Você está na página 1de 15

6 Hak dan Kewajiban Muslim atas Muslim Lainnya

Posted by Inilah Islam

Enam Hak dan Kewajiban Muslim atas Muslim Lainnya ini berdasarkan hadits Shahih Muslim.
Rasulullah Saw bersabda: "
"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: (1) Jika engkau bertemu dengannya, maka
ucapkan salam, dan (2) jika dia mengundangmu maka datangilah, (3) jika dia minta nasihat
kepadamu berilah nasihat, (4) jika dia bersin dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan
doa: Yarhamukallah), (5) jika dia sakit maka kunjungilah, dan (6) jika dia meninggal maka antarkanlah
(jenazahnya ke kuburan). (HR. Muslim).
1. Mengucapkan salam.
Mengucapkan salam (Assalamu'alaikum = semoga Anda berada dalam keselamatan ) adalah sunnah
yang sangat dianjurkan karena dia merupakan penyebab tumbuhnya rasa cinta dan dekat di kalangan
kaum muslimin sebagaimana dapat disaksikan dan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah
Saw:
"Demi Allah tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan tidak beriman hingga kalian saling
mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan rasa cinta di
antara kalian?, Sebarkan salam di antara kalian" (HR. Muslim).
Rasulullah Saw selalu memulai salam kepada siapa saja yang beliau temui dan bahkan dia memberi
salam kepada anak-anak jika menemui mereka.
Sunnahnya adalah yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang sedikit memberi salam
kepada yang banyak, yang berkendaraan memberi salam kepada pejalan kaki, akan tetapi jika yang
lebih utama tidak juga memberikan salam maka yang lainlah yang hendaknya memberikan salam
agar sunnah tersebut tidak hilang.
Jika yang kecil tidak memberi salam, maka yang besar memberikan salam, jika yang sedikit tidak
memberi salam, maka yang banyak memberi salam agar pahalanya tetap dapat diraih.
Ammar bin Yasir r.a. berkata, Ada tiga hal yang jika ketiganya diraih maka sempurnalah iman
seseorang: Jujur (dalam menilai) dirinya, memberi salam kepada khalayak dan berinfaq saat
kesulitan (HR. Muslim).
Jika memulai salam hukumnya sunnah maka menjawabnya adalah fardhu kifayah, jika sebagian
melakukannya maka yang lain gugur kewajibannya. Misalnya jika seseorang memberi salam atas
sejumlah orang maka yang menjawabnya hanya seorang maka yang lain gugur kewajibannya.

Allah Taala berfirman: "Apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balalaslah dengan yang serupa (QS. An-Nisaa': 86).
Tidak cukup menjawab salam dengan mengucapkan: Ahlan Wasahlan saja, karena dia bukan
termasuk yang lebih baik darinya, maka jika seseorang berkata: Assalamualaikum, maka
jawablah: Waalaikumus salam, jika dia berkata : Ahlan, maka jawablah : Ahlan juga, dan jika dia
menambah ucapan selamatnya maka itu lebih utama.
2. Memenuhi Undangan.Misalnya seseorang mengundangmu untuk makan-makan atau lainnya
maka penuhilah dan memenuhi undangan adalah sunnah muakkadah dan hal itu dapat menarik hati
orang yang mengundang serta mendatangkan rasa cinta dan kasih sayang. Dikecualikan dari hal
tersebut adalah undangan pernikahan, sebab memenuhi undangan pernikahan adalah wajib dengan
syarat-syarat yang telah dikenal.
"Dan siapa yang tidak memenuhi (undangannya) maka dia telah maksiat kepada Allah dan RasulNya." (HR. Bukhori dan Muslim).

Sedangkan hadits yang berisi ancaman bahwa yang tidak menghadiri undangan
telah durhaka terhadap Allah dan Rasul-Nya, adalah hadits dlaif (lemah) yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (No. 3743), yang redaksinya:













Siapa yang diundang kemudian tidak memenuhinya, maka sungguh ia telah duhaka
terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Menghadiri walimatul urs hukumnya wajib ain (fardlu ain) bagi setiap yang
diundang. (Jawaahir al Ikliil 1/325, Mughnil Muhtaaj 3/244, al Mughni karya Ibnu
Qudamah 7/1, Syarhus Sunnah karya Imam al Baghawi 9/132 dan Subulus Salaam
3/325).

