Você está na página 1de 30

1. Jelaskan anatomi reproduksi dan bagian?

Sistem reproduksi wanita terdiri atas alat reproduksi eksterna dan interna.
Alat reproduksi eksterna secara kolektif disebut pudendum atau vulva dan
langsung terlihat. Alat reproduksi eksterna meliputi mons pubis, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum, dan perineum. Sedangkan alat reproduksi
interna meliputi vagina, uterus, tuba uterina (tuba fallopii) dan ovarium.
Diperlukan alat khusus untuk melihat alat reproduksi interna. Penggunaan
spekulum dan alat lain dapat digunakan untuk melihat vagina dan serviks secara
langsung, tetapi organ-organ intraabdomen hanya dapat dilihat dengan metode
invasif (laparotomi, laparoskopi, atau kuldoskopi) atau dengan teknik pencitraan
canggih (USG, CT Scan, MRI) (Ralph CB, 2009).
Alat kandungan atau alat reproduksi wanita terdiri dari (Cunningham FG,
2001):

Alat Reproduksi Eksterna


a. Mons veneris (pubis)
b. Labia mayora
c. Labia minora
d. Klitoris
e. Vestibulum
f. Perineum

Alat Reproduksi Interna


a. Vagina
b. Uterus
c. Tuba fallopii
d. Ovarium

A. Alat Reproduksi Eksterna

Gambar 1. Alat Reproduksi Eksterna


a.

Mons

Veneris (pubis)
Mons veneris atau mons pubis merupakan bantalan jaringan lemak
mulai dari simfisis pubis sampai ke vulva. Bagian ini tertutup oleh rambut
berbentuk segitiga dengan dasar segitiga di simfisis. Distribusi rambut
makin ke bawah makin tipis dan sebagian rambut menutupi labia mayora
(Manuaba, 2008).
b. Labia Mayora
Labia mayora merupakan jaringan lemak yang tertutup kulit mulai
dari mons veneris menuju bawah dan ke belakang. Secara embriologi,
pembentukannya sebanding dengan skrotum pada pria. Ligamentum
rotundum tertambat di labia mayora sehingga tarikan ligamentum ini dapat
dirasakan pada saat terjadi kontraksi rahim. Setelah bersalin beberapa kali
dan pada usia lanjut, jaringan lemak di labia mayora semakin berkurang.

Organ ini mempunyai panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm.
Pada gadis atau anak kecil keduanya tampak menyatu. Dibagian atas, labia
mayora langsung berbatasan dengan mons veneris, sedangkan bagian
bawahnya bersatu membentuk komisura posterior. Setelah dewasa
sebagian labia mayora tertutup oleh rambut. Organ ini mengandung
banyak kelenjar lemak dan di bawahnya terdapat jaringan elastik dan
jaringan lemak, banyak pleksus venosus yang dapat mengembangkan atau
menciutkan labia mayora. Jika terjadi trauma, pleksus ini menimbulkan
hematoma (Manuaba, 2008).

c. Labia Minora
Labium minus (nimphae) merupakan jaringan mendatar yang
terletak diantara kedua labium mayus. Bagian ini berwarna merah karena
dilapisi oleh mukosa. Bentuknya bervariasi pada masing-masing
perempuan, organ ini tidak berbulu, tapi banyak mengandung kelenjar
lemak. Bagian anteriornya terdiri dari jaringan ikat yang kaya pembuluh
darah dan sedikit otot polos, banyak ujung serabut saraf sehingga sangat
sensitif. Bagian ini merupakan jaringan erektil. Di ujung anterior masingmasing labium membelah dua:

Pasangan bawah membentuk frenulum klitoris

Pasangan atas membentuk preputium klitoris

Kedua labium minus kanan dan kiri bertemu di bagian bawah membentuk
fourchette (Manuaba, 2008).
d. Klitoris
Secara embrional klitoris sama dengan penis pada pria. Organ ini
terletak di ujung dari vulva di antara dua pelipatan dari labia minus.
Klitoris terbentuk dari korpus klitoris, glans klitoris, dua krura klitoris.
Korpus berisikan korpus kavernosum klitoris yang merupakan jaringan

erektil dan dinding mengandung otot polos. Dua krura klitoris berorigo di
permukaan inferior ramus ischiopubis dan menyatu di bagian tengah
simfisis pubis membentuk korpus klitoris. Panjang korpus klitoris sekitar 2
cm. Organ ini ditarik kuat oleh labium minus sehingga ujungnya mengarah
ke bawah dan sedikit ke arah liang vagina. Glans klitoris besarnya sekitar
setengah sentimeter dan kaya akan ujung saraf sehingga sangat sensitif.
Pembuluh darah klitoris sama dengan pembuluh darah yang memperdarahi
vestibulum vulva. Organ ini merupakan bagian yang paling erotik pada
perempuan (Manuaba, 2008).
e. Vestibulum
Vestibulum berbentuk oval merupakan daerah yang dibatasi kedua
labia minora, klitoris di bagian atas, dan fourchette di bagian bawah. Pada
vestibulum terdapat 6 lubang/muara yaitu orifisium uretra, vagina,
sepasang muara kelenjar bartholin, dan sepasang muara kelenjar skene. Di
antara vagina dan fourchette terdapat fossa navikulare (Manuaba, 2008).

