Você está na página 1de 16

Menutup Aib orang lain

sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:

.






Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya.
(HR. Al-Bukhary no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, serta
Muslim
no.
2699
dari
hadits
Abu
Hurairah
radhiyallahu
anhu
pent)
Rasulullah

shallallahu

'alaihi

wa

sallam

bersabda




"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya,
janganlah kalian mengghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka,
sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan
mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan
mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya" (HR Abu Dawud no 4880)
Rasulullah

shallallahu

'alaihi

wa

sallam

bersabda



"Barang siapa yang membantu memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi
hajatnya, barang siapa yang melepaskan kesulitan seorang muslim maka Allah akan melepaskan
kesulitannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah
akan menutupi aibnya pada hari kiamat" (HR Al-Bukhari no 2442 dan Muslim no 2580)
Rasulullah

shallallahu

'alaihi

wa

sallam

bersabda



"Barang siapa yang menyulitkan (orang lain) maka Allah akan mempersulitnya para hari kiamat"
(HR
Al-Bukhari
no
7152)

Pengertian Aib
Secara bahasa, aib artinya cacat dan kekurangan. Bentuk jamaknya: uyub. Sesuatu yang
memiliki aib, dalam bahasa arab, disebut a`ib. Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik
tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa
kepada efek psikologi yang negatif jika tersebar.
Sebagian ulama mazhab Hanafi menjelaskan aib dengan pengertian:















Suatu bagian yang tidak ada dari asal penciptaanya dan hal itu dianggap sebagai bentuk
kekurangan. (Al-Hasfaki, ad-Dur al-Mukhtar, Dar al-Fikr, Beirut)
Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang
makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para
sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu
sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging
unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah
mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.
Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain
akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.

Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak
asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal
obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.
Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan
tentang apa atau bagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan
untuk menutupinya. Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan
dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari
kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya.
(Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan
lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan
janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah
akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya
meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi)
Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya
sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang
terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang
melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin
aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka
tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)
Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudarasaudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih:
"Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan
akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan
perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu
jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara
terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut
mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa
menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam
al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terangterangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti
minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti
ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk
melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafii berkata, Siapa yang menasehati
saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan
memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah
mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti
mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan
diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan
orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat
dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya
dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang
berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai
Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka
berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama
lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan
lapar.

Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah
anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan
sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian
Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian
sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu.
Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak
menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah
sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia,
saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau
aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada
Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi
aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal
menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun
tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung
turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah
Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang
ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki
diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat
perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan
dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah
orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang
lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib
orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab.

3 Keutamaan Menutupi Aib Saudara


Sesama Muslim

Islam adalah agama yang sangat indah. Ia mengajarkan umatnya untuk tidak membuka aib orang
lain yang hanya akan membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya untuk
menutupi aib saudaranya sesama muslim. Dan bagi mereka yang mau menutupi aib saudaranya
tersebut, ada 3 keutamaan yang bisa ia dapatkan sebagaimana hadits-hadits berikut ini:

1. Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak














"Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari
kiamat kelak." (HR. Muslim)













"Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya sesama muslim di dunia, Allah menutupi (aib) nya pada hari
kiamat." (HR. Ahmad)
Sebaliknya, siapa yang mengumbar aib saudaranya, Allah akan membuka aibnya hingga aib rumah
tangganya.

"Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,
dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga
terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya." (HR. Ibnu Majah)
2. Allah juga menutupi aibnya di dunia ini

"Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia
dan akhirat." (HR. Ibnu Majah)








































"Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan
duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak.
Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka
Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang
menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan
akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong
saudaranya." (HR. Tirmidzi)
3. Keutamaan menutup aib saudara seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidu-hidup











"Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi
yang dikubur hidup-hidup." (HR. Abu Daud)


















"Barangsiapa melihat aurat lalu ia menutupinya maka seolah-oleh ia telah menghidupkan kembali
Mau`udah dari kuburnya." (HR. Ahmad)


