Hadits jika seseorang mengundangmu maka penuhilah termasuk juga undangan untuk memberikan
bantuan atau pertolongan. Karena engkau diperintahkan untuk menjawabnya, maka jika dia
memohon kepadamu agar engkau menolongnya untuk membawa sesuatu misalnya atau membuang
sesuatu, maka engkau diperintahkan untuk menolongnya.
"Setiap mumin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang saling menopang (HR. Bukhori dan
Muslim).
3. Memberi nasihat.Yaitu jika seseorang datang meminta nasihat kepadamu dalam suatu masalah
maka nasihatilah karena hal itu termasuk agama sebagaimana hadits Rasulullah Saw:

"Agama adalah nasihat: Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada para pemimpin kaum
muslimin serta rakyat pada umumnya." (HR. Muslim).
Jika seseorang datang kepadamu tidak untuk meminta nasihat, namun pada dirinya terdapat bahaya
atau perbuatan dosa yang akan dilakukannya, maka wajib baginya untuk menasihatinya walaupun
perbuatan tersebut tidak diarahkan kepadanya, karena hal tersebut termasuk menghilangkan bahaya
dan kemunkaran dari kaum muslimin.
Jika tidak terdapat bahaya dalam dirinya dan tidak ada dosa padanya dan dia melihat bahwa hal
lainnya (selain nasihat) lebih bermanfaat maka tidak perlu menasihatinya kecuali jika dia meminta
nasihat kepadanya maka saat itu wajib baginya menasihatinya.
4. Menjawab Hamdalah Saat Bersin: YarhamukallahSebagai rasa syukur kepadanya yang memuji
Allah saat bersin. Jika dia bersin tetapi tidak mengucapkan hamdalah, maka dia tidak berhak untuk
diberikan ucapan tersebut, dan itulah balasan bagi orang yang bersin tetapi tidak mengucapkan
hamdalah.
Menjawab orang yang bersin (jika dia mengucapkan hamdalah) hukumnya wajib, dan wajib pula
menjawab orang yang mengucapkan Yarhamukallah dengan ucapan Yahdikumullah wa yuslih
balakum, dan jika seseorang bersin terus menerus lebih dari tiga kali maka keempat kalinya
ucapkanlah Aafakallah (Semoga Allah menyembuhkanmu) sebagai ganti dari ucapan
Yarhamukallah.
5. Membesuknya saat sakit
Hal ini merupakan hak orang sakit dan kewajiban saudara-saudaranya seiman, apalagi jika yang sakit
memiliki kekerabatan, teman dan tetangga maka membesuknya sangat dianjurkan.
Cara membesuk sangat tergantung orang yang sakit dan penyakitnya. Kadang kondisinya menuntut
untuk sering dikunjungi, maka yang utama adalah memperhatikan keadaannya.
Disunnahkan bagi yang membesuk orang sakit untuk menanyakan keadaannya, mendoakannya serta
menghiburnya dan memberinya harapan karena hal tersebut merupakan sebab yang paling besar
mendatangkan kesembuhan dan kesehatan. Layak juga untuk mengingatkannya akan taubat dengan
cara yang tidak menakutkannya, misalnya seperti berkata kepadanya:
Sesungguhnya sakit yang engkau derita sekarang ini mendatangkan kebaikan, karena penyakit
dapat berfungsi menghapus dosa dan kesalahan dan dengan kondisi yang tidak dapat kemana-mana
engkau dapat meraih pahala yang banyak, dengan membaca zikir, istighfar dan berdoa.
6. Mengantarkan jenazah
Hal ini juga merupakan hak seorang muslim atas saudaranya dan di dalamnya terdapat pahala yang
besar.

