooo... Jadi Jawa Hokokai
itu artin ya Jawa milik para Kyai. Ya sudah, m a ri, jan gan ra gu m asuk
Jawa Hokokai, ujar Kyai tadi m erespon.
Na m u n de mikian, salahlah kita jika han ya m e nilai Kyai Wahab
seba gai Kyai politisi saja?. Salah, karena ia sesun g g u h n ya adalah
seoran g ula ma tauhid dan ju ga fiqih y a g san gat m e n dala m dan luas
pen getahuann ya. Den gan il mun y a itu, ia den gan m u dah m a m p u
m e nerapkan prinsip - prinsip Fiqh dala m kehidupan m o dern secara
pro gresif, ter masuk dala m bidan g fiqh siyasah. Kitab y a n g ditulisn ya
Sendi Aqoid dan Fikih A hlussunnah Wal Jama'ah, m e nu njukkan
154

kedala man pen guasan ya di bidan g il mu dasar tersebut. Ini y a n g


ke mu dian m e njadi dasar ba gi perjalanan A hlusunnah w al ja maah di
lin gkun gan NU.
Dala m tiap bahtsul m asail m u kta m ar NU, ia selalu m e m berikan
pandan gann y a y a n g m a m ap u m e nerobos berba gai m aca m jalan buntu
( mauquf) y a n g dihadapi ula ma lain.
Kyai Wahab sadar betul m e n genai pentin gn y a pendidikan
m as ya rakat u m u m. Karena itu dirintis beberapa m ajalah dan surat
kabar seperti Berita Nahdlatoel Oela ma, Oetoesan Nahdlatoel Oela ma,
Soeara Nahdlatoel Oela ma, Duta Masyarakat, dan seba gain ya. Ia
sendiri aktif salah seoran g pen ya ndan g danan ya dan sekaligus seba gai
penulisn ya. Propa ganda di sini ju ga san gat diperlukan dan m e dia ini
san gat strate gis dala m m e propa gandakan ge rakan NU dan pesantren
ke publik. Ga gasan itu se makin m e m peroleh rele vansin ya ketika KH
Machfud z Siddiq dan KH Wahd Has yi m turut aktif dala m m e n g ge rakkan
pen ge m ban gan m e dia m assa itu.
De mikian ju ga dala m m e n g hadapi za man Jepan g y a n g sulit,
teruta ma ketika penjajah itu itu pada tahun 1942 m e nan gkapi para
tokoh NU, m aka Kyai Wahab den gan segala pikiran dan tena gan ya
m e n ghadapi penjajah Jepan g. Ia gi gih m e njadi ti m pe m bebasan, m ulai
dari m e m bebaskan KH Has yi m As yari, KH Mahfud Shiddiq, ju ga ula ma
NU lainn ya baik di Jawa Ti mur hin g ga ke Jawa Tengah tanpa kenal lelah.
Masa m e njelan g ke merdekaan dan dala m m e m pertahankan
ke merdekaan aktif di m e dan te mp u r den gan m e mi m pin organaisasi
Barisan Kyai, organisasai y a n g secara dia m - dia m m e nopan g Hisbullah
dan Sabilillah.
Sepenin g gal KH Has yi m As y ari (Ra ma dan, 1947), kepepi mpinan
NU Sepenuhn ya berada di pundak Kyai Wahab. Dala m m e n ghadapi
perjanjian den gan Belanda, baik perjanjian Ren ville, Lin g garjati
m a u pu n KMB, y a n g penuh ketidakadilan itu, Kyai Wahab m e mi m pin di

155

depan m ela wan perjanjian itu. Akhirn ya semua perjanjian y a n g tidak


adil itu dibatalkan secara sepihak oleh Indonesia.
3. Masa palin g m e nentukan adalah ketika NU m ulai dicuran gi
oleh dala m Mas yu mi den gan tidak diberi ke wenan gan
apapun. Usaha perbaikan oleh Kyai Wahab tidak pernah
di gu bris oleh de wa n partai, padahal NU seba gai an g gota
Isti me wa.
4. Selain itu han ya diberi jatah m e nteri A ga ma, itu pun
ke mu dian dira mpasn ya ju ga. A pala gi Masyu mi m ulai
m elakukan tindakan sub versif sepert m e m be ri simpati pada
Darul Isla m (DI) dan bahkan m elakukan perjanjian gelap
den gan Mutuasl Securit y Act (MSA) y a n g m e n y eret
Indoonesia ke Blok Barat A m e rika. NU m e rasa semakin tidak
kerasan di Masyu mi.
5. Ketika Kyai Wahab hendak m e n dirikan partai sendiri, tidak
se mua kalan gan NU m e n yetujuin ya, apala gi kalan gan
Masyu mi m e nu duh NU berupa ya m e m ecah - belah persatuan
u mat Isla m. NU ju ga diledek bah wa tidak m e miliki ban yak
ahli politik, ekono mi, ahli huku m dan seba gain ya.
6. Atas se mua itu, den gan enten g Kyai Wahab m e nja wab:
Kalau sa ya m a u beli m o bil, si penjual tidak akan bertan ya
apakah saudara bisa m e n y u pir. Kalau dia bertan ya ju ga, sa ya
akan m e m b uat pen gu m u m an butuh seoran g supir. Saat itu
ju ga, para calon supir akan segera m e n gantri di depan ru ma h
sa ya.
7. Ketika kalan gan ula ma NU y a n g lain m asih ra gu, den gan te gas
Kyai Wahab m e n gatakan, Silakan Sudara tetap di Mas yu mi, sa ya akan
sendirian m e n dirikan Partai NU dan han ya butuh seoran g sekretaris.
Insya Allah NU akan m e njadi partai besar . Melihat kesun g g u han itu
akhirn ya, se mua Kyai, ter masuk Kyai A b dul Wahid Has yi m san gat
terharu, sehin g ga diputuskan untuk m e njadi partai sendiri.
156

8. Dala m Pe milu 1955, perkiraan Kyai Wahab terbukti, NU


m e njadi partai terbesar keti ga. Dari situ NU m e n dapat 45
kursi di DPR dan 91 kursi di Konstituante serta m e m p eroleh
delapan ke menterian. Berkat kepe mi mpina Kyai Wahab itu,
NU m e njadi partai politik y a n g san gat berpen garuh.
9. Dala m m e m pi mpin keseluruhan dra ma politik nasional, ba gi
NU, Kyai Wahab adalah pen ga m bil keputusan y a n g san gat
m e nentukan. Sebab itu, perintahn ya san gat dipatuhi sejak
dari pen gurus pusat hin g ga ke daerah. Bukan Karena otoriter.
Tapi karena m e m an g san gat m e n g uasi ke wila ya han dan
m e n guasasi strate gi ge rakan. Karena itu pula, para Kyai Kyai
serin g kali m e n y e b ut tokoh kita ini Pangli ma Tin g gi.
10.

Tiap hari, Kyai Wahab kelilin g daerah, ber m us ya wa rah,

m e n y e rap dan m e m be ri infor masi, m e n ga rahkan hin g ga


m e n y e man gati para ula ma dari Jawa hin g ga Su matera, dari
Madura hin g ga Kali mantan. Se muan ya dion gkosi den gan
uan g sendiri.
11.

Bila ada di Jomban g, tepatn ya di Tambakberas, Kyai Wahab

tidak pernah absen m e n gajar di pesantrenn ya, m e m b erikan


pen gajian dari ka mp un g ke ka mp un g, dan m e m be rikan
bri fing politik kepada para santri senior, para pen gu rus NU
sete mpat, hin g ga m e m be rikan arahan pada pa mon g desa
sete mpat. Kedekatan den gan rak yat itu y a n g m e n doron g
militansi Kyai Wahab dala m m e n y uarakan aspirasi rak yat.

157

12.

Ban yak y a n g m e ri wa yatkan pula bah wa Kyai Wahab ju ga

m e m p un yai kecenderun gan hidup zuhu d. Dari sekian ban yak


pesantren y a n g dikunjun gi, ta m pakn ya pen garuh Kyai
Z ainuddin Mojosari cukup kentara. Pesantren Mojosari
terdapat di pedala man N ganjuk Jawa Ti mur. Kyai Z ainuddin,
pen gasuh pesantren tersebut, m as yh u r seba gai su fi a gun g di
tanah Jawa saat itu. Tradisi su fistik ju ga m e m b uat pesantren
ini m e njadi san gat terbuka. Satu contoh, tiap akhir tahun
para santri dibiarkan m e n y elen g garakan pentas seni, ludruk.
Para santri m ain sendiri. Untuk itu, beberapa bulan sebelu m
acara, para santri den gan ro m bon gan m asin g - m asin g ada
y a n g belajar ludruk ke Jomban g, belajar Jatilan ke
Tulun ga gu n g, belajar Ketoprak ke Madiun dan belajar w a y a n g
ke Solo dan seba gain ya. Wahab m u da adalah salah satu di
antara m ereka itu. Pendidikan kea ga maan y a n g di berikan
ju ga san gat terbuka. Para santri dipersilakan m e m akai
m a d zhab pe mikiran y a n g disukai, ju ga diajarkan
m e m ecahkan berba gai persoalan kea ga maan dan
ke mas yarakatan secara lebih lu wes dan toleran.
13.

Sikap kea ga maan Kyai Wahab akhirn ya ju ga tu mb u h

den gan terbuka. Ia lebih m aju dibandin g para ula ma y a n g


lain, teruta ma dala m m e nerapkan fiqih, ta mpak lebih
m e n guta makan dalil rasional, keti mban g doktrinal.
14.

Hal itu m e m u n gkinkan m asa kepe mi mpinan Kyai Wahab

dala m tubuh NU m e m b uka w a w asan y a n g luas ba gi


pen ge m ban gan pe mikiran, kele mba gaan dan ketan gkasan
dala m berpolitik. Ken yataan ini san gat bertolak belakan g
den gan karib dan iparn ya y a n g sekaligus m e njadi w akiln ya
(Wakil Rais A m ), y aitu KH Bisri Syansuri.
15.

Kyai Bisri adalah seoran g Faqih m u rni y a n g ketat dan

disiplin, sehin g ga apapun y a n g berseberan gan den gan


158

prinsip y a n g dipe gan gi harus disin gkirkan. Kalau Kyai Wahab


cenderun g berpikiran ino vasi dan kreasi, se mentara Kyai Bisri
berpe gan gan pada fiqih. Den gan latar belakan g se maca m itu
tidak heran kalau Kyai Wahab Hasbullah denn gan senan g hati
m e neri ma kehadiran Lesbu mi 1962, apala gi sebelu m n y a Rais
Akbar NU KH Has yi m As yari m e n y etujui pen g g u naan alat alat m usik dala m acara - acara NU. Meski de mikian, perbedaan
tersebut tidak m e n gu ran gi rasa ten g gan g rasa dan keduan ya
tetap salin g m e n ghor mati.
16.

Sang Inspirator Gerakan Pemuda Ansor

17.

Dari catatan sejarah berdirin ya GP A nsor dilahirkan dari

rahi m Nahdlatul Ula ma (NU). Bera wal dari perbedaan antara


tokoh tradisional dan tokoh m o dernis y a n g m u ncul di tubuh
Nahdlatul Wathan, or ganisasi kea ga maan y a n g ber gerak di
bidan g pendidikan Isla m, pe m binaan m u baligh dan
pe mbinaan kader. KH. A b dul Wahab Hasbullah, tokoh
tradisional dan KH. Mas Mans yu r y a n g berhaluan m o dernis,
akhirn ya m e ne m p u h arus g e rakan y a n g berbeda justru saat
ten gah tu mb u hn y a se man gat untuk m e n dirikan organisasi
kepe m udaan Isla m. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada
1924 para pe mu da y a n g m e n d ukun g KH. A b dul wshab
hasbulloh yan g ke mudian m e njadi pendiri NU m e m b entuk
w a dah den gan na ma Syubbanul Wathan (Pe mu da Tanah Air).
18.

Or ganisasi inilah y a n g m e njadi cikal bakal berdirin ya

Gerakan Pe mu da A nsor setelah sebelu m n y a m e n gala mi


perubahan na ma seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU),
Pe muda NU (PNU), dan A nshoru Nahdlatul Oela ma ( AN O).
19.

Na ma A nsor ini m e rupakan saran KH. A b dul Wahab

Hasbullah ula ma besar sekaligus g u ru besar kau m m u da


saat itu, y a n g dia mbil dari na ma kehor matan y a n g diberikan
Nabi Muha m m a d SA W kepada penduduk Madinah y a n g telah
159

berjasa dala m perjuan gan m e m b ela dan m e ne gakkan a ga ma


Allah. Den ga n de mikian A N O di maksudkan dapat m e n ga m bil
hik mah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan
se man gat perjuan gan para sahabat Nabi y a n g m e ndapat
predikat A nsor tersebut. Gerakan A N O harus senantiasa
m e n gacu pada nilai -nilai dasar sahabat A nsor, y a kni seba gi
penolon g, pejuan g dan bahkan pelopor dala m m e n yiarkan,
m e ne gakkan dan m e m benten gi ajaran Isla m. Meski A N O
din yatakan seba gai ba gian dari NU, secara for mal
organisatoris belu m tercantu m dala m struktur or ganisasi NU.
Baru pada Mukta mar NU ke -9 di Ban y u wa n gi, tepatn ya pada
tan g gal 10 Muharra m 1353 H atau 24 A p ril 1934, AN O
diteri ma dan disahkan seba gai ba gian (departe me n) pe mu da
NU. Di masukkann ya A N O seba gai salah satu departe men
dala m struktur kele mba gaan NU berkat perjuan gan kiai -kiai
m u da seperti KH. Machfudz Siddiq, KH. A. Wahid Has yi m, KH.
Dachlan
20.

Wafat

21.

Karena kharisma dan kepe mi m pinann ya y a n g belu m

ter gantikan, m u kta mar NU 20-25 Dese m ber 1971 di


Suraba ya, Kyai Wahab terpilih lagi seba gai Rais Aa m, m eski
telah ud zur. Na mu n, persis e m pat hari setelah m u kta mar,
Allah m e ma n g gil Kyai Wahab, tepatn ya tan g gal 29 Dese mber
1971 pada usia 83 tahun.
22.

Kewiba waan Kyai Wahab di hadapan pen gu rus NU y a n g

lain dan pen gabdiann ya y a n g total itu m e n y e babkan KH


Saifudin Z u h ri m e njulukin ya seba gai NU dala m praktek.
Seluruh sikap dan tindakann ya ter masuk y a n g kontro versial
sekalipun adalah m e ncer minkan perilaku NU y a n g tidak
dian g ga p seba gai pen yi m pan gan. Karena seluruh sikap dan

160

tindakann ya dilandasi i man, tak wa, ilmu, akhlak serta


pen gabdian y a n g tulus. 225
23. BAB VIII
24. AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
25.A.Devinisi Ahlis-Sunnah wal-Jamaah
26.

1. Ahlun

27.

Dalam kitab Al-Munjid fil-Lughah wal-Aalam, kata "ahl"

mengandung dua makna, yakni selain bermakna keluarga


dan kerabat, "ahl" juga dapat berarti pemeluk aliran atau
pengikut madzhab, jika dikaitkan dengan aliran atau
madzhab sebagaimana tercantum pada Al-Qamus al-Muhith.
28.

2. As-Sunnah

29.

Menurut Abul Baqa dalam kitab Kulliyyat secara bahasa,

"as-sunnah" berarti jalan, sekalipun jalan itu tidak disukai.


Arti lainnya, ath-thariqah, al-hadits, as-sirah, at-tabiah dan
asy-syariah. Yakni, jalan atau sistem atau cara atau tradisi.
Menurut istilah syara, as-Sunnah ialah sebutan bagi jalan
yang disukai dan dijalani dalam agama, sebagaimana
dipraktekkan Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan
ataupun persetujuan Nabi SAW.
30.

Maka dalam hal ini As-sunnah dibagi menjadi 3 macam.

Pertama, As-sunnah al-Qauliyah yaitu sunnah Nabi yang


berupa perkataan atau ucapan yang keluar dari lisan
Rasulullah SAW Kedua, As-Sunnah Al-Filiyyah yakni sunnah
Nabi yang berupa perbuatan dan pekerjaan yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga, As-Sunnah at-Taqririyah
yakni segala perkataan dan perbuatan shahabat yang
225 Referensi : 1) Majalah Oetoesan Nahdlatoel Oelama, No. 1 Tahun 1. 2).
Saifuddin Zuhri, Biograf KH. Wahab Hasbullah, Jombang, 1981. 3) Aboebakar Aceh,
Sejarah Hidup KH Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar, Diterbitkan Panitia Peringatan
KH Wahid Hasyim, Jakarta, 1957. 4) http://id. wikipedia. org/wiki
/Abdul_Wahab_Hasbullah#Keluarga

161

didengar dan diketahui Nabi Muhammad SAW kemudian


beliau diam tanda menyetujuinya. Lebih jauh lagi, as-sunnah
juga memasukkan perbuatan, fatwa dan tradisi para Sahabat
(atsarus sahabah).
31.

2. Al-Jamaah

32.

Menurut Qamus Al-Munjid, kata "al-jamaah" berarti segala

sesuatu yang terdiri dari tiga atau lebih. Dalam Al-Mujam alWasith, al-jamaah adalah sekumpulan orang yang memiliki
tujuan. Adapun pengertian "al-jamaah" secara syara ialah
kelompok mayoritas dalam golongan Islam.
33.

Dari pengertian di atas, maka makna Ahlussunnah wal

jamaah dalam sejarah Islam adalah golongan terbesar


ummat Islam yang mengikuti sistem pemahaman Islam, baik
dalam tauhid dan fiqih dengan mengutamakan dalil Al-Quran
dan Hadits dari pada dalil akal, sebagaimana pernyataan
Syekh Abu al-Fadl ibn Syekh Abdus Syakur al-Senori dalam
kitab karyanya Al- Kawakib al-Lammaah fi Tahqiqi alMusamma bi Ahli al-Sunnah wa al-Jamaah (kitab ini telah
disahkan oleh Muktamar NU ke XXlll di Solo Jawa Tengah)
menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jamaah sebagai
kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen
mengikuti sunnah Nabi saw dan thoriqoh para sahabatnya
dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqh) dan akhlaq batin
(tasawwuf). Syekh Abdul Qodir al-Jilani mendefinisikan
Ahlussunnah wal jamaah sebagai berikut: Yang dimaksud
dengan as-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW (meliputi ucapan, prilaku, serta ketetapan
beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian
jamaah adalah segala sesuatu yang yang telah disepakati
oleh para sahabat Nabi SAW pada masa Khulafa ar-Rasyidin
yang empat yang telah diberi hidayah Allah.
162

34.
35.

Secara historis, para imam Aswaja dibidang aqidah telah

ada sejak zaman para sahabat Nabi SAW sebelum munculnya


paham Mutazilah. Imam Aswaja pada saat itu diantaranya
adalah Ali bin Abi Thalib RA, karena jasanya menentang
pendapat Khawarij tentang al-Wadu wa al-Waid dan
pendapat Qodariyah tentang kehendak Allah dan daya
manusia. Dimasa tabiin ada beberapa imam, mereka bahkan
menulis beberapa kitab untuk mejelaskan tentang paham
Aswaja, seperti Umar bin Abd al-Aziz dengan karyanya
Risalah Balighah fi Raddi ala al-Qodariyah. Para mujtahid
fiqh juga turut menyumbang beberapa karya teologi untuk
menentang paham-paham diluar Aswaja, seperti Abu Hanifah
dengan kitabnya Al-Fiqhu al-Akbar, Imam Syafii dengan
kitabnya Fi Tashihi al-Nubuwwah wa al-Raddi ala alBarohimah.
36.

Generasi Imam dalam teologi Aswaja sesudah itu

kemudian diwakili oleh Abu Hasan al-Asyari (260 H 324 H),


lantaran keberhasilannya menjatuhkan paham Mutazilah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa aqidah Aswaja
secara substantif telah ada sejak masa para sahabat Nabi
SAW. Artinya paham Aswaja tidak mutlak seperti yang
dirumuskan oleh Imam al-Asyari, tetapi beliau adalah salah
satu diantara imam yang telah berhasil menyusun dan
merumuskan ulang doktrin paham aqidah Aswaja secara
sistematis sehingga menjadi pedoman aqidah Aswaja.
37.

Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja

secara resmi menjadi bagian dari disiplin ilmu keIslaman.


Dalam hal aqidah pengertiannya adalah Asyariyah atau
Maturidiyah. Imam Ibnu Hajar al-Haytami berkata: Jika
Ahlussunnah wal jamaah disebutkan, maka yang dimaksud
163

adalah pengikut rumusan yang di gagas oleh Imam Abu alHasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam
fiqh adalah madzhab empat, Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hanbali. Dalam tasawuf adalah Imam al-Ghozali, Abu Yazid alBisthomi, Imam al-Junaydi dan ulama-ulama lain yang
sepaham. Semuanya menjadi diskursus Islam paham
Ahlussunnah wal jamaah.
38.

Secara teks, ada beberapa dalil Hadits yang dapat

dijadikan dalil tentang paham Aswaja, sebagai paham yang


menyelamatkan umat dari kesesatan, dan juga dapat
dijadikan pedoman secara substantif. Diantara teks-teks
Hadits Aswaja adalah:


.39
:
.

40.

Dari Abi Hurayrah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

Terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan. Dan terpecah umat


Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah umatku menjadi 73
golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu. Berkata para
sahabat: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah SAW
menjawab: Mereka adalah yang mengikuti aku dan para
sahabatku..HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah.
41.

Jadi inti paham Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) seperti

yang tertera dalam teks Hadits adalah paham keagamaan


yang sesuai dengan sunnah Nabi SAW dan petunjuk para
sahabatnya.
42.B. Ruang Lingkup Aswaja
43.

Karena secara substansi paham Aswaja adalah Islam itu

sendiri, maka ruang lingkup Aswaja berarti ruang lingkup


Islam itu sendiri, yakni aspek aqidah, fiqh, dan akhlaq.
164

Seperti disebutkan oleh para ulama Aswaja, bahwa aspek


yang paling krusial diantara tiga aspek diatas adalah aspek
aqidah. Aspek ini krusial karena pada saat Mutazilah
dijadikan paham keagamaan Islam resmi pemerintah oleh
penguasa Abbasiyah, terjadilah kasus mihnah yang cukup
menimbulkan keresahan ummat Islam.
44.

Ketika Imam al-Asyari tampil berkhotbah menyampaikan

pemikiran-pemikiran teologi Islamnya sebagi koreksi atas


pemikiran teologi Mutazilah dalam beberapa hal yang
dianggap bidah atau menyimpang, maka dengan serta
merta masyarakat Islam menyambutnya dengan positif, dan
akhirnya banyak umat Islam menjadi pengikutnya yang
kemudian disebut dengan kelompok Asyariyah dan
terinstitusikan dalam bentuk Madzhab Asyari. Ditempat lain
yakni di Samarqand Uzbekistan, juga muncul seorang Imam
Abu Manshur al-Maturidi ( W. 333 H) yang secara garis besar
rumusan pemikiran teologi Islamnya paralel dengan
pemikiran teologi Asyariyah, sehingga dua imam inilah yang
kemudian diakui sebagai Imam penyelamat aqidah
keimanan,karena karya pemikiran dua imam ini tersiar
keseluruh belahan dunia dan diakui sejalan dengan sunnah
Nabi SAW serta petunjuk para sahabatnya, meskipun
sebenarnya masih ada satu orang ulama lagi yang sepaham
yaitu Imam al-Thohawi (238 H 321 H) di Mesir, akan tetapi
karya beliau tidak sepopuler dua imam yang pertama.
Akhirnya para ulama menjadikan rumusan aqidah Imam
Asyari dan Maturidi sebagai pedoman aqidah yang sah
dalam Aswaja.
45.

Secara materiil banyak produk pemikiran Mutazilah yang

karena metodenya lebih mengutamakan akal daripada nash


(Taqdimu al-Aql ala al-Nash), dinilai tidak sejalan dengan
165

sunnah, sehingga sarat dengan bidah, maka secara


spontanitas para pengikut imam tersebut bersepakat
menyebut sebagai kelompok Aswaja, meskipun istilah ini
bahkan dengan pahamnya telah ada dan berkembang pada
masa-masa sebelumnya, tetapi belum terinstitusikan dalam
bentuk madzhab. Karena itu secara historis, term aswaja baru
dianggap secara resmi muncul dari periode ini.
46.

Setidaknya dari segi paham telah berkembang sejak masa

Ali bin Abi Thalib KW tetapi dari segi fisik dalam bentuk
madzhab baru terbentuk pada masa al-Asyari, al-Maturidi
dan al-Thahawi.
47.

Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja

secara resmi menjadi bagian dari disiplin ilmu keislaman.


Dalam hal aqidah pengertiannya adalah Asyariyah atau
Maturidiyah, dalan fiqh adalah madzhab empat dan dalam
tasawuf adalah al-Ghozali dan ulama-ulama yang sepaham.
Semuanya menjadi diskursus Islam paham Sunni.
48.

Ruang lingkup yang kedua adalah syariah atau fiqh,

artinya paham keagamaan yang berhubungan dengan ibadah


dan muamalah. Sama pentingnya dengan ruang lingkup
yang pertama, yang menjadi dasar keyakinan dalam Islam,
ruang lingkup kedua ini menjadi simbol penting dasar
keyakinan. Karena Islam agama yang tidak hanya
mengajarkan tentang keyakinan tetapi juga mengajarkan
tentang tata cara hidup sebagai seorang yang beriman yang
memerlukan komunikasi dengan Allah SWT, dan sebagai
makhluk sosial juga perlu pedoman untuk mengatur
hubungan sesama manusia secara harmonis, baik dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Dalam konteks historis,
ruang lingkup yang kedua ini disepakati oleh jumhur ulama
bersumber dari empat madzhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafii
166

dan Hanbali. Secara substantif, ruang lingkup yang kedua ini


sebenarnya tidak terbatas pada produk hukum yang
dihasilkan dari empat madzhab diatas, produk hukum yang
dihasilkan oleh imam-imam mujtahid lainnya, yang
mendasarkan penggalian hukumnya melalui al-Quran,
Hadits, Ijma dan Qiyas, seperti, Hasan Bashri, Awzai, dan
lain-lain tercakup dalam lingkup pemikiran Aswaja, karena
mereka memegang prinsip utama Taqdimu al-Nash ala
al-Aql (mengedepankan daripada akal).
49.

Ruang lingkup ketiga dari Aswaja adalah akhlak atau

tasawuf. Wacana ruang lingkup yang ketiga ini difokuskan


pada wacana akhlaq yang dirumuskan oleh Imam al-Ghozali,
Yazid al-Busthomi dan al-Junayd al-Baghdadi, serta ulamaulama sufi yang sepaham. Ruang lingkup ketiga ini dalam
diskursus Islam dinilai penting karena mencerminkan faktor
ihsan dalam diri seseorang. Iman menggambarkan
keyakinan, sedang Islam menggambarkan syariah, dan ihsan
menggambarkan kesempurnaan iman dan Islam. Iman ibarat
akar, Islam ibarat pohon. Artinya manusia sempurna, ialah
manusia yang disamping bermanfaat untuk dirinya, karena ia
sendiri kuat, juga memberi manfaat kepada orang lain. Ini
yang sering disebut dengan insan kamil. Kalau manusia
memiliki kepercayaan tetapi tidak menjalankan syariat,
ibarat akar tanpa pohon, artinya tidak ada gunanya. Tetapi
pohon yang berakar dan rindang namun tidak menghasilkan
buah, juga kurang bermanfaat bagi kehidupan. Jadi ruang
lingkup ini bersambung dengan ruang lingkup yang kedua,
sehingga keberadaannya sama pentingnya dengan
keberadaan ruang lingkup yang pertama dan yang kedua,
dalam membentuk insan kamil.

167

50.

Pada dasarnya tidak ada perbedaan secara prinsipil

diantara kelompok dan madzhab dalam Islam. Pertama,


dalam hal sumber ajaran Islam, semuanya sama-sama
meyakini al-Quran dan al-sunnah sebagai sumber utama
ajaran Islam. Kedua, para ulama dari masing-masing
kelompok tidak ada yang berbeda pendapat mengenai pokokpokok ajaran Islam, seperti keesaan Allah SWT, kewajiban
shalat, zakat dan lain-lain. Tetapi mereka berbeda dalam
beberapa hal diluar ajaran pokok Islam, lantaran berbeda
didalam manhaj bepikirnya, terutama diakibatkan oleh
perbedaan otoritas akal dalam menafsirkan ayat-ayat alQuran dan teks-teks sunnah.
51.

Masing masing firqah dalam pemikiran Islam, memiliki

manhaj sendiri-sendiri. Mutazilah disebut kelompok liberal


dalam Islam. Keliberalan Mutazilah, berpangkal dari paham
bahwa akal sebagai anugerah Allah SWT, memiliki kekuatan
untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Allah
SWT dan hal-hal yang dianggap baik dan buruk. Sementara
bagi kelompok Asyariyah, akal tidak sanggup untuk
mengetahui hal tersebut, kecuali ada petunjuk dari naql atau
nash. Kelompok Maturidiyah sedikit lebih menengah
dengan pernyataanya, bahwa perbuatan manusia
mengandung efek yang disebut baik atau buruk, apa yang
dinyatakan oleh akal baik, tentu ia adalah baik, dan
sebaliknya, akan tetapi tidak semua perbuatan manusia pasti
sesuai dengan jangkauan akal untuk menilai baik dan
buruknya. Dalam keadaan seperti ini, maka baik dan buruk
hanya dapat diketahui melalui naql atau nash.
52.

Jika manhaj-manhaj ini dihubungkan dengan aqidah, maka

peran akal dan naql berkaitan dengan masalah-masalah


ketuhanan, jika dikaitkan dengan masalah fiqh, maka peran
168

akal dan naql berhubungan dengan perbuatan manusia


(mukallaf), dan jika dikaitkan dengan akhlaq atau tasawuf,
maka akal dan naql berhubungan dengan hubungan spiritual
antara manusia dengan tuhannya. Baik dalam ruang lingkup
aqidah, fiqh dan tasawuf, Aswaja memiliki prinsip manhaj
taqdimu al-nash ala al-naql. Maka paham keagamaan Aswaja
dengan manhaj seperti itu selalu berorientasi
mengedepankan nash daripada akal. Berbeda dengan paham
Mutazilah, meskipun sama-sama mengacu pada nash,
Aswaja tidak terlalu mendalam dalam menggunakan
pendekatan akal, sehingga tidak memberikan akses, bahwa
nash dalam agama harus sejalan dengan makna yang
ditangkap oleh akal, tetapi akal hanyalah menjadi alat bantu
untuk memahami nash yang karena itu penafsiran nash
agama tidak selalu harus sejalan dengan akal. Meskipun
dengan pertimbangan yang matang sekalipun, akal seringkali
salah daya tangkapnya.
53.
54.C. Madzhab Ahlissunnah Wal Jama'ah
55.

Madzhab dalam bidang fiqh berlangsung sejak

berkuasanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan sampai sekitar awal


abad ke-2 Hijriyah. Rujukan dalam menggali hukum suatu
permasalahan masih tetap sama yaitu, Al Quran, Sunnah
Nabi dan Ijtihad para ahli fiqh. Pada masa itu kedudukan
ijtihad sebagai metode penggalian hukum semakin kokoh dan
diterima oleh semua komponen masyarakat.
56.

Jumhur al ulama sepakat mengatakan bahwa madzhab

saat itu ada 13 madzhab ahlissunnah wal jama'ah yaitu :


57. 1.

Madzhab Sufyan bin 'Uyainah (198 H.) di Makkah

58. 2.

Madzhab Maliki (179 H.) di Madinah

59. 3.

Madzhab Hasan Bashri (110) di Bashrah


169

60. 4.

Madzhab Abu Hanifah (80-150 H.) di Kufah

61. 5.

Madzhab Sufyan al Tsauriy (161 H.) di Kufah

62. 6.

Madzhab Auza'iy (157 H.) di Syam

63. 7.

Madzhab Syafi'i (150-204 H.) di Mesir

64. 8.

Madzhab Laits bin Sa'ad (175 H.) di Mesir

65. 9.

Madzhab Ishaq bin Rohawaih (238 H.) di Naisabur

66. 10. Madzhab Abu Tsaur (240 H.) di Baghdad


67. 11. Madzhab Ahmad bin Hambal (241 H.) di Baghdad
68. 12. Madzhab Daud al Dzahiriy (270 H.) di Baghdad
69. 13. Madzhab Muhammad Ibnu Jarir al Thobariy (310 H.) di
Baghdad
70.

Dari sekian madzhab yang ada hanya empat yang masih

eksis sampai sekarang, yaitu : Madzhab Abu Hanifah,


Madzhab Maliki, Madzhab Syafi'i dan Madzhab Ahmad bin
Hambal, adapun madzhab-madzhab yang lainnya masih
dapat kita jumpai qoul-qoulnya dalam kitab-kitab seperti
hilyah al ulama fi ma'rifah aqwal al fuqoha' karya Imam al
Qoffal, bidayah al Mujtahid karya Ibnu Rusyd, al Muhallakarya
Ibnu Hazm, Rohmah al Ummah karya Abu Abdilllah Shodr al
Din al Dimasyqi, Nail al Author karya al Syaukani, bahkan
dalam kitab-kitab tersebut seringkali kita jumpai qoul-qoul
Shahabat dan ulama-ulama tabi'in.
71.

Kelahiran beberapa madzhab tersebut menunjukkan

perkembangan hukum Islam pada masa itu. Hal ini


disebabkan munculnya beberapa problem di tengah-tengah
masyarakat akibat meluasnya kekuasaan Islam sehingga
menuntut untuk menugaskan para ulama ke wilayah-wilayah
yang telah berhasil dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Dan
masa ini dikenal dengan masa pembukuan ('ashru al tadwin)
dalam berbagai disiplin ilmu
72.D.Berkembangnya Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia
170

73.

Berkembangnya Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia

berbarengan dengan berkembangnya Islam di Indonesia yang


dibawa oleh para wali. Di pulau Jawa, peranan Walisongo
sangat berpengaruh dalam memantapkan eksistensi
Ahlussunnah wal Jamaah. Namun, Ahlussunnah wal Jamaah
yang dikembangkan Walisongo masih dalam bentuk ajaranajaran yang sifatnya tidak dilembagakan dalam suatu wadah
organisasi mengingat ketika itu belum berkembang
organisasi.
74.

Pelembagaan ajaran Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia

dengan karakter yang khas terjadi setelah didirikannya


Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. NU adalah sebagai
satu-satunya organisasi keagamaan yang secara formal dan
normatif menempatkan Ahlussunnah wal Jamaah sebagai
paham keagamaan yang dianutnya.
75.

KH. M. Hasyim Asy'ari sebagai salah seorang pendiri NU,

telah merumuskan konsep Ahlussunnah wal Jamaah dalam


kitab al-Qnn al-Assiy li Jamiyyah Nahdlah al-Ulam. AlQnn al-Assiy berisi dua bagian pokok, yaitu :
76.

1)

Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, yang memuat

tentang kategorisasi sunnah dan bidah dan penyebarannya


di pulau Jawa, dan
77.

2)

Keharusan mengikuti mazhab empat,

78.

3)

Karena hidup bermazahab itu lebih dapat

menyatukan kebenaran, lebih dekat untuk merenungkan,


lebih mengarah pada ketelitian, dan lebih mudah dijangkau.
Inilah yang dilakukan oleh salafun al-shlih (generasi
terdahulu yang salih).
79.

