Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang semakin
baik dan sehat. Setiap pimpinan dan seluruh karyawan dari perusahaan publik diharapkan dapat
menunjukkan tindakan yang terpuji kepada stakeholder dan dapat bertanggungjawab atas semua
tindakan dan keputusannya dalam mengelola perusahaan. Untuk meningkatkan performa
perusahaan kearah yang lebih baik, maka perusahaan harus dikelola secara professional dengan
mengindahkan prinsip-prinsip Good Governance.
Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan,
peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good
Corporate Governance) dan performa kepedulian sosial perusahaan. Etika bisnis memiliki peran
yang sangat besar dalam keberlangsungan eksistensi perusahaan. Penerapan etika bisnis secara
konsisten dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi
seluruh stakeholder-nya. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan menerapkan suatu prinsip
Good Corporate Governance yang dapat digunakan sebagai salah satu alatnya.
Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance telah menjadi
perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
dikeluarkan oleh OECD menjadi acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh OECD tahun 2004 mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance Framework
2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions
3. The Equitable Treatment of shareholders
4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance
5. Disclosure and Transparency
6. The responsibilities of the Board
Prinsip GCG pada OECD yang akan di bahas dalam makalah ini adalah prinsip ke 3 yaitu
Perlakuan yang setara terhadap seluruh Pemegang Saham (Equitable treatment of shareholders).
1
BAB II
ISI
2.1 OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD - Organisation for
Economic Co-operation and Development) merupakan sebuah organisasi internasional dengan
tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.
Berawal
tahun
1948 dengan
(OEEC - Organization
Marjolin dari
for
Perancis,
nama
Organisasi
European
untuk
Economic
membantu
untuk
Kerja
Sama
Co-operation),
Ekonomi
dipimpin
menjalankan Marshall
Eropa
oleh Robert
Plan,
untuk
rekonstruksi Eropa setelah Perang Dunia II. Kemudian, keanggotaannya merambah negaranegara non-Eropa, dan tahun 1961, dibentuk kembali menjadi OECD oleh Konvensi tentang
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.
2.2 Misi dan Tujuan OECD
Mempromosikan
kebijakan-kebijakan
yang
akan
memperbaiki
ekonomi,
social,
dan
Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan kepentingan investor, baik
lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu suatu
informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham. Seperti hak untuk memesan efek
terlebih dahulu dan hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu keputusan tertetu dan
hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat terjadi pelanggaran atas hak
pemegang saham tersebut.
Prinsip ini terbagi atas 3 Sub prinsip utama.
A. Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan antara pemegang saham dalam kelas saham
yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub prinsip yang didiskusikan.
1. Sub prinsip pertama mengenai kemudahan dari investor untuk mendapatkan informasi
mengenai hak yang melekat pada setiap seri dan kelas saham sebelum mereka membeli
saham suatu perusahaan. Dalam sub prinsip ini investor harus mengetahui hak yang
melekat pada saham yang mereka beli. Seperti jika investor membeli saham preference,
maka investor tersebut akan mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan namun
disisi lain biasanya saham itu tidak mempunyai hak voting.
2. Sub prinsip kedua berbicara mengenai perlindungan kepada pemegang saham minoritas
dari tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh atau atas nama pemegang saham
utama. Salah satu bentuk perlindungan kepada pemegang saham minoritas sebenarnya
adalah bagaimana direksi menjalankan perusahaan untuk kepentingan perusahaan bukan
untuk kepentingan pemegang saham tertentu sehingga tidak ada perbedaan manfaat yang
diperoleh antara pemegang saham.
3. Sub prinsip selanjutnya adalah mengenai pihak yang boleh mewakili pemegang saham
dalam RUPS. Pada prinsip ini juga menjelaskan bahwa bank kustodian tidak secara
otomatis menjadi wakil pemegang saham di RUPS. Bank kustodian mempunyai tugas
untuk menyediakan informasi mengenai agenda RUPS sehingga pemegang saham dapat
menentukan suara mereka di RUPS termasuk apakah mereka akan melimpahkan hak
suaranya pada seluruh agenda atau mereka akan memberikan hak suara pada suatu
agenda tertentu
4. Sub prinsip ke empat adalah penghilangan hambatan pemberian suara oleh pemegang
saham yang berdomisili di di luar wilayah kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik.