"Siapa yang mengantarkan jenazah hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan
siapa yang mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qhirath, beliau ditanya:
Apakah yang dimaksud qhirath ?, beliau menjawab: Bagaikan dua gunung yang besar (HR.
Bukhori dan Muslim).
Selain keenam hak dan kewajiban di atas, masih banyak hak muslim atas saudaranya sesama
Muslim. Akan tetapi kita dapat menyimpulkan semua itu dalam sebuah hadits Rasulullah
Saw:"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya."
Jika seseorang mewujudkan sikap ukhuwwah terhadap saudaranya, maka dia akan berusaha untuk
mendatangkan kebaikan kepada semua saudaranya serta menghindar dari semua perbuatan yang
menyakitkannya. Itulah indahnya Islam dan mengesankannya kaum Muslim. Wallahu alam bishshawab.*

http://inilahrisalahislam.blogspot.com/2013/11/6-hak-dan-kewajiban-muslimatas-muslim.html

REMUS ASSHIHHAH
FKM UH
MEMANDU MAHASISWA DENGAN
DAKWAH DAN TARBIYAH
https://remusfkmuh.wordpress.com/2013/05/07/hadis-1-kitabul-jaami-hak-haksesama-muslim/

05.07.13
by aalmunawiy

HADIS 1 KITABUL JAAMI : HAKHAK SESAMA MUSLIM


:




:


(2162












) .

Terjemah Hadis:
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah bersabda:
Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam, yaitu:
(1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam,
(2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya,
(3) jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat,
(4) jika ia bersin dan mengucapkan: Alhamdulillah maka doakanlah ia dengan
Yarhamukallah (artinya = mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepadamu),
(5) jika ia sakit maka jenguklah dan
(6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.
(HR. Muslim, no. 2162).
Dalam riwayat yang lain, disebutkan dengan lafadz sebagai ganti dari

. Menggunakan huruf syiin sebagai pengganti siin.




Redaksi Hadis:
Hadis ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dengan menyebutkan 5 hak
muslim terhadap muslim lainnya. Lafalnya sebagai berikut:
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan dengan lafadz, 5 kewajiban:












Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: (1) Menjawab salam, (2)
menjenguk orang sakit, (3) mengantar jenazah, (4) memenuhi undangan, dan (5)
mendoakan yang bersin. (HR. Bukhari, no. 1240, dan Muslim no. 2162)
Di tempat lain di Shahih Muslim, diriwayatkan juga dengan redaksi yang sedikit
berbeda:



Lima perkara yang wajib ditunaikan seorang muslim terhadap saudaranya yang
muslim: (1) Menjawab salam, (2) mendoakan yang bersin, (3) memenuhi undangan,
(4) menjenguk orang sakit, dan (5) mengantar jenazah. (HR. Muslim, no. 2162).
Jadi riwayat yang menyebutkan 5 hak muslim terhadap muslim yang lain, terdapat di
Shahih Bukhari dan Muslim. Sedangkan yang menyebutkan 6 hak, hanya terdapat di
Shahih Muslim saja.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh beberapa imam penyusun kitab hadis seperti Imam
Ahmad dan Imam Baihaqi. Tapi kita cukupkan dengan Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim.
Hadis pertama yang terdapat dalam Kitab Al Jaami di Bulughul Maram,
menyebutkan 6 hak muslim terhadap muslim lainnya. Sedangkan di Riyadhush
Shalihin, kedua hadis ini (yang menyebutkan 5 dan 6 hak) disebutkan kedua-duanya.

Derajat Hadis:
Hadis ini adalah hadis shahih. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, dalam Bab
Diantara kewajiban muslim terhadap muslim lainnya adalah menjawab salam, no.
2162.

