Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KEHAMILAN KEMBAR
1.1.1. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda /
gemelli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan
seterusnya. Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi (dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio (monozigotik) 2.
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah
berada di dalam uterus. Sedangkan superfekundasi adalah fertilisasi ovum melalui
inseminasi
setelah
ovum
difertilisasi.
Superfekundasi
mengacu
kepada
pembuahan dua ovum dalam jangka waktu pendek, namun bukan pada waktu
koitus yang sama dan tidak harus oleh sperma pria yang sama 1,4.
1.1.2. Epidemologi
Frekuensi kembar monozigotik relative konstan di suluruh dunia, yaitu
sekitar 4 per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik bervariasi
dalam setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu (meningkat dari 3
per 1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14 per 1000
kelahiran pada ibu berusia 35 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia, terdapat
satu kasus kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran 1,3,4.
a. Ras
Angka kelahiran kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di AmerikaUtara.
Insiden lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia gemelli
jarang terjadi.Di Jepang misalnya 1 per 155 kelahiran 5.
b. Hereditas
Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari 60
kelahiran. Sebaliknya seorang ayah yang kembar non-identik memiliki
kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran 4.
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Wanita berusia 35 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki
kemungkinan melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia
20 tahun 4.
d. Tinggi dan berat badan ibu
Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait
dengan status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri.6
e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi
obat-obat fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene
citrate memiliki kemungkinan melahirkan anak kembar 5 12% dan kurang
perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada
kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
1.1.4. Etiologi
Bangsa, hereditas, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan
menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula
faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih
folikel de. Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel.
Kemungkinan pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea
pada kehamilan kembar 5.
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika
glut-telur vang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua
embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh
berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor
bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi
terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan sebabnya ialah: faktor
penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi
2,3
Diagnosis
1.1.6.1.
Polihidramnion;
3. Auskultasi
1.1.6.2.
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah seldarah merah
1.1.6.3.
Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6 7 postmenstrual
1.1.6.4.
Diagnosis pasti
USG
kehamilan kembar 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari 4,5 .
12
13
ultrasonografi. Pada saat persalinan juga memerlukan dokter anastesi yang dapat
dipanggil jika diperlukan 5,6
1.1.8.1.
Sebelum persalinan 6
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu)
Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
lebih ringan.
Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
1.1.8.2.
kombinasi presentasi janin. Presentasi yang paling sering adalah kepalakepala (42%), kepala-bokong (27%), sisanya kepala-lintang (18%), bokongbokong (5%) dan lain-lain (8%). Hal yang perlu menjadi perhatian adalah
posisi ini selain kepala-kepala adalah tidak stabil baik sebelum maupun
selama proses persalinan 5.
Jika presentasi janin adalah kepala-kepala dan tidak ada komplikasi,
dapat dilakukan partus
bokong,maka janin pertama dapat partus vaginam dan janin kedua dapat
dilakukan versi luar sehingga presentasinya
14
seperti
biasa
jika
bayi
letaknya
Interval kelahiran
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 15 menit,
dengan waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5
menit setelah bayi pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara
kelahiran bayi kedua yang lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi
uteroplasental, karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi
solusio plasenta sebelum bayi dilahirkan 9.
1.1.9. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada
kehamilan kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebh tinggi dari
pada angka kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah satu
fetus atau keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu
janin atau keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada
kehamilan kembar karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan
16
volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah
mengakibatkan kadar hemoglobin menjadi turun 8.
Pada tahun 2006 Angka kejadian persalinan prematur di Amerika (umur
kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh
melampaui kehamilan tunggal premature yaitu sebesar 11% 10.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat pada
kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek
pada kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling
umum terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang
perlu diperhatikan pada kematian satu janin adalah koagulopati konsumtif berat
yang dapat mengakibatkan disseminated intravascular coaglopathy 10.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar
dari pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki
berat badan lahir rendah (< 2500 g) Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan janin
yang terbatas serta persalinan preterm. Pada kehamilan kembar juga
memungkinkan terjadi hambatan pertumbuhan intra urin.