Gambar 2. Orifisium Urethrae, Introitus Vagina, Kelenjar Bartholin,


Kelenjar Skene

Kelenjar Bartholin

Kelenjar ini berpasangan di kanan dan kiri. Besarnya 0,5-1


cm. Letaknya di bawah mukosa dan muskulus konstriktor vagina
atau di bawah bulbus vestibulum. Kelenjar bartholin merupakan
kelenjar utama pada vestibulum. Salurannya kira-kira sepanjang
1,5-2 cm dan bermuara di bagian bawah lumen vagina. Kelenjar ini
mengeluarkan lendir saat hubungan seksual dan paling sering
terinfeksi oleh Neisseria gonorrhea (Manuaba, 2008).

Orifisium Uretra dan Kelenjar Skene


Uretra berada di 2/3 bagian anterior dinding vagina.

Saluran ini bermuara di tengah vestibulum, sekitar 1-1,5 cm di


bawah arkus pubis. Orifisium uretra berjarak pendek dari lubang
vagina dan berbentuk celah vertikal dengan diameter 4-5 mm. Di
kanan kirinya terdapat kelenjar paraurethral Skene yang bermuara
pada urethrae atau ke vestibulum. Saluran kelenjar Skene
berkaliber sekitar 0,5 mm dengan panjang bervariasi (Manuaba,
2008).

Introitus Vagina dan Hymen


Pada gadis, introitus vagina umumnya tertutup oleh labia

minora. Di bagian luar lumen vagina, terdapat hymen yang


merupakan jaringan elastis yang tidak mengandung muskulus dan
kelenjar, serta tidak mengandung serat saraf. Perkembangan hymen
saat neonatus berwarna merah dan pembuluh darah banyak, saat
hamil epitelnya tebal dan mengandung glikogen, saat menopause
epitelnya tipis dan terjadi penandukan fokal, saat dewasa
bentuknya bervariasi, hampir menutup lumen vagina, tebal
bervariasi dan bentuk lubangnya bervariasi (Manuaba, 2008).
f. Perineum

Gambar 3. Diafragma Pelvis dan Diafragma Urogenital

Perineum dibentuk oleh dua jaringan penting, diafragma pelvis dan


diafragma urogenital. Diafragma pelvis dibentuk oleh m. levator ani, m.
koksigeus, dan fascia yang membungkusnya. Musculus levator ani
berorigo di permukaan posterior ramus superior os pubis, permukaan
bagian dalam spina ischiadika, dan fascia m. obturator. Insersi muskulus
levator ani berada di beberapa tempat diantaranya di sekitar rektum dan
vagina yang membentuk sfingter ani, pada raphe antara vagina dan rektum,
dan pada os koksigeus (Manuaba, 2008).
Diafragma urogenital terletak di bagian luar diafragma pelvis.
Bentuknya segitiga di tuberositas ossis Ishii dan simfisis pubis. Diafragma
urogenital terbentuk dari m. transversus perinei profunda, m. konstriktor
urethra, dan fascia penutup bagian luar dalam. Diafragma ini dapat
mengalami kerusakan atau terinsisi pada saat persalinan normal.
Kerusakan sfingter ani internum dan eksternum dapat menimbulkan
inkontinensia alvi-urin (Manuaba, 2008).
Perineum mendapatkan vaskularisasi dari a. pudenda interna dan
cabangnya, a. rektalis inferior, dan a. labialis posterior. Persarafan
dilakukan oleh nervus pudendus yang berasal dari S2, S3, dan S4. Badan
perineum terdiri dari raphe mediana m. levator ani yang terletak antara

vagina dan rektum. Organ ini diperkuat oleh tendo perineum yang
merupakan tempat bertemunya m. bulbokavernosus, m. transversus perinei
superficialis, dan m. sfingter ani eksternus (Manuaba, 2008).
B. Alat Reproduksi Interna

a.

Vagina
Gambar 4. Alat Reproduksi Interna
Vagina merupakan bagian alat genitalia yang berhubungan

langsung dengan dunia luar, sehingga organ dapat dianggap sebagai pintu
masuknya infeksi dari luar menuju alat genitalia interna. Vagina
merupakan tubulomuskular membran yang terbentang mulai dari vulva ke
arah uterus dan berada antara vesika urinaria dan rektum. Vagina
merupakan alat saluran sekret dari uterus, khususnya saat menstruasi dan
merupakan bagian dari jalan lahir lunak. Secara embrional, bagian atas
vagina dibentuk oleh duktus Muller, sedangkan bagian bawahnya berasal
dari sinus urogenitalis. Dinding depannya langsung berhubungan dengan
vesika urinaria dan uretra, hanya dipisahkan oleh jaringan ikat septum
vesikovaginal (Manuaba, 2008).
Bagian belakang vagina berhubungan langsung dengan rektum dan
disekat oleh septum rektovaginal. Ujung atas vagina dipisahkan dengan
rektum oleh kantong rekto-uterine (cul de sac Douglas). Umumnya
dinding vagina saling menempel dan hanya sebagian lateralnya terbuka,