Kedudukan Hadis:
Agama Islam adalah agama yang sangat menekankan terwujudnya persaudaraan
dan kasih sayang. Agama Islam selalu mendorong pemeluknya untuk mewujudkan
dan memelihara persaudaraan dan kasih sayang. Oleh karena itu, Islam
mensyariatkan beberapa amalan yang dapat mewujudkan persaudaraan dan kasih
sayang tersebut.
Hadis ini menjelaskan hal-hal yang dapat meneguhkan persaudaraan dan kasih
sayang. Yaitu dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial terhadap sesama
muslim. Dalam hadis ini, diungkapkan dengan hak muslim atas muslim yang lain.
Dalam bahasa Arab, ungkapan ini bisa bermakna wajib dan juga bisa bermakna
sunnah yang sangat dianjurkan. Karena hak artinya sesuatu yang tidak sepantasnya
ditinggalkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Ibnul Arabi. (Subulus Salaam
4/148).
Penjelasan Hadis:

Hadis ini menjelaskan hak-hak sesama kaum muslimin. Masing-masing hak ini,
hukumnya beragam. Ada yang hukumnya wajib dan ada juga yang sunnah.
Berikut ini, keenam hak-hak yang disebutkan dalam hadits tersebut:
1. Menebarkan salam.
Perbuatan ini termasuk dalam perilaku yang akan semakin mempererat kecintaan
kita terhadap sesama muslim, sebagaimana yang telah juga disabdakan oleh
Nabi shalallahu alaihi wassalam,


















Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Kalian tidak akan beriman
sampai kalian saling mencintai. Ketahuilah, maukah kalian aku tunjukkan pada
sebuah amalan yang jika kalian mengerjakannya, kalian akan saling mencintai?
Tebarkanlah salam di antara kalian (HR. Muslim, no. 54).
Para ulama sepakat bahwa mengawali mengucapkan salam hukumnya adalah
sunnah (dianjurkan). Adapun menjawab salam, maka hukumnya adalah wajib. (Tafsir
al Qurthubi 5/297-304, Fathul Baari 11/2, 12-14, Ashalul Madaarik 3/351-353 dan
Syarhul Minhaaj 4/215).
Jika yang diberi salam itu jamaah (beberapa orang), maka hukumnya fardlu kifayah.
Maka jika sudah ada salah satu yang menjawab, kewajiban ini gugur dari yang lain.
Jika semuanya ikut menjawab maka semuanya turut melaksanakan kewajiaban ini,
baik menjawab salamnya ini dilaksanakan bersama-sama atau bergantian. Jika
semuanya tidak mau menjawab salam, maka semuanya berdosa. (Al Mawsuah al
Fiqhiyyah al Kuwaitiyah, 11/314).
Mengucapkan salam disini dilakukan dengan menggunakan salam yang kita kenal
dalam Islam, yaitu Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (atau cukup
denganAssalamualaikum) bukan dengan selamat pagi, selamat siang atau
selamat sore. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa menjawab ucapan selamat
selain dengan ucapan salam itu tidak wajib. Baik ungkapan selamat tersebut
disampaikan secara lisan, dengan isyarat jari, telapak tangan atau kepala.
(Raudlatuth Thaalibin 10/233, Mughnil Muhtaaj 4/214, Nihayatul Muhtaaj 8/48, al
Inshaaf 4/233 dan al Adzkaar Imam Nawawi 234).
Lafal salam yang sempurna adalah Assalaamualaikum atau Assalaamualaikum
Warahmatullaahi Wabarakaatuh. Dengan menggunakan bentuk isim marifat
Assalaaamu bukan Salaamun. Juga menggunakan bentuk jamak alaikum. Baik
yang diberi salam itu satu orang atau jamaah beberapa orang. Inilah yang

diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para salaf shaleh.
Meskipun menggunakan ungkapan Salaamun alaikum juga boleh tetapi
Assalaamualaikum lebih utama. (Al Mawsuah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyah, 25/157158).
Menjawab ucapan salam bukan dengan Waalaikumussalaam, menurut kebanyakan
ulama, tidak menggugurkan kewajiban. Karena Allah Taaala telah berfirman:











Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang
sepadan) dengannya. (QS. An Nisaa: 86)
Dalam ayat tersebut jelas ditegaskan keharusan menjawab dengan yang sama atau
sepadan. Jadi tidak cukup dengan jawaban lain selain salam. (Al Fawaakih ad
Dawaani 2/423, Al Jumal Ala Syarhil Minhaaj 5/188 dan Tafsir Ibnu Katsir 2/351)
Dalam al Mawsuah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyah dijelaskan tentang salam kepada
lawan jenis, yang ringkasnya dapat disimpulkan sebagai berikut: Ucapan salam
sesama wanita dianjurkan sebagaimana ucapan salam sesama laki-laki. Demikian
pula menjawab salam sesama wanita hukumnya sama dengan menjawab salam
sesama laki-laki. Sedangkan memberi salam dari laki-laki kepada wanita, maka bisa
dibagi menjadi 2 keadaan:
1. Jika wanita tersebut adalah istri, ibu atau mahram lainnya, maka
hukumnya sunnah dan fihak wanita wajib menjawab salam tersebut.
Bahkan seorang laki-laki dianjurkan memberi salam kepada keluarga
dan penghuni rumahnya.
2. Jika wanita tersebut bukan mahramnya, maka ada dua kemungkinan:
1)
Jika wanita tersebut sudah berusia lanjut, maka memberi salam tersebut
hukumnya sunnah dan wanita tersebut berkewajiban menjawab salam.
2)
Jika wanita tersebut masih muda dan dikhawatirkan menimbulkan fitnah baik
bagi fihak laki-laki atau fihak wanita, maka ada 2 pendapat di kalangan ulama:
a)

Makruh menurut ulama Malikiyah, Syafiiyah, Hanabilah.

b)

Ulama Hanafiyyah mengatakan bahwa menjawab salamnya cukup di dalam

hati. Jika ada seorang wanita memberi salam kepada laki-laki, maka dijawab di
dalam hati. Demikian pula sebaliknya. Jika yang memberi salam adalah laki-laki,
maka fihak wanita menjawab di dalam hati. Sedangkan ulama Syafiiyah
mengharamkan menjawab salam kepada laki-laki.

Sedangkan salamnya seorang laki-laki kepada kaum wanita dalam jumlah banyak,
dibolehkan. Demikian pula salamnya beberapa laki-laki kepada satu orang wanita
juga dibolehkan jika aman dari fitnah. Dalil yang menjadi dasar bolehnya seorang
laki-laki member salam kepada kaum wanita dalam jumlah banyak, adalah hadits
Asma binti Yazid radliyallahu anha, beliau berkata: Pernah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam berjalan melewati beberapa wanita kemudian beliau member salam
kepada kami. (HR Abu Daud 5/383 dan Tirmidzi 5/58 dan Ibnu Majah, no 3701.
Imam Tirmidzi menghasankan hadits ini).
Dalam Shahih Bukhari, Imam Bukhari membuat judul bab: Taslim al-Rijaal alaalNisaa wa al-Nisaa ala al-Rijaal (Bab salamnya kaum laki-laki kepada kaum wanita
dan kaum wanita kepada kaum laki-laki). Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani
dalam Fathul Baari (11/33) mengomentari bab tersebut dengan mengatakan: Imam
al-Bukhari mengisyaratkan dalam bab ini pada bantahan riwayat yang dikeluarkan
oleh Abdurrazaq dari Mamar, dari Yahya bin Abi Katsir yang berisi makruhnya kaum
lelaki mengucapkan salam kepada kaum wanita dan sebaliknya. Riawayat ini
statusnya maqthu (riwayatnya berhenti sampai pada tabiin) dan mudhal.
Kemudian Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa maksud dari bolehnya ini (kaum
lelaki mengucapkan salam kepada kaum wanita dan sebaliknya) ketika aman dari
fitnah. Ibnul Hajar rahimahullah juga menukil ucapan Ibnu Bathal dari al-Muhallab,
Salamnya kaum lelaki kepada kaum wanita (bukan mahram) dan kaum wanita
kepada kaum lelaki hukumnya boleh, apabila aman dari fitnah.
2. Memenuhi undangan.
Memenuhi undangan sesama kaum muslimin sangat dianjurkan. Baik undangan
pernikahan atau undangan kegiatan mubah lainnya.
Allah Subahaanahu Wa Taaalaa telah berfirman:








Tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan,
keluarlah kamu (QS. Al Ahzaab: 53).
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No. 3740),
Rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda:












Bila salah seorang diantara kalian mengundang saudaranya, maka hendaklah ia
memenuhi undangan tersebut. Baik undangan tersebut berupa walimah urs (resepsi
pernikahan) atau yang sejenisnya.