4)

Mengenai istilah Ahlussunnah wal Jamaah, KH. M.

Hasyim Asyari dengan mengutip Abu al-Baqa' dalam


bukunya, al-Kulliyyt, mengartikannya secara bahasa sebagai
171

jalan, meskipun jalan itu tidak disukai. Menurut syara',


sunnah adalah sebutan bagi jalan yang disukai dan dijalani
dalam agama sebagaimana dipraktekkan oleh Rasulullah
Saw. atau tokoh agama lainnya, seperti para sahabat.
Sebagaimana dikatakan Syeikh Zaruq dalam kitab Uddah alMurd, menurut syara', bid'ah adalah munculnya perkara
baru dalam agama yang kemudian mirip bagian agama,
padahal bukan bagian darinya, baik formal maupun
hakekatnya.
80.

5)

Yang menarik dalam Qnn Assiy adalah bahwa KH.

M. Hasyim Asy'ari melakukan serangan keras kepada


Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Ibn Abd alWahhab, Ibn Taimiyah, dan dua muridnya Ibn al-Qayyim dan
Ibn Abd al-Hadi yang telah mengharamkan praktek yang
telah disepakati umat Islam sebagai bentuk kebaikan seperti
ziarah ke makam Rasulullah. Dengan mengutip pendapat
Syeikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muti'i dalam risalahnya
Tathr al-Fu'd min Danas al-'Itiqd, KH. M. Hasyim Asy'ari
menganggap kelompok ini telah menjadi fitnah bagi kaum
muslimin, baik salaf maupun khalaf. Mereka merupakan aib
dan sumber perpecahan bagi kaum muslimin yang mesti
segera dihambat agar tidak menjalar ke mana-mana.
81.

6)

Dalam perkembangan selanjutnya, konsep

Ahlussunnah wal Jamaah tersebut mengalami proses


pergulatan dan penafsiran yang intensif di kalangan warga
NU. Sejak ditahbiskan sebagai paham keagamaan warga NU,
Ahlussunnah wal Jamaah mengalami kontekstualisasi yang
beragam. Meskipun demikian, kontekstualisasi Ahlussunnah
wal Jamaah, tidak menghilangkan makna dasarnya sebagai
paham atau ajaran Islam yang pernah diajarkan dan
diamalkan oleh Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya.
172

82.

Titik tolak dari paham Ahlussunnah wal Jamaah terletak

pada prinsip dasar ajaran Islam yang bersumber kepada


Rasulullah dan para sahabatnya. Ada beberapa tokoh-tokoh
NU yang menafsirkan paham Ahlussunnah wal Jamaah, di
antaranya adalah
83.

KH. Bisri Mustofa, KH. Achmad Siddiq, KH. Saefuddin Zuhri,

KH. Dawam Anwar, KH. Said Aqil Siradj, KH. Sahal Mahfuzh,
KH. Wahid Zaini, KH. Muchith Muzadi, dan KH. Tolchah Hasan.
84.

Oleh para ulama NU, Ahlussunnah wal Jamaah dimaknai

dalam dua pengertian :Pertama, Ahlussunah Wal Jamaah


sudah ada sejak zaman sahabat nabi dan tabi'in yang
biasanya disebut generasi salaf. Pendapat ini didasarkan
pada pengertian Ahlussunah Wal Jamaah, yakni mereka yang
selalu mengikuti sunnah Nabi Saw. dan para sahabatnya.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Ahlussunah Wal
Jamaah adalah paham keagamaan yang baru ada setelah
munculnya rumusan teologi Asy'ari dan Maturidi dalam
bidang teologi, rumusan fiqhiyyah mazhab empat dalam
bidang fikih serta rumusan tashawuf Junayd al-Bagdadi dalam
bidang tashawuf .
85.
86.

7) Pengertian pertama sejalan dengan sabda Nabi Saw.:

Hendaklah kamu sekalian berpegang teguh kepada sunnah


Nabi dan sunnah al-khulaf al-rsyidin yang mendapat
petunjuk (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim). Dalam hadits
tersebut, yang dimaksud bukan sahabat yang tergolong alkhulaf al-rsyidn saja, tetapi juga sahabat-sahabat lain,
yang memiliki kedudukan yang penting dalam pengamalan
dan penyebaran Islam.
87.

Nabi Saw. bersabda: Sahabat-sahabatku seperti bintang

(di atas langit) kepada siapa saja di antara kamu


173

mengikutinya, maka kamu telah mendapat petunjuk. (HR. alBaihaqi).


88.

Sesudah genersi tersebut, yang meneruskan ajaran

Ahlussunnah wal Jamaah adalah para tabiin (pengikut


sahabat), sesudah itu dilanjutkan oleh tabiit-tabiin (generasi
sesudah tabiin) dan demikian seterusnya yang kemudian
dikenal sebagai penerus Nabi, yaitu ulama.
89.

Nabi Saw. bersabda: Ulama adalah penerang-penerang

dunia, pemimimpin-pemimpin di bumi, dan pewarisku dan


pewaris nabi-nabi (HR. Ibn Ady)
90.

8)

Itu sebabnya, paham Ahlussunnah wal jamaah,

sesungguhnya adalah ajaran Islam yang diajarkan oleh


Rasulullah, sahabat, tabiin, dan generasi berikutnya.
Pengertian ini didukung oleh KH. Achmad Siddiq yang
mengatakan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah adalah
pengikut dari garis perjalanan Rasulullah Saw. dan para
pengikutnya sebagai hasil permufakatan golongan terbesar
umat Islam
91.

9) Pengertian ini dipertegas lagi oleh KH. Saefudin Zuhri

yang mengatakan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah adalah


segolongan pengikut sunnah Rasulullah Saw. yang di dalam
melaksanakan ajaran-ajarannya berjalan di atas garis yang
dipraktekkan oleh jama'ah (sahabat Nabi). Atau dengan kata
lain, golongan yang menyatukan dirinya dengan para
sahabat di dalam mempraktekkan ajaran-ajaran Nabi
Muhammad Saw., yang meliputi akidah, fikih, akhlaq, dan
jihad.
92.

10) Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya,

makna Ahlussunnah wal Jamaah di lingkungan NU lebih


menyempit lagi, yakni kelompok atau orang-orang yang
mengikuti para imam mazhab, seperti Maliki, Hanafi, Syafii,
174

dan Hanbali dalam bidang fikih; mengikuti Abu al-Hasan alAsyari dan Abu Mansur al-Maturidi dalam bidang tauhid, dan
Junaid al-Bagdadi dan al-Ghazali dalam bidang tashawuf.
93.

11) Pengertian ini dimaksudkan untuk melestarikan,

mempertahankan, mengamalkan dan mengembangkan


paham Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini bukan berarti NU
menyalahkan mazhab-mazhab mutabar lainnya, melainkan
NU berpendirian bahwa dengan mengikuti mazhab yang jelas
metode dan produknya, warga NU akan lebih terjamin berada
di jalan yang lurus. Menurut NU, sistem bermazahab adalah
sistem yang terbaik untuk melestarikan, mempertahankan,
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam, supaya
tetap tergolong Ahlussunnah wal Jamaah.
94.

12) Di luar dua pengertian di atas, KH. Said Agil Siradj

memberikan pengertian lain. Menurutnya, Ahlussunnah wal


Jamaah adalah orang-orang yang memiliki metode berfikir
keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga
keseimbangan, dan toleransi. Baginya, Ahlussunnah wal
Jamaah harus diletakkan secara proporsional, yakni
Ahlussunnah wal Jamaah bukan sebagai mazhab, melainkan
hanyalah sebuah manhaj al-fikr (cara berpikir tertentu) yang
digariskan oleh sahabat dan para muridnya, yaitu generasi
tabi'in yang memiliki intelektualitas tinggi dan relatif netral
dalam menyikapi situasi politik ketika itu. Meskipun demikian,
hal itu bukan berarti bahwa Ahlussunnah wal Jamaah sebagai
manhaj al-fikr adalah produk yang bebas dari realitas sosiokultural dan sosio-politik yang melingkupinya.
95.

13) Sejak berdirinya, NU telah menetapkan diri sebagai

jamiyah yang berakidah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.


Dalam Muqaddimah Qnn Assiy-nya, pendiri jamiyyah NU,
175

KH. M. Hasyim Asyari menegaskan, Hai para ulama dan


pemimpin yang takut pada Allah dari kalangan Ahlussunnah
wal Jamaah dan pengikut imam empat, kalian sudah
menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup sebelum
kalian. Dari sini, kalian harus melihat dari siapa kalian
mencari atau menuntut ilmu agama Islam. Berhubung
dengan cara menuntut ilmu pengetahuan sedemikian itu,
maka kalian menjadi pemegang kuncinya, bahkan menjadi
pintu-pintu gerbangnya ilmu agama Islam. Oleh karena itu,
janganlah memasuki rumah kecuali melalui pintunya. Siapa
saja yang memasuki suatu rumah tidak melalui pintunya
maka pencurilah namanya! Bagi NU, landasan Islam adalah
al-Quran, sunnah (perkataan, perbuatan dan
taqrr/ketetapan) Nabi Muhammad Saw. sebagaimana telah
dilakukan bersama para sahabatnya dan sunnah al-khulaf
al-rasyidn, Abu Bakr al-Shiddiq, Umar ibn al-Khaththab,
Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib. Dengan landasan
ini, maka bagi NU, Ahlussunnah wal Jamaah dimengerti
sebagai para pengikut sunnah Nabi dan ijma para ulama.
NU menerima ijtihad dalam konteks bagaimana ijtihad itu
dapat dimengerti oleh umat. Ulama pendiri NU menyadari
bahwa tidak seluruh umat Islam dapat memahami dan
menafsirkan ayat al-Quran maupun matn (isi) hadits dengan
baik. Di sinilah peran ulama, yang sanadnya (mata rantai)
bersambung sampai ke Rasulullah Saw., diperlukan untuk
mempermudah pemahaman itu.
96.

Dalam menggunakan landasan itu, ada tiga ciri utama

Ahlussunnah wa al-Jamaah yang dianut NU, :pertama,


adanya keseimbangan antara dalil aqliy (rasio) dan dalil
naqliy (al-Quran dan al-Hadits), dengan penekanan dalil aqliy
ditempatkan di bawah dalil naqliy. Kedua, berusaha sekuat
176

tenaga memurnikan akidah dari segala campuran akidah di


luar Islam. Ketiga, tidak mudah menjatuhkan vonis musyrik,
kufur dan sebagainya atas seseorang yang karena sesuatu
sebab belum dapat memurnikan akidahnya.
97.

Dalam hal tashawuf, NU berusaha mengimplementasikan

mn, islm dan ihsn secara serempak, terpadu dan


berkesinambungan. Berlandaskan tashawuf yang dianut, NU
dapat menerima hal-hal baru yang bersifat lokal sepanjang
dapat meningkatkan intensitas keberagaman. Dengan
tashawuf yang dianut, NU juga berusaha menjaga setiap
perkembangan agar tidak menyimpang dari ajaran Islam.
98.E. BUDAYA AHLIS-SUNNAH WAL-JAMAAH
99.

Berbaur dan bertebarnya berbagai kultur, menjadikan

pemandangan semu (pseudo) antara kultur yang sebenarnya


ajaran Rasulullah SAW dan kultur yang muncul setelah
Rasulullah SAW wafat sehingga muncul berbagai
pertentangan. Sepertinya yang satu sebagai pembela dan
lainnya sebagai penentang. Satunya merasa tersingkir dan
yang lainnya merasa memdominasi. Terlepas dari praduga
dan pretensi di atas, Ahlussunnah wal-Jamaah tetap
mempunyai karakteristik yang menonjol diantara modelmodel /type-type kultur lain yang muncul karena proses
sejarah misalnya. Atau sengaja dilahirkan oleh suatu
golongan untuk mempertahankan otoritasnya.
100. Ciri-ciri spesifik yang menonjol dan dipertahankan
Ahlussunnah wal-Jamaah adalah banyak sekali. Sehingga
ciri-ciri tersebut menjadi tanda khusus yang membedakan
Ahlussunnah dan lainnya.
101. Namun sebelum sampai pada penjabaran budaya
Ahlussunnah, perlu sekali diketahui bentuk-bentuk tradisi

177

masyarakat yang tidak mencerminkan budaya Ahlussunnah,


agar dihindari oleh warga Ahlussunnah. Di antarnya adalah:
102. 1.

Mengagung-agungkan berbagai kesenian yang

munkar, seperti seni musik, seni rupa, wayang, kethoprak,


ludruk,seni tari, dsb.
103. 2.

Mencurahkan segala daya dan upaya untuk mengkaji

pengetahuan ilmu umum sampai menelantarkan pendidikan


agama yang merupakan bekal untuk meraih kesejahteraan
dunia akhirat
104. 3.

Semaraknya Musabaqoh Tilawatil Quran dengan

menekankan model irama yang menghilangkan ketajwidan


al-Quran dan at-Tadabbur. Dan celaka lagi musabaqoh
tersebut dijadikan sebagai sarana untuk ikhtilath bainar rijaal
wan nisaa/ ajang menampilakan alunan suara wanita
105. 4.

Ditinggalkannya pelatihan diri dan perlombaan yang

mengarah pada persiapan membela agama dan negara,


seperti latihan naik kuda, memanah (munadlolah) dan lainlain
106. 5.

Terlalu menghabiskan waktu untuk memperhatikan

perlombaan yang sifatnya hanya gerak badan saja dan hurahura, sampai mengenaympingkan urusan sholat, seperti
sepak bola dan lain-lai
107. Sedangkan budaya yang merupakan ciri khas Ahlussunnah
adalah:
108. 1.

Meramaikan bulan suci Romadlon dengan pengkajian

kitab-kitab Hadits, Tafsir maupun lainnya serta bertadarus alQuran dan sholat Tarawih
109. 2.

Menjalankan qunut subuh biarpun terdapat

khilafiyyah antara para Ulama dalam masalah tersebut

178

110. 3.

Menempatkan putra-putri sunniyyin di pondok-

pondok pesantren maupun madrasah diniyyah untuk


mengkaji dan menghidupkan ilmu agama
111. 4.

Adanya beberapa thoriqoh demi taqorrub ilalloh,

namun dengan syarat tidak terjadi ikhtilath antara lelaki dan


perempuan atau fanatik berlebihan
112. 5.

Memperhatikan jamaah sholat fardlu di Masjid dan

surau-surau pada awwal waktu, dan harus ikhlas serta


khusyu didalam menjalankanya
113. 6.

Ziarah kubur Auliya untuk bertawassul dengan tanpa

adanya hal-hal munkar, Tahlilan, Berzanjenan dan


manaqiban, namun dengan syarat tidak berlebihan dalam
Itiqodnya pada syekh Abdul Qodir, seperti membaca dengan
serentak Syekh Abdul Qodir Waliyulloh setelah membaca
dua kalimat Syahadat. Dan amalan-amalan di atas tidaklah
budaya Syiah, sebab ziarahnya orang syiah tidak memakai
bacaan ayat-ayat al-Quran, juga tidak membaca tahlil tasbih
tahmid, bisanya cuma memberi kata-kata pujaan berlebihan
pada Imam-imam mereke. Dan dalam berzanji maupun diba
disebutkan pujian terhadap sahabat Nabi SAW. Di samping
itu, Syekh ad-DzibaI mempunyai kitab hadits bernama
Taisirul Wushul yang di dalamnya disebutkan fadloilus
shohabat, dan shohabat Abu Bakar ditempatkan pada
peringkat pertama.
114. Sedangkan Qoshidah itu adalah milik alHabib Abdulloh al-Haddad yang telah kami nukilkan
aqidahnya yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah.
115. 7.

Menyantuni anak yatim, faqir miskin maupun para

janda yang punya anak banyak, serta melindungi mereka dari


penindasan

179

116. 8.

Bagi alumni pesantren hendaknya sering sowan

kepada gurunya untuk konsultasi dengan memohon petunjuk


di dalam menjalankan dawahnya. Demikian pula bagi para
kiainya hendaknya mengunjungi / mengecek mereka; apakah
benar-benar sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
117. 9.

Takbiran pada malam hari raya ddengan tanpa diikuti

penabuhan beduk. Sebab mengiringi dzikrulloh dengan


tabuhan adalah bidah. Apalagiaalatul malaahi
118. 10.

Mempermudah urusan Haji dan Umroh sehingga

tidak menimbulkan keresahan dikalangan kaum Muslimin


119. 11.

Mengadakan bahtsul masail dengan dihadiri tokoh

yang benar-benar ahli dalam bidang agama. Mengamalkan


ruyatul hilal untuk mengetahui awwal Romadlon dan
Syawwal
120. 12.

Mendirikan paguyuban keluarga demi mempererat

persaudaraan
121. 13.

Menghafalkan al-Quran dengan memperhatikan

tajwidnya, dan lain sebagainya


122.
123. semoga menambah pengetahuan dan pencerahan warga
NU secara umum, aamiin
124.
125.
126. BAB IX
127. STOP MENUDUH BID'AH
128.
129. A.

Bid'ah sebuah kata sejuta makna

130. Sunnah dan bidah adalah dua soal yang saling berhadaphadapan dalam memahami ucapan-ucapan Rasulullah saw.
sebagai Shohibusy-Syara (yang berwenang menetapkan
hukum syariat). Sunnah dan bidah masing-masing tidak
180

dapat ditentukan batas-batas pengertiannya, kecuali jika


yang satu sudah ditentukan batas pengertiannya lebih dulu.
Tidak sedikit orang yang menetap- kan batas pengertian
bidah tanpa menetapkan lebih dulu batas pengertian
sunnah.
131. Karena itu mereka terperosok kedalam pemikiran sempit
dan tidak dapat keluar meninggalkannya, dan akhirnya
mereka terbentur pada dalil-dalil yang berlawanan dengan
pengertian mereka sendiri tentang bidah. Seandainya
mereka menetapkan batas pengertian sunnah lebih dulu
tentu mereka akan memperoleh kesimpulan yang tidak
berlainan.
132. Umpamanya dalam hadits berikut ini tampak jelas bahwa
Rasulullah saw. menekankan soal sunnah lebih dulu, baru
kemudian memperingatkan soal bidah.
133. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
shohihnya dari Jabir ra. bahwa Rasulullah saw. bila
berkhutbah tampak matanya kemerah-merahan dan dengan
suara keras bersabda: Amma badu, sesungguhnya tutur
kata yang terbaik ialah Kitabullah (Al-Quran) dan petunjuk
(huda) yang terbaik ialah petunjuk Muhammpstrongad saw.
Sedangkan persoalan yang terburuk ialah hal-hal yang diadaadakan, dan setiap hal yang diada-adakan ialah bidah, dan
setiap bidah adalah sesat. (diketengahkan juga oleh Imam
Bukhori hadits dari Ibnu Masud ra).
134. Makna hadits diatas ini diperjelas dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jarir ra. bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang didalam Islam
merintis jalan kebajikan ia memperoleh pahalanya dan
pahala orang yang mengerjakannya sesudah dia tanpa
dikurangi sedikit pun juga. Barangsiapa yang didalam Islam
181

merintis jalan kejahatan ia memikul dosanya dan dosa orang


yang mengerjakannya sesudah dia tanpa dikurangi sedikit
pun juga (Shohih Muslim VII hal.61). Selain hadits ini masih
beredar lagi hadits-hadits yang semakna yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Ibnu Masud dan dari Abu Hurairah
[ra].
135. Sekalipun hadits ini berkaitan dengan soal shadaqah
namun kaidah pokok yang telah disepakati bulat oleh para
ulama menetapkan; Pengertian berdasar kan keumuman
lafadh, bukan berdasarkan kekhususan sebab.
136. Dari hadits Jabir yang pertama diatas kita mengetahui
dengan jelas bahwa Kitabullah dan petunjuk Rasulullah saw.,
berhadap-hadapan dengan bidah, yaitu sesuatu yang diadaadakan yang menyalahi Kitabullah dan petunjuk Rasulullah
saw. Dari hadits berikutnya kita melihat bahwa jalan
kebajikan (sunnah hasanah) berhadap-hadapan dengan jalan
kejahatan (sunnah sayyiah). Jadi jelaslah, bahwa yang pokok
adalah Sunnah, sedangkan yang menyimpang dan
berlawanan dengan sunnah adalah Bidah .
137. Ar-Raghib Al-Ashfahani dalam kitab Mufradatul-Quran Bab
Sunan hal.245 mengatakan: Sunan adalah jamak dari kata
sunnah .Sunnah sesuatu berarti jalan sesuatu, sunnah
Rasulullah saw. Berarti Jalan Rasulullah saw. yaitu jalan yang
ditempuh dan ditunjukkan oleh beliau. Sunnatullah dapat
diartikan Jalan hikmah-Nya dan jalan mentaati-Nya. Contoh
firman Allah SWT. dalam Surat Al-Fatah : 23 : Sunnatullah
yang telah berlaku sejak dahulu. Kalian tidak akan
menemukan perubahan pada Sunnatullah itu .
138. Penjelasannya ialah bahwa cabang-cabang hukum syariat
sekalipun berlainan bentuknya, tetapi tujuan dan maksudnya
tidak berbeda dan tidak berubah, yaitu membersihkan jiwa
182

manusia dan mengantarkan kepada keridhoan Allah SWT.


Demikianlah menurut penjelasan Ar-Raghib Al-Ashfahani.
139. Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Iqtidhaus Shiratul
Mustaqim hal.76 mengata- kan: Sunnah Jahiliyah adalah adat
kebiasaan yang berlaku dikalangan masyarakat jahiliyyah.
Jadi kata sunnah dalam hal itu berarti adat kebiasaan yaitu
jalan atau cara yang berulang-ulang dilakukan oleh orang
banyak, baik mengenai soal-soal yang dianggap sebagai
peribadatan maupun yang tidak dianggap sebagai
peribadatan.
140. Demikian juga dikatakan oleh Imam Al-Hafidh didalam AlFath dalam tafsirnya mengenai makna kata Fithrah. Ia
mengatakan, bahwa beberapa riwayat hadits menggunakan
kata sunnah sebagai pengganti kata fithrah, dan bermakna
thariqah atau jalan. Imam Abu Hamid dan Al-Mawardi juga
mengartikan kata sunnah dengan thariqah (jalan).
141. Karena itu kita harus dapat memahami sunnah Rasulullah
saw. dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi
pada zamannya, yaitu persoalan-persoalan yang tidak
dilakukan, tidak diucapkan dan tidak diperintahkan oleh
beliau saw., tetapi dipahami dan dilakukan oleh orang-orang
yang berijtihad menurut kesanggupan akal pikirannya
dengan tetap berpedoman pada Kitab Allah dan Sunnah
Rasulullah saw.
142. Kita juga harus mengikuti dan menelusuri persoalanpersoalan itu agar kita dapat memahami jalan atau sunnah
yang ditempuh Rasulullah saw. dalam membenarkan,
menerima atau menolak sesuatu yang dilakukan orang.
Dengan mengikuti dan menelusuri persoalan-persoalan itu
kita dapat mempunyai keyakinan yang benar dalam
memahami sunnah beliau saw. mengenai soal-soal baru yang
183

terjadi sepeninggal Rasulullah saw. Mana yang baik dan


sesuai dengan Sunnah beliau saw., itulah yang kita namakan
Sunnah, dan mana yang buruk, tidak sesuai dan
bertentangan dengan Sunnah Rasulullah saw., itulah yang
kita namakan Bidah. Ini semua baru dapat kita ketahui
setelah kita dapat membedakan lebih dahulu mana yang
sunnah dan mana yang bidah.
143. Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa sesuatu
kejadian yang dibiarkan (tidak dicela dan tidak dilarang) oleh
Rasulullah saw. termasuk kategori sunnah. Itu memang
benar, akan tetapi kejadian yang dibiarkan oleh beliau itu
merupakan petunjuk juga bagi kita untuk dapat mengetahui
bagaimana cara Rasulullah saw. membiarkan atau menerima
kenyataan yang terjadi. Perlu juga diketahui bahwa banyak
sekali kejadian yang dibiarkan Rasulullah saw. tidak menjadi
sunnah dan tidak ada seorangpun yang mengatakan itu
sunnah. Sebab, apa yang diperbuat dan dilakukan oleh beliau
saw. Pasti lebih utama, lebih afdhal dan lebih mustahak
diikuti. Begitu juga suatu kejadian atau perbuatan yang
didiamkan atau dibiarkan oleh beliau saw. merupakan
petunjuk bagi kita bahwa beliau saw. tidak menolak sesuatu
yang baik, jika yang baik itu tidak bertentangan dengan
tuntunan dan petunjuk beliau saw. serta tidak mendatangkan
akibat buruk !
144. Itulah yang dimaksud oleh kesimpulan para ulama yang
mengatakan, bahwa sesuatu yang diminta oleh syara baik
yang bersifat khusus maupun umum, bukanlah bidah,
kendati pun sesuatu itu tidak dilakukan dan tidak diperintahkan secara khusus oleh Rasulullah saw.!
145. Mengenai persoalan itu banyak sekali hadits shohih dan
hasan yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw. sering
184

membenarkan prakarsa baik (umpama amal perbuatan,


dzikir, doa dan lain sebagainya) yang diamalkan oleh para
sahabatnya.(silahkan baca halaman selanjutnya). Tidak lain
para sahabat mengambil prakarsa dan mengerjakan- nya
berdasarkan pemikiran dan keyakinannya sendiri, bahwa
yang dilakukan- nya itu merupakan kebajikan yang dianjurkan
oleh agama Islam dan secara umum diserukan oleh
Rasulullah saw. (lihat hadits yang lalu) begitu juga mereka
berpedoman pada firman Allah SWT. dalam surat Al-Hajj:77:
Hendaklah kalian berbuat kebajikan, agar kalian memperoleh
keberuntungan .
146. Walaupun para sahabat berbuat amalan atas dasar
prakarsa masing-masing, itu tidak berarti setiap orang dapat
mengambil prakarsa, karena agama Islam mempunyai
kaidah-kaidah dan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan
batas-batasnya. Amal kebajikan yang prakarsanya diambil
oleh para sahabat Nabi saw. berdasarkan ijtihad dapat
dipandang sejalan dengan sunnah Rasulullah saw. jika amal
kebajikan itu sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat.
Jika menyalahi ketentuan syariat maka prakarsa itu tidak
dapat dibenarkan dan harus ditolak !
147. Pada dasarnya semua amal kebajikan yang sejalan dengan
tuntutan syariat, tidak bertentangan dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah saw., dan tidak mendatangkan
madharat/akibat buruk, tidak dapat disebut Bidah menurut
pengertian istilah syara. Nama yang tepat adalah Sunnah
Hasanah, sebagaimana yang terdapat dalam hadits
Rasulullah saw. yang lalu.
148. Amal kebajikan seperti itu dapat disebut Bidah hanya
menurut pengertian bahasa, karena apa saja yang baru
diadakan disebut dengan nama Bidah.
185

149. Ada orang berpegang bahwa istilah bidah itu hanya satu
saja dengan berdalil sabda Rasulullah saw. Setiap bidah
adalah sesat (Kullu bidatin dholalah), serta tidak ada
istilah bidah hasanah, wajib dan sebagainya. Setiap amal
yang dikategorikan sebagai bidah, maka hukumya haram,
karena bidah dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang
haram dikerja-kan secara mutlak.
150. Sayangnya mereka ini tidak mau berpegang kepada
haditshadits lain (keterangan lebih mendetail baca halaman
selanjutnya) yang membuktikan sikap Rasulullah saw. yang
membenarkan dan meridhoi berbagai amal kebajikan
tertentu (yang baru diadakan) yang dilakukan oleh para
sahabat- nya yang sebelum dan sesudahnya tidak ada
perintah dari beliau saw.!
151. Disamping itu banyak sekali amal kebajikan yang
dikerjakan setelah wafatnya Rasulullah saw. umpamanya oleh
isteri Nabi saw. Aisyah ra, Khalifah Umar bin Khattab serta
para sahabat lainnya yang mana amalan-amalan ini tidak
pernah adanya petunjuk dari Rasulullah saw. dan mereka
kategorikan atau ucapkan sendiri sebagai amalan bidah
(baca uraian selanjutnya), tetapi tidak ada satupun dari para
sahabat yang mengatakan bahwa sebutan bidah itu adalah
otomatis haram, sesat dan tidak ada kata bidah selain
haram.
152. Untuk mencegah timbulnya kesalah-fahaman mengenai
kata Bidah itulah para Imam dan ulama Fiqih memisahkan
makna Bidah menjadi beberapa jenis, misalnya :
153. Menurut Imam Syafii tentang pemahaman bidah ada dua
riwayat yang menjelaskannya.
154. Pertama, riwayat Abu Nuaim;

. , .155
186

156. Bidah itu ada dua macam, bidah terpuji dan bidah tercela.
Bidah yang sesuai dengan sunnah, maka itulah bidah yang terpuji
sedangkan yang menyalahi sunnah, maka dialah bidah yang tercela
157. Kedua, riwayat Al-Baihaqi dalam Manakib Imam Syafii :

,

..158


159. Perkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama, perkaraperkara baru yang menyalahi Al-Quran, Hadits, Atsar atau Ijma. Inilah
bidah dholalah/ sesat. Kedua, adalah perkara-perkara baru yang
mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari
yang disebutkan tadi, maka bidah yang seperti ini tidaklah tercela.
160. Menurut kenyataan memang demikian, ada bidah yang
baik dan terpuji dan ada pula bidah yang buruk dan tercela.
Banyak sekali para Imam dan ulama pakar yang sependapat
dengan Imam Syafii itu. Bahkan banyak lagi yang
menetapkan perincian lebih jelas lagi seperti Imam Nawawi,
Imam Ibnu Abdussalam, Imam Al-Qurafiy, Imam
Ibnul-Arabiy, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar dan lain-lain.
161. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa bidah itu
adalah segala praktek baik termasuk dalam ibadah ritual
maupun dalam masalah muamalah, yang tidak pernah terjadi
di masa Rasulullah saw. Meski namanya bidah, namun dari
segi ketentuan hukum syariat,, hukumnya tetap terbagi
menjadi lima perkara sebagaimana hukum dalam fiqih. Ada
bidah yang hukumnya haram, wajib, sunnah, makruh dan
mubah.
162. Menurut Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari
4/318 sebagai berikut: Pada asalnya bidah itu berarti
sesuatu yang diadakan dengan tanpa ada contoh yang
mendahului. Menurut syara bidah itu dipergunakan untuk
187

sesuatu yang bertentangan dengan sunnah, maka jadilah dia


tercela. Yang tepat bahwa bidah itu apabila dia termasuk
diantara sesuatu yang dianggap baik menurut syara, maka
dia menjadi baik dan jika dia termasuk diantara sesuatu yang
dianggap jelek oleh syara, maka dia menjadi jelek. Jika tidak
begitu, maka dia termasuk bagian yang mubah. Dan
terkadang bidah itu terbagi kepada hukum-hukum yang
lima.
163. Pendapat beliau ini senada juga yang diungkapkan oleh
ulama-ulama pakar berikut ini:
164. Jalaluddin as-Suyuthi dalam risalahnya Husnul Maqooshid
fii Amalil Maulid dan juga dalam risalahnya Al-Mashoobih fii
Sholaatit Taroowih; Az-Zarqooni dalam Syarah al Muwattho ;
Izzuddin bin Abdus Salam dalam Al-Qowaaid ; As-Syaukani
dalam Nailul Author ; Ali al Qoori dalam Syarhul Misykaat; AlQastholaani dalam Irsyaadus Saari Syarah Shahih Bukhori,
dan masih banyak lagi ulama lainnya yang senada dengan
Ibnu Hajr ini yang tidak saya kutip disini.
165. Ada golongan lagi yang menganggap semua bidh itu
dholalah/sesat dan tidak mengakui adanya bidh
hasanah/mahmudah, tetapi mereka sendiri ada yang
membagi bidh menjadi beberapa macam. Ada bidh
mukaffarah (bidh kufur), bidh muharramah (bidh haram)
dan bidh makruh (bidh yang tidak disukai). Mereka tidak
menetapkan adanya bidh mubah, seolah-olah mubah itu
tidak termasuk ketentuan hukum syarit, atau seolah-olah
bidh diluar bidang ibadah tidak perlu dibicarakan.
166. Sedangkan menurut catatan As-Sayyid Muhammad bin
Alawy Al-Maliki Al-Hasani (salah seorang ulama Mekkah)
dalam makalahnya yang berjudul Haulal-Ihtifal Bil Maulidin
Nabawayyisy Syarif ( Sekitar Peringatan Maulid Nabi Yang
188

Mulia) bahwa menurut ulama (diantaranya Imam Nawawi


dalam Syarah Muslim jilid 6/154pen.) bidah itu dibagi
menjadi lima bagian yaitu :
167. 1.

Bidah wajib; seperti menyanggah orang yang

menyelewengkan agama, dan belajar bahasa Arab,


khususnya ilmu Nahwu bagi siapapun yang ingin memahami
Quran dan Hadits dengan baik dan benar.
168. 2.

Bidah mandub/baik; seperti membentuk ikatan

persatuan kaum muslimin, mengadakan sekolah-sekolah,


mengumandangkan adzan diatas menara dan memakai
pengeras suara, berbuat kebaikan yang pada masa
pertumbuhan Islam belum pernah dilakukan.
169. 3.

Bidah makruh; menghiasi masjid-masjid dengan

hiasan-hiasan yang bukan pada tempatnya, mendekorasikan


kitab-kitab Al-Quran dengan lukisan-lukisan dan gambargambar yang tidak semestinya.
170. 4.

Bidah mubah; seperti menggunakan saringan

(ayakan), memberi warna-warna pada makanan (selama


tidak mengganggu kesehatan), memakai kopyah, memakai
pakaian batik dan lain sebagainya.
171. 5.

Bidah haram; semua perbuatan yang tidak sesuai

dengan dalil-dalil umum hukum syariat dan tidak


mengandung kemaslahatan yang dibenarkan oleh syariat.
172. Bila semua bidah (masalah yang baru) adalah
dholalah/sesat atau haram, maka sebagian amalan-amalan
para sahabat serta para ulama yang belum pernah dilakukan
atau diperintahkan Rasulullah saw. semuanya dholalah atau
haram, misalnya :
173. a.

Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran, penulisannya

serta pengumpulannya (kodifikasinya) sebagai Mushhaf


(Kitab) yang dilakukan oleh sahabat Abubakar, Umar bin
189

Khattab dan Zaid bin Tsabit [ra] adalah haram. Padahal tujuan
mereka untuk menyelamatkan dan melestarikan keutuhan
dan keautentikan ayat-ayat Allah. Mereka khawatir
kemungkinan ada ayat-ayat Al-Quran yang hilang karena
orang-orang yang menghafalnya meninggal.
174. b.

Perbuatan khalifah Umar bin Khattab ra yang

mengumpulkan kaum muslimin dalam shalat tarawih


bermamum pada seorang imam adalah haram. Bahkan
ketika itu beliau sendiri berkata : Nimatul Bidah
Hadzihi/Bidah ini sungguh nikmat.
175. c.

Pemberian gelar atau titel kesarjanaan seperti;

doktor, drs dan sebagai- nya pada universitas Islam adalah


haram, yang pada zaman Rasulullah saw. cukup banyak para
sahabat yang pandai dalam belajar ilmu agama, tapi tak
satupun dari mereka memakai titel dibelakang namanya.
176. d.