"Barangsiapa menutupi aib seorang mukmin maka ia seperti seorang yang menghidupkan kembali
Mau`udah dari kuburnya." (HR. Ahmad)
Wallahu a'lam bish shawab.
Pada zaman Nabi Musa alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan.
Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, YaKaliimallah, berdoalah
kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami. Maka berangkatlah Musa alaihis
salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70
ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan
lapar.
Nabi Musa berdoa, Ilaahi! Asqinaa ghaitsak. Wansyur alaina rahmatak warhamnaa bil athfaal
ar rudhdha wal bahaaim ar rutta wal masyaayikh ar rukka..
Setelah itu langit tetap saja terang benderang matahari pun bersinar makin kemilau (maksudnya
segumpal awan pun tak jua muncul).
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, Ilaahi asqinaa.
Allah pun berfirman kepada Musa, Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian
sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu.
Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku
tidak menurunkan hujan untuk kalian
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, Wahai hamba yang bermaksiatkepada Allah
sejak 40 tahun keluarlah ke hadapan kami. karena engkaulah hujan tak kunjung turun
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia
saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud..
Ia berkata dalam hatinya, Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku
Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.
Maka hatinya pun gundah gulana air matanya pun menetes.. menyesali perbuatan maksiatnya
sambil berkata lirih, Ya Allah Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun selama itu pula
Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku
Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan
semakin lama semakin tebal menghitam dan akhirnya turunlah hujan.
Musa pun keheranan, Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun
yang keluar di hadapan manusia. Allah berfirman, Aku menurunkan hujan kepada kalian oleh
sebab hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.
Musa berkata, Ya Allah Tunjukkan padaku hamba yang taat itu.
Allah berfirman, Ya Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah
Aku akan membuka aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!
(Kisah ini dikutip dari buku berjudul Fii Bathni al-Huut oleh Syaikh DR. Muhammad Al Ariifi, hal.
42)
Subhaanallah Kalaulah bukan karena Allah menutupi aib-aib kita

Hadith:Allah Menutup Aib Orang Yang Menutup Aib


Saudaranya
1. Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam
hatinya. Janganlah engkau sekalian mengumpat orang-orang Islam dan jangan membuka aib
mereka, (kerana) sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan
membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka Allah, maka Dia akan membukanya sekalipun di
dalam rumahnya. (HR. Muslim, Abu Daud dan at-Tirmidzi)
2. Siapa yang membela harga diri saudaranya yang muslim, nescaya Allah swt menjaga wajahnya
dari neraka pada hari kiamat (HR. at-Tirmidzi)
3. Sesiapa yang menutup aib saudara muslimnya maka Allah akan menutup aibnya di akhirat (HR.
at-Tirmidzi dan disahihkan oleh Al-Albani)
4. Seorang muslim itu ibarat cermin kepada yang lainnya, bila dia melihat sebarang kekotoran
maka segera dia menyapunya (HR. at-Tirmidzi dan Abu Daud)
5. Sesiapa yang melakukan dosa sedemikian (syirik, mencuri dan zina) dan dihukum keranannya,
maka hukuman itu adalah kifarah baginya. Dan sesiapa yang melakukan dosa sedemikian lalu Allah
menutupinya, maka terpulang kepada Allah sama ada untuk mengampunkannya atau
mengazabnya. (HR. al-Bukhari)
6. Wahai Rasulullah, apa sebenarnya Ghibah itu? Rasulullah s.a.w. menjawab, Iaitu berkata
sesuatu tentang saudaramu yang dia tidak suka, ditanya lagi Bagaimana kalau ianya benar?
Rasulullah s.a.w. menjawab Sekiranya apa yang kau katakan itu benar engkau telah melakukan
ghibah dan sekiranya tidak engkau telah melakukan fitnah
7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Ada seorang lelaki yang minum minuman keras
(khamr) dibawa di hadapan Nabi s.a.w., maka Baginda bersabda: Kalian pukullah dia. Abu
Hurairah berkata, Di antara kami ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan
sandalnya, dan ada yang memukul dengan pakaiannya. Ketika orang itu akan kembali, sebahagian
orang berkata kepadanya. Mudah-mudahan Allah menghinakanmu. Rasulullah bersabda:
Janganlah kamu berkata yang demikian itu, jangan kamu membantu perbuatan syaitan (syaitan
sangat suka jika Allah menghinakan hambanya kerana memang itu pekerjaan syaitan). (HR. alBukhari)
8. Wahai golongan yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah
kamu mengumpat kaum Muslimin dan janganlah mengintip keaiban mereka, maka barang siapa yang
mengintip keaiban saudaranya, nescaya Allah akan mengintip keaibannya dan siapa yang diintip
Allah akan keaibannya maka Allah akan membuka keaibannya walaupun dirahsiakan di lubang
kenderaannya. (HR. at-Tirmidzi)
9. Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak menganiayanya dan tidak pula
membiarkan dia teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya maka Allah akan menolong
keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang Muslim, Allah akan menghilangkan
kesusahannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup keaiban seorang Muslim, maka Allah SWT
akan menutup keaibannya di hari akhirat. (HR. al-Bukhari)
10. Setiap orang mempunyai keaiban dan tidak ada seorang pun yang terlepas dari melakukan
kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, Setiap daripada kamu adalah orang yang berbuat salah, dan
sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.( HR Ahmad).