Hambatan akan terjadi karena biasanya pemegang saham asing menyimpan saham
mereka melalui suatu rantai perantara (intermediaries). Saham tersebut dicatat atas nama
nasabah dalam akun perusahaan sekuritas lalu akun perusahaan sekuritas tercatat pada
lembaga penyelesaian dan penyimpanan.
Dengan demikian maka nama dari pemegang saham yang asli tidak langsung dapat
diketahui, sehingga begitu perusahaan akan meminta keputusan dari pemegang saham
atas suatu transaksi tersebut, informasi yang seharusnya sampai sebelum keputusan di
ambil, penyampaiannya menjadi tidak tepat waktu. Dampak dari terlambatnya informasi
kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari pemegang saham untuk
menganalisa dan memberikan masukan kepada perusahaan atas hal tersebut.
Dengan melihat bahwa terdapat kemungkinan perusahaan tidak dapat memberikan
perlakuan yang saham kepada semua pemegang sahamnya, maka sebaiknya perundangundangan yang ada harus dapat memberikan kejelasan mengenai pihak yang dapat
diberikan kewenangan oleh pemegang saham asing sebagai wakilnya sehingga informasi
dapat segera diterima oleh pemegang saham. Selain itu peranturan jika dimungkinkan
juga dapat mengatur mengenai penyerderhanaan rantai perantara.
5. Sub prinsip terakhir dari bagian kesatu prinsip 3 ini adalah mengenai proses dan prosedur
RUPS yang harus memperhatian perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang saham,
termasuk prosedur yang sederhana dan tidak mahal bagi pemegang saham untuk
melakukan hak votingnya. Masih ada beberapa perusahaan yang mempunyai prosedur
rumit dan mahal dalam hubungannya dengan hak voting pemegang saham. Misalnya
penetapan fee bagi pelaksanaan hak voting pemegang sahamnya dan persyaratan
kehadiran bagi pemegang saham untuk melakukan voting. Untuk itu sub prinsip ini
mengusulkan kepada perusahaan-perusahaan untuk dapat menghilangkan kesulitan
pemegang saham untuk berpartisipasi dalam RUPS dan juga mengusulkan untuk dapat
menggunakan fasilitas elektronik jika pemegang saham tidak dapat hadir dan juga tidak
menujuk wakilnya di RUPS.
B. Bagian kedua prinsip 3 ini berbicara mengenai larangan transaksi orang dalam (insider
trading) dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain (abusive self dealing).
Banyak negara OECD sudah mempunyai peraturan perundang-undangan berkenaan dengan
larangan dua transaksi diatas. Yang masih menjadi masalah adalah penegakkan hukum yang
5
belum efektif atas pelanggaran ketentuan yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah diminta untuk
memberikan perhatiannya terdapat penegakan hukum khususnya untuk transaksi di atas.
2.5 Perdagangan Orang Dalam (insider trading)
Secara teknis pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pihak
yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung dari emiten atau
perusahaan publik (yang disebut juga sebagai pihak fiduciary position) dan pihak yang menerima
informasi orang dalam dari pihak pertama (fiduciary position) atau disebut juga tippees.
Insider trading sebagaimana tercantum dalam Dictionary of investing Jerry M Rosenberg, :
Yaitu keikutsertaan seseorang dalam suatu transaksi yang didasarkan kepada informasi
khusus yang didapatnya dari kedudukannya yang mana hal ini menghasilkan keuntungan
secara tidak fair. Bila informasi yang didapatnya akan mempengaruhi harga dalam transaksi, hal
ini merupakan perbuatan yang tidak sah .
2.6 Perdagangan Tutup Sendiri (crossing saham)
Perdagangan tutup sendiri ini biasanya dilakukan menjelang penutupan perdagangan di lantai
bursa. Tutup sendiri sebenarnya mengakibatkan pengecilan partisipasi dalam bursa dan dapat
mempengaruhi tingkat harga. Jika peserta bursa lebih banyak, lebih bias menjamin kurs yang
lebih baik. Ada ketentuan yang mengharuskan seorang pialang untuk secara umum menawarkan
dahulu saham yang bersangkutan pada harga yang paling tidak satu point di atas harga yang
lebih baik. Jika sudah tidak ada peminat lain, ia boleh tutup sendiri. Ketentuan lain adalah
pialang tidak boleh tutup sendiri untuk dirinya sendiri sebagai pedagang efek selama masih ada
pemodal lain yang berminat pada harga yang bersangkutan. Ketentuan ini berguna agar tercipta
harga yang terbaik.