Mengumandangkan adzan dengan pengeras suara,

membangun rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim


piatu, membangun penjara untuk mengurung orang yang
bersalah berbulan-bulan atau bertahun-tahun baik itu
kesalahan kecil maupun besar dan sebagainya adalah haram.
Sebab dahulu orang yang bersalah diberi hukumannya tidak
harus dikurung dahulu.
177. e.

Tambahan adzan sebelum khotbah Jumat yang

dilaksanakan pada zamannya khalifah Usman ra. Sampai


sekarang bisa kita lihat dan dengar pada waktu sholat Jumat
baik di Indonesia, di masjid Haram Mekkah dan Madinah dan
negara-negara Islam lainnya. Hal ini dilakukan oleh khalifah
Usman karena bertambah banyaknya ummat Islam.
178. f.

Menata ayat-ayat Al-Quran dan memberi titik pada

huruf-hurufnya, memberi nomer pada ayat-ayatnya.


Mengatur juz dan rubunya dan tempat-tempat dimana
190

dilakukan sujud tilawah, menjelaskan ayat Makkiyyah dan


Madaniyyah pada kof setiap surat dan sebagainya.
179. g.

Begitu juga masalah menyusun kekuatan yang

diperintahkan Allah SWT. kepada ummat Muhammad saw.


Kita tidak terikat harus meneruskan cara-cara yang biasa
dilakukan oleh kaum muslimin pada masa hidupnya Nabi
saw., lalu menolak atau melarang penggunaan pesaw.atpesaw.at tempur, tank-tank raksasa, peluru-peluru kendali,
raket-raket dan persenjataan modern lainnya.
180. Masih banyak lagi contoh-contoh bidah/masalah yang baru
seperti mengada kan syukuran waktu memperingati hari
kemerdekaan, halal bihalal, memperingati hari ulang tahun
berdirinya sebuah negara atau pabrik dan sebagainya (pada
waktu memperingati semua ini mereka sering mengadakan
bacaan syukuran), yang mana semua ini belum pernah
dilakukan pada masa hidup- nya Rasulullah saw. serta para
pendahulu kita dimasa lampau. Juga didalam manasik haji
banyak kita lihat dalam hal peribadatan tidak sesuai dengan
zamannya Rasulullah saw. atau para sahabat dan tabiin
umpamanya; pembangunan hotel-hotel disekitar Mina dan
tenda-tenda yang pakai full ac sehingga orang tidak akan
kepanasan, nyenyak tidur, menaiki mobil yang tertutup
(beratap) untuk ke Arafat, Mina atau kelain tempat yang
dituju untuk manasik Haji tersebut dan lain sebagainya.
181. B.

Bid'ah Hasanah dalam Pandangan Imam Syafi'i

182. Legalitas Bidah Hasanah tidak pernah menjadi


permasalahan dan perdebatan sebelum datang nya Wahabi,
keberagaman penjelasan para ulama tentang Bid'ah bukan
karena perselisihan dalam memahami hakikat Bidah, tapi
karena kekayaan ilmu yang dimiliki oleh para ulama, tapi
ketika bahasa para ulama tersebut dipahami oleh kaum yang
191

sempit pemahaman, mulailah benih-benih perselisihan


muncul dan alangkah menyesal ketika kebodohan tersebut
dijadikan senjata untuk membidah-sesatkan amalan yang
telah dilegalisasi oleh syara melalui dalil-dalil dhanni atau
ijtihadi, dan akhirnya kata Bid'ah menjadi senjata untuk
memecah-belah ummat ini.
183. 1.

Bagaimana pandangan Al-Imam asy-Syafii tentang

Bidah Hasanah ?
184. Imam Syafii Rahimahullah berkata :

.185
: :


:




186. Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :Pertama:
Perkara baru yang menyalahi al-Quran, Sunnah, Ijma atau menyalahi
Atsar, perkara baru semacam ini adalah bidah yang sesat (Bidah
Dholalah). Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak
menyalahi satu pun dari al-Quran, Sunnah, maupun Ijma, maka
perkara baru seperti ini tidak tercela (Bidah Hasanah).
187. (Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang
Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafii Jilid 1- Halaman
469).
188. Pernyataan Imam Syafii di atas adalah kelanjutan dari
pemahaman Imam Syafii terhadap Hadits larangan Bidah,
bukan malah dihantamkan dengan Hadits larangan Bidah,
maka dapat dipahami bahwa Imam Syafii tidak otomatis
menganggap setiap perkara baru dalam Agama itu Bidah
Dholalah, tapi setiap perkara baru ada dua kemungkinan
yaitu apabila bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah,
Atsar dan Ijma maka itu Bidah Dholalah dan inilah Bidah
yang dilarang dalam Hadits Setiap Bid'ah sesat.
192

189. Sementara bila perkara baru dalam Agama itu tidak


bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan Ijma
maka inilah Bidah Hasanah dan ini tidak termasuk dalam
Bidah yang terlarang dalam Hadits Kullu Bidatin Dholalah.
190. Sangat jelas penjelasan Imam Syafii tentang legalitas
Bidah Hasanah, batasan Bidah Dholalah adalah
bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan Ijma,
selama sesuatu yang baru dalam Agama itu tidak
bertentangan dengan 4 batasan tersebut, maka itu bukan
Bidah Dholalah dan tidak termasuk menambah atau
mengada-ngada syariat baru, karena batasan Bidah
Dholalah bukan pada tidak ada nash yang shorih, atau pada
adakah rasul dan para sahabat telah melakukan nya.
191.
192. 2.

Memahami Perkataan Imam Syafii Dalam Pembagian

Bidah

.193


194. Maksudnya : semua perkara baru baik Ibadah atau bukan Ibadah,
baik Aqidah atau bukan Aqidah terbagi kepada dua macam, poin yang
perlu di ingat adalah Imam Syafii sedang memisah dan memilah
antara dua macam perkara baru yang tentu saja perkara tersebut tidak
di masa Rasulullah dan para sahabat.

: .195
196. salah satunya adalah perkara baru yang menyalahi Kitab (AlQuran), atau Sunnah (Hadits), atau Atsar, atau Ijma.
197. Maksudnya : yang pertama adalah perkara baru yang
menyalahi Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan Ijma, poin penting
di sini adalah Yukhalifu atau menyalahi jadi perkara baru
itu sesat bukan karena semata-mata ia baru ada dan belum

193

ada di masa rasul dan sahabat, tapi karena menyalahi 4


perkara di atas.

.198

199. Maksudnya : perkara baru yang menyalahi Al-Quran atau


menyalahi As-Sunnah atau menyalahi Atsar atau menyalahi Ijma,
maka inilah Bidah Dholalah yang terlarang dalam Hadits larangan
Bidah, Bidah Dholalah bukan sesuatu yang tidak tersebut secara
khusus dalam Al-Quran atau As-Sunnah atau Atsar atau Ijma, tapi
harus diperiksa dulu apakah ia menyalahi atau justru sesuai dengan AlQuran atau As-Sunnah atau Atsar atau Ijma.


: .200

201. yang kedua, perkara baru yang baik lagi tidak menyalahi bagi
salah satu dari ini (Al-Quran, As-Sunnah, Atsar, dan Ijma)
202. Maksudnya : yang kedua adalah perkara baru yang baik
dan tidak menyalahi satupun dari Al-Quran atau As-Sunnah
atau Atsar atau Ijma, bukan maksud baik itu hanya dianggap
baik, tapi baik di sini adalah tidak menyalahi 4 perkara
tersaebut, dan poin penting di sini juga pada Tidak
menyalahi jadi perkara baru tidak otomatis Bidah dan
Sesat, tapi ketika ia menyalahi salah satu dari 4 perkara
tersebut, maka otomatis sesat, dan bila tidak menyalahi
salah satu dari 4 perkara tersebut maka otomatis tidak sesat,
baik dinamai dengan Bidah Hasanah atau Bidah Lughawi
atau dengan bermacam nama lain nya.

.203
204. Maksudnya : perkara baru yang tidak menyalahi Al-Quran atau
As-Sunnah atau Atsar atau Ijma adalah Bidah yang tidak tercela atau
di sebut juga dengan Bidah Hasanah.
205.
206. 3.

Bidah Hasanah itu Syari atau Lughawi ?


194

207. Ini bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan, tidak


berpengaruh apapun terhadap legalitas Bidah Hasanah,
bahkan yang lebih bodoh lagi adalah mempermasalahkan
adakah Bid'ah Hasanah ?,ulama pun berbeda pendapat
dalam hal ini, tapi satu tujuan, ini bukan alasan untuk
mengingkari Bidah Hasanah dalam Agama, karena walaupun
Bidah Hasanah itu Lughawi atau Syari tetap saja maksudnya
adalah perkara baru yang tidak bertentangan dengan AlQuran atau As-Sunnah atau Atsar atau Ijma, permasalahan
ini hanya karena berbeda dalam memaknai Bidah pada
Syara.
208. Maksud Bidah pada Syara menurut Imam Nawawi adalah :

.209
210. mengadakan perkara baru yang belum ada di masa Rasulullah
SAW, dan ia terbagi kepada hasanah (baik), dan qabihah (buruk).
211. Atas definisi Bidah pada syara menurut Imam Nawawi di
atas, maka Bidah Hasanah adalah satu pembagian dari
Bidah Syari, bukan Bidah Lughawi, kerena sesuatu yang
tidak ada di masa Rasulullah dinamakan Bidah, tapi ada dua
kemungkinan, bila sesuai dengan dalil-dalil syari maka itu
Bidah Hasanah, dan bila menyalahi dalil-dalil syari maka itu
Bidah Qabihah atau Bidah Dholalah.
212. Maksud Bidah pada Syara menurut Ibnu Rajab adalah :

.213

214. perkara baru yang tidak ada dasar dalam syariat yang
menunjuki atas nya, dan adapun perkara baru yang ada dasar dari
syara yang menunjuki atas nya, maka ia bukan Bidah pada Syara,
sekalipun Bidah pada Lughat.

195

215. Atas definisi Bidah pada Syara menurut Ibnu Rajab, maka
Bidah Hasanah adalah bukan pembagian dari Bidah pada
Syara, tapi Bidah Hasanah adalah Bidah Lughawi, karena
maksud Bidah pada Syara yang seperti ini tidak mungkin
terbagi kepada Hasanah (baik), sesuatu yang tidak ada dasar
dari Syara otomatis Buruk atau sesat.
216. Maka sekalipun berbeda cara memahami Bidah pada
Syara dan bereda dalam mengkategorikan Bidah Hasanah,
tapi tidak berpengaruh pada legalitas Bidah Hasanah dalam
Agama, ini bukan alasan mengingkari Bidah Hasanah,
apalagi menjadikan sebagi alasan untuk membidahkan
amalan-amalan yang tidak ada di masa para salafus sholeh,
tapi ada dasar dari syara dan tidak menyalahi dalil-dali
syari.
217. Kebesaran nama Imam Syafii tidak sanggup mereka
tantang pernyataan sikap Imam Syafii secara langsung, tapi
mereka mempermainkan pendapat Imam Syafii agar sesuai
selera mereka dan cocok dengan kesalahpahaman mereka,
mereka beralasan bahwa Bidah Hasanah yang dimaksud
oleh Imam Syafii adalah Bidah Lughawi, untuk tetap bisa
membidah-sesatkan amalan seperti Tahlilan, Yasinan,
Maulidan dan sebagai nya.
218. Padahal alasan itu tidak ada hubungan dengan pembagian
Bidah Hasanah dari Imam Syafii, karena sekalipun kita
maksudkan dengan Bidah Lughawi, tetap saja yang
dimaksud Bidah Hasanah oleh Imam Syafii adalah perkara
baru dalam Agama yang tidak bertentangan dengan AlQuran, As-Sunnah, Atsar, dan Ijma, inilah yang perlu
digarisbawahi, bahwa Bidah Hasanah adalah sesuatu yang
baru (tidak ada di masa rasulullah dan para sahabat) tetapi

196

tidak bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan


Ijma, biarpun tidak ada dalil yang shorih.
219. C.

Bid'ah Menurut Aswaja

220. Ada beberapa pendekatan yang dilakukan oleh para ulama


dalam mendefinisikan bidah. Perbedaan cara pendekatan
para ulama disebabkan, apakah kata bidah selalu
dikonotasikan dengan kesesatan, atau tergantung dari
tercakup dan tidaknya dalam ajaran Islam. Sebab menurut
bahasa, arti bidah adalah: sesuatu yang asing, tidak dikenal
pada zaman Rasulullah SAW. Pada intinya pengertian bidah
yang sesat secara sederhana adalah: segala bentuk
perbuatan atau keyakinan yang bukan bagian dari ajaran
Islam, dikesankan seolah-olah bagian dari ajaran Islam,
seperti membaca ayat-ayat al-Quran atau shalawat disertai
alat-alat musik yang diharamkan, keyakinan kaum Mutazilah,
Qodariyah, Syiah, termasuk pula paham-paham Liberal yang
marak akhir-akhir ini, dan lain-lain. Imam Izzuddin bin Abdus
Salam menyatakan: Apabila pengertian bidah ditinjau dari
segi bahasa, maka dapat terbagi menjadi lima hukum. A.
Haram, seperti keyakinan kaum Qodariyah, Mutazilah. B.
Makruh, seperti membuat lukisan-lukisan dalam masjid. C.
Wajib, seperti belajar ilmu tata bahasa arab (nahwu). D.
Sunnah, seperti membangun pesantren, madrasah. E. Mubah,
seperti jabat tangan setelah shalat. Walhasil, kata Imam
Izzuddin. Segala sesuatu kegiatan keagamaan yang tidak
ditemukan pada zaman Rasulullah SAW, hukumnya
tergantung dari tercakupnya pada salah satu kaidah hukum
Islam, haram, makruh, wajib, sunnah atau mubah.
221.

197

222. Kelompok Wahabi dan yang semisal sering mengangkat


Hadits berikut ini sebagai dasar atas kekeliruan amalan
Ahlussunnah wal jamaah:

: .223
.
224. Dari Aisyah RA, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada
perintah kami atasnya, maka amal itu ditolak HR. Muslim.
225. Hadits yang semisal ini sering dijadikan dalil untuk
melarang semua bentuk perbuatan yang tidak pernah
dilaksanakan pada masa Nabi SAW. Padahal yang dimaksud
tidaklah seperti itu. Para ulama menyatakan, bahwa yang
dilarang dalam Hadits itu adalah membuat-buat hukum baru
yang tidak pernah dijelaskan dalam al-Quran ataupun Hadits,
baik secara eksplisit (jelas) atau implisit (isyarat), kemudian
diyakini sebagai suatu bentuk ibadah murni kepada Allah
SWT seolah-olah bagian dari ajaran agama. Karena itu ulama
membuat beberapa kriteria dalam persoalan bidah ini.
226. Pertama, jika perbuatan itu memiliki dasar yang kuat dalildalil syari, baik yang parsial (juzi) atau umum, maka bukan
tergolong bidah. Bila tidak ada dalill yang dapat dibuat
sandaran, itulah bidah yang dilarang.
227. Kedua, memperhatikan apa yang menjadi ajaran ulama
salaf (ulama pada abad l, ll dan lll H.), jika sudah diajarkan
oleh mereka, atau memiliki landasan yang kuat dari ajaran
kaidah yang mereka buat, maka perbuatan itu bukan
tergolong bidah.
228. Ketiga, dengan jalan qiyas. Yakni mengukur perbuatan
tersebut dengan beberapa amaliyah yang telah ada
hukumnya dari nash al-Quran dan Hadits. Apabila identik
198

dengan perbuatan haram, maka perbuatan baru itu tergolong


bidah muharromah. Apabila memiliki kemiripan dengan yang
wajib, maka tergolong perbuatan baru yang wajib. Dan begitu
seterusnya.
229. Hadits lain yang sering dijadikan dalil atas sesatnya semua
perbuatan yang tidak dikenal pada masa Rasulluah SAW
adalah:

: , .230
.
231. Dari Abdullah bin Masud. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Ingatlah, berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat
hal-hal baru. Karena perkara yang paling jelek adalah membuat hal
baru . dan setiap perbuatan yang baru itu adalah bidah. Dan semua
bidah itu sesat. HR. Ibnu Majah.
232. Dalam Hadits ini Rasulullah SAW menggunakan kalimat
kullu (semua), yang secara tekstual seolah-olah diartikan
semuanya atau seluruhnya. Sebenarnya kalimat kullu tidak
selamanya berarti keseluruhan atau semua, adakalanya
berarti sebagian. Seperti dalam ayat al-Quan:

.233
234.

Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tiada juga beriman? QS. Al-Anbiya:30.


235. Meskipun ayat ini menggunakan kalimat kullu, namun tidak
berarti semua benda yang ada dunia ini diciptakan dari air.
Buktinya ayat al-Quran yang lain berikut ini:

.236
237.

Dan Allah SWT menciptakan jin dari percikan api yang

menyala. QS. Ar-Rahman:15.


238. Maka demikian pula dengan Hadits diatas. Walaupun
menggunakan kalimat kullu, bukan berarti seluruh yang tidak
199

ada pada masa Nabi SAW dilarang dan sesat. Ini dibuktikan,
karena ternyata para sahabat juga melaksanakan perbuatan
yang tidak ada pada masa Rasulullah SAW masih hidup.
Misalnya usaha menghimpun dan membukukan al-Quran,
mengumpulkan jamaah tarawih menjadi satu didalam
masjid, dan lain-lain. Nah, kalau kalimat kullu diatas diartikan
keseluruhan, yang berarti semua hal-hal yang baru itu sesat
dan berdosa, berarti para sahabat telah melakukan kesesatan
dan perbuatan dosa secara kolektif (bersama). Padahal,
sejarah telah membuktikan bahwa mereka adalah orangorang pilihan yang tidak diragukan lagi keimanan dan
ketaqwaannya. Bahkan diantara mereka sudah dijamin
sebagai penghuni surga. Maka, sungguh tidak dapat diterima
akal, kalau para sahabat Nabi SAW yang begitu agung tidak
mengetahuinya, apalagi tidak mengindahkan larangan
Rasulullah SAW.
239.
240. BAB X
241. IJTIHAD, MADZHAB, TAQLID, DAN TALFIQ
242.
243. A. IJTIHAD
244. Ijtihad telah dilakukan pada masa Rasululah SAW. Beliau
pernah mengutus Muadz bin Jabal berangkat ke Yaman untuk
mendakwahkan Islam. Saat itu -dengan maksud mengujibeliau bertanya kepada Muadz tentang bagaimana kelak dia
menggali hukum untuk disampaikan kepada umat.


: - - .245


: . . : .

: . .

: . : .- : .

:


200

246. Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal bahwa ketika Rasulullah SAW
mengutusnya ke Yaman beliau bertanya, Apabila muncul suatu
perkara, bagaimana engkau memutuskan hukumnya? Muadz
menjawab, Aku putuskan dengan berdasarkan Kitab Allah. Beliau
bertanya, Bagaimana jika engkau tidak mendapatkannya dari Kitab
Allah? Muadz menjawab, Maka aku putuskan berdasarkan Sunnah
Rasulullah. Beliau bertanya lagi, Bagaimana jika engkau tidak
mendapatkan keputusannya dalam Sunnah Rasulullah? Muadz
menjawab, Aku berijtihad dengan menggunakan pendapatku dan aku
tidak akan mundur. Mendengar itu Rasulullah menepuk dada Muadz
seraya berkata, Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik
kepada utusan Rusulullah sehingga membuat ridha Rasulullah.
247. Hadits ini menunjukkan disyariatkannya bahkan
disunnatkannya berijtihad. Ada banyak ayat Al Quran dan
hadits yang menunjukkan pentingnya ijtihad.
248. Ijtihad juga dipandang sebagai suatu tindakan terpuji,
apapun hasilnya. Hal ini ditegaskan dalam hadits :



.249

250. Dari Amr bin Al Ash, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Apabila saat hakim memutuskan hukum dia berijtihad,
kemudian hasilnya benar, maka dia mendapat pahala dua. Dan apabila
hasilnya salah maka dia mendapat pahala satu.
251. Hadits ini secara jelas menyatakan bahwa hasil ijtihad
mempunyai dua kemungkinan, yaitu benar dan salah. Dan
keduanya sama-sama mendapatkan pahala dari Allah.
252. Selanjutnya perbedaan yang muncul dari ijtihad para
mujtahidin adalah merupakan suatu rahmat dan bukan
sebagai sebab munculnya pertentangan dan perpecahan
umat Islam.
201

253. KH Saifuddin Zuhri menjelaskan bahwa hadits di atas


menggunakan kata Hakim, yang artinya orang yang
mengerti hukum, dan bukan menggunakan kata Rajul yang
artinya orang secara umum. Ini artinya adalah bahwa yang
berhak melakukan ijtihad adalah orang yang mengerti
hukum.
254. Amat disayangkan apabila ada seseorang memahami Al
Quran dan hadits dari terjemahan -karena tidak menguasai
bahasa Arab dan ilmu pendukung lainnya dengan baikkemudian mengklaim mampu melakukan ijtihad. Padahal
sebenarnya dia hanya melakukan taqlid buta terhadap
penerjemah buku-buku yang dipedomaninya itu lantaran dia
sendiri tidak mampu mengkritisi dan menilai benar-salahnya
hasil terjemahan tersebut.
255. Pengertian ijtihad yang kami maksud di sini tidak lain
adalah proses penggalian hukum syariat dari dalil-dalilnya
yang rinci dalam Al Quran, hadits, Ijma, Qiyas dan dalil
lainnya. Imam As Suyuthi menyatakan, Ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan untuk menghasilkan hukum.
256. Oleh karena itu tidak semua orang mampu melakukan
ijtihad, karena harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
257. 1.

Mempunyai kemampuan menggali hukum dari Al

Quran, yaitu memahami ayat-ayat terkait hukum,


diantaranya mengetahui sebab turunnya ayat (Asbabun
Nuzul), Nasikh-Mansukh, Am-Khash, Mujmal-Mubayyan,
Muhkan-Mutasyabih dan lain sebagainya.
258. 2.

Mengetahui secara mendalam hadits-hadits,

terutama yang berkaitan dengan hukum, latar belakang


munculnya hadits (Sababul Wurud) dan pengetahuan tentang
para perawi (Ilmu Rijal)
202

259. 3.

Mengetahui mana hukum yang telah menjadi Ijma

dan mana yang diperselisihkan oleh para ulama


260. 4.

Menguasai Qiyas dan mampu menerapkannya secara

benar dalam menelurkan hukum


261. 5.

Menguasai bahasa Arab dan kaidah-kaidahnya

secara detail, seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain


sebagainya, disamping kaiah-kaidah Ushul Fiqh
262. 6.

Memahami tujuan dasar syariat Islam secara hakiki

263. 7.

Menguasai metodologi yang representative dalam

menggali hukum
264. 8.

Memiliki ketulusan hati dan akidah yang lurus

dengan tidak berambisi mencari popularitas, kedudukan


maupun materi dunia. Niatnya semata-mata demi Allah SWT
dan mencari solusi hukum bagi kemaslahatan umat manusia.
265. Melihat persyaratan-persyaratan di atas tentu sulit
menemukan orang yang memenuhi seluruhnya. Masingmasing orang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada
yang hanya memenuhi sebagian, dan ada yang memenuhi
lebih lengkap. Oleh karena itu para mujtahid terbagi dalam
beberapa tingkatan sebagai berikut:
266. 1.

Mujtahid Mutlaq atau Mustaqil (Mandiri) yaitu ulama

yang melakukan ijtihad dan merumuskan sendiri kaidahkaidah penggalian hukumnya. Termasuk dalam tingkatan ini
adalah keempat Imam Madzhab, yaitu Abu Hanifah (80-150
H), Malik bin Anas (93-179 H), Imam Syafii (150-2104 H) dan
Ahmad bin Hambal (164-241 H).
267. 1.

Mujtahid Muntasib (bernisbat pada Mujtahid Mutlaq),

yaitu ulama yang mengikuti metode imam panutannya dalam


menggali hukum berbagai bidang. Misalnya adalah Al
Muzaniy dan Al Buwaithiy di lingkungan madzhab Syafii dan
Muhammad bin Al Hasan dan Abu Yusuf di lingkungan
203

madzhab Hanafi. Mereka juga disebut sebagai Mujtahid


Mutlaq (Tidak Mandiri).
268. 2.

Mujtahid Muqayyad (Terbatas), yaitu para ulama

yang menggali hukum pada kasus-kasus yang belum


diuraikan oleh imam panutannya. Misalnya adalah Al Karkhiy,
As Sarkhasiy, Al Bazdawiy, Abu Ishaq Asy Syiraziy dan lain
sebagainya.
269. 3.

Mujtahid Madzhab atau Fatwa, yaitu ulama yang

menerapkan metode penggalian hukum imam panutannya


dan hanya memilah-milah mana yang Shahih dan mana yang
Dhaif dari pendapat imam panutannya itu. Misalnya adalah
Al Ghazali dan Al Juwainiy di lingkungan madzhab Syafii.
270. 4.

Mujtahid Murajjih, yaitu ulama yang memilah-milah

pendapat-pendapat suatu madzhab dengan mengambil mana


yang paling unggul dan sesuai dengan tuntutan
kemashlahatan umat. Misalnya adalah Ar Rafii dan An
Nawawi di lingkungan madzhab Syafii.
271. Permasalahan lain adalah bahwa ada sementara orang
yang berpendapat bahwa saat ini pintu ijtihad telah tertutup.
Menanggapi pendapat itu kita perlu merujuk kembali bahwa
ijtihad adalah proses penggalian hukum dari Al Quran, Hadits
dan dalil lainnya. Karena itu tentu pintu ijtihad masih terus
terbuka. Apalagi perkembangan jaman demikian pesat,
sehingga para mujtahid membutuhkan ilmu-ilmu pendamping
lainnya dalam memecahkan problematika kontemporer,
hingga kita yakin bahwa pada setiap jaman terdapat seorang
mujtahid yang mampu berijtihad memecahkan problematika
hukum umat. Suatu jaman tidak pernah kosong dari adanya
mujtahid, kecuali jika Kiamat telah tiba.
272.
273. B.

MADZHAB
204

274. Dari segi bahasa Madzhab artinya adalah jalan. Sedangkan


menurut istilah, madzhab adalah sekumpulan hukum
permasalahan furuiyah (cabang) yang ditetapkan dan dipilih
oleh imam Madzhab dan berbeda dengan imam lainnya.
275. Berdasarkan pengertian di atas, madzhab tidak
terbentukdari hukum-hukum pasti (qathiy) yang telah
disepakati para ulama, misalnya wajibnya shalat 5 waktu,
keharaman berzina dan lain sebagainya. Madzhab muncul
dan terbentuk dari kasus-kasus dimana mengenainya para
ulama berbeda pendapat, lalu dijadikan pegangan para
pengikut masing-masing. Jadi, madzhab adalah hasil kajian
komprehensif yang dilakukan oleh para ulama untuk
mengetahui hukum Tuhan dalam Al Quran, hadits dan dalil
lainnya.
276. Semula madzhab yang boleh diikuti tidak hanya terbatas
pada empat madzhab saja. Beberapa ulama juga memiliki
madzhab, misalnya Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah,
Ishaq bin Rahawaih, Dawud Adz Dzahiri dan Al Auzai. Lalu
mengapa madzhab-madzhab yang diamalkan oleh para
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah terbatas hanya pada
madzhab empat saja?
277. Sebenarnya hal itu lebih disebabkan oleh peranan muridmurid yang membukukan dengan baik madzhab yang
ditetapkan oleh imam mereka, hingga faliditas dan kemutawatiran-nya terjamin. Disamping itu, kesahihan
madzhab juga dinilai dari sisi metode pengalian hukumnya,
apakah dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah ataukah
tidak.
278. Imam Sayyid Alawi As Saqqaf menjelaskan bahwa muridmurid Imam Syafii menegaskan bahwa tidak boleh
hukumnya bertaklid kepada selain 4 imam. Alasan mereka,
205

karena tidak ada jaminan bahwa suatu pendapat memang


benar-benar merupakan pendapat imam yang bersangkutan,
akibat tiadanya sanad yang menjamin terhindarnya
penyimpangan dan pemalsuan. Berbeda halnya dengan 4
madzhab tersebut, dimana para imamnya mengerahkan
tenaga dalam menerbitkan pendapat dan benar atau
tidaknya pendapat itu darinya. Karena itu para pengikutnya
merasa aman dari adanya penyimpangan dan pemalsuan
serta mengetahui mana pendapat yang Shahih dan mana
yang Dhaif.
279. Watu terus berjalan dan probematika kehidupan
berkembang dengan pesat, hingga para ulama pesantren
secara terus-menerus melakukan usaha-usaha
mengembangkan cara bermadzhab. Perubahanpun menjadi
hal yang tak terhindarkan agar fiqh dapat terus memberikan
pemecahan masalah dan kesulitan dalam masyarakat.
Karena itu dibutuhkan pendekatan baru demi mewujudkan
prinsip bahwa Islam selalu sesuai dengan perkembangan
waktu dan tempat. Diantara usaha para ulama tersebut
adalah menggunakan pendekatan Fiqh Sosial sebagai suatu
usaha untuk mengembangkan cara bermadzhab. Dari yang
semula bermadzhab secara Qouli(tekstual) kepada
bermadzhab secara Manhaji (metodologis) dalam Fiqh,
sebagaimana yang digagas oleh Dr. KH Muhammad Ahmad
Sahal Mahfudh.
280. Sesuai hasil halaqah yang diselenggarakan Pusat
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) terdapat
beberapa karakteristik konkrit dalam Fiqh Sosial tersebut.
Diantara karakteristik itu adalah:
281. a.

menafsirkan teks-teks fiqh secara kontekstual,

206

282. b.

meningkatkan cara bermadzab yang semula tekstual

menjadi bemadzhab secara Manhaji(metodologis),


283. c.

melakukan pemilahan ajaran agama secara

mendasar dengan membedakan mana ajaran pokok (Ushuli)


dan mana ajaran cabang (Furui)
284. d.

dan mengenalkan metodologi filosofis terutama

dalam permasalahan sosial-budaya.


285. Usaha-usaha tersebut hanya terbatas untuk mengatasi
masalah-masalah sosial (hablun min an Nas) dan tidak pada
hubungan antara hamba dengan Tuhan (hablun min Allah),
sebab bidang yang terakhir ini menuntut totalitas
ketundukan dan kepasrahan hamba. As Syathibi
menyampaikan kaidah, Bagi mukallaf, dalil pokok dalam
ibadah adalah penghambaan dan tanpa mempertimbangkan
maksud dan tujuan. Sedangkan dalil pokok dari adat
kebiasaan adalah mempertimbangkan maksud dan tujuan.
286. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan beberapa hal:
287. 1.

Madzhab adalah suatu jalan pemikiran yang

ditempuh oleh para mujtahid karena adanya perbedaan


pendapat antar mereka
288. 2.

Umat Islam tidak terikat pada madzhab tertentu saja.

Mereka memiliki kebebasan penuh dalam memilih madzhab


yang dinilai cocok
289. 3.

Madzhab-madzhab yang berhak diikuti terbatas

hanya pada 4 madzhab, yaitu Hanafi, Maliki,Syafii dan


Hambali
290. 4.

Umat Islam harus mengembangkan cara

bermadzhab yang dapat menjamin kemaslahatan masyarakat


terutama dalam masalah sosial.
291. C.

TAQLID

207

292. Taqlid adalah mengikuti pendapat seseorang dengan tanpa


bisa membuktikan benar-salahnya pendapat itu, meskipun
mengetahui sepenuhnya bahwa bertaklid padanya boleh.
293. Hukum Taqlid adalah haram bagi mujtahid dan wajib bagi
selain mujtahid. As Suyuthi mengatakan, Manusia itu ada
yang mujtahid dan ada yang tidak. Yang tidak mujtahid wajib
baginya bertaqlid, baik dia orang awam maupun orang
alim/pandai. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT

.294
295. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui
296. Jadi kewajiban bertaqlid tidak hanya berlaku bagi orang
awam saja, tetapi juga bagi orang alim yang mengetahui
dalil, selama dia belum mencapai tingkat mujtahid, karena
kemampuannya masih sebatas mengetahui dalil dan tidak
sampai mengaplikasikan metodologi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggalian hukum. Jadi orang alimpun
selama belum mencapai tingkat berijtihad sama saja dengan
orang awam dalam kewajiban bertaqlid.
297. Jadi, tidak semua taqlid itu tercela. Yang tercela hanyalah
taqlid buta dimana seseorang menerima pendapat begitu
saja tanpa memahami dan berusaha mengetahui dalilnya.
Sedangkan mengenai taqlidnya orang alim yang belum
mencapai tingkat ijtihad, maka hal itu adalah terpuji, bahkan
wajib. Dan itu lebih baik daripada terus berijtihad padahal
dirinya sendiri tidak mampu.
298. Taqlid adalah hal pasti dan tak terhindarkan dilakukan oleh
setiap umat Islam, setidaknya ketika mulai mengamalkan
ajaran-ajaran Islam, misalnya meletakkan kedua tangan di
dada pada waktu shalat dan mengangkat kedua tangan
ketika Takbiratul Ihram. Dia tetap melakukan hal itu meskipun
208

belum mengetahui benar-salah dalil yang mendasarinya. Lalu


ketika dia mengetahui argumentasi dan dalil pada waktu
kemudian maka saat itu berarti dia telah keluar dari lingkaran
taqlid buta. Meskipun demikian tetap saja dia seorang yang
bertaqlid karena masih belum mengetahui dalil secara rinci,
paling tidak bagaimana cara menggali hukum. Masih saja dia
mengikuti metode dari seorang imam mujtahid.
299. Pada kenyataannya bertaqlid banyak terjadi dalam
berbagai bidang kehidupan. Misalnya ketika seorang dokter
menuliskan resep bagi pasien, maka selanjutnya pasien itu
merujuk ke apotek, bukannya meracik sendiri obat-obatan
itu. Cukup baginya membeli produk dari suatu pabrik obat
yang ia anggap terjamin. Demikian juga guru mata pelajaran
Geografi ketika menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa
bumi itu bulat. Dia hanya mengikuti pandangan Galileo Galilei
dan Thomas Copernicus, bukannya mengkaji dan menelitinya
sendiri secara langsung.
300. Mungkin muncul pertanyaan, bagaimana dengan
pernyataan Imam Abu Dawud yang meriwayatkan ucapan
Imam Ahmad bin Hambal, Janganlah engkau bertaqlid
kepadaku, juga kepada Malik, Asy Syafii, Al Auzai maupun
Ats Tsauri. Ambillah dari mana mereka mengambil.
301. Mari kita cermati sungguh-sungguh pernyataan di atas.
Kepada siapakah Imam Ahmad berkata. Dia berkata kepada
Imam Abu Dawud, penyusun kitab Sunan Abi Dawud yang
menghimpun 5.284 hadits berikut sanadnya, bukan kepada
orang awam. Maka tidak aneh jika Imam Ahmad mengatakan
demikian kepada Abu Dawud, yang memiliki kemampuan
berijtihad.
302. Mengharuskan orang awam yang merupakan mayoritas
umat Islam- untuk berijtihad sendiri-sendiri sama dengan
209

menuntut hal di luar kemampuan mereka. Dan itu mustahil,


sebab minat masing-masing mereka pada satu bidang ilmu
berbeda satu sama lain. Sedangkan yang menekuni ilmu-ilmu
agama jumlahnya relatif sedikit. Jadi bagi yang tidak
berkesempatan mengkaji ilmu-ilmu agama wajib baginya
bertanya dan bertaqlid kepada yang menekuninya.
303. Al Quran memerintahkan agar ada sekelompok orang dari
umat Islam yang berangkat memperdalam agama dan ilmu
syariat agar kelak mereka dapat memberi peringatan dan
menyampaikan fatwa yang benar. Dan itu tidak ditujukan
kepada semua umat Islam.

