Você está na página 1de 17

IDENTITAS

Nama

: Ny S

Umur

: 22 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Jl kali baru timur

Masuk RS tanggal : 11 Desember 2015 , jam 14.30 wib

ANAMNESA
Keluhan utama : keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan keluar darah berwarna merah segar dari kemaluan sejak 3 hari SMRS,
darah yang keluar awalnya keluar sedikit-sedikit namun besok nya darah yang keluar juga disertai
dengan gumpalan gumpalan darah. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri perut bagian bawah.
Pasien belum memeriksakan dirinya ke dokter dan sudah melakukan test pack sejak terlambat
datang bulan
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi, asma, alergi, DM, penyakit jantung dan riwayat kejang disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM dan asma

1 | Page

Riwayat psikososial :
Pasien tidak merokok maupun minum minuman beralkohol . Pasien makan 2-3/hari , nafsu makan
dan minum dikatakan tidak ada perubahan sejak adanya keluhan

Riwayat pengobatan :
Pasien belum meminum obat apapun selama sebelum ke RS
Riwayat Haid :
Pertama kali haid saat berusia 13 tahun,teratur durasi 7 hari. HPHT : 5-10-2015
Riwayat persalinan :
Gravida (3), partus (2), abortus (0)
Riwayat alergi :
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan,obat-obatan,minuman,dll

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,50 C
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 82 kali/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg

2 | Page

Status generalis :
-

Mata : ikterik (-/-), anemis (-/-)


Hidung : nafas cuping hidung (-),epistaksis (-),deviasi septum (-)
Mulut : kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Telinga : sekret (-)

Status lokalis :
- Thorax : retraksi (-), sonor, vesikuler (+/+), ronki basah (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : BJ I-II reguler,murni tanpa gallop dan murmur
- Ekstremitas : akral : hangat , edema : (-)
Status obstetrikus :
Abdomen :
Leopold I : TFU tidakteraba
Leopold II : tidak dapat dinilai
Leopold III : tidak dapat dinilai
Leopold IV : tidak dapat dinilai
Pemeriksaan penunjang : USG kesan sisa kehamilan
Diagnosis : G3P2A0 Hamil 2 minggu dengan abortus inkomplit
Tatalaksana :
- Infus RL 20 Tpm
- Curretage
- Metronidazole 3x500mg
- Mifepriston 200mg

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Abortus didefinisikan sebagai ancaman/pengeluaran hasil konsepsi atau terminasi kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu, atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut
abortus spontan,sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut
3 | Page

abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu abortus provokatus
medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pada
pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan dilakukan oleh minimal3
dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan kandungan , spesialis penyakit dalam ,dan spesialis
jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait. Setelah dilakukan
terminasi kehamilan harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis di
kemudian hari.
Epidemiologi
Dari 210 juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak direncanakan di manasekitar15%
kehamilan akan berakhir pada aborsi. Sekitar 500.000 wanita meninggal akibat komplikasi
persalinan, 7 juta wanita mengalami gangguan kesehatan setelah melahirkan. Pada negara
berkembang, prevalensi abortusmencapai 160 per 100000 kelahiran hidupdan paling
tinggiterdapat di Afrika yaitu870 per 100000 kelahiran hidup.

Guttmacher, et al. (2003) menunjukkan bahwa angka abortus di AS mencapai 1278.000


kasus dengan rasio 20,8 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).Di
Indonesia, ditunjukkan prevalensiabortus sebesar 2 juta kasus pada tahun 2000 dengan rasio
37 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif pada 6 wilayah.Motif sebagain besar
kasusabortusadalah abortus kriminalis.
Sekitar75% abortus spontan ditemukan pada usia gestasi kurang dari 16 minggu dan
62% sebelum usia gestasi 12 minggu.Insidensi abortus inkomplit belum diketahui secara
pasti, namun demikian disebutkan sekitar 60% dari wanita hamil dirawat di rumah sakit
4 | Page

dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisidensi abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan.
Etiologi
Penyebab genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50%
kejadian

abortus

pada

trimester

pertama

merupakan

kelainan

sitogenik.