Di antara penyebab ditutupnya dosa kita pada hari kiamat


adalah:
JANGAN
KAU
BUKA
AIB
SAUDARAMU
SESAMA
MUSLIM...
Dan
jangan
sedikitpun
senang
bila
aibnya
terbongkar...
Dan jangan mencari-cari cara agar aib seorang yang bermaksiat bisa terbongkar...
Pintu
taubat
kan
senantiasa
terbuka...
Engkau
tak
tahu,
boleh
jadi
Allah
menerima
taubatnya...
Dan
yang
tersisa
adalah
dosa
pada
dirimu
karena
menyebar
kesalahannya...
Maka,
tutuplah
aib
seorang
muslim,
sekuat
tenaga..
Kalau sampai berita aib itu melalui HP mu misalnya, hal yang pertama kau lakukan adalah berdoa
kepada
Allah
memohon
pertolongan,
kemudian
hapuslah
berita
tersebut...
-Syaikh
Shalih
al
MaghamisiKarena itu saudaraku Tutuplah aib yang ada pada dirimu dengan menutup aib yang ada pada

saudaramu yang memang pantas ditutup. Dengan engkau menutup aib saudaramu, Allah Subhanahu
wa Taala akan menutup aibmu di dunia dan kelak di akhirat. Siapa yang Allah Subhanahu wa Taala
tutup aib di dunianya, di hari akhir nanti Allah Subhanahu wa Taala pun akan menutup aibnya
sebagaimana
Nabi
Shallallahu
alaihi
wa
sallam
bersabda:



Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan
menutup
aibnya.
[HR.
Muslim
no.
6537]
Dalam hadits yang lain dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
bersabda:



Seorang muslim dgn muslim yang lain adalah bersaudara, dia tak boleh berbuat zhalim & aniaya
kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan
memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yanga membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan,
maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi
aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak. [HR. Muslim no.
2850]
Wallahu taala alam bish-shawab.
Ketika asyik membicarakan kekurangan orang lain seakan lupa dengan diri sendiri. Seolah diri sendiri
sempurna tiada cacat dan cela. Ibarat kata pepatah, Kuman di seberang lautan tampak, gajah di
pelupuk mata tiada tampak.
Saudariku muslimah
Bagi kebanyakan kaum wanita, ibu-ibu ataupun remaja putri, bergunjing membicarakan aib, cacat,
atau cela yang ada pada orang lain bukanlah perkara yang besar. Bahkan di mata mereka terbilang
remeh, ringan dan begitu gampang meluncur dari lisan. Seolah-olah obrolan tidak asyik bila tidak
membicarakan kekurangan orang lain. Si Fulanah begini dan begitu. Si Alanah orangnya suka
ini dan itu.
Ketika asyik membicarakan kekurangan orang lain seakan lupa dengan diri sendiri. Seolah diri sendiri
sempurna tiada cacat dan cela. Ibarat kata pepatah, Kuman di seberang lautan tampak, gajah di
pelupuk mata tiada tampak.
Perbuatan seperti ini selain tidak pantas/tidak baik menurut perasaan dan akal sehat kita, ternyata
syariat yang mulia pun mengharamkannya bahkan menekankan untuk melakukan yang sebaliknya
yaitu menutup dan merahasiakan aib orang lain.
Ketahuilah wahai saudariku, siapa yang suka menceritakan kekurangan dan kesalahan orang lain,
maka dirinya pun tidak aman untuk diceritakan oleh orang lain. Seorang ulama salaf berkata, Aku
mendapati orang-orang yang tidak memiliki cacat/cela, lalu mereka membicarakan aib manusia maka
manusia pun menceritakan aib-aib mereka. Aku dapati pula orang-orang yang memiliki aib namun
mereka menahan diri dari membicarakan aib manusia yang lain, maka manusia pun melupakan aib
mereka.1
Tahukah engkau bahwa manusia itu terbagi dua:
Pertama: Seseorang yang tertutup keadaannya, tidak pernah sedikitpun diketahui berbuat maksiat.
Bila orang seperti ini tergelincir dalam kesalahan maka tidak boleh menyingkap dan menceritakannya,
karena hal itu termasuk ghibah yang diharamkan. Perbuatan demikian juga berarti menyebarkan
kejelekan di kalangan orang-orang yang beriman. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji2 di kalangan orang-orang
beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat. (An-Nur: 19)
Kedua: Seorang yang terkenal suka berbuat maksiat dengan terang-terangan, tanpa malu-malu, tidak
peduli dengan pandangan dan ucapan orang lain. Maka membicarakan orang seperti ini bukanlah
ghibah. Bahkan harus diterangkan keadaannya kepada manusia hingga mereka berhati-hati dari
kejelekannya. Karena bila orang seperti ini ditutup-tutupi kejelekannya, dia akan semakin bernafsu
untuk berbuat kerusakan, melakukan keharaman dan membuat orang lain berani untuk mengikuti
perbuatannya3.
Saudariku muslimah
Engkau mungkin pernah mendengar hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbunyi:


Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia
niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang
memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan nanti di
akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan
kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong
saudaranya. (HR. Muslim no. 2699)
Bila demikian, engkau telah tahu keutamaan orang yang suka menutup aib saudaranya sesama
muslim yang memang menjaga kehormatan dirinya, tidak dikenal suka berbuat maksiat namun
sebaliknya di tengah manusia ia dikenal sebagai orang baik-baik dan terhormat. Siapa yang menutup
aib seorang muslim yang demikian keadaannya, Allah Subhanahu wa Taala akan menutup aibnya di
dunia dan kelak di akhirat.
Namun bila di sana ada kemaslahatan atau kebaikan yang hendak dituju dan bila menutupnya akan
menambah kejelekan, maka tidak apa-apa bahkan wajib menyampaikan perbuatan jelek/aib/cela
yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang bisa memberinya hukuman. Jika ia seorang istri
maka disampaikan kepada suaminya. Jika ia seorang anak maka disampaikan kepada ayahnya. Jika
ia seorang guru di sebuah sekolah maka disampaikan kepada mudir-nya (kepala sekolah). Demikian
seterusnya4.
Yang perlu diingat, wahai saudariku, diri kita ini penuh dengan kekurangan, aib, cacat, dan cela. Maka
sibukkan diri ini untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan
waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain. Lagi pula, orang yang suka
mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah
Subhanahu wa Taala akan membalasnya dengan membongkar aibnya walaupun ia berada di dalam
rumahnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu anhu dari
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:


Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya dan iman itu belum masuk ke dalam hatinya5.
Janganlah kalian mengghibah kaum muslimin dan jangan mencari-cari/mengintai aurat6 mereka.
Karena orang yang suka mencari-cari aurat kaum muslimin, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan
siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya di dalam rumahnya
(walaupun ia tersembunyi dari manusia). (HR. Ahmad 4/420, 421,424 dan Abu Dawud no. 4880. Kata
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud: Hasan shahih.)
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma menyampaikan hadits yang sama, ia berkata, Suatu hari
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam naik ke atas mimbar, lalu menyeru dengan suara yang tinggi:




Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman itu belum sampai ke dalam
hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencaricari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudaranya sesema muslim, Allah
akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan
membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya. (HR. At-Tirmidzi no. 2032, dihasankan
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, hadits
no. 725, 1/581)
Dari hadits di atas tergambar pada kita betapa besarnya kehormatan seorang muslim. Sampaisampai ketika suatu hari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma memandang ke Kabah, ia berkata:


