Você está na página 1de 34

MAKALAH

ANALISIS ASET LANCAR PADA PERUSAHAAN


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

oleh:
Arinda Widyaswara

120110120169

Azri Mareta

120110120175

Asangki Nindya Sakata

120110120192

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

PENGERTIAN ASET LANCAR


Definisi Aset Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan (IAI, 2007).
Definisi Aset Lancar menurut PSAK 1 (Revisi 2009)
Pengklasifikasikan suatu aset sebagai aset lancar atau tidak lancar dalam PSAK 1 (Revisi
2009) diatur dalam paragraf 63 yang menjelaskan bahwa entitas mengklasifikasikan aset
sebagai aset lancar, jika :
a. entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya dalam siklus operasi normal;
b. entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
c. entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan; atau
d. kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2 (revisi 2009) : Laporan
Arus Kas), kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Definisi Aset Lancar menurut Alimsyah dan Padji (2006;284)
Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai dalam waktu
relative singkat, biasanya ukuranwaktunya yang dipakai ialah siklus usaha atau tahu buku,
yang termasuk aktiva lancar ialah uangkas, rekening giro bank, investasi jangka pendek,
piutang usaha, persediaan barang dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll..

Definisi Aset Lancar menurut S. Munawir (2004;14)

Aktiva lancar adalah uang kas atau aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling
lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).

Dari pengertian aktiva lancar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva lancar adalah
aktiva yang dapat dijadikan uang dalam waktu yang singkat dalam kurun waktu kurang dari
satu tahun yang terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek yang diperdagangkan,
piutang (account receivable), persediaan (inventory), dan beban yang dibayar dimuka
(prepaid expense).

JENIS ASET LANCAR


1. Kas dan Setara Kas
Kas diartikan sebagai sesuatu apapun yang bisa ditabungkan di Bank serta bisa dengan
mudah ditarik/diambil setiap saat (sewaktu waktu) dan penggunaannya tidak dibatasi
atas ditentukan, sehingga dapat segera digunakan.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat
ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Sedangkan yang
termasuk setara kas misalnya cek yang belum diuangkan.

Penyajian Laporan Arus Kas


Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
a. Aktivitas Operasi
Jumlah arus aks yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
entitas,

membayar

dividen,

dan

melakukan

mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

investasi

baru

tanpa

Beberapa contoh arus kas dari aktivitas opearsi adalah :


1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
2. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
4. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
6. Pembayaran

kas

atau

penerimaan

kembali

(restitusi)

pajak

pengahasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus


sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; dan
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).

b. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah penting karena kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah
terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan
arus kas asa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah :
1. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain termasuk biaya pengembangan yang
dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri;
2. Penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain;
3. Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument
akuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain
pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
4. Penerimaan kas dari penjualan instrument utang dan instrument
ekuitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas

dari instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimilki
untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
5. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
6. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diebrikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan);
7. Pembayaran kss sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan
swap,

kecuali

jika

kontrak

tersebut

dimiliki

untuk

tujuan

diperdagangkan atau diperjualbelikan , atau jika pembayraan tersebut


diklasifiksikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
8. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali
jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau
diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.

c. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa
depan oleh para penyelia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah :
1. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain
2. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;
3. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dna
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
4. Pelunasan pinjaman; Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi
saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Komponen Kas dan Setara Kas

Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan


rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan. Oleh karena itu, keanekaragaman praktik
pengelolaan kas dan pengaturan perbankanr sesuai PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian
Laporan Keuangan, entitas mengungkapkan kebijakan dalam menentukan komponen
kas dan setara kas.
Pengaruh setiap perubahan dalam kebijakan untuk menentukan komponen kas
dan setara kas, misalnya perubahan dalam klasifikasi instrumen keuangan yang
sebelumnya diperlakukan sebagai bagian dari portofolio investasi entitas, dilaporkan
sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009) : kebijakan akuntansi, perubahan estimasi
akumulasi dan kesalahan.
Informasi tambahan yang relevan mungkin berguna dalam memahami posisi
keuangan dan likuiditas entitas juga harus dilaporkan dalam laaporan keuangan
dibagian catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan informasi ini, bersama dengan
pendapat menajemen, diajurkan dan mencakup :
1. Jumlah fasilitas pinjaman yang belum digunakan yang mungkin tersedia untuk
aktivitas operasi masa depan dan untuk menyelesaikan komitmen modal, dengan
mengidentifikasikan pembatasan penggunaan fasilitas ini ;
2. Jumlah keseluruhan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang
terkait dengan kepemilikan dalam ventura bersama yang dilaporkan dengan
menggunakan konsolidasi proporsional;
3. Jumlah keseluruhan arsu kas yang mencerminkan peningkatan kapasitas operasi
yang terpisah dari arus kas yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas
operasi; dan
4. Jumlah arus kas yang timbul dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan daris
etiap segmen yang dilaporkan (lihat PSAK 5 (revisi 2009) : Segmen Operasi).

