Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1 Ahmad Sugiri, Proses Islamsisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di Indonesia, dalam AlQalam, Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No. 59/XI/1996, (Serang: IAIN SGD,
1996), hlm. 43.
1
b. Berita Eopa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama
kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui
jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang
dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia singgah di Sumatera
bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan
Samudera dengan ibukotanya Pasai.7 Diantara sejarawan yang menganut teori ini
adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke. 8
c. Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.Karena disamping
berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada setiap
masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah
pesisisr pantai.9 Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye.
Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern,
dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.10
d. Berita Cina
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kirakira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai
utara Pulai Jawa.11 T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan
agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak
abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina
disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah
pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera (disebut Tashih).12
e. Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya
pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu
bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak.
Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti
Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal
pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297M. Ketiga, makam Syekh Maulana
Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat
dan berisi tulisan-tulisan Arab.13
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang
diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M, langsung dari negeri
Arab.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara. Setelah itu
masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
3. Para dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah
disebarkan secara damai.14
B. Priodesasi Masuknya Islam ke Nusantara(Indonesia)
Muslim).
Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat
Islam.
Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Di Jawa
9
Di Sulawesi
Di Kalimantan
Muballig ke negeri ini. Para dai tersebut berusaha mencetak kaderkader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama
besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Jalur
ketiga para dai datang dari Sulawesi (Makasar) terutama dai yang
terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a) Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan
adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya
kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk
sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta
bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan
melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak
(Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak
bersedia masuk Islam. Dalam peperangan itu Raden Samudra
mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk
Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah
tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan
rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau
Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah
(putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan
Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Mustain Billah.
Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai,
Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.
b) Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang dai terkenal datang, yaitu
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja
Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para
pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan
dakwah ini dibangunlah sebuah masjid. Tahun 1575 M, raja
Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke
12
13
BAB II
SALURAN MASUKNYA ISLAM
DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
A. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada
golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya
ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negerinegeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta
menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan
jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang15
Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran
perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa
kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari
kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan
perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para
pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan
sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat
pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat
tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun
tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampunganperkampungan. Perkampungan golongan pedangan
Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan16.
2. Saluran Perkawinan
15 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), hlm, 200.
16 16 Ibid., hlm. 201.
14
15
Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke16 dan ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm. 218)
16
pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai25, atau ulamaulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitabkitab26, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke
masingmasing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi.
Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal
pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh
lagi27.
2. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat
atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni
bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh,
Ternate dan sebagainya28. Contoh lain dalam seni adalah dengan
pertunjukan wayang29,yang digemari oleh masyarakat. Melalui ceritacerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga
dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam30.
3. Saluran Politik
25 Kyai adalah sebutan atau gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada
seseorang yang ahli agama Islam, yang biasanya memiliki dan mengelola pondok
pesantren. Lebih lanjut baca Karel A Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di
Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984).
26 26 Mengenai kitab-kitab klasik yang dipakai di pesantren-pesantren di pulau
Jawa telah disistematikakan dengan cukup baik oleh beberapa orang sarjana Belanda
yang telah banyak meneliti tentang perkembangan pesantren dan tarekat di
Indonesia (lebih jauh mengenai studi ini lihat Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning:
Pesantren dan Tarikat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: 1995, Mizan),
hlm. 115.
27 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm. 203.
28 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III hlm. 205
29 Dijelaskan di sini, bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Beliau tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi
ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
(Badri Yatim, op.cit., hlm. 202)
30 Ibid., hlm. 203.
17
18
India makin ramai mendatangi kota bandar Malaka. Dari bandar ini,
Islam di bawa ke pattani dan tempat lainnya di semenanjung seperti
Pahang, Johor dan perlak34. Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik
dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan bahan-bahan
pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan
kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempahrempah harus selalu cukup untuk melayani semua pedagangpedagang.
Begitu pula pedangan-pedagang Jawa juga membawa rempahrempah dari Maluku ke Malaka35. Selain dengan Jawa, Malaka juga
menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai
membawa lada ke pasaran Malaka. Dengan kedatanganpedagang Jawa
dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi ramai dan lebih
berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang ekonomi, Malaka
juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan
ikut mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka
dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun penguasa belum
memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah
mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut
agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan
bangunan masjid36.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan
sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk
masuk Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Dan
kesultanan Malaka merupakan pusat perdagang internasional antara
Barat dan Timur, pelabuhan transit. Maka dengan didudukinya
Kesultanan Malaka oleh Portugis tahun 1511, maka kerajaan di
Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat Malaka
34 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam., hlm. 190
35 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm.18
36 Ibid., hlm. 19.
19
tidak digunakan lagi oleh pedagang Muslim sebab telah diduduki oleh
Portugis37.
Dengan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan
Malaka jika kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan
tertentu, yang memberi jaminan lumayan kepada keamanan
perdagangan. Seperti contohnya aturan bea cukai, aturan tentang
kesatuan ukuran, sistem pemakaian uang logam dan sebagainya. Di
samping aturan yang diterapkan juga sistem pemerintahannya sangat
baik dan teratur38.
2. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin
utara pulau Sumatra39 Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah
utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura. Indrapura sebelum
di bawah pengaruh Aceh, yang tadinya merupakan daerah pengaruh
Minangkabau. Yang menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan
Ibrahim (1514-1528), ia berhasil melepaskan Aceh dari Pidie40. Aceh
menerima Islam dari Pasai yang kini menjadi bagian wiliyah Aceh dan
pergantian agama diperkiraan terjadi mendekati pertengahan abad ke1441
Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal
dengan Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya42. Aceh
37 Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam., hlm. 191.
38 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm. 20
39 Bahwa Islam baik sebagai kekuatan sosial agama maupun sebagai kekuatan
sosial politik, pertama-tama memperlihatkan dirinya di nusantara ini adalah di negeri
Perlak. Dari negeri inilah pertama kali Islam memancar ke peloksok tanah air
Indonesia. Kerajaan Islam Perlak terus hidup merdeka sampai dipersatukan dengan
kerajaan Samudera Pasai pada zaman pemerintahan sultan Malik Ash Saleh 12891326 M. Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M, pada tahun
1521 kerajaan ini ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun. Pada
tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di
bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh
peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru akwahnya. ((Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2008 hlm. 196-197).
40 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III., hlm 21
41 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam , hlm. 209.
42 42 Ibid., hlm. 208.
20
51 Wali Songo diantaranya: Sunan Bonang, Sunan Derajat adalah putra Sunan
Ampel yang sebelumnya telah bertempat tinggal di kampung Ampel Denta
(Surabaya), sunan Kalijaga yang disebutpula Jakasayid adalah putra seorang
tumenggung Majapahit, Sunan Giri adalah hasil perkawainan antara seorang putri
Blambangan dengan seorang Muslim. Sunan Gunung Jati putra Rara Santang atau
Syarifah Modaiim, putri Prabu Siliwangi. Sunan Rahmat yang dalam babad dikatakan
datang dari Campa, ia adalah saudara sepepu permaisuri Brawijaya.(Ibid., hlm. 197198).
22
yang berarti62. Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati dari Cirebon,
meletakan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta
bagi perdagangan orang-orang Islam di sana63.
Kerajaan Islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten
Girang dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai.
Dilihat dari sudut ekonomi dan politik, pemindahan ini dimaksudkan
untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir
Sumatera, melalui selat sunda dan samudra Indonesia. Situasi ini
berkaitan dengan kondis politik di Asia Tenggara masa itu setelah
malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang yang segan
berhubungan dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui
Selat Sunda64.
Tentang keberadaan Islam di Banten, Tom Pires menyebutkan,
bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda
dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini berarti pada akhir
abad ke-15 M diwilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat
yang beragama Islam65. Karena tertarik dengan budi pekerti dan
ketinggian ilmunya, maka Bupati Banten menikahkan Syarif
Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama Nhay
Kawunganten. Dari pernikahan ini Syaraif Hidayatullah dikaruniai dua
anak yang diberi nama Ratu winaon dan Hasanuddin. Tidak lam
kemudian, karena panggilan uwaknya, Cakrabuana, Syarif Hidayatullah
berangkat ke Cirebon menggantika umawknya yang sudah tua.
62 Pada awal abad XVI, yang berkuasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umun
dengan pusat pemerintahan Kadipaten di Banten Girang. Untuk menghubungkan
Banten Girang dengan pelabuhan Banten, dipakai sungai Cibanten yang pada masa
itu masih dapat dilayari. Disamping masih ada jalan darat yang melalui Klapadua.
(Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, hlm. 43.)
63 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,, hlm. 217.
64 Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten. hlm. 43
65 Dalam Purwaka Caruban Nagari, dijelaskan bahwa Syarif Hidayatullah beserta
98 orang muridnya dari Cirebon, berusaha mengislamkan penduduk di Banten.
Dengan kesabaran dan ketekunan, banyaklah yang mengikuti jejak Syarif
Hidayatullah. Bahkan akhirnya Bupati Banten dan sebagian besar rakyatnya
memeluk agama Islam. (Ibid., hlm. 51).
25
68 Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, hlm.81
69 Ibid., hlm. 81-85.
70 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 219
26
27
28
daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Marhum di Ternate82.
Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al- Abidin
(1486-1500), Ia sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari
madrasah Giri83. Zainal Abidin ketika di Jawa terkenal sebagai Raja
Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku
untuk persembahan84. Sekembalinya dari jawa, Zainal abidin
membawa mubaligh yang bernama Tuhubabahul. Yang mengantar raja
Zainal Abidin ke Giri yang pertama adalah Jamilu dari Hitu. Hubungan
Ternate, Hitu dengan Giri di Jawa Timur sangat erat85.
Tentang masuknya Islam ke Maluku, Tome Pires mengatakan bahwa
kapal-kapal dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf. Raja ternate
yang sudah memeluk Islam bernama Sultan Bem Acorala, dan
hanyalah raja ternate yang disebut sultan sedang yang lainnya digelari
raja. Dijelaskan bahwa ia sedang berperang dengan mertuanya yang
menjadi raja Tidore yang bernama Raja Almancor86.
Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat
Muslim. Di daerah Maluku itu raja yang mula-mula masuk Islam
sebagaimana dijelaskan Tome Pires sejak kira-kira 50 tahun yang lalu,
berarti antara 1460-1465. Tahun tersebut boleh dikatakan bersama
dengan berita antonio Galvano yang mengatakan bahwa Islam di
daerah ini di mulai 80 atau 90 tahun yang lalu yang kalau dihitung dari
waktu Galvano di sana sekitar 1540-1545 menjadi 1460-146587.
Karena usia Islam masih muda di Ternate, Portugis yang sampai di
sana tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama
Kristen. Harapan itu tidak terwujud. Usaha mereka hanya
mendatangkan hasil yang sedikit88. Dalam proses Islamisasi di Maluku
menghadapi persaingan politik dan monopoli perdagangan diantara
orang-orang Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Persaingan
diantara pedagang-pedagang ini pula menyebabkan persaingan
diantara kerajaan-kerajaan Islam sendiri sehingga pada akhirnya
daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi kompeni
Belanda89.
BAB III
PERAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI
INDONESIA
A. Pendahuluan
Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha
bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang
pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama
di tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar
dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa.Walisongo berasal dari keturunan syeikh
ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para
keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah(90).
87 Situasi politik ketika kedatangan Islam di kepulauan Maluku tidak seperti di
Jawa. Di sana orang-orang muslim tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang
mengalami perpecahan karena perebutan kekuasan negara. Mereka datang dan
mengembangkan Islam dengan melalui perdagangan, dakwah dan melalui
perkawinan. (Ibid., hlm. 11-12)
88 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam., hlm.222
89 Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia, hlm. 12)
90 Mukhlis PaeEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Religi dan Filsafat), ( Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 76
30
Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh
disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan
kehidupan agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama Islam tingkat
atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali. Zaman itu pun dikenal
sebagai zaman kewalen. Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai Walisanga,
yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan
orang(91). Adapun Sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku
kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan
Gunung Jati(92).
B. Pengertian Walisongo
Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat
Wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa
sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat
wali(93). Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain memiliki
keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan gurumurid(94)
Adapun biografi singkat tokoh-tokoh Walisongo adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau
memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi, Syekh Magribi,
Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di (Sebutan dalam
Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan
tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi
91 Ibid, hal 128-129
92 Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Madrasah Tsanawiyah Untuk
Kelas IX Semester 1 dan 2, (Bandung,: CV ARMICO, 2009), hlm. 25-26
93 Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm21- 22.
94 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, (Yogyakarta:
GRAHA Pustaka, 2009), hlm 16
31
menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat.
Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana
beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14.
Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada
tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke
Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik95. Beliau wafat di Gresik
pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H , bertetapatan
dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan
tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang
berada di Gresik.
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali pertama yang tertua, beliau
mempunyai anak bernama Raden Rahmat (Sunan Ampel ) , Sunan Giri
adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim dan sepupu Sunan Ampel96.
Maulana Malik masih merupakan keturunan Ali Zainal Abidin Al-Husein
Ibnu Ali Ibnu Thalib. Hal ini menunjukan bahwa Maulana Malik
merupakan keturunan Rasulallah SAW. Diceritakan dalam Babad Tanah
Jawi, bahwa Syekh Ibrahim Asamarkandi merupakan menantu dari dari
raja Champa. Raja Champa tersebut memilki tiga anak, dua orang putri
dan satu orang putra. Putri pertama bernama ratu Darawati yang
menikah dengan Prabu Brawijaya dan putri yang kedua menikah
dengan Syekh Ibrahim Asamarkandi, Syekh itu sendiri merupakan
Maulana Malik Ibrahim. Dari hasil perkawinanya ini, beliau dikaruniai
dua orang putra , yaitu Raden Rahmat dan Raden Santri. Kisah dalam
95 Ibid., hlm.14
96 Ibid., hlm.17
32
babad ini sesuai dengan yang ada dalam Hikayat Hasanudin serta
Babad Majapahit dan Para Wali.
Sunan Gresik lahir disekitar wilayah Magribi, Afrika Utara. Disana
beliau dikenal sebagai Wali Pawang Hujan. Dikisahkan bahwa pada
suatu ketika ada seorang gadis yang hendak dijadikan tumbal untuk
meminta hujan kepada dewa. Ketika pedang sudah dihunus, Maulana
Malik datang dan melarangnya dengan pembicaraan yang halus,
kemudian beliau memimpin shalat Istisqa, untuk memohon hujan. Tak
lama setelah itu, hujanpun turun dan kawanan kafir tersebut
berbondong-bondong memeluk agama Islam97. Maulana malik
menetap di Desa Leran, Gresik. ketika itu Gresik masih di bawah
kerajaan Majapahit. Disana beliau melakukan dakwah dengan
menjauhi Konfrontasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga dengan
mudah agama Islam diterima. Sunan berdakwah secara sederhana,
beliau membuka warung dan menjual rupa-rupa makanan dengan
harga yang murah. Selain sebagai pedagang Sunan membuka praktek
sebagai Tabib ,dengan doa-doanya yang diambil dari Al-Quran.
masyarakat berbondong-bondong datang kepadanya untuk meminta
pertolongannya, apalagi praktek tabib yang dibukanya gratis98. Dari
sisni beliau memanfaatkannya sebagai sarana dakwah Islamiyah.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah, beliapun semakin
dikenal dikalangan masyarakat Gresik.
97 Ibid., hlm.19
98 Ibid., hlm.20
33
menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat.
Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana
beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14.
Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada
tahun 1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke
Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik99. Beliau wafat di Gresik
pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 822 H , bertetapatan
dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan
tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batu nisan makamnya yang
berada di Gresik.
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali pertama yang tertua, beliau
mempunyai anak bernama Raden Rahmat (Sunan Ampel ) , Sunan Giri
adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim dan sepupu Sunan Ampel100.
Maulana Malik masih merupakan keturunan Ali Zainal Abidin Al-Husein
Ibnu Ali Ibnu Thalib. Hal ini menunjukan bahwa Maulana Malik
merupakan keturunan Rasulallah SAW. Diceritakan dalam Babad Tanah
Jawi, bahwa Syekh Ibrahim Asamarkandi merupakan menantu dari dari
raja Champa. Raja Champa tersebut memilki tiga anak, dua orang putri
dan satu orang putra. Putri pertama bernama ratu Darawati yang
menikah dengan Prabu Brawijaya dan putri yang kedua menikah
dengan Syekh Ibrahim Asamarkandi, Syekh itu sendiri merupakan
Maulana Malik Ibrahim. Dari hasil perkawinanya ini, beliau dikaruniai
99 Ibid., hlm.14
100 Ibid., hlm.17
35
dua orang putra , yaitu Raden Rahmat dan Raden Santri. Kisah dalam
babad ini sesuai dengan yang ada dalam Hikayat Hasanudin serta
Babad Majapahit dan Para Wali.
Sunan Gresik lahir disekitar wilayah Magribi, Afrika Utara. Disana
beliau dikenal sebagai Wali Pawang Hujan. Dikisahkan bahwa pada
suatu ketika ada seorang gadis yang hendak dijadikan tumbal untuk
meminta hujan kepada dewa. Ketika pedang sudah dihunus, Maulana
Malik datang dan melarangnya dengan pembicaraan yang halus,
kemudian beliau memimpin shalat Istisqa, untuk memohon hujan. Tak
lama setelah itu, hujanpun turun dan kawanan kafir tersebut
berbondong-bondong memeluk agama Islam101. Maulana malik
menetap di Desa Leran, Gresik. ketika itu Gresik masih di bawah
kerajaan Majapahit. Disana beliau melakukan dakwah dengan
menjauhi Konfrontasi dengan masyarakat sekitar. Sehingga dengan
mudah agama Islam diterima. Sunan berdakwah secara sederhana,
beliau membuka warung dan menjual rupa-rupa makanan dengan
harga yang murah. Selain sebagai pedagang Sunan membuka praktek
sebagai Tabib ,dengan doa-doanya yang diambil dari Al-Quran.
masyarakat berbondong-bondong datang kepadanya untuk meminta
pertolongannya, apalagi praktek tabib yang dibukanya gratis102. Dari
sisni beliau memanfaatkannya sebagai sarana dakwah Islamiyah.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah, beliapun semakin
dikenal dikalangan masyarakat Gresik.
36
agama Islam kepada Arya Damar yang pada waktu itu menjabat
sebagai Raja Palembang. dalam misinya ke kerajaan majapahit, Raden
Rahmat di dampingi sang ayah (Maulana Malik Ibrahim), kakaknya
(Sayyid Ali Murthada), dan Sahabatnya (Abu Hurairah)104. Rombongan
tersebut tersebut singgah di Tuban dan menyebarkan agama Islam
disana sampai sang ayah Syekh Asamarkandi wafat, yang makamnya
terletak di Desa Gesikharjo, Palang, Tuban. Selanjutnya romongan
tersebut melanjutkan perjalanannya ke Trowulan Ibukota Majapahit
untuk menghadap Sang Prabu dalam menyanggupi permintaanya,
yaitu memperbaiki dan mendidik moral para bangsawan yang kawula
majapahit yang saat itu mengalami kekacauan. Sebagai hadiahnya,
raden rahmat diberi tanah di Ampeldenta , Surabaya dan tiga ratus
keluarga diserahkan kepadanya untuk di didik dan di bina.105 Disana
Raden Rahmat mendirikan pemukiman penduduk sebagai ladang
untuk berdakwah.disana Baliau mendirikan Pesantren dan Mesjid yang
sampai sekarang peninggalannya masih ada.
Raden Rahmat sangat memperhatikan dalam menurunkan
kaderisasi wali kepada anak-anak dam murid-muridnya. Dua putranya
yakni Sunan Bonang dan Sunan Drajad merupakan anggota dari
Walisongo. Satu putrinya Asyikah dinikahkan dengan Raden Patah yang
menjadi raja Demak, serta dua orang purinya dari istri yang lain, Nyai
Karimah, kedua putri itu bernama Dewi Murtasiah yang diperistri oleh
Sunan Giri dan dewi Mursimah yang diperistri oleh Sunan Kalijaga.
39
Suana Ampel selalu berbeda pendapat dengan Para wali lainnya, beliau
agak bersikap puritan dalam mengakulturasikan antara tradisi adat
dengan Islam. Meskipun demikian Sunan Ampel sangat bijak dalam
mengelola pendapat, selain itu karena sosoknya yang dituakan sebagai
pengganti dari Maulana Malik Ibrahim, beliau sangat dihormati dan
disegani oleh semua kalangan. Menurut beberapa versi Sunan Ampel
merupakan tokoh yang mengepalai Dewan Walisongo, hal ini dilakukan
sebagai sarana dakwah Islamiyah di tengah hiruk-pikuk kekacauan
Kerajaan majapahit.
Diceritakan bahwa ketika Raden Rahmat menjadi tokoh yang
terkenal di Ampeldenta, beliau kedatangan Syekh Walilanang. Syekh
itu berasal dari Jeddah yang singgah ke Ampeldenta. Disana sang
Syekh berdiskusi dan berbagi ilmu bersama dengan Sunan Ampel. dan
dari Ampeldenta perjalanan syekh dilanjutkan ke Blambangan sampai
suatu ketika beliau dinikahkan dengan putri raja Blambangan. Namun
karena sang Raja tidak mau memeluk agama Islam putrinya beliau
tinggalkan, yang pada saat itu sudah dalam keadaan mengandung.
Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa putri yang sedang
mengandung tersebut kelak akan melahirkan seorang putra yang
bernama Sunan Giri yang selanjutnya dipungut anak angkat oleh
seorang janda kaya Nyai Semboja, yang kemudian dipondokkan ke
Ampeldenta hingga menjadi wali Sunan Giri.106
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita pahami bahwa Sunan Ampel
sangat memperhatikan Kaderisasi, diantara kader-kader yang
42
44
111 Ibid.,hlm.75
45
47
50
cerita setempat sebelum kedatangan sunan kudus, kota Tajug mulamula di kembangkan oleh Kyai Telising yang Bergama islam. hal ini
berarti sebelum kedatangan Sunan Kudus agama Islam sudah
berkembang tetapi belum meluas. Di kudus, jafar shadiq memiliki
jamaah yang konon jamaah tersebut merupakan para santri dan
tentara Demak yang beliau bawa ketika hendak berperang melawan
kerajaan Majapahit. Di kudus Jafar Shadiq menggarap lahan pertanian
sebagai penghasilan utamanya.
Sunan kudus meruapakan sosok wali yang dihormati dan disegani
oleh kawannya, beliau terkenal dengan wali yang paling pemberani.
Selain itu, disamping beliau memegang kekuasaan, juga memegang
Senapati dari kerajaan Islam Demak, jabatan itu sesuai dengan
kepribadaian Beliau yang disiplin, kuat serta gagah berani. Beliau
merupakan Senapati yang banyak berkorban dalam mempertahankan
Kerajaan Islam Demak. Di Kudus beliau mendirikan mesjid yang
bernama Menara Kudus. dan nama Sunan Kudus tertera dalam
Inskripsi mesjid tersebut. Mesjid itu didirikan pada tahun 956 H
bertepatan pada tahun 1549 M, mesjid tersebut dijadikan sebagai
pusat dakwah Sunan Kudus. Dalam mengajarkan agama Islam Sunan
Kudus mengikuti jejak Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan tut wuri
handayani yang berarti Sunan Kudus tidak menggunakan cara-cara
yang bersifat keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi
sedikit . karena kondisi pada saat itu sebagian besar masyarakat kudus
beragama Hindhu- Budha. Cara beliau berdakwah yaitu dengan
memasukan syariat dan ajaran Islam kedalam adat kebiasaan
52
54
manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam benar-benar
menjadi agama yang mengakar(123).
Para wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat
mengajarkan agama. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan
lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis. Pada masa awal
perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut gurukula, yaitu seorang guru
menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya, sifatnya tidak
masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar. Selain prinsip-prinsip
keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan,
kekebalan, dan bela diri(124).
Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan dawah atau dewan mubaligh.
Apabila ada salah seorang wali tersebut pergi atau wafat maka akan segera diganti
oleh walilainnya. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga
berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di
Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah
secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang
lain(125).
Kesembilan wali ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran
agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-15. Adapun peranan walisongo dalam
penyebaran agama Islam antara lain:
1. Sebagai pelopor penyebarluasan agama Islam kepada masyarakat yang belum
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah
Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai ke seluruh daerah di Nusantara.
BAB IV
59
60
Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sossial politik kaum dan keagamaan kaum
santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdatu at-Tujjar, (pergerakan kaum sudagar)
serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdatul at-Tujjar itu, maka Taswiru al-Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga
menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di
beberapa kota. Taswiru al-Afkar juga merupakan sebuah kelompok diskusi yang mana
kegiatan di dalamnya adalah membahas persoalan-persoalan agama dan kehidupan
masyarakat, yang dipelopori oleh Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Kyai
Mas Mansur, Kyai Mangun, dan Kyai Wahab Hasbullah. M. Masyhur Amin, NU dan
Ijtihad Politik, hlm. 33. Atau www.nu.online.or.id. . Sejarah NU, hlm. 1.
61
Komite Hijaz adalah merupakan cikal bakal kelahiran NU, komite ini
dibentuk dan dimotori oleh KH, Abdul Wahab Hasbullah, atas restu
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari. Dibentuknya komite Hijaz adalah
untuk mengirimkan delegasi Ulama Indonesia yang akan mengha-dap
raja Ibnu Suud tahun 1925. Misi yang di emban diantaranya tentang
kekhawatiran para Ulama terhadap rencana raja yang akan melarang
peribadatan menurut madzhab di Tanah Haram, dan lain sebagainya.
Semula utusan para Ulama adalah KH, R. Asnawi Kudus, namun
karena beliau ketinggalan kapal dan tidak jadi berangkat, keberatan itu
disampaikan melalui telegram. Dikarenakan telegram belum
mendapatkan jawaban juga, akhirnya berangkatlah KH, Abdul Wahab
Hasbullah sebagai utusan. Secara resmi utusan itu adalah,
1.
2.
Mustasyar NU.
3.
Makah).
Namun yang berangkat dari Indonesia hanya KH. Abdul Wahab
Hasbullah. Misi yang di emban komite ini adalah menemui Raja Saudi
(tanah Hijaz) Ibnu Saud, untuk menyam-paikan pesan Ulama
pesantren di Indonesia, yang meminta agar Raja tetap memberikan
kebebasan berlakunya hukum-hukum ibadah dalam madzhab empat di
Tanah Haram.
2. Munculnya Komite Hijaz.
Diantara penyebab munculnya komite Hijaz adalah jatuhnya
Kholifah di Turki pasca Perang Dunia I, dan masuknya Ibnu Saud yang
ber-aliran Wahabi dengan menguasai Makkah yang menjadi sentral
ibadah umat Islam. Ketika itu Saudi berkeinginan menegakkan kembali
khilafah yang jatuh itu dengan menggelar konfe-rensi umat Islam se
dunia, dan dipusatkan di Makah.
64
141 Janji-janji tersebut selanjutnya termaktup di dalam surat resmi Raja Ibnu
Saud, Nomor: 2082, tanggal 24 Dzulhijjah H/13 Juni 1928 M. Ali Asad, ke-NUan, hlm. 21-22
65
Katib Awal
Katib Tsani
Awam
Musytasyar
Seketaris
Bendahara
: H. Burhan (Surabaya)
Pembantu
67
Oleh para ulama NU, Ahlussunnah wal Jama'ah dimaknai dalam dua
pengertian.
Pertama, Ahlussunah Wal Jama'ah sudah ada sejak zaman sahabat
nabi dan tabi'in yang biasanya disebut generasi salaf. Pendapat ini
didasarkan pada pengertian Ahlussunah Wal Jama'ah, yakni mereka
yang selalu mengikuti sunnah Nabi Saw. dan para sahabatnya.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah
adalah paham keagamaan yang baru ada setelah munculnya rumusan
teologi Asy'ari dan Maturidi dalam bidang teologi, rumusan fiqhiyyah
mazhab empat dalam bidang fikih serta rumusan tashawuf Junayd alBagdadi dalam bidang tashawuf
149
72
Siapa saja yang memasuki suatu rumah tidak melalui pintunya maka
pencurilah namanya!"
Bagi NU, landasan Islam adalah al-Qur'an, sunnah (perkataan,
perbuatan dan taqrr/ketetapan) Nabi Muhammad Saw. sebagaimana
telah dilakukan bersama para sahabatnya dan sunnah al-khulaf' alrasyidn, Abu Bakr al-Shiddiq, 'Umar ibn al-Khaththab, 'Utsman ibn
'Affan dan 'Ali ibn Abi Thalib. Dengan landasan ini, maka bagi NU,
Ahlussunnah wal Jama'ah dimengerti sebagai 'para pengikut sunnah
Nabi dan ijma' para ulama'. NU menerima ijtihad dalam konteks
bagaimana ijtihad itu dapat dimengerti oleh umat. Ulama pendiri NU
menyadari bahwa tidak seluruh umat Islam dapat memahami dan
menafsirkan ayat al-Qur'an maupun matn (isi) hadits dengan baik. Di
sinilah peran ulama, yang sanadnya (mata rantai) bersambung sampai
ke Rasulullah Saw., diperlukan untuk mempermudah pemahaman itu.
Dalam menggunakan landasan itu, ada tiga ciri utama Ahlussunnah
wa al-Jama'ah yang dianut NU, :
pertama, adanya keseimbangan antara dalil aqliy (rasio) dan dalil
naqliy (al-Qur'an dan al-Hadits), dengan penekanan dalil aqliy
ditempatkan di bawah dalil naqliy.
Kedua, berusaha sekuat tenaga memurnikan akidah dari segala
campuran akidah di luar Islam.
Ketiga, tidak mudah menjatuhkan vonis musyrik, kufur dan
sebagainya atas seseorang yang karena sesuatu sebab belum dapat
memurnikan akidahnya.
Dalam hal tashawuf, NU berusaha mengimplementasikan mn,
islm dan ihsn secara serempak, terpadu dan berkesinambungan.
Berlandaskan tashawuf yang dianut, NU dapat menerima hal-hal baru
yang bersifat lokal sepanjang dapat meningkatkan intensitas
keberagaman. Dengan tashawuf yang dianut, NU juga berusaha
menjaga setiap perkembangan agar tidak menyimpang dari ajaran
Islam.
73
Asmaul Husna.
d) Sembilan bintang yang terdiri dari lima bintang di atas garis
katulistiwa dengan sebuah bintang yang paling besar terletak
paling atas: melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
sebagai pemimpin umat manusia dan Rasulullah;
74
75
76
77
78
79
84
terhadap hal-hal berbau mistik itu dianggap sebagai sesuatu yang baru
dan dapat merusak Islam (bidah).
Gagasan Raja Ibnu Saud ini menimbulkan polemik di masyarakat
Indonesia. Kalangan pesantren yang selama ini banyak membela
semangat keragaman dan pelestarian nilainilai sejarah menolak
pembatasan bermazhab, apalagi penghancuran terhadap warisan
peradaban. Karena itu, tokoh-tokoh pesantren keluar dari keanggotaan
Kongres Al-Islam di Yogyakarta tahun 1925. Mereka kemudian
membentuk delegasi baru bernama Komite Hijaz yang dikomandoi oleh
KH Wahab Hasbullah. Komite Hijaz ini dengan gigih bertekad
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian
warisan peradaban. Mereka menentang secara terang-terangan
gagasan tersebut. Gagasan ini bahkan didukung oleh umat Islam
hampir seluruh penjuru di dunia. Karena upaya ini, akhirnya Raja Ibnu
Saud mengurungkan niatnya.
Itulah awal mula upaya yang dilakukan kalangan pesantren yang
dalam hal ini diwakili oleh Komite Hijaz untuk memperjuangkan
kebebasan dalam bermazhab dan melestarikan warisan peradaban itu.
Kini, seluruh umat Islam di dunia turut menikmati dan menyaksikan
warisan peradaban Islam. Dan, masyarakat Muslim kini pun bebas
melaksanakan ibadah di Tanah Suci (Makkah) sesuai dengan mazhab
masing-masing.
Dari pengalaman tersebut, kaum terpelajar Indonesia yang berasal
dari pesantren merasa perlu membentuk sebuah organisasi yang lebih
sistematis dan terstruktur. Organisasi tersebut dibentuk untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Kemudian, dilakukanlah
koordinasi dengan sejumlah kiai sehingga menghasilkan kesepakatan
dengan membentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari
1926.
86
87
89
91
93
94
jamaah sebagai ajaran Islam yag murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh
Rasulullah bersama para sahabatnya.
Dalam sejarahnya, N.U. pernah menjadi Partai Politik, kemudian bergabung dalam
Partai Masyumi. Namun setelah Partai-Partai Islam difungsikan kedalam Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), N.U. kembali pada funsinya semula sebagai gerakan sosial
keagamaan dengan semboyan kembali kepada jiwa 1926. Di sisi lain N.U. bergerak
dalam bidang sosial dan pendidikan agama menurut paham yang diyakini yaitu Ahlus
sunah wal jamaah. N.U. mempunyai banyak sekali Pondok Pesantren dan Madrasah
yang terbesar diseluruh pelosok tanah air, terutama di daerah pedesaan yang pada
umumnya mereka mempunyai tradisi agama yang kuat.
Nahdlatul Ulama mempunyai bagian-nagian yang khusus menangani bagian dakwah,
bagian Maarif, bagian Mabarrat, bagian ekonomi, bagian Penerbit, bagian Umum,
bagian Pertanian dan Nelayan, bagian Perburuhan dan Tenaga Kerja dan sebagainya.
Bagian yang menangani pendidikan dan pengajaran adalah Darul Maarif. Dewasa ini
lembaga pendidikan yang diasuh NU telah tersebar ke seluruh tanah air.
Pada akhir tahun 1356 H (1938 M.) komisi perguruan N.U. telah dapat mengeluarkan
reglement tentang susunan madrasah-madrasah N.U. yang harus dijalankan mulai 2
Muharram 1357 . susunan madrasah-madrasah N.U. ialah :
baru tentang susunan Sekolah/Madrasah N.U. dan akhirnya pada tanggal 23-26 Februari
1954 telah diambil keputusan dalam suatu Konperensi Besar seluruh Indonesia mengenai
susunan Sekolah/Madrasah N.U. :
lamanya 3 tahun
lamanya 6 tahun
95
S.M.P N.U.
lamanya 3 tahun
S.M.A N.U.
lamanya 3 tahun
S.G.B N.U.
lamanya 4 tahun
S.G.A N.U.
lamanya 3 tahun
M.M.P N.U.
lamanya 3 tahun
M.M.A. N.U.
lamanya 3 tahun
Mualimin/Mualimat N.U.
lamanya 5 tahun
BAB VI
DINAMIKA PESANTREN DI INDONESIA
A. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Secara historis, pesantren telah mendokumentasikan berbagai sejarah bangsa
Indonesia, baik sejarah sosial budaya masyarakat Islam, ekonomi maupun politik bangsa
Indonesia. Sejak awal penyebaran Islam, pesantren menjadi saksi utama bagi penyebaran
Islam di Indonesia. Pesantren mampu membawa perubahan besar terhadap persepsi
halayak nusantara tentang arti penting agama dan pendidikan.159 Artinya, sejak itu orang
mulai memahami bahwa dalam rangka penyempurnaan keberagamaan, mutlak diperlukan
prosesi pendalaman dan pengkajian secara matang pengetahuan agama mereka di
pesantren.
Sejak awal pertumbuhannya, fungsi utama pesantren adalah menyiapkan santri
mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal tafaqquh fi> al-di>n,
yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat
Indonesia dan melakukan dakwah menyebarkan agama Islam serta benteng pertahanan
umat dalam bidang akhlak.160 Sejalan dengan fungsi tersebut, materi yang diajarkan
159 A. Mujib, et. al., Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren (Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hlm. 1.
160 Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Profil Pondok Pesantren
Mua>dalah (Cet. I; Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Departemen
Agama, 2004), hlm. 3.
96
dalam pondok pesantren semuanya terdiri dari materi agama yang diambil dari kitabkitab klasik yang berbahasa Arab atau lebih dikenal dengan kitab kuning.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada
masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model
pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik menjadi seseorang yang mengerti ilmu
agama, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian,
kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya. Modal
inilah yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkualitas dan mandiri sebagai
bentuk partisipasi pesantren dalam menyukseskan tujuan pembangunan nasional
sekaligus berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa sesuai yang diamanatkan oleh
Undang-undang Dasar 1945.161
Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di
Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya
Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dimulai sejak
munculnya masyarakat Islam di Nusantara.162
Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan
munculnya tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian
tempat-tempat menginap para santri yang kemudian disebut pesantren. Meskipun
bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pesantren merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya
menyangkut praktek kehidupan keagamaan.163Pesantren dalam lintasan sejarah bangsa
dinyatakan sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia, sehingga menarik untuk dibahas
lebih lanjut.
B. Sejarah Lahirnya Pesantren
161 Amin Haedari, et al., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global (Cet. I; Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 3.
162 Kehadiran pesantren sangat erat kaitannya dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Oleh
karena itu, membahas mengenai pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari membahas mengenai
sejarah Islam itu sendiri. Lihat: Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 1-6.
163 Sulthon Masyhud, et al., Manajemen Pondok Pesantren (Cet. II; Jakarta: Diva Pustaka,
2004),hlm. 1
97
Syaikh Maulna Mlik Ibrhm atau Sunan Gresik merupakan orang pertama yang
membangun lembaga pengajian yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren sebagai
tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya adalah agar para santri
menjadi juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat
luas. Usaha Syaikh menemukan momuntem seiring dengan mulai runtuhnya singgasana
kekuasaan Majapahit (1293 1478 M). Islam pun berkembang demikian pesat,
khususnya di daerah pesisir yang kebetulan menjadi pusat perdagangan antar daerah
bahkan antar negara.164
Hasil penelusuran sejarah ditemukan sejumlah bukti kuat yang menunjukkan bahwa
cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah-daerah sepanjang pantai
utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus,
Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan
yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para
pedagang dan muballig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Hadramaut, Persia,
dan Irak.165
Lembaga pendidikan pada awal masuknya Islam belum bernama pesantren
sebagaimana dikemukakan oleh Marwan Saridjo sebagai berikut:
Pada abad ke-7 M. atau abad pertama hijriyah diketahui terdapat komunitas muslim
di Indonesia (Peureulak), namun belum mengenal lembaga pendidikan pesantren.
Lembaga pendidikan yang ada pada masa-masa awal itu adalah masjid atau yang
lebih dikenal dengan nama meunasah di Aceh, tempat masyarakat muslim belajar
agama. Lembaga pesantren seperti yang kita kenal sekarang berasal dari Jawa.166
Usaha dakwah yang lebih berhasil di Jawa terjadi pada abad ke-14 M yang dipimpin
oleh Maulna Mlik Ibrhm dari tanah Arab. Menurut sejarah, Maulna Mlik Ibrhm
ini adalah keturunan Zainal A<bidi>n (cicit Nabi Muhammad saw). Ia mendarat di pantai
Jawa Timur bersama beberapa orang kawannya dan menetap di kota Gresik. Sehingga
pada abad ke-15 telah terdapat banyak orang Islam di daerah itu yang terdiri dari orang
orang asing, terutama dari Arab dan India. Di Gresik, Maulna Mlik Ibrhm tinggal
164 Alwi Shihab, Islam Inklusif (Cet. I; Bandung: Mizan, 2002), hlm. 23.
165 Fatah Syukur, Dinamika Pesantren dan Madrasah (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
hlm. 248.
166 Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan Kebijakan terhadap
Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2010), hlm. 17-30.
98
menetap dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya tahun 1419 M. Sebelum
meninggal dunia, Maulna Mlik Ibrhm (1406-1419) berhasil mengkader para muballig
dan di antara mereka kemudian dikenal juga dengan wali. Para wali inilah yang
meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui pesantren. Maulna Mlik Ibrhm
dianggap sebagai perintis lahirnya pesantren di tanah air yang kemudian dilanjutkan oleh
Sunan Ampel.167
Mengenai sejarah berdirinya pesantren pertama atau tertua di Indonesia terdapat
perbedaan pendapat di kalangan peneliti, baik nama pesantren maupun tahun berdirinya.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Depatremen Agama pada 1984-1985
diperoleh informasi bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah Pesantren Jan Tanpes II
di Pamekasan Madura yang didirikan pada tahun 1762.168 Tetapi data Departemen Agama
ini ditolak oleh Mastuhu.169 Sedangkan menurut Martin van Bruinessen seperti dikutip
Abdullah Aly bahwa Pesantren Tegalsari, salah satu desa di Ponorogo, Jawa Timur
merupakan pesantren tertua di Indonesia yang didirikan tahun 1742 M.170 Perbedaan
pendapat tersebut karena minimnya catatan sejarah pesantren yang menjelaskan tentang
keberadaan pesantren.
Pondok Pesantren merupakan rangkaian kata yang terdiri dari pondok dan pesantren.
Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang dipakai dalam bahasa Indonesia dengan
menekankan kesederhanaan bangunannya. Ada pula kemungkinan bahwa kata pondok
berasal dari bahasa arab fundk yang berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel
sederhana. Pada umumunya pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana
bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.171 Sedangkan kata pesantren berasal dari
kata dasar santri yang dibubuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat
167 Ibid.hlm.30
168 Departemen Agama RI., Nama dan Data Potensi Pondok-Pondok Pesantren Seluruh Indonesia
(Jakarta: Depag RI., 1984/1985), hlm. 668.
169 Dia menolak informasi tersebut dengan alasan bahwa sebelum adanya Pesantren Jan Tapes II,
tentunya ada Pesantren Jan Tanpes I yang lebih tua. Selain itu, Mastuhu menduga bahwa pesantren
didirikan setelah Islam masuk ke Indonesia. Lihat: Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren:
Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 19.
170 Lihat: Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 154156.
171 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: P3M, 1986), hlm. 98-99.
99
tinggal para santri.172 Menurut beberapa ahli, sebagaimana yang dikutip oleh
Zamakhsyari antara lain: Jhons, menyatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil
yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg berpendapat bahwa istilah ini berasal
dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari
kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentan
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa dari segi etimologi pondok pesantren
merupakan satu lembaga kuno yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama. Ada
sisi kesamaan (secara bahasa) antara pesantren yang ada dalam sejarah Hindu dengan
pesantren yang lahir belakangan. Antara keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran
ilmu agama yang dilakukan dalam bentuk asrama.
Secara terminologi, KH. Imam Zarkasih mengartikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana kyai sebagai figur sentral,
masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah
bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.173 Pesantren sekarang ini
merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga
pesantren ini sebagai lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran
besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. KH. Abdurrahman Wahid,
mendefinisikan pesantren secara teknis, pesantren adalah tempat di mana santri tinggal.174
Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya pesantren sebagai sebuah totalitas
lingkungan pendidikan dalam makna dan nuansanya secara menyeluruh. Pesantren bisa
juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan
bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya.