sehingga pada potongan melintang membentuk "H". Panjang vagina


bagian depan adalah 6-8 cm, sedang bagian belakangnya 7-19 cm. Ujung
atasnya dibagi menjadi empat forniks. Plika memanjang terdapat pada
vagina mulai dari pertengahan ke atas di bagian posterior/anteriornya.
Rugae transversal dapat dijumpai pada perawan. Rugae ini penting untuk
membantu memperluas ruang vagina saat persalinan untuk menjadi jalan
lahir lunak. Pada multipara dan wanita menopause rugae makin
menghilang. Vagina mengandung bakteri Lactobacillus doderlein yang
dominan, terutama saat hamil sehingga membuat suasana menjadi asam.
Suasana asam ini memberikan proteksi terhadap infeksi. Vaskularisasi
vagina sepertiga bagian atas diperdarahi oleh cabang a. uterinavesikovaginalis, sepertiga tengah diperdarahi oleh a. vesikalis inferior,
sepertiga bawah diperdarahi oleh a. rektalis mediana dan a. pudendalis.
Ketiga arteri ini membentuk pleksus di sekitar vagina sehingga dapat
menimbulkan eksudasi. Pembuangan darah dilakukan melalui vena iliaka
interna. Limfe dari vagina bagian bawah dan vulva menuju kelenjar limfe
inguinal, dari vagina bagian tengah menuju kelenjar limfe iliaka, dan dari
vagina bagian atas menuju ke kelenjar iliaka (Manuaba, 2008)
Wiknjosastro, 2008).
b. Uterus

Gambar 5. Uterus Letak Anteversiofleksio

Merupakan organ otot yang terletak di dalam rongga panggul


antara kandung kemih di bagian anterior dan rektum di bagian posterior.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri) (Manuaba, 2007) (Wiknjosastro,
2008).
Uterus terdiri dari tiga bagian utama yaitu fundus uteri, korpus
uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal
dimana kedua tuba fallopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk
diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena usia kehamilan
dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. Bagian terbesar
uterus disebut korpus. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri

disebut kavum uteri. Bagian bawah uterus yang berbentuk silindris atau
fusiform disebut serviks, yang menonjol ke dalam vagina. Serviks uteri
terdiri dari pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio dan pars
supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas
vagina. Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis,
berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini
dilapisi oleh kelenjar-kelenjar berbentuk sel-sel torak bersilia dan
berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium
uteri eksternum. Kedua pintu penting dalam klinik, misalnya dalam
penilaian jalannya persalinan dan abortus. Secara histologik dari dalam ke
luar uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri dan endoserviks di
serviks uteri, otot-otot polos, dan lapisan serosa yakni peritonium viserale.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
penuh dengan pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium
melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai kepentingan dalam siklus
haid perempuan dalam masa reproduksi. Dalam masa haid, endometrium
sebagian besar dilepaskan untuk kemudian tumbuh kembali dalam masa
proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa sekretorik (kelenjarkelenjar telah berkelok-kelok dan diisi dengan getah). Masa-masa ini dapat
diperiksa dengan melakukan biopsi endometrium. Lapisan otot polos
uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar berbentuk
longitudinal. Diantara kedua lapisan itu terdapat otot oblik berbentuk
anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah
plasenta lahir, otot ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka di tempat itu, sehingga perdarahan berhenti. Uterus
sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan
baik oleh jaringan ikat dan ligamen yang menyokongnya. Ligamen yang
memfiksasi uterus adalah sebagai berikut:

Ligamentum kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, yakni


ligamentum yang terpenting yang mencegah uterus tidak turun.
Terdiri atas jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan

puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya


ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteri
uterina.

Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan, yakni ligamentum


yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak. Berjalan
dari serviks bagian belakang kiri dan kanan, ke arah os sakrum
kiri dan kanan.

Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang


menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan dari sudut fundus
uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada
kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal
waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat dan
ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan
tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba
kencang dan terasa sakit bila dipegang.

Ligamentum latum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang


meliputi tuba. Berjalan dari uterus ke arah lateral. Tidak
banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini
adalah bagian dari peritoneum viserale yang meliputi uterus
dan kedua tuba dan terbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal
ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum et
dekstrum). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum ini tidak
banyak artinya.

Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan, yakni


ligamentum yang menahan tuba fallopii. Berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan saraf,
saluran limfe, arteri, dan vena ovarika.

Selain ligamentum diatas ditemukan pada sudut kiri dan kanan


belakang fundus uteri ligamentum ovarii propium kiri dan kanan yang
menahan ovarium. Ligamentum ovarii propium ini secara embriologis

berasal dari gubernakulum. Jadi sebenarnya berasal seperti ligamentum


rotundum yang embriologi berasal dari gubernakulum (Wiknjosastro,
2008).
Ismus adalah bagian uterus antara os serviks internus dan rongga
endometrium. Struktur ini penting untuk obstetri karena membentuk
segmen bawah uterus selama kehamilan. Dinding belakang uterus
seluruhnya diliputi oleh peritoneum viscerale yang di bagian bawah
membentuk suatu kantong yang disebut kavum douglasi. Kavum douglasi
akan membentuk tonjolan bila terdapat cairan (darah atau asites) atau
tumor di daerah ini (Ralph, 2009).
Uterus diperdarahi oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri
atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari
arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum
latum masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas
forniks lateralis vagina. Kadang-kadang di dalam persalinan terjadi
perdarahan banyak karena robekan serviks ke lateral sampai mengenai
cabang-cabang arteri uterina. Robekan ini disebabkan antara lain karena
pimpinan persalinan yang salah, atau persalinan dengan alat yang
dilakukan kurang cermat. Dalam hal ini penjahitan robekan serviks harus
dilakukan hati-hati. Kadang disangka robekan sudah terjahit dengan baik
karena tidak ditemukan perdarahan lagi,

padahal perdarahan terus

berlangsung ke dalam parametrium. Timbullah hematoma di parametrium


yang susah didiagnosis dan ibu yang baru melahirkan jatuh dalam keadaan
syok. Jika hematoma dalam parametrium tidak dipikirkan kemungkinan
pasien tidak tertolong. Harus berhati-hati juga dalam penjahitan jangan
sampai mengenai ureter sehingga bisa terjadi anuria disusul uremia
sehingga pasien tidak tertolong (Wiknjosastro, 2008).
Pembuluh darah lain yang memperdarahi uterus adalah arteri
ovarika kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari lateral dinding pelvis,
melalui ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba fallopii,
beranastomosis dengan ramus asendens arteri uterina di sebelah lateral,

kanan dan kiri uterus.