Bagian terakhir dari pinsip 3 adalah kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen kunci
untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung maupun
tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang material dalam
suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan. Peungkapan kepentingan para
pihak di atas kepada dewan komisaris juga harus diikuti dengan ketidak-ikut sertaan para
pihak didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan transaksi yang memuat
kepentingan mereka tersebut.
2.7 Pengungkapan Informasi Benturan Kepentingan anggota Direksi dan Dewan
Komisaris
Direksi sebagai pimpinan puncak perusahaan dan Dewan Komisaris sebagai organ pengwas
tertinggi di perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan / tindakan yang
dilaksanakan perusahaan. Tindakan atau keputusan seharusnya didasarkan pada kepentingan
perusahaan dan seluruh pemegang saham. Namun, Direksi dan Dewan Komisaris dapat memiliki
kepentingan pribadi (self-interest) atas keputusan/tindakan tertentu yang akan dilaksanakan
perusahaan.
Kondisi tersebut dan kewenangan Direksi atau Dewan Komisaris dapat menimbulkan benturan
kepentingan, karena jika mempengaruhi keputusan/ tindakan perusahaan yang menguntungkan
kepentingan pribadi tapi merugikan perusahaan. Kepemilikan terkonsentrasi dan struktur
perusahaan konglemerasi pada beberapa negara, meningkatkan potensi benturan kepentingan
direktur dan atau komisaris yang, yang umum ya perwakilan pemegang saham pengendali,
dengan kepentingan perusahaan, khususnya kepentingan pemegang saham non pengendali. Oleh
sebab itu diperluan upaya untuk menangani kemungkinan benturan kepentingan direktur dan
atau komisaris dengan kepentingan perusahaan.
Prinsip OECD ke #, sub prinsip C, kewajiban komisaris dan direktur untuk mengungkapkan
kepada Dewan Komisaris, jika mereka secara langsung, tidak langsung atau atas nama pihak
ketiga, memiliki kepentingan material terhadap transaksi atau kegiatan yang secara langsung
mempengaruhi perusahaan. Benturan kepentingan tersebut dapat disebabkan oleh hubungan
bisnis, hubungan keluarga atau hubungan khusus lainnya di luar perusahaan, yang dapat
mempengaruhi objektivitas penialaian direktur dan atau komisaris terhadap transaksi atau aspek
tertentu yang berpengaruh terhadap perusahaan. Hubungan khusus tersebut mencakup situasi
dimana direktur dan atau komisaris memiliki hubungan melalui hubungannya dengan pemegang
saham yang memiliki pengendalian atas perusahaan tersebut. Sub- prinsip C juga menganjurkan
agar pihak-pihak yang memilki benturan kepentingan tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan atas transaksi atau aspek yang mengandung benturan kepentingan tersebut.
7
Kewajiban pengungkapan informasi benturan kepentingan direktur dan komisaris tersebut diatur
secara tidak langsung pada beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia. UU PT Pasal
99 ayat (1) melarang Direksi mewakili Perseroan jika terdapat Benturan kepentingan antara
Direksi dan Perseroan. Pasal 101 mewajibkan anggota direksi melaporkan kepada perseroan
mengenai saham yang dimiliki
Akuntan profesional dapat berperan aktif dalam mewujudkan prinsip perlakuan yang setara
terhadap pemegang saham, diantaranya, namun tidak terbatas pada :
a. Melakukan audit secara profesional, khususnya dalam memastikan pengungkapan
transaksi pihak berelasi sesuai dengan PSAK dan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
b. Membentu komisaris independen dalam melakukan review atau keawajaran transaksi
pihak berelasi
c. Merancang dan mengimplementasikan sistem informasi dan pengendalian yang
mendorong terciptanya perlakuan serta terhadap pemegang saham, khususnya terkait
dengan transaksi pihak berelasi dan perdagangan orang dalam
d. Mengendalikan diri dan unit/area yang menjadi tanggung jawabnya dari keterlibatan
perdagangan oleh orang dalam. Akuntan dalam bidang pekerjaannya merupakan salah
satu pihak yang berpotensoi dikategorikan sebagai orang dalam.
e. Mendorong keterlibatan dan kewajaran dalam pengungkapan transaksi pihak berelasi dan
transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
2.9 Pelaksanaan Prinsip Perlakuan Setara terhadap Pemegang Saham di Indonesia
Tabel 9.2 ini mengiktisarkan hasil penilaian Bank Dunia yang tertuang dalam Report on
the Observance of Standards and Codes (ROSC) (World Bank, 2010).