Bagaimanapun,gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen
tunggal (misalnya kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan
poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip. Kejadian
tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio
biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis,misalnya nondisjunction
meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik
pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus
dimana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme
patologi primer. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada
pasien dengan kariotip normal.
Kelainan lain umumnya berhubungan dengan fertilisasi abnormal (tetraploidi,triploidi).
Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan. Tetraploidi terjadi pada
8% kejadian abortus akibat kelainan kromosom dimana terjadinya kelainan pada fase sangat
awal sebelum proses pembelahan.
Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal,mungkin karena adanya mutasi gen yang bisa
mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus.

Penyebab anatomik
Defek anatomik uterus diketahui

sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti abortus

berulang,prematuritas , serta malpresentasi janin. Indisen kelainan bentuk uterus berkisar 1/200
sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus , ditemukan anomali uterus
pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah
septumuterus (40-80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%).
Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang. Risiko kejadiannya
antara 10-30% pada perempuan usia reproduksi.

5 | Page

Penyebab autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.misalnya pada
systemic lupus erythematosus (SLE) dan antiphospholipid antibodies (aPA). aPA merupakan
antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan di antara
pasien SLE sekitar 10% dibanding populasi umum. Diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan
berakhir dengan terhentinya kehamilan.

Penyebab infeksi
Bakteria
-

Listeria monositogenes
Klamidia trakomatis
Ureaplasma urealitikum
Mikoplasma hominis
Bakterial vaginosis

Virus
- Sitomegalovirus
- Rubela
- Herpes simpleks virus
- Human immunodeficiency virus
- Parvovirus
Parasit
- Toksoplasma gondii
- Plasmodium falsiparum
Spirokaeta
- Treponema pallidum
Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat ,bahan kimia, atau radiasi dan
umumnya berakhir dengan abortus ,misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan
tembakau.sigaret rokok diketahui mempunyai mengandung ratusan unsur toksik,antara lain
nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta.karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu

6 | Page

neurotoksin.dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yanh berakibat terjadinya abortus.
Faktor hormonal
Ovulasi,implantasi,serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem
pengaturan hormon maternal.oleh karena itu perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon
secara keseluruhan,fase luteal dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar
progesteron. Diabetes melitus, kadar progesteron yang rendah, defek fase luteal dan pengaruh
hormonal terhadap imunitas desidua.
Faktor hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasenta dan adanya mikrotrombi pada
pembuluh darah plasenta.berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peranan
penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas,dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan
hiperkoagulasi dikarenakan : peningkatan kadar faktor prokoagulan, penurunan faktor
antikoagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Kadar faktor VII,VIII,X dan fibrinogen
meningkat selama kehamilan normal terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu. Buktilain
menunjukan bahwa sebelumterjadi abortus sering didapatkan defek hemostatik.

Macam-macam abortus

1. Abortus spontan (keguguran atau spontaneus abortion/misscarriage)

Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Derajat abortus spontan meliputi:
a. Abortus iminens (threatened abortion)

Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6 th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].

Abortus Iminensadalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks. Pasien akan
atautidakmengeluh mules-mules, besarnya uterus masih sesuai dengan umur
7 | Page

kehamilan,ostium uteri masih tertutup., terjadi pendarahan sedikit seperti bercakbercakdarah

menstruasitanpariwayatkeluarnyajaringanterutamapada

trimester

pertamakehamilan. Pada pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan positif dan


serviks belum membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding
vagina, porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.

b. Abortus insipiens (inevitable abortion)

Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6 th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].

Abortus Insipiensadalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka. danhasil konsepsi masih dalam uterus.
Pasien akan mengeluhkan mules karena kontrkasi yang sering dan kuat, pendarahan
nya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umurkehamilan. Besar
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan
umurkehamilan, gerakjanin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah
mulai tidak normal biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.

c. Abortus inkomplit (incomplete abortion)

8 | Page

Sumber: Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6 th Edition. London:
Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].

Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavumuteri dan
masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umurkehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.pasien dapat
jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis
secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi
sudah sulit dikenali,di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuk nya tidak
beraturan.

d. Abortus komplit (complete abortion)

Sumber: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In: Current Diagnosis and
Treatment in Obstetric and Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003. [e-book].

9 | Page

Abortus Komplit adalah keadaan di mana semua hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20minggu atau berat janinj kurang dari 500gram. Semua hasil
konsepsi telah dikeluarkan,ostiumuteri telah menutup ,uterus sudah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG
tidak perlu dilakukan bilapemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes
urin bisanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus
Retensi embrio mati (missed abortion)
Abortus yang ditandai dengan embrioatau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 20minggu dan hasi lkonsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak mengeluhkan apa pun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu
sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tandatanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion
juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh tetapi pertumbuhan
janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus
mengecil ,kantong gestasi yang mengecil dan bentuk nyatidak beraturan disertai gambaran
fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Abortus habitualis (recurrent abortus)
Abortus habitualis Penyebab abortus harus dapat dikenali segera agar dapat dilakukan
pengobatan yang sesuai. Bila akibat cacat kromosom, lakukan upaya-upaya investigasi
genetika dan upayakan perbaikan dengan metode yang tersedia. Bila disebabkan defisiensi
hormonal, maka cari penyebab defisiensi dan pilih hormon substitusi yang sesuai. Bila hal ini
disebabkan inkompetensi servikal, maka lakukan prosedur ligasi serviks dengan cara
Shirodkar atau Mc Donald sebelum kehamilan berusia 12-14 minggu.
2. Abortus buatan/diinduksi (induced abortion)

Abortus yang terjadi akibat upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Abortus buatan dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Abortus buatan terapeutik (abortus provokatus medisinalis)
Aborsi yang dilakukan pada wanita hamil atas indikasi terapeutik atau medis.
Umumnya indikasi tersebut berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya
gangguan kesehatan yang berat pada ibu (dekompensatio kordis, tuberkulosis paru
berat, status asmatikus, diabetes mellitus tidak terkontrol, penyakit hati menahun, dan
10 | P a g e

sebagainya). Pada beberapa negara, indikasi untuk melakukan abortus provokatus


berkaitan dengan adanya kecatatan pada janin (misalnya talassemia, kelainan
kromosom, sindrom Down, penyakit retardasi mental) atau dari cara terjadinya suatu
kehamilan (akibat perkosaan, hubungan sedarah/incest).
Pada beberapa badan peradilan di luar negeri atau negara modern dikenal pula istilah
terminasi kehamilan atas permintaan pasien (voluntary termination), yaitu abortus
yang dilakukan atas permintaan pasien, baik akibat adanya risiko terhadap kesehatan
ibu atau tekanan mental berat yang dialami ibu tersebut (misalnya kehamilan yang
baru saja diketahui setelah terjadinya perceraian, sulit menentukan ayah dari janin
yang dikandungnya, hamil bukan dengan pasangan yang sebenarnya atau pasangan
tersebut tidak terikat dalam ikatan pernikahan yang sah).
b. Abortus kriminalis (abortus provokatus kriminalis)
Aborsi yang dilakukan secara sengaja (melalui kesepakatan antara pasien dan pelaku
aborsi) dan bukan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu, adanya kecacatan
pada janin atau gangguan mental yang berat.
3. Abortus dengan risiko/abortus tidak aman (unsafe abortion)

Terminasi kehamilan yang tidak diinginkan oleh wanita atau pasangannya melalui cara
yang mempunyai risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa wanita tersebut karena
dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan cukup
serta menggunakan peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu
tindakan medis.
Peralatan yang digunakan umumnya menggunakan banyak cemaran bahan berbahaya,
baik mikroorganisme maupun bahan kaustik atau iritatif. Bila pasien selamat dari
kematian, maka dapat terjadi cacat yang menetap atau gangguan organ serius. Bahanbahan tradisional yang digunakan di antaranya batang kayu, akar pohon, tangkai pohon
yang memiliki getah iritatif, batang plastik yang dimasukkan ke dalam kavum uteri.
Beberapa upaya lainnya yaitu dengan melakukan pemijatan langsung ke korpus uteri
hingga terjadi memar pada dinding perut, kandung kemih, adneksa atau usus.
Hal ini merupakan tragedi fatal yang tersembunyi. Dalam periode 1 tahun, hampir 70.000
ibu meninggal akibat abortus yang tidak aman atau berisiko. Risiko ini amat dipengaruhi
oleh ada tidaknya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
maternal secara memadai. Beberapa kondisi (kemiskinan, keterbelakangan, dan sikap
11 | P a g e