2. Investasi Jangka Pendek yang Diperdagangkan

Investasi yang ditujukan dijual kembali dalam jangka waktu yang pendek untuk
mendapatkan gain atau keuntungan. investasi ini juga merupakan aset lancar,
contohnya investasi jangka pendek yang diperdagangkan dengan tujuan memperoleh
cash inflow dan aset deriatif yang dibeli dengan maksud untuk dijual kembali.
Investasi Jangka Pendek Yang Dapat Diperdagangkan:

Dapat dengan mudah diubah kembali menjadi uang tunai, atau didanai dari
kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki oleh perusaha.

Masa investasi tidak lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan).

Instrumen Investasi Jangka Pendek :


a) Investasi dalam bentuk Deposito
Dalam hal ini, deposito yang dimaksud adalah deposito yang daat dicairkan
dalahm jangka waktu satu tahun, atau satu periode operasi perusahaan, atau
kurang dari satu tahun atau satu periode operasi perusahaan.
b) Investasi dalam Surat-surat Berharga
Surat

berharga dicatat sebesar harga perolehannya. Unsur-unsur harga

perolehan adalah harga surat berharga ditambah dengan komisi (provisi)


broker, bea materai, dan biaya biaya lainnya yang menunjang agar surat
berharga tersebut bisa dimiliki dan siap untuk digunakan.
c) Investasi Jangka Pendek Dalam Bentuk Saham
Saham : surat bukti ikut menanamkan modal dalam suatu perusahaan yang
berbentuk PT (Perseroan Terbatas).

Pengukuran
Nilai investasi tidak akan berubah dengan laporan laba ataupun kerugian
investee. Bila laba dibagi, maka itu merupakan penerimaan bagi hasil (sumber
dana dari mana dana investasi berasal).

Pengungkapan

Investasi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar nilai investasinya.


Penjelasan tentang rincian dan jenis Investasi diungkapkan di Catatan atas
Laporan Keuangan.

3. Piutang Dagang (Accounts Receivable)


Piutang adalah tagihan kepada seseorang atau badan usaha yang muncul karena
operasi normal entitas usaha. Contoh piutang adalah piutang pada perusahaan rekanan
(afiliasi) dan piutang pada pelanggan. Apabila terjadi penurunan nilai piutang karena
return penjualan, piutang yang tidak bisa ditagih maupun diskon, harus dicantumkan
dan dijelaskan dengan rinci didalam penjelasan laporan keuangan perusahaan.

Pengelompokkan piutang menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) adalah


sebagai berikut :
1. Piutang usaha (accounts receivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menghasilkan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang
dikelompokkan sebagai aset lancar.
2. Wesel tagih (notes receivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk
membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam
jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang
usaha pelanggan.
3. Piutang lain-lain (other receivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagih dalam waktu satu tahun maka dikasifikasikan sebagai aset lancar, jika
penagihannya lebih dari satu tahun maka diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang
pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan.

Pengakuan Piutang
Piutang diakui dengan menggunakan accrual basis. Yang dimaksud dengan
accrual basis adalah piutang diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat
diterimanya uang pembayaran. Piutang ini timbul karena adanya transaksi antara
penjual dengan pembeli, yang pembayarannya dilakukan pada saat yang akan datang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penilaian dan Pelaporan Piutang


Secara teori, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang
dari perkiraan penerimaan kas di masa datang. Oleh karena itu, piutang usaha
berjangka pendek. Sebagai ganti dari menilai piutang usaha pada nilai sekarang yang
didiskontokan, akuntansi mewajibkan pelaporan piutang sebesar nilai realisasi bersih
(net realizable value). Hal ini berarti bahwa piutang dilaporkan dalam jumlah bersih
dari estimasi piutang tak tertagih dan diskon usaha. Tujuannya adalah untuk
melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan
diterima secara tunai atau mencerminkan realitas ekonomi yang sebenarnya sehingga
sesuai dengan matching concept.
Penyajian piutang usaha dalam neraca disajikan sebesar jumlah yang
diharapkan dapat diterima, dimana jumlah yang diharapkan diterima ini belum tentu
sama dengan jumlah yang secara formal tercantum dalam laporan klien. Hal ini karena
perusahaan telah mengurangi dengan penyisihan terhadap piutang yang mungkin tidak
dapat ditagih, konsep penilaian demikian menunjukan bahwa aktiva harus dinilai
sebesar manfaat yang diterima dimasa yang akan datang.