Bersama dengan arteri-arteri tersebut di atas

terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena


hipogastrika (Wiknjosastro, 2008).
Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah
obturatorial dan inguinal, selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus
uteri saluran getah bening akan menuju ke daerah paraaorta atau
paravertebra dalam. Kelenjar-kelenjar getah bening penting artinya dalam
operasi karsinoma (Wiknjosastro, 2008).
Inervasi uterus terutama terdiri atas saraf simpatetik dan untuk
sebagian terdiri atas saraf parasimpatetik dan serebrospinal. Sistem
simpatetik berada di dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sakrum,
berasal dari saraf sakral 2, 3, 4, yang selanjutnya memasuki pleksus
Frankenhauser. Sistem simpatetik masuk ke dalam rongga panggul sebagai
pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan promontorium terus ke
bawah menuju ke pleksus Frankenhauser. Pleksus ini terdiri dari ganglionganglion berukuran besar dan kecil yang terletak terutama pada dasar
ligamentum sakrouterina. Serabut-serabut saraf tersebut memberi inervasi
pada miometrium dan endometrium. Kedua sistem simpatetik dan
parasimpatetik mengandung unsur motorik dan sensorik. Kedua sistem
berjalan antagonistik. Saraf simpatetik menyebabkan kontraksi dan
vasokonstriksi, sedangkan parasimpatetik sebaliknya yaitu mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi. Saraf yang berasal dari torakal 11
dan 12 mengandung saraf sensorik dari uterus dan meneruskan rasa sakit
dari uterus ke pusat saraf (serebrum). Saraf sensorik dari serviks dan
bagian atas vagina melalui saraf sakral 2, 3, 4. Sedangkan yang dari bagian
bawah vagina melalui nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis
(Wiknjosastro, 2008).
Uterus selama kehamilan mengalami pertumbuhan yang luar biasa
akibat hipertrofi serat-serat ototnya. Beratnya meningkat dari 70 gram
pada keadaan tidak hamil menjadi 1100 gram saat aterm. Volume totalnya
rata-rata adalah 5 liter (Wiknjosastro, 2008).

c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii terdiri atas pars interstitialis yaitu bagian yang
terdapat di dinding uterus, pars ismika merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya, pars ampularis yaitu bagian yang berbentuk saluran
agak lebar dan merupakan tempat konsepsi terjadi, terakhir adalah
infundibulum yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk menangkap
sel telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba (Wiknjosastro,
2008).
Bagian luar tuba diliputi oleh peritonium viseralis yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke
dalam) otot longitudinal dan otot sirkular. Lebih ke dalam lagi didapatkan
selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang
khas, fungsinya untuk menyalurkan sel telur atau hasil konsepsi ke kavum
uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia (Wiknjosastro,
2008).
d. Ovarium
Perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telur kanan dan
kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum
latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari
tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5
cm. Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium
tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan saraf ovarium.
Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakang menuju ke atas dan
belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung
yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat
dengan uterus dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbriae dari
infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan
uterus melalui ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan
otot yang menjadi satu dengan jaringan otot di ligamentum rotundum.

Embriologi dari ligamentum berasal dari gubernakulum (Wiknjosastro,


2008).
Stuktur ovarium terdiri dari korteks yaitu bagian luar yang diliputi
oleh epitelium germinativum berbentuk kubik dan di dalamnya terdiri atas
stroma serta folikel-folikel primordial, dan bagian medulla yaitu di sebelah
dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-pembuluh
darah, serabut-serabut saraf, dan sedikit otot polos (Wiknjosastro, 2008).
Diperkirakan pada perempuan terdapat kira-kira 100.000 folikel
primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang dua folikel yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf. Folikel-folikel ini
merupakan bagian terpenting dari ovarium yang dapat dilihat dari korteks
ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan dalam tingkat perkembangan
yang berbeda, yaitu dari sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel
saja sampai menjadi folikel de Graaf yang matang berisi likuor folikuli,
mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi. Folikel de Graaf yang
matang terdiri atas ovum, stratum granulosum, teka interna, dan teka
eksterna. Ovum yaitu suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang
mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu
nukleolus pula. Stratum granulosum terdiri atas sel-sel granulosa yaitu selsel bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi
ovum, pada perkembangan lebih lanjut di tengahnya terdapat rongga berisi
likuor follikuli. Teka interna adalah suatu lapisan yang melingkari stratum
granulosum dengan sel-sel lebih kecil dari sel granulosa. Teka eksterna
berada di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium yang
terdesak (Wiknjosastro, 2008).
Pada ovulasi folikel yang matang yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa
yang melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersamasama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas ovum mulai mengalami
pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi
(Wiknjosastro, 2008).

Setelah ovulasi sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai


berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor
follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh darah kecil yang ada
di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit yang menyebabkan bekas
folikel berwarna merah dan diberi nama korpus rubrum. Umur korpus
rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning dan
korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya membesar dan
mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat di antaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan (Wiknjosastro, 2008).