Sub
Pencapaian
Keterbatasan
Prinsip
3.A.1
adanya
CG
atau
belum
mendorong
persetujuan
atas
- Terdapat kerangka hukum yang mewajibkan perubahan hak suara suatu seri
pengungkapan seluruh jenis saham perusahaan atau jenis saham tertentu oleh
secara tepat waktu kepada calon investor (dalam pemegang saham yang terkena
laporan keuangan dan prospectus).
Pemegang
saham
tidak
meminta
kembali
pembelian
sahamnya
oleh
saham
untuk
saham
tidak
untuk
menuntut
direksi
komisaris
atas
dan
nama
tidak
ditemukan
dalam
peraturan
yang
atau
merugikan
transaksi
pelaksanaan
mendorong
pihak
- Ketentuan hukum memberikan hak kepada berelasi secar wajar, arms length,
pemegang saham atas nama Persero menuntut dan berbasis harga pasar.
10
wajib
mendapatkan
persetujuan
pemegang saham
- Regulator melakukan penegakan hukum atas
pelanggaran
terhadap
peraturan
perundang-
CG
belum
custodian
informasi
kepada
pemegang
saham
(ultimate
holders)
pemegang
saham
pihak custodian melakukan tindakan sesuai (ultimate) jika tidak ada instruksi
dengan kepentingan pemegang saham.
oleh kustodian
- Ketentuan hukum melarang adanya perbedaan Belum
partisipasi investor asing dalam pasar modal
ditemukan
penggunaan
sistem
mendukung
praktik
informasi
pemberian
pemegang saham asing memiliki hak yang sama hak suara pada saat RUPS
dengan pemegang saham domestic.
11
untuk
pengumuman
pelaksanaan
hukum
belum
mekanisme
tertentu
Dalam
praktik,
pemegang
saham
non-
ada
orang dalam
dimana
Direksi
-Ketentuan
hukum
melarang
batasan
dan
periode
Dewan
manipulasi pasar
perusahaan
pemegang
saham
jarang
ditemukan
penuntutan
mengawasi
terhadap
dan
perdagangan
menegakan
oleh
orang
hukum terdapat
tindakan
yang
berupa
perdagangan
oleh
orang
dalam, -Dalam
praktik,
terdapat
oleh
orang
dalam
dilakukan
Komisaris
dan
Direksi
transaksi
yang
akan
terdapat
benturan
perusahaan
tertentu.
jawab
Dewan
mengawasi
benturan
dan
mengelola
kepentingan
masih
perlu ditingkatkan
-Upaya
untuk
mencegah
benturan
kepentingan
masih
terbatas
-Dalam praktik, Direksi dan
Dewan Komisaris tidak secara
reguler
bisnis,
menginformasikan
keuangan,
dan
untuk
menangani
benturan kepentingan.
2.10 ASEAN CG Scorecard
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian praktik CG untuk prinsip perlakuan
setara terhadap pemegang saham di perusahaan dengan menggunakan ASEAN CG Scorecard:
Tabel 9.3
ASEAN CG Scorecard: Perlakuan Setara terhadap Pemegang Saham
13
No Item Penilaian
Kriteria Penilaian
1
Saham dan Hak Suara
1. Apakah saham biasa yang diterbitkan perusahaan menerapkan Ya : 1
1
1.
2
2.
Pengumuman RUPS
Apakah setiap keputusan RUPS hanya mencakup satu topik Ya : 1
tertentu, yaitu tidak terdapat gabungan topik dalam satu keputusan Tidak: 0
2.
RUPS
Apakah pengumuman RUPS diterjemahkan ke dalam bahasa Ya : 1
2.
2.
Ya : 1
4
2.
Tidak: 0
Ya : 1
5
2.
Tidak: 0
Ya : 1
Dokumen proxy
Tidak: 0
Ya : 1
6
2.
7
3
3.