Piutang Tak Tertagih


Di samping memperoleh manfaat dari penjualan yang dilakukan secara kredit
seperti meningkatnya pendapatan penjualan dan laba, perusahaan juga biasanya
menanggung beban operasi atas adanya piutang tak tertagih. Hal ini biasa timbul dari
kegagalan perusahaan memperoleh pembayaran dari para pelanggan.
Adapun tiga variabel penting dalam proses collection (penagihan) yang harus
diperhatikan oleh manajemen perusahaan, yaitu:
-

Kemampuan membayar piutang

Itikad baik untuk membayar piutang

Kondisi perekonomian
Dalam menentukan kapan piutang usaha menjadi tak tertagih, tidak ada satu

pun ketentuan umum yang dapat digunakan. Karena pada kenyataannya seorang
customer gagal untuk mambayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti
utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah
satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh
piutang. Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya
penagihan setelah dilakukan beberapa kali usaha.
Adapun metode akuntansi untuk mencatat dan melaporkan beban piutang tak
tertagih menurut Kieso & Weydgant adalah sebagai berikut :
1. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode ini disebut juga metode tidak langsung. Dalam metode ini perusahaan.
Metode ini akan menggunakan akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang
memiliki saldo normal di kredit. Akun ini merupakan contra account asset yang
memperlihatkan kemungkinan klaim piutang tak tertagih di masa depan. Jurnal
untuk penyisihan piutang tak tertagih ini adalah :

Bad Debt Expense (Dr) xxx


Account Receivable (Cr) xxx

Ada 2 cara untuk mengestimasi jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih,
yaitu :
a. Persentase Penjualan
Pendekatan ini bertujuan untuk melaporkan piutang usaha di neraca pada
nilai bersih yang dapat direalisasikan, pendekatan ini juga disebut dengan
pendekatan Laba / Rugi. Melalui pendekatan ini debitur telah menentukan
perkiraan (melakukan estimasi ) berapa persen dari penjualan yang tidak dapat
ditagih (Uncollectible Receivables). Pendekatan ini tepat digunakan jika
customer memiliki sejarah yang baik mengenai kredit macet dengan penjualan
kredit tahun sebelumnya. Jurnal untuk pendekatan penjualan adalah :

Bad Debt Expense (Dr) xxx


Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx

b. Persentase Piutang
Pendekatan ini melihat menggunakan Analisis Umur Piutang (Aging
Schedule) Salah satu cara perusahaan dalam mengontrol piutangnya
dengan menggunakan aging schedule, yaitu daftar piutang usaha yang di
dalammnya berisi saldo piutang usaha, nama pelanggan beserta umur
piutang usaha. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat
menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya menurut lamanya
piutang tersebut beredar. Semakin lama piutang tersebut beredar semakin
kecil

kemungkinan

piutang

tersebut

tertagih,

perusahaan

dapat

menentukan umur piutangnya berdasarkan tanggal jatuh temponya.


Estimasi persentase untuk piutang yang tidak dapat ditagih dapat berbeda-

beda sesuai dengan kategori umur piutang berdasarkan pengalaman masa


lalu. Biasanya umur piutang usaha di kelompokkan menurut jumlah hari
dibawah 60 hari, 60 90 hari, 91 120 hari, diatas 120 hari. Jurnal untuk
pendekatan piutang adalah :

Bad Debt Expense (Dr) xxx


Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx

2. Metode Langsung (Direct Write off Method)


Perusahaan akan menerapkan metode langsung jika piutangnya sudah
pasti tidak akan tertagih. Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan mendebet
akun beban piutang tak tertagih (uncollectible account expense) dan mengkredit
akun piutang usaha (account receivable).
Bad Debt Expense (Dr) xxx
Account Receivable (Cr) xxx

Metode ini digunakan apabila :


Perusahaan kesulitan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih
secara wajar.
Jumlah customer yang dimiliki perusahaan relatif kecil.

4. Persediaan (Inventory)
Persediaan (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, untuk
digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak

lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal
perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaanyang saat ini dibatasi hanya dalam metode
FIFO

dan

metode biaya rata-rata

tertimbang

(weighted-average

cost)harus

disebutkan dengan jelas dalam penjelasan laporan keuangan. Khusus di perusahaan


manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara
terpisah, di catatan kaki atau dalam penjelasan laporan keuangan.