Pada kehamilan
abnormalitas umbilicius 3.
1.1.10. Prognosis
17
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering
mengalami anemia, pre-eklampsia, operasi obstetric dan perdarahan postpasrtum
sehingga prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan
tunggal, dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia,
pertolongan obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi. Angka
kematian perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat, solusio
plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin 6.
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari padabayi pertama karena lebih
sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih
banyak terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin
kedua 6.
I.2.1 Definisi
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah suatu keadaan dimana
terjadi transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan
kembar. TTTS merupakan komplikasi dari kehamilan kembar monochorionik dimana
dari gambaran sonografi terlihat ditemukan polihidramnion pada satu kantong dan
oligohidramnion pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan ganda
monochorionik-diamniotik. TTTS merupakan akibat dari ketidak-seimbangan yang
18
kronis dari transfusi antar janin kembar yang terjadi melalui anastomosis pembuluh
plasenta pada kehamilan kembar monochorion. Janin donor akan menjadi anemis,
oligiri, dan mengalami pertumbuhan yang terhambat, sedangkan janin penerima
(resipien) menjadi polisitemia, poliuria, hipervolemia, dan potensial menjadi
hidropik.9,10,11
I.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian TTTS berkisar antara 4% sampai 35% dari seluruh kehamilan
kembar monochorion dan menyebabkan kematian pada lebih dari 17% dari seluruh
kehamilan kembar.5,6,7 Bila tidak diberikan penanganan yang adekuat, > 80% janin
dari kehamilan tersebut akan mati intrauterin atau mati selama masa neonatus.
Kematian dari satu janin intrauterin akan membawa konsekuensi terjadinya
disseminated intravascular coagulation (DIC). Kehamilan kembar monochorion
menunjukkan adanya peningkatan resiko gangguan perkembangan substansia alba
dari jaringan otak pada periode antenatal.8,9,10
I.2.3 Klasifikasi
Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) berdasarkan berat ringannya
penyakit dibagi atas:1,6,11
19
1. TTTS tipe berat, biasanya terjadi pada awal trimester ke II, luniir kehamilan 1618 minggu. Perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan.
Ukuran tali pusat juga berbeda. Konsentrasi Hb biasanya sama pada kedua janin.
Polihidramnion terjadi pada kembar resipien karena adanya volume overload dan
peningkatan jumlah urin janin. Oligohidramnion terjadi pada kembar donor oleh
karena hipovolemia dan penurunan jumlah urin janin. Oligohidranmion yang
berat bisa menyebabkan terjadinya fenomena stuck-twin dimana janin terfiksir
pada dinding uterus.
2. TTTS tipe sedang, terjadi
minggu. Walaupun terdapat perbedaan ukuran besar janin lebihi dari 1,5 minggu
kehamilan, polihidramnion dan oligohidramnion tidak terjadi. Kembar donor
menjadi anemia, hipovolemia, dan pertumbuhan terhambat. Sedangkan kembar
resipien mengalami plethoric, hipervolemia, dan makrosoinia. Kedua janin bisa
berkembang nienjadi hidrops.
3. TTTS tipe ringan, terjadi secara perlahan pada trimester III. Polihidramnion dan
oligohidramnion biasanya tidak terjadi. Konsentrasi Hb berbeda lebih dari 5 gr%.
Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%.7
Twin-to-twin transfusion syndrome juga dapat diklasifikasi menjadi akut dan
kronik. Patofisiologi yang mendasar penyakit ini, gambaran klinis, niorbiditas dan
mortalitas janin pada kedua tipe ini sangat berbeda. Angka kematian perinatal yang
tinggi pada twin-to-twin transfusion syndrome terutama disebabkan tipe kronik 11.