Mengenai asal-usul dan latar belakang pesantren di Indonesia terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ahli sejarah. Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa
pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pandangan ini dikaitkan
dengan fakta bahwa penyebaran Islam di Indonesia pada awalnya banyak dikenal dalam
172 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kyai (Cet. VII; Jakarta:
LP3ES, 1997), hlm. 18.
173 Amir Hamzah Wiryosukarto, et al., Biografi KH. Imam Zarkasih dari Gontor Merintis
Pesantren Modern (Ponorogo: Gontor Press, 1996), hlm. 51.
174 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-esai Pesantren (Cet. I; Yogyakarta: KIS,
2001), hlm. 17.
100
bentuk kegiatan tarekat dengan dipimpin oleh kyai. Salah satu kegiatan tarekat adalah
mengadakan suluk, melakukan ibadah di masjid di bawah bimbingan kyai. Untuk
keperluan tersebut, kyai menyediakan ruang-ruang khusus untuk menampung para santri
sebelah kiri dan kanan masjid. Para pengikut tarekat selain diajarkan amalan-amalan
tarekat mereka juga diajarkan kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
agama Islam. Aktivitas mereka itu kemudian dinamakan pengajian. Perkembangan
selanjutnya, lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren.
Bahkan dari segi penamaan istilah pengajian merupakan istilah baku yang digunakan
pesantren, baik salaf maupun khalaf.175
Pendapat kedua, menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh
lembaga pendidikan kuttab, yakni lembaga pendidikan pada masa kerajaan bani
Umayyah yang semula hanya merupakan wahana atau lembaga baca dan tulis dengan
sistem h{alaqah{. Pada tahap berikutnya lembaga ini mengalami perkembangan pesat,
karena didukung oleh iuran masyarakat serta adanya rencana-rencana yang harus dipatuhi
oleh pendidik dan anak didik.176 Pendapat ini hampir sama dengan pendapat yang
menyatakan pesantren diadopsi dari lembaga pendidikan Islam Timur-Tengah, yaitu alAzhr di Kairo, Mesir.177
Pendapat ketiga, pesantren yang ada sekarang merupakan pengambil-alihan dari
sistem pesantren orang-orang Hindu di Nusantara pada masa sebelum Islam. Lembaga ini
dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama Hindu serta tempat
membina kader-kader penyebar agama tersebut.178 Pesantren merupakan kreasi sejarah
anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya pra-Islam. Pesantren
merupakan sistem pendidikan Islam yang memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan
175 Abdul Aziz, et al., Ensiklopedi Islam IV (Cet. II; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm.
103. Pendapat ini juga didukung oleh Zamakhsyari yang berpendapat bahwa pesantren, khususnya di Jawa,
merupakan kombinasi antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat, bukan antara Islam dengan Hindu. Lihat:
Zamakhsyari Dhofier Tradisi..., hlm. 25.
176 Lihat: Muhaimin, et al., Pemikiran Pendidikan Islam (Cet. III; Bandung: Tri Genda Karya,
1993), hlm,.298-299.
177 Martin Van Bruinessen, salah seorang yang mendukung versi ini berpandangan bahwa pesantren
cenderung lebih dekat dengan salah satu model sistem pendidikan di al-Azhr. Artinya, menurut pendapat
ini ada sisi kesamaan dari segi penyampaian ilmu pengetahuan agama, yakni melalui metode halaqah, di
mana kyai dan santri berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan pengajian. Kelompok ini meragukan
kebenaran pendapat yang menyatakan bahwa lembaga mandala dan asrama yang ada sudah sejak zaman
Hindu-Budha merupakan tempat berlangsungnya praktik pengajaran tekstual sebagaimana di pesantren.
Lihat: Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 184.
178 Abdul Aziz, et al., Ensiklopedi....,hlm, 103
101
179 Lihat: Zamakhsyari Dhofier Tradisi..., hlm. 10 dan Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren:
Sebuah Potret Perjalanan (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 5.
102
tengah masayarakat selalu direspons positif oleh masyarakat. Respon positif masyarakat
tersebut dijelaskan oleh Zuhairini sebagai berikut:
Pesantren didirikan oleh seorang kyai dengan bantuan masyarakat dengan cara
memperluas bangunan di sekitar surau, langgar atau masjid untuk tempat pengajian
dan sekaligus sebagai asrama bagi anak-anak. Dengan begitu anak-anak tidak perlu
bolakbalik pulang ke rumah orang tua mereka. Anak-anak menetap tinggal bersama
kyai di tempat tersebut.180
Perkembangan pesantren terhambat ketika Belanda datang ke Indonesia untuk
menjajah. Hal ini terjadi karena pesantren bersikap non-kooperatif bahkan mengadakan
konfrontasi terhadap penjajah. Lingkungan pesantren merasa bahwa sesuatu yang berasal
dari Barat dan bersifat modern menyimpang dari ajaran agama Islam. Di masa kolonial
Belanda, pesantren sangat antipati terhadap westernisasi dan modernisme yang
ditawarkan oleh Belanda. Akibat dari sikap tersebut, pemerintah kolonial mengadakan
kontrol dan pengawasan yang ketat terhadap pesantren. Pemerintah Belanda mencurigai
institusi pendidikan dan keagamaan pribumi yang digunakan untuk melatih para pejuang
militan untuk melawan penjajah.181 Dalam masa penjajahan Belanda, pendidikan Islam
yang berpusat pada pesantren, surau, dayah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya
sengaja melakukan uzlah dari kekuasaan kolonial.182
Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden (Pengadilan Agama)
yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan pesantren. Setelah itu,
dikeluarkan Ordonansi tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru agama yang
mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat
pada tahun 1925 yang membatasi orang yang boleh memberikan pelajaran mengaji.
Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat memberantas dan menutup
madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak
disukai oleh pemerintah.183 Peraturan-peraturan tersebut membuktikan ketidak-adilan
kebijaksanaan pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia.
180 Zuhairini, et al., Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 212.
181 Abdurrahman Masud, Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren (Cet.
I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 89.
182 Uzlah lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren merupakan bentuk perlawanan secara
tersembunyi (silent opposition) terhadap kolonialisme Belanda. Lihat: Jajat Burhanuddin (peny.), Mencetak
Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 2.
183 Lihat: Zamakhsyari Dhofier Tradisi...,, hlm. 41 dan Zuhairini, Sejarah Pendidikan ..., hlm. 149.
103
Akan tetapi, pesantren tetap bertahan dan berkembang karena pengelolanya mampu
mengatur strategi dengan baik. Berdasarkan laporan pemerintah pemerintah kolonial
Belanda, tahun 1831 di Jawa terdapat lembaga pengajian dan pesantren sebanyak 1.853
buah dengan jumlah santri sebanyak 16.500 orang. Pada tahun 1885 pesantren
berkembang menjadi 14.929 buah dengan jumlah santri 222.663 orang.184 Pada tahun
1942 menurut survei yang diselenggarakan Kantor Urusan Agama (Shumumbu) yang
dibentuk oleh Pemerintah Militer Jepang di Jawa mencatat jumlah madrasah, pesantren
dan santrinya sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Pesantren, Madrasah dan Santri
di Jawa dan Madura pada tahun 1942.185
Provinsi
Jumlah Santri
Jakarta
Jawa Barat
1.046
69.954
Jawa Tengah
351
21.957
Tawa Timur
307
32.931
Jumlah
1.871
139.415
14.513
184 Perkembangan pesantren turut dipengaruhi oleh perkembangan hubungan laut antara negeri
Belanda dan wilayah Hindia Belanda. Ditemukannya kapal api menjelang abad ke-19 dan dibukanya
Terusan Suez pada tahun 1869, perusahaan kapal KPM diberikan izin oleh Pemerintah Kolonial untuk
mengangkut jamaah haji Indonesia. Belanda juga mencabut resolusi-resolusi tahun 1852, 1831 dan
ordonansi 1859 yang melarang umat Islam Indonesia melakukan perjalanan haji ke Mekah. Kesempatan
dimanfaatkan dengan baik oleh umat Islam di Indonesia. Jamaah haji yang berusia muda, memanfaatkan
kesempatan beribadah haji untuk mendalami ilmu pengetahuan. Lihat: Zamakhsyari Dhofier, Tradisi
Pesantren: Memadu Modernitas untuk Kemajuan (Cet. I; Jakarta; Pesantren Nawesea Press, 2009), hlm.
59-61.
185 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi., hlm. 56.
104
Jumlah Pesantren
Jumlah Santri
Jakarta
27
15.767
Jawa Barat
2.237
305.747
Jawa Tengah
430
65.070
Tawa Timur
1.051
290.790
Jumlah
3.745
675.364
Berdasarkan tabel tersebut, hasil survei Departemen Agama Republik Indonesia pada
tahun 1978 mengenai keadaan pesantren di Jawa, menunjukkan bahwa sistem pendidikan
pesantren dipelihara, dikembangkan dan dihargai oleh masyarakat umat Islam di
Indonesia. Kekuatan pesantren dapat dilihat dari segi lain, yaitu walaupun setelah
Indonesia merdeka telah berkembang jenis pendidikan Islam formal dalam bentuk
madrasah.190
Pada tahun 2001, pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama Republik
Indonesia membentuk Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren setelah menyadari
perkembangan pesantren yang pesat. Jumlah lembaga pendidikan pesantren di seluruh
Indonesia dari 1987 bertambah luar biasa, seperti tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Jumlah Pesantren dan Santri 1987-2008.191
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
1981
1082
1983
1984
1985
1986
1987
2004
2007
2008
Jumlah Pesantren
6.086
6.086
6.204
6.239
6.240
6.386
6.579
14.656
17.506
21.521
Jumlah santri
802.545
816.083
933.265
1.086.801
1.284.800
1.429.768
1.713.739
2.369.193
3.289.141
3.818.469
Antara tahun 1987 sampai dengan tahun 2004 pesantren bertambah rata-rata 500
setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai 2008 bertambah 1.000 buah pesantren dan dalam
waktu 10 tahun terakhir, santrinya bertambah lebih dari dua juta. Pesantren pada
umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada kebijakan pemerintah yang ada
sehingga pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan
Islam.
Melengkapi uraian tentang sejarah perkembangan pesantren, penulis menjelaskan
secara singkat profil beberapa pesantren di Jawa Timur, yaitu:
1. PESANTREN SIDOGIRI
Pondok ini berada di Desa Sidogiri Kraton Pasuruan Jawa Timur
Sejarah Singkat
Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid
Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban. Ayahnya, Sayyid
Abdurrahman bin Muhammad bin 'Umar Basyaiban al 'Alawi yang datang dari Qosam
Hadhramaut, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman.
Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Cirebon Keturunan Sunan
191 34http://pendis.go.id/file/dokumen/5-gab-pontren-madin.pdf., akses 23 April 2011.
107
Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan kerabat dari
Keturunan Sunan Gunung Jati. Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok
pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri
sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari Pulau Bawean. Konon pembabatan
Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang
tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk
dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan berbarakah.
Tahun Berdiri
Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718
atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa
Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh
Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sadoellah
Nawawie pada 29 Oktober 1963. Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh
KA Sadoellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang
tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok
Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah
yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir
tahun pelajaran.
Panca Warga
Selama beberapa masa, pengelolaan Pondok Pesantren Sidogiri dipegang oleh kiai
yang menjadi Pengasuh saja. Kemudian pada masa kepengasuhan KH Cholil Nawawie,
adik beliau KH Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan
keluarga, yang dapat membantu tugas-tugas Pengasuh. Setelah usul itu diterima dan
disepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama Panca Warga. Anggotanya
adalah lima putra laki-laki KH Nawawie bin Noerhasan, yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra Kiai Nawawie ini merasa berkewajiban
untuk melestarikan keberadaan Pondok Pesantren Sidogiri, dan merasa bertanggung
jawab untuk mempertahankan asas dan ideologi Pondok Pesantren Sidogiri.
Majelis Keluarga
Setelah tiga anggota Panca Warga wafat, KH Siradj Nawawie mempunyai gagasan
untuk membentuk wadah baru. Maka dibentuklah organisasi pengganti yang diberi nama
Majelis Keluarga, dengan anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki KH Nawawie bin
Noerhasan. Rais Majelis Keluarga pertama sekaligus Pengasuh adalah KH Abd Alim Abd
Djalil. Sedangkan KH Siradj Nawawie dan KH Hasani Nawawie sebagai Penasehat.
Anggota Majelis Keluarga saat ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Urutan Pengasuh
Keberadaan Panca Warga dan selanjutnya Majelis Keluarga, sangat membantu
terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting dalam mengelola
Pondok Pesantren Sidogiri sehingga berkembang semakin maju. Tentang urutan
Pengasuh, terdapat beberapa versi, sebab tidak tercatat pada masa lalu. Dalam catatan
yang ditandatangani KH A Nawawi Abd Djalil pada 2007, urutan Pengasuh Pondok
Pesantren Sidogiri sampai saat ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kegiatan
Kegiatan di PPS dibagi menjadi dua macam, yaitu kegiatan Mahadiyah dan kegiatan
Madrasiyah. Kegiatan Mahadiyah adalah kegiatan yang harus diikuti seluruh santri yang
mukim di PPS. Sedangkan kegiatan Madrasiyah adalah kegiatan yang harus diikuti
seluruh santri yang mukim di PPS dan murid yang sekolah dari rumah walinya, sesuai
dengan tingkatan madrasah masing-masing.
a) Kegiatan mahadiyah
Kegiatan ini dimulai pukul 03.30 (setengah empat dini hari) sampai pukul 00.00
waktu istiwa, yang tentunya diselingi waktu istirahat. Jenis kegiatan Mahadiyah yang
ditetapkan oleh Pengurus bermacam-macam, sesuai dengan tingkatan santri. Jenis
kegiatan tersebut sebagaimana berikut:
1. Tahajud dan Witir Bersama
Kegiatan ini harus diikuti seluruh santri dan dimulai pukul 03.30 wis (setengah
empat dini hari). Pada waktu ini semua santri dibangunkan dari tidur, kecuali santri
yang mukim di Daerah J (dibangunkan pukul 04.00). Setelah mandi/berwudhu,
seluruh santri harus melaksanakan salat Tahajud dan Witir.
Untuk murid kelas VI Ibtidaiyah, murid Tsanawiyah, dan anggota Kuliah Syariah
yang tidak bertugas di Daerah-nya, kegiatan ini bertempat di masjid, dibawah
pengawasan Kepala Bagian Ubudiyah dan bawahannya. Setelah itu, dilanjutkan
dengan membaca Asmaul Husna bersama, dengan dipimpin seorang santri yang
ditunjuk.
Sedangkan untuk kelas I sampai V Ibtidaiyah dan murid Istidadiyah, kegiatan ini
bertempat di Daerah, di bawah pengawasan Pengurus Daerah. Kemudian dilanjutkan
dengan membaca wirid-wirid mutabaroh, dipimpin Ubudiyah Daerah dan stafnya.
110
111
113
Burdah keliling dibaca sambil mengelilingi komplek pesantren oleh semua santri
tingkat Tsanawiyah, yang berbaris dua-dua, sepuluh jejer dari depan membaca Ayat
Kursi. Sedangkan Burdah di Daerah dibaca bersama di Daerah, dengan seorang
pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus.
Kegiatan ini dilaksanakan pukul 11.30 s/d 12.00 malam, kecuali bagi Daerah J &
I. Untuk Daerah J, pelaksanaannya setelah salat Subuh berjamaah, bertempat di
Daerah. Dan untuk Daerah I, pelaksanaannya setelah Tahajud dan Witir bersama, juga
bertempat di Daerah.
14. Baca Diba
Pembacaan Diba dilaksanakan setiap malam Jumat, pukul 07.30 s/d 08.30
malam. Bertempat di masjid untuk anggota Kuliah Syariah yang tidak bertugas di
Daerah. Dan bertempat di Daerah untuk tingkat Istidadiyah, Ibtidaiyah, dan
Tsanawiyah. Pembacaan Diba ini dipimpin oleh santri yang telah ditunjuk oleh
Pengurus.
15. Gerak Batin
Kegiatan ini bertempat di masjid, diikuti seluruh santri sesuai urutan Daerah-nya.
Waktunya sama dengan pembacaan Burdah, yaitu pukul 11.30 s/d 12.00 malam.
Gerak batin ini diisi dengan membaca Munjiyat yang diakhiri dengan membaca
Hizbul-Futuh.
16. Jaga/Ronda Malam
Yang harus melaksanakan jaga atau ronda malam ini hanya santri yang berada di
tingkat Tsanawiyah, setiap malam empat anak dari setiap Daerah. Waktunya pukul
12.00 s/d 03.00, dengan cara berpindah-pindah dari satu pos jaga ke pos jaga yang
lain.
17. Baca Munjiyat
Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah Jumat sore, pukul 05.00 s/d 06.00.
Bertempat di Daerah.
18. Baca Ratibu al-Haddad
Pembacaan wirid ini hanya dilaksanakan oleh santri kelas I sampai V Ibt dan
murid Istidadiyah, dengan dipandu oleh Ubudiyah Daerah. Pelaksanaannya setelah
salat Subuh berjamaah, bertempat di Daerah.
19. Baca Surat Kahfi
114
Semua santri harus mengikuti kegiatan ini setelah salat Subuh berjamaah hari
Jumat. Bertempat di Daerah.
20. Olahraga
Kegiatan ini diikuti semua santri, bertempat di lapangan PPS dengan dipimpin
oleh seorang pemandu yang telah ditunjuk oleh Pengurus. Waktu pelaksanaannya
setelah salat Subuh berjamaah, dengan mengikuti jadwal yang telah ditentukan untuk
masing-masing Daerah, kecuali Daerah I.
Untuk Daerah I, olahraganya juga dilaksanakan setelah salat Subuh berjamaah,
tapi bertempat di lapangan desa Sidogiri. Cara olahraga, berlari keliling lapangan tiga
kali. Setelah olahraga, belajar bersama di Daerah.
21. Tahfizh al-Quran
Kegiatan ini dikhususkan bagi santri yang berminat menghafal al-Quran,
bertempat di Daerah A lantai dua. Tahfizh al-Quran ini hanya diperuntukkan bagi
tingkat Tsanawiyah ke atas. Untuk Ibtidaiyah dan Istidadiyah, hanya santri yang
hafal al-Quran 10 juz lebih yang boleh masuk Tahfizh al-Quran.
Sedangkan kegiatannya, menyetor hafalan ke Pembina setiap hari, pukul 06.00 s/d
07.30 pagi, setelah Ashar s/d pukul 05.00 sore, dan setelah salat Isya s/d 09.00
malam. Pada hari Selasa, mulai pukul 07.30 pagi sampai selesai menyetor ke wakil
Pembina di dalem. Pada hari Selasa pukul 08.00 s/d 09.00 pagi dan Jumat pukul
10.00 s/d 11.30 siang takrar silang antar sesama anggota. Selain itu, latihan fashahah
(kefasihan) dan murattal (membaca tartil) dilaksanakan setiap malam Selasa setelah
salat Maghrib sampai Isya.
b) Kegiatan madrasiyah
1. Masuk Sekolah
Waktu masuk sekolah berbeda-beda sesuai dengan tingkatan madrasah, dan
bertempat di ruang-ruang MMU yang telah ditentukan. Untuk tingkat Istidadiyah
dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 10.50 siang, dengan istirahat satu kali (08.50 s/d
09.15 pagi). Sedangkan tingkat Ibtidaiyah dilaksanakan pukul 07.30 pagi s/d 12.10
siang, dengan istirahat dua kali (08.50 s/d 09.15 pagi dan 10.35 s/d 10.50 siang).
Untuk tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pukul 12.20 siang s/d 05.00 sore.
Sedangkan tingkat Aliyah pukul 12.40 s/d 05.00 sore. Tsanawiyah dan Aliyah
istirahatnya dua kali.
115
2. Musyawarah Kelas
Musyawarah ini membahas pelajaran-pelajaran di kelas, dengan jadwal yang telah
ditentukan oleh pimpinan madrasah. Waktu pelaksanaannya sesuai dengan tingkatan
madrasah. Untuk Istidadiyah dilaksanakan pada pukul 10.50 s/d 12.00 siang. Untuk
kelas I, II, dan III Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 05.10 s/d 05.45 sore. Untuk
kelas V & VI Ibtidaiyah dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d 08.45 malam. Dan untuk
tingkat Tsanawiyah dilaksanakan pada pukul 10.10 s/d 11.15 malam.
3. Mengaji al-Quran
Kegiatan ini harus diikuti oleh seluruh murid LPPS (dari Luar Pondok Pesantren
Sidogiri) pada waktu kegiatan olahraga madrasah, sesuai jadwal yang telah ditetapkan
oleh pimpinan madrasah.
4. Pembinaan Baca Kitab Bagi santri yang mukim di PPS.
kegiatan ini dilaksanakan setiap malam Selasa. Sedangkan bagi murid LPPS
dilaksanakan di rumah pembinanya, sesuai dengan tempat dan waktu yang telah
ditentukan oleh pimpinan madrasah.
5. Kursus Ilmu Jiwa dan Didaktik Metodik
Kursus ini merupakan kegiatan ekstra kurikuler bagi murid Tsanawiyah pada
malam-malam tertentu. Waktu pelaksanaannya pukul 09.00 s/d 10.00 malam, dengan
jadwal dan tempat yang telah diatur oleh pimpinan madrasah. Kursus Ilmu Jiwa
(Psikologi) untuk kelas II Tsanawiyah, sedangkan Didaktik Metodik (Ilmu
Pendidikan) untuk kelas III Tsanawiyah.