.304

305. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya
306. Bahkan sekalipun para Sahabat Rasulullah dianugerahi
kecerdasan dan daya ingat yang kuat serta tabiat yang baik,
hasilnya mereka berbeda-beda dalam menerima ilmu-ilmu
syariat. Ada yang menjadi mujtahid dan menyampaikan fatwa
dan ada yang bertaqlid. Rasulullah SAW mengutus beberapa
orang Sahabat berangkat ke beberapa daerah untuk
menyebarkan Islam dan menangani berbagai masalah, baik
dalam bidang peibadatan, muamalah maupun masalah sosial
lainnya. Merekapun kemudian menerangkan keharaman dan
kehalalan suatu perkara, dan kemudian fatwa mereka itu
dikuti oleh umat.
210

307. Sedangkan mengenai istilah Ittiba ada sementara ulama


yang membedakannya dengan Taqlid. Namun sebenarnya
tidak ada perbedaan antara keduanya. Keduanya memiliki
arti dan maksud yang sama.
308. D.

TALFIQ

309. Menurut bahasa Talfiq artinya melipat atau merangkap.


Sedangkan menurut syariat, Talfiq adalah melakukan suatu
ibadah atau muamalah secara rangkap yaitu dengan
menyomot pendapat-pendapat dari madzhab yang berlainan
sehingga muncul suatu praktik yang keluar dari madzhabmadzhab itu.
310. Contoh:
311. 1.

Seseorang melakukan wudlu dengan mengikuti

madzhabSyafii, yaitu dengan mengusap sebagian kepala


(kurang dari ), kemudian menyentuh wanita lain
(ajnabiyah). Kemudian dia melaksanakan shalat dengan
mengikuti madzhab Abu Hanifah yang berpendapat bahwa
bersentuhan dengan wanita ajnabiyah tidak membatalkan
wudlu. Maka praktek demikian disebut Talfiq, sebab dia
menggabungkan pendapat Syafii dan pendapat Abu Hanifah
dalam masalah wudlu, dimana akhirnya yang dilakukannya
itu keluar dari kedua madzhab itu. Di satu sisi bersentuhan
kulit dengan ajnabiyah menurut Syafii membatalkan wudhu
dan di sisi lain menurut Abu Hanifah berwudlu tidak sah
hanya dengan mengusap sebagian kepala.
312. 2.

Seseorang berwudlu dengan mengusap sebagian

kepala atau dengan tanpa menggosok-gosok anggota wudlu


karena mengikuti madzhab Syafii. kemudian dia menyentuh
anjing dengan mengikuti madzhab Maliki yang berpendapat
bahwa anjing adalah binatang suci. Maka shalat yang
dilakukannya tidak sah dalam pandangan kedua madzhab
211

tersebut, sebab di satu sisi menurut Maliki berwudlu tidak sah


tanpa mengusap seluruh kepala serta menggosok-gosok
anggota wudlu, dan di sisi lain menurut Syafii anjing adalah
termasuk najis Mughalladhah(berat). Jadi apabila dia
melaksanakan shalat maka shalatnya tidak sah dalam
pandangan madzhab-madzhab tersebut.
313. Talfiq sebagaimana kami sebutkan haram dilakukan. Dan
tujuan pelarangan ini adalah agar seseorang tidak mencari
yang serba mudah dan mempermainkan hukum.
314. Demi menghindarkan talfiq yang terlarang itu dalam
mencari solusi hukum perlu dilakukan pemilihan hukumhukum dari madzhab tertentu dari keempat madzhab,
dimana madzhab tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi
keindonesiaan. Misalnya dengan memilih madzhab Syafii
dalam bidang shalat mulai dari syarat, rukun hingga yang
membatalkan- dan memilih madzhab Abu Hanifah dalam
masalah-masalah sosial kemayarakatan. Dengan demikian
disamping Talfiq dapat dihindarkan- hukum-hukum yang
telah dirumuskan para ulama madzhab itu dapat diterapkan
dan tidak hanya tertulis dalam lembar-lembar kitab saja
315.
316. BAB XI
317. PUJIAN SETELAH ADZAN
318. Sejak zaman hadulu, di sebagian masjid atau mushalla di
Jawa ada kebiasan yang tidak dilakukan di masjid atau
mushalla lain, yaitu setelah adzan shalat maktubah
dibacakan pujian berupa dzikir, doa, shalawat nabi atau
syair-syair yang islami dengan suara keras. Beberapa menit
kemudian baru iqamat. Akhir-akhir ini banyak dipertanyakan
bahkan dipertentangkan apakah kebiasaan tersebut
mempunyai rujukan dalil syari? Dan mengapa tidak semua
212

kaum muslimin di negeri ini melakukan kebiasaan tersebtu?


Dengan munculnya pertanyaan seperti itu warga Nahdliyin
diberi pengertian untuk menjawab : Apa pujia itu? Bagaimana
historisnya? Bagaimana tinjauan hukum syariat tentang
pujian? Dan apa fungsinya?
319.
320. A.

Pengertian Pujian dan Historisnya

321. Pujian bersal dari akar kata puji, kemudian diberi akhiran
an yang artinya : pengakuan dan penghargaan dengan
tulus atas kebaikan/ keunggulan sesuatu. Yang dimaksud
dengan pujian di sini ialah serangkaian kata baik yang
berbahasa Arab atau berbahasa Daerah yang berbentuk
syair berupa kalimat-kalimat yang isinya mengagungkan
asma Allah, dzikir, doa, shalawat, seruan atau nasehat yang
dibaca pada saat di antara adzan dan iqamat.
322. Secara historis, pujian tersebut berasal dari pola dakwah
para wali songo, yakni membuat daya tarik bagi orang-orang
di sekitar masjid yang belum mengenal ajaran shalat. Alhamdulillah dengan dilantunkannya pujian, tembangtembang/syair islami seadanya pada saat itu secara
berangsur/dikit demi sedikit, sebagian dari mereka mau
berdatangan mengikuti shalat berjamaah di masjid.
323.
324. B.

Pujian Ditinjau dari Aspek Syariat

325. Secara tekstual, memang tidak ada dalil syari yang sharih
(jawa : ceplos) mengenai bacaaan pujian setelah di
kumandangkannya adzan, yang ada dalilnya adalah
membaca doa antara adzan dan iqamat. Sabda Nabi SAW :

.
.326

213

327. Artinya :Doa yang dibaca antara adzan dan iqamat itu
mustajab (dikabulkan oleh Allah). Maka berdoalah kamu sekalian.
(HR. Abu Yala)
328. Kemudian bagaimana tinjauan syariat tentang hukum
bacaan pujian di masjid atau mushalla seperti sekarang ini?
Perlu diketahui, bahwa membaca dzikir dan syair di masjid
atau mushalla merupakan suatu hal yang tidak dilarng oleh
agama. Pada zaman Rasulullah SAW. para sahabat juga
membaca syair di masjid. Diriwayatkan dalam sebuat
hadits :

.329
:

. .
330. Artinya :Dari Said bin Musayyab ia berkata : suatu ketika Umar
berjalan bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan
syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab :
aku melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang
lebih mulia dari pada kamu, kemudian dia menoleh kepada Abu
Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya, Ya Allah, mudahmudahan Engkau menguatkannya dengan ruh al-qudus. Abu Hurairah
menjawab : Ya Allah, benar (aku telah mendengarnya). (HR. Abu
Dawud dan Nasai).
331. Sehubungan dengan riwayat ini syaikh Ismail Az-Zain
dalam kitabnya Irsyadul Mukminin menjelaskan : Boleh
melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasehat, pelajaran
tata karama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid.
332. Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitabnya Tanwirul
Qulub hal 179 juga menjelaskan :

.333



.
214

334. Artinya :Adapun membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW.
setelah adzan (jawa : Pujian) para masyayikh menjelaskan bahwa hal
itu hukumnya sunat. Dan seorang muslim tidak ragu bahwa membaca
shalawat dan salam itu termasuk salah satu cabang ibadah yang
sangat besar. Adapun membacanya dengan suara keras dan di atas
menara itu pun tidak menyebabkan keluar dari hukum sunat.
335.
336. C.

Pujian Ditinjau dari Aspek Selain Syariat

337. Apa yang dilakukan para wali di tanah jawa mengenai


bacaaan pujian ternyata mempunyai banyak fungsi. Fungsifungsi itu antara lain :
338. 1.

Dari sisi syiar dan penanaman akidah.

339. Karena di dalam bacaan pujian ini terkandung dzikir,


seruan dan nasehat, maka hal itu menjadi sebuah syiar dinul
islam dan strategi yang jitu untuk menyebarkan ajaran Islam
dan pengamalannya di tengah-tengah masyarakat.
340. 2.

Dari aspek psikologi (kejiwaan).

341. Lantunan syair yang indah itu dapat menyebabkan


kesejukan jiwa seseorang, menambah semangat dan
mengkondisikan suasana. Amaliyah berupa bacaaan pujian
tersebut dapat menjadi semacam persiapan untuk masuk ke
tujuan inti, yakni shalat maktubah lima waktu, mengahadap
kepada Allah yang Maha Satu.
342. Ada lagi manfaat lain, yaitu :
a) Untuk mengobati rasa jemu sambil menunggu pelaksanaan shalat berjamaah;
b) Mencegah para santri agar tidak besenda gurau yang mengakibatkan gaduhnya
suasana;
c) Mengkonsentrasikan para jamaah orang dewasa agar tidak membicarakan halhal yang tidak perlu ketika menunggu sahalat jamaah dilaksanakan.
343. Dengan beberapa alasan sebagaimana tersebut di atas,
maka membaca pujian sebelum pelaksanaan shalat jamaah
215

di masjid atau mushalla adalah boleh dan termasuk amaliyah


yang baik, asalkan dengan memodifikasi pelaksanaannya,
sehingga tidak mengganggu orang yang sedang shalat.
Memang soal terganggu atau tidaknya seseorang itu terkait
pada kebiasaan setempat. Modifikasi tersebut misalnya :
dengan cara membaca bersama-sama dengan irama yang
syahdu, dan sebelum imam hadir di tempat shalat jamaah.
344. Dalam berdakwah para ulama yang bijaksana selalu
berusaha menggunakan strategi agar dakwahnya dapat
menyentuh hati. Diantara startegi yang digunakan adalah
membaca syair-syair berisi pujian, dzikir dan nasehat-nasehat
agama sebelum pelaksanaan shalat jamaah. Hal itu
dimaksudkan untuk membangkitkan semangat dan
menyentuh perasaan melalui keindahan syair-syair yang
dikumandangkan, sehingga orang merasa nyaman berada di
masjid dan tidak berbicara yang tanpa guna.
345. Diantara dalil yang bisa digunakan adalah apa yang
dilakukan penyair Hassan bin Tsabit yang menyenandungkan
syair-syair pujiannya di dalam masjid di hadapan Rasulullah
SAW dan para Sahabat.

.346



347. Dari Said bin Musyayyab, dia berkata, Pada suatu saat Umar
berjalan bertemu Hasan bin Tsabit yang sedang melantunkan sebuah
syair indah di masjid, lalu Umar menegurnya, namun Hasan menjawab,
Aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada
seseorang yang lebih mulia daripada kamu. Kemudian ia menoleh
kepada Abu Hurairah. Hasan melanjutkan perkataannya, Bukankah
kamu telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, jawablah dariku, Ya
216

Allah, mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh Al


Qudus? Umar menjawab, Ya Allah, benar (aku sudah
mendengarnya).
348. Jadi bila membaca syair seperti tersebut dengan suara
keras di masjid boleh, maka membaca dzikir tentu lebih
boleh.
349. Akan tetapi membaca dzikir dengan suara keras tersebut
diperbolehkan selama tidak menggangu orang yang sedang
shalat, apalagi shalat fardlu, sebagaimana disebutkan hadits:

.350
351. Janganlah orang yang membaca Al Quran dari kalian
mengganggu orang yang shalat dari kalian.
352. Kalau semua masalah tentang pujian sudah demikian
jelasnya, maka tidak perlu ada label BIDAH DLALALAH dari
pihak yang tidak menyetujuinya.
353.
354.
355. BAB XI
356. DIBAAN DAN SHALAWATAN
357.
358. A.

Pengertian Dibaan

359. Sebagaimana kita ketahui, bahwa para ulama salaf banyak


sekali yang menulis kitab, buku atau tulisan singkat yang
berisi bacaan shalawat. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan
sebuah bukti kecintaan mereka kepada Nabi yang
disanjungnya. Bacaan shalawat yang berbentuk buku atau
kitab antara lain : shalawat Dala'il, shalawat Bakriyah,
shalawat Diba'iyyah dan lain-lain. Sedangkan yg berbentuk
tulisan singkat antara lain shalawat Nariyah, shalawat
Rajabiyah, shalawat Munjiyat, shalawat Fatih,
shalawatSaadah. shalawat Badriyah dan lain- lain.
217

360. Dari sekian banyak kitab yang berisi bacaan shalawat


tersebut ada yang paling terkenal dan sering dibaca yang
diadakan oleh warga Nahdliyyin, antara lain adalah shalawat
Dibaiyyah.
361. Jadi pengertian Dibaan adalah : membaca kitab yang
berisi bacaan shalawat dan riwayat hidup Nabi secara singkat
yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahman ad-Dibai.
362.
363. B.

Hukum Membaca Diba'iyyah dan Shalawatan

364. Membaca shalawat Dibaiyyah atau shalawat yang lain


menurut pendapat yang tersohor di kalangan Jumhurul Ulama
adalah sunnah Muakkadah. Kesunatan membaca shalawat ini
didasarkan pada beberapa dalil, antara lain:
a.

Firman Allah SWT.

.365


366. Artinya :Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya


bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan sampaikanlan salatu
penghormatan kepadanya. (QS. AI-Ahzab : 56)
367. b.

Sabda Nabi SAW.:

] ] . .368
369. Artinya :Bershalawatlah kamu untukku, karena membaca
shalawat untukku bisa mengahapus dosamu dan bisa membersihkan
pribadimu. (HR. lbnu Majah)
370. c.

Sabda Nabi SAW. :

] ] . .371
218

372. Artinya: Hiasilah tempat-tempat pertemuanmu dengan bacaan


shalawat untukku, karena sesungguhnya bacaan shalwat untukku itu
menjadi cahaya bagimu pada hari kiamat. (HR. Ad-Dailami).
373.
374. C.

Fadlilah Membaca Shalawat

375. Seseorang yang ahli membaca shalawat akan diberi


anugerah oleh Allah, antara lain :
376. a.

Dikabulkan doanya

.377
] ] .
378. Artinya: Setiap doa adalah terhalanh, sehingga dimulai dengan
memuji kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi, kemudian baru
berdo'a dan akan dikabulkan doa itu. (HR. Nasai).
379. b.

Peluang untuk mendapat syafa'at Nabi pada hari

kiamat.
380. b.

Dihilangkan kesusahan dan kesulitannya.

381. c.

Dan lain-lain.

382. D.

Cara Membaca Dibaiyyah dan Shalawat Nabi

383. Dibaca dengan kesungguhan dan keikhlasan hati serta


diiringi rasa hormat dan mahabbah/cinta kepada Rasulullah
SAW.
384. Jelas sekali dalalah ayat Al-Quran dan Hadits Nabi tersebut
bahwa kita sebagai ummat Muhammad diperintahkan untuk
membacakan shalawat kepada Nabi SAW. dengan tujuan
untuk mengagungkannya sekaligus mengharapkan
barokahnya sewaktu kita masih hidup di dunia dan agar
mendapat syafaatul udzma ketika kita berada di alam
mahsyar kelak.
385.
386. BAB XII
219

387. BERSHADAQAH DAN BERTAHLIL UNTUK MAYIT


388.
389. A.

Pengertian Shodaqoh untuk Mayit

390. Shodaqoh untuk mayit adalah suatu istilah yang disebut


juga oleh orang jawa selametan, yaitu dengan cara
menghidangkan makanan dan minuman dengan niat
bersedekah yang lazimnya dikaitkan dengan pembacaan
tahlil setelah wafatnya seseorang.
391. B.

Pengertian Bertahlil/Tahlilan

392. Bertahlil atau dalam bahasa Iawa disebuttahlilan, pada


hakekatnya adalah pembacaan kalimat thayyibah, tasbih,
tahmid, istighfar, sebagian ayat-ayat Al-Qur'an dan shalawat
Nabi yang

kemudian

diakhiri dengan

doa/permohonan ke hadirat Allah SWT. agar semua


amalan/bacaan kita tersebut diterima di sisiNya, kemudian
Allah berkenan melimpahkan pahala dari amalan-amalan
tersebut kepada mayityang kita tahlilkan.
393. C.

Bermanfaatkah Pahala Sedekah atau Tahlil/ Do'a

bagi Si Mayit?
394. Jika ada orang bertanya : Mungkinkah sedekah dan bacaan
tahlil/doa itu bermanfaat untuk mayit? padahal Allah telah
berfirman :

.395


.396
397.

Artinya: Dan bahwasanya manusia tidak akan mendapatkan

pahala melainkan dari usaha yang telah dikerjakan. (QS. An-Najm :


39)

220

398. Kalau sudah jelas demikian masalahnya, mengapa kita


masih juga bersedekah atau bertahlil untuk orang yang mati?
toh ... hanya sia-sia amalan kita tersebut?
399. Maka untuk menjawab pertanyaan itu, mari bersama-sama
kita kaji keterangan di bawah ini, baik yang bersumber dari
Al-Quran, al-Hadits atau fatwa ulama.
400.
401. a.

Firman Allah SWT.


.402






403. Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka

berkata : Hai Tuhan kami, beri ampulah kami dan saudara-saudara


kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami. (QS. Al-Hasyr : 10)
404.
b.

Firman Allah SWT.

.405

406. Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)

orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. (QS. Muhammad : 19


407.
408. c.

Firman Allah SWT.


.409

221

410. Artinya : Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang

masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman


laki-laki dan perempuan. (QS. Nuh : 28)
411.
412. Ketiga ayat di atas, jelas menunjukkan bahwa do'a dan
istighfar dari seorang yang masih hidup dapat berguna untuk
orang yang telah mati dari kalangan orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan.
413. d. Hadits Nabi SAW.

: .414
] ] . : .
415. Artinya : Dari Aisyah ra. bahwa seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi SAW. bahwasanya ibuku telah mati secara mendadak, dan
saya mengira andaikan dia sempai berbicara (sebelum mati) pasti dia
bersedekah. Adakah dia memperoleh pahala andaikan saya
bcrsedekah untuknya? Jawab beliau : ya. (Muttafaq Alaih)
416. e. Syaikh Abdul Wahhab asy-Syaroni memberikan
keterangan dalam kitabnya Mizan Kubra :

. .417
]1/218 ] .
418. Artinya: Dan teluh sepakat para ulama bahwa bacaan istighfar
dan doa untuk mayit, sedekah, memerdekakan budak,
menghajikannya, semua dapat bermanfaat untuknya.Demikianlah
yang saya temukan di antara masalah-masalah hukum yang telah
disepakati oleh para imam madzhab yang empat.
419. Bersedekah adalah termasuk tindakan yang disyariatkan
agama dan berpahala. Bersedekah juga mencerminkan

222

kepedulian sosial antar umat Islam. Dalam hadits Amr bin


Abasah disebtkan:


.420
421. Aku bertanya, Apa Islam itu? Beliau menjawab, Berkata yang
baik dan memberi makan.
422. Sedekah juga dapat berupa bacaaan tasbih, takbir, tahmid
dan tahlil. Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:


.423
















424. Sekelompok orang Sahabat Rasulullah bertanya kepada beiau,
Wahai Rasulullah, orang-orang kaya itu bias pergi dengan membawa
pahala. Mereka shalat sebagaimana kai shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami juga berpuasa. Namun mereka bias bersedekah
dengan kelebihan harta mereka? Beliau menjawab, Bukankah Allah
telah menjadikan bagi kalian apa yang bias kalian sedekahkan?
Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah. Setiap bacaan
takbir adalah sedekah. Setiap bacaan tahmid adalah sedekah. Dan
Setiap bacaan tahlil adalah sedekah.
425. Termasuk dalam hadits di atas adalah bersedekah atas
nama orang yang telah meninggal. Sedekah ini adalah boleh.
Pada masa Rasulullah SAW sedekah tidak hanya teratas pada
makanan saja, bahkan kebun kurma dan segala sesuatu yang
nilainya mahal lalu pahalanya dihadiahkan kepada orang
yang telah meninggal. Dalam hadits disebutkan:


.426


427. Dari Ibnu Abbas dia berkata, Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasululah, Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal. Apakah akan
223

bermanfaat baginya jika aku bersedekah atas nama dia? Beliau


menjawab, Ya, benar Laki-laki itu berkata, Aku memiliki sebuah
keranjang. Maka aku persaksikan kepada engkau bahwa aku
mensedekahkannya atas nama dia.
428. Bahkan sedekah yang pahalanya dihadiahkan kepada
orang yang telah meninggal termasuk amal mulia. Dari
sekian banyak bentuk sedekah yang paling utama
diantaranya adalah memerdekakan budak, sedekah,
memintakan ampunan dan mendoakannya serta
menghajikannya. Membaca Alquran dengan tanpa upah dan
menghadiahkan pahala bacaan itu kepada mayit juga dapat
sampai.
429. Sedangkan mengenai anggapan bahwa suguhan makanan
kepada orang yang hadir dalam tahlilan selama 7 hari
berturut-turut sepeninggal mayit adalah tradisi agama Hindu
dan Budha adalah angapan keliru. Yang benar adalah bahwa
tradisi ini jika dipilah-pilah masing-masing sebagai
menyuguhkan makanan, majlis dzikir dan mendoakan mayit
adalah hal yang dianjurkan syariat. Sedangkan
melaksanakannya pada hari-hari tertentu misalnya hari
ketujuh, keempat puluh, keseratus, keseribu dan setiap tahun
dan seterusnya hanyalah adat kebiasaan yang tidak
bertentangan dengan syariat.
430. Bahkan ImamAhmad bin Hambal menyebut itu sebagai
tradisi salaf yang sunat dipraktekan
431. Dalil seperti di atas itulah yang dijadikan rujukan/referensi
oleh kaum Ahlussunnah wal Jamaah untuk keyakinan mereka
bahwa menghadiahkan pahala bacaan Al-Quran, dzikir,
shalawat, atau sedekah itu bisa sampai dan bermanfaat bagi
mayit. Dan semua hal tersebut sudah barang tentu atas izin
Allah SWT.
224

432. Adapun ketentuan hukum yang ada pada ayat 39 An-Najm


tersebut adalah berlaku bagi umat Nabi Ibrahim dan Nabi
Musa. Sedangkan bagi umat Muhammad, mereka bisa
mendapat pahala dari amalnya sendiri dan bisa juga
mendapat pahala dari amal orang lain. Hal ini sesuai dengan
bunyi ayat sebelumnya :


.433




434. Artinya :Apakah belum diberitakan kepadanya apa yang ada


dalam lembaran-lembaran Musa?Dan lembaran-lembaran Ibrahim

yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang


berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. (QS. An-Najm : 36-39)
435.
436. Pemahaman yang demikian ini sesuai dengan keterangan
dalam kitab tafsir Khozin juz IV hal. 268 :

] . .437
[6/268
438. Artinya :Adapun yang demikian itu adalah bagi kaum Ibrahim
dan kaum Musa. Sedangkan untuk umat ini (umat Muhammad SAW),
maka mereka dapat memperoleh pahala dari perbuatannya sendiri dan
pahala dari amal kebajikan orang lain.
439. Ada juga penafsiran versi lain mengenai ayat 39 surat anNajm tadi, yaitu menurut as-Syaikh Ibnul Qoyyim al-Jauziyah
yang dikutip dan diterjemahkan oleh al-Mukarrom KH.
Muhyiddin Abd. Shomad dalam bukunya Hujjah NU hal 85,
sebagai berikut :
225

440. Jawaban yang baik tentang ayat ini, bahwa menusia


dengan amalnya sendiri dan juga karena pergaulannya
sendiri dan juga karena pergaulannya yang baik dengan
orang lain, ia akan memperoleh banyak teman, melahirkan
keturunan, menikahi perempuan, berbuat baik serta
menyintai sesama. Maka semua teman, keturunannya dan
keluarganya tentu akan menyayanginya kemudian
menghadiahkan pahala ibadahnya (ketika telah meninggal
dunia). Maka hal itu pada hakikatnya merupakan hasil
usahanya sendiri.
441. Berdasarkan keterangan yang akurat dari beberapa dalil
syari di atas, warga kita pasti bisa menjawab pertanyaan
dari si penanya dengan jawaban tegas bahwa :
442. a.

Menghadiahkan pahala amal kebaikan kepada ahli

kubur yang sama-sama muslim, baik ada hubungan


kekerabatan atau tidak antara yang menghadiahkan dengan
si mayit yang di hadiahi, itu menurut doktrin Ahlussunnah wal
Jamaah bisa sampai pada mayit tadi;
443. b.

Ukhuwwah Islamiyah itu tidak terputus karena

kematian. Oleh karenanya menolong ahli kubur dengan doa


yang diwujudkan dalam bentuk tahlilan dan sebagainya itu
akan manfaat bagi mereka.
444.
445.
446. XIII
447. PERINGATAN HAUL
448. A.

Pengertian Haul

449. Haul dalam pembahasan ini diartikan dengan makna


setahun. Jadi peringatan haul maksudnya ialah suatu
peringatan yang diadakan setahun sekali bertepatan dengan

226

wafatnya seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat, baik


tokoh perjuangan atau tokoh agama/ulama kenamaan.
450. B.

Tujuan Diadakannya Peringatan Haul

451. Peringatan haul ini diadakan karena adanya tujuan yang


penting yaitu mengenang jasa dan hasil perjuangan para
tokoh terhadap tanah air, bangsa serta umat dan kemajuan
agama Allah, seperti peringatan haul wali songo, para haba'ib
dan ulama besar lainnya, untuk dijadikan suri tauladan oleh
generasi penerus.
452.
453.
454. C.

Rangkaian Kegiatan yang dilaksanakan dalam Acara

Haul
1. Ziarah ke makam sang tokoh dan membaca dzikir, tahlil,
kalimah thayyibah serta membaca Al-Quran secara berjamaah
dan doa bersama di makam;
2. Diadakan majlis ta'lim, mau'idzoh hasanah dan pernbacaan
biografi sang tokoh/manaqib seorang wali/ulama atau habaib;
3. Dihidangkan sekedar makanan dan minuman dengan niat
selamatan/shodaqoh anil mayit.
455.
456. D.

Hukum Mengadakan Peringatan Haul

457. Selama dalam peringatan haul itu tidak ada hal yang
menyimpang dari tujuan sebagaimana yang disabdakan oleh
Nabi atau yang difatwakan oleh para ulama, maka haul
hukumnya jawaz(boleh). Jadi, salah besar jika ada orang yang
mengatakan bahwa secara mutlak peringatan haul itu
hukumnya haram atau mendekati syirik.
458.
459. E.

Dalil diperbolehkannya Peringatan Haul

227

460. Berikut ini ada beberapa dalil syari yang berkaitan dengan
masalah peringatan haul dengan serangkaian mata acaranya.
461. a.

Hadits riwayat Imam Waqidi sebagaimana yang

tersebut dalam kitab Nahjul Balaghoh hal. 399


: .462
.
[ ] .
463. Artinya:Adalah Rasulullah SAW. berziara ke makam syuhada
Uhud pada setiap tahun. Dan ketika beliau sampai di lereng gunung
Uhud beliau mengucapkan dengan suara keras semoga kesejahteraan
dilimpahkan kepada kamu berkat kesabaranmu, maka alngkah baiknya
tempat kesudahan. Kemudian Abu Bakar, Umar bin Khatthab dan
Utsman bin Affan juga melakukan seperti tindakan Nabi tersebut.
464.
465. b.

Hadits riwayat Imam Thabrani dan Imam Baihaqi :

]. .466
[
467.
468. Artinya :Tiada suat kaum yang berkumpul dalam satu majelis
untuk berdzikir kepada Allah kemudian mereka bubar sehingga
diundangkan kepada mereka bubarlah kamu, sungguh Allah telah
mengampuni dosa-dosamu dan kejahatan-kejahatanmu telah diganti
dengan kebaikan-kebaikan. (HR. Thabarani dan Baihaqi)
469. c.

Hadits riwayat Imam Dailami :

] [ . .470
158 :
471. Artinya :Menyebut-nyebut para Nabi itu termasuk ibadah,
menyebut-nyebut para shalihin itu bisa menghapus dosa, mengingat
kematian itu pahalanya seperti bersedekah dan mengingat alam
kuburitu bisa mendekatkan kamu dari surga. (HR. Dailami)

228

472. d. Fatwa Ulama (Syaikh Abdur Rahman al-Jaziri) dalam


kitabnya al-fiqih ala madzahibil arbaah :
. .473
[1/540 ]
474. Artinya :Sangat dianjurkan bagi orang yang berziarah kubur
untuk bersungguh-sungguh mendoakan kepada mayit dan membaca
Al-Quran untuk mayit, karena semua itu pahalanya akam bermanfaat
bagi mayit. Demikian itu menurut pendapat ulama yang paling
shahih.
475.
476. Memang begitulah doktrin Ahlussunnah wal Jamaah
tentang ziarah kubur dan haul. Kedua-keduanya merupakan
salah satu dari sekian banyak cabang amalan qurbah yang
dianjurkan dalam agama. Namun dibalik itu ada hal yang
patut disayangkan karena di dalam pelaksanaannya sering
terjadi kemaksiatan yang sangat mencolok yang dilakukan
oleh warga kita sewaktu menghadiri acara tadi, yakni
berbaurnya kaum laki-laki dan perempuan dalam satu tempat
: di sarean sewaktu mereka berziarah kubur, berjubel-jubel
dalam satu ruangan sewaku hadir pada acara haul atau
berjejal-jejal dalam satu kendaraan (truk) yang mengangkat
sewaktu mereka berangkat dan pulang dari tempat acra dll.
477. Maka alangkah bijaknya jika masing-masing oknum, baik
panitian atau warga yang hadir mau memperhatikan fatwa
ulama klasikk yang menaruh rasa saying kepada umat
dengan maksud agar amaliyh mereka ini tidak tercemar
denan noda-noda kemaksiatan.
478. Tersebut dalam kitab Al-Fatawil Kubro juz II hal 24 :
) ( .479
: )(
: ...
229

.
.
480. Artinya :Syaikh Ibnu Hajar ditanya tentang ziarah kubur para
wali pada saat tertentu dan menuju ke kuburan itu, apakah itu
diperbolehkan, sedangkan di situ terjadi banyak
mafsadah/kemaksiatan, seperti berbaurnya kaum laki-laki dan
perempuan, menyalakan lampu dalam jumlah yang banyak dan lain
sebaigainya. Beliau menjawab : ziarah kubur para wali adalah suatu
amal kebaikan yang dianjurkan .. sampai kata-kata kiyai mushonnif :
apa yang diisyaratkan oleh si penanya berupa tindakan bidah atau
hal-hal yang diharamkan, jangan menjadi sebab ditinggalkannya
kebaikan tersebut. Bagi seseorang tetaplah melakukannya dan
ingkar/benci terhadap pelanggaran dan menghilangkannya, kalau
memang memungkinkan. Para fuqaha menyebutkan mengenai thawaf
sunat apalagi thawaf wajib agar dilakukan walaupun di situ ada banyak
perempuan demikian pula lari-lari kecil. Namun mereka
memerintahkan agar menjauh dari para perempauan tersebut.
Demikian pula ziarah kubur tetap dilakukan akan tetapi jauhilah
(berdesak-desakan dengan) kaum wanita dan cegahlah dan kalau bisa
hilangkanlah hal-hal yang diharamkan seperti keterangan yang telah
lewat.
481. F.

Subtansi Haul Ulama

482. Tujuan 'mengenang' kembali seorang ulama dalam biografi


ataupun tradisi yang sering dilakukan oleh warga Nahdliyin
dalam mengadakan haul ulama dengan menyebutkan
kisahnya selama hidupnya adalah untuk 'meneladani
keshalehannya'. Hal ini sudah dilakukan sejak zaman
sahabat:

.483




(1195 )
230

484. "Diriwayatkan dari Sa'd bahwa Abdurrahman bin Auf suatu hari
disuguhi makanan. Ia berkata: "Mush'ab bin Umair telah terbunuh, ia
lebih baik dariku, tak ada yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali
kain selimut. Hamzah juga telah terbunuh, ia lebih baik dariku, tak ada
yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali kain selimut. Sungguh saya
kuatir amal kebaikan-kebaikan kami segera diberikan di kehidupan
dunia ini". Kemudian Abdurrahman bin Auf menangis" (Riwayat Bukhari
No 1195)
485. Dalam hal ini al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip dari ahli hadis:
(354 /7 )
.486
487. "Ibnu Baththal telah berkata: Dalam riwayat ini dianjurkan
menyebut kisah-kisah orang saleh dan kesederhanannya terhadap
duniawi. Tujuannya agar tidak cinta dunia" (Fathul Bari 7/354)
488. Abdullah Ibn Mubarak berkata:

(
) : .489
} :



...[120: { ]

(28 /5 )
490. Abdullah bin Mubarak berkata: "Sejarah orang-orang shaleh
adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hati
hamba-hamba Allah. Sebagaimana dalam firman Allah: Dan semua
kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orangorang yang beriman [Hud: 120] Seseorang butuh untuk berkunjung
kepada sosok manusia yang dapat membuatnya menangis. Jika tidak
menemukannya di kalangan yang masih hidup, maka pelajarilah dari
sejarah orang-orang yang telah wafat" (Syaikh Hasan asy-Syanqithi)
491. Dalam riwayat hadis disebutkan:
: .492
)


.(
231

493. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa: "Mengingat para Nabi


adalah bagian dari ibadah. Mengingat orang shaleh menjadi sebab
terhapusnya dosa. Mengingat mati adalah sedekah. Dan mengingat
kubur dapat mendekatkan kalian ke surga" (HR Dailami, sanadnya
dlaif)
494. Sufyan bin Uyainah berkata:
( )
.495
496. "Mengingat orang shaleh menjadi sebab turunnya rahmat"
(Sufyan bin Uyainah dikutip oleh Ibnu Jauzi dalam Muqaddimah Shifat
ash-Shafwah)
497. Ibnu Taimiyah juga berkata:
.498



(269 /2 )

499. "Orang-orang beriman merasakan nikmat dengan mengenal
Allah dan mengingat-Nya, bahkan mereka merasa nikmat dengan
mengingat para Nabi dan orang Shaleh. Karenanya ada ungkapan
'Mengingat orang shaleh menjadi sebab turunnya rahmat'. Hal ini
disebabkan adanya semangat di dalam hati untuk mencintai kebaikan,
termotifasi dan rasa senang terhadapnya" (Ibnu Taimiyah, kitab ashShafadiyah 2/269)
500.
501.
502. XIV
503. TALQIN MAYIT
504.
505. Sebetulnya masalah TALQIN dengan segala macam
persoalannya itu sudah dikupas oleh para ulama
mutaqaddimin atau ulama mutaakhirin dalam berberapa
kitab/karya tulisnya dan selalu diamalkan oleh kaum
Ahlussunnah wal Jamaah secara turun temurun.
506.
232

507. Akan tetapi amaliyah warga kita tadi menjadi terancam


kelangsungannya sejak munculnya gerakan yang dimotori
oleh kaum wahabi yang sangat berlebihan dalam usaha
memurnikan ajaran Islam, sampai-sampai mereka itu
melarang amalan-amalan umat Islam yang bersifat furuiyah,
misalnya : tahlilan, bancakan, dan talqin untuk mayit.
508. Di bawah ini uraian yang sebenarnya tentang Talqin
menurut Ahlussunnah wal Jamaah.
509. A.