1. Tipe akut. Jika terjadi transfusi darah secara akut atau tiba-tiba dari satu janin ke
janin yang lain, biasanya pada trimester III atau selama persalinan dari kehamilan
20
karena bayinya
21
sebagai resipien. Anastomosis ini tidak tampak pada lempeng korionik dikarenakan
adanya perbedaan tekanan (gradien) yang terjadi pada sirkulasi tersebut. Anastomosis
ini jarang terjadi, kebanyakan jika terjadi anastomosis arteriovenosa diikuti dengan
anastomosis arterioarteriosa yang melindungi terjadinya sirkulasi ketiga. Karena
sirkulasi menghasilkan keseimbangan dinamis dimana disamping terjadinya
penurunan tekanan donor juga terjadi peningkatan resipien.
I.2.5 Diagnosis TTTS
Diagnosa prenatal TTTS dibuat dengan menggunakan ultrasonografi. Dengan
berbagai variasi, para ahli memberikan kriteria untuk diagnosis TTTS antenatal
sebagai berikut 9:
Tabel 1
Keadaan pada trimester I untuk diagnosis twin-to-twintransfusion syndrome
Kehamilan monochorionik
Ukuran nuchal translucency > 3 mm pada umur kehamilan 10-14 minggu
Ukuran crown-rump length yang kurang pada satu janin
Membran pemisah pada umur kehamilan 10-13 minggu
monochorion,
kembar
dengan
jenis
kelamin
sama,
kombinasi
polihidramnion pada satu kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya,
dan kecil atau tidak terlihatnya kandung kemih pada donor sementara pada resipien
memiliki kandung kemih yang besar. (Tabel 2)
23
Tabel 2.
Kriteria diagnostik twin-to-twin transfusion syndrome pada trimester kedua atau
awal trimester ketiga (Kriteria Diagnostik Ultrasonografi)15
Kehamilan monokorionik
Jenis kelamin yang sama
Satu massa plasenta
Membran pemisah yang tipis
Kelainan volume cairan amnion
Satu kantung amnion oligohidramnion, ukuran vertikal 2,0 cm.
Satu kantung amnion polihidramnion, ukuran vertikal 8,0 cm.
Kantung kencing yang persisten
Kantung kencing yang kecil atau tidak tampak pada kembar oligohidramnion
Tampak kantung kencing yang besar pada kembar polihidramnion.
Tambahan untuk membantu diagnosis
Perkiraan perbedaan berat janin (20% lebih berat kembar besar)
Adanya stuck twin
Hidrops tetalis (adanya satu atau lebih gejala: edema kulit (tebal 5 mm), efusi
* Kriteria diagnostik TTTS ini diterapkan pada trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan.
Ultrasonografi serial sangat dianjurkan.
24
25
I.2.6 Penatalaksanaan
Beberapa jenis teknik terapi telah dilakukan dalam usaha memperbaiki hasil
luaran kehamilan kasus twin-to-twin transfusion syndrome. Pendekatan ini meliputi
terapi amniosentesis, septostomi, ablasi laser terhadap anastomosis pembuluh darah,
selektif feticide, dan terapi ibu dengan memakai digoksin.7,8,11,
Tabel 3.
Pilihan Terapi
26
27
dengan bantuan USG 10 dan injeksi larutan NaCl kedalam kaviun perikardial
sehingga terjadi tamponade jantung.11
Pemakaian digoksin bertujuan mengatasi gagal jantung kembar resipien,
namun sering tidak berhasil oleh karena digoksin tidak dapat melewati plasenta
dalam jumlah yang cukup untuk terapi tersebut.11
Pilihan penanganan kasus dengan kematian satu janin adalah persalinan
preterm elektif terhadap janin yang hidup (dengan steroid untuk mematangkan paru)
dengan segala risiko prematuritas atau konservatif yang juga berisiko kematian janin
dalam uterus dan kelainan neurologis.11
1.2.7.Prognosis
Hasil tergantung pada usia kehamilan pada saat kelahiran dan apakah iskemia
otak janin intrauterin terjadi. Semakin rendah saat lahir usia kehamilan semakin besar
risiko lama sequele neurologis atau paru-paru.
28