6. Olahraga
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu, sesuai jadwal dari pimpinan
madrasah. Kegiatan ini sama dengan masuk sekolah, karena dilaksanakan pada jam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Yaitu pada jam pertama untuk tingkat
Ibtidaiyah, dan pada jam terakhir untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Jenis
olahraga bagi murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah adalah kasti, sedangkan bagi murid
Aliyah adalah voli. Untuk murid Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, berangkat dan pulang
olahraga dilakukan dengan berbaris.
116
yang telah diperoleh. Peninggalan beliau yang tidak akan pernah dilupakan orang adalah
Pondok Pesantren Tebuireng.
Tebuireng merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer
di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya jurusan Jombang Kediri.
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari kebo ireng
(kerbau hitam). Konon, ketika itu ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit
kuning (bule atau albino). Suatu hari, kerbau tersebut menghilang. Setelah dicari kian
kemari, menjelang senja baru ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di
rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kulit
kerbau yang semula kuning berubah hitam. Peristiwa mengejutklan ini menyebabkan
pemilik kerbau berteriak kebo ireng ! kebo ireng !. Sejak itu, dusun tempat
ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama Kebo Ireng.
Namun ada versi lain yang menuturkan bahwa nama Tebuireng bukan berasal dari
kebo ireng seperti cerita di atas, tetapi diambil dari seorang punggawa kerajaan Majapahit
yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
Namun pada perkembangan selanjutnya, ketika dusun itu mulai ramai, nama Kebo
Ireng berubah menjadi Tebuireng. Tidak diketahui dengan pasti apakah karena itu ada
kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun tersebut yang telah banyak
mendorong masyarakat untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula, yang mungkin
tebu yang ditanam berwarna hitam, maka pada akhirnya dusun tersebut berubah menjadi
Tebuireng.
Dusun Tebuireng dulu dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian,
pelacuran dan semua perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan Hadratus Syaikh
Kyai Hasyim Asyari bersama beberapa santri yang beliau bawa dari pesantren kakeknya
(Gedang) pada tahun 1899 M. secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut
mulai berubah semakin baik, semua perilaku negatif masyarakat di Tebuireng terkikis
habis dalam masa yang relatif singkat. Dan santri yang mulanya hanya beberapa orang
dalam beberapa bulan saja jumlahnya meningkat menjadi 28 orang.
119
Awal mula kegiatan dakwah Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asyari dipusatkan di
sebuah bangunan kecil yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman
bambu (Jawa; gedek), bekas sebuah warung pelacuran yang luasnya kurang lebih 6 x 8
meter, yang beliau beli dari seorang dalang terkenal. Satu ruang depan untuk kegiatan
pengajian, sementara yang belakang sebagai tempat tinggal Kyai Hasyim Asyari
bersama istri tercinta Ibu Nyai Khodijah.
Tentu saja dakwah Kyai Hasyim Asyari tidak begitu saja memperoleh sambutan
baik dari penduduk setempat. Tantangan demi tantangan yang tidak ringan dari penduduk
setempat datang silih berganti, para santri hampir setiap malam selalu mendapat tekanan
fisik berupa senjata celurit dan pedang. Kalau tidak waspada, bisa saja diantara santri
terluka karena bacokan. Bahkan untuk tidur para santri harus bergerombol menjauh dari
dinding bangunan pondok yang hanya terbuat dari bambu itu agar terhindar dari
jangkauan tangan kejam para penjahat.
Dan gangguan yang sampai dua setengah tahun lebih itu masih terus saja berlanjut,
hingga Kyai Hasyim Asyari memutuskan untuk mengirim utusan ke Cirebon guna
mencari bantuan berbagai macam ilmu kanuragan kepada 5 kyai yakni; Kyai Saleh
Benda, Kyai Abdullah Pangurangan, Kyai Syamsuri Wanatara, Kyai Abdul Jamil Buntet
dan Kyai Saleh Benda Kerep.
Dari kelima kyai itulah Kyai Hasyim Asyari belajar silat selama kurang lebih 8
bulan. Dan sejak itulah semakin mantap keberanian Kyai Hasim Asyari untuk
melakukan ronda sendirian pada malam hari menjaga keamanan dan ketenteraman para
santri.
Dengan perjuangan gigih tak kenal menyerah Kyai Hasyim Asyari akhirnya berhasil
membasmi kejahatan dan kemaksiatan yang telah demikian kentalnya di Tebuireng.
Keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng semakin mendapat perhatian dari masyarakat
luas.
Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebuireng telah mengalami 7
kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai
berikut:
120
Periode I
Periode II
Periode VI
sorogan (santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), metode
weton atau bandongan ataupun halqah (kyai membaca kitab dan santri memberi makna).
Semua bentuk pengajaran tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat
pendidikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan diikuti
santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu
syariat dan bahasa Arab. Dan inilah sesungguhnya misi utama berdirinya pondok
pesantren.
Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Hasyim
Asyari pada tahun 1919 M. yakni dengan penerapan sistem madrasi (klasikal) dengan
mendirikan Madrasah Salafiyah Syafiiyah. Sistem pengajaran disajikan secara
berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.
Hingga pada tahun 1929 M. kembali dirintis pembaharuan, yakni dengan
dimasukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Satu bentuk
yang belum pernah ditempuh oleh pesantren manapun pada waktu itu. Dalam
perjalanannya penyelenggaraan madrasah ini berjalan lancar. Namun demikian bukan
tidak ada tantangan, karena sempat muncul reaksi dari para wali santri bahkan para
ulama dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi mengingat pelajaran umum
saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan semacamnya. Hingga banyak
wali santri yang memindahkan putranya ke pondok lain. Namun madrasah ini berjalan
terus, karena disadari bahwa ini pada saatnya nanti ilmu umum akan sangat diperlukan
bagi para lulusan pesantren.192
3. Pesantren Miftahul Mubtadiin di Tanjunganom Nganjuk
D. Sistem Pendidikan di Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk
sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti pesantren kehilangan ciri khasnya.
192 http://www.tebuireng.net/index.php?pilih=hal&id=4
122
Sistem pesantren adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pesantren.193
Secara faktual, pesantren dapat dipolakan pada dua tipe atau pola, yaitu berdasarkan
bangunan fisik dan berdasarkan kurikulum.
1. Tipe pesantren berdasarkan bangunan fisik.
Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren
mempunyai lima tipe, yaitu:
Tabel 4
Tipe Pesantren Berdasarkan Bangunan Fisik.194
Tipe
Tipe: I
Masjid
Rumah Kyai
Keterangan
Pesantren ini masih bersifat sederhana, di mana kyai
menggunakan masjid atau rumahnya sendiri untuk mengajar. Tipe
ini santri hanya datang dari daerah pesantren ini sendiri, namun
mereka telah mempelajari agama secara kontinyu dan sitematis.
Metode pengajaran: wetonan dan sorongan.
193 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Cet. III; Jakarta: Bina Aksara.1995), hlm.
257.
194 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
(Cet. II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 66.
123
Tipe II:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Tipe III:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah
Tipe IV:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah
Tempat Keterampilan
Tipe V:
Masjid
Rumah Kyai
Pondok/Asrama
Madrasah
Tempat Keterampilan
Perguruan Tinggi
Gedung Pertemuan
Tempat Olahraga
Sekolah Umum
124
ilmu.195 Artinya ilmu tidak berkembang ke arah paripurnanya ilmu itu, melainkan hanya
terbatas pada apa yang diberikan kyai. Kurikulum sepenuhnya ditentukan oleh para kyai
pengasuh pondok.
b. Pesantren Modern (khalaf atau ashry)
Pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya
cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar klasikal dan meninggalkan sistem belajar
tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini terutama tampak pada penggunaan kelas
belajar baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah
kurikulum nasional.196 Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses
pembelajaran dan sebagai pengajar di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan madrasah
terletak pada porsi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai
kurikulum lokal.
c. Pesantren Komprehensif.
Tipe pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara
tradisional dan modern.19749 Pendidikan diterapkan dengan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorongan, bandongan dan wetonan yang biasanya diajarkan pada malam
hari sesudah salat Magrib dan sesudah salat Subuh. Proses pembelajaran sistem klasikal
dilaksanakan pada pagi sampai siang hari seperti di madrasah/sekolah pada umumnya.
Ketiga tipe pesantren tersebut memberikan gambaran bahwa pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang berjalan dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Dimensi kegiatan sistem pendidikan dilaksanakan oleh pesantren bermuara pada sasaran
utama yaitu perubahan baik secara individual maupun kolektif. Perubahan itu berwujud
pada peningkatan persepsi terhadap agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri juga
dibekali dengan pengalaman dan keterampilan dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia. Ada beberapa ciri umum dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
sekaligus sebagai lembaga sosial yang secara informal terlibat dalam pengembangan
masyarakat. Zamakhsyari Dhofier mengajukan lima unsur yang merupakan elemen
pesantren, yaitu pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri, dan kyai.198
195 Mastuhu, Dinamika..., hlm. 157.
196 M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan: Kasus Pondok Pesantren
An-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Madura (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu, 2001), hlm. 14.
197 Ibid., hlm. 15.
198 Zamakhsyari Dhofier Tradisi Pesantren: Studi..., hlm, 44-60.
125
Tradisi pesantren mengenal dua kelompok santri, yaitu santri muqim dan santri
kalong.202 Dikatakan santri muqi>m jika mereka menetap di pondok atau asrama
pesantren selama memperdalam kajian ilmu khususnya kitab-kitab klasik Islam.
Sedangkan santri kalong, karena selama memperdalam ilmu-ilmu keislaman mereka tidak
menetap di pondok.
5. Pengajian Kitab-Kitab Klasik (Kuning).
Kitab Islam klasik yang lebih populer dengan kitab kuning atau kitab gundul.20355
Pengajaran kitab klasik di pesantren merupakan upaya memelihara dan mentransfer
literatur Islam klasik. Pengajaran kitab Islam klasik dijadikan sebagai sarana untuk
membekali para santri dengan pemahaman warisan keilmuan Islam masa lampau atau
jalan kebenaran menuju kesadaran diri dan pembersihan hati (tazkiyah al-nafs), bahkan
juga dengan tugas masa depan dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran kitab Islam
Islam merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk membekali santri sebagai calon
ulama dengan ilmu keislaman yang kelak ditransfer kepada masyarakat secara lebih luas.
Adapun metode yang lazim digunakan dalam pesantren adalah metode wetonan,
bandongan dan sorogan.204 Pada umumnya fungsi pendidikan di pesantren adalah untuk
mencetak calon ulama dan para muballig yang tabah, tangguh, dan ikhlas serta sanggup
berkorban dalam menyiarkan agama Islam.
E. Prospek Penyelenggaraan dan Pengembangan Pesantren Masa Kini
Umat beragama dan lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan
modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa serta merupakan potensi
nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia. Pendidikan agama tidak
dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Keberhasilan pembangunan nasional harus ditunjang dengan pendidikan dan
pengajaran agama. Dengan pendidikan dan pengajaran agama, warga negara akan
202 Abdullah Aly Pendidikan..., hlm. 167.
203 Sebutan kitab kuning karena pada umumnya kitab aslinya berwarna kuning, sementara kitab
gundul karena pada umumnya kitab klasik Islam tidak memiliki harakat.
204 Lihat: Abdullah Aly, Pendidikan..., hlm 165-167. Lihat pula: M. Bahri Ghazali,
Pendidikan...,hlm. 24. dan Marwan Saridjo, Pendidikan..., hlm. 46-47.
127
memperoleh pendidikan moral dan budi pekerti yang akan membentuk bangsa Indonesia
menjadi warga negara yang bermoral, bertanggung jawab, dan tahu nilai-nilai budaya
yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.
Dengan modal jiwa yang bersih, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berbudi pekerti luhur, pembangunan nasional Indonesia dapat berjalan sukses dan
lancar. Akan tetapi, pendidikan agama tidak boleh bertentangan dengan pembangunan
nasional. Semua bentuk pendidikan di Indonesia harus berdasarkan pada filsafat bangsa,
Pancasila. Sistem ini dikenal dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Semua tujuan
pendidikan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari ketentuan dan tujuan pendidikan
nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam ketentuan umum dijelaskan sebagai berikut:
Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.205
Sedangkan untuk kemudahan layanan pendidikan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga
merincikannya yang termaktub dalam Pasal 11 Ayat (1):
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.20658
Atas dasar inilah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin
berlangsungnya pelaksanaan pendidikan, dengan tidak membedakan antara pendidikan
umum dan pendidikan agama. Hal ini diperjelas lagi dalam Ayat (2) pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun.207
205 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: Cemerlang, 2005), hlm. 102.
206 Ibid., hlm. 111.
207 Ibid., hlm. 111.
128
satu butir isi surat edaran ini adalah tentang mata pelajaran yang harus dipenuhi pesantren
agar ijazah lembaga pendidikan ini diakui keabsahannya. Surat edaran ini menjadi
petunjuk teknis (juknis) bagi pesantren tentang tatacara pemberian sertifikat/ijazah bagi
para santri yang menamatkan pendidikannya di pesantren. Mata Pelajaran yang harus
dipenuhi pesantren untuk legalisasi ijazah, yaitu tingkat Ibtidaiyah meliputi: Al-Quran,
Tauhid, Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat
Tsanawiyah meliputi: Al-Quran, Tauhid, Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Tajwid,
serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat Aliyah meliputi Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu
Hadis, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Balaghah, serta Pelajaran
pendukung lain.209
Sejak tahun 2005, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren setiap
tahunnya memberikan beasiswa kepada 500 santri yang berprestasi untuk mengikuti
pendidikan sarja di Universitas Indonesia, Insitut Teknologi Bandung, Insitut Pertanian
Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Insitut Teknologi Surabaya, dan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.210
Pesantren juga berhasil mengembangkan perguruan tinggi. Pada tahun 2001
Pesantren Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah mendirikan Universitas Sains Al-Quran
(UNSIQ). Pada tahun 2008 dibuka Program Pascasarjana bidang studi Pendidikan Islam
dan studi Ilmu Al-Quran. Pada tahun 2009, mahasiswa UNSIQ mencapai lima ribu
orang, dengan membina beberapa fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
Fakultas Bahasa dan Sastra, Fakultas Ekonomi, Akademi Keperawatan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Syariah dan Hukum
Islam serta Program Pascasarjana.211 Hal ini juga dilakukan oleh pesantren-pesantren
yang ada di Sulawesi Selatan, seperti pesantren yang berada di bawah naungan Darud
Dakwah wal-Irsyad membuka perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI).
209 Surat Edaran Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Nomor : DJ.I/PP.00.7/940/2008 tanggal
29 Juli 2008, www.kemenag.go.id., akses tanggal 23 April 2011.
210 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Membangun., hlm. 229.
211 Ibid., hlm. 330.
130
Terlepas dari prospek masa depan pesantren, ada beberapa masalah yang dihadapi
pesantren disebabkan keterbatasan kemampuan pengelolanya. Masalah tersebut antara
lain:
1) Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. Selama ini,
kehidupan pondok pesantren yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaannya
tampak masih memerlukan tingkat penyadaran dalam melaksanakan pola hidup
yang bersih dan sehat yang didorong oleh penataan dan penyediaan sarana dan
prasarana yang layak dan memadai.
2) Sumber daya manusia. Sekalipun sumber daya manusia dalam bidang keagamaan
tidak dapat diragukan lagi, tetapi dalam rangka meningkatkan eksistensi dan
peranan pondok pesantren dalam bidang kehidupan sosial masyarakat, diperlukan
perhatian yang serius. Penyediaan dan peningkatan sumber daya manusia dalam
bidang manajemen kelembagaan, serta bidang-bidang yang berkaitan dengan
kehidupan sosial masyarakat, harus menjadi prioritas pesantren.
3) Manajemen kelembagaan. Manajemen merupakan unsur penting dalam
pengelolaan pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa pesantren dikelola
secara tradisional apalagi dalam penguasaan informasi dan teknologi yang masih
belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses pendokumentasian (data
base) santri dan alumni pesantren yang masih kurang terstruktur.
4) Kemandirian ekonomi kelembagaan. Kebutuhan keuangan selalu menjadi kendala
dalam melakukan aktivitas pesantren, baik yang berkaitan dengan kebutuhan
pengembangan pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian pesantren.
Tidak sedikit proses pembangunan pesantren berjalan dalam waktu lama yang
hanya menunggu sumbangan atau donasi dari pihak luar, bahkan harus melakukan
penggalangan dana di pinggir jalan.
5) Kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat. Pesantren masih
berkonsentrasi pada peningkatan wawasan dan pengalaman keagamaan santri dan
masyarakat. Apabila melihat tantangan kedepan yang semakin berat, peningkatan
kapasitas santri dan masyarakat tidak hanya cukup dalam bidang keagamaan
semata, tetapi harus ditunjang oleh kemampuan yang bersifat keahlian.212
Tapi dengan masalah yang dihadapi, pesantren pada umumnya dipahami sebagai
lembaga pendidikan agama yang bersifat tradisional yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat melalui suatu proses sosial. Pesantren selain sebagai lembaga pendidikan
juga berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh. Keberadaannya memberikan
pengaruh dan warna keberagaman dalam kehidupan masyarakat sekitrnya, tidak hanya di
wilayah administrasi pedesaan, tetapi tidak jarang melintasi daerah di mana pesantren itu
berada.213
212 Saifuddin Amir, Pesantren, Sejarah dan Perkembangannya (Cet. I; Bandung: Pustaka Pelajar,
2006), hlm. 57.
213 Dari hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
dan Sosial (LP3ES) terhadap Pesantren al-Falakh dan delapan pesantren lainnya di daerah Bogor, pada
131
awal tujuh puluhan, diperoleh kesimpulan bahwa selain lembaga pendidikan, sejumlah pesantren di Jawa
Barat ternyata juga berperan sebagai lembaga sosial yang mempunyai pengaruh signifikan di tingkat desa,
kecamata, dan bahkan melintasi wilayah kabupaten di mana pesantren itu berada. Lihat: Amin Haedari, et
al., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Cet. I;
Jakarta: IRD Press, 2004), hlm 193
132
135
Melestariakn nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai
baru yang lebih positif.
Itu sebenarn ya tidak lepas dari rujukan pandan gan hidup ula ma
y a n g kini m e minpin pesantren y a n g bercorak pada pendidikan fkih
sufstik den gan orientasi nilai m o ral y a n g san gat m e nekankan
pentin gn ya kehidupan ukhra wi diatas dunia wi , a ga ma diatas ilmu dan
m o ral diatas akal 219.
Perbedaan orientasi antara pendidikan pesantren dan sekolah. Jika
orientasi sekolah u m u m di arahkan untuk m e nin gkatkan kecerdasan
dan ketera m pilan dala m hidup kedunia wian, pesantren m e n garahkan
orientasin ya pada pe m binaan m o ral dala m konteks kehidupan ukhra wi.
Jadi den gan de mikian nilai -nilai y a n g terkandun g di dala m
pendidikan pesantren adalah fikih su fistik y a n g lebih m e n gedepankan
m o ralitas/akhlaq kea ga maan de mi kepentin gan hidup di akhirat. Nilainilia tersebut ke mu dian m e njadi cirri khas m o ralitas pendidikan
pesantren y a n g haru di serap oleh santrin ya. Moralitas tersebut
ke mu dian m e m b entuk pandan gan hidup santri, seperti ketaatan
kepada kiai. Hali ini bisa dilihat dan dirasakan apabila seoran g pernah
y a ntri di pesantren, ba gai mana m o del kepe mi m pinan pada k yai dan
219 Drs.H. Mansur, MSI, Moralitas Pesantren, hlm 17
136
Halimah (Winih)
Muhammad
Leler
Fadli
Arifah
138
1. Nafiah
2. Ahmad Saleh
3. Muhammad Hasyim
4. Radiyah
5. Hasan
6. Anis
7. Fatonah
8. Maimunah
9. Maksun
10. Nahrowi, dan
11. Adnan.223
Muhammad Hasyim, lahir pada hari Selasa Tanggal 24 Dzulqodah 1287 H,
bertepatan dengan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Masa dalam kandungan dan kelahiran
KH.M. Hasyim Asyari, nampak adanya sebuah isyarat yang menunjukkan kebesarannya.
diantaranya, ketika dalam kandungan Nyai Halimah bermimpi melihat bulan purnama
yang jatuh kedalam kandungannya, begitu pula ketika melahirkan Nyai Halimah tidak
merasakan sakit seperti apa yang dirasakan wanita ketika melahirkan.
Di masa kecil beliau hidup bersama kakek dan neneknya di Desa Ngedang, ini
berlangsung selama enam tahun. Setelah itu beliau mengikuti kedua orang tuanya yang
pindah ke Desa Keras terletak di selatan kota Jombang dan di desa tersebut Kiai Asyari
mendirikan pondok pesantren yang bernama Asyariyah.
Principle of early learning, mungkin teori ini layak disandang oleh beliau,
berdasarkan kehidupan beliau yang mendukung yaitu hidup dilingkungan pesantren,
sehingga wajar kalau nilai-nilai pesantren sangat meresap pada dirinya, begitu pula nilainilai pesantren dapat dilihat bagaimana ayahanda dan bundanya memberikan bimbingan
kepada santri, dan bagaimana para santri hidup dengan sederhana penuh dengan
keakraban dan saling membantu..