Alangkah agungnya engkau dan besarnya kehormatanmu. Namun seorang mukmin lebih besar lagi
kehormatannya di sisi Allah darimu.7
Karena itu saudariku Tutuplah cela yang ada pada dirimu dengan menutup cela yang ada pada
saudaramu yang memang pantas ditutup. Dengan engkau menutup cela saudaramu, Allah
Subhanahu wa Taala akan menutup celamu di dunia dan kelak di akhirat. Siapa yang Allah
Subhanahu wa Taala tutup celanya di dunianya, di hari akhir nanti Allah Subhanahu wa Taala pun
akan menutup celanya sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan
menutup aibnya8. (HR. Muslim no. 6537)
Wallahu taala alam bish-shawab.
1 Jamiul Ulum Wal Hikam (2/291).

2 Baik seseorang yang disebarkan kejelekannya itu benar-benar terjatuh dalam perbuatan tersebut
ataupun sekedar tuduhan yang tidak benar.
3 Jamiul Ulum Wal Hikam (2/293), Syarhul Arbain Ibnu Daqiqil Ied (hal. 120), Qawaid wa Fawa`id
minal Arbain An-Nawawiyyah, (hal. 312).
4 Syarhul Arbain An-Nawawiyyah, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin (hal. 390-391).
5 Yakni lisannya menyatakan keimanan namun iman itu belum menancap di dalam hatinya.
6 Yang dimaksud dengan aurat di sini adalah aib/cacat atau cela dan kejelekan. Dilarang mencari-cari
kejelekan seorang muslim untuk kemudian diungkapkan kepada manusia. (Tuhfatul Ahwadzi)
7 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2032
8 Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata: Tentang ditutupnya aib si hamba di hari kiamat, ada dua
kemungkinan. Pertama: Allah akan menutup kemaksiatan dan aibnya dengan tidak
mengumumkannya kepada orang-orang yang ada di mauqif (padang mahsyar). Kedua: Allah
Subhanahu wa Taala tidak akan menghisab aibnya dan tidak menyebut aibnya tersebut. Namun
kata Al-Qadhi, sisi yang pertama lebih nampak karena adanya hadits lain. (Al-Minhaj Syarh Shahih
Muslim, 16/360)
Hadits yang dimaksud adalah hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku
pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

. : :

. :
Sesungguhnya (di hari penghisaban nanti) Allah mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah
meletakkan tabir dan menutupi si mukmin (sehingga penghisabannya tersembunyi dari orang-orang
yang hadir di mahsyar). Allah berfirman: Apakah engkau mengetahui dosa ini yang pernah kau
lakukan? Apakah engkau tahu dosa itu yang dulunya di dunia engkau kerjakan? Si mukmin
menjawab: Iya, hamba tahu wahai Rabbku (itu adalah dosa-dosa yang pernah hamba lakukan).
Hingga ketika si mukmin ini telah mengakui dosa-dosanya dan ia memandang dirinya akan binasa
karena dosa-dosa tersebut, Allah memberi kabar gembira padanya: Ketika di dunia Aku menutupi
dosa-dosamu ini, dan pada hari ini Aku ampuni dosa-dosamu itu. Lalu diberikanlah padanya catatan
kebaikan-kebaikannya (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Menutupi Aib Sesama Muslim


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, semakin mudah saja saja
manusia melakukan perbuatan tercela, seperti ghibah, namimah,berprasangka buruk dan
akhlak tercela lainnya. Bahkan secara tidak sadar terkadang manusia dengan asyiknya
membicarakan kejelekan orang lain, entah itu secara langsung dan terang-terangan atau
dengan cara samar, entah itu dalam dunia nyata atau dunia maya melalui jejaring sosial yang
kini semakin berkembang dengan pesatnya.
Semakin berkembangnya dunia informasi dan komunikasi secara tidak langsung juga
semakin memudahkan kita dan manusia pada umumnya untuk membuka aib orang lain,
apalagi kalau jejaring sosial itu mempertemukan kita dengan teman yang sudah lama tidak
bertemu, maka dengan asyiknya kita membahas banyak hal yang ujung-ujungnya biasanya
akan merembet pada hal-hal yang dinamakan ghibah. Banyak kita dapati di tengah
keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak
membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu
bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam
Namun bukan berarti perkembangan dunia komunikasi tersebut tidak baik, karena
tidak sedikit dampak positif yang timbul karena perkembangan tersebut, salah satunya bisa
dijadikan sebagai ajang dakwah, tempat silaturrahim dan lain sebagainya.