2. Sebutkan anatomi tulang panggul?


A. Tulang Panggul
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulangtulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan
bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis (Cunningham,
et al, 2010).
Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik dari
promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:
a. Panggul palsu
Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum.
b. Panggul sejati
Terletak di bawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu: arpertura pelvis
superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior (pintu bawah
panggul) (Baun, 2005).
Selama proses kelahiran pervaginam, bayi harus dapat melewati kedua
pembukaan panggul sejati ini (Amatsu Therapy Association and Amatsu
Association of Ireland, 2006).

Gambaran
anteroposterior

panggul

normal wanita dewasa. Digambarkan diameter anteroposterior (AP) dan


Transversal (T) pintu atas panggul. Sumber: Cunningham, et al. Williams
Obstetrics, 23rd ed.
B. Bidang Diameter Panggul
Panggul memiliki empat bidang imajiner:
a. Bidang pintu atas panggul (apertura pelvis superior).
Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria,
cenderung lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter pintu
atas panggul yang biasa digunakan: diameter anteroposterior, diameter
transversal, dan diameter oblik. Diameter anteroposterior yang penting
dalam obstetrik adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum dan
simfisis pubis, disebut sebagai konjugata obtetris. Normalnya, konjugata
obstertis berukuran 10 cm atau lebih, tetapi diameter ini dapat sangat
pendek pada panggul abnormal. Konjugata obsteris dibedakan dengan
diameter anteroposterior lain yang dikenal sebagai konjugata vera.
Konjugata

vera

tidak

menggambarkan

jarak

terpendek

antara

promontorium sakrum dan simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat


diukur secara langsung dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis,
konjugata obstetris diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur
jarak tepi bawah simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata
diagonalis, dan hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.

Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul: konjugata vera,


konjugata obstetris dan konjugata diagonalis yang dapat diukur secara
klinis. Diameter anteroposterior panggul tengah juga diperlihatkan. (P =
promontorium sakrum; Sim = simfisis pubis). Sumber: Cunningham, et al.
Williams Obstetrics, 23rd ed.
b. Bidang panggul tengah (dimensi panggul terkecil).

Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika, atau bidang


dimensi panggul terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement
kepala janin pada partus macet. Diameter interspinosus, berukuran 10 cm
atau sedikit lebih besar, biasanya merupakan diameter pelvis terkecil.
Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika normal berukuran paling
kecil 11, 5cm.

Panggul

wanita

dewasa

yang

memperlihatkan

diameter

anteroposterior dan transversal pintu atas panggul serta diameter


transversal (interspinosus) panggul tengah. Konjugata obstetris normalnya
lebih dari 10 cm. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd ed.
c. Bidang pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior).

Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai


segitiga. Area-area ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik
antara dua tuberositas iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di
ujung sakrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan
tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus
pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan yaitu:
anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.

Pintu bawah panggul dengan diameter-diameter yang penting. Perhatikan


bahwa diameter anteroposterior dapat dibagi menjadi diameter sagital
anterior dan posterior. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd
ed.
d. Bidang dengan dimensi panggul terbesar (tidak memiliki arti klinis).

(Cunningham, et al., 2010)


C. Bentuk-Bentuk Panggul
Caldwell dan Moloy mengembangkan suatu klasifikasi panggul yang
masih digunakan hingga saat ini. Klasifikasi Caldwell-Molloy didasarkan pada

pengukuran diameter transversal terbesar di pintu atas panggul dan


pembagiannya menjadi segmen anterior dan posterior. Bentuk segmen-segmen
ini menentukan klasifikasi panggul menjadi: panggul ginekoid, anthropoid,
android, ataupun platipeloid. Karakter segmen posterior menentukan tipe
panggulnya, dan karakter segmen anterior menetukan kecenderungannya.
Kedua hal ini ditentukan karena kebanyakan panggul bukan merupakan tipe
murni,

melainkan

campuran,

misalnya,

panggul

ginekoid

dengan

kecenderungan android berarti panggul posteriornya berbentuk ginekoid dan


panggul anteriornya berbentuk android. (Cunningham, et al., 2010)

Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis yang


melintasi diameter transversal terlebar membagi pintu atas menjadi segmen
posterior dan anterior. Sumber: Cunningham, et al. Williams Obstetrics, 23rd
ed.
Panggul ginekoid dianggap sebagai panggul normal wanita, sementara
panggul android merupakan varian dari panggul pria. Panggul android lebih
sering ditemukan pada wanita dengan akitvitas fisik yang berat selama masa
remaja. Panggul android juga ditemukan pada wanita yang mengalami
keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah usia 14 bulan, sementara
panggul platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita yang memiliki
kemampuan posisi tegak sebelum umur 14 bulan (Leong, 2006).

