Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa kebutuhan primer bagi manusia meliputi akan pangan, sandang dan papan,
dan dari ketiga hal tersebut yang terus menerus mengalami perkembangan setiap harinya
adalah sandang. Kebutuhan ini sering kali berhubungan dengan fashion yang selalu diupdate
setiap harinya yang secara tidak langsung dan banyak berpengaruh pada gaya hidup
masyarakat khususnya anak muda.
Perkembangan akan kebutuhan sandang ini ternyata juga berpengaruh pada teknologi.
Di mana dulu kala ketika akan membuat sebuah motif atau gambar pada baju, masyarakat
akan menggunakan gambar yang dibuat secara alami hasil buatan tangan manusia, entah itu
dengan centing, kuas, dan alat lukis lainnya. Tetapi sekarang dengan semakin majunya
perkembangan teknologi, masyarakat dapat lebih lagi mengembangkan ide kreatifitasnya di
atas kain dengan motif yang lebih kompleks lagi yaitu menggunakan aplikasi designer.
Melalui apikasi-aplikasi designer, seperti Corel Draw, masyarakat dapat membuat pola atau
gambar atau motif pada komputer dan kemudian diaplikasikannya di atas kain.
Usaha Independent Konveksi ini merupakan salah satu bentuk usaha yang berlatar
belakang dari kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan sandang. Kita ketahui bahwa
kebutuhan akan sandang pada saat ini sangatlah besar didasari oleh pertumbuhan jumlah
penduduk yang terus meningkat. Karena kebutuhan tersebut bukan hanya berkaitan dengan
kebutuhan fundamental semata yaitu pakaian melindungi manusia dari hawa dingin dan
panas saja, melainkan juga karena ada unsur-unsur lain semisal unsur hiburan (entertaint) di
dalamnya.
Selain itu, bisnis ini memiliki pangsa pasar yang sangat luas karena trend dan mode
yang sangat dinamis yang terus up-to-date untuk mengikuti perkembangan jaman. Dengan
demikian, melihat pertumbuhan manusia semakin meningkat dan pastinya kebutuhan gaya
dan tren model akan pakaianpun juga meningkat. Bisnis ini sangat menjanjikan untuk
menjadi usaha yang sukses. Apalagi semakin banyak manusia maka semakin banyak akan
membutuhkan pakaian.
Secara umumnya menyablon pakaian terdapat dua cara yang dapat dilakukan.
Pertama ialah dengan melakukan sablon manual, yakni menyablon dengan menggunakan
bahan kimia, seperti cetak foto pada zaman dulu. Kedua, dengan menggunakan sablon digital,
yakni menggunakan mesin khusus yang bisa menghantarkan panas.

Dalam bisnis ini lebih memilih sablon digital , mengapa memilih menggunakan sablon
digital dari pada sablon manual? Walaupun setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan
masing-masing, lebih memilih sablon digital karena penyablonan dengan digital tak banyak
alat yang dibutuhkan tidak seperti halnya penyambolan secara manual. Alat yang dibutuhkan
hanya komputer dan mesin printing yang dirancang secara spesifik buat penyablonan. dari
segi kecepatan, hasil penyablonan akan lebih cepat jika kita menggunakan teknik digital
dibandingkan dengan sablon manual.
1.2

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian usaha Independent

Konveksi berdasarkan aspek kelayakan pabrik, meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknik dan teknologi, aspek sosial dan ekonomi, aspek finansial, aspek manajemen dan
organisasi, aspek hukum, serta aspek lingkungan(amdal).
1.3

Gambaran Umum Usaha


Usaha Independent Konveksi adalah usaha yang bergerak dalam bidang manufaktur

konveksi dan pembuatan sablon(penyablonan) dengan memprioritaskan kualitas premium


dengan harga yang relative terjangkau.