Belajar Pada Keluarga
223 Khuluq, L. 2000, Fajar Kebangunan Ulama Biografi K.H. Hasjim Asy'ari, LKiS. hlm. 18
139
Perjalanan keluarga beliau pulalah yang memulai pertama kali belajar ilmu-ilmu
agama baik dari kakek dan neneknya. Desa Keras membawa perubahan hidup yang
pertama kali baginya, disini mula-mula ia menerima pelajaran agama yang luas dari
ayahnya yang pada saat itu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Asyariyah. Dengan
modal kecerdasan yang dimiliki dan dorongan lingkungan yang kondusif, dalam usia
yang cukup muda, beliau sudah dapat memahami ilmu-ilmu agama, baik bimbingan
keluarga, guru, atau belajar secara autodidak. Ketidakpuasannya terhadap apa yang sudah
dipelajari, dan kehausan akan mutiara ilmu, membuatnya tidak cukup hanya belajar pada
lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun di Desa Keras (umur 15 tahun)
yakni belajar pada keluarganya, beliau mulai melakukan pengembaraanya menuntut ilmu.
Mengembara ke Berbagai Pesantren
Dalam usia 15 tahun, perjalanan awal menuntut ilmu, Muhammad Hasyim belajar ke
pondok-pondok pesantren yang masyhur di tanah Jawa, khususnya Jawa Timur. Di
antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo,
Tringgilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban (sekarang diasuh oleh K.H Abdullah
Faqih), kemudian Bangkalan, Madura, di bawah bimbingan Kiai Muhammad Khalil bin
Abdul Latif (Syaikhuna Khalil).
Ada cerita yang cukup mengagumkan tatkala KH.M. Hasyim Asyari ngangsu
kawruh dengan Kiai Khalil. Suatu hari, beliau melihat Kiai Khalil bersedih, beliau
memberanikan diri untuk bertanya. Kiai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di
WC, Kiai Hasyim lantas usul agar Kiai Khalil membeli cincin lagi. Namun, Kiai Khalil
mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin istrinya. Setelah melihat kesedihan di wajah
guru besarnya itu, Kiai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut didalam
WC. Akhirnya, Kiai Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC, dengan penuh
kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kiai Hasyim menemukan cincin
tersebut. Alangkah bahagianya Kiai Khalil atas keberhasilan Kiai Hasyim itu. Dari
kejadian inilah Kiai Hasyim menjadi sangat dekat dengan Kiai Khalil, baik semasa
menjadi santrinya maupun setelah kembali ke masyarakat untuk berjuang. Hal ini terbukti
dengan pemberian tongkat saat Kiai Hasyim hendak mendirikan Jamiyah Nahdlatul
140
Ulama yang dibawa KH. Asad Syamsul Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Syafiiyah
Situbondo).
Setelah sekitar lima tahun menuntut ilmu di tanah Madura (tepatnya pada tahun 1307
H/1891 M), akhirnya beliau kembali ke tanah Jawa, belajar di pesantren Siwalan, Sono
Sidoarjo, dibawah bimbingan K. H. Yaqub yang terkenal ilmu nahwu dan shorofnya.
Selang beberapa lama, Kiai Yaqub semakin mengenal dekat santri tersebut dan semakin
menaruh minat untuk dijadikan menantunya.
Pada tahun 1303 H/1892 M., Kiai Hasyim yang saat itu baru berusia 21 tahun
menikah dengan Nyai Nafisah, putri Kiai Yaqub. Tidak lama setelah pernikahan tersebut,
beliau kemudian pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama istri
dan mertuanya. Disamping menunaikan ibadah haji, di Mekah beliau juga memperdalam
ilmu pengetahuan yang telah dimilkinya, dan menyerap ilmu-ilmu baru yang diperlukan.
Hampir seluruh disiplin ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan hadits Rasulullah SAW yang menjadi kegemarannya sejak di tanah air.
Perjalanan hidup terkadang sulit diduga, gembira dan sedih datang silih
berganti.demikian juga yang dialami Kiai Hasyim Asyari di tanah suci Mekah. Setelah
tujuh bulan bermukim di Mekah, beliau dikaruniai putra yang diberi nama Abdullah. Di
tengah kegembiraan memperoleh buah hati itu, sang istri mengalami sakit parah dan
kemudian meninggal dunia. empat puluh hari kemudian, putra beliau, Abdullah, juga
menyusul sang ibu berpulang ke Rahmatullah. Kesedihan beliau yang saat itu sudah
mulai dikenal sebagai seorang ulama, nyaris tak tertahankan. Satu-satunya penghibur hati
beliau adalah melaksanakan thawaf dan ibadah-ibadah lainnya yang nyaris tak pernah
berhenti dilakukannya. Disamping itu, beliau juga memiliki teman setia berupa kitabkitab yang senantiasa dikaji setiap saat. Sampai akhirnya, beliau meninggalkan tanah
suci, kembali ke tanah air bersama mertuanya.
Kyai Hasyim Asyari kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai
Ilyas, pengasuh Pondok Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim
Asyaridikaruniai 10 anak, yaitu:
141
1) Hannah,
2) Khoiriyah,
3) Aisyah,
4) Azzah,
5) Abdul Wahid,
6) Abdul Hakim (Abdul Kholik),
7) Abdul Karim,
8) Ubaidillah,
9) Mashuroh,
10) Muhammad Yusuf.
Pada akhir dekade 1920-an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim Asyari
menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren
Kapurejo, Pagu, Kediri, Jawa Timur. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim Asyari dikarunia
4 orang putra-putri, yaitu:
1)
2)
3)
4)
Abdul Qodir,
Fatimah,
Khotijah,
Muhammad Yakub.
Upaya yang melelahkan ini tidak sia-sia. Setelah sekian tahun berada di Mekah,
beliau pulang ke tanah air dengan membawa ilmu agama yang nyaris lengkap, baik yang
bersifat maqul maupun manqul, seabagi bekal untuk beramal dan mengajar di kampung
halaman.
Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng
Sepulang dari tanah suci sekitar Tahun1313 H/1899 M, beliau memulai mengajar
santri, beliau pertama kali mengajar di Pesantren Ngedang yang diasuh oleh mediang
kakeknya, sekaligus tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Setelah itu belaiu
mengajar di Desa Muning Mojoroto Kediri. Disinilah beliau sempat menikahi salah
seoarang putri Kiai Sholeh Banjar Melati. Akungnya, karena berbagai hal, pernikahan
tersebut tidak berjalan lama sehingga Kiai Hasyim kembali lagi ke Jombang.
Ketika telah berada di Jombang beliau berencana membangun sebuah pesantren yang
dipilihlah sebuah tempat di Dusun Tebuireng yang pada saat itu merupakan sarang
kemaksiatan dan kekacauan. Pilihan itu tentu saja menuai tanda tanaya besar dikalangan
masyarakat, akan tetapi semua itu tidak dihiraukannaya.
Nama Tebuireng pada asalnya Kebo ireng (kerbau hitam). Ceritanya, Di dearah
tersebut ada seekor kerbau yang terbenam didalam Lumpur, dimana tempat itu banyak
sekali lintahnya, ketika ditarik didarat, tubuh kerbau itu sudah berubah warna yang
asalnya putih kemerah-merahan berubah menjadi kehitam-hitaman yang dipenuhi dengan
lintah. Konon semenjak itulah daerah tadi dinamakan Keboireng yang akhirnya berubah
menjadi Tebuireng.
Pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M, didirikanlah Pondok Pesantren
Tebuireng, bersama rekan-rekan seperjuangnya, seperti Kiai Abas Buntet, Kiai Sholeh
Benda Kereb, Kiai Syamsuri Wanan Tara, dan beberapa Kiai lainnya, segala kesuliatan
dan ancaman pihak-pihak yang benci terhadap penyiaran pendidikan Islam di Tebuireng
dapat diatasi.
143
KH. M. Hasyim Asyari memulai sebuah tradisi yang kemudian menjadi salah satu
keistimewaan beliau yaitu menghatamkan kitab shakhihaini Al-Bukhori dan Muslim
dilaksanakan pada setiap bulan suci ramadlan yang konon diikuti oleh ratusan kiai yang
datang berbondong-bondong dari seluruh jawa. Tradisi ini berjalan hingga sampai
sekarang (penggasuh PP. Tebuireng KH. M.Yusuf Hasyim). Para awalnya santri Pondok
Tebuireng yang pertama berjumlah 28 orang, kemudian bertambah hingga ratusan orang,
bahkan diakhir hayatnya telah mencapai ribuan orang, alumnus-alumnus Pondok
Tebuireng yang sukses menjadi ulama besar dan menjadi pejabat-pejabat tinggi negara,
dan Tebuireng menjadi kiblat pondok pesantren.
Mendirikan Nahdlatul Ulama
Disamping aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang
bersifat lokal atau nasional. Pada tanggal 16 Saban 1344 H/31 Januari 1926 M, di
Jombang Jawa Timur didirikanlah Jamiyah Nahdlotul Ulama (kebangkitan ulama)
bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama besar lainnya,
dengan azaz dan tujuannya: Memegang dengan teguh pada salah satu dari madzhab
empat yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyafii, Imam Malik bin Anas, Imam Abu
Hanifah An-Nuam dan Ahmad bin Hambali. Dan juga mengerjakan apa saja yang
menjadikan kemaslahatan agama Islam. KH. Hasyim Asyari terpilih menjadi rois akbar
NU, sebuah gelar sehingga kini tidak seorang pun menyandangnya. Beliau juga
menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU yang mengembangkan faham ahli sunnah
waljamaah.
Nahdlatul ulama sebagai suatu ikatan ulama seluruh Indonesia dan mengajarkan
berjihad untuk keyakinan dengan sistem berorganisasi. Memang tidak mudah untuk
menyatukan ulama yang berbeda-beda dalam sudut pandangnya, tetapi bukan Kiai
Hasyim kalau menyerah begitu saja, bahwa beliau melihat perjuangan yang dilakukan
sendiri-sendiri akan lebih besar membuka kesempatan musuh untuk menghancurkannya,
baik penjajah atau mereka yang ingin memadamkan sinar dan syiar Islam di Indonesia,
untuk mengadudomba antar sesama. Beliau sebagai orang yang tajam dan jauh pola
pikirnya dalam hal ini, melihat bahaya yang akan dihadapkannya oleh umat Islam, dan
144
oleh karena itu beliau berfikir mencari jalan keluarnya yaitu dengan membentuk sebuah
organisasi dengan dasar-dasar yang dapat diterima oleh ulamaulama lain.
Jamiyah ini berpegang pada faham ahlu sunnah wal jamaah, yang mengakomodir
pada batas-batas tertentu pola bermadzhab, yang belakangan lebih condong pada manhaj
dari pada sekedar qauli. Pada dasawarsa pertama NU berorentasi pada persoalan agama
dan kemasyarakatan. Kegiatan diarahkankan pada persoalan pendidikan, pengajian dan
tabligh. Namun ketika memasuki dasawarsa kedua orentasi diperluas pada persoalanpersolan nasional. Hal tersebut terkait dengan keberadaannya sebagai anggota federasi
Partai dan Perhimpunan Muslim Indonesia (MIAI) NU bahkan pada perjalanan
sejarahnya pernah tampil sebagai salah satu partai polotik peserta pemilu, yang kemudian
menyatu dengan PPP, peran NU dalam politik praktis ini kemudian diangulir dengan
keputusan Muktamar Situbono yanh menghendaki NU sebagai organisasi sosial
keagamaan kembali pada khitohnya.
Pejuang Kemerdekaan
Peran KH. M. Hasyim Asyari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan
keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan, beliau terlibat secara
aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajah belanda.
Pada tahun 1937 beliau didatangi pimpinan pemerintah belanda dengan memberikan
bintang mas dan perak tanda kehormatan tetapi beliau menolaknya. Kemudian pada
malam harinya beliau memberikan nasehat kepada santri-santrinya tentang kejadian
tersebut dan menganalogkan dengan kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW yang
ketika itu kaum Jahiliyah menawarinya dengan tiga hal, yaitu: Kursi kedudukan yang
tinggi dalam pemerintahan Harta benda yang berlimpah-limpah Gadis-gadis tercantik
Akan tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan berkata: Demi Allah, jika mereka kuasa
meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan tujuan agar aku
berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau menerimanya bahkan nyawa taruhannya.
Akhir KH.M. Hasyim Asyari mengakhiri nasehat kepada santri-santrinya untuk selalu
mengikuti dan menjadikan tauladan dari perbuat Nabi SAW.
145
Masa-masa revolusi fisik di Tahun 1940, barang kali memang merupakan kurun
waktu terberat bagi beliau. Pada masa penjajahan Jepang, beliau sempat ditahan oleh
pemerintah fasisme Jepang. Dalam tahanan itu beliau mengalami penyiksaan fisik
sehingga salah satu jari tangan beliau menjadi cacat. Tetapi justru pada kurun waktu
itulah beliau menorehkan lembaran dalam tinta emas pada lembaran perjuangan bangsa
dan Negara republik Indonesia, yaitu dengan diserukan resolusi jihad yang beliau
memfatwakan pada tanggal 22 Oktober 1945, di Surabaya yang lebih dikenal dengan hari
pahlawan nasional.
Begitu pula masa penjajah Jepang, pada tahun 1942 Kiai Hasyim dipenjara
(Jombang) dan dipindahkan penjara Mojokerto kemudian ditawan di Surabaya. Beliau
dianggap sebagai penghalang pergerakan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka Pada tahun 1945 KH. M. Hasyim Asyari terpilih sebagai
ketua umum dewan partai Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) jabatan itu
dipangkunya namun tetap mengajar di pesantren hingga beliau meninggal dunia pada
tahun 1947.
Keluarga Dan Sisilah
Hampir bersamaan dengan berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng (1317 H/1899
M), KH. M. Hasyim Asyari menikah lagi dengan Nyai Nafiqoh putri Kiai Ilyas pengasuh
Pondok Pesantren Sewulan Madiun. Dari perkawinan ini kiai hasyim dikaruniai 10 putra
dan putri yaitu:
1. Hannah
2. Khoiriyah
3. Aisyah
4. Azzah
5. Abdul Wahid
6. Abdul hakim (Abdul Kholiq)
7. Abdul Karim
8. Ubaidillah
9. Mashurroh
10. Muhammad Yusuf.
146
Menjelang akhir Tahun 1930, KH. M. Hasyim Asyari menikah kembali denagn Nyai
Masruroh, putri Kiai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Kecamatan Pagu
Kediri, dari pernikahan tersebut, beliua dikarunia 4 orang putra-putri yaitu:
1.
2.
3.
4.
Abdul Qodir
Fatimah
Chodijah
Muhammad Yakub
Asyari. Tak lama kemudian, Kiai Ghufron baru menyadari bahwa Kiai Hasiyim tidak
sadarkan diri. Sehingga dengan tergopoh-gopoh, ia memanggil keluarga dan
membujurkan tubuh Kiai Hasyim. Pada saat itu, putra-putri beliau tidak berada di tempat,
misalnya Kiai Yusuf Hasyim yang pada saat itu sedang berada di markas tentara pejuang,
walaupun kemudian dapat hadir dan dokter didatangkan (Dokter Angka Nitisastro).
Tak lama kemudian baru diketahui bahwa Kiai Hasyim terkena pendarahan otak.
Walaupun dokter telah berusaha mengurangi penyakitnya, namun Tuhan berkehendak
lain pada kekasihnya itu. KH.M. Hasyim Asyari wafat pada pukul 03.00 pagi, Tanggal
25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H. Inna LiLlahi wa Inna
Ilaihi Rajiun.
Kepergian belaiu ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan bela sungkawa yang
amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama dari para pejabat sipil
maupun militer, kawan seperjuangan, para ulama, warga NU, dan khususnya para santri
Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan pemimpin besarnya yang kini berbaring di
pusara beliau di tenggah Pesantrn Tebuireng. Pada saat mengantar kepergianya, shahabat
dan saudara beliau, KH. Wahab hazbulloh, sempat mengemukakan kata sambutan yang
pada intinya menjelaskan prinsip hidup belaiu, yakni, berjuang terus dengan tiada
mengenal surut, dan kalau perlu zonder istirahat.
Karya Kitab Klasik
Peninggalan lain yang sangat berharga adalah sejumlah kitab yang beliau tulis diselasela kehidupan beliau didalam mendidik santri, mengayomi ribuan umat, membela dan
memperjuangkan bumi pertiwi dari penjajahan. Ini merupakan bukti riil dari sikap dan
perilakunya, pemikirannya dapat dilacak dalam beberapa karyanya yang rata-rata
berbahasa Arab.
Tetapi sangat disayangkan, karena kurang lengkapnya dokumentasi, kitab-kitab yang
sangat berharga itu lenyap tak tentu rimbanya. Sebenarnya, kitab yang beliau tulis tidak
kurang dari dua puluhan judul. diantaranya:
148
150
151
Muha m m a d dan situs-itus sejarah Isla m tidak jadi dibon gkar serta
dibolehkann ya praktik m a d zhab y a n g bera ga m, w alaupun belu m boleh
m e n gajar dan m e mi m pin di Hara main.
Kyai w a hab hasbullah den gan segala akti vitasn ya adalah untuk
m e ne gakkan ajaran A hlussunnah Wal Jamaah y a n g sudah dirintis oleh
Walison go dan para Ula ma sesudahn ya. Mereka tidak han ya penerus,
tetapi m e miliki pertalian darah den gan para pen ye bar Isla m di Tanah
Jawa itu. Bahkan Kyai Wahab ju ga m e n gidenti fikasi diri seba gai
penerus perjuan gan pan geran dipone goro. Karena itu ia selalu
m e m akai sorban y a n g ia sebut sendiri seba gai sorban Dipone goro.
Den gan sorban itu, ia m a kin perca ya diri. Dala m upacara kea ga maan
sampai den gan acara kene garaan, Kyai Wahab selalu m elin gkarkan
sorban tersebut, hin g ga pundakn ya tertutup. De mikian ju ga den gan
sarun g, tidak pernah di ganti den gan pantolan. Ia telah m ela mpaui
segala protokoler kene garaan y a n g ada, karena telah m e miliki disiplin
dan karakter keula maan sendiri. Selain itu, ia m e m an g m e miliki il mu
kanura gan y a n g tin g gi sehin g ga tidak takut m e n g hadapi m usuh
sesakti apapun.
Sela ma m asa pe m bentukan NU, Kyai Wahab selalu ta m pil di depan.
Di m a napun m u kta mar NU diselen g garakan sejak y a n g perta ma
kalin ya y aitu di Suraba ya, ke mudian hin g ga ke Bandun g, Menes
Banten, Banjar masin, ke mu dian Pale mban g hin g ga Medan, ia selalu
hadir dan m e mi m pin. Sehin g ga pen gala mann ya tentan g organiasi ini
cukup m e n dala m. Karena itu, Kyai Wahab selalu cer mat dan te gas
dala m m e n ga m bil keputusan. Dala m m e n g hadapi berba gai kesulitan,
teruta ma dala m hubun gann y a den gan pe me rintah kolonial, ia selalu
m a m p u m e n gatasin ya. Misalan ya, ia harus berhadap den gan para
residen g u bernur atau m e nteri urusan pribu mi. Kema mp uan lobi dan
diplo masi m e m b uat se mua urusan bisa lancar, sehin g ga NU m a m p u
m e n gatasi berba gai m aca m jebakan dan ha m batan kolonial. Dan, Kyai
Wahab ju ga m e miliki keisti me waan, y a n g tidak ban yak ada pada oran g
153
155
157
12.
17.
Wafat
21.
160
1. Ahlun
27.
2. As-Sunnah
29.
161
2. Al-Jamaah
32.
sesuatu yang terdiri dari tiga atau lebih. Dalam Al-Mujam alWasith, al-jamaah adalah sekumpulan orang yang memiliki
tujuan. Adapun pengertian "al-jamaah" secara syara ialah
kelompok mayoritas dalam golongan Islam.
33.
34.
35.
adalah pengikut rumusan yang di gagas oleh Imam Abu alHasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam
fiqh adalah madzhab empat, Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hanbali. Dalam tasawuf adalah Imam al-Ghozali, Abu Yazid alBisthomi, Imam al-Junaydi dan ulama-ulama lain yang
sepaham. Semuanya menjadi diskursus Islam paham
Ahlussunnah wal jamaah.
38.
.39
:
.
40.
Ali bin Abi Thalib KW tetapi dari segi fisik dalam bentuk
madzhab baru terbentuk pada masa al-Asyari, al-Maturidi
dan al-Thahawi.
47.
167
50.
58. 2.
59. 3.
60. 4.
61. 5.
62. 6.
63. 7.
64. 8.
65. 9.
73.
1)
2)
78.
3)
4)
5)
6)
82.
KH. Dawam Anwar, KH. Said Aqil Siradj, KH. Sahal Mahfuzh,
KH. Wahid Zaini, KH. Muchith Muzadi, dan KH. Tolchah Hasan.
84.
8)
dan Hanbali dalam bidang fikih; mengikuti Abu al-Hasan alAsyari dan Abu Mansur al-Maturidi dalam bidang tauhid, dan
Junaid al-Bagdadi dan al-Ghazali dalam bidang tashawuf.
93.
177
perlombaan yang sifatnya hanya gerak badan saja dan hurahura, sampai mengenaympingkan urusan sholat, seperti
sepak bola dan lain-lai
107. Sedangkan budaya yang merupakan ciri khas Ahlussunnah
adalah:
108. 1.
kitab-kitab Hadits, Tafsir maupun lainnya serta bertadarus alQuran dan sholat Tarawih
109. 2.