kurang peduli) menambah angka kejadian abortus yang tidak aman. WHO
memperkirakan angka kematian yang berkaitan dengan abortus yang tidak aman cukup
tinggi, paling tidak 20 juta per tahun. Hampir 90% abortus dengan risiko dilakukan di
negara berkembang. Kematian akibat abortus dengan risiko di negara berkembang 15 kali
lebih banyak daripada negara industri. Jika dibandingkan dengan negara yang sangat
maju, angka tersebut meningkat menjadi 50 kali lebih banyak.
4. Abortus septik
Abortus dengan komplikasi infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi mikroorganisme
dari saluran genital bawah setelah abortus spontan atau aborsi yang tidak aman. Sepsis
biasanya terjadi bila hasil konsepsi masih tertinggal dan evakuasi ditunda. Sepsis
merupakan komplikasi tersering dari abortus tidak aman yang berhubungan dengan
instrumentasi.

Sumber: Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In; Managing Complications
in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and Doctors. Geneva: WHO, 2007.

Patogenesis&Patofisiologi

12 | P a g e

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabakan nekrosis
jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus. Karena hasil
konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus
kontraksi dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus
dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun
sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.Pada kehamilan 8-14
minggubiasanyadiawalidenganpecahnyaselaputketubandan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan
perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit
namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu
kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang bentuknya
masih belum jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama.Plasentasi tidak adekuat
sehingga sel tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran
darah prematur dari ibu ke anak.
Diagnosis
Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang perdarahan
pervaginam setelah terlambat haid. Hipotesis dapat diperkuat pada pemeriksaan bimanual dan
tes kehamilan. Harus diperhatikan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, adanya
jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya sedikit-sedikit dan berlangsung lama,
sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan, dan akibat perdarahan tidak
menimbulkan gangguan apapunatausyok. Disebut pendarahan ringan-sedangbila doek bersih
selama 5 menit, darah segar tanpa gumpalan, darah yang bercampur dengan mukus.
Pendarahan beratbila pendarahan yang banyak, merah terang, dengan atau tanpa gumpalan,
doek penuh darah dalam waktu 5 menit, danpasientampakpucat.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasiberupapadausiagestasi di bawah 14
minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil
13 | P a g e

konsepsi, di atas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dapat didahului dengan
ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluaran
plasenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus, dan
hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru
dalam bentuk gangguan pembekuan darah.

Penatalaksanaan
Langkah pertama dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian kondisi klinis
pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan memulai pertolongan awal
kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali berbagai komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau
taruma intraabdomen. Melalui pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi
komplikasi. Walaupun tanpa komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah
menjadi ancaman apabila terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan.
Oleh karena itu, penting seklai untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang kemudian
segera diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi) melakukan stabilisasi
pasien.

- Abortus iminens : pengelolaan penderita sangat bergantung padainformed consent yang


diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus
maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG diperlukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadipelepasan atau belum. Penderita diminta melakukan tirah baring sampai perdarahan
berhenti.bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivat nya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun
secara statistik kegunaannya tidak bermakna tetapi efek psikologis kepada penderita sangat
menguntungkan. Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan
pesankhusus tidakboleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.

