Você está na página 1de 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS

HERNIA INGUINALIS

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong da nisi hernia (R. Sjamsuhidayat, 2004)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000)
Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup. ( Richard E, 1992 )
Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat
kongenital. ( Cecily L. Betz, 1997)
2. Etiologi
Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :
a.
Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
b.
Anomali Kongenital
c.
Sebab yang di dapat
d.
Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
e.
Peninggian tekanan di dalam rongga perut
f.
Kelemahan dinding perut karena usia
g.
Anulus inguinalis yang cukup lama

3. Patofisiologi
Hernia inguinalis sebagian besar mempunyai dasar kongenital karena penonjolan dari
prosesus vaginalis peritonii atau penonjolan peritoneum yang disebabkan oleh penurunan
testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Bilan prossesus terbuka

terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan lokus
minoris resistensi maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang peranan untuk
timbulnya dan membesarnya hernia. (Price dan Lorraine, M. 2004)
4. Manifestasi Klinis
a. Benjolan pada region inguinal, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila pasien
berbaring
b. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan
bertambah besar
c. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah hebat serta
sakit di atasnya menjadi merah dan panas
e. Pada laki-laki isi hernia dapat mengisi skrotum
(Sjamsuhidayat, 2004; Arif Mansjoer, 2000)

5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan penunjang foto rontgen biasanya tidak diperlukan untuk mendiagnosa
hernia. Rontgen hanyadiperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia diafragmatica.
Sedangkan USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa yang berada di
dalam dindingb abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis.
Jika dicurigai adanya hernia strangulate, maka bisa dilakukan pemeriksaan radiologic
berupa :
a. Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas (sangat jarang
terjadi)

b. Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VU untuk


mengidentifikasi daerah di luar rongga abdomen
c. CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan diagnosis :
- Spigelian atau hernia obturator
- Pada pasien dengan bentuk tubuh yang kurang baik
6. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hernia ada dua macam :
a. Konservatif
a.
Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia responbilis
dengan cara memakai dua tangan
b.
Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
c.

sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.


Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan
operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat di
pintu hernia supaya menghalangi keluarnya organ intra abdomen.

d.

Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada :
- Hernia responbilis
- Hernia irresponbilis
- Hernia strangulasi
- Hernia incarserata
Tujuan operasi hernia :
-

Reposisi isi hernia


Menutup pintu hernia
Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong

c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan


menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus
internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligament inguinal.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
a. Pre Operasi

Data Subjektif
- Pasien mengatakan cemas dan takut dengan tindakan operasi yang akan
dijalani
Data Objektif
- Pasien tampak cemas dan gelisah
Diagnosa Keperawatan
- Ansietas berhubungan dengan pembedahan

b. Intra Operasi

Data Subjektif (-)


Data Objektif
- Pasien tidur dengan posisi supinasi, dilakukan herniotomi
Diagnosa Keperawatan
- Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan

c. Post Operasi

Data Subjektif (-)


Data Objektif
- Terdapat jaritan bekas operasi dengan panjang 5 cm
Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder pasca

herniotomi
Data Subyektif
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang perawatan luka operasinya dan

mengatakan tidak mengerti tentang keadannya saat ini (setelah operasi)


Data Obyektif
Pasien tampak bertanya tanya tentang keadaanya setelah operasi dan tentang

perawatan luka yang tepat


Diagnosa Keperawatan

Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal sumber sumber


informasi
3. Perencanaan (Pre, Intra dan Post Operasi)
a. Prioritas Masalah
1) Pasien mengatakan cemas dan takut dengan tindakan operasi yang akan dijalani
2) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder pasca
herniotomi
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal sumber sumber
informasi
b. Rencana Perawatan
No
1

Diagnosa

Tujuan dan

Intervensi

Keperawatan
Ansietas

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan 1.

berhubungan

asuhan

dengan

keperawatan 1x30

pembedahan

menit

Kaji

Rasional

tingkat 1.

ansietas

Mengetahui

tingkat kecemasan
pasien

diharapkan

ansietas

dapat 2. Observasi TTV

2.

Mengetahui

berkurang dengan

keadaan

kriteria hasil :

pasien

a.

Pasien

umum

dapat

mengungkapkan

3.

Ajarkan

pasien 3. Membuat pasien

perasaan ansietas

teknik distraksi dan lebih tenang

b. Pasien kelihatan relaksasi


rileks
4. Beri kesempatan 4.

Mengurangi

kepada pasien untuk kecemasan pasien


mengungkapkan
keluhan

2.

Resiko

infeksi Setelah dilakukan Kaji

berhubungan
dengan

asuhan

adanya

tanda

tanda- Untuk mengetahui


infeksi secara

insisi keperawatan 1x30 (kalor,dolor,rubor,tum

pembedahan

menit diharapkan

or,fungsiolaesa)
2.