Dalam lafadz yang lain di Shahih Bukhari (No. 5174) dan Muslim (No. 1429)
disebutkan,








Apabila salah seorang diantara kalian diundang untuk menghadiri walimatul urs
(resepsi pernikahan), maka hendaklah ia menghadirinya.
Sedangkan hadits yang berisi ancaman bahwa yang tidak menghadiri undangan
telah durhaka terhadap Allah dan Rasul-Nya, adalah hadits dlaif (lemah) yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (No. 3743), yang redaksinya:













Siapa yang diundang kemudian tidak memenuhinya, maka sungguh ia telah duhaka
terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Menghadiri walimatul urs hukumnya wajib ain (fardlu ain) bagi setiap yang
diundang. (Jawaahir al Ikliil 1/325, Mughnil Muhtaaj 3/244, al Mughni karya Ibnu
Qudamah 7/1, Syarhus Sunnah karya Imam al Baghawi 9/132 dan Subulus Salaam
3/325).
Untuk udangan selain walimah, maka hukum menghadirinya sunnah. Tidak wajib. (Al
Mughni 7/11, Hasyiyah al Qolyuubi 3/295, Al Fataawa al Hindiyah,5/343, Asy Syarh al
Kabiir maa Haasyiyah ad Dasuuqiy 2/337).
Jika undangan tersebut berasal dari orang yang secara terang-terangan melakukan
perbuatan fasik, maka ulama hanafiyah menegaskan bahwa undangan tersebut
tidak dipenuhi. Supaya yang bersangkutan tahu bahwa yang diundang tidak rela
dengan perbuatan fasiknya. Demikian pula undangan dari orang yang mayoritas
hartanya berasal dari sumber haram. Kecuali jika yang bersangkutan tidak
memberitahukan bahwa hartanya bersumber dari penghasilan yang halal. (Al
Fataawa al Hindiyah,5/343).
Diantara hikmahnya adalah dapat menyenangkan hati yang mengundang. Namun
apabila dalam acara undangan tersebut terdapat hal-hal yang melanggar ketentuan
syariat dan kita tidak bisa mengubahnya, maka kita tidak berkewajiban untuk
mendatanginya.
3. Memberikan Nasehat
Kita wajib memberikan nasihat yang baik kepada saudara kita bila yang
bersangkutan memintanya. Tidak boleh mempermainkan mereka saat mereka
membutuhkan nasehat, apalagi membohongi karena hal itu termasuk pengkhianatan
baginya.

Dalam hadits di Shahih Bukhari (No. 57) dan Muslim (No. 45) dari Hadis Jarir bin
Abdillah, beliau mengatakan:















Saya telah membaiat Rasulullah shallallaahu alaihi wassallam untuk tetap
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan memberi nasehat kepada setiap
muslim.
Sahabat Anas bin Malik radliyallaahu anhu menyampaikan bahwa Rasulullah
shallallaahu alaihi wassallam bersabda:












Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya
sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri.(HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim,
no. 45).
Imam al Khaththabi menjelaskan bahwa nasehat artinya menginginkan kebaikan
untuk orang yang diberi nasehat. (Syarh Syifa, 3/602).
Rasulullah shallallaahu alaihi wassallam menegaskan pentingnya nasehat ini dalam
sabdaNya:







.

:





: .