B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
3.

A.

Berangkat dari latar belakang di atas, kami akan membahas tentang hadits-hadist nabi
Muhammad SAW tentang larangan membuka atau menyebarkan aib dan anjuran untuk
menutupinya.
Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini kami memberi rumusan masalah sebagai berikut :
Apa itu aib?
Larangan membuka aib orang lain
Hadist-hadits yang melarang membuka aib orang lain dan anjuran menutupinya.
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini antara lain :
Untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan aib.
Untuk memahami tentang ajaran agama islam mengenai larangan membuaka aiborang.
Untuk mengetahui hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan larangan membuka aiborang
lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Aib
Secara bahasa, aib artinya cacat dan kekurangan. Bentuk jamaknya: uyub. Sesuatu yang
memiliki aib, dalam bahasa arab, disebut a`ib. Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik
tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa
kepada efek psikologi yang negatif jika tersebar.
Sebagian ulama mazhab Hanafi menjelaskan aib dengan pengertian:















Suatu bagian yang tidak ada dari asal penciptaanya dan hal itu dianggap sebagai bentuk
kekurangan. (Al-Hasfaki, ad-Dur al-Mukhtar, Dar al-Fikr, Beirut)

B. Larangan membuka Aib orang lain


Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara. Sebuah persaudaraan
yang jauh lebih sakral ketimbang satu ayah dan satu ibu. Karena Allah sendiri yang
menyatakan kekuatan persaudaraan itu:

- See more at:
http://www.alim.org/library/quran/ayah/compare/49/10/allah%27s-commandment-to-lower-thevoice-in-the-presence-of-holy-prophet-and-make-peace-between-the-believers-if-they-fell-intofighting-among-themselves#sthash.0DqADbif.dpuf

orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.(Al-Hujurat: 10)
Ketika seorang mukmin membuka dan menyebarkan aib saudaranya, ada dua
kesalahan yang dilakukan sekaligus. Pertama, ada citra keagungan orang-orang beriman yang
terkotori. Dan reaksi yang muncul memojokkan umat Islam. Kedua, orang yang gemar
menyebarkan aib saudaranya, sebenarnya tanpa sadar sedang memperlihatkan jati dirinya
yang asli. Antara lain, tidak bisa memegang rahasia, lemah kesetiakawanan, dan penyebar
berita bohong. Semakin banyak aib yang ia sebarkan, kian jelas keburukan diri si penyebar.
Benar apa yang dinasihatkan Rasulullah saw. bahwa diam adalah pilihan terbaik ketika
tidak ada bahan ucapan yang baik. Simpanlah aib seorang teman dan saudara sesama
mukmin, karena dengan begitu; kelak, Allah swt., akan menutup aib kita di hadapan manusia.

Allah SWT telah melarang dan mengharamkan untuk memata-matai dan mencari-cari
aib seorang muslim, walaupun itu dalam rangka amar maruf nahi mungkar. Dan Allah telah
mempersiapkan hukuman yang menghinakan bagi pelakunya di dunia dan di akhirat. Adapun
di dunia maka Allah pasti akan menghinakan dirinya walaupun dia tengah bersembunyi di
dalam rumahnya.
Adapun di akhirat, maka siksaan akhirat lebih besar dan lebih hina, yaitu Allah akan
membuka secara terang-terangan semua dosa dan aibnya ketika di dunia, agar seluruh
makhluk di padang mahsyar bisa melihatnya.
Allah menyiapkan azab yang pedih bagi orang-orang yang gemar
membuka aib seseorang. Sebagaimana dalam firman-Nya dalam al-Quran surah an-Nur : 19
yang berbunyi :

c) t%!$# tbq7t br& yn@ ptsx9$#


%!$# (#qZtB#u Nlm; >#xt L9r&
$uR9$#otzFy$#ur 4 !$#ur On=t OFRr&ur
w tbqJn=s?
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.
dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (Q.S. an-Nur : 19)
Aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori: yaituPertama, aib yang
sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat.
Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui
oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan,
baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa
besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia
tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti
menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyisembunyi atau terang-terangan. Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi
menjadi dua: yaitu Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi
dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya
melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia
tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafii
berkata, Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti
dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa
menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya dan mengkhianatinya." (Syarh
Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Selanjutnya, perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan
orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini
diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan,
karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Ada sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam
kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib
orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim
kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka

berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan
kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju
padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan
kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah
rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan
orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin
kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah kami hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada
kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang
lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena
dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat
kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak
kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di
depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka
rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil
berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu
pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah
taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin
tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan
kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya
hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat
kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka
suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat
belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya
dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Kita senantiasa selalu dianjurkan untuk menutupi aib sesama muslim, sebagaimana
kandungan hadits nabi bahwasanya jika kita menutupi aibseseorang, maka kelak pada hari
kiamat Allah akan menutup aib kita.
Tertutup ada dua macam: hissi dan maknawi. Tertutup secara hissi adalah memakai
kain yang baik dan bagus untuk menutupi aurat sehingga tidak dilihat oleh pandangan orang.
Petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini berlaku dalam semua kondisi kecuali antara
pasangan suami-istri saat berhubungan. Maka bagi siapa yang sedang buang air atau mandi
hendaknya ia memasang penutup supaya tidak terlihat oleh pandangan mata orang.

Tertutup secara maknawi adalah menutupi aib dan perbuatan dosa dengan tidak
menceritakan dan menyebarkannya kepada orang lain. Ini juga berlaku atas orang yang
melihat saudara muslimnya telah melakukan perbuatan dosa atau melakukan tindakan hina
maka janganlah ia menyebarkannya kepada msyarakat, tapi hendaknya ia mencegahnya dari
perbuatan maksiat dan menyuruhnya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Karenanya Islam melarang keras umatnya dari mencari-cari kesalahan kaum muslimin yang
tersembunyi untuk dia sebarkan ke tengah-tengah manusia. Perbuatan tersebut dapat
mengundang murka Allah kepadanya dan menyebabkannya mengerjakan perbuatan buruk
saudaranya tadi. Karena balasan sesuai dengan jenis amal. Maka siapa yang mencari-cari aib
orang lain dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia maka Allah akan menyingkap
aibnya dan menyebarkannya di tengah-tengah makhluk-Nya. Bahkan dosa dan maksiat yang
dikerjakannya di dalam kamarnya di tengah malam akan juga diketahui orang
C. Hadist tentang larangan membuka aib
1. Hadits Riwayat Imam Muslim


)) :)




((









Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, Nabi SAW bersabda: Seorang hamba tidak
menutupi aib hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.
(HR; Muslim)
2. Hadits Riwayat Bukhori Muslim








:)


)) :)




:)












((












Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosa kecuali orang-orang yang terangterangan (berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah
seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan
kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. Ia
berkata, Wahai fulan, semalam aku berbuat ini dan itu. Sebenarnya pada waktu malam
Tuhannya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi justru pagi harinya ia membuka aibnya
sendiri yang telah ditutupi oleh Allah. (HR: Bukhari dan Muslim).
3. Hadits Riwayat Bukhori





:)







:)





:)












.
:)

:)






Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Ada seorang laki-laki yang minum
minuman keras (khamr) dibawa di hadapan Nabi SAW, maka beliau bersabda: Kalian
pukullah dia. Abu Hurairah berkata, Di antara kami ada yang memukul dengan tangannya,
ada yang memukul dengan sandalnya, dan ada yang memukul dengan pakaiannya. Ketika
orang itu akan kembali, sebagian orang berkata kepadanya. Mudah-mudahan Allah
menghinakanmu. Rasulullah bersabda: Jangan kalian berkata yang demikian itu, jangan
kamu membantu perbuatan syaitan (syaitan akan senang jika Allah menghinakan hambanya
karena memang itu pekerjaan syaitan). (HR; Bukhari)

4. Hadits Riwayat Bukhori



















:)


[4] .
















Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, Muhammad bin Hatim dan Abdu bin Humaid,

Abdu berkata : telah menceritakan kepadaku, sedang yang lain berkata: telah menceritakan kepada
kami Yaqub
bin
Ibrahim telah
menceritakan
kepada
kami anak
saudaraku
Ibnu
Syihab dari pamannya, ia berkata: Salim berkata: Saya mendengar Abu Hurairah Radhiyallaahuanhu
, ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Semua umatku akan
ditutupi segala kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan.
Masuk dalam kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam
hari kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi
malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari sehingga
ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri menyingkap tirai
penutup Allah dari dirinya.
Zuhair berkata dan sesungguhnya termasuk dari Hijar (menampak-nampakkan dosa).
5. Hadits Riwayat Tirmidzi








:)







Bahwa suatu hari Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan mereka (para sahabat) dengan
suara yang amat keras, beliau bersabda, Wahai mereka yang beriman dengan lisannya,
namun keimanan belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum
muslimin, dan janganlah kalian mencari-cari aib dan kesalahan mereka. barangsiapa yang
mencari-cari aib dan kesalahan saudaranya, maka Allah akan membuka aibnya, dan barang
siapa yang aibnya dibuka oleh Allah, maka Allah akan membuatnya malu sekalipun dia
berada di lorong rumahnya. (HR. At-Tirmizi no. 2032)
Allah menganjurkan agar para hamba-Nya saling menutupi aib diantara sesama
mereka. Untuk itu Allah telah menyediakan bagi mereka pahala yang sesuai dengan amalan
baik mereka, yaitu akan menyembunyikan aib dan mengampuni dosa mereka pada hari
kiamat karena mereka telah menyembunyikan aib saudaranya di dunia. Al-Qadhi Iyadh
rahimahullahu berkata, Tentang ditutupnya aib si hamba pada hari kiamat, maka ada dua
kemungkinan makna:
Pertama: Allah akan menutupi kemaksiatan dan aibnya dengan cara tak
mengumumkannya
kepada
manusia
di
padang
mahsyar.
Kedua: Allah tak akan menghisab aibnya dan tak akan menyebut aibnya tersebut. (Lihat AlMinhaj Syarh Shahih Muslim: 16/360)
6. Hadits Riwayat Bukhori






:)













.



:)



.

:)

Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah
meletakkan tabir & menutupinya. Lalu Allah berfirman, Apakah kamu mengetahui dosa ini?
Apakah engkau tahu dosa itu? Dia menjawab, Ia, betul saya tahu wahai Rabbku. Hingga
ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya & dia mengira dirinya sudah akan
binasa,, Allah berfirman kepadanya, Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada
hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu. Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikankebaikannya. (HR. Al-Bukhari no. 2261)
Menutup yang paling utama adalah menutup aib diri sendiri, yang mana Allah telah
menutupinya dan telah memuliakannya dengan memberi ampunan kepadanya karena ia
merasa bersalah telah berbuat maksiat dan merasa malu pada dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami beri kesimpulan bahwa menutup aib kaum muslim itu
sangat dianjurkan bahkan wajib hukumnya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah
bahwa kaum muslimin itu semuanya bersaudara, sehingga sudah seharusnya kita saling
menjaga untuk tidak membuka aib sesama muslim.
Ada banyak hadits yang menerangkan bahwa jika kita menutup aib saudara kita (kaum
muslim) di dunia, maka allah akan menutup aib kita di akhirat nanti. Tidak hanya itu, Allah
juga menyiapkan siksa yang cukup pedih jika kita gemar membuka dan menyebarkan aib
kaum muslim.

DAFTAR PUSTAKA
Nahlas (an-), Imam Muhyiddin, Tambihul Ghafilin, diterjemahkan oleh Gafur Saub dan Irfanuddin
Rafiuddin, Tanbihul Ghafilin, Peringatan dan nasehat bagi Orang-orang yang lalai, Jakarta :
Pustaka as-Sunnah, 2011.
Nawawi, Imam, Riyadhus Shalihin, diterjemahkan oleh Agus Hasan Bashori al-Sanusi dan
Muhammad Syuaib al-Faiz al-Sanusi, Tarjamah Riyadhus Shalihin, Surabaya : Duta Ilmu,
2006
Al-Bukhari, Kitab al-adab, bab 60, hadits no. 6069
Sunan at-Tirmidzi, 2032

Diposkan oleh ayam terbang di 11.27

http:)//teloragen8.blogspot.com/2014/09/menutup-aib-orang-lain.html

Você também pode gostar