Você está na página 1de 3

PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS HUKUM PERTAMBANGAN

DI INDONESIA

I.

Defenisi Hukum Pertambangan :


" Keseluruhan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam

pengelolaan bahan galian (bahan tambang) dan mengatur hubungan hukum


antara negara dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan
pemanfaatan bahan galian ".
II. Kaidah Hukum Pertambangan
Kaidah hukum dalam pertambangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
Kaidah Hukum Pertambangan Tertulis dan Kaidah Hukum Pertambangan yang
Tidak Tertulis. Hukum pertambangan yang tertulis merupakan kaidah hukum
yang

terdapat

di

dalam

peraturan

perundang-undangan,

traktat

dan

yurisprudensi. Sedang hukum pertambangan yang tidak tertulis merupakan


ketentuan-ketentuan hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Bentuknya tidak tertulis dan sifatnya lokal, artinya hanya berlaku dalam
masyarakat setempat.
III. Asas Hukum Pertambangan
Asas-asas hukum pertambangan tidak ditemukan secara eksplisit di
dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan. Namun jika kita mengkaji secara mendalam dari berbagai
substansi pasal demi pasal didalamnya maupun yang tercantum dalam
penjelasannya,

maka

kita

dapat

mengindentifikasi

asas-asas

hukum

pertambangan dalam UU No. 11/ 1967. Asas-asas itu meliputi :


1. Asas Manfaat : Merupakan asas dimana di dalam pengusahaan bahan
galian dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.

2. Asas Pengusahaan : Suatu asas dimana di dalam penyelenggaraan usaha


pertambangan

atau

bahan

galian

yang

terdapat

di

dalam

hukum

pertambangan Indonesia dapat diusahakan secara optimal.


3. Asas Keselarasan : Asas yang mengandung keselarasan antara ketentuan
undang-undang pokok pertambangan dengan cita-cita dasar negara Republik
Indonesia.
4. Asas Partisipatif : Asas yang menyatakan bahwa pihak swasta maupun
perorangan diberi hak untuk mengelola dan mengusahakan bahan galian
yang terkandung di wilayah Republik Indonesia.
5. Asas Musyawarah dan Mufakat : Asas yang mengatur dimana pemegang
kuasa pertambangan yang menggunakan hak atas tanah hak milik harus
membayar ganti kerugian kepada pemilik hak atas tanah, yang besarnya
ditentukan berdasarkan hasil musyawarah dan disepakati oleh kedua belah
pihak.
I
IV.

Sumber-sumber Hukum Pertambangan


Pada dasarnya sumber hukum pertambangan dapat dibedakan menjadi

dua macam Yaitu : Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.
Sumber hukum materil adalah tempat dimana

materi hokum

itu diambil.

Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yamg membantu pembentukan


hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
tradisi (pandangan keagamaan dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah,
perkembangan internasional dan keadaan geografis.
Sumber hukum formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
formal itu berlaku. Sumber hukum yang diakui umum sebagai hukum formal
adalah :

Undang-Undang

Perjanjian Antar Negara

Yurisprudensi

Kebiasaan yang berkembang di masyarakat (tidak tertulis)


2

Adapun yamg menjadi sumber hukum pertambangan di Indonesia yang


tertulis
adalah :
1. Indische Mijn Wet (IMW), yang diundangkan pada tahun 1899 merupakan
hukum pertambangan peninggalan kolonial Hindia Belanda, yang mengatur
mengenai penggolongan bahan galian dan pengusahaan pertambangan.
Peraturan pelaksanaan dari IMW adalah berupa Mijnordonantie, yang
diberlakukan

mulai

Mei

1907.

keselamatan

kerja.

Mijnordonantie

Mijnordonantie
1907

mengatur

kemudian

diganti

masalah
menjadi

Mijnordonantie 1930, berlaku 1 Juli 1930 yang tidak lagi mengatur


pengawasan keselamatan kerjapertambangan tetapi diatur sendiri dalam Minj
Politie Reglemen (Stb. 1930 Nomor 341) yang mengatur pengawasan
keselamatan kerja pertambangan yang hingga kini masih berlaku.
2. Undang-Undan Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria. Dimana hubungan UU No. 5 / 1960 dengan pertambangan
sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan hak atas tanah untuk
kepentingan pembangunan dalam bidang pertambangan.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan, yang ditetapkan pada 2 Desember 1967.
4. Undang-Undang Dasar 1945, UUD 1945 Sangat erat kaitannya dengan
pertambangan terutama dalam Pasal 33 ayat 3 " Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dkuasai oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini adalah untuk
seluruh rakyat Indonesia.
5. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
Undang-undang ini ditetapkan pada 23 November 2001.

Você também pode gostar