BAB II
ASPEK HUKUM
2.1

Aspek Hukum
Aspek hukum diperlukan dalam melaksanakan suatu usaha bisnis, agar usaha yang

dijalankan dapat berjalan lancar di kemudian hari tanpa hambatan yang biasanya muncul di
tengah berkembangnya perusahaan. Tujuan dari aspek hukum dalam suatu unit bisnis adalah
untuk meneliti keabsahan, keaslian, dan kesempurnaan dari dokumen yang dimiliki.
2

Penelitian ini sangat penting mengingat segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau
aspek hukum harus lebih dahulu terpenuhi sebelum melakukan penelitian pada aspek lain.
Dokumen dokumen yang diperlukan dalam proses pemenuhan kelengkapan aspek hukum
ini antara lain izin izin yang harus dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang
mendukung kegiatan usaha tersebut.
2.2

Jenis Badan Hukum Independent Konveksi


Usaha ini berbentuk Persekutuan Komanditer atau sering disingkat sebagai CV

(Commanditaire Vennotschap). Karena berbentuk CV, perusahaan ini dapat memeberikan


peluang bagi perseorangan untuk ikut menanamkan modalnya dengan tanggung jawab
terbatas.
2.3

Jenis Jenis Izin Usaha


Beberapa jenis izin yang dibutuhkan Independent Konveksi antara lain :
1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
TDP merupakan daftar catatan resmi yang diadakan menurut ketentuan undangundang mengenai hal-hal yang wajib didaftarkan oleh Independent Konveksi dan di sahkan
oleh pejabat yang berwenang dan digunakan sebagai bukti bahwa Independent Konveksi
telah melakukan kewajibannya dalam pendaftaran perusahaan. TDP berlaku selama
Independent Konveksi beroperasi dan akan diperpanjang setiap 5 tahun.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP meupakan sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai
tanda pengenal diri serta identitas wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban dan hak
perpajakan Independent Konveksi.

3. Sertifikat Tanah atau Surat Surat Berharga yang dimiliki Independent Konveksi
Sertifikat tanah maupun sertifikat hak milik harus dimiliki oleh setiap perusahaan
untuk mengantisipasi terjadinya sengketa di kemudian hari mengenai kepemilikan tanah,
bangunan, maupun mesin-mesin berat lainnya. Dalam sertifikat tanah Independent Konveksi
disebutkan secara jelas mengenai jenis hak atas tanah yaitu hak milik karena gedung yang
digunakan untuk proses usaha Independent Konveksi merupakan asset pribadi. Selain
sertifikat tanah juga terdapat sertifikat lain yang dapat dikategorikan dalam surat berharga di
Independent Konveksi, misalnya saja surat-surat kendaraan yang digunakan dalam
berlangsungnya proses pengangkutan bahan baku dari lokasi pemasok aserta proses distribusi

kepada konsumen. Suart- surat ini berisi BPKB, Harga Beli (Faktur dan Kuitansi), serta
kondisi kendaraan.
Izin izin lain yang dilengkapi oleh Independent Konveksi yaitu :
a. Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
Karena

merupakan

perusahaan

manufaktur,

makan

Independent

Konveksi

membutuhkan SIUI sebagai perijinan untuk usaha manufaktur atau industri.


b. Izin Domisili
Izin ini digunkana sebagai bukti tertulis mengenai letak atau lokasi Independent
Konveksi beroperasi.
c. Izin Gangguan
Independent Konveksi membutuhkan izin gangguan sebagai tindakan pencegahan
apabila di kemudian hari terjadi protes masyarakat sekitar yang merasa terganggu akibat
proses usaha yang dijalankan. Misalnya saja protes karena kebisingan proses produksi,
sampah / limbah yang dihasilkan, dll.
d. Izin Mendirikan Bangunan
Izin ini digunakan oleh Independent Konveksi sebagai kepastian hukum dalam mendirikan
perusahaan.

BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1

Peluang pasar
Salah satu kebutuhan primer manusia salah satunya adalah kebutuhan manusia akan

sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya.
Selain itu apabila manusia tidak memenuhi salah satu kebutuhan primer ini maka akan
mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akan tetapi dewasa ini, kebutuhan manusia akan
sandang, fungsinya bukan hanya sebagai pelindung dari panas dan dingin, akan tetapi
bertambah fungsi, yaitu pakaian untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis
kebutuhan dan juga berfungsi sebagai tanda lahiriah dari ekonomi seseorang. Dari pengertian
akan sandang tersebut, kami melihat peluang bisnis untuk memenuhi kebutuhan sandang
manusia di daerah Yogyakarta, yaitu dengan mengutamakan kualitas dengan harga yang
relatif terjangkau dan bersaing dengan kuantitas yang terpercaya dan handal. Selain kualitas

yang kami tawarkan, kami juga menawarkan konsep pakaian modern sesuai dengan tren dan
permintaan tiap calon konsumen.
3.2

