Você está na página 1de 5

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
Manajemen mutu terpadu merupakan suatu konsep manajemen modern yang
berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perusahaan, baik yang
didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. Manajemen mutu terpadu
juga merupakan tantangan terhadap teori manajemen tradisional yang sudah mapan.
Pendekatan tradisional menekankan tujuan perusahaan pada usaha memaksimumkan
laba atau memaksimumkan kemakmuran para pemilik. Sedangkan manajemen mutu
terpadu lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan
dengan memasok barang dan jasa yang memiliki kualitas setinggi mungkin.
Sukmadinata, dkk. (2006), menyatakan manajemen mutu merupakan metodologi yang
dapat membantu para profesionalisme pendidikan mengatasi lingkungan yang terus
berubah. Manajemen mutu terpadu dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk
ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah. Ikatan tersebut akan
memungkinkan para profesional di sekolah atau daerah dilengkapi dengan sumbersumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu. Manajemen mutu
terpadu merupakan aspek utama dari manajemen total. Mamajemen mutu terpadu
merupakan metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus
perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih fleksibel, cepat merespon pada tuntutan
perubahan masyarakat, serta membantu pendidikan dalam mengatasi hambatanhambatan biaya dan waktu.
Proses pendidikan yang berkualitas harus didukung oleh personalia, seperti
administrator, dosen atau guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional.
Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta
sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang
mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Mutu
pendidikan bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan
kegiatan pendidikan, atau disebut sebagai manajemen mutu terpadu.
Konsep manajemen mutu terpadu tersebut selanjutnya ditelaah kemungkinan
penerapannya di bidang pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Sukmadinata, dkk. (2006), menyatakan manajemen mutu terpadu merupakan
metodologi yang dapat membantu para profesionalisme pendidikan mengatasi
lingkungan yang terus berubah. Manajemen mutu terpadu dapat digunakan sebagai alat
untuk membentuk ikatan antara sekolah, dunia bisnis, dan pemerintah. Ikatan tersebut
akan memungkinkan para profesional di sekolah atau daerah dilengkapi dengan sumbersumber yang dibutuhkan dalam pengembangan program mutu. Manajemen mutu
1

terpadu merupakan aspek utama dari manajemen total. Manajemen mutu terpadu
merupakan metodologi yang mempermudah mengelola perubahan, membentuk fokus
perubahan, membentuk infrastruktur yang lebih fleksibel, cepat merespon pada tuntutan
perubahan masyarakat, serta membantu pendidikan dalam mengatasi hambatanhambatan biaya dan waktu.

B. PEMBAHASAN
KONSEP MANAJEMEN MUTU TERPADU
Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan dalam meningkatkan
kualitas secara sistematis dengan menggunakan banyak dimensi dan telah diaplikasikan
secara luas oleh banyak perusahaan dengan tujuan meningkatkan kinerja seperti
kualitas, produktivitas dan profi-tabilitas. Dalam berbagai literatur manajemen operasi
diketahui bahwa perusahaan diseluruh dunia telah menerapkan TQM selama beberapa
dekade terakhir. Disamping itu, telah banyak penelitian dilakukan oleh para pakar yang
fokus pada konsep TQM dengan menggunakan atau meninjaunya dari berbagai area
atau konteks yang berbeda.
Secara teoritis, kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas
maupun tersembunyi (Chase et al., 2005).
Beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas dengan beragam interpretasi. Juran
(1989), mendefinisikan kualitas secara sederhana sebagai kesesuaian untuk digunakan.
Definisi ini mencakup keistimewaan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dan
bebas dari defisiensi. Sementara Tjiptono dan Diana (2003) menyatakan untuk
memudahkan pemahamannya, pengertian manajemen mutu terpadu dapat dibedakan
dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa manajemen mutu terpadu itu dan
aspek kedua membahas bagaimana mencapainya. Manajemen mutu terpadu merupakan
suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungannya.
Mengenai falsafah manajemen mutu terpadu, Hardjosoedarmo (2004), menyatakan
falsafah yang paling jelas dalam manajemen mutu terpadu adalah apa yang diajarkan
oleh Edwards Deming, yang mana sangat baik untuk dasar dalam melaksanakan kualitas
secara kontinu, yaitu: (1) reaksi berantai untuk perbaikan kualitas. Esensi reaksi berantai
tersebut adalah perbaikan kualitas akan meningkatkan kepuasan customer dalam hal
produk dan jasa yang sekaligus akan mengurangi biaya produksi, sehingga
meningkatkan produktivitas organisasi, (2) transformasi organisasional. Kemampuan