Pengertian Talqin

510. Menurut bahasa, talqin artinya : mengajar, memahamkan


secara lisan.
511. Sedangkan menurut istilah, talqin adalah : mengajar dan
mengingatkan kembali kepada orang yang sedang naza atau
kepada mayit yang baru saja dikubur dengan kalimahkalimah tertentu.
512.
513. B.

Hukum Talqin

514. Orang dewasa atau anak yang sudah mumayyiz yang


sedang naza (mendekati kematian) itu sunat ditalqin dengan
kalimat syahadat, yakni kalimat laa ilaaha illallah. Dan sunat
pula mentalqin mayit yang baru dikubur, walaupun orang itu
mati syahid, apabila meninggalnya sudah baligh, atau orang
gila yang sudah pernah mukallaf sebelum dia gila.
515. Mungkinkah Mayit yang Sudah dikubur Bisa Mendengar
Ucapan Orang yang Mentalqin?
516. Di Indonesia memang ada sebagian umat Islam yang tidak
setuju mayit ditalqin. Alasan mereka, menurut akal kita mayit
yang sudah ada di kuburan itu tidak mampu lagi
mendengarkan ucapan orang yang ada di alam dunia. Mereka
mengemumakan dalil dari Al-Qur'an

233

.517

)80 : (

518. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang


mati mendengar (QS. An-Naml : 80)

.519


(

)22 :
520. Artinya : Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang
yang didalam kubur dapat mendengar(QS. Fathir : 22)
521. Kepada mereka perlu kita beri pengertian mengenai hal
yang berkenaan dengan masalah Talqin.
522. a.

Di dalam ajaran Islam itu ada hal-hal yang

berdasarkan tauqifi (petunjuk dari Nabi). Artinyawalau pun


secara rasional hal itu tidak mungkin terjadi, namun karena
Nabi SAW. memberi petunjuk bahwa hal tersebut bisa terjadi,
maka kita wajib menerimanya.
[ ]

.523

524. Artinya :Semua hal/ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. maka


hal itu harus dibenarkan dan diterima.
525. b.

Kedua ayat yang meraka kemukakan, itu tidak

menerangkan tentang larangan talqin mayit, akan tetapi


berisi keterangan bahwa orang kafir itu telinga hatinya sudah
mati, berpaling/tidak menerima apa-apa yang didakwahkan
oleh Nabi kepada mereka.
526. Uraian ini sesuai dengan keterangan yang ada dalam kitab
Tafsir Munir :
: .527
[2/133 ] .
528. Artinya :Firman Allah yang artinya : sesungguhnya kamu tidak
dapat menjadikam orang-orang yang mati mendengar dan tidak pula
234

menjadikan orang yang tuli mendenganr panggilan, apabila mereka


telah berpaling jelasnya karena kaum kuffar sudah berpaling dari apa
yang didakwahkan kepada mereka, maka mereka itu seperti orang
yang sudah mati.
529.
. : .530
[2/202 ]
531. Artinya:Firman Allah yang artinya : dan kamu sekali-kali tidak
sanggup menjadikau orang yang di alam kubur dapat mendengar
jelasnya : hai Muhanunad, makhluk yang paling mulia, kamu tidak bisa
memberi pengertian kepada orang yang seperti mayit yang ada dalam
kubur.
532. Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW. tidak dapat
memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah
mati hatinya.
533.
C. Dalil-Dalil Tentang Disunatkannya Talqin
534. a.

Dalil tentang disunatkannya mentalqin kepada

seseorang yang sedang naza adalah hadits Nabi SAW. seperti


yang ditulis oleh sayyid Bakri dalam kitab Ianatut Thalibin juz
II hal. 138 :
: .535
. :
536. Artinya :Disunatkan mentalqin orang yang akan meninggal
walaupun masih mumayyiz menurut pendapat yang kuat dengan
kalimat syahadat, karena ada hadits Nabi riwayat Imam Muslim
talqinlah orang Islam di antara kamu yang akan meninggal dunia
dengan kalimah La Ilaha Illallah dan hadits shahih Barang siapa yang
paling akhir pembicaraannya itu La Ilaha Illallah, maka dia masuk
surga, yakni bersama orang-orang yang beruntung.

235

537. b.

Sedangkan dalil disunatkannya talqin mayit yang baru

dikubur adalah :
1. Firman Allah, seperti keterangan dalam kitab Ianatut Thalibin juz II hal. 140
) ( .538
.[ 55 : ]
539. Artinya: Disunatkan mentalqin mayit yang sudah dewasa
walaupun mati syahid setelah sempurna penguburannya. Hal
yang demikian ini karena firman Allah : dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman (QS. Ad-Dzariyat : 55). Dan
seorang hamba sangat membutuhkan peringatan adalah saatsaat seperti ini.
540.
2. Hadits riwayat Thabarani :
.541

.
.
.
542. Artinya :Apabila salah seorang di antara saudaramu telah
meninggal dan penguburannya telah kamu sempurnakan
(ditutup dengan tanah), maka berdirilah salah seorang di
penghujung kuburnya, dan berkatalah : hai fulan bin fulanah
maka dia bisa mendengarnya. Kemudian berkatalah hai fulan
bin fulanah maka dia duduk dengan tegak. Berkatalah lagi hai
fulan bin fulanah maka dia berkata berilah saya petunjuk,
semoga Allah memberi rahmat kepadamu. Akan tetapi kamu
sekalian tidak mengerti. Seterusnya katakanlah kepadanya
ingatlah apa yang kamu pegangi sewaktu keluar dari alam
dunia, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, dan bahwa
236

kamu rela Allah sebagai Tuhan kamu, Islam sebagai agamamu,


Muhammad sebagai Nabi mu dan Al-Quran sebagai imam mu.
Maka sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir saling
berpegangan tangan mereka berdua.
543.
3. Hadits Nabi sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Ianatut Thalibin :
: .544
[2/140 ] .
545. Artinya :Disunatkan mentalqin mayit setelah sempurna
penguburannya, karena ada hadits : Ketika mayit telah
ditempatkan di kuburnya dan teman-temannya sudah pergi
meninggalkannya sehingga dia mendengar suara sepatu
mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya.
546. Dari keterangan ayat dan hadits Nabi tersebut, kita bisa
menyimpulkan :
547. 1.

Talqin setelah mayit dikubur itu bermanfaat bagi si

mayit.
548. 2.

Mayit yang ada dalam kubur bisa mendengar ucapan

orang atau suara-suara yang ada di alam dunia ini.


549. 3.

Karena jelas ada dalil yang menganjurkan, maka

hukum talqin adalah sunat tidak bidah dan tidak dilarang


seperti apa yang dituduhkan oleh kaum wahabi.
550.
551. XV
552. Menyuguhkan Makanan Pada Tamu Yang Bertakziyah
553. Menyuguhkan makanan kepada tamu yang bertakziyah
hukumnya boleh. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar:

.554

555. Seseorang bertanya kepada Rasulullah, Islam seperti apa yang


paling baik? Beliau menjawab, Yaitu jika engkau memberi makan dan
237

mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun tidak


engkau kenal.
556. Al Ahnaf bin Qais menyebutkan bahwa ketika Umar bin Al
Khatthab ditikam (yang kemudian menjadi sebab
kematiannya), dia memerintahkan Shuhaib untuk shalat
bersama orang-orang sebanyak tiga kali. Umar juga
memerintahkan menyuguhkan makanan.
557. Demikian juga hadits :
. : .558

. .-
559. Dari seorang Anshar, dia berkata, Kami keluar bersama
Rasulullah dalam rangka mengantar satu jenazah. Lalu aku lihat beliau
sedang berada di atas kubur- berpesan pada pengggali kubur,
Lebarkanlah dari arah kedua kakinya. Lebarkanlah dari arah
kepalanya. Setelah beliau pulang seorang utusan istri si Mayit
mengundang beliau. Beliau penuhi undangan itu. Kamipun menyertai
beliau. Kemudian disuguhkan makanan. Beliau meletakkan tangan
kemudian orang-orang juga meletakkan tangan, lalu mereka semua
makan.
560. Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diundang
istri atau keluarga mayit. Kemudian beliau bersama para
Sahabat berkumpul di rumah duka. Saat itu adalah setelah
penguburan mayit. Beliau dan yang lain makan makanan
yang disuguhkan. Rasulullah SAW juga memerintahkan
memberikan makanan itu kepada para tawanan perang,
sebab beliau juga khawatir dagingnya membusuk.
561. Berdasarkan hadits di atas hukumnya boleh keluarga orang
yang meninggal menyuguhkan makanan atau mengundang
orang untuk berkumpul di rumahnya, apalagi jika yang
diundang adalah orang-orang fakir miskin. Kecuali apabila
238

diantara ahli waris terdapat anak yang masih kecil, maka


jangan sampai untuk keperluan itu diambilkan dari harta
peninggalan orang yang meninggal.
562. Berdasarkan apa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW
tersebut menyuguhkan makanan kepada tamu yang
bertakiyah hukumnya boleh.
563.
564. BAB XVI
565. WALIMATUL HAMLI
566.
567. Di kalangan masyarakt jawa khususnya yang ada di
pedesaan masih dilestarikan suatu tradisi apabila si
perempuan hamil maka keluarganya mengadakan
selamatan/walimahan, mereka menyebutnya tingkepan,
sementara para santri menyebutnya walimatul hamli.
568. Kata tingkepan/tingkep berasal dari bahasa daerah/jawa :
sing dienti-enti wis mathuk jangkep(yang ditunggu-tunggu
sudah hampir sempurna). Waktu pelaksanaan selamatan
tingkepan ini antara daerah satu dengan daerah lain tidak
sama. Di sebagian daerah dilaksanakan pada saat usia janin
empat bulan, sedangkan di daerah lain dilaksanakan pada
saat usia janin tujuh bulan. Dalam upacara tingkepan yang
mereka anggap sakral itu dihidangkan beberapa jenis menu
makanan khas, di samping itu disajikan juga secama sesajen
yang beraneka ragam.
569. Apakah upacara tingkepan (walimatul hamli) ini termasuk
salah satu amalan sunnah atau tidak? Ada dalil dari hadits
nabi atau pendapat ulama salaf atau tidak? Persoalan inilah
yang menjadi faktor penyebab timbulnya pro dan kontra
antara kelompok muslim yang satu dengan kelompok muslim
yang lain. Sebagian dari kelompok muslim di Indonesia ada
239

yang apriori, tidak mau malakukan bahkan ada yang bersikap


ekstrim menolak dan berusaha untuk memberantasnya.
Mereka berargumentasi bahwa tradisi tersebut termasuk adat
istiadat jahiliyah (salah satu peninggalan Budha klasik). Oleh
karena itu tidak pantas hal tersebut diamalkan oleh umat
muslim. Mereka mengemukakan sebuah dalil berupa hadits
Nabi saw. :



.570
.

5 .
571. Artinya :Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga :
572. 1. Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram;
573. 2. Orang yang sudah memeluk Islam, akan tetapi masih
mengamalkan tradisi kaum jahiliyah;
574. 3. Orang yang menuntut darah orang lain agar orang lain
itu dialirkan darahnya (yakni menuntut hukum bunuh tanpa
alasan yang benar).
575. Adapun kelompok sunni (umumnya warga nahdliyin)
menyikapi budaya tingkepan ini dengan fleksibel/lentur, mau
menerima tidak apriori mau melakukan bahkan
melestarikannya, namun tidak serta-merta menerimanya
secara total, akan tetapi bertindak selektif, yang dilihat bukan
tradisi atau budayanya tetapi nilai-nilai yang dikandungnya.
576. Sebagaimana di sebut di awal bahwa dalam upacara
tingkepan -biasanya dilakukan oleh orang awam- itu ada
hidangan khusus dan ada lagi sajian lain. Jika hal itu tidak
dipenuhi -menurut kepercayaan mereka- akan timbul dampak
negatif bagi ibu yang sedang hamil atau janin yang
dikandungnya. Hidangan atau sajian dimaksud antara lain :
577. 1. Nasi tumpeng;
578. 2. Panggang ayam;
579. 3. Buceng/nasi bucu tujuh buah;
240

580. 4. Telur ayam kampung yang direbus tujuh butir;


581. 5. Takir pontang yang berisi nasi kuning;
582. 6. Nasi liwet yang masih dalam periok;
583. 7. Rujak, yang bahannya dari beraneka ragam buahbuahan;
584. 8. Pasung yang dibungkus daun nangka;
585. 9. Cengkir (buah kelapa gading yang masih muda).
586. 10. Sehelai daun talas yang diberi air putih;
587. 11. Seser (alat jaring untuk menangkap ikan);
588. 12. Sapu lidi;
589. 13. Pecah kendi di halaman rumah;
590. 14. Dan lain-lain.
591. Dengan melihat praktek dalam acara tingkepan yang
demikian itu, maka wajarlah kiranya ada kelompok yang
besikeras, seratus persen menolaknya.
592. Bagi kelompok yang setuju, tidak langsung menolaknya,
akan tetapi dengan sikap selektif dan akomodatif, mereka
menerima pelaksanaan acara selamatan tingkepan asalkan di
dalamnya tidak ada hal-hal yang berseberangan dengan
syariat (hal yang haram) dan tidak pula merusak akidah
(berbau syirik).
593. Shahibul walimah seharusnya mengerti bahwa :
594. 1. Semua yang dihidangkan, baik yang berupa makanan
yang dimakan di tempat atau yang berupa berkatan jangan
diniati yang bukan-bukan, akan tetapi berniatlah menjamu
para tamu dan bersedekah dengan harapan semoga dengan
wasilahshadaqah ini, Allah SWT. memberikan keselamatan
kepada segenap anggota keluarga, khususnya janin yang
berada dalam kandungan serta sang suami dan isteri yang
sedang mengandung (selameto ingkang dipun kandut,

241

selameto ingkang ngandut lan selameto ingkang


ngandutaken).
595. Bagi kita semua pasti sudah sama-sama faham bahwa
yang namanya shadaqah dengan segala macam bentuknya
asalkan dengan niat yang ikhlas dan bahan-bahannya halal,
secara umum Rasulullah SAW. sangat menganjurkannya dan
beliau jelaskan pula fadlilahnya, sebagaimana sabda beliau :
596. a. Hadits riwayat Imam Rafii :
.597
(264 : ) .
598. Artinya :Setiap sesuatu itu ada alat pencucinya, pencuci
untuk rumah/tempat tinggal adalah menjamu para tamu.
(HR. Imam Rafii).
599. b. Hadits riwayat Imam Thabarani :
.
.600
601. Artinya :Besedekah itu bisa menutup tujuh puluh macam
pintu keburukan. (HR. Imam Thabarani).
602. c. Hadits riwayat imam Khatib :

.
.603
604. Artinya :Bersedekah itu bisa menolak tujuh puluh macam
mala petaka/bala. (HR. Imam Khatib)
605. 2. Walimatul hamli/selamatan tingkepan adalah salah satu
wujud tahadduts bin nimahyakni memperlihatkan rasa
syukur atas kenikmatan/ kegembiraan yang dianugerahkan
oleh Allah SWT. berupa jabang bayi yang berada dalam janin
yang selama ini menjadi dambaan pasangan suami dan isteri.
606. Ulama salaf memfatwakan : setiap ada suatu
kenikmatan/kegembiraan disunatkan mengadakan
selamatan/bancaan mengundang sanak tetangga dan temanteman sebagaimana yang ditulis oleh syaikh Abd. Rahman AlJuzairi dalam kitabnya al-fiqhu alal madzahibil arbaah juz II
hal. 33 :
242


: .607
.
608. Artinya :Ulama Syafiiyyah (pengikut madzhab Syafii)
berpendapat : disunatkan membuat makanan dan
mengundang orang lain untuk makan-makan, sehubungan
dengan datangnya suatu kenikmatan/kegembiraan, baik itu
acara temantenan, khitanan, datang dari bepergian dan lain
sebagainya.
609.
610. Wal-hasil, para warga yang hendak mengadakan walimatul
hamli sudah barang tentu harus menata hatinya dengan
niatan yang benar dan mempunyai sikap arif dan bijak dalam
memilih dan memilah di antara beberapa hidangan dan
sajian tersebut, mana yang bisa diselaraskan dengan syariat
dan mana yang tidak, mana yang masih dalam koridor akidah
islamiyah dan mana yang tidak.
611.
612. XVII
613. TRADISI RUAWATAN
614. A.

Pengertian Ruwat/Ruwatan

615. Kata ruwat mempunyai arti terlepas (bebas) dari nasib


buruk yang akan menimpa.
616. Ruwatan atau meruwat berarti upaya manusia untuk
membebaskan seseorang yang menurut kepercayaan akan
tertimpa nasib buruk, dengan cara melaksanakan suatu
upacara dan tata cara tertentu.
617. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat (jawa: Gugon
Tuhon) bahwa sebagian orang yang mempunyai kriteria
tertentu itu dalam hidupnya di dunia ada yang akan tertimpa
nasib buruk.
618. B.

Asal Muasal Adanya Ruwatan


243

619. Dalam cerita pewayangan ada seorang tokoh yang


bernama "BETHORO GURU" atau "SANG YANG GURU", dia
beristrikan dua orang istri. Dari istri pademi dia menurunkan
seorang anak laki-laki bernama WISHNU. setelah dewasa
Wishnu menjadi orang yang berbudi pekerti baik, sementara
dari istri selir dia juga menurunkan seorang anak laki-laki
bernama BETHORO KOLO. Setelah dewasa Bethoro Kolo
menjadi orang jahat, konon kesurupan setan. Dia sering
mengganggu jalma manusia untuk dimakan. Maka sang ayah
memberi nasehat ''Jangan semua jalma kamu mangsa, akan
tetapi pilihlah jalma seperti dibawah ini:
620. 1.

Untang-Anting yakni anak tunggal laki-Iaki.

621. 2.

Unting-Unting yakni anak tunggal perempuan.

622. 3.

Kedono-Kedini yakni dua anak laki-Iaki dan

perempuan.
623. 4.

Kembang Sepasang yakni dua anak perempuan.

624. 5.

Uger-Uger Lawang yakni dua anak laki-laki.

625. 6.

Pancuran Keapit Sendang yakni tiga anak, perempuan,

laki-laki dan perempuan.


626. 7.

Sendang Keapit Pancuran yakni tiga anak, laki-laki,

prempuan dan laki-laki.


627. 8.

Cukit-Dulit yakni tiga anak laki-Iaki.

628. 9.

Sarombo yakni empat anak laki-Iaki.

629. 10.

Pandowo yakni lima anak laki-laki.

630. 11.

Gotong Mayit yakni tiga anak perempuan.

631. 12.

Sarimpi yakni empat anak perempuan.

632. 13.

Ponca Gati yakni lima anak perempuan.

633. 14.

Kiblat Papat yakni empat anak laki-laki dan

perempuan.
634. 15.

Pipilan yakni lima anak, empat perempuan dan satu

laki-laki.
244

635. 16.

Padangan yakni lima anak, satu perempuan em pat

laki-laki.
636. 17.

Sepasar yakni Lima anak laki-laki dan perempuan.

637. 18.

Pendowo Ngedangno yakni tiga anak laki-laki dan

satu perempuan.
638. Dalam metos orang Jawa, cerita diatas secara turun
temurun masih diyakini kebenarannya, sehingga
menurutShohibur riwayah agar Bethoro Kolo yang jahat itu
tidak memangsa jalma seperti tersebut diatas, dicarikan
solusi yaitu harus diadakan "RUWATAN" untuk anak yang
bersangkutan.
639.
640. C.

Acara "Ruwatan" Dalam Tradisi Jawa

641. Ruwatan yang diyakini oleh kebanyakan orang jawa


sebagai solusi agar jalma/anak yang bersangkutan terhindar
dari mara bahaya, adalah suatu upacara yang acaranya
sebagai berikut:
642. a.

Mengadakan pagelaran wayang;

643. b.

Sebagai pemandu pagelaran ini, dipilih seorang

"DALANG SEJATI";
644. c.

Lakon yang dipentaskan, lakon khusus "MURWO

KOLO";
645. d.

Menyajikan sesaji khusus untuk memuja Bethoro Kolo;

646. e.

Pada acara pamungkas ruwatan, ki Dalang Sejati

membacakan mantra-mantra dengan iringan gamelan,


langgam dan gending tertentu. Konon mantra-mantra
tersebut untuk tolak balak (mengusir BETHORO KOLO yang
jahat itu).
647. D.

Acara Ruwatan yang Islami.

648. Pada saat para wali bertabligh di Jawa, tradisi ruwatan


tersebut terus berlaku di kalangan masyarakat. Oleh karena
245

menurut hasil seleksi para wali di dalam upacara dan acara


ruwatan ala Jawa tersebut ada unsur-unsur yang
menyimpang dari syariah, dan ada juga unsur-unsur yang
merusak 'aqidah. Maka dengan bijak mbah wali mencari
alternatif lain dengan cara mewarnai budaya tersebut dengan
amalan-amalan yang Islami.
649. Sewaktu ada salah satu warga masyarakat yang meminta
kepada mbah wali untuk diruwat, beliau tetap melayaninya,
namun dengan cara baru, yaitu :
650.

Amalan yang asalnya berbau Khurafat (Gugon Tuhon)

diarahkan kepada perilaku yang bertendensi kepada syariah;


651.

Amalan yang asalnya berbau syirik, diarahkan kepada

Tauhid;
652.

Amalan yang asalnya berbau bidah, diarahkan

kepada Sunnah.
653. Dalam acara ruwatan yang Islami ini, mbah Wali berinisiatif
untuk melakukan amalan-amalan yang sekiranya sesuai
dengan tuntunan syariah dan berpegang pada aqidah yang
benar. Amalan-amalan tersebut antara lain :
654. a.

Membaca surat Yasin dengan cara berjama'ah;

655. b.

Membaca kalimah Thayyibah dan shalawat Nabi;

656. c.

Memanjatkan do'a (memohon kepada Allah SWT) agar

keluarga yang bersangkutan terhindar dari mara bahaya,


diberi keselamatan di dunia dan akhirat;
657. d.

Diadakan sekedar selamatan, shadaqahan, yang

dihidangkan kepada para peserta upacara ruwatan.


658.
659. E.

Hukum Ruwatan

660. Mengenai hukum ruwatan dengan cara tradisi Jawa seperti


yang tersebut dalam keterangan di atas, kiranya cukup jelas
bagi kita kaum muslimin, bahwa hal tersebut tidak
246

diperbolehkan, karena didalamnya ada unsur-unsur yang


menyimpang dari ajaran agama Islam.
661.
662. Nah, sekarang bagaimana hukum ruwatan yang
dilaksanakan dengan mambaca surat Yasin, Sholawat Nabi,
Kalimah Thoyyibah, bacaan do'a dan selamatan ala
kadarnya?
663. Jawaban masalah tersebut, bisa diuraikan sebagai berikut:
664. a.

membaca surat Yasin dan sholawat Nabi dengan

maksud agar tercapai apa yang dituju, terlepas dari kesulitan


dan terhindar dari bermacam-macam kejahatan, hal itu
termasuk amalan yang dibenarkan dalam agama kita. Sayyid
Muhammad bin Alawi dalam kitabnya "Idlohu Mafahimis
Sunnah" menerangkan :

.665

.







.

.



11 : . .

666. Artinya :" Barang siapa membaca surat Yasin atau surat lain
dalam Al-Qur'an karena Allah dengan niat memohon agar diberkahi
umurnya, harta bendanya dan kesehatannya, hal yang demikian itu
tidak ada salahnya, dan orang tersebut telah menempuh jalan
kebajikan, dengan syarat jangan menganggap adanya anjuran syari'at
secara khusus untuk hal itu. Silahkan orang itu membaca surat Yasin
tiga kali, tiga puluh kali atau tiga ratus kali, bahkan bacalah AI-Qur'an
seluruhnya secara ikhlas karena Allah serta memohon agar terpenuhi
hajatnya, tercapai maksudnya, dihilangkan kesusahannya, dilapangkan
kesempitannya, disembuhkan penyakitnya dan terbayar hutangnya.
Maka apa salahnya amalan tersebut? Toh Allah menyukai orang yang
247

memohon kepadaNya mengenai segala sesuatu sampai dengan urusan


garam untuk dimakan atau memperbaiki tali sandal. Adapun orang
tersebut sebelum berdoa membaca surat Yasin atau membaca
sholawat Nabi hal itu hanyalah merupakan tawassul dengan amal
shalih dan tawassul dengan Al-Qur'an. Disyari'atkannya Tawassul ini
disepakati oleh para ulama.
667. Syaikh Ahmad As-Showi dalam kitab tafsirnya juz III
halaman 317 juga meriwayatkan sabda Nabi yang artinya:
.668
. .
.
.

.
. : .....

.


317 .

669. Artinya:''Sungguh dalam Al-Qur'an itu ada satu surat yang


memberi syafa'at kepada pembacanya dan memohonkan ampunan
untuk pendengarnya, ingatlah surat itu adalah surat Yasin. Dalam kitab
Taurat surat ini disebut AL MUIMMAH. Ditanyakan : apa itu AlMuimmah Ya Rasul ? Rasu!ullah menjawab : artinya surat yang bisa
meliputi secara keseluruhan kabajikan di dunia dan tertolaknya
kehebohan di akhirat bagi pembaca. Surat ini disebut juga ADDAFI'AH dan Al-QODLIYAH. Ditanyakan : bagaimana demikian itu Ya
Rasul ? Rasulullah menjawab : artinya surat yang melindungi dari
segala keburukan dan meyebabkan tercapainya segala hajat bagi
pembacanya, .... sampai dengan sabdanya : surat Yasin itu untuk apa
saja yang diniatkan oleh pembacanya. Adapun hikmahnya para
ulamaus Sholihin memilih membacanya dengan berulang-ulang, empat
kali, tujuh kali atau empat puluh satu kali dan lain sebagainya, hal itu
karena adanya penghalang dan kelalaian pada hati kita, maka dengan
dibaca berulang-ulang itu kiranya bisa menjadi bersihlah cermin hati
kita dan menjadi lunaklah tabi'atnya.

248

670. b.

Beristighatsah dengan niat bertaqarrub dan berdo'a/

memohon kepada Allah mengenai segala urusan, baik urusan


yang kecil atau yang besar, adalah termasuk hal yang
diperintahkan oleh Allah dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
671. Dalam Tafsir Showi juz IV halaman 13 diterangkan :

. .672

. : .
13 .
673. Artinya: ''Dan Tuhanmu berfirman "Berdo'alah kepadaKu niscaya
akan Aku perkenankan bagimu (Al-Mukmin : 60). Do'a menurut
aslinya ,adalah memohon dan merendahkan diri kepada Allah SWT
dalam segala kebutuhan duniawi dan ukhrowi, kebutuhan yang besar
atau kecil. Ada anjuran untuk berdo'a dalam riwayat hadits : Silahkan
salah satu dari kamu sekalian memohon kepada Tuhannya mengenai
semua kebutuhannya sampai dengan tali sandalnya yang putus.
Firman Allah: "Astajib Lakum" artinya : Aku (Allah) akan
memperkenankan kamu mengenai apa yang kamu mohonkan
kepadaKu.
674. c.

Mengadakan selamatan/menghidangkan hidangan

kepada para peserta upacara ruwatan dengan niat shadaqah.


Hal ini juga rnengandung banyak fadlilah/keutamaan, antara
lain : menyebabkan orang yang bersedekah akan terhindar
dari beraneka ragam balak, mushibah dan mara bahaya.
Sebagaimana hadits Nabi riwayat dari sahabat Anas, bahwa
Nabi SAW bersabda :

190 . .
.675
676. Artinya:'Shodaqoh itu bisa menolak tujuh puluh macam balak
(mushibah). HR. Khotib
677. Dengan demikian hukum ruwatan dengan membaca surat
Yasin, shalawat Nabi dan lain sebagainya adalah boleh jika
dimaksudkan untuk rnendekatkan diri kepada Allah dan
249

bersih dari hal-hal yang terlarang. Bisa juga rnenjadi haram


jika tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah
atau mengandung larangan agama, bahkan bisa jadi kufur,
jika dimaksud untuk menyembah selain Allah.
678. Kesimpulan hukum demikian ini, sebagaimana yang
tersebut dalam hasil keputusan bahtsul masa'il NU Jatim
halaman 90 :



.679




.

.

680. Artinya:''Apabila menshodaqohkan makanan tersebut dengan
tujuan mendekatkan diri (taqarrub) pada Allah agar terhindar dari
kejahatan jin, maka tidak haram karena tidak ada taqarrub kepada
selain Allah. Apabila ditujukan pada jin, maka haram hukumnya.
Bahkan apabila bertujuan mengagungkan dan menyembah pada selain
Allah, maka hal itu menjadikan kufur karena diqiyaskan pada nashnya
dalam masalah penyembelihan (dzabhi).
681.
682.
683. XVII
684. TRADISI KUPATAN
685. A.

Pengertian Kupatan

686. Dalam tradisi Jawa, hari raya pasca Ramadlan atau biasa di
sebut dengan sebutan Bhada atau Riyaya itu ada dua
macam. Bhada lebaran dan bhada kupat. Kata Bhada di ambil
dari bahasa Arab bada yang artinya : sudah. Sedangkan
riyoyo berasal dari bahasa Indonesia ria yang artinya riang
gembira atau suka cita. Selanjtnya kata lebaran berasal dari
akar kata lebar yang berarti selesai. Maksud kata lebar di sini
adalah sudah selesainyanya pelaksanaan Ibadah pusasa dan
250

memasuki bulan Syawwal/Idul Fithri. Relevansinya, hari ini di


sebut riyaya karena umat Islam merasa bersuka cita
sebagai ekspresi kegembiraan mereka lantaran menyandang
predikat kembali ke fitrah/asal kesucian.
687. Adapun ketupat adalah makanan khas yang bahannya dari
beras dibungkus dengan selongsong yang terbuat dari
janur/daun kelapa yang dianyam berbentuk segi empat
(diagonal), kemudian direbus. Pada umumnya kupat
dihidangkan oleh umat muslim bersamaan dengan hari ke
delapan yang biasa di sebut dengan KUPATAN atau RIYAYA
KUPAT.
688.
689. B.

Asal Usul Tradisi Kupatan

690. Rasanya amat sangat sulit menemukan kajian ilmiyah


tentang sejarah/asal muasal kupat. Namun menurut berbagai
sumber, masyarakat jawa mempercayai bahwa sunan
Kalijaga adalah orang yang berjasa dalam hal mentradisikan
kupat beserta makna filosofis yang terkandung dalam
makanan khas ini.
691. Secara filosofis, makanan khas Kupat ini memiliki banyak
makna. Di antara makna itu adalah :
692. a.

Kata kupat berasal dari bahasa jawa ngaku lepat

(mengakui kesalahan). Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai


manusia biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada
sesama. Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita
diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masingmasing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Nah, dengan
sikap saling memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan
merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman.
693. b.

Bungkus kupat yang terbuat dari janur (sejatine nur),

ini melambangkan kondisi umat muslim setelah


251

mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan suci


Ramadlan secara pribadi-pribadi mereka kembali kepada
kesucian/jati diri manusia (fitrah insaniyah) yang bersih dari
noda serta bebas dari dosa.
694. c.

Isi kupat yang bahannya hanya berupa segenggam

beras, namun karena butir-butir beras tadi sama menyatu


dalam seluruh slongsong janur dan rela direbus sampai
masak, maka jadilah sebuah menu makanan yang
mengenyangkan dan enak dimakan. Ini satu simbol
persamaan dan kebersamaan persatuan dan kesatuan. Dan
yang demikian itu merupakan sebuah pesan moral agar kita
sama-sama rela saling menjalin persatuan dan kesatuan
dengan sesama muslim.
695.
696. C.

Bidah Dlalalah kah Tradisi Kupatan?

697. Meskipun riyoyo kupat sudah menjadi tradisi turun


temurun dan dilakukan di berbagai daerah, namun bukan
berarti semua umat muslim mau melakukannya. Ada yang
menganggapnya bidah dan bahkan menuduh sesat, karena
termasuk mengada-ada dalam masalah ibadah.
698. Pada hari raya Idul Fitri (1 Syawwal) semua orang Islam
diharamkan berpuasa. Pada hari berikutnya orang Islam
sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk melakukan
puasa selama enam hari, baik secara langsung dan
berurutan, sejak tanggal dua Syawwal atau secara terpisahpisah asalkan masih dalam lingkup bulan Syawwal. Sabda
nabi SAW :
(307 ) .


.699
700. Artinya :Barang siapa berpuasa Ramadlan kemudian
mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan syawwal, maka yang
demikian itu seperti puasa setahun. (HR. Imam Muslim)
252

701. Setelah puasa Syawwal, tidak ada tuntutan


menyelenggarakan tradisi tertentu. Maka ketika ada tradisi
riyoyo kupat pada tanggal 8 Syawwal, hal itu disebut bidah
(suatu hal yang baru). Di sinilah terjadi perbedaan persepsi di
antara umat muslim. Sebagian ada yang mau melakukannya
dan sebagian yang lain ada yang tidak mau. Sumbernya
adalah interpretasi makna bidah itu sendiri, serta status
amaliyah tradisi riyoyo kupat.
702. Pertama, pendapat yang mendifinisikan bidah secara
mutlak, yaitu segala hal yang belum pernah dikerjakan oleh
Rasulullah SAW. Sesuatu yang ada kaitannya dengan ibadah
dan tidak pernah dicontohkan oleh Nabi adalah bidah dan
haram dilakukan. Nah, karena tradisi kupatan dikategorikan
sebagai ibadah mahdlah (ritual murni) yang terikat dengan
tata cara yang didasarkan atas tauqif (jawa : piwulang) dari
nabi. Maka hal itu dianggap mengada-ada dan itu bidah.
Setiap bidah adalah dlalalah. Sabda Rasulullah SAW. :
(296 ) . .703
704. Artinya :Barang siapa mengada-ada di dalam urusan agama kita
ini, sesuatu yang tidak bersumber darinya, maka hal itu ditolak (HR.
Imam Baihaqi)
705. Dan sabda Rasulullah SAW. :

.706


. .