Agama itu adalah nasehat. Kami tanyakan: Kepada siapa, wahai Rasulullah?
Beliau jawab: Kepada Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan
khalayak kaum muslimin. (HR. Muslim, no. 55 dari shahabat Tamim ad Daari
radliyallahu anhu).
Imam Bukhari membuat judul bab di akhir kitab Iman dalam shahih Bukhari karena
pentingnya hadis ini dan menjadi inti ajaran Islam. Sebagaimana dijelaskan oleh
Imam al Aini dalam bukunya Umdatul Qoori (2/358).
Maksud dari memberi nasehat kepada khalayak kaum muslimin adalah memberikan
arahan pada kemaslahatan dunia dan akhirat mereka, menolong mereka, menutup
aib (kejelekan) mereka, menolak mudarat yang bisa menimpa mereka, memberi
manfaat bagi mereka, mengajak mereka berbuat sayang dan ikhlas, menghormati
yang tua di kalangan mereka, berlaku lemah lembut dengan yang lebih muda,
menasehati mereka, tidak menipu dan berlaku hasad kepada mereka, mencintai
mereka seperti mencintai dirinya sendiri, membenci semua yang mereka benci jika
terjadi pada dirinya. (Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi 1/397, Fathul Baari
1/138, Asy Syarhush Shaghiir 4/742, Tawdliihul Ahkaam, 7/284 dan Dalilul Faalihiin
lithuruqi Riyadlish Shaalihiin 1/459).
Memberi nasehat itu hukumnya fardu kifayah. Jika sudah ada yang mengerjakan
dalam kadar yang cukup maka kewajiban tersebut gugur bagi yang lain. Memberi

nasehat harus dikerjakan sesuai kadar kemampuan seseorang. (Syarah Shahih


Muslim karya Imam Nawawi 1/399, Subulus Salaam 4/211 dan Tawdliihul Ahkaam,
7/284).
4. Mendoakan Ketika Bersin Lalu Mengucapkan Hamdalah
Yaitu dengan mengucapkan yarhamukallahu setelah saudara kita bersin dan
mengucapkan hamdalah (alhamdulillah). Ia pun juga disyariatkan ketika mendengar
ada yang mendoakannya untuk membalas dengan doa, yahdikumullah wa yushlihu
baalakum.
Tata cara tersebut dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah radliyallahu anhu,
Rasulullah shallallaahu alaihi wassallam:





:

:

:













Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah alhamdulillah,
dan hendaknya saudaranya mengucapkan untuknya yarhamukallaah. Apabila ia
mengucapkan kepadanya yarhamukallaah, hendaklah ia (orang yang bersin)
mengucapkan yahdii kumullaah wa yushlihu baalakum. (artinya: Mudah-mudahan
Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki hatimu). (HR. Bukhari 6224).
Penjelasan lebih lanjut hadis ini, insya Allah akan dibahas dalam hadis ke 10 pada
kitabul Jaami dari Bulughul Maraam ini.
5. Menjenguk Orang Sakit
Ada beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan menjenguk orang yang sakit,
antara lain:
a. Dari Tsauban radhiyallaahu anhu, Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam
bersabda:











Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia berada dalam kebun surga sampai ia
kembali. (HR. Muslim, no. 2568).
b. Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam bersabda:





































Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada
70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di
sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu

kebun di surga. (HR. Tirmidzi, no. 969. Beliau mengatakan hadits ini hasan gharib).
c. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam
bersabda:





Siapa yang menjenguk orang sakit, maka ada yang menyeru dari langit: Mudahmudahan kehidupanmua menjadi baik, langkahmu juga baik dan engkau berhak
menempati satu tempat di surga. (HR. Tirmidzi no. 2008, Ibnu Majah no. 1443. Ibnu
Hibban menshahihkannya sebagaimana yang disebutkan Ibnul Hajar dalam Fathul
Baari. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi dan
Shahih Sunan Ibnu Majah).
d. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallaahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu
Alaihi Wasallam bersabda,



















Siapa yang menjenguk orang sakit, ia terus dalam naungan rahmat sehingga
duduk. Maka apabila ia duduk, ia tenggelam ke dalamnya.(HR. Ahmad 3/304.
Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 2504)
e. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda, Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini? Abu Bakar
menjawab, Saya. Beliau bertanya, Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk
orang sakit hari ini? Abu Bakar menjawab, Saya. Beliau bertanya lagi, Siapa di
antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini? Abu Bakar menjawab,
Saya. Beliau bertanya lagi, Siapa di antara kalian yang telah memberi makan
orang miskin di pagi ini? Abu Bakar menjawab, Saya. Kemudian Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri
seseorang kecuali pasti ia masuk surga. (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam alSilsilah al-Shahihah, no. 88)
Dalam Shahih Bukhari (5743) dan Muslim (2191), dari Aisyah radliyallaahu anha,
Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam pernah menjenguk salah seorang keluarganya.
Beliau mengusap bagian tubuh dari orang yang sakit dengan tangan kanannya,
seraya berdoa:

