untuk mencapai perbaikan yang penting dan berkelanjutan menuntut perubahan dalam
nilai-nilai yang dianut, proses kerja dan struktur kewenangan dalam organisasi, (3)
peran esensial pimpinan. Hal ini tidak berarti bahwa hanya pimpinanlah yang
mempunyai peran dalam upaya perbaikan kualitas. Setiap anggota organisasi harus
memberikan kontribusi penting dalam upaya tersebut,(4) hindari praktek manajemen
yang merugikan. Setiap keputusan yang didasarkan pada pandangan jangka pendek,
sempit dan terkotak-kotak, akhirnya akan merugikan organisasi, (5) penerapan system
of profound knowledge, yang meliputi penerapan empat disiplin, yaitu: (a) orientasi
pada sistem, maksudnya agar dalam upaya menuju kualitas, kita hendaknya
mengembangkan kecakapan untuk mengindera dan me-manage interaksi antara
berbagai komponen organisasi, (b) teori variasi, maksudnya agar dikembangkan
kecakapan untuk menggunakan data dalam proses pengambilan keputusan, (c) teori
pengetahuan, penguasaan teori pengetahuan akan membantu kita untuk
mengembangkan dan menguji hipotesis (praduga) guna memperbaiki performance, (d)
psikologi, maksudnya agar dikembangkan kecakapan untuk mengerti dan menerapkan
konsep-konsep yang berkaitan dengan perbedaan individu dalam organisasi, dinamika
kelompok, proses belajar dan proses perubahan guna mencapai perbaikan kualitas.

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU DALAM PENDIDIKAN


Untuk melakukan suatu perubahan seringkali tidak mudah, apalagi bila menyangkut
perubahan yang bersifat fundamental dan menyeluruh. Biasanya setiap perubahan pasti
menghadapi penolakan. Sikap menolak perubahan merupakan perilaku yang umum
terjadi. Berkaitan dengan perubahan tersebut, menurut Tjiptono dan Diana (2003), perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (a) perubahan sulit berhasil bila
manajemen puncak tidak menginformasikan proses perubahan secara terus-menerus
kepada para karyawannya, (b) persepsi karyawan atau interpretasinya tentang perubahan
sangat mempengaruhi penolakan terhadap perubahan. Karyawan akan mendukung
perubahan bila mereka merasa bahwa manfaat dari perubahan akan lebih besar daripada
biaya yang ditimbulkan (terutama personal cost).
Perubahan terhadap manajemen mutu terpadu dimulai dengan mengadopsi pembagian
tugas tentang pelaksanaan mutu pada tingkat majelis sekolah, administrator, guru, staf
administrasi, siswa, orang tua dan masyarakat. Kegiatan diawali dengan merumuskan
visi dan misi sekolah, jurusan, program studi, dan seksi-seksi pendidikan sekolah. Visi
manajemen mutu terpadu dipusatkan untuk menemukan kebutuhan para pengguna
lulusan (customer), persiapan melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam program
peningkatan mutu, mengembangkan sistem untuk mengukur nilai tambah dari
pendidikan, sistem dukungan yang memungkinkan guru, staf administrasi dan siswa
dalam mengelola perubahan, dan melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan
dengan tujuan agar produk sekolah menuju arah yang lebih baik.

sekolah yang menerapkan manajemen mutu terpadu adalah sekolah yang melaksanakan
program mutu pendidikan dengan berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1)
Berfokus pada customer. Setiap orang di sekolah harus memahami, bahwa setiap produk
pendidikan mempunyai pengguna (customer). Setiap anggota dari sekolah adalah
pemasok (supplier) dan pengguna (customer). (2) Keterlibatan menyeluruh. Semua
orang harus terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen harus komitmen dan terfokus
pada peningkatan mutu. Transformasi mutu harus dimulai dengan mengadopsi
paradigma pendidikan baru. (3) Pengukuran. Pandangan lama mutu pendidikan atau
lulusan diukur dari skor prestasi belajar. Dalam pendekatan baru, para profesional
pendidikan harus belajar mengukur mutu pendidikan dari kemampuan dan kinerja
lulusan berdasarkan tuntutan pengguna, (Sukmadinata (2006).

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat dsimpulkan bahwa variabel-variabel praktik TQM
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan
disekolah. Faktor kepemimpinan manajemen dalam hal ini adalah kepala sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk dukungan yang kuat adalah sangat penting bagi keberhasilan
implementasi TQM. Peran guru dan staf dalam kepemimpinan mutu adalah pemimpin,
untuk mencapai visi mutu dalam pendidikan guru harus menanamkan visi tersebut
kepada siswa. Guru harus menghindarkan kekuasaan absolut di kelas, siswa perlu diajak
merumuskan kelas yang bermutu artinya siswa memiliki kebebasan dan akuntabilitas
individual.

DAFTAR PUSTAKA

Juran, J.M. 1989. Juran on Leadership for Quality, The Free Press, MacMillan Inc. E.
Nugroho (penterjemah). 1995. Kepemimpinan Mutu. Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.
Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi, dan Implementasi.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Munizu,Musran. Juni 2016, Praktik Total Quality(TQM) dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Karyawan, Volume 12, No 2,
http://ced.petra.ac.id/index.php/man/article/view/18176, 1 Juni 2016.

Você também pode gostar