Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Pneumonia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia dibawah lima tahun. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat
pneumonia (Afrika dan Asia Tenggara). Di Indonesia sendiri terjadi kematian bayi
sebesar 27,6% dan kematian balita sebesar 22,8% karena pneumonia.
Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang, diantaranya:
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak
mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi
vitamin A, tingginya prevalens kolonisasibakteri patogen di nasofaring, dan
tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, yang sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil oleh
karena hal lain (aspirasi). Pneuomonia oleh karena bakteri biasanya awitannya
cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata
pada pemeriksaan radiologis. Bakteri yang paling sering sebagai penyebab
pneumonia
di
negara
berkembang
adalah
Streptococcus
pneumoniae,
masyarakat,
pneumonia
rumah
sakit/nosokomial
BAB II
(hospital
acquaired
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. Dikirim oleh
f. MRS tanggal,
g. Nomor RM
2.2 Anamnesis
Tanggal
Diberikan oleh
: 28 Agustus 2014
: Ibu Kandung
Masa kehamilan
Partus
Ditolong oleh
BB
PB
: cukup bulan
: spontan per vaginam
: bidan
: 2400 gram
: 42 cm
: tidak ada
: tidak ada
3. Riwayat Makanan
ASI
Susu Formula
Bubur nasi
Nasi biasa
Kesan
4. Riwayat Imunisasi
BCG
:Hepatitis
: 1x, hepatitis B 0
Polio
:DPT
:Campak
:Kesan
: Imunisasi dasar belum lengkap
5. Riwayat Perkembangan Fisik
Menggenggam
Mengoceh
: (+)
: (+)
Kesan
: 4 tahun
: tidak ada
: Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
dengan pasien dalam keluarga tidak ada.
: cukup
: equal
: reguler
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Pulsus tardus
Pulsus celler
Pulsus magnus
Pulsus parvus
Pulsus bigeminus
Pulsus trigeminus
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Kulit
Warna
Hiperpigmentasi
Hipopigmentasi
Eritema
Makula, papula
Vesikel
Pustula
Sikatrik
Edema
Turgor
Hemangioma
Ptekie, purpura
: putih
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: baik, cubitan kulit perut kembali cepat
: tidak ada
: tidak ada
b. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Ubun-ubun
: Belum menutup
Lingkar kepala
: 41 cm
Mata
Palpebra
: edema (-/-)
Konjungtiva
: pucat (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Pupil
: bulat, isokor
Diameter
: 3mm/3mm
Refleks cahaya
: +/+
Hidung
Bentuk
: normal
: ada
Sekret
: tidak ada
Mulut
Bibir
Bentuk
: normal
Warna
: merah muda
Ulkus
: tidak ada
Rhagaden
: tidak ada
Sikatriks
: tidak ada
Cheilosis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Labioschizis
: tidak ada
Bengkak
: tidak ada
Vesikel
: tidak ada
Oral trush
: tidak ada
Trismus
: tidak ada
Bercak Koplik
: tidak ada
Palatoschizis
: tidak ada
Gigi
Kebersihan
: cukup
Karies
: tidak ada
Hutchinson
: tidak ada
Gusi
Lidah
Bentuk
: normal
Gerakan
: normal
Tremor
: tidak ada
Warna
: merah muda
Selaput
: tidak ada
Hiperemis
: tidak ada
Atrofi papil
: tidak ada
Makroglosia
: tidak ada
Mikroglosia
: tidak ada
Faring Tonsil
Warna
: merah muda
Edema
: tidak ada
Selaput
: tidak ada
: T1-T1
Simetris
: simetris
Bentuk
: normal
Telinga
Aurikula
: normal
Cairan
: tidak ada
Serumen
Leher
Inspeksi
Struma
: tidak ada
Bendungan vena
: tidak ada
Limphadenopati
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
Bullneck
: tidak ada
Parotitis
: tidak ada
Palpasi
Kaku kuduk
: tidak ada
Pergerakan
: luas
Struma
: tidak ada
: normal
Simetris
: simetris
Vousure cardiac
: tidak terlihat
Clavicula
: normal
Sternum
: normal
Bendungan vena
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Sela iga
Inspeksi Dinamis
Gerakan
: simetris
Nyeri tekan
: tidak ada
Fraktur iga
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Krepitasi
: tidak ada
Stem fremitus
: normal, kanan=kiri
Perkusi
Bunyi ketuk
: sonor / sonor
Nyeri ketuk
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Auskultasi