Daerah pemasaran
Daerah

pemasaran

jangka

pendek

ketika

usaha

masih

baru,

kamiakan

mengembangkan pemasaran hanya di sekitar wilayah Yogyakarta, untuk jangka panjang


pengembangan usaha manufaktur bidang konveksi ini kami berharap untuk bisa memasarkan
produk kami dan membuka cabang di kota-kota besar Pulau Jawa dan Bali dan mencapai
pasar internasional.
3.3

Pasar Sasaran
Pengertian pasar sasaran adalah sekelompok konsumen atau pelanggan yang secara

khusus menjadi sasaran usaha pemasaran bagi sebuah perusahaan. Untuk menerapkan pasar
sasaran, terdapat tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yaitu :

Segmentasi Pasar
Penetapan Pasar Sasaran
Penempatan Produk

Tabel 3.1 Pasar Sasaran


Segmentasi Pasar

1.Identifikasi
dasar-

Menetapkan Pasar Penempatan


Sasaran

Produk

1.Mengembangkan

1.Merumuskan

dasar metode

segmentasi pasar

atas

penilaian penempatan produk


daya

tarik pada masing-masing

segmen
2.Mengembangkan
profit
segmen

segmen yang dipilih


sebagai sasaran

setiap 2. Memilih segmen


yang akan dimasuki

2. Mengembangkan
bauran

pemasaran

bagi setiap segmen


yang dipilih sebagai

sasaran

3.4

Segmentasi Pasar
Target pasar Independent Konveksi yang dituju adalah masyarakat

wilayah

Yogyakarta dan sekitarnya.


Tabel 3.2 Segmentasi Pasar
Karakteristik
Jenis Kelamin
Umur
Status sosial
Gaya Hidup

Keterangan
Pria dan wanita
Orang dewasa
Kelas menengah
Mengikuti trend fashion masa kini

BAB IV
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
4.1

Aspek Teknis dan Teknologi


Secara umum, tujuan dari aspek teknis yaitu :

Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik,

gudang,

cabang, maupun kantor pusat.

Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang
dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.

Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk

dijalankan

sesuai dengan bidang usahanya.

Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa
yang akan datang.

Aspek teknis produksi penting dalam suatu analisis business plan karena aspek ini
sebagai alat untuk menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesinmesin yang akan digunakan.
4.2

Sifat Usaha
Bentuk usaha ini adalah bisnis konveksi yang pendistribusian- nya langsung ke

pedagang grosir dan berbasis job order ( produksi berdasarkan pesanan), kami merencanakan
lokasi bisnis kami dekat dengan pasar grosir dan dekat dengan penyedia bahan baku (kain,
benang, dll), agar mudah dijangkau oleh para karyawan.
4.3

Jenis dan Jumlah Produksi


Jenis produk yang dihasilkan dalam Indepedenti Konveksi antara lain adalah :
1. Kaos
2. Kemeja
3. Almamater
4. Training
5. Jaket
6. Bordir Komputer
7. Sablon
4.3 Mesin dan peralatan
Nama
Mesin jahit
Mesin obras
Mesin bordir
Mesin overdeck
Mesin sablon
Mesin pemasang kancing
Mesin rantai
Mesin potong
Mesin steam
TOTAL

Jumlah
13
3
2
2
1
2
3
2
4
34

4.4 Proses produksi


a. Kain di ukur dan di gambar sesuai pola dan desain
b. Kain yang telah dibentuk sesuai pola dan ukuran dipotong
c. Setelah dipotong, kain dijahit sesuai dengan desain awal. Lalu kain akan melalui proses
obras dan pemberian kancing dengan mesin pemasang kancing
d. Memberikan lubang pada kain dengan mesin jahit
e. Menyetrika produk (pakaian) yang telah diberi kancing

f. Packaging produk secara menarik, dimasukkan ke dalam plastik dan diberi logo Independent
Konveksi pada label brand produk .
kain

kancing

Desain model

Pasang lobang

pemotongan
menjahit
mengobras
Membordir menyetrika dan mengemas

4.5 Kapasitas produksi


Fasilitas dan Mesin Produksi yang Dimiliki
Tabel 4.1 Mesin dan Fasilitas
FASILITAS