178
110. 3.
179
116. 8.
persaudaraan
121. 13.
130. Sunnah dan bidah adalah dua soal yang saling berhadaphadapan dalam memahami ucapan-ucapan Rasulullah saw.
sebagai Shohibusy-Syara (yang berwenang menetapkan
hukum syariat). Sunnah dan bidah masing-masing tidak
180
149. Ada orang berpegang bahwa istilah bidah itu hanya satu
saja dengan berdalil sabda Rasulullah saw. Setiap bidah
adalah sesat (Kullu bidatin dholalah), serta tidak ada
istilah bidah hasanah, wajib dan sebagainya. Setiap amal
yang dikategorikan sebagai bidah, maka hukumya haram,
karena bidah dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang
haram dikerja-kan secara mutlak.
150. Sayangnya mereka ini tidak mau berpegang kepada
haditshadits lain (keterangan lebih mendetail baca halaman
selanjutnya) yang membuktikan sikap Rasulullah saw. yang
membenarkan dan meridhoi berbagai amal kebajikan
tertentu (yang baru diadakan) yang dilakukan oleh para
sahabat- nya yang sebelum dan sesudahnya tidak ada
perintah dari beliau saw.!
151. Disamping itu banyak sekali amal kebajikan yang
dikerjakan setelah wafatnya Rasulullah saw. umpamanya oleh
isteri Nabi saw. Aisyah ra, Khalifah Umar bin Khattab serta
para sahabat lainnya yang mana amalan-amalan ini tidak
pernah adanya petunjuk dari Rasulullah saw. dan mereka
kategorikan atau ucapkan sendiri sebagai amalan bidah
(baca uraian selanjutnya), tetapi tidak ada satupun dari para
sahabat yang mengatakan bahwa sebutan bidah itu adalah
otomatis haram, sesat dan tidak ada kata bidah selain
haram.
152. Untuk mencegah timbulnya kesalah-fahaman mengenai
kata Bidah itulah para Imam dan ulama Fiqih memisahkan
makna Bidah menjadi beberapa jenis, misalnya :
153. Menurut Imam Syafii tentang pemahaman bidah ada dua
riwayat yang menjelaskannya.
154. Pertama, riwayat Abu Nuaim;
. , .155
186
156. Bidah itu ada dua macam, bidah terpuji dan bidah tercela.
Bidah yang sesuai dengan sunnah, maka itulah bidah yang terpuji
sedangkan yang menyalahi sunnah, maka dialah bidah yang tercela
157. Kedua, riwayat Al-Baihaqi dalam Manakib Imam Syafii :
,
..158
159. Perkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama, perkaraperkara baru yang menyalahi Al-Quran, Hadits, Atsar atau Ijma. Inilah
bidah dholalah/ sesat. Kedua, adalah perkara-perkara baru yang
mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari
yang disebutkan tadi, maka bidah yang seperti ini tidaklah tercela.
160. Menurut kenyataan memang demikian, ada bidah yang
baik dan terpuji dan ada pula bidah yang buruk dan tercela.
Banyak sekali para Imam dan ulama pakar yang sependapat
dengan Imam Syafii itu. Bahkan banyak lagi yang
menetapkan perincian lebih jelas lagi seperti Imam Nawawi,
Imam Ibnu Abdussalam, Imam Al-Qurafiy, Imam
Ibnul-Arabiy, Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar dan lain-lain.
161. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa bidah itu
adalah segala praktek baik termasuk dalam ibadah ritual
maupun dalam masalah muamalah, yang tidak pernah terjadi
di masa Rasulullah saw. Meski namanya bidah, namun dari
segi ketentuan hukum syariat,, hukumnya tetap terbagi
menjadi lima perkara sebagaimana hukum dalam fiqih. Ada
bidah yang hukumnya haram, wajib, sunnah, makruh dan
mubah.
162. Menurut Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari
4/318 sebagai berikut: Pada asalnya bidah itu berarti
sesuatu yang diadakan dengan tanpa ada contoh yang
mendahului. Menurut syara bidah itu dipergunakan untuk
187
Khattab dan Zaid bin Tsabit [ra] adalah haram. Padahal tujuan
mereka untuk menyelamatkan dan melestarikan keutuhan
dan keautentikan ayat-ayat Allah. Mereka khawatir
kemungkinan ada ayat-ayat Al-Quran yang hilang karena
orang-orang yang menghafalnya meninggal.
174. b.
Bidah Hasanah ?
184. Imam Syafii Rahimahullah berkata :
.185
: :
:
186. Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua macam :Pertama:
Perkara baru yang menyalahi al-Quran, Sunnah, Ijma atau menyalahi
Atsar, perkara baru semacam ini adalah bidah yang sesat (Bidah
Dholalah). Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak
menyalahi satu pun dari al-Quran, Sunnah, maupun Ijma, maka
perkara baru seperti ini tidak tercela (Bidah Hasanah).
187. (Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang
Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafii Jilid 1- Halaman
469).
188. Pernyataan Imam Syafii di atas adalah kelanjutan dari
pemahaman Imam Syafii terhadap Hadits larangan Bidah,
bukan malah dihantamkan dengan Hadits larangan Bidah,
maka dapat dipahami bahwa Imam Syafii tidak otomatis
menganggap setiap perkara baru dalam Agama itu Bidah
Dholalah, tapi setiap perkara baru ada dua kemungkinan
yaitu apabila bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah,
Atsar dan Ijma maka itu Bidah Dholalah dan inilah Bidah
yang dilarang dalam Hadits Setiap Bid'ah sesat.
192
Bidah
.193
194. Maksudnya : semua perkara baru baik Ibadah atau bukan Ibadah,
baik Aqidah atau bukan Aqidah terbagi kepada dua macam, poin yang
perlu di ingat adalah Imam Syafii sedang memisah dan memilah
antara dua macam perkara baru yang tentu saja perkara tersebut tidak
di masa Rasulullah dan para sahabat.
: .195
196. salah satunya adalah perkara baru yang menyalahi Kitab (AlQuran), atau Sunnah (Hadits), atau Atsar, atau Ijma.
197. Maksudnya : yang pertama adalah perkara baru yang
menyalahi Al-Quran, As-Sunnah, Atsar dan Ijma, poin penting
di sini adalah Yukhalifu atau menyalahi jadi perkara baru
itu sesat bukan karena semata-mata ia baru ada dan belum
193
.198
: .200
201. yang kedua, perkara baru yang baik lagi tidak menyalahi bagi
salah satu dari ini (Al-Quran, As-Sunnah, Atsar, dan Ijma)
202. Maksudnya : yang kedua adalah perkara baru yang baik
dan tidak menyalahi satupun dari Al-Quran atau As-Sunnah
atau Atsar atau Ijma, bukan maksud baik itu hanya dianggap
baik, tapi baik di sini adalah tidak menyalahi 4 perkara
tersaebut, dan poin penting di sini juga pada Tidak
menyalahi jadi perkara baru tidak otomatis Bidah dan
Sesat, tapi ketika ia menyalahi salah satu dari 4 perkara
tersebut, maka otomatis sesat, dan bila tidak menyalahi
salah satu dari 4 perkara tersebut maka otomatis tidak sesat,
baik dinamai dengan Bidah Hasanah atau Bidah Lughawi
atau dengan bermacam nama lain nya.
.203
204. Maksudnya : perkara baru yang tidak menyalahi Al-Quran atau
As-Sunnah atau Atsar atau Ijma adalah Bidah yang tidak tercela atau
di sebut juga dengan Bidah Hasanah.
205.
206. 3.
.209
210. mengadakan perkara baru yang belum ada di masa Rasulullah
SAW, dan ia terbagi kepada hasanah (baik), dan qabihah (buruk).
211. Atas definisi Bidah pada syara menurut Imam Nawawi di
atas, maka Bidah Hasanah adalah satu pembagian dari
Bidah Syari, bukan Bidah Lughawi, kerena sesuatu yang
tidak ada di masa Rasulullah dinamakan Bidah, tapi ada dua
kemungkinan, bila sesuai dengan dalil-dalil syari maka itu
Bidah Hasanah, dan bila menyalahi dalil-dalil syari maka itu
Bidah Qabihah atau Bidah Dholalah.
212. Maksud Bidah pada Syara menurut Ibnu Rajab adalah :
.213
214. perkara baru yang tidak ada dasar dalam syariat yang
menunjuki atas nya, dan adapun perkara baru yang ada dasar dari
syara yang menunjuki atas nya, maka ia bukan Bidah pada Syara,
sekalipun Bidah pada Lughat.
195
215. Atas definisi Bidah pada Syara menurut Ibnu Rajab, maka
Bidah Hasanah adalah bukan pembagian dari Bidah pada
Syara, tapi Bidah Hasanah adalah Bidah Lughawi, karena
maksud Bidah pada Syara yang seperti ini tidak mungkin
terbagi kepada Hasanah (baik), sesuatu yang tidak ada dasar
dari Syara otomatis Buruk atau sesat.
216. Maka sekalipun berbeda cara memahami Bidah pada
Syara dan bereda dalam mengkategorikan Bidah Hasanah,
tapi tidak berpengaruh pada legalitas Bidah Hasanah dalam
Agama, ini bukan alasan mengingkari Bidah Hasanah,
apalagi menjadikan sebagi alasan untuk membidahkan
amalan-amalan yang tidak ada di masa para salafus sholeh,
tapi ada dasar dari syara dan tidak menyalahi dalil-dali
syari.
217. Kebesaran nama Imam Syafii tidak sanggup mereka
tantang pernyataan sikap Imam Syafii secara langsung, tapi
mereka mempermainkan pendapat Imam Syafii agar sesuai
selera mereka dan cocok dengan kesalahpahaman mereka,
mereka beralasan bahwa Bidah Hasanah yang dimaksud
oleh Imam Syafii adalah Bidah Lughawi, untuk tetap bisa
membidah-sesatkan amalan seperti Tahlilan, Yasinan,
Maulidan dan sebagai nya.
218. Padahal alasan itu tidak ada hubungan dengan pembagian
Bidah Hasanah dari Imam Syafii, karena sekalipun kita
maksudkan dengan Bidah Lughawi, tetap saja yang
dimaksud Bidah Hasanah oleh Imam Syafii adalah perkara
baru dalam Agama yang tidak bertentangan dengan AlQuran, As-Sunnah, Atsar, dan Ijma, inilah yang perlu
digarisbawahi, bahwa Bidah Hasanah adalah sesuatu yang
baru (tidak ada di masa rasulullah dan para sahabat) tetapi
196
197
: .223
.
224. Dari Aisyah RA, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tiada
perintah kami atasnya, maka amal itu ditolak HR. Muslim.
225. Hadits yang semisal ini sering dijadikan dalil untuk
melarang semua bentuk perbuatan yang tidak pernah
dilaksanakan pada masa Nabi SAW. Padahal yang dimaksud
tidaklah seperti itu. Para ulama menyatakan, bahwa yang
dilarang dalam Hadits itu adalah membuat-buat hukum baru
yang tidak pernah dijelaskan dalam al-Quran ataupun Hadits,
baik secara eksplisit (jelas) atau implisit (isyarat), kemudian
diyakini sebagai suatu bentuk ibadah murni kepada Allah
SWT seolah-olah bagian dari ajaran agama. Karena itu ulama
membuat beberapa kriteria dalam persoalan bidah ini.
226. Pertama, jika perbuatan itu memiliki dasar yang kuat dalildalil syari, baik yang parsial (juzi) atau umum, maka bukan
tergolong bidah. Bila tidak ada dalill yang dapat dibuat
sandaran, itulah bidah yang dilarang.
227. Kedua, memperhatikan apa yang menjadi ajaran ulama
salaf (ulama pada abad l, ll dan lll H.), jika sudah diajarkan
oleh mereka, atau memiliki landasan yang kuat dari ajaran
kaidah yang mereka buat, maka perbuatan itu bukan
tergolong bidah.
228. Ketiga, dengan jalan qiyas. Yakni mengukur perbuatan
tersebut dengan beberapa amaliyah yang telah ada
hukumnya dari nash al-Quran dan Hadits. Apabila identik
198
: , .230
.
231. Dari Abdullah bin Masud. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: Ingatlah, berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat
hal-hal baru. Karena perkara yang paling jelek adalah membuat hal
baru . dan setiap perbuatan yang baru itu adalah bidah. Dan semua
bidah itu sesat. HR. Ibnu Majah.
232. Dalam Hadits ini Rasulullah SAW menggunakan kalimat
kullu (semua), yang secara tekstual seolah-olah diartikan
semuanya atau seluruhnya. Sebenarnya kalimat kullu tidak
selamanya berarti keseluruhan atau semua, adakalanya
berarti sebagian. Seperti dalam ayat al-Quan:
.233
234.
Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
.236
237.
ada pada masa Nabi SAW dilarang dan sesat. Ini dibuktikan,
karena ternyata para sahabat juga melaksanakan perbuatan
yang tidak ada pada masa Rasulullah SAW masih hidup.
Misalnya usaha menghimpun dan membukukan al-Quran,
mengumpulkan jamaah tarawih menjadi satu didalam
masjid, dan lain-lain. Nah, kalau kalimat kullu diatas diartikan
keseluruhan, yang berarti semua hal-hal yang baru itu sesat
dan berdosa, berarti para sahabat telah melakukan kesesatan
dan perbuatan dosa secara kolektif (bersama). Padahal,
sejarah telah membuktikan bahwa mereka adalah orangorang pilihan yang tidak diragukan lagi keimanan dan
ketaqwaannya. Bahkan diantara mereka sudah dijamin
sebagai penghuni surga. Maka, sungguh tidak dapat diterima
akal, kalau para sahabat Nabi SAW yang begitu agung tidak
mengetahuinya, apalagi tidak mengindahkan larangan
Rasulullah SAW.
239.
240. BAB X
241. IJTIHAD, MADZHAB, TAQLID, DAN TALFIQ
242.
243. A. IJTIHAD
244. Ijtihad telah dilakukan pada masa Rasululah SAW. Beliau
pernah mengutus Muadz bin Jabal berangkat ke Yaman untuk
mendakwahkan Islam. Saat itu -dengan maksud mengujibeliau bertanya kepada Muadz tentang bagaimana kelak dia
menggali hukum untuk disampaikan kepada umat.
: - - .245
: . . : .
: . .
: . : .- : .
:
200
246. Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal bahwa ketika Rasulullah SAW
mengutusnya ke Yaman beliau bertanya, Apabila muncul suatu
perkara, bagaimana engkau memutuskan hukumnya? Muadz
menjawab, Aku putuskan dengan berdasarkan Kitab Allah. Beliau
bertanya, Bagaimana jika engkau tidak mendapatkannya dari Kitab
Allah? Muadz menjawab, Maka aku putuskan berdasarkan Sunnah
Rasulullah. Beliau bertanya lagi, Bagaimana jika engkau tidak
mendapatkan keputusannya dalam Sunnah Rasulullah? Muadz
menjawab, Aku berijtihad dengan menggunakan pendapatku dan aku
tidak akan mundur. Mendengar itu Rasulullah menepuk dada Muadz
seraya berkata, Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik
kepada utusan Rusulullah sehingga membuat ridha Rasulullah.
247. Hadits ini menunjukkan disyariatkannya bahkan
disunnatkannya berijtihad. Ada banyak ayat Al Quran dan
hadits yang menunjukkan pentingnya ijtihad.
248. Ijtihad juga dipandang sebagai suatu tindakan terpuji,
apapun hasilnya. Hal ini ditegaskan dalam hadits :
.249
250. Dari Amr bin Al Ash, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Apabila saat hakim memutuskan hukum dia berijtihad,
kemudian hasilnya benar, maka dia mendapat pahala dua. Dan apabila
hasilnya salah maka dia mendapat pahala satu.
251. Hadits ini secara jelas menyatakan bahwa hasil ijtihad
mempunyai dua kemungkinan, yaitu benar dan salah. Dan
keduanya sama-sama mendapatkan pahala dari Allah.
252. Selanjutnya perbedaan yang muncul dari ijtihad para
mujtahidin adalah merupakan suatu rahmat dan bukan
sebagai sebab munculnya pertentangan dan perpecahan
umat Islam.
201
259. 3.
263. 7.
menggali hukum
264. 8.
yang melakukan ijtihad dan merumuskan sendiri kaidahkaidah penggalian hukumnya. Termasuk dalam tingkatan ini
adalah keempat Imam Madzhab, yaitu Abu Hanifah (80-150
H), Malik bin Anas (93-179 H), Imam Syafii (150-2104 H) dan
Ahmad bin Hambal (164-241 H).
267. 1.
MADZHAB
204
206
282. b.
TAQLID
207
.294
295. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui
296. Jadi kewajiban bertaqlid tidak hanya berlaku bagi orang
awam saja, tetapi juga bagi orang alim yang mengetahui
dalil, selama dia belum mencapai tingkat mujtahid, karena
kemampuannya masih sebatas mengetahui dalil dan tidak
sampai mengaplikasikan metodologi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggalian hukum. Jadi orang alimpun
selama belum mencapai tingkat berijtihad sama saja dengan
orang awam dalam kewajiban bertaqlid.
297. Jadi, tidak semua taqlid itu tercela. Yang tercela hanyalah
taqlid buta dimana seseorang menerima pendapat begitu
saja tanpa memahami dan berusaha mengetahui dalilnya.
Sedangkan mengenai taqlidnya orang alim yang belum
mencapai tingkat ijtihad, maka hal itu adalah terpuji, bahkan
wajib. Dan itu lebih baik daripada terus berijtihad padahal
dirinya sendiri tidak mampu.
298. Taqlid adalah hal pasti dan tak terhindarkan dilakukan oleh
setiap umat Islam, setidaknya ketika mulai mengamalkan
ajaran-ajaran Islam, misalnya meletakkan kedua tangan di
dada pada waktu shalat dan mengangkat kedua tangan
ketika Takbiratul Ihram. Dia tetap melakukan hal itu meskipun
208
.304
305. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya
306. Bahkan sekalipun para Sahabat Rasulullah dianugerahi
kecerdasan dan daya ingat yang kuat serta tabiat yang baik,
hasilnya mereka berbeda-beda dalam menerima ilmu-ilmu
syariat. Ada yang menjadi mujtahid dan menyampaikan fatwa
dan ada yang bertaqlid. Rasulullah SAW mengutus beberapa
orang Sahabat berangkat ke beberapa daerah untuk
menyebarkan Islam dan menangani berbagai masalah, baik
dalam bidang peibadatan, muamalah maupun masalah sosial
lainnya. Merekapun kemudian menerangkan keharaman dan
kehalalan suatu perkara, dan kemudian fatwa mereka itu
dikuti oleh umat.
210
TALFIQ
321. Pujian bersal dari akar kata puji, kemudian diberi akhiran
an yang artinya : pengakuan dan penghargaan dengan
tulus atas kebaikan/ keunggulan sesuatu. Yang dimaksud
dengan pujian di sini ialah serangkaian kata baik yang
berbahasa Arab atau berbahasa Daerah yang berbentuk
syair berupa kalimat-kalimat yang isinya mengagungkan
asma Allah, dzikir, doa, shalawat, seruan atau nasehat yang
dibaca pada saat di antara adzan dan iqamat.
322. Secara historis, pujian tersebut berasal dari pola dakwah
para wali songo, yakni membuat daya tarik bagi orang-orang
di sekitar masjid yang belum mengenal ajaran shalat. Alhamdulillah dengan dilantunkannya pujian, tembangtembang/syair islami seadanya pada saat itu secara
berangsur/dikit demi sedikit, sebagian dari mereka mau
berdatangan mengikuti shalat berjamaah di masjid.
323.
324. B.
325. Secara tekstual, memang tidak ada dalil syari yang sharih
(jawa : ceplos) mengenai bacaaan pujian setelah di
kumandangkannya adzan, yang ada dalilnya adalah
membaca doa antara adzan dan iqamat. Sabda Nabi SAW :
.
.326
213
327. Artinya :Doa yang dibaca antara adzan dan iqamat itu
mustajab (dikabulkan oleh Allah). Maka berdoalah kamu sekalian.
(HR. Abu Yala)
328. Kemudian bagaimana tinjauan syariat tentang hukum
bacaan pujian di masjid atau mushalla seperti sekarang ini?
Perlu diketahui, bahwa membaca dzikir dan syair di masjid
atau mushalla merupakan suatu hal yang tidak dilarng oleh
agama. Pada zaman Rasulullah SAW. para sahabat juga
membaca syair di masjid. Diriwayatkan dalam sebuat
hadits :
.329
:
. .
330. Artinya :Dari Said bin Musayyab ia berkata : suatu ketika Umar
berjalan bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan
syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab :
aku melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang
lebih mulia dari pada kamu, kemudian dia menoleh kepada Abu
Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya, Ya Allah, mudahmudahan Engkau menguatkannya dengan ruh al-qudus. Abu Hurairah
menjawab : Ya Allah, benar (aku telah mendengarnya). (HR. Abu
Dawud dan Nasai).
331. Sehubungan dengan riwayat ini syaikh Ismail Az-Zain
dalam kitabnya Irsyadul Mukminin menjelaskan : Boleh
melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasehat, pelajaran
tata karama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid.
332. Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitabnya Tanwirul
Qulub hal 179 juga menjelaskan :
.333
.
214
334. Artinya :Adapun membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW.
setelah adzan (jawa : Pujian) para masyayikh menjelaskan bahwa hal
itu hukumnya sunat. Dan seorang muslim tidak ragu bahwa membaca
shalawat dan salam itu termasuk salah satu cabang ibadah yang
sangat besar. Adapun membacanya dengan suara keras dan di atas
menara itu pun tidak menyebabkan keluar dari hukum sunat.