(87 ) .
707. Artinya :Jauhilah hal-hal baru yang diada-adakan, karena
sesungguhnya hal tersebut adalah bidah dan setiap bidah adalah
sesat (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) yakni kamu sekalian harus
menjauhi dan mewaspadai perkara-perkara baru dalam agama.
708. Kedua, pendapat yan mengklasifikasi bidah menjadi dua :
bidah hasanah (baik) dan bidah sayyiah (buruk). Karena
tradisi kupatan dikategorikan sebagai ibadah ghairu mahdlah
253

(ritul tidak murni) yang perintahnya ada, tetapi teknis


pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi, maka tradisi itu
dianggap sebagai amrun mustahsan (sesuatu yang dianggap
baik).
709. Pendapat kedua ini bukannya mengingkari dua hadits yang
dipedomani pendapat pertama, akan tetapi memahami
hadits tersebut dengan pemahaman yang lebih luas.
Maksudnya tidak semua didah itu dlalalah (sesat) akan tetapi
ada bidah itu yang hasanah (bagus) yaitu suatu hal baru
yang tidak merusak akidah dan tidak menyimpang dari
syariat.
710. As-Syaikh as-sayyid Muhammad Alawi dalam kitabnya alihtifal bidzikro maulidin nabi menyatakan :
:


.711
.
712. Artinya :Imam Syafii berpendapat bahwa amalan apa saja yang
baru diadakan dan amalan itu jelas menyimpang dari kitabullah,
sunnah rasul, ijmaus shahabah atau atsaratut tabiin, itulah yang
dikategorikan bidah dlalalah/sesat atau tercela. Sedangkan amalan
baik yang baru diadakan dan tidak menyimpang dari salah satu dari
empat pedoman di atas, maka hal tersebut termasuk hal yang terpuji.
713. Kemudian dalam kitab yang sama beliau (sayyid
Muhammad Alawi) menyimpulkan pendapat Imam Syafii
tersebut sebagai berikut :
.714
.

715. Artinya :Jadi setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil
syari dan mengadakannya tidak ada maksud menyimpang dari aturan
syariat serta tidak mengandung kemunkaran, maka hal itu termasuk
ad-din (urusan agama).
716.

254

717. Dengan demikian, menempatkan hukum riyoyo kupat


harus dilihat dari substansi masalahnya, yakni ajaran
silaturrahim, saling memaafkan dan pemberian
shadaqah/sedekah yang mana hal tersebut perintahnya ada
dalam dalil syari, sementara teknisnya bisa dilakukan
dengan beragam cara.
718. Dalil syari tentang silaturrahim antara lain : hadits riwayat
Tirmidzi :
.
.719
720. Artinya :Amal kebajikan yang paling cepat mendapatkan pahala
adalah ketaatan dan silaturrahim.
721. Dalil syari tentang memberikan maaf antara lain QS. AnNur 22 :
.22 : .
.722
723. Artinya :Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada, apakah kamu tidak ingin Allah akan mengampunimu? Dan Allah
adalah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. An-Nur : 22)
724. Dalil syari tentang memberikan sedekah antara lain :
.
.725
726. Artinya :Bersedakahlah kamu, meskipun hanya berupa sebutir
kurma (HR. Ibnu Mubarak).
727. Hadits riwayat Ibnu Ady :
. .728
729. Artinya :Hendaklah kamu sekalian satu sama yang lain saling
memberikan hadiah berupa makanan, karena yang demikian itu bisa
melapangkan rizkimu (HR. Ibnu Ady)
730. Wal-hasil, tradisi kupatan tidak bisa disebut sebagai bidah
atau tambahan dalam beribadah. Tradisi kupatan adalah
budaya lokal yang memiliki keterkaitan dengan syariat Islam.
Maka dari itu kupatan tidak bisa dihukumi sebagai
penyimpangan, apalagi tindakan sesat (dlalalah).
255

731.
732. BAB XVIII
733. Ngalap Berkah
734.
735. Fatwa haram, bidah bahkan syirik dalam masalah mencari
berkah (tabarruk, ngalap berkah) kembali ramai
didengungkan oleh mereka yang mengaku paling sehat dari
penyakit TBC (Takhayyul, Bidah dan Churafat) ketika makam
Gus Dur ramai diziarahi, bahkan ada beberapa peziarah yang
mengambil tanah di area makam tersebut. Sebagaimana
yang disebarkan oleh Ust Hartono Jais dan kawan-kawannya
yang sebenarnya tidak memiliki kapasitas dalam masalah ini,
dan hanya bertaklid buta kepada Syaikh Bin Baz, Syaikh
Utsaimin, Syaikh Albani dan sebagainya.
736. Ulama-ulama mereka dengan membabi-buta menvonis
syirik kepada semua bentuk tabarruk, dengan tanpa
sedikitpun mendudukkan makna tabarruk secara proporsional
maupun mengungkap dalil dan argument tabarruk yang
sudah dilakukan sejak Rasulullah Saw masih hidup.
737.
738. A.

Makna Berkah dan Mencari Berkah

739. al-Barakat dan derivasinya memiliki makna bertambah


dan berkembang. Sedangkan Tabarruk adalah
: . : . :.740
)13/408 : ( :
741. mencari berkah terhadap sesuatu, mencari tambahan dengan
metodenya (Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab 13/408)
742.
743. B.

al-Quran Tak Menafikan Berkah

744. Di dalam al-Quran banyak disebutkan kalimat berkat


dengan berbagai macam kalimat bentukannya. Ini
256

menunjukkan bahwa ada banyak sosok maupun tempat yang


diberkahi oleh Allah. diantaranya:
.745
746. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup (Maryam: 31)
.747
748. Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ibrahim) dan atas Ishak
(ash-Shaffaat: 113)
.749
750. (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah" (Huud: 73)
751.
752. 1.

tempat-tempat yang diberkati dalam al-Quran ::


.753

754. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat


beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Ali Imraan: 96)
.755

756. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada


suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aksa yang telah Kami
berkahi sekelilingnya (al-Israa: 1)
.757
758. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri
(Palestina) yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia
(al-Anbiyaa: 71)
.759
760. Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri
(Yaman) yang Kami limpahkan berkat kepadanya, (Saba: 18)
257

761. 2.

benda-benda ciptaan Allah juga dianugerahi

keberkahan dalam al-Quran:


.762
763. . kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya (an-Nuur: 35)
.764
765. Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari
(arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu.
(al-Qashash: 30)
.766
767. Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya
(berkah). (Qaaf: 9)
.768
769. sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada suatu
malam yang diberkahi (ad-Dukhaan: 3)
770.
771. C.

Mencari Berkah Telah Dilakukan Sejak Masa Nabi

Terdahulu
772. Tepatnya adalah Nabi Yaqub As ketika ditimpa penyakit tak
bisa melihat lantaran lama berpisah dengan putranya, Nabi
Yusuf. Untuk mengobatinya ternyata Nabi Yaqub maupun
Nabi Yusuf tidak langsung berdoa kepada Allah, dan Allah
juga kuasa jika langsung menyembuhkannya. Namun
kesembuhan itu melalui proses berkah sebagaimana
diabadikan dalam al-Quran:
.773
774. Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu
letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali.
(Yusuf: 93)

258

775. Tampak jelas sekali bahwa Allah menjadikan kesembuhan


itu melalui berkah baju gamis Nabi Yusuf.
776. Makam Nabi Yunus juga dijadikan tempat mencari berkah
Allah:
.777 . .
: - .
) - / 8
(271
778. Desa Hulhul antara Quds dan Khalil ada makam Yunus As. Para
penduduknya mencari berkah disana dan meyikini makamnya Nabi
)Yunus (adz-Dzahabi, Tarikh al-Islam 8/271
Mencari Berkah Di Masa Hidup Rasulullah Saw

779. D.

780. 1.

Rambut Rasulullah
.781 - -

.

) (3212
782. Rasulullah r menyuruh tukang pangkas rambutnya, untuk
mencukur rambut bagian kanan dan kirinya, lalu rambut-rambut itu
)dibagi-bagikannya kepada para sahabat (HR Muslim No 3212
.783

.
)
- / 4 (279
784. Sahabat Khalid bin Walid bertabaruk dengan rambut ubun-ubun
Rasulullah , ditaruh di dalam kopiahnya (songkok). Kholid berkata:
Saya tidak pernah mendatangi perang dengan membawa songkok
tersebut (yang berisi rambut Rasulullah), kecuali setiap peperangan
saya selalu diberi kemenangan (HR Thabrani dan Abu Yala, para
)perawinya adalah perawi hadis sahih
Air Ludah Rasulullah

259

785. 2.

.786 - -
)
70 (2731
787. Miswar dan Marwan berkata: Demi Allah Setiap Rasulullah
rberdahak, pasti dahak beliau jatuh ke tangan salah seorang sahabat,
)lalu ia gosokkan ke wajah dan kulitnya. (HR Bukhari No 70 dan 2731

.788 - - - -
) (688
789. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa bayi-bayi didatangkan kepada
RAsulullah Saw kemudian beliau mendoakan berkah dan memamah
)makanan kepada mereka (HR Muslim No 688
.790
.
. ) - / 2 (37
791. Para sahabat y bertabaruk dengan air sumur Budhaah di
Madinah, yang pernah diludahi oleh Nabi r (HR Thabrani, para
)perawinya terpercaya
).792
(
.
) 4328 (6561
793. Rasulullah Saw menyuruh kepada Abu Musa dan Bilal untuk
mengambil tempat air, lalu beliau membasuh kedua tangan dan
wajahnya dan memuntahkan air kumur ke wadah tersebut dan beliau
bersabda: Minumlah oleh kalian, siramkan ke wajah dan leher kalian,
dan bersenanglah. Kemudian dua sahabat itu melakukannya (HR
)Bukhari 4328 - Muslim No 6561
.794 ) - / 1 (300
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Tujuan diatas karena adanya

795.

berkah dari ludah Rasulullah yang mengandung berkah (Fath al-Baari


)1/300
Keringat Rasulullah Saw

260

796. 3.

- - 797.
- -
. ) (6201

798. Sahabat Ummu Sulaim mengambil keringat Nabi r dan


menaruhnya ke dalam botol, sebagai minyak wangi. Setelah
ditanya oleh Rasulullah, Ummu Sulaim menjawab: Ini adalah
keringatmu. Kami jadikan minyak wangi kami. Dan keringat
)itu adalah minyak yang paling harum (Muslim No 6201
Air Sisa wudlu Rasulullah

799. 4.

800. Hadis yang menjelaskan masalah ini sangat banyak sekali,


diantaranya:

- -
801.


) 187 (1151
802. Rasulullah mendatangi kami di Hajirah, kemudian beliau
disediakan air wudlu dan beliau berwudlu, kemudian para
sahabat mengambil sisa wudlu beliau (HR Bukhari 187 dan
)Muslim 1151
Tempat Minum Rasulullah Saw

803. 5.


804.

(

(
805. Dari Kabsyah al-Anshariyah bahwa Rasulullah e datang
kepadanya dan di sebelahnya atau tempat air minum yang
digantung, kemudian beliau meminum-nya dengan posisi
berdiri. Kabsyah lalu memotong (bekas) tempat minum
Rasulullah tersebut untuk mendapatkan berkah dari mulut
Rasulullah e. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi, ia berkata:
)Hadits ini Hasan Sahih Gharib
806. 6.

Kain Kafan Dari Rasulullah


- - - 807.
- .
261

- . . . - -

.
.

) (2093
808. Rasulullah Saw diberi kain bergaris (burdah) oleh seorang
wanita. namun kain tersebut diminta oleh orang lain untuk
dijadikan kafan bagi dirinya. Rasulullah memberikannya (HR
)Bukhari No 2093
Jubah Rasulullah Saw

809. 7.

: 810.
:

: :
)
/ 1 (482
811. Seorang sahabat meminta potongan dari jubah Rasulullah
Saw, beliau memberinya. Muhammad bin Jabir berkata:
Bapak saya menceritakan bahwa potongan jugah tersebut
kami cuci untuk orang sakit, mengharap kesembuhan
)darinya (al-Hafidz Ibnu Hajar, al-Ishabah 1/482
Air Seni Rasulullah Saw

812. 8.

813.

.
)
- / 4 (20
814. Barokah, pelayan Ummu Salamah (istri Nabi r), bertabaruk
dengan menimun air seni Nabi r yang akan menjadi
pelindungnya dari api neraka (Diriwayatkan oleh Thabrani,
)para perawinya sahih
815.
262

816. E.

Mencari Berkah Setelah Rasulullah Saw Wafat

817. Dalam masalah ini Imam Bukhari membuat Bab Khusus


dari benda-benda peninggalan Rasulullah yang dicari
berkahnya oleh para Sahabat, bahkan para Khalifah yang
mendapat jaminan masuk surga. Imam Bukhari
mencantumkan beberapa hadis terhitung dari No 3106
3112:
818. 5 - .
- -


(204 / 11 - ) .
819. Bab yang yang menyebutkan tentang baju perang Nabi
saw, tongkatnya, pedangnya, tempat minumnya, dan
cintinnya.dan yang dipakai oleh para khalifah setelah beliau
wafat,yang terdiri dari hal-hal yang tidak disebut
pembagiannya, juga tentang rambut Nabi saw, sandalnya,
dan wadah makanannya yang berupa benda-benda yang
dicari berkahnya oleh para sahabat dan lainnya setelah Nabi
wafat (Shahih al-Bukhari: 11/104)
820.
821. 1.

Asma Binti Abu Bakar dengan Jubah Nabi


822. -

)(
5530 ) .
-
(
823. Asma binti Abu Bakar berkata: Jubah ini (pada mulanya)
dipegang oleh Aisyah sampai ia wafat. Setelah wafat saya
ambil jubah tersebut. Rasulullah ememakai jubah ini. Kami
membasuhnya untuk orang-orang yang sakit, kami
mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut. (HR. Abu
Dawud dan Muslim. Sedangkan riwayat al-Bukhari dalam alAdab al-Mufrad dijelaskan bahwa Rasulullah memakai jubah
tersebut untuk menemui tamu dan salat Jumat)
263

824. 2.

Ummi Salamah dengan Rambut Nabi Saw



-
825.
-



- -

) (5896
826. Ummi Salamah memiliki rambut Rasulullah Saw. Jika
orang yang terkena penyakit, maka mendatang Ummi
Salamah dengan membawa wadah (untuk mengobati). dan
saya melihat di dalamnya ada beberapa rambut merah (HR
)Bukhari No 5896
Muawiyah Dengan Jubah, Sarung, Serban dan

827. 3

Rambut Nabi Saw


) ( 828.

) - / 59 (61
829. Muawiyah memiliki gamis Rasulullah, sarungnya,
serbannya dan rambutnya. Muawiyah berwasiat agar bendabenda ia dijadikan kain kafan baginya (al-Hafidz Ibnu Asakir,
)56/61
830. 4. Muhammad bin Sirin Dengan Rambut Nabi Saw
831.
- -

)
(170
832. Saya berkata kepada Abidah bahwa kami memiliki rambut
Rasulullah, kami mendapatkannya dari Anas atau keluarga
Anas. ia berkata: Sungguh saya memiliki 1 helai rambut
Rasulullah lebih saya senangi daripada dunia dan isinya (HR
)Bukhari 170
833. 5. Umar bin Abd Aziz Dengan Tempat Minum Nabi Saw
- - - - 834.
-
- -
264

- . .
.
- - . . -

-
. .
) 5637 ( 5354
835. Sahal bin Sad memiliki tempat minum yang pernah
dipakai oleh Nabi. kemudian (masa berikutnya), tempat
minum itu diminta oleh Umar bin Abdul Aziz dan ia
)memberikannya (HR Bukhari 5637 dan Muslim 5354
Asma binti Yazid Dengan Sisa Minuman Nabi Saw

836. 6.

: 837.
: " : "


. :
) .
- / 4 (104
838. Sisa minuman Rasulullah saya gunakan untuk membasahi
rambut saya. Juga kami minumkan kepada orang-orang sakit,
dan kami meminumnya, untuk mengharap berkah (al-Hafidz
)Ibnu Hajar, al-Ishabah 1/482
Anas bin Malik Dengan Tongkat Kecil Nabi Saw

839. 7.

) . - 840.
/ 9 (109
841. Anas memiliki tongkat kecil dari Rasulullah Saw, ia
memerintahkan agar dikubur bersamanya (al-Hafidz Ibnu
)Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah 9/109
Imam Ahmad bin Hanbal Dengan Rambut Nabi Saw

842. 8.

843.


. ) . - / 11 337 (2/357 :

265

844. Imam Ahmad diberi 3 helai rambut saat di penjara, itu


adalah rambut Rasulullah Saw. Imam Ahmad berwasiat agar
ketika meninggal 2 rambut diletakkan di matanya, 1 rambut
lagi di mulutnya. maka wasiat itupun dilakukan ketiaka ia
wafat (al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar Alam an-Nubalaa
11/337 dan al-Hafidz Ibnu al-Jauzi dalam Shifat ash-Shafwah
2/357)
845. F.

al-Hafidz Ibnu Hajar dan Istidlal Ngalap Berkah

846. (278 / 1 - )

847. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
166: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dari rambut
Rasulullah Saw, dan bolehnya mengoleksinya (Fath al-Baarii
1/278)
848. )



(145 / 2
849. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
407: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dengan
tempat-tempat yang dilakukan salat olen Nabi Saw dan yang
beliau injak (Fath al-Baarii 2/145)
850. (318 / 4 - )

851. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
1198: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dengan
peninggalan orang-orang shaleh (Fath al-Baarii 4/318)

852. (386 / 10 - )

853. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No


3316: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dengan
makanan para wali dan orang-orang shaleh (Fath al-Baarii
10/386)
854.
855. G.

Mencari Berkah Allah dengan Berziarah

856.
266

Makam Rasulullah Saw

857. 1.

858.


)
492 / 2 (3243
859. "Saya (Abdullah bin Ahmad) bertanya kepada Imam Ahmad
tentang seseorang yang memegang mimbar Nabi Saw,
mencari berkah dengan memegangnya dan menciumnya. Ia
juga melakukannya dengan makam Rasulullah seperti diatas
dan sebagainya. Ia lakukan itu untuk mendekatkan dir
"kepada Allah. Imam Ahmad menjawab: Tidak apa-apa
)(Ahmad bin Hanbalal-'lal wa Ma'rifat al-Rijal 3243
860. Imam Nawawi menjelaskan tatacara dan etika dalam
berziarah dan bertawassul di makam Rasulullah Saw:

861.



) (274 / 8

862. "Kemudian hendaknya peziarah kembali ke tempat semula
seraya menghadap kearah Rasulullah Saw, bertawassul
kepada beliau untuk dirinya dan meminta syafaatnya kepada
Allah. Dan diantara yang paling baik untuk dibaca saat ziarah
adalah bacaan dari al-Utbi sebagaimana disampaikan oleh alMawardi, al-Qadi Abu al-Thayyib dan seluruh ulama
Syafi'iyah, mereka semua menilainya baik" (Imam al-Nawawi
)dalam al-Majmu' VIII/274
863.





}
: {
...
864.

... 865.

267


866.



347 / 2 )
498 217 / 8 201 / 3
497 / 3 556 / 3
(30 / 5
867. "Golongan para ulama diantaranya Ibnu al-Shabbagh
dalam kitab al-Syamil, menyebutkan kisah yang masyhur dari
'Utbi. Ia berkata: Saya duduk di samping makam Rasulullah
Saw, kemudian datang seorang A'rabi dan berkata: Salam
sejahtera atasmu wahai Rasulullah. Saya mendengar bahwa
Allah berfirman: ""Sesungguhnya jikalau mereka ketika
menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang (al-Nisa': 64). Saya datang
kepadamu dengan memohon ampun karena dosaku dan
memohon pertolongan kepada Tuhanku. Kemudian ia
mengucapkan syair:
868. "Wahai sebaik-baik orang yang jasadnya disemayamkan di
tanah ini
869. Sehingga semerbaklah tanah dan bukit karena jasadmu
870. Jiwaku sebagai penebus bagi tanah tempat
persemayamanmu
871. Disana terdapat kesucian, kemurahan dan kemulian"
872. Lalu A'rabi itu pergi. Kemudian saya tertidur dan bermimpi
bertemu Rasulullah Saw dan beliau berkata: Wahai 'Utbi,
kejarlah si A'rabi tadi, sampaikan kabar gembira kepadanya,
bahwa Allah telah mengampuni dosanya" (Tafsir Ibnu Katsir
II/347, Tafsir al-Wasith karya Guru Besar al-Azhar, Muhammad
al-Thanthawi III/291, al-Majmu' VIII/217 dan al-Idlah 498 karya
Imam al-Nawawi, al-Mughni III/556 dan al-Syar al-Kabir III/497
268

karya Ibnu Qudamah al-Hanbali danKisyaf al-Qunna' V/30


)karya al-Bahuti

873.



) (
) 265 / 5
694 / 3
45 / 1 (390 / 12
874. "Dari Ali, ia berkata: Seorang A'rabi datang kepada kami
setelah 3 hari kami menguburkan Rasulullah Saw. Kemudian
ia menjatuhkan dirinya ke makam Rasulullah Saw dan
menaburkan debu ke kepalanya sambil berkata: Engkau
berkata wahai Rasullah lalu kami mendengar perkataanmu.
Engkau menerima ajaran dari Allah, dan kami menerima
darimu, dan diantara yang diturunkan Allah kepadamu
adalah: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada
Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang (al-Nisa': 64). Sungguh saya telah
menganiaya diri sendiri dan saya datang kepadamu agar
engkau mohonkan ampunan bagiku. Lalu laki-laki A'rabi itu
dijawab dari dalam makam Rasullah Saw bahwa: Kamu telah
diampuni" (Tafsir al-Qurthubi V/250,al-Bahr al-Muhith III/694
karya Abu Hayyan, Khulashat al-Wafa I/45 karya al-Sumhudi
dan Subul al-Huda wa al-Rasyad XII/390 karya Shalihi al)Syami
875.
876.







269

.

) 121 / 3 473 / 31
(818
877. "Ibnu al-Muqri berkata: Saya berada di Madinah bersama
al-Hafidz al-Thabrani dan al-Hafidz Abu al-Syaikh. Waktu kami
sangat sempit hingga kami tidak makan sehari semalam.
Setelah waktu Isya' tiba, saya mendatangi makam Rasulullah,
lalu saya berkata: Ya Rasulallah, kami lapar. Al-Thabrani
berkata kepada saya: Duduklah, kita tunggu datangnya
rezeki atau kematian. Saya dan Abu al-Syaikh berdiri, tibatiba datang laki-laki Alawi (keturunan Rasulullah Saw) di
depan pintu, lalu kami membukakan pintu. Ternyata ia
membawa dua orang budaknya yang membawa dua
keranjang penuh dengan makanan. Alawi itu berkata: Apakah
kalian mengadu kepada Rasulullah Saw? Saya bermimpi
Rasulullah dan menyuruhku membawa makanan untuk
kalian" (Diriwayatkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam
'Tadzkirah al-Huffadz III/121 dan Siyar A'lam al-Nubala
XXXI/473, dan oleh Ibnu al-Jauzi dalam al-Wafa' bi Ahwal al)Musthafa 818
878.

879.









) 2632

284 / 4 281 / 1
(161 / 66
880. "Abu al-Khair al-Aqtha' berkata: Saya datang ke kota
(Madinah) Rasulullah Saw dalam keadaan lapar dan saya
270

menetap selama lima hari. Lalu saya datang ke makam


Rasulullah Saw, saya mengucap salam pada Nabi Saw, Abu
Bakar dan Umar, dan saya berkata: Wahai Rasulullah, Saya
bertamu kepadamu malam ini. Lalu saya agak menjauh dan
tidur di belakang mimbar. Maka saya bermimpi melihat
Rasulullah Saw, Abu Bakar berada di sebelah kanan beliau,
Umar di sebelah kiri beliau dan Ali berada di depan. Lalu Ali
membangunkan saya dan berkata: Bangun, Rasulullah telah
datang. Saya bangun dan mencium beliau. Beliau memberi
roti pada saya dan saya makan separuhnya. Saya pun
terbangun, ternyata di tangan saya ada separuh roti tadi" (alHafidz al-Dzahabi dalam Tarikh al-Islam 2632, Ibnu al-Jauzi
dalamShifat al-Shafwah IV/284, al-Hafidz al-Sulami
dalamThabaqat al-Shufiyah I/281 dan Ibnu 'Asakir dalam
Tarikh Dimasyqi 66/161)


881.





(49 / 1 )
882. 2.

Makam Para Ulama dan Auliya'

883. Masyarakat kita seringkali mendatangi orang-orang saleh


dan para ulama sepuh dengan tujuan tabarruk. Para ulama
dan orang saleh memang ada barokahnya. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
884. . :

( /) ( /) ( )
. : ( //) .
885. Dari Ibn Abbas radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Berkah Allah bersama orangorang besar di antara kamu. (HR. Ibn Hibban (1912), Abu
Nuaim dalam al-Hilyah (8/172), al-Hakim dalam al-Mustadrak
271

(1/62) dan al-Dhiya dalam al-Mukhtarah (64/35/2). Al-Hakim


berkata, hadits ini shahih sesuai kriteria al-Bukhari, dan alDzahabi menyetujuinya.)
886.
887. Al-Imam al-Munawi menjelaskan dalam Faidh al-Qadir,
bahwa hadits tersebut mendorong kita mencari berkah Allah
subhanahu wa taala dari orang-orang besar dengan
memuliakan dan mengagungkan mereka. Orang besar di sini
bisa dalam artian besar ilmunya seperti para ulama, atau
kesalehannya seperti orang-orang saleh. Bisa pula, besar
dalam segi usia, seperti orang-orang yang lebih tua.
888. Di antara amal yang dapat mendekatkan seseorang
kepada Allah subhanahu wa taala adalah ziarah makam para
nabi atau para wali. Baik ziarah tersebut dilakukan dengan
tujuan mengucapkan salam kepada mereka atau karena
tujuan tabarruk (ngalap barokah) dengan berziarah ke
makam mereka. Maksud tabarruk di sini adalah mencari
barokah dari Allah subhanahu wa taala dengan cara
berziarah ke makam para wali.
889. Orang yang berziarah ke makam para wali dengan tujuan
tabarruk, maka ziarah tersebut dapat mendekatkannya
kepada Allah subhanahu wa taala dan tidak menjauhkannya
dari Allah subhanahu wa taala. Orang yang berpendapat
bahwa ziarah wali dengan tujuan tabarruk itu syirik, jelas
keliru. Ia tidak punya dalil, baik dari al-Quran maupun dari
hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Al-Hafizh
Waliyyuddin al-Iraqi berkata ketika menguraikan maksud
hadits:
:
890. u :


.

272

891. Sesungguhnya Nabi Musa u berkata, Ya Allah,


dekatkanlah aku kepada tanah suci sejauh satu lemparan
dengan batu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Demi Allah, seandainya aku ada disampingnya, tentu aku
beritahu kalian letak makam Musa, yaitu di tepi jalan di
sebelah bukit pasir merah.
892. Ketika menjelaskan maksud hadits tersebut, al-Hafizh
al-Iraqi berkata:
893.



u

.

894. Hadits tersebut menjelaskan anjuran mengetahui makam
orang-orang saleh untuk dizarahi dan dipenuhi haknya. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam telah menyebutkan tanda-tanda
makam Nabi Musa u yaitu pada makam yang sekarang
dikenal masyarakat sebagai makam beliau. Yang jelas,
tempat tersebut adalah makam yang ditunjukkan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. (Tharh al-Tatsrib, [3/303]).
895. Pada dasarnya ziarah kubur itu sunnat dan ada pahalanya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
896. ) :
.(/.

897. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dulu


aku melarang kamu ziarah kubur. Sekarang ziarahlah. (HR.
Muslim). Dalam satu riwayat, Barangsiapa yang hendak
ziarah kubur maka ziarahlah, karena hal tersebut dapat
mengingatkan kita pada akhirat. (Riyadh al-Shalihin [bab
66]).
898. Di sini mungkin ada yang bertanya, adakah dalil yang
menunjukkan bolehnya ziarah kubur dengan tujuan tabarruk
dan tawassul? Sebagaimana dimaklumi, tabarruk itu punya
273

makna keinginan mendapat berkah dari Allah subhanahu wa


taala dengan berziarah ke makam nabi atau wali. Kemudian
para nabi itu meskipun telah pindah ke alam baka, namun
pada hakekatnya mereka masih hidup. Dengan demikian,
tidak mustahil apabila mereka merasakan datangnya orang
yang ziarah, maka mereka akan mendoakan peziarah itu
kepada Allah subhanahu wa taala. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
: .
899.

900. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Para
nabi itu hidup di alam kubur mereka seraya menunaikan
shalat. (HR. al-Baihaqi dalam Hayat al-Anbiya,
901. .
902. Sebagai penegasan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa
sallam yang telah wafat, dapat mendoakan orang yang masih
hidup, adalah hadits berikut ini:
903. :


.
904. Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Hidupku lebih baik
bagi kalian. Kalian berbuat sesuatu, aku dapat menjelaskan
hukumnya. Wafatku juga lebih baik bagi kalian. Apabila aku
wafat, maka amal perbuatan kalian ditampakkan kepadaku.
Apabila aku melihat amal baik kalian, aku akan memuji
kepada Allah. Dan apabila aku melihat sebaliknya, maka aku
memintakan ampun kalian kepada Allah. (HR. al-Bazzar,
[1925]).
905. Karena keyakinan bahwa para nabi itu masih hidup di alam
kubur mereka, kaum salaf sejak generasi sahabat melakukan
tabarruk dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam setelah
274

beliau wafat. Hakekat bahwa para nabi dan orang saleh itu
masih hidup di alam kubur, sehingga para peziarah dapat
bertabarruk dan bertawassul dengan mereka, telah
disebutkan oleh Syaikh Ibn Taimiyah berikut ini:
) (

906.







) .
(/ .
907. Tidak masuk dalam bagian ini (kemungkaran menurut
ulama salaf) adalah apa yang diriwayatkan bahwa sebagian
kaum mendengar jawaban salam dari makam Nabi
shallallahu alaihi wa sallam atau makam orang-orang saleh,
juga Said bin al-Musayyab mendengar adzan dari makam
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada malam-malam
peristiwa al-Harrah dan sesamanya. Ini semuanya benar, dan
bukan yang kami persoalkan. Persoalannya lebih besar dan
lebih serius dari hal tersebut. Demikian pula bukan termasuk
kemungkaran, adalah apa yang diriwayatkan bahwa seorang
laki-laki datang ke makam Nabi shallallahu alaihi wa sallam
lalu mengadukan musim kemarau kepada beliau pada tahun
ramadah (paceklik). Lalu orang tersebut bermimpi Nabi
shallallahu alaihi wa sallam dan menyuruhnya untuk
mendatangi Umar bin al-Khaththab agar keluar melakukan
istisqa dengan masyarakat. Ini bukan termasuk
kemungkaran. Hal semacam ini banyak sekali terjadi dengan
orang-orang yang kedudukannya di bawah Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, dan aku sendiri banyak mengetahui

275

peristiwa-peristiwa seperti ini. (Syaikh Ibn Taimiyah, Iqtidha


al-Shirath al-Mustaqim, juz. 1, hal. 373).
908. Kisah laki-laki yang datang ke makam Nabi shallallahu
alaihi wa sallam di atas, telah dijelaskan secara lengkap oleh
al-Hafizh Ibn Katsir al-Dimasyqi, murid terkemuka Syaikh Ibn
Taimiyah, dalam kitabnya al-Bidayah wa al-Nihayah. Beliau
berkata:
909.











) . /

:/ . :
/ / /
. /
910. Al-Hafizh Abu Bakar al-Baihaqi berkata, Abu Nashr bin
Qatadah dan Abu Bakar al-Farisi mengabarkan kepada kami,
Abu Umar bin Mathar mengabarkan kepada kami, Ibrahim bin
Ali al-Dzuhli mengabarkan kepada kami, Yahya bin Yahya
mengabarkan kepada kami, Abu Muawiyah mengabarkan
kepada kami, dari al-Amasy, dari Abu Shalih, dari Malik alDar, bendahara pangan Khalifah Umar bin al-Khaththab,
bahwa musim paceklik melanda kaum Muslimin pada masa
Khalifah Umar. Maka seorang sahabat (yaitu Bilal bin al-Harits
al-Muzani) mendatangi makam Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dan mengatakan: Hai Rasulullah, mohonkanlah
hujan kepada Allah untuk umatmu karena sungguh mereka
benar-benar telah binasa. Kemudian orang ini bermimpi
bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan
beliau berkata kepadanya: Sampaikan salamku kepada
276

Umar dan beritahukan bahwa hujan akan turun untuk


mereka, dan katakan kepadanya bersungguh-sungguhlah
melayani umat. Kemudian sahabat tersebut datang kepada
Umar dan memberitahukan apa yang dilakukannya dan
mimpi yang dialaminya. Lalu Umar menangis dan
mengatakan: Ya Allah, saya akan kerahkan semua upayaku
kecuali yang aku tidak mampu. Sanad hadits ini shahih. (AlHafizh Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, juz 7, hal. 92.
Dalam Jami al-Masanid juz i, hal. 233, Ibn Katsir berkata,
sanadnya jayyid (baik). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn
Abi Khaitsamah, lihat al-Ishabah juz 3, hal. 484, al-Khalili
dalam al-Irsyad, juz 1, hal. 313, Ibn Abdil Barr dalam alIstiab, juz 2, hal. 464 serta dishahihkan oleh al-Hafizh Ibn
Hajar dalam Fath al-Bari, juz 2, hal. 495).
911. Apabila hadits di atas kita cermati dengan seksama, maka
akan kita pahami bahwa sahabat Bilal bin al-Harits al-Muzani
radhiyallahu anhu tersebut datang ke makam Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dengan tujuan tabarruk, bukan
tujuan mengucapkan salam. Kemudian ketika laki-laki itu
melaporkan kepada Sayidina Umar radhiyallahu anhu,
ternyata Umar radhiyallahu anhu tidak menyalahkannya.
Sayidina Umar radhiyallahu anhu juga tidak berkata kepada
laki-laki itu, Perbuatanmu ini syirik, atau berkata, Mengapa
kamu pergi ke makam Rasul shallallahu alaihi wa sallam
untuk tujuan tabarruk, sedangkan beliau telah wafat dan
tidak bisa bermanfaat bagimu. Hal ini menjadi bukti bahwa
bertabarruk dengan para nabi dan wali dengan berziarah ke
makam mereka, itu telah dilakukan oleh kaum salaf sejak
generasi sahabat, tabiin dan penerusnya
912.

277

913. H.

Makam Ulama atau auliya yang sering diziarahi

dengan tujuan tabarruk antara lain :


914. a) Makam Imam Abu Hanifah

915.




123 / 1 )

(519 / 2
916. "Dari Ali bin Maimun, ia berkata: Saya mendengar Syafi'i
berkata bahwa: Saya mencari berkah dengan mendatangi
makam Abu Hanifah setiap hari. Jika saya memiliki hajat
maka saya salat dua rakaat dan saya mendatangi makam
Abu Hanifah. Saya meminta kepada Allah di dekat makam
Abu Hanifah. Tidak lama kemudian hajat saya dikabulkan" (alHafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/123 dan
Ibnu Abi Wafa dalam Thabaqat al-Hanafiyah II/519)
917.
918. b) Makam Yahya bin Yahya
919.