&

MESIN JUMLA

PRODUKSI
Mesin Jahit
Mesin Obras
Mesin Bordir
Mesin Overdeck
Mesin Sablon
Mesin rantai
Mesin pemasang kancing
Mesin potong
Mesin Steam
Komputer

H
13
3
2
2
1
3
2
2
4
2

TOTAL NILAI
36.400.000
19.500.000
24.000.000
30.000.000
15.000.000
17.400.000
5.600.000
4.000.000
6.000.000
4.000.000

Kapasitas Produksi Rata-Rata Per Bulan = 2100 unit


4.6 Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Tabel 4.2 Bahan Baku dan Bahan Pembantu
BAHAN BAKU

KEBUTUHAN RATA-RATA

SUMBER

PER BULAN
(Rupiah)
Kain Import

12.500.000

Distributor dari Taiwan

Distributor dari

Kain Lokal

5.840.000

BAHAN

KEBUTUHAN RATA-RATA

PEMBANTU

PER BULAN (Rupiah)

Bandung

Distributor dari

520.000

Kancing
Resleting

450.000

Lace

530.000

Jarum

200.000

Benang

800.000

TOTAL

2.500.000

SUMBER

Bandung
Distributor dari
Bandung
Distributor dari
Bandung
Distributor dari
Bandung
Distributor dari
Bandung

BAB V
ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
5.1 Struktur Organisasi

Pemilik
Perusahaan
Divisi
Information
Technology
(IT)

Divisi
Produksi

Divisi
Pembelian

Bagian
Pembuata
a. Pemilik (owner) n

Bagian
Finisihing

Bagian
Design

Divisi
Marketing
& Financial
Bagian
Pemasara
n

Divisi HRD

Bagian
Keuangan

Pemilik merupakan jabatan tertinggi perusahaan dengan wewenang dan tanggung


jawab terbesar. Pemilik (owner ) usaha merangkap langsung sebagai Direktur yang bertugas
dan bertanggung jawab antara lain sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan perusahaan, kebijakan umum dan peraturan perusahaan.
2. Memimpin perusahaan dan mengkoordinasikan semua divisi yang ada

di

perusahaan.
9

3. Menetapkan berbagai kebijakan perusahaan.


4. Mengawasi kegiatan operasional dan manajemen perusahaan agar berjalan dengan
baik.
5. Mengesahkan kebijakan operasional perusahaan.
b. Divisi Information Technology (IT)
1. Mendefinisikan masalah dan menyiapkan dokumentasi tertulis mengenai cara

komputer

membantu pemecahan masalah


2. Menciptakan database yang berisi data yang diperlukan untuk menghasilkan

informasi

bagi perusahaan
3. Membuat kode instruksi yang menyebabkan komputer mengubah data menjadi

informasi

yang diperlukan perusahaan


4. Menyediakan informasi pemecahan masalah bagi para manajer puncak.
5. Menjaga agar pasokan informasi terus mengalir ke manajer puncak
c. Divisi Produksi
Divisi ini terdiri dari 3 bagian yakni bagian design, bagian pembuatan, dan bagian
finishing.
Bagian Design : bagian yang melakukan pendesignan awal sesuai dengan spesifikasi

pemesanan
Bagian Pembuatan : di bagian ini ada yang melakukan pemotongan kain sesuai design
yang dibuat, ada yang bagian melakukan pembordiran kain sesuai dengan pesanan
setelah menerima file DST dari bagian design, dan ada yang melakukan penjahitan

kain yang diterima pemotongan.


Bagian Finishing : bagian ini melakukan proses penyelesaian akhir seperti
pemasangan kancing, pembersihan benang, penyetrikaan dan proses pengepakan.

d. Divisi Pembelian
Melakukan pembelian bahan baku dan bahan penolong sesuai dengan kebutuhan dari

bagian Produksi
Melaporkan pembelian bahan baku dan bahan penolong kepada pemilik
e. Divisi Marketing & Financial
Divisi ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1.
Bagian Pemasaran :
Melakukan analisis kebutuhan pasar tentang produk yang sedang dan akan diproduksi
Melakukan positioning terhadap produk, baik dengan cara promosi atau melaksanakan eveneven tertentu

10

2. Bagian Keuangan : bagian yang memiliki kewenangan mengatur, mengelola, mencatat


terkait masalah keuangan (sumberdana, alokasi anggaran, pembukuan, dan evaluasi

kinerja keuangan) sekaligus merangkap dibagian pembelian.


