Você está na página 1de 9

Analisa Perbandingan UU No. 32/ 2004 dengan UU No.

23/ 2014 mengenai hubungan


kewenangan.
Putri lutfi ifafah (110110120055)

Sejak tahun 2004, UU Pemda menegaskan bahwa penyelenggaraan desentralisasi masyarakat


membagi urusan pemerintahan atas pemerintah pusat dan daerah otonom. Pembagian urusan
pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan
pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat.1 Selanjutnya,
pemerintah dan DPR sepakat untuk memecah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi tiga undang-undang, yaitu undang-undang pemerintah daerah,
undang-undang pemilihan kepala daerah, dan undang-undang desa. 2 Dalam naskah akademik
RUU Pemda yang baru, disebutkan bahwa tujuan RUU ini adalah memperbaiki berbagai
kelemahan dari UU No. 32 Tahun 2004 terkait dengan konsep kebijakan desentralisasi dalam
negara kesatuan, ketidak jelasan pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan
pemerintaran daerah, dan hubungan antara pemerintah dengan warga dan kelompok madani.3
Dalam UU Pemda yang baru ini, ada beberapa aturan yang bisa mencegah perpecahan antara
kepala daerah dengan wakilnya. Dalam Pasal 65 Ayat (1) disebutkan bahwa wakil daerah tidak
lagi dipilih secara paket bersama kepala daerah. Dalam UU Pemda yang lama, gubernus dan
wakil gubernur maupun bupati dan wakil bupati sudah ditentukan sejak awal oleh partai
pengusung, dan dalam pengalamannya kerap terjadi perpecahan setelah belum lama menjabat.
Dalam UU pemda yang baru, kepala daerah akan dipilih tunggal tanpa ada wakilnya (mono
eksekutif). Posisi wakilnya kini menjadi wewenang kepada daerah yang terpilih sesuai
persetujuan Menteri Dalam Negeri. Namun, UU pemda ini tidak berlaku surut sehingga untuk
wakil kepala daerah yang sekarang kosong, masih menggunakan peraturan dalam UU Pemda
1

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4425/HubunganKewenanganPusatDaerahMenurutUU.htm
2

http://www.rumahpemilu.org/in/read/105/Rancangan-Undang-undang-tentangPemerintahan-Daerah
3

http://www.rumahpemilu.org/in/read/105/Rancangan-Undang-undang-tentangPemerintahan-Daerah

yang lama. Mekanismenya adalah melalui pengusungan oleh pasrtai pengusung oleh DPRD,
asalkan sisa masa jabatannya minimal selama 18 bulan.
Selain itu, Pasal 65 Ayat (2) UU Pemda yang baru memberikan wewenang kepada kepala daerah
untuk mengambil kebijakan khusus apabila terjadi kondisi di daerah sebagai wewenang atributif
yang diamanatkan dalam undang-undang.
Aturan baru ini juga mengatur bahwa kepala daerah yang tersangkut kasus hukum baik yang
ditangkap ataupun menjadi tersangka tidak diperbolehkan untuk menjalankan tugas dan
wewenangnya sebagai kepala daerah. Dengan begitu, Kementerian Dalam negeri akan
menetapkan wakil kepaa daerah sebagai pelaksana tugas agar pemerintahan dan pelayanan
terhadap masyarakat terus berjalan secara stabil.
Beberapa kewenangan pemerintah tingkat kabupaten kota ditarik ke pemerintah tingkat di
atasnya. Misalnya kewenangan bidang kelautan, energi sumber daya alam dibagi dua dengan
pemerintah tingkat provinsi. Pembagian itu dilakukan agar menjadi upaya penguatan hubungan
antara pemerintah daerah tingkat satu dan dua dalam menciptakan tata kelola yang efektif. 4
Selain itu, UU Pemda memberikan kelelluasaan Pemda melakukan hal-hal demi kemakmuran
daerahnya tanpa dihantui pelanggaran hukum maupun kriminalisasi. UU Pemda ini
mengamanatkan rambu pemerkaran daerah dengan cara gubernur memang berwenang
mengajukan usulan daerah otonomi yang baru kepada DPR. Namun, mesti melalui persiapan
dengan proses yang memakan waktu tiga tahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak
menunjukkan kesiapan, maka usulan otonomi daerah baru tersebut dikembalikan ke Pemda asal.
Jika siap, maka akan dibentuk perundangan tersendiri terkait usulan daerah otonomi yang baru.
Dalam UU Pemda yang lama, urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan,yakni urusan pemerintahan yang
terdiri dari: 5

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54258076a876a/saatnya-memperbaiki-tatakelola-pemerintahan-daerah
5

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4425/HubunganKewenanganPusatDaerahMenurutUU.htm

a.

Politik Luar Negeri, dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga

negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri,
melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan
sebagainya;
b.

Pertahanan, misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan

damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya,
membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan
kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara dan sebagainya;
c.

Keamanan, misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menindak kelompok

atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan sebagainya;


d.

Moneter, misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata uang, menetapkan

kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang, dan sebagainya;


e.

Yustisi, misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,

mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman keimigrasian,


memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional, dan lain
sebagainya;
f.