3. Sebutakan otot panggul?


Otot-otot skeletal dasar panggul meliputi otot-otot levator ani,
koksigeus, sfingter ani eksternus, sfingter striata uretra, dan otot
perineum dalam dan superfisial. Otot-otot dasar panggul, khususnya
otot-otot levator ani, memiliki peran penting dalam menyokong organorgan panggul. Selain itu, otot-otot levator ani berperan juga padasaat
buang air kecil (BAK), buang air besar (BAB) dan aktivitas seksual.
Kompleks otot-otot levator ani terdiri dari pubococcygeus (puboviseral),
puborectalis, dan iliococcygeus (Gambar 3) (Barber. 2005).
Otot otot dasar panggul mendukung viscera : menghasilkan fungsi
sfingter pada rekturn dan vagina serta membantu meningkatkan tekanan
intraabdomen saat menggeliat. Rektum, uretra, dan vagina (pada wanita)
melewati dasar panggul dan menuju ke luar. Otot levator ani dan otot
koksigeus membentuk dasar panggul, sedangkan otot piriformis menutupi
bagian depan sakrum (Moffat. 2013).
Pada wanita sehat, otot-otot dasar panggul berperan sebagai tempat
atau bantalan yang memungkinkan organ-organ panggul terletak
menggantung di rongga panggul dengan sedikit tegangan pada jaringan
penyambung. Maka, gangguan pada otot dasar panggul tersebut akan
menyebabkan regangan pada ligamen dan fasia organ panggul (Moffat.
2013).
Sementara pelvis melindungi organ-organ yang ada di dalamnya, tidak
berarti bahwa ini dapat menopang organ-organ tersebut tanpa kerangka yang
merupakan origo dan insersi otot-otot. Otot-otot dan ligamen yang
menyusun kerangka tersebut adalah:
1. Ligamentum sacrospinosum
2. Ligamentum sacrotuberosum
meluas memotong incissura
3. Musculus periformis
ischiadica major dan minor
4. Musculus gluteus maximus
5. Musculus obturator internus: terbentang melintasi foramen
obturatorium
6. Linea alba facsiae: suatu kondensasi dari musculus obturator
internus (arcus tendineus fasciae) yang meluas dari spina ischadica

ke corpus pubis yang sama. Ini merupakan daerah pada dinding


lateral pelvis, tempat origo otot-otot profundal pelvis.
Pintu ke luar pelvis terisi oleh jaringan lunak yang menopang organ
pelvis dan organ abdomen. Jaringan ini tidak membentuk dasar yang datar,
tetapi merupakan struktur yang berbentuk selokan yang lebih tinggi di
bagian posterior dibandingkan dengan bagian anterior (Junizaf. 2009)
Ada tiga struktur yang melewati jaringan-jaringan tersebut, dan masingmasing mempunyai lubang ke luar, yaitu: uretra, vagina dan rektum.
Terdapat enam lapisan jaringan:
1. Kulit yang menutupi dari luar
2. Lemak subkutan
3. Otot-otot superfisial yang tertutup fascia
4. Otot-otot profundal yang tertutup fascia
5. Fascia pelvis yang menebal membentuk ligamentum pelvicum
6. Peritoneum
Otot Superfisial Dasar Pelvis
Otot-otot ini kurang penting dibandingkan dengan musculus levator
ani yang terletak di atasnya, tetapi otot-otot ini memberikan kekuatan
tambahan pada otot-otot yang lebih dalam dengan topangannya. Otot-otot
superfisial dasar pelvis meliputi:
1. Musculus transversus perinei
Satu otot berasal dari permukaan dalam masing-masing tuber
ischiadicum dan berjalan transversal melintasi pintu keluar pelvis
untuk bertemu dengan otot yang satunya lagi. serabut-serabut dari
masing-masing otot bersatu, saling menyilang dengan jaringan
superfisial corpus perinei. Beberapa serabut berjalan terus ke posterior
untuk berbaur dengan serabut-serabut musculus sphincter ani
externus. Musculi tranversi perinei membantu memfiksasi perineum
maupun memberikan topangan kepada musculi levator ani yang lebih
dalam letaknya (Junizaf. 2009)
2. Musculus bulbocavernosus
Musculus bulbocavernosus berasal dari pusat perineum dan
meberikan serabut-serabut longitudinal pada kedua sisi uretra dan
vagina, mengelilingi kedua ostia tersebut sebelum berinsersi pada
corpus clitoridis. Serabut-serabut anterior ini memungkinkan ereksi

klitoris pada saat adanyaaktivitas seksual. Pada tempat uretra


menembus dasar pelvis, serabut otot tersebut menekan lumen uretra
bagian distal untuk membentuk kompresor uretra atau membran
sfingter uretra. Serabut-serabut otot yang mengelilingi vagina
membantu

kontraksi

dinding

vagina

saat

melakukan

koitus

(senggama) (Junizaf. 2009)


Seperti musculus transversus perinei, musculus bulbocavernosus
juga menunjang musculus levator ani yang terletak lebih dalam dari
otot ini (Junizaf. 2009)
3. Musculus ischiocavernosus
Satu otot berjalan dari masing-masing tuber ischiadium ke klitoris
dan serabut-serabutnya saling menyilang dengan serabut yang
membentuk membran sfingter uretra. Fascia otot ini membantu
mengisi ruang anterior pintu ke luar pelvis .( Barber.2005)
4. Musculus sphincter ani externus
Merupakan cincin otot yang mengelilingi anus. Otot ini dibentuk
oleh gabungan serabut otot dari lapisan superfisial dan profundal.
Commissura posterior dan kulit perineum sebagian menutupi
musculus sphincter ani externus.( Barber.2005)
5. Ostium urethrae externum
Merupakan muara dari uretra bagian distal yang ditekan oleh
serabut-serabut otot. Sfingter ini analog dengan sfingter pada pria, dan
memounyai nama yang sama, tetapi pada wanita sfingter ini lebih
lemah dan merupakan struktur yang kurang penting. Ostium ini
mempunyai tepi yang melipat ke eversi yang kadang-kadang sulit
ditemukan apabila ingin memasukkan kateter urine. Ostium ini harus
dibedakan dari klitoris yang harus diidentifikasi terlebih dahulu
(Barber.2005)
Pintu ke luar pelvis masih mempunyai empat daerah yang perlu
diisi dengan jaringan yang menopangnya. Pintu ke luar pelvis tersebut
diisi