14 | P a g e

- Abortus insipiens : pengelolaan penderita ini harus memperhartikan keadaanumum dan


perubahan

keadaan

hemodinamik

yang

terjadi

dansegera

lakukan

tindakan

evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak. Pada
umur kehamilan di atas 12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa dan
tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara
digital yang kemudian disusul dengan tindakankuretase sambil diberikan uretonika. Halini
diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.pasca tindakan perlu
perbaikan keadaanumum, pemberian uterotonika dan antibiotika profilaksis.
- Abortus

komplitus

tidak

memerlukan

tindakan

khusus

ataupun

pengobatan.

Biasanyahanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.


Uterotonika tidak perlu diberikan.
- Abortus inkomplit : pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
tindakan kuretase. Pemeriksaan USG dilakukan jika hanya kita ragu dengan diagnosis
secara klinis. Bila terjadi perdarahan yang hebat dianjurkan segera melakukan pengeluaran
sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi
uterus segera dikeluarkan,kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa
berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakankuretase harus dilakukan
secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus,tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dariplastik. Pasca tindakan
perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun peroral dan antibiotika.
- Missed abortion : pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan
keluarganya secara baik karena risikooperasi dan kuretase ini dapat menimbulkan
komplikasi perdarahan atautidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Pada
umurkehamilan kurang dari 12minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsungndengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.bila
umur kehamilan di atas 12minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks
uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu
untukmengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat
dilakukan antara lain dengan pemberian infus intravena cairan oksitoksin dimulai dari dosis
10unit dalam 500cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total
oksitoksin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untukmencegah terjadinya retensi cairan
tubuh. Jika tidak berhasilpenderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi
15 | P a g e

biasanyamaksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasilkeluar dengan


induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.

- Abortus habitualis : bila dicurigai adanya inkompetensia serviksharus dilakukan tindakan


untuk memberikan fiksasi pada serviksagar dapat menerima beban dengan berkembangnya
umur kehamilan. Operasi dilakukan pada umurkehamilan 12-14 minggu dengan cara
SHIRODKAR atau McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang
sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelahumur kehamilan aterm dan
bayi siap dilahirkan.
- Abortus septik : Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan
tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasilkultur dan
sensivitas kuman yang diambil daridarah/cairan fluksus atau fluor yang keluar pervaginam.
Untuktahappertama dapat diberikan penisilin 4x1,2 juta unit atau ampisilin 4x1gram
ditambah gentamisin 2x80 mg dan metronidazole 2x1 gram.selanjutnya antibiotika
disesuaikan denganhasil kultur. Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah
membaikminimal6jamsetelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa saat tindakan
kuretase uterus dilindungi dengan uterotonika.
Komplikasi
- Perdarahan
- Luka serviks
- Infeksi
- Jaringan sisa
Prognosis
Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan serviks inkompeten, angka kesembuhan
setelah tiga kali abortus berturut-turut berkisar antara 70 dan 85 %, apapun terapinya.
Bahkan, Warburton dan Fraser (1964) menunjukkankemungkinan abortus rekuren adalah 2530% berapapun jumlah abortus sebelumnya. Poland, et al. (1977) mencatat bahwa apabila
16 | P a g e

seorang wanita pernah melahirkan bayi hidup, risiko untuk setiap abortus rekuren adalah
30%. Namun, apabila wanita belum pernah melhairkan bayi hidup dan pernah mengalami
paling sedikit satu kali abortus spontan, risiko abortus adalah 46%. Wanita dengan abortus
spontan tiga kali atau lebih berisiko lebih besar mengalami pelahiran preterm, plasenta
previa, presentasi bokong, dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi B, Adriaanz G, Widohariadi, dkk. Paket Pelatihan Klinik: Asuhan Pasca
Keguguran, Edisi Kedua. Jakarta: JNPK-KR/POGI, 2002. Hal. 2-1 s.d. 2-9; 4-1 s.d. 413.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (Editors). Abortion. In: Williams Obstetrics,
23rd Edition. New York: McGraw-Hill, 2010. [e-book].
3. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, et al. Spontaneous Abortion. In: Current
Diagnosis and Treatment in Obstetric and Gynecology. New York: McGraw-Hill,
2003. [e-book].
4. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (Editor). Dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010. Hal. 460-74.
5. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition.
London: Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
6. Mathai M, Sanghvi H, Guidotti RJ. Vaginal Bleeding in Early Pregnancy. In;
Managing Complications in Pregnancy and Childbirth: A Guide for Midwives and
Doctors. Geneva: WHO, 2007. p. S-7 s.d S-17.
7. Prawirohardjo,S. Abortus. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. Hal.302-304; 309-310