Agama, misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional,

memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam


penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah
lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah.
Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, yaitu urusan
pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap urusan yang
bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat,
ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan
kepada kabupaten/kota. Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurrent secara
proporsional antar pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maka kriteria yang dapat
digunakan

antara

lain

meliputi

eksternalitas,akuntabilitas,

dan

efisiensi

dengan

mempertimbangkan keserasian hubungan pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat


pemerintahan. Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan

dengan mempertimbangkan dampak/akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan


pemerintahan tersebut. Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan kabupaten/kota. Apabila bersifat regional menjadi
kewenangan provinsi dan apabila bersifat nasional menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan
pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat
pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani
tersebut. Dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan tersebut
kepada masyarakat akan lebih terjamin. Kriteria efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian
urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil,dana, dan
peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai
dalam penyelenggaraan bagian urusan. Artinya apabila suatu bagian urusan dalam
penanganannya dipastikan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan oleh provinsi
dan /atau kabupaten/kota dibandingkan apabila ditangani oleh pemerintah pusat, maka bagian
urusan tersebut diserahkan kepada provinsi dan/atau kabupaten/kota.Sebaliknya apabila suatu
bagian urusan akan lebih berdaya guna dan berhasil guna bila ditangani oleh pemerintah pusat,
maka bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh pemerintah pusat. Untuk itu, pembagian bagian
urusan harus disesuaikan dengan memperhatikan ruang lingkup wilayah beroperasinya bagian
urusan pemerintahan tersebut. Ukuran daya guna dan hasil guna tersebut dilihat dari besarnya
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan besar kecilnya risiko yang harus dihadapi.
Keserasian hubungan adalah bahwa pengelolaan bagian urusan pemerintahan yang dikerjakan
oleh tingkat pemerintahan yang berbeda , bersifat saling berhubungan (interkoneksi), saling
tergantung (interdependensi) dan saling mendukung sebagai satu kesatuan sistem dengan
memperhatikan cakupan kemanfaatan. Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana tersebut di
atas, ditempuh melalui mekanisme penyerahan dan/atau pengakuan atas usul daerah terhadap
bagian urusan-urusan pemerintahan yang akan diatur dan diurusnya. Berdasarkan usulan
tersebut, pemerintah akan melakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pengaturan
atas bagian urusan yang akan dilaksanakan oleh daerah.
Konsekuensi dari pendekatan tersebut adalah bahwa untuk pelayanan yang bersifat dasar
(basic services) maupun pelayanan-pelayanan untuk pengembangan usaha ekonomi masyarakat
atas pertimbangan efisiensi, akuntabilitas dan eksternalitas yang bersifat lokal seyogyanya

menjadi urusan kabupaten/kota, yang bersifat lintas kabupaten/kota menjadi urusan provinsi dan
yang bersifat lintas provinsi menjadi kewenangan pusat. Untuk mencegah suatu daerah
menghindari sesuatu urusan yang sebenarnya esensial untuk daerah tersebut, maka perlu adanya
penentuan standar urusan dasar atau pokok yang harus dilakukan oleh suatu daerah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Dalam Bab III Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
ditegaskan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang tentang pemerintahan
daerah ini ditentukan menjadi urusan pemerintah (politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama). Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara
langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri dan dapat pula penugasan oleh pemerintah
provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota
ke desa. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib dalam kaitan ini adalah urusan yang sangat mendasar
yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara, antara lain perlindungan hak
konstitusional; perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan
ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia;
pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.
Sedangkan urusan pilihan dalam kaitan ini adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan
potensi unggulan daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib berpedoman
pada standar pelayanan minimal, dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.
Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan

sarana

dan

prasarana

serta

kepegawaian

sesuai

dengan

urusan

yang

didesentralisasikan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam
skala provinsi yang meliputi:

a.

perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b.

perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c.

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d.

penyediaan sarana dan prasarana umum;

e.

penanganan bidang kesehatan;

f.

penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

g.

penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h.

pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

i.

fasilitasi

pengembangan

koperasi,usaha

kecil,

dan

menengah

termasuk

lintas

kabupaten/kota;
j.

pengendalian lingkungan hidup;

k.

pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

l.

pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

m.

pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n.

pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;

o.

penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota; dan
p.

urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara
nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan, dan potensi unggulan daerah provinsi yang bersangkutan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan
urusan berskala kabupaten/kota meliputi :
a.

perencanaan dan pengendalian pembangunan;

a.

perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

b.

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

c.

penyediaan sarana dan prasarana umum;

d.

penanganan bidang kesehatan;

e.

penyelenggaraan pendidikan;

f.

penanggulangan masalah sosial;

g.

pelayanan bidang ketenagakerjaan;

h.

fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

i.

pengendalian lingkungan hidup;

j.

pelayanan pertanahan;

k.

pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

l.

pelayanan administrasi umum pemerintahan;

m.

pelayanan administrasi penanaman modal;

n.

penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;dan

o.

urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian, hubungan pusat-daerah dalam bidang kewenangan akan terlihat dalam
pelaksanaan berbagai urusan yang bersifat concurrent dan urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah.
Sedangkan dalam UU Pemda yang baru, pada bagian I terdapat penjelasan mengenai hubungan
pemerintah pusat dan daerah. Hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah dapat dirunut dari
alinea ketiga dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan alinea
keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali
dibentuk adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang bertanggung
jawab mengatur dan mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas
Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Selanjutnya
Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai
Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional
untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian
membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian Pasal 18 ayat

(2) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan
Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi yang
seluas-luasnya. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat

terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan

pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam
lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi

dan

keanekaragaman

Daerah

dalam

sistem

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan


prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara
atau pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apa
pun otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah
pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan
itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari
kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan,
potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di
tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara
keseluruhan. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi
berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya
sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. Dalam
rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus
kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan
kearifan lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam bentuk
Perda maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan
demikian akan terciptakeseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap
memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan
secara keseluruhan. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat

terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan

pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam

lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta
potensi

dan

keanekaragaman

Daerah

dalam

sistem

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia.Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan


prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara
atau pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apa
pun otonomi yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah akan tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah
pada negara kesatuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan
itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari
kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan,
potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di
tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara
keseluruhan. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi
berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya
sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. Dalam
rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus
kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan
kearifan lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam bentuk
Perda maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan
demikian akan terciptakeseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap
memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan
secara keseluruhan.

Você também pode gostar