Terapkan

dini

gejala/tanda-tanda
infeksi.

teknik 2. Merawat luka

aseptic pada semua dengan


aspek

teknik

perawatan aseptic

sehingga

seperti ajarkan teknik infeksi

dapat

rawat luka.

dicegah dan luka


tetap bersih.

3. Observasi tanda- 3. Mengidentifikasi


tanda vital.

adanya

kemajuan

dan perkembangan
dari

hasil

yang

diharapkan.
4.

Delegatif

dalam 4.

pemberian antibiotic

Mencegah

infeksi

dan

membunuh kuman
3.

penyebab infeksi
infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda- 1.
Untuk

Resiko
berhubungan
dengan

asuhan

tanda

infeksi mengetahui secara

masuknya keperawatan 1x30 (kalor,dolor,rubor,tum

organisme
sekunder
herniotomi

menit

diharapkan or,fungsiolaesa)

dini

gejala/tanda-

tanda infeksi.

pasca infeksi tidak terjadi


dengan

kriteria 2.

hasil :

Terapkan

aseptic pada semua dengan

a. Tidak ada tanda- aspek


tanda infeksi

teknik 2. Merawat luka


teknik

perawatan aseptic

sehingga

seperti ajarkan teknik infeksi

dapat

b.

TTV

dalam rawat luka.

dicegah dan luka

batas normal :

tetap bersih.

TD : 100-120/6080 mmHg

3. Observasi tanda- 3. Mengidentifikasi

N : 60-100x/menit

tanda vital.

adanya

kemajuan

RR : 16-24x/menit

dan perkembangan

S : 36,5-37,5OC

dari

hasil

yang

diharapkan.
4.

Delegatif

dalam 4.

pemberian antibiotic

Mencegah

infeksi

dan

membunuh kuman
penyebab infeksi

Kurang

Setelah diberikan

pengetahuan

ASKEP selama 1 x

prosedur

berhubungan

30 menit,

harapan

dengan

kurang diharapkan

1. Tinjau

ulang 1. Memberikan
dan
pasca

operasi

dasar
pengetahuan
dimana

pasien

mengenal sumber pengetahuan pasien

dapat membuat

sumber informasi

pilihan berdasar

meningkat dengan
criteria hasil :
-Pasien mengerti
tentang penyakit,
pengobatan,
keadaanya saat ini
(setelah operasi)

informasi
2. Meningkatkan

2. Diskusikan

penyembuhan

pentingnya
masukan

cairan

adekuat,

dan normalisasi
fungsi usus

kebutuhan diet

dan perawatan
yang tepat dalam
merawat luka

3. Demonstrasikan

3. Meningkatkan

bekas operasi
-Pasien tidak
bertanya tanya

perawatan
atau

luka

mengganti

balutan yang tepat

lagi
-Pasien tahu
tentang cara
perawatan luka

penyembuhan,
menurunkan
resiko

infeksi,

memberikan
kesempatan
untuk
mengobservasi
pemulihan luka

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997)
5. Evaluasi (Pre, Intra dan Post Operasi)
Pre Operasi :
1. Ansietas berkurang
2. Tanda-tanda vital stabil
Intra Operasi :
1. Tidak terjadi infeksi
Post Operasi :
1. Infeksi tidak terjadi
2. Nyeri berkurang
Post Operasi :
1. Pasien mengerti dengan penyakitnya, dan pengobatannya.
2. Pasien tidak bertanya Tanya

PATHWAY
Etiologi
(Kerja berat, batuk kronis, bawaan sejak lahir)
Penurunan organ abdomen ke dalam kantung peritoneum
Hernia inguinal
Distensi inguinal
Herniotomy
Tindakan pembedahan

Ansietas

Efek anastesi

Luka insisi

Lingkungan
aseptic

Menekan system
saraf
Penurunan reflek
gastrointestinal

Diskontravitas
jaringan
Nyeri

Lingkungan

Resti
perdarahan
Resti

aseptic

perdarahan

Munculnya zat

Penurunan

pathogen

Hb

kontaminasi
Peningkatan

Gangguan

HCl

Trauma

Mobilitas

Mual,muntah

jaringan

Penurunan O2
dalam tubuh

Resti

Penurunan O2

infeksi

dalam jaringan

DAFTAR PUSTAKA
Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmanns.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan
Ansietas Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.
Kurang Pengetahuan
Lynda Juall Carpenito. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC :
Jakarta. 1995
Nyeri

Gangguan
Mobilitas
Resti
Infeksi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan perfusi jaringan

Você também pode gostar