335.
336. C.
.346
347. Dari Said bin Musyayyab, dia berkata, Pada suatu saat Umar
berjalan bertemu Hasan bin Tsabit yang sedang melantunkan sebuah
syair indah di masjid, lalu Umar menegurnya, namun Hasan menjawab,
Aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada
seseorang yang lebih mulia daripada kamu. Kemudian ia menoleh
kepada Abu Hurairah. Hasan melanjutkan perkataannya, Bukankah
kamu telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, jawablah dariku, Ya
216
.350
351. Janganlah orang yang membaca Al Quran dari kalian
mengganggu orang yang shalat dari kalian.
352. Kalau semua masalah tentang pujian sudah demikian
jelasnya, maka tidak perlu ada label BIDAH DLALALAH dari
pihak yang tidak menyetujuinya.
353.
354.
355. BAB XI
356. DIBAAN DAN SHALAWATAN
357.
358. A.
Pengertian Dibaan
.365
] ] . .368
369. Artinya :Bershalawatlah kamu untukku, karena membaca
shalawat untukku bisa mengahapus dosamu dan bisa membersihkan
pribadimu. (HR. lbnu Majah)
370. c.
] ] . .371
218
Dikabulkan doanya
.377
] ] .
378. Artinya: Setiap doa adalah terhalanh, sehingga dimulai dengan
memuji kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi, kemudian baru
berdo'a dan akan dikabulkan doa itu. (HR. Nasai).
379. b.
kiamat.
380. b.
381. c.
Dan lain-lain.
382. D.
Pengertian Bertahlil/Tahlilan
kemudian
diakhiri dengan
bagi Si Mayit?
394. Jika ada orang bertanya : Mungkinkah sedekah dan bacaan
tahlil/doa itu bermanfaat untuk mayit? padahal Allah telah
berfirman :
.395
.396
397.
220
.402
.405
406. Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
.409
221
: .414
] ] . : .
415. Artinya : Dari Aisyah ra. bahwa seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi SAW. bahwasanya ibuku telah mati secara mendadak, dan
saya mengira andaikan dia sempai berbicara (sebelum mati) pasti dia
bersedekah. Adakah dia memperoleh pahala andaikan saya
bcrsedekah untuknya? Jawab beliau : ya. (Muttafaq Alaih)
416. e. Syaikh Abdul Wahhab asy-Syaroni memberikan
keterangan dalam kitabnya Mizan Kubra :
. .417
]1/218 ] .
418. Artinya: Dan teluh sepakat para ulama bahwa bacaan istighfar
dan doa untuk mayit, sedekah, memerdekakan budak,
menghajikannya, semua dapat bermanfaat untuknya.Demikianlah
yang saya temukan di antara masalah-masalah hukum yang telah
disepakati oleh para imam madzhab yang empat.
419. Bersedekah adalah termasuk tindakan yang disyariatkan
agama dan berpahala. Bersedekah juga mencerminkan
222
.420
421. Aku bertanya, Apa Islam itu? Beliau menjawab, Berkata yang
baik dan memberi makan.
422. Sedekah juga dapat berupa bacaaan tasbih, takbir, tahmid
dan tahlil. Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:
.423
424. Sekelompok orang Sahabat Rasulullah bertanya kepada beiau,
Wahai Rasulullah, orang-orang kaya itu bias pergi dengan membawa
pahala. Mereka shalat sebagaimana kai shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami juga berpuasa. Namun mereka bias bersedekah
dengan kelebihan harta mereka? Beliau menjawab, Bukankah Allah
telah menjadikan bagi kalian apa yang bias kalian sedekahkan?
Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah. Setiap bacaan
takbir adalah sedekah. Setiap bacaan tahmid adalah sedekah. Dan
Setiap bacaan tahlil adalah sedekah.
425. Termasuk dalam hadits di atas adalah bersedekah atas
nama orang yang telah meninggal. Sedekah ini adalah boleh.
Pada masa Rasulullah SAW sedekah tidak hanya teratas pada
makanan saja, bahkan kebun kurma dan segala sesuatu yang
nilainya mahal lalu pahalanya dihadiahkan kepada orang
yang telah meninggal. Dalam hadits disebutkan:
.426
427. Dari Ibnu Abbas dia berkata, Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasululah, Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal. Apakah akan
223
.433
] . .437
[6/268
438. Artinya :Adapun yang demikian itu adalah bagi kaum Ibrahim
dan kaum Musa. Sedangkan untuk umat ini (umat Muhammad SAW),
maka mereka dapat memperoleh pahala dari perbuatannya sendiri dan
pahala dari amal kebajikan orang lain.
439. Ada juga penafsiran versi lain mengenai ayat 39 surat anNajm tadi, yaitu menurut as-Syaikh Ibnul Qoyyim al-Jauziyah
yang dikutip dan diterjemahkan oleh al-Mukarrom KH.
Muhyiddin Abd. Shomad dalam bukunya Hujjah NU hal 85,
sebagai berikut :
225
Pengertian Haul
226
Haul
1. Ziarah ke makam sang tokoh dan membaca dzikir, tahlil,
kalimah thayyibah serta membaca Al-Quran secara berjamaah
dan doa bersama di makam;
2. Diadakan majlis ta'lim, mau'idzoh hasanah dan pernbacaan
biografi sang tokoh/manaqib seorang wali/ulama atau habaib;
3. Dihidangkan sekedar makanan dan minuman dengan niat
selamatan/shodaqoh anil mayit.
455.
456. D.
457. Selama dalam peringatan haul itu tidak ada hal yang
menyimpang dari tujuan sebagaimana yang disabdakan oleh
Nabi atau yang difatwakan oleh para ulama, maka haul
hukumnya jawaz(boleh). Jadi, salah besar jika ada orang yang
mengatakan bahwa secara mutlak peringatan haul itu
hukumnya haram atau mendekati syirik.
458.
459. E.
227
460. Berikut ini ada beberapa dalil syari yang berkaitan dengan
masalah peringatan haul dengan serangkaian mata acaranya.
461. a.
]. .466
[
467.
468. Artinya :Tiada suat kaum yang berkumpul dalam satu majelis
untuk berdzikir kepada Allah kemudian mereka bubar sehingga
diundangkan kepada mereka bubarlah kamu, sungguh Allah telah
mengampuni dosa-dosamu dan kejahatan-kejahatanmu telah diganti
dengan kebaikan-kebaikan. (HR. Thabarani dan Baihaqi)
469. c.
] [ . .470
158 :
471. Artinya :Menyebut-nyebut para Nabi itu termasuk ibadah,
menyebut-nyebut para shalihin itu bisa menghapus dosa, mengingat
kematian itu pahalanya seperti bersedekah dan mengingat alam
kuburitu bisa mendekatkan kamu dari surga. (HR. Dailami)
228
.
.
480. Artinya :Syaikh Ibnu Hajar ditanya tentang ziarah kubur para
wali pada saat tertentu dan menuju ke kuburan itu, apakah itu
diperbolehkan, sedangkan di situ terjadi banyak
mafsadah/kemaksiatan, seperti berbaurnya kaum laki-laki dan
perempuan, menyalakan lampu dalam jumlah yang banyak dan lain
sebaigainya. Beliau menjawab : ziarah kubur para wali adalah suatu
amal kebaikan yang dianjurkan .. sampai kata-kata kiyai mushonnif :
apa yang diisyaratkan oleh si penanya berupa tindakan bidah atau
hal-hal yang diharamkan, jangan menjadi sebab ditinggalkannya
kebaikan tersebut. Bagi seseorang tetaplah melakukannya dan
ingkar/benci terhadap pelanggaran dan menghilangkannya, kalau
memang memungkinkan. Para fuqaha menyebutkan mengenai thawaf
sunat apalagi thawaf wajib agar dilakukan walaupun di situ ada banyak
perempuan demikian pula lari-lari kecil. Namun mereka
memerintahkan agar menjauh dari para perempauan tersebut.
Demikian pula ziarah kubur tetap dilakukan akan tetapi jauhilah
(berdesak-desakan dengan) kaum wanita dan cegahlah dan kalau bisa
hilangkanlah hal-hal yang diharamkan seperti keterangan yang telah
lewat.
481. F.
484. "Diriwayatkan dari Sa'd bahwa Abdurrahman bin Auf suatu hari
disuguhi makanan. Ia berkata: "Mush'ab bin Umair telah terbunuh, ia
lebih baik dariku, tak ada yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali
kain selimut. Hamzah juga telah terbunuh, ia lebih baik dariku, tak ada
yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali kain selimut. Sungguh saya
kuatir amal kebaikan-kebaikan kami segera diberikan di kehidupan
dunia ini". Kemudian Abdurrahman bin Auf menangis" (Riwayat Bukhari
No 1195)
485. Dalam hal ini al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip dari ahli hadis:
(354 /7 )
.486
487. "Ibnu Baththal telah berkata: Dalam riwayat ini dianjurkan
menyebut kisah-kisah orang saleh dan kesederhanannya terhadap
duniawi. Tujuannya agar tidak cinta dunia" (Fathul Bari 7/354)
488. Abdullah Ibn Mubarak berkata:
(
) : .489
} :
...[120: { ]
(28 /5 )
490. Abdullah bin Mubarak berkata: "Sejarah orang-orang shaleh
adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hati
hamba-hamba Allah. Sebagaimana dalam firman Allah: Dan semua
kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orangorang yang beriman [Hud: 120] Seseorang butuh untuk berkunjung
kepada sosok manusia yang dapat membuatnya menangis. Jika tidak
menemukannya di kalangan yang masih hidup, maka pelajarilah dari
sejarah orang-orang yang telah wafat" (Syaikh Hasan asy-Syanqithi)
491. Dalam riwayat hadis disebutkan:
: .492
)
.(
231
Pengertian Talqin
Hukum Talqin
233
.517
)80 : (
.519
(
)22 :
520. Artinya : Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang
yang didalam kubur dapat mendengar(QS. Fathir : 22)
521. Kepada mereka perlu kita beri pengertian mengenai hal
yang berkenaan dengan masalah Talqin.
522. a.
.523
235
537. b.
dikubur adalah :
1. Firman Allah, seperti keterangan dalam kitab Ianatut Thalibin juz II hal. 140
) ( .538
.[ 55 : ]
539. Artinya: Disunatkan mentalqin mayit yang sudah dewasa
walaupun mati syahid setelah sempurna penguburannya. Hal
yang demikian ini karena firman Allah : dan tetaplah memberi
peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman (QS. Ad-Dzariyat : 55). Dan
seorang hamba sangat membutuhkan peringatan adalah saatsaat seperti ini.
540.
2. Hadits riwayat Thabarani :
.541
.
.
.
542. Artinya :Apabila salah seorang di antara saudaramu telah
meninggal dan penguburannya telah kamu sempurnakan
(ditutup dengan tanah), maka berdirilah salah seorang di
penghujung kuburnya, dan berkatalah : hai fulan bin fulanah
maka dia bisa mendengarnya. Kemudian berkatalah hai fulan
bin fulanah maka dia duduk dengan tegak. Berkatalah lagi hai
fulan bin fulanah maka dia berkata berilah saya petunjuk,
semoga Allah memberi rahmat kepadamu. Akan tetapi kamu
sekalian tidak mengerti. Seterusnya katakanlah kepadanya
ingatlah apa yang kamu pegangi sewaktu keluar dari alam
dunia, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, dan bahwa
236
mayit.
548. 2.
.570
.
5 .
571. Artinya :Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga :
572. 1. Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram;
573. 2. Orang yang sudah memeluk Islam, akan tetapi masih
mengamalkan tradisi kaum jahiliyah;
574. 3. Orang yang menuntut darah orang lain agar orang lain
itu dialirkan darahnya (yakni menuntut hukum bunuh tanpa
alasan yang benar).
575. Adapun kelompok sunni (umumnya warga nahdliyin)
menyikapi budaya tingkepan ini dengan fleksibel/lentur, mau
menerima tidak apriori mau melakukan bahkan
melestarikannya, namun tidak serta-merta menerimanya
secara total, akan tetapi bertindak selektif, yang dilihat bukan
tradisi atau budayanya tetapi nilai-nilai yang dikandungnya.
576. Sebagaimana di sebut di awal bahwa dalam upacara
tingkepan -biasanya dilakukan oleh orang awam- itu ada
hidangan khusus dan ada lagi sajian lain. Jika hal itu tidak
dipenuhi -menurut kepercayaan mereka- akan timbul dampak
negatif bagi ibu yang sedang hamil atau janin yang
dikandungnya. Hidangan atau sajian dimaksud antara lain :
577. 1. Nasi tumpeng;
578. 2. Panggang ayam;
579. 3. Buceng/nasi bucu tujuh buah;
240
241
: .607
.
608. Artinya :Ulama Syafiiyyah (pengikut madzhab Syafii)
berpendapat : disunatkan membuat makanan dan
mengundang orang lain untuk makan-makan, sehubungan
dengan datangnya suatu kenikmatan/kegembiraan, baik itu
acara temantenan, khitanan, datang dari bepergian dan lain
sebagainya.
609.
610. Wal-hasil, para warga yang hendak mengadakan walimatul
hamli sudah barang tentu harus menata hatinya dengan
niatan yang benar dan mempunyai sikap arif dan bijak dalam
memilih dan memilah di antara beberapa hidangan dan
sajian tersebut, mana yang bisa diselaraskan dengan syariat
dan mana yang tidak, mana yang masih dalam koridor akidah
islamiyah dan mana yang tidak.
611.
612. XVII
613. TRADISI RUAWATAN
614. A.
Pengertian Ruwat/Ruwatan
621. 2.
622. 3.
perempuan.
623. 4.
624. 5.
625. 6.
628. 9.
629. 10.
630. 11.
631. 12.
632. 13.
633. 14.
perempuan.
634. 15.
laki-laki.
244
635. 16.
laki-laki.
636. 17.
637. 18.
satu perempuan.
638. Dalam metos orang Jawa, cerita diatas secara turun
temurun masih diyakini kebenarannya, sehingga
menurutShohibur riwayah agar Bethoro Kolo yang jahat itu
tidak memangsa jalma seperti tersebut diatas, dicarikan
solusi yaitu harus diadakan "RUWATAN" untuk anak yang
bersangkutan.
639.
640. C.
643. b.
"DALANG SEJATI";
644. c.
KOLO";
645. d.
646. e.
Tauhid;
652.
kepada Sunnah.
653. Dalam acara ruwatan yang Islami ini, mbah Wali berinisiatif
untuk melakukan amalan-amalan yang sekiranya sesuai
dengan tuntunan syariah dan berpegang pada aqidah yang
benar. Amalan-amalan tersebut antara lain :
654. a.
655. b.
656. c.
Hukum Ruwatan
.665
.
.
.
11 : . .
666. Artinya :" Barang siapa membaca surat Yasin atau surat lain
dalam Al-Qur'an karena Allah dengan niat memohon agar diberkahi
umurnya, harta bendanya dan kesehatannya, hal yang demikian itu
tidak ada salahnya, dan orang tersebut telah menempuh jalan
kebajikan, dengan syarat jangan menganggap adanya anjuran syari'at
secara khusus untuk hal itu. Silahkan orang itu membaca surat Yasin
tiga kali, tiga puluh kali atau tiga ratus kali, bahkan bacalah AI-Qur'an
seluruhnya secara ikhlas karena Allah serta memohon agar terpenuhi
hajatnya, tercapai maksudnya, dihilangkan kesusahannya, dilapangkan
kesempitannya, disembuhkan penyakitnya dan terbayar hutangnya.
Maka apa salahnya amalan tersebut? Toh Allah menyukai orang yang
247
248
670. b.
. : .
13 .
673. Artinya: ''Dan Tuhanmu berfirman "Berdo'alah kepadaKu niscaya
akan Aku perkenankan bagimu (Al-Mukmin : 60). Do'a menurut
aslinya ,adalah memohon dan merendahkan diri kepada Allah SWT
dalam segala kebutuhan duniawi dan ukhrowi, kebutuhan yang besar
atau kecil. Ada anjuran untuk berdo'a dalam riwayat hadits : Silahkan
salah satu dari kamu sekalian memohon kepada Tuhannya mengenai
semua kebutuhannya sampai dengan tali sandalnya yang putus.
Firman Allah: "Astajib Lakum" artinya : Aku (Allah) akan
memperkenankan kamu mengenai apa yang kamu mohonkan
kepadaKu.
674. c.
.679
.
.
680. Artinya:''Apabila menshodaqohkan makanan tersebut dengan
tujuan mendekatkan diri (taqarrub) pada Allah agar terhindar dari
kejahatan jin, maka tidak haram karena tidak ada taqarrub kepada
selain Allah. Apabila ditujukan pada jin, maka haram hukumnya.
Bahkan apabila bertujuan mengagungkan dan menyembah pada selain
Allah, maka hal itu menjadikan kufur karena diqiyaskan pada nashnya
dalam masalah penyembelihan (dzabhi).
681.
682.
683. XVII
684. TRADISI KUPATAN
685. A.
Pengertian Kupatan
686. Dalam tradisi Jawa, hari raya pasca Ramadlan atau biasa di
sebut dengan sebutan Bhada atau Riyaya itu ada dua
macam. Bhada lebaran dan bhada kupat. Kata Bhada di ambil
dari bahasa Arab bada yang artinya : sudah. Sedangkan
riyoyo berasal dari bahasa Indonesia ria yang artinya riang
gembira atau suka cita. Selanjtnya kata lebaran berasal dari
akar kata lebar yang berarti selesai. Maksud kata lebar di sini
adalah sudah selesainyanya pelaksanaan Ibadah pusasa dan
250
. .
(87 ) .
707. Artinya :Jauhilah hal-hal baru yang diada-adakan, karena
sesungguhnya hal tersebut adalah bidah dan setiap bidah adalah
sesat (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) yakni kamu sekalian harus
menjauhi dan mewaspadai perkara-perkara baru dalam agama.
708. Kedua, pendapat yan mengklasifikasi bidah menjadi dua :
bidah hasanah (baik) dan bidah sayyiah (buruk). Karena
tradisi kupatan dikategorikan sebagai ibadah ghairu mahdlah
253
254
731.
732. BAB XVIII
733. Ngalap Berkah
734.
735. Fatwa haram, bidah bahkan syirik dalam masalah mencari
berkah (tabarruk, ngalap berkah) kembali ramai
didengungkan oleh mereka yang mengaku paling sehat dari
penyakit TBC (Takhayyul, Bidah dan Churafat) ketika makam
Gus Dur ramai diziarahi, bahkan ada beberapa peziarah yang
mengambil tanah di area makam tersebut. Sebagaimana
yang disebarkan oleh Ust Hartono Jais dan kawan-kawannya
yang sebenarnya tidak memiliki kapasitas dalam masalah ini,
dan hanya bertaklid buta kepada Syaikh Bin Baz, Syaikh
Utsaimin, Syaikh Albani dan sebagainya.
736. Ulama-ulama mereka dengan membabi-buta menvonis
syirik kepada semua bentuk tabarruk, dengan tanpa
sedikitpun mendudukkan makna tabarruk secara proporsional
maupun mengungkap dalil dan argument tabarruk yang
sudah dilakukan sejak Rasulullah Saw masih hidup.
737.
738. A.
761. 2.
Terdahulu
772. Tepatnya adalah Nabi Yaqub As ketika ditimpa penyakit tak
bisa melihat lantaran lama berpisah dengan putranya, Nabi
Yusuf. Untuk mengobatinya ternyata Nabi Yaqub maupun
Nabi Yusuf tidak langsung berdoa kepada Allah, dan Allah
juga kuasa jika langsung menyembuhkannya. Namun
kesembuhan itu melalui proses berkah sebagaimana
diabadikan dalam al-Quran:
.773
774. Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu
letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali.
(Yusuf: 93)
258
779. D.
780. 1.
Rambut Rasulullah
.781 - -
.
) (3212
782. Rasulullah r menyuruh tukang pangkas rambutnya, untuk
mencukur rambut bagian kanan dan kirinya, lalu rambut-rambut itu
)dibagi-bagikannya kepada para sahabat (HR Muslim No 3212
.783
.
)
- / 4 (279
784. Sahabat Khalid bin Walid bertabaruk dengan rambut ubun-ubun
Rasulullah , ditaruh di dalam kopiahnya (songkok). Kholid berkata:
Saya tidak pernah mendatangi perang dengan membawa songkok
tersebut (yang berisi rambut Rasulullah), kecuali setiap peperangan
saya selalu diberi kemenangan (HR Thabrani dan Abu Yala, para
)perawinya adalah perawi hadis sahih
Air Ludah Rasulullah
259
785. 2.
.786 - -
)
70 (2731
787. Miswar dan Marwan berkata: Demi Allah Setiap Rasulullah
rberdahak, pasti dahak beliau jatuh ke tangan salah seorang sahabat,
)lalu ia gosokkan ke wajah dan kulitnya. (HR Bukhari No 70 dan 2731
.788 - - - -
) (688
789. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa bayi-bayi didatangkan kepada
RAsulullah Saw kemudian beliau mendoakan berkah dan memamah
)makanan kepada mereka (HR Muslim No 688
.790
.
. ) - / 2 (37
791. Para sahabat y bertabaruk dengan air sumur Budhaah di
Madinah, yang pernah diludahi oleh Nabi r (HR Thabrani, para
)perawinya terpercaya
).792
(
.