Melakukan pencatatan atas semua transaksi.
Membantu Pengunjung dalam memberikan informasi mengenai suatu produk.
f. Divisi HRD
Human Resource Departmen adalah divisi yang diperuntukkan melakukan perekrutan
dan pelatihan bagi calon karyawan. Tugas dan tanggung jawabnya yakni :

Melakukan analisis jabatan


Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut para calon pekerja
Menyeleksi para calon kerja
Memberikan orientasi dan pelatihan bagi karyawan baru
Menata olah upah dan gaji
5.2 Tenaga kerja / karyawan
Jumlah karyawan produksi di Independent Konveksi
Tabel 5.1 Jumlah Karyawan
Proses

Mesin / Alat

Tenaga Kerja

Design

2 komputer

Jahit

13 mesin jahit

13

Pembuatan kerah

2 mesin overdeck

Pembuatan resleting

3 mesin rantai

Pemasangan kancing

2 mesin pemasang

Bordir

3 mesin obras

Sablon

1 mesin sablon

Finishing

4 mesin steam

TOTAL

32

11

BAB VI
ASPEK KEUANGAN (FINANSIAL)
6.1 Kebutuhan Dana Investasi
Investasi harga tetap sebesar Rp 12.300.000
6.2 Biaya Pra Operasi
Biaya ini sebesar Rp 262.400.000,- yang digunakan untuk membeli mesin dan
membayar sewa tempat produksi per tahun.
6.3 Modal Kerja
Modal yang digunakan untuk pembiayaan aktiva lancar adalah sebesar Rp
432.500.000,- . Jadi, total kebutuhan dana investasi = Rp 694.900.000.6.4
Rencana Belanja dan Sumber Dana
Modal Sendiri
Sekutu Aktif
Rp 300.000.000,Sekutu Pasif
Rp 100.000.000, Modal Asing
Pinjaman Bank
Rp 200.000.000,6.5
Rencana Kebutuhan Dana
Aktiva Tetap
Mesin Jahit @13
Rp 36.400.000
Mesin Obras @3
Rp 19.500.000
Mesin Bordir @2
Rp 24.000.000
Mesin Overdeck @2
Rp 30.000.000
Mesin Rantai @3
Rp 17.400.000
Mesin Potong @2
Rp 4.000.000
Mesin Steam @4
Rp 6.000.000
Mesin pemasang kancing 2
Rp 5.600.000
Mesin Sablon @1
Rp 15.000.000
Komputer @2
Rp 4.000.000
Mobil operasional
Rp 60.000.000
Sepeda Motor @2
Rp 24.000.000
Tempat Produksi (sewa per th)
Rp 15.000.000
Meja Potong (ukuran 170x350cm) Rp 1.500.000 +
Jumlah Aktiva Tetap
Rp 262.400.000
6.6 Aktiva Lancar
Kas
Rp 180.000.000
Kain Import
Rp 150.000.000
12

Kain Lokal
Material lain
Listrik (Kabel, lampu, ,dll)
Jumlah Aktiva Lancar
TOTAL AKTIVA
6.7
Proyeksi Keuangan
Proyeksi Pendapatan
Pendapatan per hari
Pendapatan per bulan
Pendapatan per tahun
Proyeksi biaya per tahun
Pengadaan kain
Gaji karyawan:
Sekutu aktif
Sekutu pasif
2 manajer
2 bagian HRD
1 Kabag. Pelayanan
32 Bagian Produksi
1 Kabag. Pergudangan
2 Bagian Pemasaran
3 Driver
2 Cleaning Service
2 Satpam
2 Bagian Administrasi
Biaya pengadaan material
Biaya Produksi
Biaya pemeliharaan
Biaya pemasaran
Biaya alat tulis kantor
Biaya administrasi
Biaya listrik, air, telepon
Biaya pengelolaan limbah
Biaya Depresiasi Mesin
Biaya Depresiasi Kendraaan
PBB
PPn
Jumlah Biaya
6.8
Proyeksi Laba/Rugi
Perhitungan laba/rugi yaitu