Tidak: 0
Pelarangan Insider Trading dan Abusive Self-Dealing
Apakah perusahaan memiliki kebijakan dan/atau ketentuan yang Ya : 1
3.
4
4.
4.
4.
saham
Apakah perusahaan memiliki kebijakan yang mewajibkan atau Ya : 1
direksi atau anggota dewan komisaris untuk tidak terlibat dalam Tidak: 0
pengambilan keputusan atas agenda dimana mereka menghadapi
4.
benturan kepentingan?
Apakah perusahaan memiliki kebijakan untuk melarang pemberian Ya : 1
5.
Abusive
Apakah terdapat transaksi pihak berelasi yang dapat diklasifikasikan Ya : 1
5.
Tidak: 0
Tabel 9.4
ASEAN CG Scorecard: Perlakuan Setara terhadap Pemegang Saham Bonus
No
Item Penilaian
Kriterian Penilaian
.
1
1.1
Pengumuman RUPS
Apakah penyampaian pengumuman RUPS (beserta agenda detil Ya:
Penambahan
pelaksanaan RUPS
Tidak: 0
Pelarangan Insider Trading dan Abusive Self- Dealing
Apakah perusahaan memiliki kebijakan yang mewajibkan Ya:
Penambahan
15
Item Penilaian
Kriterian Penilaian
.
1
1.1
Pengurangan
2.1
abusive
Apakah terdapat kasus pelanggaran terhadap undang-undang, Ya:
Pengurangan
Tidak: 0
16
Pada tanggal 8 Maret 2013, perusahaan menjual seluruh sahamnya di PT. Sumalindo Alam
Lestari kepada PT. Mentari Pertiwi Makmur.Sebelumnya, saham perusahaan ini tercatat di Bursa
Efek Indonesia namun sejak tanggal 10 Juni 2013, pihak Bursa memutuskan untuk melakukan
penghentian sementara terhadap perdagangan efek perusahaan di seluruh pasar terkait dengan
masalah pemberitaan media Tribun Kaltim yang menyebutkan bahwa Kantor Operasional PT
Sumalindo Lestari Tbk yang berlokasi di Sengkotek Jl. Cipto Mangunkusumo, kecamatan Loa
Janan Ilir terbakar tetapi kemudian permasalahan dapat terselesaikan.
Visi perusahaan
Menjadi industri perkayuan terpadu dan bertanggung jawab sosial, memberikan solusi dengan
menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang menggunakan bahan baku dari hutan yang
dikelola secara lestari, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam lainnya.
Misi perusahaan
1. Mengelola kelompok usaha industri perkayuan terpadu di bidang kayu lapis dan kayu
lapis olahan, MDF serta produk-produk turunan lainnya yang berkaitan dengan industri
perkayuan serta mempunyai tanggung jawab sosial.
2. Menjaga keberlangsungan kebutuhan bahan baku yang dipenuhi dari hutan alam dan
hutan tanaman yang dikelola berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari.
3. Melakukan proses produksi yang memenuhi standar ramah lingkungan.
4. Memberikan nilai tambah produk melalui peningkatan nilai disetiap proses tahapannya,
pengembangan produk, sumber daya manusia dan jalur distribusi.
5. Mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam lainnya Struktur Organisasi
Penerapan GCG pada PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Dewan komisaris
perseroan melakukan kontrol melalui fungsi utamanya sebagai pengawas direksi dalam
menjalankan tata kelola perusahaan. Fungsi pengawasan Dewan Komisari tersebut dilaksanakan
melalui mekanisme yang sudah ditentukan antara lain melalui optimalisasi fungsi Komite Audit
sabagai Komite Independen yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dan berperan membantu
17
Komisaris mendapatkan informasi mengenai kondisi serta aktifitas-aktifitas tertentu yang sedang
atau telah dilaksanakan oleh Perseroan melalui laporan rutinnya.
Sementara itu Direksi Perseroan memastikan bahwa setiap rencana kerja, strategi maupun
kebijakan yang akan diambil dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan sehari-hari selalu
mengikutsertakan peran para karyawannya melalui divisi-divisi yang dibentuk dalam organisasi
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dengan demikian apa yang diputuskan dan
dilaksanakan tetap berpedoman pada prinsip GCG, dan tentu berpedoman pula pada peraturan
dan ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal, bidang kehutanan, anggaran dasar Perseroan
serta peraturan dan ketentuan lain yang berlaku. Dewan Komisaris berkeyakinan, penerapan
GCG tersebut merupakan pondasi yang penting bagi Perseroan untuk berkembang di masa
datang.