oleh

ligamentum

triangularis

dan

lemak

ischiorectalis

(Barber.2005)
6. Ligamenta triangulares
Dua daerah triangular terletak di depan dan dibatasi oleh musculus
ischiocavernosus dan musculus transversus periner. Daerah tersebut
terisi oleh jaringan muskulomembranosa dan mempunyai fascia yang

terdiri atas lamina inferior dan superior, yang merupakan perluasan


dari fascia musculus ischiocavernosus. Selain melengkapi area pintu
keluar pelvis yang tidak terisi, ligamen ini memperkuat cervix vesicae
urinariae ia meluas berjalan lurus melintasi arcus pubis.( Barber.2005)
7. Fossa ischiorectalis
Fossa ischiorectalis dibatasi oleh musculus gluteus maximus,
ditutupi oleh ligamentum sacrospinosum pada satu sisi, dan musculus
transversus serta musculus bulbocavernosus pada sisi yang lain.
Daerah ini terisi oleh lemak.( Barber.2005)
Otot otot Profundal Dasar Pelvis

Gambar : Ilustrasi Otot otot dasar panggul (Dikutip dari Barber. 2005)

Otot-otot ini terletak lebih dalam pada pelvis, di atas laisan otot-otot
suprfisial. Otot-otot ini berada sedalam 5 mm. Masing-masing otot
mempunyai insersi di sekliling os coccygis dan dengan demikian kadangkadang

disebut

musculi

coccygi;

otot-otot

ini

penting

dalam

mengendalikan miksi dan defekasi secara volunter. Dengan demikian,


higiene, kenyamanan dan kesejahteraan sosial seorang wanita maupun
kemampuannya untuk hamil bergantung pada efektivitas tonus otot-otot
tersebut. Ada tiga pasang otot yang membentuk masing-masing musculus
levator ani:
1. Illiococcugeus
Berasal dari linea alba fasciae pada permukaan dalam masingmasing os ilii dari masing-masing spina ischiadica, serta berjalan ke
belakang ke os coccygi. Serabut-serabut dari sisi kanan dan kiri
tersebut bertemu di garis tengah di depan os coccygi dan bersaut

dengan serabut-serabut oto yang lain untuk membentuk lapisan otototot yang disebut musculus sphincter ani dan musculus transversum
perinei.
2. Ischiococcygeus
Berasal dari masing-masing spina ischiadica dan berjalan ke
bagian atas os coccygi dan tepi bawah sacrum. Kemudian ke posterior,
sekarang diaphragma pelvis hampir tertutup. Otot-otot ini membantu
menstabilkan articulation sacroiliaca dan articulatio sacrococcygea.
3. Pubococcygeus
Masing-masing otot ini berorigo pada tepi dalam corpus pubis dan
pada

linea

alba

fasciae.

Otot-otot

ini

kemudia

membelok

padaposterior menjadi tiga pita yang berbeda. Pita tengah serabutserabut tersebut mengelilingi uretra. Sebagian membantuk lengkung
berbentuk U sekliling vagina dan berinsersi pada dinding lateral dan
posterior vagina dan bagian tengah perineum. Sebagian serabut
melanjutkan diri ke posterior dan membentuk lengkung sekliling anus,
berinsersi pada dinding laterla canalis analis. Semua otot ini akhirnya
berinsersi pada os coccygis.
Musculus pubococcygeus merupakan otot yang paling penting di
antara semua otot dasar pelvis. Otot-otot ini mengelilingi dan
memperkuat uretra, vagina, dan rektum. Pengealian miksi, defekasi,
maupun fungsi seksual yang normal bergantung pada otot-otot ini.
Vaskularisasi suplai darah berasal dari arteria pudenda yng
merupakan cabang dari arteria iliaca interna. Drainase venosa masuk
ke dalam vena yang sesuai. Drainase limfatik menuju ke lymphonodi
inguinales dan lymphonodi iliaci externus. Inervasi berasal dari nervi
sacrales ke-3 dan ke-4. Nervus sacralis ke-5 dan nervus coccygeus
melewatinya tetapi tidak menginervasinya.
Corpus Perinealis
Corpus perinealis terletak di antara viguna dan vanalis rectalis. Corpus
perinealis berbentuk segitiga, dasarnya adalah kulit dan puncaknya
mengarah ke atas. Ukurannya sisi kanan-kiri segitiga panjangnya 3,5 cm.
Terdapat tiga lapisan jaringan:

1. Lapisan luar yang menutup kulit.


2. Otot-otot dasar pelvis superfisial
a. Bulbocavernosus
b. Transversus perinei
3. Otot dasar pelvis prufndal-pubococcygeus
Suplai darah berasal dari arteria pudenda, cabang arteria iliaca interna.
Drainase venosa masuk ke dalam vena-vena yang sesuai. Drainase limfatik
menuju lymponodi inguinales dan iliaci externi. Inervasinya adalha dari
cabang-cabang perineal nervus pudendus.
Fungsi corpus perinealis adalah membantu proses defekasi dan
melahirkan. Saat membantu proses kelahiran maka corpus perinealis
mengalami pergangan yang berlebihan atau robek, dan seorang bidan
harus belajar bagaimana caranya meperkecil trauma tersebut. Truama
dapat menyebabkan gangguan fungsi miksi dan defekasi serta dapat terjadi
prolapsus organ-organ pelvis dan kadang-kadang bahkan organ-organ
abdomen.
Fascia Pelvis
Fascia pelvis adalah suatu gabungan jaringan ikat, pembuluh darah,
dan serabut otot volunter dan involunter. Fascia pelvis melapisi dnding dan
dasar kavitas pelvis dan mengisi daerah di antara oranga-oranga, jadi
memberikan tambahan topangan (kekuatan), tetapi masih memungkinkan
organ-organ tersebut dapat bergerak dalam batas-batas fungsi yang normal.
Di daerah-daerah di mana organ-organ memelrukan topangan tambahan,
maka fascia tersebut menbal untuk membentuk ligamen pelvis. Ligamen
tersebut adalah:
Terentang dari liena laba fasciae ke dinding lateral vesica
urinaria.
Terentang dari cervix vesicae urinariae ke permukaan
dalam masing-masing corpus pubis. Ligamentum ini ikut
membentuk ligamentum pubocervicale.
Melekat pada permukaan dalam masing-masing corpus
pubis, keduanya berjalan ke posterior dan melekat pada
cervis vesicae urinariae, formix vaginae dan cervic
supravaginalis.

Ligamen ini
memperkuat
vesica urinaria

Ligamen ini
memperkuat
vesica urinaria
dan uterus

(juga disebut ligamen cardinale atau Mackendrodt) melekat pada


fornix vaginae dan cervix supravaginalis. Ligamen ini berjalan transversal
melintasi dasar pelvis dan menyebar sampai mencapai linea alba fasciae.
Ligmaen ini merupakan ligamen yang paling kuat di antara ligamen pelvis.
Melekat pada formix vaginae dan cervix supravaginalis. Ligamen ini
berjalan ke posterior dan melekat pada tepi lateral corpus scralis pertama.
Ligamen ini berasal dari anterior tepat di bawah cornu uteri dan tuba
Fallopii. Ligmaen ini kemudian berjalan membentuk huruf V lewat dinding
abdomen dan canalis inguinalis sebelum berinsersi pada kedua labium
majus.
Ligamentum cervicale transversum, uterosacrale, dan teres uteri
kesemuanya menunjang uterus dan mempertahankan letak uterus.

4. Bagaimana cara membedakan abortus iminens, insipien, inkomplit, komplit,


septik, missed abortion, mola hidatidosa?
Jenis

Perdaraha
n
Sedikit
sampai
sedang

Serviks

Abortus
insipien

Sedang
sampai
banyak

Abortus
inkomplit

Abortus
komplit

Abortus
iminens

Hasil
Konsepsi
Masih
didalam
uterus

Besar
urerus
Sesuai
usia
kehamila
n

Terbuka

Masih
dalam
uterus

Sedang
sampai
banyak

Terbuka

Keluar
sebagian

Sedikit
sampai
tidak ada

Tertutup

Keluar
seluruhny
a

Sesuai
atau lebih
kecil dari
usia
kehamila
n
Lebih
kecil dari
usia
kehamila
n
Lebih
kecil dari
usia
kehamila
n

Tertutup

Gejala/Tanda
lain
Kram dan
nyeri perut,
Nyeri
punggung
bawah
Kram dan
nyeri perut

Kram dan
nyeri perut,
keluar
jaringan
Kram dan
nyeri perut
tidak
dirasakan
atau hanya

Missed
abortion

Tidak ada

Tertutup

Tidak ada

Mola
hidatidos
a

Sedang
sampai
banyak

Terbuka

Keluar
jaringan
seperti
anggur

Blighted
ovum

Sedikit
sampai
sedang

Tertutup

Masih
dalam
uterus

Abortus
septik

Sedikit
sampai
sedang

Terbuka, Masih
dalam
uterus

Lebih
kecil dari
usia
kehamila
n
Lebih
besar dari
usia
kehamila
n

Sesuai
atau lebih
kecil dari
usia
kehamila
n
Sesuai
atau lebih
kecil dari
usia
kehamila
n

sedikit bila
ada. Uterus
agak lenyal
Tanda-tanda
kehmailan
menghilang

Mual/Muntah
, Kram dan
nyeri perut,
Sindroma
mirip
preeklampsia,
tak ada
janin,keluar
jaringan
seperti anggur

demam, nadi
cepat,
perdarahan,
nyeri tekan
dan
leukositosis.
sakit berat,
panas tinggi,
menggigil,
nadi kecil dan
cepat, tekanan
darah turun
sampai syok.

DAFTAR PUSTAKA

Ralph CB, Martin LP. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cunningham FG et al. The Endometrium and Decidua, Menstruation and
Pregnancy in Williams Obstetric. Edisi 21. 2001. New York: Mac Graw
Hill.
Manuaba, Chandranita M, Fajar M. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Barber, MD. 2005. Cotemporary Views on Female pelvic Anatomy. Journal of
Medicine : Cleveland Clinic.
Junizaf. 2009. Anatomi Penyokong Alat Genital. Jakarta : FKUI / RSCM.

Junizaf, dan

Santoso, Budi Iman.2013. Panduan Penatalaksanaan Prolaps

Organ Panggul. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indinesia (POGI).


Moffat, David dan faiz, Omar. 2013. At a Glance Anatomi. Jakarta : EGC.

Você também pode gostar