Rp 70.000.000
Rp 30.000.000
Rp 2.500.000
Rp432.500.000 +
Rp 694.900.000

Rp
8.200.000
Rp 246.000.000
Rp 2.952.000.000
Rp

250.000.000

Rp 180.000.000
Rp
72.000.000
Rp
55.200.000
Rp
36.000.000
Rp
13.200.000
Rp 487.680.000
Rp
14.000.000
Rp
24.000.000
Rp
25.200.000
Rp
14.000.000
Rp
18.000.000
Rp
21.600.000
Rp
30.000.000
Rp
20.000.000
Rp
40.000.000
Rp
6.200.000
Rp
130.000
Rp
4.000.000
Rp
10.000.000
Rp
10.000.000
Rp
70.000.000
Rp
16.000.000
Rp
2.400.000
Rp 204.000.000
Rp 1.623.610.000
dengan menghitung selisih antara pendapatan dengan

pengeluaran
L/R = Pendapatan Pengeluaran
= Rp 2.952.000.000 Rp 1.623.610.000
= Rp 1.328.390.000,Jadi, laba yang diperoleh per tahun kurang lebih sebesar Rp 1.328.390.000,6.9
Proyeksi kemampuan pelunasan hutang
Hutang dilunasi dalam jangka waktu 10 tahun dengan bunga 12% per tahun
6.10
Perhitungan Kelayakan Usaha
Menggunakan metode Payback Periode
13

Payback periode = Investasi x 1 thn Arus Cash Flow


Arus Cash Flow = EAT + Depresiasi
Aktiva tetap Rp 262.400.000,Depresiasi = Rp 86.000.000 per tahun (diperoleh dari total depresiasi)
Beban Depresiasi

Keuntungan bersih per tahun = Omset per tahun biaya operasional


Hasilnya: Rp 2.952.000.000 Rp 1.623.610.000 = Rp 1.328.390.000,Hari Kerja per tahun diasumsikan 336 Hari
Misalkan usaha tersebut dikurangi pajak 15% adalah
EAT = 30% x Rp 1.328.390.000 = Rp.398.517.000
Menggunakan Rate of Return
Yaitu dengan membandingkan rata-rata EAT dengan rata-rata investasi.
Misal pendapatan per tahun adalah sebagai berikut :
Tahun

Pendapatan

Rp 1.120.889.000

Rp 1.110.000.000

Rp 1.100.000.000

Rp 1.095.000.000

Rp 1.000.000.000

Rp 1.200.000.000

Rp 1.115.000.000

Rp 1.008.000.000

Rp

860.000.000

10

Rp

930.000.000

Total
Rp 8.750.679.000
Rata-rata EAT = Rp 8.750.679.000
Rata-rata Investasi Rp 694.900.000/2 = Rp 347.450.000
ARR

= 8.750.679.000
347.450.000
= 25,1854339%

14

Menggunakan Net Present Value (NPV)


Karena tingkat pengembalian yang diinginkan kurang lebih sekitar 20% maka :

EAT + Depresiasi

Diskon

Faktor

PV

Rp 1.206.889.000

20%
0,8333

Rp 1.196.000.000

0,6944

Rp

830.502.400

Rp 1.186.000.000

0,5787

Rp

686.338.200

Rp 1.181.000.000

0,4822

Rp

569.478.200

Rp 1.086.000.000

0,4018

Rp

436.354.800

Rp 1.286.000.000

0,3348

Rp

430.552.800

Rp 1.242.000.000

0,2790

Rp

346.518.000

Rp 1.014.000.000

0,2325

Rp

235.755.000

Rp

946.000.000

0,1938

Rp

183.334.800

Rp 1.016.000.000

0,1615

Rp 164.084.000
Rp 4.888.628.844

Rp 1.005.700.604

NPV =
4.888.628.844
694.900.000
=

Rp

Rp

4.193.728.844
Dengan demikian investasi yang dilakukan dalam pembuatan Independent Konveksi dapat
dikatakan layak karena hasil dari NPV positif yaitu sebesar Rp 4.193.728.844,-