261 / 11 )

(1756
920. "al-Hakim berkata: Saya mendengar Abu Ali al-Naisaburi
berkata bahwa saya berada dalam kesulitan yang sangat
berat, kemudian saya bermimpi melihat Rasulullah Saw
seolah beliau berkata kepada saya: Pergilah ke makam Yahya
bin Yahya, mintalah ampunan dan berdolah kepada Allah,
maka hajatmu akan dikabulkan. Pagi harinya saya
melakukannya dan hajat saya dikabulkan" (al-Hafidz Ibnu
Hajar dalam Tahdzib al-Tahdzib XI/261 dan al-Hafidz al-Dzhabi
dalam Tarikh al-Islam 1756)
921.
278

922. c) Makam Ma'ruf al-Kurkhi




923.


) 343 / 9 / 13
404 (324 / 2
924. "Diriwayatkan dari Ibrahim al-Harabi, ia berkata: Makam
Ma'ruf al-Kurkhi adalah laksana obat yang mujarab. Yang ia
maksud terkabulnya doa orang yang membutuhkan di dekat
makam tersebut. Sebab tempat-tempat yang diberkati
diharapkan doanya terkabulkan, sebagaimana doa saat
waktu sahur dan setelah salat lima waktu dan di masjid.
Bahkan doa orang yang membutuhkan dikabulkan di tempat
'manapun" (al-Hafidz al-Dzahabi dalam Siyar A'lam al-Nubala
IX/343 danTarikh al-Islam XIII/404, dan Ibnu al-Jauzi dalam
)Shifat al-Shafwah II/324
925.
) ( ! 926.











) 47 / 1 / 5
(232
927. "Penduduk Baghdad meminta hujan kepada Allah dengan
pelantara Ma'ruf al-Kurkhi, dan mereka berkata: Makam
Ma'ruf adalah obat yang mujarab. Abdurrahman al-Zuhri
berkata: Makamnya dikenal untuk terkabulnya kebutuhan.
Dikatakan bahwa barangsiapa membaca al-Ikhlas 100 kali di
dekat makam Ma'ruf al-Kurkhi dan meminta kepada Allah,
maka Allah mengabulkannya. Begitu pula di makam Asyhab
dan Ibnu Qasim, murid Imam Malik. Keduanya dimakamkan di
279

satu tempat di Qarafah Mesir. Konon peziarahnya jika dating


ke dua makam tersebut dengan menghadap kiblat dan
berdoa kepada Allah, maka akan dikabulkan dan sudah
terbukti mujarab. Saya sudah menziarahinya dan membaca
al-Ikhlas 100 kali di dekatnya, saya berdoa kepada Allah
dengan harapan sesuatu yang menimpa saya hilang, dan
ternyata hilang" (Ibnu al-Mulaqqin dalam Thabaqat al-Auliya'
I/47 dan Ibnu Khalkan dalam Wafiyat al-A'yan V/232)
928.
929. d). Makam Musa bin Ja'far al-Kadhim


930.

(120 / 1 )
931. "Diriwayatkan dari Ali al-Khallal (pemuka Madzhab
Hanbali), ia berkata: Saya tidak pernah mengalami masalah
lalu saya datang ke makam Musa bin Ja'far dan bertawassul
dengannya, kecuali Allah memudahkan kepada saya hal-hal
yang saya inginkan" (al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam
Tarikh Baghdad I/120)
932.
933. e). Makam Ali bin Musa al-Ridla
934.



(339 / 7 )
935. "Abu Bakar bin Muammal berkata: Kami berangkat
bersama pemuka ahli hadis Abu Bakar bin Khuzaimah dan
rekannya, Abu Ali al-Tsaqafi, beserta rombongan guru kami
untuk berziarah ke makam Ali bin Musa al-Ridla di Thus. Abu
Bakar bin Muammal berkata: Saya melihat ke-ta'dzim-an
belia (Ibnu Khuzaimah) terhadap makam itu dan sikap
tawadlu' terhadapnya dan doa beliau yang begitu khusyu',
280

sampai membuat kami bingung" (al-Hafidz Ibnu Hajar dalam


)Tahdzib al-Tahdzib VII/339
936.
937. Imam Syafii Meminum Air Cucian Jubah Imam Ahmad
) - / 1 (400 938.
) - / 1 (265
: : 939.
. :
.
: : . :
: .! :
:
: . :
:
: . :
. : . :
.
940. Ibnu Jawzi menuturkan sebuah kisah: bahwa pada suatau
malam, Imam SyafiIbermimpi bertemu Rasulullah saw. dan
memerintahnya agar menyampaikan salam beliau kepada
Imam Ahmad ibn Hanbal. Kesokan harinya, Imam
SyafiImemerintahkan Rab- murid beliau- agar membawakan
surat menemui ImamAhmad ibn Hanbal. Rab bergegas pergi
menuju kota Baghdad dan menyerahkansurat tersebut,
setelah membacanya, Ahmad meneteskan air mata.
Rabibertanya kepadanya, Ada apa di dalamnya wahai Abu
Abdillah? Ahmad menjawab Beliau menyebut bahwa beliau
melihat nabi dalam mimpi dan berkata kepadanya, Tulislah
surat kepada Abu Abdillah Ahmad ibn Hanbal dan sampaikan
salamku kepadanya! Dan katakan, Engkau akan diuji dan
dipaksa mengatakan bahwa Alquran itu makhluq, maka
281

jangan engka turuti permintaan mereka, Allah akan


meninggikan derajatmu sebagai panutan di setiap masa
hingga hari kiamat. Rabi berkata, Aku berkata, Ini kabar
gembira. Lalu Ahmad melepas baju dalamnya yang
menyentuh badannya dan menyerahkannya kepadaku,
akumengambilnya dan akupun pulang menuju negeri Mesir
bersama surat jawabanAhmad. Setelah aku serahkan
kepadanya, ia bertanya, Apa yang ia berikankepadamu? Aku
menjawab, baju gamis yang langsung menyentuh badannya
SyafiI berkata kepadaku, Aku tidak ingin merampasnya
darimu, tapi basahi dia dan serahkan kepadaku sisa air
cuciannya agar aku juga dapat mendapat berkahsepertimu.
Maka, kata rabi, Aku mencucuinya, dan aku bawakan sisa
aircuciannya kepadanya aku telakkan di botol, aku
menyaksikan beliau setiap harimengambil sedikit air darinya
dan mengusapkannya ke wajah beliau, untukmengambil
keberkahan dari Ahmad ibn Hanbal. (Manaqib Ahmad ibn
Hanbal: 455 dan Al Bidayah wa an Nihayah; Ibnu
Katsir,10/331 dari al Baihaqi)
941.
942.
943.
944. XIV
945. MEMPERINGATI ULANG TAHUN KELAHIRAN
946. Masyarakat Jawa, sejak zaman sebelum kedatangan Islam
yang didakwahkan oleh para wali memiliki budaya
bancaan/selamatan. Bancaan yang mereka laksanakan di
samping pada acara tingkepan sebagaimana yang disebutkan
dalam bab yang telah lalu ada lagi bancaan-bancaan yang
lain, di antaranya :

282

947. a.

Bancakan pada saat bayi baru lahir, disebut

brokohan.
948. b.

Bancakan pada saat bayi lepas pusernya, disebut

pupak puser.
949. c.

Bancakan pada saat bayi berusia 35 hari, disebut

selapan bayi.
950. d.

Bancakan pada saat bayi berusia 90 hari, disebut

telung wulane bayi.


951. e.

Bancakan pada saat bayi berusia 210 hari, disebut

pitung wulane bayi.


952. f.

Bancakan pada saat bayi berusia 13 bulan, disebut

pendak tahun.
953. Ada juga orang tua yang mengadakan bancakan dalam
acara hari ulang anaknya. Mereka menyebutnya bancaan
tiron. Sebagian warga kita ada yang ikut-ikutan mengadakan
peringatan ulang tahun dengan acara dan upacara yang
dikemas secara khusus untuk kegiatan itu.
954. Pertanyaan penting yang perlu dijawab sehubungan
dengan masalah ini adalah :
955. a. Apakah ada dasar berupa dalil dari syara mengenai
acara peringatan hari ulang tahun kelahiran?
956. b. Kalau tidak ada, bagaimana hukumnya orang Islam
mengadakan acara ulang tahun itu?
957. Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah memandang tradisi
semacam ini dengan sikap proporsional, yaitu dengan
pendirian bahwa di dalam selamatan itu ada unsur-unsur
kebaikan, di antaranya: menyampaikan tahniah/ucapan
selamat kepada sesama muslim, mempererat kerukunan
antara keluarga dan tetangga, menjadi sarana sedekah dan
bersyukur kepada Allah, serta mendoakan si anak semoga

283

menjadi anak yang shalih dan shalihah. Ini semua tidak ada
yang bertentangan dengan syariat Islam.
958. Maka jika ditanyakan, apakah ada dalil syara mengenai
peringatan ulang tahun kelahiran? Jawabnya ada, yaitu dalil
qiyas, yakni mengqiyaskan masalah ini dengan perilaku
sahabat nabi. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sewaktu
sahabat Kaab bin Malik menerima kabar gembira dari nabi
saw. Mengenai penerimaan taubatnya, maka sahabat Thalhah
bin Ubaidillah menyampaikan kepadanya ucapan selamat
(tahniah).
959. Berdasarkan riwayat tersebut, maka hukum peringatan
ulang tahun adalah mubah, bahkan sebagian ulama
mengatakan sunnah hukumnya, namun dengan catatan :
selama tidak ada hal-hal yang munkar di dalamnya.
Misalnya : menyalakan lilin, memasang gambar patung
(walaupun berukuran kecil) di tengah-tengah kue yang
dihidangkan atau alatul malahi (alat permainan musik) yang
diharamkan. Karena hal tersebut termasuk syiar orang-orang
non muslim atau syiar orang fasik.
960. Dasar pengambilan hukum seperti tersebut di atas adalah
keterangan dari kitab al-iqna juz I hal. 162 :


:

961.







:








.

962. Artinya :

284

963. Imam Qommuli berkata : kami belum mengetahui


pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang ucapan
selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan
tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang,
akan tetapi al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang
masalah tersebut : memang selama ini para ulama berselisih
pendapat, menurut pendapat kami, tahniah itu mubah, tidak
sunnah dan tidak bidah, Imam Ibnu Hajar setelah mentelaah
masalah itu mengatakan bahwa tahniah itu disyariatkan,
dalilnya yaitu bahwa Imam Baihaqi membuat satu bab
tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : Maa ruwiya fii
qaulin nas dan seterusnya, kemudian meriwayatkan bebrapa
hadits dan atsar yang dlaif-dlaif. Namun secara kolektif
riwayat tersebut bisa digunakan dalil tentang tahniah.
Secara umum, dalil dalil tahniahbisa diambil dari adanya
anjuran sujud syukur dan ucapan yang isinya menghibur
sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau
terhindar dari suatu mala petaka, dan juga dari hadits riwayat
Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Kaab bin
Malik sewaktu ketinggalan/tidak mengikuti perang Tabuk dia
bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya
diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat
Thalhah bin Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan ucapan
selamat kepadanya.
964.
965. XV
966. Kupas Tuntas Legalitas Tawassul
967.
968. Banyak kita dapati orang bertanya-tanya tentang masalah
tawassul. Masalah ini sebenarnya sudah dibahas secara
tuntas oleh para ulama sejak dahulu dan diabadikan dalam
285

kitab-kitab mereka. Namun sayangnya, di zaman ini banyak


orang jahil berfatwa di sana-sini tanpa ilmu, bahkan tak
sedikit yang mengkafirkan sesama muslim secara massal
karena permasalahan yang sebenarnya tidak sampai level
takfir. Lalu bagaimana sebenarnya?
969. Tulisan ini berusaha memaparkan penjelasan secara
ringkas beserta dalil-dalil dari Al Quran dan Sunnah beserta
nukilan-nukilan perkataan para ulama Ahlussunnah tentang
masalah tawassul demi menyingkap kabut yang selama ini
menyelimuti akal sebagian orang.
970.
971. Apa itu tawassul?
972. Tawassul secara bahasa artinya mendekat (taqarrub) atau
menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendekatkan
diri ke sebuah tujuan tertentu. Secara istilah, tawassul berarti
menjadikan sesuatu sebagai perantara menuju Allah SWT
untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Perantara itu disebut
wasilah. (lihat: Lisanul Arab, Asasul Balaghoh dan Tartib
Qamus Al Muhith: wa-sa-la)
973. Firman Allah SWT:
974.
975. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah wasilah (jalan yang mendekatkan diri) kepadaNya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Al Maidah: 35)
976. Tawassul juga bisa bermakna mendekatkan diri kepada
Allah dengan perantara doa dari orang lain, misalnya kita
mengatakan kepada seseorang, Mohon doakan saya.
Berarti kita sedang bertawassul kepada Allah dengan doa
orang itu.

286

977. Tawassul juga bisa bermakna berdoa kepada Allah secara


langsung dengan menyertakan wasilah dalam doa. Wasilah
itu bisa berupa hal-hal berikut ini:
978. 1.

Amal shalih, seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain.

Misalnya kita mengatakan, Ya Allah, aku memohon


kepadaMu dengan perantaraan shalat, puasa dan haji yang
aku lakukan, berikanlah aku kesembuhan.
979. 2.

Nama-nama Allah yang indah (asmaul husna) dan

sifat-sifatNya yang tinggi (shifatul ulya), misalnya, Ya Allah,


aku memohon kepadaMu dengan perantaraan nama-namaMu
yang mulia dan indah dan dengan sifat-sifatMu yang agung
dan tinggi, berikanlah kami hujan.
980. 3.

Nama-nama para nabi dan orang-orang shalih

terdahulu misalnya, Ya Allah, aku memohon kepadaMu


dengan perantaraan nabi-nabiMu yang Engkau muliakan dan
orang-orang shalih yang Engkau cintai serta wali-waliMu yang
Engkau istimewakan, berikanlah kami keselamatan.
981. 4.

Arsy (kerajaan) Allah, misalnya, Ya Allah, aku

memohon kepadaMu dengan keagungan ArsyMu, berikanlah


kami rezeki.
982. Mengapa harus bertawassul dan apa hukumnya?
983. Perlu diketahui bahwa bertawassul tidaklah wajib.
Seandainya seseorang ingin berdoa kepada Allah secara
langsung tanpa menjadikan sesuatu apapun sebagai
perantara, maka hal itu tak mengapa. Namun, sebagai
makhluk yang penuh dengan dosa dan kemaksiatan, kita
membutuhkan perantara yang dapat mengantarkan kita
kepada tujuan kita, Allah SWT. Perantara itu bisa berupa amal
shalih atau doa orang shalih yang masih hidup, sehingga kita
sering meminta doa dari orang-orang yang kita anggap shalih
dengan harapan agar Allah berkenan mengabulkan doanya.
287

Bukan karena kita tidak percaya diri dengan doa kita, tapi
untuk lebih menguatkan doa itu agar lebih mudah diijabah
oleh Allah. Hal ini lumrah dilakukan oleh setiap muslim.
984. Dalam ayat yang kita sebutkan di atas, Allah SWT
memerintahkan kita untuk mencari perantara agar dapat
mempermudah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
985. Ibnu Taimiah menganggap bertawassul dengan keimanan
dan amal shalih sebagai sebuah kewajiban bagi setiap
muslim, baik ketika Rasulullah SAW masih hidup maupun
setelah beliau wafat, karena menurutnya, seseorang tak
dapat selamat dari api neraka kecuali dengan keimanan dan
amal shalih. Oleh karena itu, bertawassul dengan kedua hal
itu adalah wajib hukumnya. (Qaidah Jalilah hal. 5, Mausuah
Fiqhiyah Kuwaitiyah)
986. Dalam Al Quran, Allah juga memuji hamba-hambaNya yang
bertawassul kepadaNya.
987.

988. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari wasilah (jalan) kepada Tuhan mereka siapa di antara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al Israa:
57)
989. Sejak zaman Nabi SAW hingga berabad-abad setelahnya,
umat Islam terbiasa dengan amalan yang dinamakan
tawassul tersebut tanpa ada pengingkaran dari seorang pun.
Mereka terbiasa mencari-cari wasilah (perantara) yang
dianggap dapat mengantarkan doa mereka kepada Allah,
misalnya dengan mendatangi orang shalih yang masih hidup
untuk dimintai doa, atau yang sudah mati untuk mengambil
288

berkah kuburannya, atau bisa juga menyertakan nama-nama


orang shalih dalam doa mereka, misalnya, Ya Allah, dengan
kemuliaan Fulan, kabulkanlah doa kami.
990. Dalil Tawassul
991. Berikut ini dalil-dalil mengenai disyariatkannya tawassul.
992. Tawassul Dengan Nama Allah (Asmaul Husna)
993. Allah berfirman, Hanya milik Allah asmaul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. (QS Al Araaf: 180)
994. Dalam ayat ini terdapat perintah untuk bertawassul
dengan asmaul husna.
995. Dalam hadis riwayat Anas bin Malik disebutkan bahwa
Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut ini:
996.
997. Wahai Tuhan Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), dengan rahmatMu aku memohon
pertolongan. (HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnus Sunni, Hakim,
Baihaqi dalam Syuabul Iman dan Dhiya. Lihat: Al Jami Al
Kabir)
998. Di antara doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah:
999.

1000.

(Ya Allah), aku memohon kepadaMu dengan setiap

nama yang Engkau miliki, yang dengannya Engkau namai


diriMu sendiri, atau yang Engkau turunkan di dalam kitabMu,
atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari
hambaMu, atau yang Engkau istimewakan dalam ilmu ghaib

289

milikMu. (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Thabrani, Hakim


dari Ibnu Masud. Lihat: Al Jami Al Kabir)
1001.

Dalam hadis riwayat Imran bin Hushain ia berkata:

aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:


1002.

1003.

Barangsiapa membaca Al Quran maka hendaknya ia

memohon kepada Allah dengan Al Quran itu, karena suatu


saat akan datang sekelompok kaum yang membaca Al Quran
lalu mereka meminta kepada manusia dengan Al Quran itu.
(HR. Ibnu Abi Syaibah, Thabrani, Baihaqi dalam Syuabul Iman.
Lihat: Al Jami Al Kabir)
1004.

Tawassul Dengan Amal Shalih

1005.

Para ulama telah bersepakat (ijma) bahwa tawassul

dengan amal shalih diperbolehkan. Bahkan para ahli tafsir


telah menafsirkan kata al-wasilah dalam QS Al Maidah 35
dan Al Israa: 57 dengan amal shalih.
1006.

Dalam surat Al Fatihah ayat 5 dan 6 disebutkan amal

shalih terlebih dahulu sebelum disebutkan doa:


1007.

1008.

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan

hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah


kami jalan yang lurus,
1009.

Ayat itu memberi isyarat bahwa sebelum berdoa

sebaiknya seseorang beramal shalih telebih dahulu.


1010.

Serupa dengan ayat itu ada ayat-ayat berikut ini:

1011.

1012.

(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami,

sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala


dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka, (QS. Ali
Imran: 16)

290

1013.
1014.

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka

(Bani Israel) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi


penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?
Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kami lah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada
Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berserah diri. Ya Tuhan kami, kami telah
beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah
kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan
Allah).
1015.

Dalam hadis riwayat Buraidah bahwa Rasulullah SAW

pernah mendengar seorang lelaki berdoa:


1016.


1017.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu

dengan (kesaksian) bahwa Engkau adalah Allah, tiada tuhan


selain Engkau, Tuhan Yang Tunggal dan segala sesuatu
bergantung kepadaNya, Yang tidak beranak dan tidak
diperanakkan, dan tak ada satu pun yang setara
denganNya.
1018.

Lalu Rasulullah SAW bersabda:

1019.

1020.

Sungguh kau telah memohon kepada Allah dengan

perantara namaNya yang paling agung, yang jika Dia diminta


dengan nama itu Dia pasti memberi, dan jika dipanggil
dengan nama itu Dia pasti menjawab.(HR. Abu Daud, Ibnu
Abi Syaibah, Ibnu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban)

291

1021.

Dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar tentang tiga

orang yang terjebak dalam gua juga disebutkan tawassul


dengan amal shalih. Hadis itu diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim sebagai berikut:
1022.

Rasulullah SAW bersabda: Ketika tiga orang pemuda

sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun


berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut
gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari
atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung
mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada
sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu
lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan
amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu.
Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya
dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut
usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil
di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku
mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera
memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku
terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu
hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak
dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui
kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera
memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan
tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku
karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur
namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku
sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit
kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku
bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui
bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu,
292

maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat


melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan
sehingga mereka dapat melihat langit. Yang lainnya
kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah
mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku
cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang
wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya
tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus
dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku
mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan
kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya
(selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah
kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan
kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika
itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau
mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari
keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk
kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi
untuk mereka. Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya
aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah
enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan
pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun
menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras
namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami
padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa
ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu
hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada
Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun
menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya
lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah
dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi
293

kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu,


ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun
mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui
bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu,
maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang
tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu.
1023.

Tawassul Dengan Nabi SAW

1024.

Tawassul dengan Nabi SAW bisa bermakna seseorang

memohon kepada Nabi SAW agar mendoakan dirinya, atau


bisa juga berdoa kepada Allah dengan menyertakan nama
beliau dalam doa. Adapun yang pertama, yaitu memohon doa
dari Nabi SAW, hal itu sering dilakukan oleh para sahabat
ketika beliau masih hidup. Hal itu disinggung dalam Al Quran:
1025.

1026.

Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya

dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada


Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi
Maha Penyayang. (QS. An Nisaa: 64)
1027.

Dalam sunnah pun hal itu sering disinggung. Dalam

hadis Utsman bin Hunaif disebutkan bahwa seorang buta


memohon kepada Nabi agar mendoakan dirinya supaya
diberi kesembuhan. Lalu beliau menyuruhnya berwudhu lalu
berdoa dengan doa sebagai berikut:
1028.


1029.

Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu dan aku

menghadapkan wajahku kepadaMu dengan perantaraan


NabiMu Muhammad, Nabiyyur Rahmah. Wahai Muhammad,
sungguh aku menghadapkan wajahku dengan perantaraanmu
294

kepada Tuhanku tentang hajatku ini agar Dia memenuhinya.


Ya Allah, maka jadikanlah ia pemberi syafaatku. (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
1030.

Hadis riwayat Anas bin Malik:

1031.

Bahwa seorang sahabat memasuki mesjid pada hari

Jumat dari pintu searah dengan Darulqada. Pada waktu itu


Rasulullah saw. sedang berdiri berkhutbah. Sahabat tersebut
menghadap Rasulullah saw. sambil berdiri, lalu berkata: Ya
Rasulullah, harta benda telah musnah dan mata penghidupan
terputus, berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan
menurunkan hujan. Rasulullah saw. mengangkat kedua
tangannya dan berdoa: Ya Allah, turunkanlah hujan kepada
kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah,
turunkanlah hujan kepada kami. Kata Anas: Demi Allah, di
langit kami tidak melihat mendung atau gumpalan awan.
Antara kami dan gunung tidak ada rumah atau
perkampungan (yang dapat menghalangi pandangan kami
untuk melihat tanda-tanda hujan). Tiba-tiba dari balik gunung
muncul mendung bagaikan perisai. Ketika berada di tengah
langit mendung itu menyebar lalu menurunkan hujan. Demi
Allah, kami tidak melihat matahari sedikit pun pada hari
Jumat berikutnya. Kemudian kata Anas lagi: Pada Jumat
berikutnya seseorang datang dari pintu yang telah di sebut di
atas ketika Rasulullah saw. sedang berkhutbah. Orang itu
menghadap beliau sambil berdiri dan berkata: Wahai
Rasulullah, harta-harta telah musnah dan mata pencarian
terputus (karena hujan terus menerus), berdoalah agar Allah
berkenan menghentikannya. Rasulullah saw. mengangkat
tangannya dan berdoa: Ya Allah, di sekitar kami dan jangan
di atas kami. Ya Allah, di atas gunung-gunung dan bukit-bukit,
di pusat-pusat lembah dan tempat tumbuh pepohonan.
295

Hujan pun reda dan kami dapat keluar, berjalan di bawah


sinar matahari. (Shahih Muslim No.1493)
1032.

Tawassul Dengan Nabi SAW Setelah Beliau Wafat

1033.

Para ulama bersepakat bahwa tawassul dengan Nabi

SAW ketika beliau masih hidup adalah diperbolehkan. Namun


mereka berbeda pendapat mengenai tawassul dengan Nabi
SAW setelah beliau wafat. Mayoritas (jumhur) ulama
membolehkannya, di antaranya adalah Malikiyah, Syafiiyah,
Mutaakhirin Hanafiyah dan Mazhab Hambali, sedangkan
sebagian Hanabilah tidak memperbolehkannya. Berikut ini
rinciannya:
1034.

1. Pendapat Malikiyah

1035.

Al Qasthallani berkata: Telah diriwayatkan bahwa

Imam Malik ketika ditanya oleh Abu Jafar Manshur Al Abbasi,


Khalifah kedua Bani Abbas, Wahai Abu Abdillah (Imam
Malik), apakah saya harus menghadap Rasulullah lalu berdoa
atau menghadap kiblat lalu berdoa?
1036.

Imam Malik menjawab, Mengapa kau memalingkan

wajahmu darinya (Rasulullah) padahal ia adalah wasilah


(perantara)mu dan wasilah bapakmu Adam AS kepada Allah
pada hari Kiamat? Menghadaplah ke arahnya, lalu minta
kepada Allah dengannya, Dia akan menjadikannya pemberi
syafaat bagimu.
1037.

Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Al Hasan Ali bin Fihr

dalam kitabnya, Fadhoil Malik (keutamaan-keutamaan Malik)


dengan sanad yang tak ada masalah. Juga disebutkan oleh Al
Qadhi Iyadh dalam kitabnya Asy-Syifa melalui jalurnya dari
para pembesar masyayikhnya yang terpercaya.
1038.

2. Pendapat Syafiiyah

1039.

Imam Nawawi berkata mengenai adab ziarah kubur

Nabi SAW, Kemudian orang yang berkunjung itu


296

menghadapkan wajahnya ke arah Nabi SAW lalu bertawassul


dengannya dan memohon syafaat dengannya kepada Allah.
(Al Majmu8/274)
1040.

Izzuddin bin Abdissalam berkata, Sebaiknya hal ini

hanya berlaku untuk Rasulullah SAW saja karena beliau


adalah pemimpin Bani Adam (manusia).
1041.

As Subki berkata, Disunnahkan bertawassul dengan

Nabi SAW dan meminta syafaat dengannya kepada Allah


SWT.
1042.

Dalam Ianat at Thalibin disebutkan, Aku telah

datang kepadamu dengan beristighfar dari dosaku dan


memohon syafaat denganmu kepada Tuhanku. (Lihat:
Faidhul Qadir 2/134/135, Ianat at Thalibin 2/315,
Muqaddimah At Tajrid Ash Sharih tahqiq Dr Musthofa Dib Al
Bugho)
1043.

3. Pendapat Hanabilah

1044.

Ibnu Qudamah berkata dalam Al Mughni,

Disunnahkan bagi yang memasuki masjid untuk


mendahulukan kaki kanan kemudian anda masuk ke kubur
lalu berkata Aku telah mendatangimu dengan beristighfar
dari dosa-dosaku dan memohon syafaat denganmu kepada
Allah.
1045.
1046.

Demikian pula dalam Asy Syarhul Kabir.

1047.

4. Pendapat Hanafiyah

1048.

Adapun Hanafiyah, para ulama Mutaakhirin mereka

telah membolehkan bertawassul dengan Nabi SAW.


1049.

Al Kamal bin Al Humam berkata dalam Fathul Qadir

tentang ziarah kubur Rasulullah SAW, kemudian dia


berkata pada posisinya: Assalamualaika ya rasulallah (salam
bagimu wahai Rasulullah) dan memohon kepada Allah
297

hajatnya dengan bertawassul kepada Allah dengan Hadrat


NabiNya SAW.
1050.

Pengarang kitab Al Ikhtiyar menulis, Kami datang

dari negeri yang jauh dan memohon syafaat denganmu


kepada Rabb kami kemudia berkata: dengan memohon
syafaat dengan NabiMu kepadamu.
1051.

Hal yang senada juga disebutkan dalam kitab Maraqi

Al Falah dan Ath Thahawi terhadap Ad Durrul Mukhtar dan


Fatawa Hindiyah, Kami telah datang mendengar firmanMu,
menaati perintahMu, memohon syafaat dengan NabiMu
kepadaMu.
1052.

5. Pendapat Imam Syaukani

1053.

Imam Syaukani berkata, Dan bertawassul kepada

Allah dengan para nabiNya dan orang-orang shalih. (Tuhfatu


Adz Dzakirin karangan Syaukani 37)
1054.

6. Pendapat Ibnu Taimiah

1055.

Ibnu Taimiah berpendapat bahwa bertawassul

dengan zat Nabi SAW tidak diperbolehkan, karena


menurutnya tawassul dengan Nabi SAW mengandung 3
kemungkinan. Pertama, tawassul dengan iman dan islam,
yaitu beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan menaatinya,
ini hukumnya boleh. Kedua, tawassul dengan doa Nabi SAW,
ini juga boleh sebagaimana Umar bin Khattab bertawassul
dengan Nabi SAW dan paman Nabi, maksudnya yaitu dengan
doa mereka berdua. Ketiga, tawassul dalam arti bersumpah
dan meminta dengan zat Nabi SAW, ini yang tidak boleh.
1056.

Munaqasyah (Adu Argumentasi)

1057.

Dalam Shahih Bukhari Bab Istisqa juz 1 hal. 432

hadis no. 963 disebutkan:


1058.

* :
298


*

1059.

Abdullah bin Dinar berkata, Saya mendengar Ibnu

Umar mempresentasikan syair Abu Thalib, Semoga awan


putih disiramkan dengan pertolongan wajahnya. Untuk
menolong anak-anak yatim dan melindungi janda janda.
1060.

Dari sanad yang muallaq dari Ibnu Umar, ia berkata,

Sering saya mengingat perkataan seorang penyair sambil


saya melihat wajah Rasulullah memohon hujan, dan beliau
tidak turun sehingga tiap-tiap saluran (selokan) mengalir,
Semoga awan putih disiramkan (dijadikan hujan dengan
pertolongan) wajahnya, untuk menolong anak-anak yatim
dan melindungi para janda. Syair itu adalah perkataan Abu
Thalib.
1061.

Dari hadis di atas, jelas bahwa dahulu sebagian

sahabat berdoa kepada Allah sambil membayangkan wajah


Rasulullah SAW dengan harapan agar doanya dikabulkan. Ini
adalah salah satu bentuk tawassul, yaitu dengan menjadikan
bayangan wajah Rasulullah SAW sebagai perantara (wasilah)
dikabulkannya doa.
1062.

Dalam Shahih Bukhari Bab Istisqa juz 1 hal. 342

hadis no. 946 juga disebutkan:


1063.

:
.

1064.

Anas bin Malik mengatakan bahwa Umar bin Al

Khatthab apabila terjadi kemarau panjang, dia selalu


memohon hujan dengan wasilah (perantaraan) Abbas bin
Abdul Muthalib, lalu Umar berkata, Ya Allah, sesungguhnya
299

kami dahulu selalu bertawassul dengan Nabi kami, kemudian


Engkau turunkan hujan. Sesungguhnya kami sekarang
bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami
hujan. Anas berkata, Lalu mereka diberi hujan.
1065.

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari

berkomentar:
1066.




1067.

Perkataan Umar bahwa mereka dahulu selalu

bertawassul (mengambil perantara) dengan Nabi SAW tidak


berarti bahwa mereka meminta Nabi untuk berdoa memohon
hujan untuk mereka, karena mungkin juga artinya mereka
melakukan kedua-duanya, yaitu memohon hujan kepada
Allah sambil menjadikan Nabi SAW sebagai perantara. Ibnu
Rusyaid berkata, Mungkin yang dimaksud oleh penulis
(Imam Bukhari) dalam menulis judulnya adalah beliau ingin
berargumen dengan metode Al-Awla. Artinya, jika mereka
dahulu meminta kepada Allah dengan perantara beliau, maka
lebih layak lagi jika mereka mendahulukan beliau untuk
permintaan. (Fathul Bari 2/495)
1068.

Dari hadis di atas, kita mengetahui bahwa dahulu

Umar bin Khattab bertawassul dengan Abbas, paman Nabi,


dengan harapan agar doanya mudah dikabulkan. Beliau
menyebutkan nama Rasulullah kemudian Abbas dalam
doanya. Ini juga merupakan salah satu bentuk tawassul, yaitu
menyertakan nama orang shalih dalam doa.
1069.

Dalam hadis riwayat Anas disebutkan doa Nabi SAW

untuk Fathimah binti Asad:

300

1070.

Ampunilah dosa ibuku, Fathimah binti

1071.

Asad, bimbinglah dia mengucapkan hujjahnya, luaskankah


tempat masuknya, dengan perantara hak NabiMu dan para
Nabi yang sebelumku, sesungguhnya Engkau Yang Paling
Pemurah. (HR. Thabrani dan Abu Nuaim, di dalamnya
terdapat perawi bernama Rauh bin Shalah, ditsiqohkan oleh
)Ibnu Hibban, selebihnya perawinya adalah perawi shahih
Dalam Sunan Ibnu Majah juz 1 hal. 256 hadis no. 778

1072.

disebutkan:
. .

1073.

: )
.
. .
.
( .
.

Artinya:

1074.

Abu Said Al Khudri berkata: Rasulullah SAW

1075.

bersabda, Barangsiapa keluar dari rumahnya menuju salat


lalu berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku memintamu dengan
perantara orang-orang yang meminta dan dengan perantara
hewan-hewan ternak inidst.
Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Musnad Imam

1076.

Ahmad juz 3 hal. 21 hadis no. 11172:


1077.

301



1078.

Dari hadis di atas, kita mengetahui bahwa salah

seorang sahabat mulia, yaitu Abu Said Al Khudri bertawassul


dengan manusia dan hewan-hewan ternak sebagai perantara
dikabulkannya doa.
1079.

Dalam hadis riwayat Utsman bin Hunaif juga

disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajari salah seorang


sahabat yang buta untuk membaca doa berikut ini:
1080.


1081.

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu

dan aku menghadapkan wajahku kepadaMu dengan Nabiku


Muhammad, Nabiyur Rahmah. Wahai Muhammad,
sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Allah
denganmu, supaya mengabulkan hajatku atau hajatku
kepada Fulan atau hajatku dalam urusan ini dan itudst.
1082.

Hadis di atas diriwayatkan oleh:

1083.

1.

Imam Bukhari dalam Tarikh Kabirnya secara

2.

Imam Tirmidzi dalam Jaminya lalu beliau

ringkas.
1084.

berkomentar, Ini adalah hadis shahih gharib yang tidak kami


ketahui kecuali melalui jalur ini. Syaikh Albani juga
menshahihkannya.
1085.

3.

Ibnu Majah dalam Bab Shalat Hajat dari

Sunnah-Sunnahnya dan dishahihkan oleh Abu Ishaq. Syaikh


Albani juga menshahihkannya.
1086.

4.

Imam Nasai dalam kitabnya, Amalul Yaumi wal

5.

Imam Abu Nuaim dalam kitabnya, Marifatus

Lailah.
1087.

Shahabah.
302

1088.

6.

Imam Baihaqi dalam kitabnya, Dalailun

Nubuwwah.
1089.

7.

dll.

1090.