17 | P a g e

Você também pode gostar

  • AMPLOP
    AMPLOP
    Documento2 páginas
    AMPLOP
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Cover Ppak
    Cover Ppak
    Documento3 páginas
    Cover Ppak
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Cover Ppak
    Cover Ppak
    Documento3 páginas
    Cover Ppak
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Acne
    Acne
    Documento9 páginas
    Acne
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Toksikologi - Adhi Pasha Dwitama - Logam Berat Mangan
    Tugas Toksikologi - Adhi Pasha Dwitama - Logam Berat Mangan
    Documento16 páginas
    Tugas Toksikologi - Adhi Pasha Dwitama - Logam Berat Mangan
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Mata
    Tugas Mata
    Documento32 páginas
    Tugas Mata
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Acne
    Acne
    Documento9 páginas
    Acne
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan PIDI
    Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan PIDI
    Documento15 páginas
    Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan PIDI
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Case Nia Obgyn Koja, Abortus
    Case Nia Obgyn Koja, Abortus
    Documento17 páginas
    Case Nia Obgyn Koja, Abortus
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Tipe Kepribadian
    Tipe Kepribadian
    Documento2 páginas
    Tipe Kepribadian
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Aerofisiologi
    Aerofisiologi
    Documento8 páginas
    Aerofisiologi
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Ppa
    Ppa
    Documento27 páginas
    Ppa
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Tingginya Permintaan Air Minum Yang Diakibatkan Oleh Pertambahan Populasi
    Tingginya Permintaan Air Minum Yang Diakibatkan Oleh Pertambahan Populasi
    Documento11 páginas
    Tingginya Permintaan Air Minum Yang Diakibatkan Oleh Pertambahan Populasi
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • MCU Item Siloam
    MCU Item Siloam
    Documento4 páginas
    MCU Item Siloam
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Bising 1
    Bising 1
    Documento21 páginas
    Bising 1
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Lipoma
    Lipoma
    Documento1 página
    Lipoma
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Status IPD
    Status IPD
    Documento16 páginas
    Status IPD
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Cover Case Nia Bedah
    Cover Case Nia Bedah
    Documento1 página
    Cover Case Nia Bedah
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Tipus Case Bedah Nia FMC
    Tipus Case Bedah Nia FMC
    Documento10 páginas
    Tipus Case Bedah Nia FMC
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • DBD Koja Nia
    DBD Koja Nia
    Documento45 páginas
    DBD Koja Nia
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Ikm Pene Homey
    Ikm Pene Homey
    Documento1 página
    Ikm Pene Homey
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Followup Bedah Nia FMC
    Followup Bedah Nia FMC
    Documento1 página
    Followup Bedah Nia FMC
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Ikm Pene Homey
    Ikm Pene Homey
    Documento1 página
    Ikm Pene Homey
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Rhinitis Vasomotor
    Rhinitis Vasomotor
    Documento19 páginas
    Rhinitis Vasomotor
    WanieSariff
    Ainda não há avaliações
  • Trauma Muka
    Trauma Muka
    Documento12 páginas
    Trauma Muka
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Studi Kasus Kontrol (Ikm) Nia
    Studi Kasus Kontrol (Ikm) Nia
    Documento13 páginas
    Studi Kasus Kontrol (Ikm) Nia
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Anestesi Bulging L3-L4
    Laporan Kasus Anestesi Bulging L3-L4
    Documento23 páginas
    Laporan Kasus Anestesi Bulging L3-L4
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Impor Sapi
    Impor Sapi
    Documento1 página
    Impor Sapi
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações
  • Angiofibroma Nasofaring
    Angiofibroma Nasofaring
    Documento13 páginas
    Angiofibroma Nasofaring
    Nathania Putri
    Ainda não há avaliações