Pada kesempatan ini Dewan Komisaris melaporkan bahwa Perseroan telah menerapkan
tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) dengan merujuk pada
ketentuan BAPEPAM-LK dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang dikeluarkan
oleh Komisi Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 dengan menetapkan Pedoman Tindak
Komisaris. Lebih lanjut, Dewan Komisaris juga telah menetapkan Piagam Komite Audit yang
mengacu pada berbagai ketentuan tersebut. Melalui Komite Audit, Dewan Komisaris secara rutin
menerima evaluasi atas kinerja keuangan Perseroan dan laporan tentang efektivitas pengendalian
internal Perseroan. Dewan Komisaris berkeyakinan, penerapan GCG ini merupakan pondasi
yang penting bagi Perseroan untuk berkembang di masa datang. OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development) berupaya untuk memahami dan membantu
pemerintahan-pemerintahan dalam menghadapi perkembangan dan persoalan baru, seperti tata
kelola perusahaan, ekonomi informasi, dan tantangan-tantangan yang dihadapi. OECD bertujuan
untuk membandingkan pengalaman yang berkaitan dengan kebijakan, mencari jawaban untuk
masalah, mengidentifikasi praktik yang baik dan berupaya untuk mengkoordinasikan kebijakan
dalam negeri dan internasional.
PT Sumalindo sudah memberikan hak-hak yang seharusnya diperoleh para pemegang
saham, misalnya para pemegang saham menerima informasi yang relevan secara tepat waktu
mengenai penerbitan dan penawaran saham yang membutuhkan persetujuan para pemegang
saham, informasi tersebut diperoleh melalui sekretaris perusahaan yang dijadikan sebagai pusat
informasi bagi para pemegang saham dan seluruh stakeholders yang memerlukan informasi
18
informasi penting yang berkaitan dengan kegiatan maupun perkembangan Perseroan dan anak
perusahaan.
Para pemegang saham juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam RUPS, salah satu
contohnya adalah hak untuk memilih dan menghapus anggota dewan. Dalam pertemuan
pemegang saham, proses dan prosedur memilih anggota dewan layaknya dipermudah agar dapat
memberikan suara secara efektif. Untuk pemegang saham minoritas juga harus dilindungi dari
tindakan kepentingan perusahaan yang merugikan. Selain itu, juga harus memiliki sarana yang
efektif. Dalam laporan keuangan menyebutkan juga bahwa para pemegang saham dapat
mentransfer seluruh resiko dan manfaat atas kepemilikan asset.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
PT Sumalindo sudah memberikan hak-hak yang seharusnya diperoleh para pemegang
saham, misalnya para pemegang saham menerima informasi yang relevan secara tepat waktu
mengenai penerbitan dan penawaran saham yang membutuhkan persetujuan para pemegang
saham. Para pemegang saham juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam RUPS, salah satu
contohnya adalah hak untuk memilih dan menghapus anggota dewan. Dalam pertemuan
pemegang saham, proses dan prosedur memilih anggota dewan layaknya dipermudah agar dapat
memberikan suara secara efektif. Untuk pemegang saham minoritas juga harus dilindungi dari
tindakan kepentingan perusahaan yang merugikan. Selain itu, juga harus memiliki sarana yang
efektif. Dalam laporan keuangan menyebutkan juga bahwa para pemegang saham dapat
mentransfer seluruh resiko dan manfaat atas kepemilikan asset.
PT Sumalindo sudah menerapkan OECD point diatas, hal ini tercantum dalam laporan
keuangan dan diimplementasikan dalam semua kegiatannya yang berdasarkan prinsip
transparansi, akuntanbilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran.
19
3.2 Saran
Terus konsisten mempraktekkan goodcorporate governance melalui pematuhanperaturan
pemerintah sesuai dengan sifatusaha, meminimalisasi terjadinya konflik sosialmelalui
community development, sertaoperasional usaha yang ramah lingkungan(environment-friendly
policy)
DAFTAR PUSTAKA
OECD Principles of Corporate Governance, tahun 2004
http://profil.merdeka.com/indonesia/s/sumalindo-lestari-jaya/
20