) 4328 (6561
793. Rasulullah Saw menyuruh kepada Abu Musa dan Bilal untuk
mengambil tempat air, lalu beliau membasuh kedua tangan dan
wajahnya dan memuntahkan air kumur ke wadah tersebut dan beliau
bersabda: Minumlah oleh kalian, siramkan ke wajah dan leher kalian,
dan bersenanglah. Kemudian dua sahabat itu melakukannya (HR
)Bukhari 4328 - Muslim No 6561
.794 ) - / 1 (300
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Tujuan diatas karena adanya
795.
260
796. 3.
- - 797.
- -
. ) (6201
799. 4.
803. 5.
804.
(
(
805. Dari Kabsyah al-Anshariyah bahwa Rasulullah e datang
kepadanya dan di sebelahnya atau tempat air minum yang
digantung, kemudian beliau meminum-nya dengan posisi
berdiri. Kabsyah lalu memotong (bekas) tempat minum
Rasulullah tersebut untuk mendapatkan berkah dari mulut
Rasulullah e. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi, ia berkata:
)Hadits ini Hasan Sahih Gharib
806. 6.
- . . . - -
.
.
) (2093
808. Rasulullah Saw diberi kain bergaris (burdah) oleh seorang
wanita. namun kain tersebut diminta oleh orang lain untuk
dijadikan kafan bagi dirinya. Rasulullah memberikannya (HR
)Bukhari No 2093
Jubah Rasulullah Saw
809. 7.
: 810.
:
: :
)
/ 1 (482
811. Seorang sahabat meminta potongan dari jubah Rasulullah
Saw, beliau memberinya. Muhammad bin Jabir berkata:
Bapak saya menceritakan bahwa potongan jugah tersebut
kami cuci untuk orang sakit, mengharap kesembuhan
)darinya (al-Hafidz Ibnu Hajar, al-Ishabah 1/482
Air Seni Rasulullah Saw
812. 8.
813.
.
)
- / 4 (20
814. Barokah, pelayan Ummu Salamah (istri Nabi r), bertabaruk
dengan menimun air seni Nabi r yang akan menjadi
pelindungnya dari api neraka (Diriwayatkan oleh Thabrani,
)para perawinya sahih
815.
262
816. E.
(204 / 11 - ) .
819. Bab yang yang menyebutkan tentang baju perang Nabi
saw, tongkatnya, pedangnya, tempat minumnya, dan
cintinnya.dan yang dipakai oleh para khalifah setelah beliau
wafat,yang terdiri dari hal-hal yang tidak disebut
pembagiannya, juga tentang rambut Nabi saw, sandalnya,
dan wadah makanannya yang berupa benda-benda yang
dicari berkahnya oleh para sahabat dan lainnya setelah Nabi
wafat (Shahih al-Bukhari: 11/104)
820.
821. 1.
822. -
)(
5530 ) .
-
(
823. Asma binti Abu Bakar berkata: Jubah ini (pada mulanya)
dipegang oleh Aisyah sampai ia wafat. Setelah wafat saya
ambil jubah tersebut. Rasulullah ememakai jubah ini. Kami
membasuhnya untuk orang-orang yang sakit, kami
mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut. (HR. Abu
Dawud dan Muslim. Sedangkan riwayat al-Bukhari dalam alAdab al-Mufrad dijelaskan bahwa Rasulullah memakai jubah
tersebut untuk menemui tamu dan salat Jumat)
263
824. 2.
827. 3
- . .
.
- - . . -
-
. .
) 5637 ( 5354
835. Sahal bin Sad memiliki tempat minum yang pernah
dipakai oleh Nabi. kemudian (masa berikutnya), tempat
minum itu diminta oleh Umar bin Abdul Aziz dan ia
)memberikannya (HR Bukhari 5637 dan Muslim 5354
Asma binti Yazid Dengan Sisa Minuman Nabi Saw
836. 6.
: 837.
: " : "
. :
) .
- / 4 (104
838. Sisa minuman Rasulullah saya gunakan untuk membasahi
rambut saya. Juga kami minumkan kepada orang-orang sakit,
dan kami meminumnya, untuk mengharap berkah (al-Hafidz
)Ibnu Hajar, al-Ishabah 1/482
Anas bin Malik Dengan Tongkat Kecil Nabi Saw
839. 7.
) . - 840.
/ 9 (109
841. Anas memiliki tongkat kecil dari Rasulullah Saw, ia
memerintahkan agar dikubur bersamanya (al-Hafidz Ibnu
)Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah 9/109
Imam Ahmad bin Hanbal Dengan Rambut Nabi Saw
842. 8.
843.
. ) . - / 11 337 (2/357 :
265
846. (278 / 1 - )
847. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
166: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dari rambut
Rasulullah Saw, dan bolehnya mengoleksinya (Fath al-Baarii
1/278)
848. )
(145 / 2
849. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
407: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dengan
tempat-tempat yang dilakukan salat olen Nabi Saw dan yang
beliau injak (Fath al-Baarii 2/145)
850. (318 / 4 - )
851. al-Hafidz Ibnu Hajar beristidlal dari hadis al-Bukhari No
1198: Hadis ini diperbolehkan mencari berkah dengan
peninggalan orang-orang shaleh (Fath al-Baarii 4/318)
852. (386 / 10 - )
856.
266
857. 1.
858.
)
492 / 2 (3243
859. "Saya (Abdullah bin Ahmad) bertanya kepada Imam Ahmad
tentang seseorang yang memegang mimbar Nabi Saw,
mencari berkah dengan memegangnya dan menciumnya. Ia
juga melakukannya dengan makam Rasulullah seperti diatas
dan sebagainya. Ia lakukan itu untuk mendekatkan dir
"kepada Allah. Imam Ahmad menjawab: Tidak apa-apa
)(Ahmad bin Hanbalal-'lal wa Ma'rifat al-Rijal 3243
860. Imam Nawawi menjelaskan tatacara dan etika dalam
berziarah dan bertawassul di makam Rasulullah Saw:
861.
) (274 / 8
862. "Kemudian hendaknya peziarah kembali ke tempat semula
seraya menghadap kearah Rasulullah Saw, bertawassul
kepada beliau untuk dirinya dan meminta syafaatnya kepada
Allah. Dan diantara yang paling baik untuk dibaca saat ziarah
adalah bacaan dari al-Utbi sebagaimana disampaikan oleh alMawardi, al-Qadi Abu al-Thayyib dan seluruh ulama
Syafi'iyah, mereka semua menilainya baik" (Imam al-Nawawi
)dalam al-Majmu' VIII/274
863.
}
: {
...
864.
... 865.
267
866.
347 / 2 )
498 217 / 8 201 / 3
497 / 3 556 / 3
(30 / 5
867. "Golongan para ulama diantaranya Ibnu al-Shabbagh
dalam kitab al-Syamil, menyebutkan kisah yang masyhur dari
'Utbi. Ia berkata: Saya duduk di samping makam Rasulullah
Saw, kemudian datang seorang A'rabi dan berkata: Salam
sejahtera atasmu wahai Rasulullah. Saya mendengar bahwa
Allah berfirman: ""Sesungguhnya jikalau mereka ketika
menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang (al-Nisa': 64). Saya datang
kepadamu dengan memohon ampun karena dosaku dan
memohon pertolongan kepada Tuhanku. Kemudian ia
mengucapkan syair:
868. "Wahai sebaik-baik orang yang jasadnya disemayamkan di
tanah ini
869. Sehingga semerbaklah tanah dan bukit karena jasadmu
870. Jiwaku sebagai penebus bagi tanah tempat
persemayamanmu
871. Disana terdapat kesucian, kemurahan dan kemulian"
872. Lalu A'rabi itu pergi. Kemudian saya tertidur dan bermimpi
bertemu Rasulullah Saw dan beliau berkata: Wahai 'Utbi,
kejarlah si A'rabi tadi, sampaikan kabar gembira kepadanya,
bahwa Allah telah mengampuni dosanya" (Tafsir Ibnu Katsir
II/347, Tafsir al-Wasith karya Guru Besar al-Azhar, Muhammad
al-Thanthawi III/291, al-Majmu' VIII/217 dan al-Idlah 498 karya
Imam al-Nawawi, al-Mughni III/556 dan al-Syar al-Kabir III/497
268
.
) 121 / 3 473 / 31
(818
877. "Ibnu al-Muqri berkata: Saya berada di Madinah bersama
al-Hafidz al-Thabrani dan al-Hafidz Abu al-Syaikh. Waktu kami
sangat sempit hingga kami tidak makan sehari semalam.
Setelah waktu Isya' tiba, saya mendatangi makam Rasulullah,
lalu saya berkata: Ya Rasulallah, kami lapar. Al-Thabrani
berkata kepada saya: Duduklah, kita tunggu datangnya
rezeki atau kematian. Saya dan Abu al-Syaikh berdiri, tibatiba datang laki-laki Alawi (keturunan Rasulullah Saw) di
depan pintu, lalu kami membukakan pintu. Ternyata ia
membawa dua orang budaknya yang membawa dua
keranjang penuh dengan makanan. Alawi itu berkata: Apakah
kalian mengadu kepada Rasulullah Saw? Saya bermimpi
Rasulullah dan menyuruhku membawa makanan untuk
kalian" (Diriwayatkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam
'Tadzkirah al-Huffadz III/121 dan Siyar A'lam al-Nubala
XXXI/473, dan oleh Ibnu al-Jauzi dalam al-Wafa' bi Ahwal al)Musthafa 818
878.
879.
) 2632
284 / 4 281 / 1
(161 / 66
880. "Abu al-Khair al-Aqtha' berkata: Saya datang ke kota
(Madinah) Rasulullah Saw dalam keadaan lapar dan saya
270
272
.
894. Hadits tersebut menjelaskan anjuran mengetahui makam
orang-orang saleh untuk dizarahi dan dipenuhi haknya. Nabi
shallallahu alaihi wa sallam telah menyebutkan tanda-tanda
makam Nabi Musa u yaitu pada makam yang sekarang
dikenal masyarakat sebagai makam beliau. Yang jelas,
tempat tersebut adalah makam yang ditunjukkan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. (Tharh al-Tatsrib, [3/303]).
895. Pada dasarnya ziarah kubur itu sunnat dan ada pahalanya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
896. ) :
.(/.
beliau wafat. Hakekat bahwa para nabi dan orang saleh itu
masih hidup di alam kubur, sehingga para peziarah dapat
bertabarruk dan bertawassul dengan mereka, telah
disebutkan oleh Syaikh Ibn Taimiyah berikut ini:
) (
906.
) .
(/ .
907. Tidak masuk dalam bagian ini (kemungkaran menurut
ulama salaf) adalah apa yang diriwayatkan bahwa sebagian
kaum mendengar jawaban salam dari makam Nabi
shallallahu alaihi wa sallam atau makam orang-orang saleh,
juga Said bin al-Musayyab mendengar adzan dari makam
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada malam-malam
peristiwa al-Harrah dan sesamanya. Ini semuanya benar, dan
bukan yang kami persoalkan. Persoalannya lebih besar dan
lebih serius dari hal tersebut. Demikian pula bukan termasuk
kemungkaran, adalah apa yang diriwayatkan bahwa seorang
laki-laki datang ke makam Nabi shallallahu alaihi wa sallam
lalu mengadukan musim kemarau kepada beliau pada tahun
ramadah (paceklik). Lalu orang tersebut bermimpi Nabi
shallallahu alaihi wa sallam dan menyuruhnya untuk
mendatangi Umar bin al-Khaththab agar keluar melakukan
istisqa dengan masyarakat. Ini bukan termasuk
kemungkaran. Hal semacam ini banyak sekali terjadi dengan
orang-orang yang kedudukannya di bawah Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, dan aku sendiri banyak mengetahui
275
277
913. H.
123 / 1 )
(519 / 2
916. "Dari Ali bin Maimun, ia berkata: Saya mendengar Syafi'i
berkata bahwa: Saya mencari berkah dengan mendatangi
makam Abu Hanifah setiap hari. Jika saya memiliki hajat
maka saya salat dua rakaat dan saya mendatangi makam
Abu Hanifah. Saya meminta kepada Allah di dekat makam
Abu Hanifah. Tidak lama kemudian hajat saya dikabulkan" (alHafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/123 dan
Ibnu Abi Wafa dalam Thabaqat al-Hanafiyah II/519)
917.
918. b) Makam Yahya bin Yahya
919.
261 / 11 )
(1756
920. "al-Hakim berkata: Saya mendengar Abu Ali al-Naisaburi
berkata bahwa saya berada dalam kesulitan yang sangat
berat, kemudian saya bermimpi melihat Rasulullah Saw
seolah beliau berkata kepada saya: Pergilah ke makam Yahya
bin Yahya, mintalah ampunan dan berdolah kepada Allah,
maka hajatmu akan dikabulkan. Pagi harinya saya
melakukannya dan hajat saya dikabulkan" (al-Hafidz Ibnu
Hajar dalam Tahdzib al-Tahdzib XI/261 dan al-Hafidz al-Dzhabi
dalam Tarikh al-Islam 1756)
921.
278
(339 / 7 )
935. "Abu Bakar bin Muammal berkata: Kami berangkat
bersama pemuka ahli hadis Abu Bakar bin Khuzaimah dan
rekannya, Abu Ali al-Tsaqafi, beserta rombongan guru kami
untuk berziarah ke makam Ali bin Musa al-Ridla di Thus. Abu
Bakar bin Muammal berkata: Saya melihat ke-ta'dzim-an
belia (Ibnu Khuzaimah) terhadap makam itu dan sikap
tawadlu' terhadapnya dan doa beliau yang begitu khusyu',
280
282
947. a.
brokohan.
948. b.
pupak puser.
949. c.
selapan bayi.
950. d.
pendak tahun.
953. Ada juga orang tua yang mengadakan bancakan dalam
acara hari ulang anaknya. Mereka menyebutnya bancaan
tiron. Sebagian warga kita ada yang ikut-ikutan mengadakan
peringatan ulang tahun dengan acara dan upacara yang
dikemas secara khusus untuk kegiatan itu.
954. Pertanyaan penting yang perlu dijawab sehubungan
dengan masalah ini adalah :
955. a. Apakah ada dasar berupa dalil dari syara mengenai
acara peringatan hari ulang tahun kelahiran?
956. b. Kalau tidak ada, bagaimana hukumnya orang Islam
mengadakan acara ulang tahun itu?
957. Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah memandang tradisi
semacam ini dengan sikap proporsional, yaitu dengan
pendirian bahwa di dalam selamatan itu ada unsur-unsur
kebaikan, di antaranya: menyampaikan tahniah/ucapan
selamat kepada sesama muslim, mempererat kerukunan
antara keluarga dan tetangga, menjadi sarana sedekah dan
bersyukur kepada Allah, serta mendoakan si anak semoga
283
menjadi anak yang shalih dan shalihah. Ini semua tidak ada
yang bertentangan dengan syariat Islam.
958. Maka jika ditanyakan, apakah ada dalil syara mengenai
peringatan ulang tahun kelahiran? Jawabnya ada, yaitu dalil
qiyas, yakni mengqiyaskan masalah ini dengan perilaku
sahabat nabi. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sewaktu
sahabat Kaab bin Malik menerima kabar gembira dari nabi
saw. Mengenai penerimaan taubatnya, maka sahabat Thalhah
bin Ubaidillah menyampaikan kepadanya ucapan selamat
(tahniah).
959. Berdasarkan riwayat tersebut, maka hukum peringatan
ulang tahun adalah mubah, bahkan sebagian ulama
mengatakan sunnah hukumnya, namun dengan catatan :
selama tidak ada hal-hal yang munkar di dalamnya.
Misalnya : menyalakan lilin, memasang gambar patung
(walaupun berukuran kecil) di tengah-tengah kue yang
dihidangkan atau alatul malahi (alat permainan musik) yang
diharamkan. Karena hal tersebut termasuk syiar orang-orang
non muslim atau syiar orang fasik.
960. Dasar pengambilan hukum seperti tersebut di atas adalah
keterangan dari kitab al-iqna juz I hal. 162 :
:
961.
:
.
962. Artinya :
284
286
Bukan karena kita tidak percaya diri dengan doa kita, tapi
untuk lebih menguatkan doa itu agar lebih mudah diijabah
oleh Allah. Hal ini lumrah dilakukan oleh setiap muslim.
984. Dalam ayat yang kita sebutkan di atas, Allah SWT
memerintahkan kita untuk mencari perantara agar dapat
mempermudah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
985. Ibnu Taimiah menganggap bertawassul dengan keimanan
dan amal shalih sebagai sebuah kewajiban bagi setiap
muslim, baik ketika Rasulullah SAW masih hidup maupun
setelah beliau wafat, karena menurutnya, seseorang tak
dapat selamat dari api neraka kecuali dengan keimanan dan
amal shalih. Oleh karena itu, bertawassul dengan kedua hal
itu adalah wajib hukumnya. (Qaidah Jalilah hal. 5, Mausuah
Fiqhiyah Kuwaitiyah)
986. Dalam Al Quran, Allah juga memuji hamba-hambaNya yang
bertawassul kepadaNya.
987.
988. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari wasilah (jalan) kepada Tuhan mereka siapa di antara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al Israa:
57)
989. Sejak zaman Nabi SAW hingga berabad-abad setelahnya,
umat Islam terbiasa dengan amalan yang dinamakan
tawassul tersebut tanpa ada pengingkaran dari seorang pun.
Mereka terbiasa mencari-cari wasilah (perantara) yang
dianggap dapat mengantarkan doa mereka kepada Allah,
misalnya dengan mendatangi orang shalih yang masih hidup
untuk dimintai doa, atau yang sudah mati untuk mengambil
288
289
1003.
1005.
1008.
1011.
1012.
290
1013.
1014.
1017.
1019.
1020.
291
1021.
1024.
1026.
1029.
1031.
1033.
1. Pendapat Malikiyah
1035.
2. Pendapat Syafiiyah
1039.
3. Pendapat Hanabilah
1044.
1047.
4. Pendapat Hanafiyah
1048.
1053.
1055.
1057.
* :
298
*
1059.
:
.
1064.
berkomentar:
1066.
1067.
300
1070.
1071.
1072.
disebutkan:
. .
1073.
: )
.
. .
.
( .
.
Artinya:
1074.
1075.
1076.
1077.
301
1078.
1081.
1083.
1.
2.
ringkas.
1084.
3.
4.
5.
Lailah.
1087.
Shahabah.
302
1088.
6.
Nubuwwah.
1089.
7.
dll.
1090.
:
1094.
303
1095.
1096.
Mantsur juz 1 hal 216, Imam Suyuthi menukil hadis lain dari
penulis yang sama dan kitab yang sama:
:
1097.
:
Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Mustadrak Al
1098.
1099.
:
:
:
] [
:
Hadis serupa juga diriwayatkan dalam Dalailun
1100.
1101.
: :
:
:
. :
. :
) (1 :
304
1102.
:
:
. : .
:
1104.
1107.
1108.
Mushannaf Ibnu Abi Syaibah juz 6 hal. 236 hadis no. 32002:
1109.
305
1110.
hadis ini dalam Fathul Bari juz 2 hal. 495, beliau berkata:
1111.
1112.
1115.
Hanifah
1117.
1119.
1121.
1122.
memperoleh kesembuhannya. Dan masih banyak lagi buktibukti sejarah bahwa tawassul dengan orang mati sudah
dipraktekkan oleh kaum muslimin sejak dahulu kala tanpa
ada pengingkaran dari seorangpun. Apakah kita berani
memvonis mereka semua kafir, syirik, penyembah berhala
dan kubur?
1124.
1125.
jawabannya.
1126.
boleh
1127.
tawassul dengan zat Nabi dan zat paman Nabi, bukan dengan
doa mereka. Mengkhususkan makna tawassul hanya dengan
doa merupakan pengkhususan tanpa dalil.
1134.
dan Ibnu Abi Syaibah dan sanadnya dinilai shahih oleh Dua
Hafizh, yaitu Ibnu Hajar dan Ibnu Katsir. Jadi, tambahan itu
shahih. Jika memang tambahan itu munkar, pasti para hafizh
sekaliber mereka berdua akan menerangkannya kepada kita.
1136.
1141.
?takfir
1142.
.
. :
1143.
}
:
{
Tak seorang pun yang mengatakan bahwa
1144.
1145.
Naskah Hadis
1146.
1147.
Telah mengabarkan kami Abu Muawiyah dari Al
1148.
Studi Sanad
1152.
Kesimpulan Hukum
313
1154.
1156.
sahabat.
315
1166.
1174.
Hadis ke-1
1178.
Naskah Hadis
1179.
1180.
1181.
318
1182.
1183.
Redaksi dalam Sunan At Tirmidzi:
1184.
1185.
1186.
Redaksi dalam Sunan An-Nasai:
1187.
1188.
1189.
1190.
:
1191.
1192.
Redaksi dalam Sunan Ibnu Majah:
1193.
1194.
319
1195.
. .
. .
. .
1196.
1197.
1198.
: :
: :
:
1199.
Penutup
1201.
320
XVI
1204.
1205.
1206.
1207.
1209.
orang yang telah mati. Apabila orang yang mati tidak mampu
mendengar ajakan kebenaran maka hal itu juga tidak akan
didengar oleh kaum musyrikin. Apabila orang yang telah mati
dan orang yang tuli mampu mendengar otomatis kaum
musyrikinpun juga akan mampu mendengar seruan.
1212.
1214.
1226.
1227.
1231.
1232.
1233.
XVII
1234.
Manaqib
1235.
--
1236.
A. Pengertian
323
1237.
B. Dalil-dalil manaqib
1240.
dijelaskan
) .
1246.
1247.
325