15

BAB VII
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL
Untuk menilai kelayakan suatu usaha, terdapat aspek-aspek penilaian bisnis.
Keseluruhan aspek-aspek penilaian bisnis ini berkaitan satu sama lain. Sedangkan urutan
penilaian aspek-aspek penilaian bisnis tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data
yang tersedia. Secara umum, aspek ekonomi dan sosial akan diteliti setelah aspek manajemen
telah diteliti. Tujuan penelitian dalam aspek ekonomi dan sosial adalah untuk melihat
seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika suatu usaha dijalankan. Pengaruh yang
dimaksud dalam aspek ini adalah pengaruh ekonomi secara luas serta dampak sosial suatu
usaha terhadap masyarakat.
Komponen-komponen dalam aspek ekonomi dalam analisis

business plan

Independent Konveksi di Yogyakarta mencakup dampak ekonomi, peningkatan pendapatan


masyarakat baik yang bekerja di Indepedent Konveksi atau masyarakat di luar lokasi usaha.
Sedangkan aspek sosial antara lain adalah tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan,
jembatan, penerangan, telepon, air, tempat kesehatan, pendidikan, sarana olahraga dan sarana
ibadah.
Usaha Indepedent Konveksi dalam hasil analisis business plan akan memberikan
perubahan signifikan bagi masyarakat sekitar dalam aspek ekonomi. Perubahan yang
dimaksud disini adalah perubahan positif . Berbagai macam perubahan positif yang terjadi
meliputi perubahan pendapatan, hubungan sosial, aktivitas lalu lintas yang semakin ramai di
daerah gajah mada dan sekitarnya, penerangan jalan yang semakin banyak, jalur komunikasi
semakin lancar, tingkat keamanan, perilaku masyarakat dan adat istiadat serta mengurangi
jumlah pengangguran di daerah Yogyakarta.
Sedangkan dalam aspek sosial, dampak yang dapat ditimbulkan akibat dibukanya
usaha Indepedenti Konveksi adalah adanya perubahan struktur penduduk menurut kelompok
umur, jenis kelamin, tingkat pekerjaan dan pendidikan, perubahan tingkat pendapatan

16

penduduk, perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisipasi angkatan kerja maupun
tingkat pengangguran.

BAB VIII
ASPEK LIBGKUNGAN (AMDAL)
Tujuan dari aspek amdal untuk menganalisis dampak dari suatu usaha yang akan
dijalankan. Aspek ini penting karena dari dijalankannya suatu usaha akan memberikan
dampak pada lingkungan sekitar, baik terhadap darat, air, udara, yang pada akhirnya akan
berdampak pada kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Aspek amdal adalah aspek terakhir dalam suatu business plan yang akan diteliti. Sedangkan
pengertian dari analisis mengenai dampak lingkungan sebagaimana diatur dalam pasal 1
angka 11 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan .
Limbah dari hasil produksi Indepedent Konveksi yang berupa limbah majun tali dapat
langsung dimusnahkan atau bisa dimanfaatkan secara ekonomis dengan menjualnya ke
produksi pembuatan keset . Sedangkan untuk limbah sisa air sablon dapat diproses dengan
bak over flow yang berfungsi untuk menyaring limbah, mengikat ampas limbah dan
menetralkan air limbah . Sisa air limbah setelah dinetralkan akan berwarna bening dan proses
selanjutnya , air limbah dicampur zeloit untuk menghilangkan bau. Pembuatan bak over flow
ini dapat diimplementasikan ketika usaha konveksi masih dalam proses pengembangan, akan
tetapi apabila usaha konveksi sudah mencapai tingkat produksi yang tinggi, dapat mendirikan
suatu instalasi pembuangan air limbah (IPAL) untuk memproses limbah air sablon yang
kapasitasnya melebihi kapasitas menggunakan bak over flow.
Limbah kain berupa potongan-potongan kain

yang biasa disebut kain perca

selanjutnya dapat dimanfaatkan secara ekonomis pula dengan menyalurkannya kepada usahausaha rumahan yang kini marak membuat beraneka macam barang berbahan dasar kain
perca.
17

BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1

Kesimpulan
Analisis kelayakan usaha Konveksi yang bernama Independent Konveksi ini sudah

memenuhi segala aspek kelayakan pabrik/usaha mulai dari aspek hukum hingga aspek
lingkungan (amdal). Selain itu dalam aspek finansial dapat disimpulkan usaha ini layak untuk
dijalankan.
9.2

Saran

Harus selalu melakukan pembaharuan dan pengembangan agar usaha tetap bisa

bertahan ditengah persaingan yang ketat.


Harus lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan
Harus lebih memperhatikan dampak lingkungan akibat limbah yang ditimbulkan agar

tidak meresahkan masyarakat sekitar.

18

Você também pode gostar