Bunyi napas pokok : vesikuler (+) meningkat
Bunyi napas tambahan
Ronkhi
Wheezing
: tidak ada
Jantung
Inspeksi
Vousure cardiac
: tidak terlihat
Ictus cordis
: tidak terlihat
Pulsasi jantung
: tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis
Thrill
: tidak teraba
Perkusi
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
Auskultasi
Bunyi jantung I
Mitral
: normal
Trikuspid
: normal
Bunyi jantung II
Mitral
: normal
Trikuspid
: normal
Irama derap
: tidak ada
Opening snap
: tidak ada
Click
: tidak ada
Bising jantung
: tidak ada
Thoraks Belakang
Inspeksi Statis
Bentuk
: normal
: normal
Skoliosis
: tidak ada
Kifosis
: tidak ada
Lordosis
: tidak ada
Gibbus
: tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Krepitasi
: tidak ada
Stem fremitus
Perkusi
Bunyi ketuk
: sonor / sonor
Nyeri ketuk
: tidak ada
Auskultasi
Bunyi napas pokok : vesikuler (+) meningkat
Bunyi napas tambahan
Ronkhi
Wheezing
: tidak ada
Abdomen
Inspeksi
Bentuk
: datar
Umbilikus
: normal
Ptekie
: tidak ada
Spider nevi
: tidak ada
Bendungan vena
: tidak ada
Gambaran usus
: tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan
: tidak ada
Nyeri lepas
: tidak ada
Defans muscular
: tidak ada
Meteorismus
: tidak ada
Perkusi
Nyeri ketuk
: tidak ada
Undulasi
: tidak ada
Shifting dullness
: tidak ada
Auskultasi
Bising usus
: normal
Hepar
Tidak teraba
Lien
Tidak teraba
Ginjal
Tidak teraba
Lipat Paha dan Genital
Kulit
: normal
: tidak ada
Sikatriks
: tidak ada
Genitalia
: normal
Anus
: normal
Status Neurologis
Fungsi Motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Fungsi sensorik
Lengan
Kanan
Luas
5
eutoni
+
Kiri
Luas
5
eutoni
+
Tungkai
Kanan
luas
5
eutoni
+
+
(no
(no
(no
(no
rm
rm
rm
rm
al)
al)
al)
al)
Nervi craniales
Gejala
rangsang
meningeal
Refleks primitive
: refleks menghisap
palmar grasp reflex
plantar grasp reflex
moro reflex
Kiri
Luas
5
eutoni
+
+
Hasil Pemeriksaan
12.5
13.5
32*
400.000
45
Nilai Normal
10.7-17.1 g/dl
6.0- 17.5 106/mm3
38-52 %
217-497 106/mm3
<20 mm/jam
0
0
0*
49*
37
14
Positif
41*
8.3*
129*
4.9
104
0-1 %
1-6 %
2-6 %
50-70 %
25-40 %
2-8 %
Negatif
<5
8.4-10.8 mg/dL
135-155 mEq/L
3.6-5.5 mEq/L
96-106 mmol/L
2.5 Resume
Sejak 4 hari SMRS ibu mengeluh anaknya menderita batuk
berdahak berwarna putih, pilek, sesak nafas tidak dipengaruhi posisi,
aktivitas dan cuaca. Anak tampak mulai malas menyusu. Anak tidak
tampak biru. Ibu
terjadi
penurunan
Bronchopneumonia
Rencana Pemeriksaan: Cek DR, CRP, elektrolit, rontgen thorax AP
Rencana terapi:
O2 nasal 1 Lpm
2.9 Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
: bonam
: bonam
FOLLOW UP
Senin, 1 September 2014
S: Demam (-), sesak berkurang
O: Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
HR : 119 x/menit
RR : 46 x/menit
Temp : 36,8 C
Keadaan Khusus
Kepala : NCH (-), CA (-), SI (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+) IC
Pulmo : Vesikuler (+) normal, rhonki basah halus nyaring (+/+) minimal,
wheezing (-)
Cor : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
A: Bronchopneumonia
P: - IVFD D5 NS gtt 12 mikro
- O2 nasal 1 Lpm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.
Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paruparu yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim
paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.
2. Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun
(balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia,
lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut
survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% angka kematian bayi dan
22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratori, terutama pneumonia.
3. Etiologi
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli,
pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita
pneumoni sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H.
influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus, sedangkan pada anak yang
lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus(RSV)
yang
Tabel 1.
Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia dinegara maju
Usia
Lahir - 20 hari
3 miggu 3
bulan
4 bulan 5
tahun
5 tahun
remaja
Bakteri
Clamydia trachomatis
Streptococcus
pneumoniae
Virus
Adenovirus
Influenza
Parainfluenza 1,2,3
Bakteri
Clamydia pneumonia
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae
Virus
Adenovirus
Rinovirus
Influenza
Parainfluenza
Bakteri
Clamydia pneumonia
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae
Bakteri
Haemophillus influenza
Legionella sp
Staphylococcus aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
Sumber : opstapchuk M, Roberts DM, haddy R. community-acquired
pneumonia in infants and children. Am fam physician 2004;20:899-908
Tabel 2
Etiologi Pneumonia dilihat dari penyakit penyerta
Gejala / penyakit penyerta
Abses kulit / ekstra
pulmoner
Otitis media, sinusitis,
meningitis
Epiglotitis, perkarditis
Kemungkinan etiologi
S. aureus, S. group A
S. pneumoniae, H. influenzae
H. influenzae
4. Klasifikasi
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Asal infeksi
a.
b.
a. Bronkopneumonia
b. Pneumonia lobaris
c. Pneumonia interstitialis
3. Etiologi
Infeksi
Pneumonia bakteri
b.
Pneumonia virus
c.
Pneumonia jamur
d.
Pneumonia mikoplasma
Non infeksi
Aspirasi
makanan/asam
lambung/benda
asing/hidro
Pneumonia Tipikal
maka
klasifikasi
beratnya
Hipo/hipernatremi
Kesadaran turun
Kurang mau minum
Kejang
Wheezing
tahun
Kesadaran turun
Tidak mau minum
Kejang
Stridor
Sianosis sentral
Pneumonia
Stridor
Tarikan dinding dada dalam
berat
Pneumonia
Bukan
Gizi buruk
Tarikan
dinding
dada dalam
Dapat minum
Sianosis (-)
Takipnue
Tarikan
dinding
pneumonia
5. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat
melalui berbagai cara, antara lain :
1. Inhalasi langsung dari udara
2.
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring.
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain.
4. Penyebaran secara hematogen.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di nasofaring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius
dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang
terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
8. Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik.
Mediator-mediator
tersebut
mencakup
histamin
dan
Gambar 1 Patofisiologi
Patofisiologi :
6. Gejala klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya
sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat
komplikasi
sehingga
memerlukan
perawatan
dirumah
sakit.
7. Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkopneumoni ditemukan
hal-hal sebagai berikut :
-
Interstitial
-
Interstitial
Pendataran
diafragma dan
hiperinflasi
Ronki ,
wheezing +
Dullness (-)
Pneumonia lobaris
-
Segmental/lobus
Konsolidasi
Ronki (+) saat
kongestif dan
resolusi
Dullness (+) di
lobus yang terkena
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit. Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral
dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak
melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada
hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari
paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin
dilakukan.
Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan,
hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan
foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan
Infiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
Infiltrat
alveolar,
merupakan
konsolidasi
paru
dengan
air
: 60x/menit
2 bulan-< 12 bulan
: 50x/menit
12 bulan-5 tahun
: 40x/menit
5 tahun
: 30x/menit
Klasifikasi
< 2 bl Pneumonia
berat
Bukan Pneumonia
2 bl-5 th Pneumonia
Nafas cepat
+
retraksi
+
berat
Pneumonia
Bukan Pneumonia
+
-
Panas badan
: 5000 19500
: 6000 17500
: 5500 15500
: 4500 - 13500
- Bronkopneumonia berat :
Bila di jumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan d beri
antibiotik.
10. Diagnosis banding
Tuberculosis (TB)
TB dewasa
uji tuberculin positif (10 mm, pada
badan menurun
demam ( 2 minggu) tanpa sebaba yang
jelas
batuk kronis ( 3 minggu)
falang.
riwayat wheezing berulang, kadang
tidak berhubungan dengan batuk dan
pilek
hiperinflasi dinding dada
ekspirasi memanjang
ampisilin
atau
amoksisislin
dikombinasikan
degan
distress pernapasan
grunting
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
hilang.
Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
meradang.
Infeksi sitemik
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
13. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih
tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energiprotein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama
diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan
makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh.
Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang
lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan
malnutrisi apabila berdiri sendiri
.
14. Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor resiko
terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi
DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2,
3, dan 4 bulan.
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada
bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi
pada balita. Di samping itu, zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan
anak-anak juga perlu mendapat perhatian.
c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan
dan polusi di luar ruangan.
d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas
penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
kotrimoksasol
oral,
parenteral dan
ampisilin,
atau
amoksisilin.
c. Bukan pneumonia :
Perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila
demam tinggi diberikan paracetamol. Bersihkan hidung pada anak
yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang
diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri
agar
penyakit
menimbulkan kematian.
tidak
bertambah
berat
dan
tidak
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang anak perempuan berusia 1 bulan datang dengan keluhan
utama sesak nafas dan keluhan tambahan batuk dan demam. Dari
anamnesis didapatkan sejak 4 hari SMRS ibu mengeluh anaknya
menderita batuk berdahak berwarna putih, pilek, sesak nafas tidak
dipengaruhi posisi, aktivitas dan cuaca. Anak tampak mulai malas
menyusu. Anak tidak tampak biru. Ibu kemudian membawa anak berobat
ke bidan lalu disarankan ke RS Bari. Anak kemudian dibawa ke RS BARI,
diberi obat sirup amoxicillin, sirup ambroxol, dan di nebulisasi. Hasil tes
laboratorium di RS BARI normal. Anak mulai tampak ada perbaikan.
Setelah di rawat inap, 1 hari anak pulang.
Sejak 1 hari SMRS, anak mengalami sesak nafas dan semakin
memberat, sesak nafas tidak dipengaruhi oleh posisi, aktivitas dan cuaca.
Keluhan sesak nafas tidak disertai adanya suara nafas yang berbunyi atau
mengorok. Anak juga mengalami batuk dan demam. Anak tidak mau
menyusu, mual, muntah (+) tidak menyemprot dengan frekuensi 5 kali.
BAB dan BAK tidak ada keluhan. Kemudian anak dibawa ke puskesmas
dan diberi obat sirup kuning serta di nebulisasi. Anak kemudian dirujuk ke
RSMH.
peningkatan
tekanan
intrakranial,
seperti
muntah
Kemungkinan
penyakit
yang
diderita
mengarah
ke
bronkopneumonia.
Dari fisik keadaan umum, didapatkan keadaan umum anak tampak
sakit sedang, peningkatan suhu tubuh, dan peningkatan laju pernapasan.
Pada pemeriksaan fisik keadaan spesifik, tampak adanya nafas cuping
hidung, retraksi dinding dada subcostal dan intercostals, terdengar suara
vesikuler meningkat, dan adanya ronkhi basah halur nyaring pada
auskultasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya penurunan
hematokrit, penurunan neutrofil batang dan segmen, peningkatan CRP
kuantitatif, penurunan kadar kalsium, dan penurunan kadar natrium. Hasil
ini memberikan kesan peningkatan fase reaktan akut. Penderita
direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan Rontgen dada anteroposterior.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan Rontgen dada menunjukkan
tanda khas berupa bercak infiltrat (patchy infiltrate).
Penatalaksanaan pada pasien ini dengan oksigen 1 L/m, cairan D5
NS diberikan intravena gtt 12 mikro, injeksi Ampicillin 3x100 mg,
injeksi Chloramphenicol 3x50 mg. Terapi oksigen melalui nasal kanul
bertujuan untuk mengurangi sesak nafas. Terapi cairan diberikan sebagai
pengganti intake karena penderita mengalami sesak nafas sehingga jalur
pemberian intake melalui oral harus dihentikan terlebih dahulu untuk
menghindari terjadinya aspirasi. Pilihan antibiotik lini pertama pada
bronkopneumonia dapat menggunakan kombinasi golongan betalaktam
dan kloramfenikol. Berbagai RS di Indonesia menggunakan antibiotik
ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis dan kloramfenikol 2550 mg/kgBB/hari.
Prognosis pada penderita ini adalah bonam, mortalitas kurang dari
1%, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan
keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 1997. Hal 633.
Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar
WHO. Jakarta : Depkes
Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Kesehatan Anak, UNPAD, Bandung: 2005
Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respiratori Anak. Edisi II. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: 2008.h.350-64.
Supriyatno B. Infeksi Respiratori Akut pada Anak. September 2006. Diunduh
dari : Sari Pediatri, Vol.8, No.2. h.100-6