Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
disamping
mendorong
berkembangnya
agribisnis
tembakau
dan
cukai merambat naik, upah buruh mengalami penyesuaian sesuai dengan tuntutan
biaya hidup yang semakin tinggi.
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, cukai mempunyai kontribusi
yang sangat penting dalam APBN khususnya dalam kelompok Penerimaan Dalam
Negeri. Penerimaan cukai dipungut dari tiga jenis barang yaitu etil alkohol,
minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil tembakau. Pada tahun
1990/1991, penerimaan cukai hanya sebesar Rp 1,8 triliun atau memberikan
kontribusi sekitar 4 persen dari penerimaan dalam negeri (Wibowo, 2003). Pada
tahun anggaran 1999/2000 jumlah tersebut telah meningkat menjadi Rp 10,4
triliun atau menyumbang sebesar 7,3 persen dari penerimaan dalam negeri. Pada
tahun 2003, penerimaan cukai ditetapkan sebesar Rp 27,9 triliun atau sebesar 8,3
persen dari penerimaan dalam negeri. Hal ini berarti kontribusi penerimaan cukai
terhadap penerimaan dalam negeri selama kurang dari 10 tahun, sejak tahun 1999
hingga tahun 2009 telah meningkat lebih dari 100%.
Dari penerimaan cukai tersebut, 95% berasal dari cukai hasil tembakau yang
diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok sigaret kretek mesin,
rokok sigaret tangan, dan rokok sigaret putih mesin yang dihasilkan oleh industri
rokok (Wibowo, 2003). Dari sisi penguasaan pasar, selama 2004 rokok kretek
jelas masih perkasa dengan merebut pangsa hampir 92%. Sisanya, dinikmati oleh
rokok putih. Pada kelompok rokok kretek ini, pasar terbesar selama bertahuntahun masih dikuasai oleh Gudang Garam dengan penguasaan pangsa 30,3%, atau
setara 64,7 miliar batang. Peringkat kedua kini ditempati oleh Sampoerna, yang
menggeser Djarum (39 miliar batang, atau setara 18,2%). Sementara jarak dengan
peringkat ke-4, Bentoel, memang terlalu jauh. Saat ini Bentoel baru memproduksi
4,1 miliar batang, atau setara 1,9% (Warta Ekonomi, 2005).
Sayangnya industri rokok di Indonesia masih mengandalkan pasar domestik
saja. Itu sebabnya, meski sejumlah produsen sudah melakukan ekspor, angkanya
belum terlalu signifikan. Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, ekspor rokok
terbesar terjadi pada 2004 dengan nilai US$ 185,9 juta meski secara umum
nilainya
dan nikotin pada rokok kretek. Di pasar domestik, kekuatan industri tercermin
dari sumbangannya terhadap target penerimaan cukai pemerintah, yang sejak
1997 hingga 2004 terus tumbuh secara signifikan. Tahun lalu kontribusi cukai
rokok terhadap pos penerimaan di APBN mencapai Rp 28,8 triliun, sementara
pada 2005 ini ditargetkan menjadi Rp 30 triliun.
Selain itu juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah tebang.
Setelah daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau ditebang dan dibuang.
Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati. Harganya
juga relatif murah, sehingga pestisida nabati yang dibuat juga bisa dijual dengan
harga yang murah dan terjangkau untuk petani.
1. Tembakau kualitas rendah yang sudah tidak layak untuk bahan baku rokok
yang dijadikan sebagai bahan baku pestisida nabati.
Ekstrak daun tembakau ini sangat pekat sekali. Pemakaiannya perlu hatihati, karena pemakaian yang berlebihan dari tembakau bisa menyebabkan
tanaman keracunan.
Produksi rokok;
memegang peranan penting untuk memastikan bahwa setiap batang rokok dibuat
dengan standar tertinggi. Setelah siap, rokok kemudian dikemas dan dikirimkan
untuk proses distribusi.
.. (1)
.. (2)
.. (3)
Industri Rokok Kretek (31420) Hasil analisis fungsi biaya per perusahaan untuk
rokok kretek diperoleh fungsi biaya sebagai berikut :
TC
(-1,25)
TVC =
AVC =
31,9416
MC = 31,9416
- 30,0416 Q + 11,9346 Q2
- 60,0832 Q + 35,8040 Q2
Skala produksi perusahaan rokok kretek yang menghasilkan biaya rata-rata paling
rendah diperoleh pada saat AVC memotong MC, yaitu berada pada skala produksi
sebesar 1,259 miliar batang.