Hadis ini dishahihkan oleh sejumlah huffazh yang

setidaknya jumlah mereka mencapai 15 orang, sebagaimana


disebutkan oleh Imam Muhammad Zahid Al Kautsari dalam
kitabnya Muhiqqu At Taqawwul. Mereka adalah At Tirmidzi,
Ibnu Hibban, Al Hakim, Ath Thabrani, Abu Nuaim, Al Baihaqi,
Al Mundziri, dll. Bagi yang ingin meneliti sanad hadis ini
silahkan baca buku yang saya tunjukkan tersebut.
1091.

Dalam hadis di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah

mengajarkan doa yang berisi tawassul kepada beliau.


Mengkhususkan doa tersebut untuk sebelum Rasulullah SAW
meninggal merupakan pengkhususan tanpa dalil.
1092.

Dalam Ad Durrul Mantsur juz 1 hal 216, Imam

Suyuthi menukil hadis dari Abu Nuaim Al Asbahani dalam


kitabnya,Dalailun Nubuwwah:
1093.


:

1094.

Ibnu Abbas berkata: Dahulu Yahudi Bani Quraizhah

dan Nadhir sebelum diutusnya Muhammad SAW, mereka


berdoa kepada Allah memohon kemenangan terhadap orangorang kafir sambil mengatakan, Ya Allah, sesungguhnya
kami memohon pertolongan-Mu dengan (perantara)
kemuliaan Nabi yang Ummi, menangkanlah kami terhadap
mereka. Lalu mereka pun menang. Namun ketika orang
yang mereka ketahui itu, yakni Muhammad, telah datang,
mereka ingkar

303

Dari hadis di atas, kita mengetahui bahwa tawassul

1095.

sudah ada sejak sebelum diutusnya Rasulullah SAW. Hadis di


atas juga menjadi dalil diperbolehkannya bertawassul dengan
para nabi.
Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Ad Durrul

1096.

Mantsur juz 1 hal 216, Imam Suyuthi menukil hadis lain dari
penulis yang sama dan kitab yang sama:
:

1097.


:

Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Mustadrak Al

1098.

Hakim juz 2 hal 298 hadis no. 3042:


1099.

:
:
:

] [
:
Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Dalailun

1100.

Nubuwwah Imam Baihaqi juz 1 hal 461 hadis no. 411:


: :

1101.

: :
:
:
. :
. :
) (1 :

304

1102.

Dalam kitab Dalailun Nubuwwah Imam Baihaqi juz 8

hal. 91 hadis no. 2974 disebutkan:


1103.


:
:
. : .
:
1104.

Malik Ad Dar berkata: Manusia ditimpa kekeringan

pada masa Umar bin Khattab, lalu datanglan seorang lelaki


ke kubur Nabi SAW lalu berdoa: Wahai Rasulullah, mintalah
hujan kepada Allah untuk umatmu, sesungguhnya mereka
telah binasa. Lalu lelaki itu didatangi oleh Rasulullah SAW
dalam mimpinya. Beliau bersabda, Datanglah kepada Umar
lalu sampaikan salamku untuknya, dan beritahukan
kepadanya bahwa kalian akan diberi hujan. Katakan juga:
hendaknya kalian..dst. lalu lelaki itu mendatangi Umar dan
menceritakan apa yang dialaminya tersebut. Umar pun
menangis kemudian berkata, Ya Rabb, aku tidak akan
berpaling kecuali dari apa yang aku tidak mampu
melakukannya.
1105.

Al Hafizh Ibnu Katsir menshahihkan hadis ini dalam

kitabnya, Al Bidayah wan Nihayah juz 7 hal. 105, beliau


berkata:
1106.

1107.
1108.

Hadis yang sama juga diriwayatkan dalam

Mushannaf Ibnu Abi Syaibah juz 6 hal. 236 hadis no. 32002:
1109.



305



1110.

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani juga menshahihkan

hadis ini dalam Fathul Bari juz 2 hal. 495, beliau berkata:
1111.



1112.

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad

shahih dari riwayat Abu Shalih dari Malik Ad Dardst.


1113.

Hadis ini juga disebutkan oleh Imam Bukhari dalam

kitabnya, Tarikh Kabir, secara ringkas.


1114.

Tawassul Salafus Shalih

1115.

Sebagian orang mengira bahwa tawassul tidak

pernah dicontohkan oleh para salafus shalih. Berikut ini


beberapa nukilan tentang tawassul salafus shalih.
1116.

Imam Syafii Bertabarruk di kuburan Imam Abu

Hanifah
1117.

Dalam kitab Tarikh Baghdad karangan Al Khathib Al

Baghdadi yang sangat populer itu, disebutkan dengan sanad


shahih bahwa Imam Syafii sering datang ke kuburan Imam
Abu Hanifah untuk mengambil berkahnya (tabarruk). Berikut
ini teksnya:
1118.






1119.

Di sebelah timur terdapat kuburan Al Khaizuran, di

dalamnya terdapat kuburan Muhammad bin Ishaq penulis


Sirah, dan kuburan Abu Hanifah Numan bin Tsabit, Imamnya
306

ahli rayi Ali bin Maimun berkata: Saya pernah mendengar


Asy Syafii berkata: Sungguh aku benar-benar mengambil
berkah (tabarruk) dengan Abu Hanifah, aku datang ke
kuburannya setiap hari, yakni sebagai peziarah, jika aku
memiliki keinginan (hajat) aku shalat dua rakaat lalu
mendatangi kuburannya dan memohon kepada Allah di situ.
Tak lama kemudian biasanya dipenuhi hajatku. (Tarikh
Baghdad 1/123)
1120.

Dalam kitab yang sama juga disebutkan:

1121.





1122.

Bab: Berita tentang kuburan-kuburan Baghdad yang

dikhususkan untuk para ulama dan ahli zuhud di sebelah


Barat. Di puncak kota terdapat kuburan-kuburan Quraisy. Di
dalamnya dimakamkan Musa bin Jafar bin Muhammad bin Ali
bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib dan sejumlah tokoh-tokoh
pembesar bersamanya Ahmad bin Jafar bin Hamdan Al
QathiI berkata: Aku pernah mendengar Al Hasan bin Ibrahim
Abu Ali Al Khilal berkata: Tak pernah aku ditimpa kesusahan
kemudian aku mendatangi kuburan Musa bin Jafar lalu aku
bertawassul dengannya kecuali Allah memudahkan apa yang
aku inginkan. (Tarikh Baghdad 1/120)
1123.

Dalam Manasik Imam Ahmad riwayat Abu Bakr Al

Maruzi juga disebutkan tawassul dengan Nabi SAW. Redaksi


tawassul itu disebutkan oleh Abul Wafa bin Aqil, salah
seorang pembesar ulama mazhab Hambali secara panjang
lebar dalam kitab Tadzkirohnya. Al Hafizh Abdul Ghaniy Al
Maqdisi juga pernah mengusap kuburan Imam Ahmad demi
307

memperoleh kesembuhannya. Dan masih banyak lagi buktibukti sejarah bahwa tawassul dengan orang mati sudah
dipraktekkan oleh kaum muslimin sejak dahulu kala tanpa
ada pengingkaran dari seorangpun. Apakah kita berani
memvonis mereka semua kafir, syirik, penyembah berhala
dan kubur?
1124.

Syubhat dan Jawabannya

1125.

Berikut ini syubhat-syubhat seputar tawassul beserta

jawabannya.
1126.

Syubhat pertama: Tawassul dengan orang mati tidak

boleh
1127.

Sebagian orang menuduh orang yang melakukan

tawassul dengan orang mati sebagai penyembah berhala,


musyrik, dan lain-lain. Mereka membedakan antara tawassul
dengan orang yang masih hidup dengan yang sudah mati.
Mereka lalu menakwilkan hadis-hadis yang secara jelas, tegas
dan lugas menyebutkan bolehnya bertawassul dengan orang
yang sudah mati. Sebenarnya mereka tak memiliki sandaran
yang kuat kecuali hadis Umar bin Khattab yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari sebagaimana telah disebutkan di atas.
Namun mereka menafsirkannya dengan penafsiran yang
kurang tepat dan menakwilkan teks tersebut dengan
penakwilan yang tidak pada tempatnya.
1128.

Di antara penafsiran tersebut adalah, menganggap

bahwa Umar bin Khattab bertawassul dengan Abbas, paman


Nabi, disebabkan Nabi telah meninggal dunia. Ini adalah
penafsiran batil sebagaimana akan kita jelaskan nanti.
Adapun penakwilan mereka adalah, menakwilkan perkataan
Umar, Dahulu kami bertawassul dengan Nabi kami dan
Sekarang kami bertawassul dengan paman Nabi kami,
mereka menyisipkan tambahan kata yang tidak semestinya
308

disisipkan, yaitu kata doa sehingga bunyi perkataan Umar


menjadi, Dahulu kami bertawassul dengan (doa) Nabi SAW
dan Sekarang kami bertawassul dengan (doa) paman Nabi.
Jadi, mereka menganggap bahwa Umar bertawassul dengan
doa Nabi dan doa Abbas, bukan dengan zat mereka berdua.
1129.

Adapun penafsiran mereka bahwa Umar bertawassul

dengan Abbas dikarenakan Nabi telah meninggal dunia, ini


merupakan penafsiran yag tak berdasarkan dalil, karena kata
kunna (dahulu kami selalu) bermakna istimrar
(berkelanjutan), artinya dahulu mereka selalu bertawassul
dengan Nabi, baik sebelum meninggal maupun setelah
meniggal. Kemudian baru ketika datang musim paceklik
(Tahun Ramadah), mereka memanggil paman Nabi untuk
bertawassul dengan beliau, karena peristiwa tersebut terjadi
pada Tahun Ramadah. Mengkhususkan makna dahulu kami
selalu dengan dahulu (sebelum mati) kami selalu
merupakan pengkhususan tanpa dalil. Jadi, tidak ada
penunjukkan sama sekali bahwa tawassul yang dilakukan
oleh para sahabat hanya ketika Nabi belum meninggal saja.
1130.

Hadis ini juga menunjukkan bolehnya bertawassul

dengan orang yang lebih rendah kedudukannya (paman Nabi)


di samping orang yang lebih tinggi kedudukannya (Nabi
SAW). Namun kendatipun demikian, Umar tetap
menyebutkan nama Rasulullah SAW dalam doanya, baru
kemudian menyebutkan nama paman Nabi setelah itu. Itulah
maksud perkataan Ibnu Rusyaid, Jika mereka dahulu
meminta kepada Allah dengan perantara beliau, maka lebih
layak lagi jika mereka mendahulukan beliau untuk
permintaan.
1131.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Umar adalah

disebabkan oleh kedudukan Abbas di sisi Nabi, yaitu


309

kedekatan hubungan kekerabatannya dengan Nabi, sehingga


bertawassul dengannya sama dengan bertawassul dengan
Nabi sendiri.
1132.

Adapun penakwilan bahwa yang dimaksud tawassul

dengan Nabi dan Abbas di situ adalah tawassul dengan doa


mereka, ini adalah penakwilan batil. Karena tawassul tidak
selalu bermakna memohon doa. Memang adakalanya
seseorang memohon doa kepada orang lain untuk dirinya,
tapi ini bukan satu-satunya makna tawassul sebenarnya.
Oleh karena itu, Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani ketika
mengomentari hadis di atas beliau berkata, Perkataan Umar
bahwa mereka dahulu selalu bertawassul dengan Nabi SAW
tidak berarti bahwa mereka meminta Nabi untuk berdoa
memohon hujan untuk mereka, karena mungkin juga artinya
mereka melakukan kedua-duanya, yaitu memohon hujan
kepada Allah sambil menjadikan Nabi SAW sebagai
perantara.
1133.

Artinya, tawassul yang dilakukan oleh Umar adalah

tawassul dengan zat Nabi dan zat paman Nabi, bukan dengan
doa mereka. Mengkhususkan makna tawassul hanya dengan
doa merupakan pengkhususan tanpa dalil.
1134.

Syubhat kedua: Tambahan ziarah ke kuburan Nabi

dalam hadis Malik Ad Dar munkar karena tidak disebutkan


oleh Imam Bukhari dalam Tarikhnya.
1135.

Jawabnya, memang tambahan itu tidak disebutkan

oleh Imam Bukhari dalam Tarikhnya, namun bukan berarti


tambahan itu tidak ada. Imam Bukhari sering meringkas
hadis-hadis yang diriwayatkannya, bahkan dalam kitab
Shahihnya beliau sering meringkas riwayat yang panjang,
lalu menyebutkan selengkapnya di tempat lain. Sedangkan
tambahan itu sudah disebutkan dalam riwayat Imam Baihaqi
310

dan Ibnu Abi Syaibah dan sanadnya dinilai shahih oleh Dua
Hafizh, yaitu Ibnu Hajar dan Ibnu Katsir. Jadi, tambahan itu
shahih. Jika memang tambahan itu munkar, pasti para hafizh
sekaliber mereka berdua akan menerangkannya kepada kita.
1136.

Syubhat ketiga: Malik Ad Dar adalah majhul karena

didiamkan oleh Imam Bukhari dan Abu Hatim Ar Razi.


1137.

Jawabnya, tidak semua perawi yang didiamkan oleh

kedua imam itu disebut majhul. Bahkan biografi perawi


bernama Malik Ad Dar itu disebutkan dalam Thabaqat Ibnu
Saad dan Ishabah Ibnu Hajar. Jika memang majhul, tidak
mungkin Dua Hafizh itu berani menshahihkan sanadnya.
1138.

Syubhat keempat: Bertawassul dengan orang mati

merupakan perbuatan orang musyrik sebagaimana


disebutkan dalam QS Az Zumar: 3.
1139.

Jawabnya, mari kita baca tafsir ayat itu dengan

cermat. Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, Sesungguhnya


yang telah menggiring mereka (musyrikin) ke arah
penyembahan berhala itu adalah karena mereka menjadikan
berhala-berhala yang diukir serupa malaikat menurut
keyakinan mereka, sebagai sesembahan, mereka
menyembah berhala-berhala itu sebagai bentuk
penyembahan terhadap malaikat agar para malaikat itu
dapat menolong mereka di sisi Allah nanti.
1140.

Pernyataan Ibnu Katsir di atas jelas menunjukkan

bahwa sejak awal orang musyrik memang tidak menyembah


Allah saja, melainkan juga menyembah malaikat yang diukir
menjadi berhala-berhala itu. Inilah yang dinamakan syirik,
yaitu menyekutukan Allah dengan sesembahan lain. Berbeda
dengan tawassul, orang yang bertawassul memohon kepada
Allah dengan menjadikan benda lain sebagai perantara. Oleh
karena itu, Umar mengawali doanya dengan kata, Ya Allah.
311

Lalu apakah masalah tawassul ini sampai pada level

1141.
?takfir

Mari kita simak nasihat Ibnu Taimiah. Setelah

1142.

menyebutkan perbedaan pendapat dalam masalah ini beliau


berkata:
:


.
. :

1143.

}
:

{
Tak seorang pun yang mengatakan bahwa

1144.

barangsiapa mengambil pendapat pertama ia telah kafir, tak


ada alasan untuk mengkafirkannya, karena masalah ini
adalah masalah khilafiyah, dalil-dalilnya tidak jelas dan
terang. Kekufuran hanyalah bagi orang yang mengingkari
perkara-perkara yang sudah maklum (diketahui) merupakan
bagian dari agama secara pasti atau mengingkari hukum
yang sudah mutawatir dan disepakati (ijma) atau semisal
)itu. (Majmu Fatawa 1/106
Analisa Hadis Malik Ad Dar Tentang Tawassul

1145.

Naskah Hadis

1146.

1147.





Telah mengabarkan kami Abu Muawiyah dari Al

1148.

Amasy dari Abu Shalih dari Malik Ad Dar ia berkata ia


312

dahulu adalah bendahara Umar untuk urusan logistik, ia


berkata:
1149.
1150.

Manusia ditimpa kekeringan pada masa Umar bin

Khattab, lalu datanglan seorang lelaki ke kuburan Nabi SAW


lalu berdoa: Wahai Rasulullah, mintalah hujan kepada Allah
untuk umatmu, sesungguhnya mereka telah binasa. Lalu
lelaki itu didatangi oleh Rasulullah SAW dalam mimpinya.
Beliau bersabda, Datanglah kepada Umar lalu sampaikan
salamku untuknya, dan beritahukan kepadanya bahwa kalian
akan diberi hujan. Katakan juga: hendaknya kalian bersikap
bijaksana, hendaknya kalian bersikap bijaksana. Lalu lelaki
itu mendatangi Umar dan menceritakan apa yang dialaminya
tersebut. Umar pun menangis kemudian berkata, Ya Rabb,
aku tidak akan berpaling kecuali dari apa yang aku tidak
mampu melakukannya.
1151.

Studi Sanad

1152.

Hadis di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah

dalam Al Mushannaf (6/236 no. 32002), Al Baihaqi dalam


Dalailun Nubuwwah (8/91 no. 2974) dan Al Khaliliy dalam Al
Irsyad (1/313-314). Tentang riwayat Al Baihaqi, Ibnu Katsir
dalam Al Bidayah wan Nihayah (7/105) berkata, Sanad hadis
ini shahih. Sedangkan tentang riwayat Ibnu Abi Syaibah,
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2/495) berkata, Ibnu Abi
Syaibah meriwayatkan dengan sanad shahih dari riwayat Abu
Shalih dari Malik Ad Dar. Imam Bukhari dalam At Tarikh Al
Kabir (7/204 no. 1295) meriwayatkan dari Malik bin Iyadh
bagian akhir hadis ini, yaitu perkataan Umar, Ya Rabb, aku
tidak akan berpaling kecuali dari apa yang aku tidak mampu
melakukannya.
1153.

Kesimpulan Hukum
313

1154.

Para ulama bersepakat mengenai bolehnya

bertawassul dengan Nabi SAW, baik ketika beliau masih hidup


maupun setelah wafat berdasarkan atsar di atas dan hadishadis lainnya. Baca: Kupas Tuntas Masalah Tawassul
1155.

Syubhat Beserta Jawabannya

1156.

Berikut ini syubhat-syubhat yang beredar tentang

hadis Malik Ad Dar beserta jawabannya.


1157.

Syubhat pertama: Di dalam riwayat tersebut

terdapat perawi mudallis bernama Al Amasy dan dia


meriwayatkan hadis tersebut dengan lafal an (dari).
Padahal, seorang mudallis tidak diterima hadisnya kecuali jika
ia berkata haddatsana (ia telah memberitahu kami),
akhbarona (ia telah mengabarkan kami) dan semisalnya,
bukan qola (ia telah berkata) atau an (dari), karena
kemungkinan ia mengambil hadis itu dari perawi dhaif
sehingga dapat menjadikan hadis itu menjadi lemah
sebagaimana telah maklum dalam Mustholahul Hadis.
1158.

Jawaban: Benar bahwa Al Amasy adalah seorang

mudallis. Akan tetapi, tidak semua ananahnya ditolak.


Ananah Al Amasy dari Abu Shalih diterima dan dianggap
muttashil oleh para ulama. Ini adalah satu kekhususan dan
keistimewaan ananah Al Amasy dari Abu Shalih. Oleh
karena itu, Imam Bukhari memasukkannya dalam Shahihnya.
1159.

Syubhat kedua: Tidak diketahui apakah Abu Shalih

pernah mendengar hadis dari Malik Ad Dar atau tidak, karena


Malik Ad Dar tidak diketahui kapan tahun wafatnya.
1160.

Jawaban: Pernyataan tersebut keliru, sebab

penyimakan Abu Shalih dari Malik Ad Dar telah diketahui oleh


para ahli hadis. Al Khalili berkata, Dikatakan bahwasannya
Abu Shalih As Sammaan telah mendengar hadis ini dari Malik
Ad Dar, dan yang lain mengatakan bahwa ia telah meng-irsal314

kannya. (Al Irsyaad: 1/313). Pernyataan Al Khalili tersebut


jelas menunjukkan bahwa penyimakan Abu Shalih dari Malik
Ad Dar adalah maruf dan tidak diragukan lagi. Yang
diragukan adalah penyimakannya tentang hadis ini, bukan
penyimakan secara umum dalam hadis-hadis lain. Perhatikan
kata hadis ini dalam pernyataan Al Khalili di atas, kata
tersebut mengkhususkan keumuman penyimakan Abu Shalih
dari Malik Ad Dar dalam hadis-hadis lain. Lagipula, Abu Shalih
bukan seorang mudallis yang suka mengecoh orang lain
dengan kata an untuk hadis yang tidak ia dengar,
sebagaimana kebiasaan para mudallisin.
1161.

Syubhat ketiga: Abu Shalih membawakannya dengan

ananah, sehingga ada kemungkinan bahwa riwayat tersebut


terputus (munqathi).
1162.

Jawaban: Pernyataan itu juga keliru. Kemungkinan

terputus itu sangat kecil bahkan mendekati nol, karena Abu


Shalih bukan seorang mudallis. Riwayat ananah
dipermasalahkan jika berasal dari perawi yang mudallis. Jadi
ananah Abu Shalih diterima dan dianggap muttashil karena
Abu Shalih tsiqoh. Imam Bukhari juga memasukkan ananah
Abu Shalih ke dalam Shahihnya sebagaimana ananah Al
Amasy dari Abu Shalih.
1163.

Syubhat keempat: Orang yang mendatangi kubur

Nabi SAW itu tidak diketahui identitasnya (mubham).


1164.

Jawaban: Kemubhaman orang tersebut tidak

berpengaruh apa-apa, karena yang menjadi hujjah adalah


sikap (taqrir) Umar. Beliau tidak mengingkari perbuatan lelaki
tersebut. Seandainya perbuatan itu keliru, pasti Umar sudah
mengingkarinya.
1165.

Syubhat kelima: Malik Ad Dar bukan termasuk

sahabat.
315

1166.

Jawaban: Tidak berpengaruh apakah dia sahabat

atau bukan, karena yang menjadi hujjah adalah sikap Umar


terhadap perbuatan orang yang menemuinya itu.
1167.

Syubhat keenam: Tambahan ziarah ke kuburan Nabi

dalam hadis Malik Ad Dar mungkar karena tidak disebutkan


oleh Imam Bukhari dalam Tarikhnya.
1168.

Jawabnya: Memang tambahan itu tidak disebutkan

oleh Imam Bukhari dalam Tarikhnya, namun bukan berarti


tambahan itu tidak ada atau mungkar. Imam Bukhari sering
meringkas hadis-hadis yang diriwayatkannya, bahkan dalam
kitab Shahihnya beliau sering meringkas riwayat yang
panjang, lalu menyebutkan selengkapnya di tempat lain.
Sedangkan tambahan itu sudah disebutkan dalam riwayat
Imam Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah dan sanadnya dinilai
shahih oleh Dua Hafizh, yaitu Ibnu Hajar dan Ibnu Katsir. Jadi,
tambahan itu shahih. Jika memang tambahan itu munkar,
pasti para hafizh sekaliber mereka berdua akan
menerangkannya kepada kita.
1169.

Syubhan ketujuh: Ibnu Hajar tidak menshahihkan

sanad hadis itu secara keseluruhan, melainkan hanya sampai


Abu Shalih saja.
1170.

Jawaban: Ini adalah sebuah kecerobohan dan

tuduhan yang tidak benar terhadap Ibnu Hajar. Pernyataan


Ibnu Hajar diselewengkan dari makna sebenarnya.
Seandainya sanad itu hanya shahih sampai Abu Shalih saja,
pasti pernyataan Ibnu Hajar adalah seperti ini, dengan
sanad shahih sampai Abu Shalih, bukan dengan sanad
shahih dari riwayat Abu Shalih. Kata dari riwayat hanyalah
penjelasan mengenai sumber riwayat itu, bukan pembatasan
bahwa yang shahih hanya sampai Abu Shalih saja. Berbeda
dengan kata sampai yang menunjukkan pembatasan. Hal
316

itu maklum diketahui oleh siapapun yang pernah membaca


Fathul Bari secara keseluruhan dan mengamati istilah-istilah
yang digunakan oleh Ibnu Hajar di dalamnya.
1171.

Syubhat kedelapan: Malik Ad Dar adalah majhul

karena didiamkan oleh Imam Bukhari dan Abu Hatim Ar Razi


dan tidak diketahui kejujuran dan kekuatan hafalannya.
1172.

Jawabnya: Tidak semua perawi yang didiamkan oleh

kedua imam itu disebut majhul. Ketidaktahuan bukan tanda


ketiadaan mutlak. Ketidaktahuan seseorang dikalahkan oleh
pengetahuan orang lain. Bahkan biografi perawi bernama
Malik Ad Dar itu disebutkan dalam Thabaqat Ibnu Saad dan
Ishabah Ibnu Hajar. Mengenai kejujurannya, dua di antara
Khulafaurrasyidin, yaitu Khalifah Umar dan Ustman, telah
mempercayainya sebagai bendahara logistik. Sungguh
keterlaluan jika ada orang yang meragukan sosok yang
dipercaya
1173.

Analisa: Hadis Utsman bin Hunaif Tentang Tawassul

1174.

Permasalahan tawassul dengan Nabi SAW setelah

beliau wafat menjadi perdebatan panjang di antara kaum


muslimin hingga saat ini. Jumhur ulama membolehkannya,
Ibnu Taimiah melarang sebagian dan membolehkan sebagian,
sedangkan Al Albani melarang seluruhnya. Masing-masing
pendukung membela pendapatnya serta melemahkan
pendapat lainnya.
1175.

Salah satu dalil yang membolehkan adalah hadis

yang diriwayatkan oleh Utsman bin Hunaif tentang seorang


buta yang mendatangi Nabi SAW untuk minta didoakan,
kemudian Nabi SAW mendoakan untuknya dan akhirnya ia
bisa melihat. Dalam lafal doa tersebut terdapat tuntunan
bertawassul dengan Nabi SAW. Dalil kedua lebih tegas lagi,
hadis yang juga diriwayatkan oleh Utsman bin Hunaif setelah
317

Nabi SAW wafat tentang seorang lelaki yang mendatangi


Utsman bin Affan untuk suatu keperluan namun ia diabaikan,
setelah itu ia mendatangi Utsman bin Hunaif (perawi hadis),
kemudian oleh Utsman bin Hunaif, lelaki itu diberi saran
untuk melakukan amalan yang dahulu diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada orang buta, lalu keinginan lelaki itu
pun terkabul, hadis ini menjadi dalil terkuat bagi pendapat
yang membolehkan tawassul dengan Nabi SAW setelah
beliau wafat, dengan alasan bahwa hadis itu diriwayatkan
setelah Nabi SAW wafat dan yang meriwayatkannya adalah
perawi yang sama dengan hadis pertama yang disepakati
kesahihannya oleh kedua belah pihak. Namun, dalil kedua ini
dipermasalahkan kesahihannya oleh Al Albani, kendatipun
sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan, sebab hadis
itu juga disahihkan oleh salah seorang perawinya
sebagaimana akan kita bahas.
1176.

Berikut ini penjelasan mengenai kedua hadis di atas

beserta takhrij dan statusnya. Semoga dengan penjelasan ini


kita dapat melihat permasalahan ini dengan jernih, objektif
dan jauh dari fanatisme kelompok tertentu. Selamat
membaca.
1177.

Hadis ke-1

1178.

Naskah Hadis

1179.

Redaksi dalam Musnad Ahmad:





1180.








1181.








318






1182.
1183.
Redaksi dalam Sunan At Tirmidzi:

1184.

1185.

1186.


Redaksi dalam Sunan An-Nasai:

1187.

1188.

1189.




1190.
:

1191.





1192.
Redaksi dalam Sunan Ibnu Majah:

1193.
1194.

319

1195.

. .
. .
. .
1196.
1197.

Redaksi dalam Shahih Ibn Khuzaimah:

1198.

: :

: :
:
1199.

Dari pernyataan Ibnu Taimiah di atas, jelaslah bahwa

tindakan sebagian orang jahil yang mengkafirkan sesama


muslim karena permasalahan semacam ini tidaklah dapat
dibenarkan. Hal itu tak lain disebabkan oleh ketidakmampuan
dirinya dalam mendatangkan argumentasi ilmiah yang
mampu bertahan di panggung dialog dan diskusi. Akhirnya,
mereka menggunakan senjata ampuh untuk melumpuhkan
lawan diskusinya yaitu dengan menjatuhkan vonis kafir,
stempel bidah, cap musyrik dan sebagainya.
1200.

Penutup

1201.

Demikianlah ringkasan penjelasan mengenai

masalah tawassul. Bagi yang ingin memperdalam dan


menelaah lebih lanjut mengenai masalah ini silahkan baca
kitab Muhiqqu At Taqawwul fi Masalati At Tawassul karangan
Syaikh Imam Muhammad Zahid Al Kautsari (semoga Allah
merahmati beliau). Kitab ini sudah dicetak, disebarluaskan
dan dijual secara bebas di toko-toko buku di Timur Tengah.
Penulisnya adalah salah seorang ulama yang hidup di zaman
Kekhalifahan Turki Utsmani, seorang ahli hadis, fikih, ushul
dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Anda juga bisa
mendapatkan keterangan mengenai masalah ini dalam kitab

320

Mausuah Fiqhiyah Kuwaitiyah (Ensiklopedi Fiqh Kuwait).


Wallahu alamu bis showab.
1202.
1203.

XVI

1204.

Bantahan Atas Argumen Lemah Dan Syubhat Wahabi

1205.

Dalam Hal Tawassul Melalui Orang Yang Telah Mati !!?

1206.
1207.

Salah satu landasan kaum Wahabi yang dijadikan

dalil untuk melarang tawassul adalah bahwa tawassul


disamakan dengan meminta kepada orang yang telah mati,
dan hal itu adalah perbuatan syirik. Untuk memperkuat
pemahamannya mereka sodorkan surat an Naml ayat 80:
1208.


1209.

"Sesungguhnya engkau tak bisa membuat orang

yang mati mendengar dan tidak pula menjadikan orangyang


tuli mendengar panggilan apabila mereka sudah berpaling."
1210.
1211.

Ayat diatas menyamakan kaum musyrikin dengan

orang yang telah mati. Apabila orang yang mati tidak mampu
mendengar ajakan kebenaran maka hal itu juga tidak akan
didengar oleh kaum musyrikin. Apabila orang yang telah mati
dan orang yang tuli mampu mendengar otomatis kaum
musyrikinpun juga akan mampu mendengar seruan.
1212.

Dalil lain yang disodorkan oleh kaum wahabi adalah

surat Fathir ayat 22 :


1213.



1214.

"Dan tiadalah sama orang yang hidup dan orang

yang mati. Allah menjadikan siapa saja yang dikehendakiNya


321

bisa mendengar dan tidaklah engkau menjadikan orang yang


di dalam kubur itu bisa mendengar."
1215.
1216.

Dengan ayat diatas kaum wahabiyyin berkeyakinan

bahwa memohon sesuatu kepada orang mati sama maka


hukumnya sama dengan memohon sesuatu kepada benda
mati.
1217.

Guna menangkis pendapat yang lemah dan syubhat

diatas maka kita sampaikan bahwa sangat disayangkan


kelompok Wahabi dengan gampangnya mendistorsi makna
ayat suci al-Quran. Ayat-ayat yang dijadikan argumentasi
tersebut sesungguhnya ingin menyatakan bahwa tubuh
tanpa nyawa yang terbaring dikubur sudah tidak bisa lagi
memahami sesuatu.
1218.

Sedangkan dalam bertawassul kita tidak

menyampaikan permohonan kita kepada tubuh yang sudah


tidak mempunyai nyawa, namun kepada ruh pemilik jasad
tersebut yang sudah hidup di alam kubur (barzakh). Dan
dengan jelas Quran menyatakan, mereka itu hidup.
1219.

Ringkasnya, kita bertawassul kepada mereka yang

dinyatakan hidup oleh Quran, bukan kepada benda mati.


1220.

Golongan wahabi menganggap bahwa sesudah

manusia mati, ruh akan stagnasi seiring sirnanya tubuh


kasarnya. Oleh sebab itu, mereka menolak dengan keras
adanya kehidupan ruh para nabi dan lainnya sesudah
kematian mereka.
1221.

Mereka juga menyatakan jika seseorang telah mati

tidak bisa beramal lagi sebab amalnya telah terputus selain


tiga hal. Maka kita jawab : itu maksudnya mereka tidak bisa
beramal dalam arti tidak menerima taklif hukum sehingga
tidak bisa mendapatkan pahala. Buktinya dalam Hadits
322

shahih para Nabipun melakukan shalat dikubur mereka. Ini


membuktikan bahwa mereka bisa beramal walau tanpa
beban taklif.
1222.

Sehingga dalam Hadits/atsar shahihpun Nabi Saw

yang sudah wafat juga mampu mendo'akan kepada Allah


bagi Umatnya yang saat itu kekeringan sehingga
diturunkannyalah hujan oleh Allah dengan sebab ada seorang
sahabat yang telah melakukan tawassul dengan Nabi yang
sudah wafat.
1223.

Para ulama aswaja menolak pandangan Ibnu

Taimiyah dan Muhamad bin Abdul Wahab yang mengingkari


bolehnya tawassul dengan orang yang dekat dengan Allah
sesudah matinya.
1224.
1225.

Kholil Ahmad dari madzhab Hanafi mengatakan:

1226.
1227.

"Kami dan para ulama kami meyakini bahwa

diperbolehkan bertawassul dalam berdoa dengan para Nabi,


solihin, auliya dan syuhada baik ketika mereka masih hidup
maupun sesudah meninggal.
1228.

Dan pendapat diatas juga disepakati oleh mayoritas

umat Islam, hanya wahabi dan variannyalah yang


menyelisihinya.
1229.
1230.

Semoga petunjuk Allah atas mereka !!.

1231.
1232.
1233.

XVII

1234.

Manaqib

1235.

--

1236.

A. Pengertian
323

1237.

Secara bahasa manaqib berarti meneliti, menggali

secara istilah diartikan sebagai riwayat hidup seseorang yang


berisikan tentang budi pekertinya yang terpuji ahhlaknya
yang baik karomahny dan sebagainya yang patut dijadikan
suri tauladan. Maksud dari menjalankan manaqib diantarnya
untuk beertawasul, untuk memperoleh berkah, untuk lebih
mengenal orang sholih dan lebih mencintanya.
1238.
1239.

B. Dalil-dalil manaqib

1240.

Sebenarnya manaqib itu ada dalam Alquran seperti

manaqib, ashabul kahfi, Manaqib Raja Dzul Qurnain, Manaqib


Lukman dan lain sebagainya. Adapun dalil yang digunakan
hujjah untuk memperbolehkan praktek manaqib yaitu dalam
kitab Bughyat al_Mustarsyidin, hlm. 97.
1241.
1242.
:

.

1244.
Tersebut dalam surat atsar: Rosululloh pernah
1243.

bersabda: Siapa membuat sejarah orang mukmin( yang


sudah meninggal ) sama saja menghidupkan kembali; siapa
memmbacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang, siapa yang
mengunjunginya, Alloh akan memberikan surga.
1245.

Dalam kitab Jalauzh Zhulam alaAqidatul awam

dijelaskan






) .

1246.

1247.

Ketahuilah seyogyanya bagi setiap muslim yang

mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia mencari berkah


324

dan anugrah, terkabulnya doa dan turunnya rahmat didepan


para wali, di majelis-majelis dan kumpulan mereka, baik
masih hidup ataupun sudah mati, dikuburan mereka ketika
mengingat mereka, dan ketika orang banyak berkumpul
dalam berziarah kepada mereka, dan pembacaan riwayat
hidup mereka.

325

Você também pode gostar