Ya Allah, Rabb sekalian manusia, hilangkanlah penderitaannya, sembuhkanlah ia
karena sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada
kesembuhan melainkan kesembuhan yang berasal dari-Mu. Kesembuhan yang tidak
lagi meninggalkan penyakit.
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik radhiyallaahu anhu, di Shahih Bukhari (5742),
diriwayatkan dengan lafal yang sedikit berbeda:
















Ya Allah, Rabb sekalian manusia, Yang Menghilangkan penderitaan, sembuhkanlah


ia karena sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada
yagn menyembuhkan melainkan Engkau. Kesembuhan yang tidak lagi meninggalkan
penyakit.
Banyak hikmah yang terdapat dalam ibadah ini, antara lain adalah, akan
menguatkan tali persaudaraan dan menguatkan perasaannya dan membuatnya
begitu berarti di mata saudara-saudaranya.
Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam tidak hanya menganjurkan kaum muslimin untuk
menjenguk orang sakit. Beliau sendiri memberi teladan langsung. Beliau menjenguk
orang sakit, menghiburnya, mendoakannya, dan meringankan beban-bebannya.
Shahabat Utsman bin Affan Radhiyallaahu Anhu berkata: Demi Allah, sungguh
kami sering menemani Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam dalam safar maupun
muqim. Beliau menjenguk yang sakit di antara kami, mengantarkan jenazah orang
yang meninggal diantara kami, berperang bersama kami dan membantu kami
dengan yang sedikit dan banyak. (HR. Ahmad)
Banyak riwayat yang menunjukkan Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam menjenguk
sebagian sahabatnya yang sakit. Dalam Shahih Bukhari, beliau pernah menjenguk
seorang anak Yahudi yang masih kecil, lalu mengajaknya masuk Islam sehingga ia
menjadi seorang Muslim.
6. Mengiringi Jenazahnya
Mengiringi jenazah hukumnya sunnah. (ad Dur al Muhtaar 1/833, asy Syarh al Kabiir
1/418, al Muhadzdzab 1/136, Mughnil Muhtaaj 1/367, al Majmu 5/286 dan al Mughni
2/473).
Hal ini berdasarkan hadits al Baraa bin Azib radhiyallaahu anhu, beliau berkata:

Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam memerintahkan kami dengan tujuh hal dan
melarang kami dari tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami untuk menjenguk
orang sakit, mengiringi jenazah.. (HR. Bukhari, no. 1239 dan Muslim, no. 2066).

Dalam Shahih Bukhari (1325) dan Muslim (945), dari Abu Hurairah radhiyallaahu
anhu, Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam menjelaskan keutamaan mengiringi
jenazah:



.


:
.



Siapa yang menghadiri jenazah hingga jenazah tersebut dishalatkan maka baginya
pahal satu qirath. Siapa yang menghadirinya sampai proses pemakaman, maka
baginya dua qirath. Kemudian ditanyakan: Apakah yang dimaksud dengan dua
qirath? Beliau menjawab: Seperti dua gunung besar.

Dalam riwayat di Shahih Muslim (2/653) disebutkan: sampai jenazah diletakkan di


liang lahat.
Menurut riwayat Bukhari (47) pula dari hadits Abu Hurairah radhiyallaahu anhu:

Barangsiapa mengikuti jenazah seorang muslim karena iman dan mengharapkan


pahala, ia bersamanya sampai disholatkan dan selesai pemakamannya, maka
sesungguhnya ia pulang dengan dua qirath, tiap qirath seperti gunung Uhud. Siapa
yang menyalatkan kemudian pulang sebelum dimakamkan maka sesungguhnya ia
pulang dengan satu qirath.
Selesai

Você também pode gostar