Pengukuran
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan harus meliputi semua:
a. Biaya Pembelian, meliputi :
Harga Beli
Bea Import
Pajak lainnya (kecuali bisa ditagih kpd otoritas pajak)
Biaya angkut
Biaya penanganan
Biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan
barang atau jasa.
b. Biaya Konversi, meliputi :
Biaya Langsung terkait produksi (Tenaga kerja langsung)
Alokasi sistematis biaya overhead tetap dan variable

Pengakuan sebagai Biaya


Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan itu harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan nilai persediaan dibawah biaya akan menjadi nilai realisasi bersih dan
seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai biaya pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai

persediaan, nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurang terhadap jumlah
beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan , termasuk
rumus biaya yang dipakai;
b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yangsesuai bagi perusahaan;
c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;
d. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai penghasilan selama periode.
e. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yangditurunkan.
f.

Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi tersebut:


a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau
b. Biaya operasi, yang dapat diterapkan pada pendapatan diakui sebagai beban
selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.

5. Beban Dibayar Dimuka (Prepaid Expenses)


Beban dibayar dimuka dalam Akuntansi dapat diartikan sebagai semua biaya
dan beban yang telah dibayarkan, namun sesungguhnya perusahaan belum merasakan
manfaat pembayaran biaya tersebut secara keseluruhan. Beban dibayar di muka adalah
transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta (aktiva), tetapi akan
menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang akan
memberikan manfaat di masa yang akan datang. Contoh dari akun beban dibayar di

muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka,
bunga dibayar di muka, dan sebagainya.

Ada dua cara pencatatan pada waktu melakukan pembayaran beban/biaya :

Pendekatan neraca/aktiva, pembayaran beban dicatat dalam akun beban dibayar


dimuka. Pada akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian atau pengakuan
beban sebesar manfaat yang telah diperoleh perusahaan.

Pendekatan laba rugi/beban, pembayaran beban dicatat sebagai beban, bukan


beban dibayar di muka. Pada akhir periode, perusahaan melakukan penyesuaian
terhadap beban yang belum jatuh tempo atau belum dirasakan manfaatnya oleh
perusahaan.

Pengukuran
Prepaid Expense dinilai sebesar nilai transaksi. Prepaid Expense dikurangkan secara
proporsional

sesuai

dengan

masa

manfaat

ekonomi

yang

diperoleh.

Pengungkapan
Prepaid Expense disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar nilai net (setelah
dikurangi manfaat ekonomi yang diperoleh) per tanggal laporan. Penjelasan atau
perincian tentang Prepaid Expense disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

ANALISIS RASIO KEUANGAN ATAS ASET LANCAR


Pengertian
Menurut Mahmud M.Hanadie Analisis rasio adalah penggabungan yang menunjukkan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara
unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Analisis ratio
merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan
kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau
kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis ratio keuangan (Financial
Ratio Analysis)

Tujuan
Dalam Keown dkk tujuan dari analisis ratio adalah :
Membantu manager finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan,
berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan
saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan khusus dari
analisis atau pihak yang berkepentingan.
Berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi
mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan kesultan keuangan.

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas perusahan adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal
31). Rasio likuiditas terdiri dari :

a. Current Ratio
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar
(Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83).
Rumus :

Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar


Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang
harus segera dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang dimilikinya.
Pada PT Garuda Indonesia, perhitungan Current Ratio untuk periode 2013
adalah sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
= USD 819.133.923 / USD 983.890.767
= 0,8325
Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan PT Garuda
Indonesia dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset
lancar yang dimiliki adalah 0,8325 (tiap satu kewajiban jangka pendek dilunasi dengan
0,8325 aset lancar. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan PT Garuda Indonesia
dalam melunasi kewajiban jangka pendek harus lebih diperhatikan karena rasionya
dibawah satu poin).

b. Cash Ratio (Ratio Immediate Solvency)


Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan
kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Tidak terdapat standar likuiditas
untuk cash ratio sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen.
Rumus :
Cash Ratio

= (Kas + Surat Berharga) / Hutang Lancar

Pada PT Garuda Indonesia perhitungan Cash Ratio untuk periose 2013 adalah
sebagai berikut:
Cash Ratio

= (Kas + Surat Berharga) / Hutang Lancar


= USD 475.260.630 / USD 983.890.767
= 0,4830

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa kemampuan PT Garuda Indonesia


melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan kas dan setara kas yang dimiliki adalah
0,4830 (tiap satu kewajiban kewajiban jangka pendek dilunasi dengan 0,4830 kas dan
setara kas). Hal ini menunjukkan bahwa PT Garuda Indonesia memiliki kemampuan

yang tidak memadai untuk melunasi kewajiban jangka pendek dengan memanfaatkan
aset lancar berupa kas dan setara kas.
c.

Quick Ratio (Acid Test Ratio)


Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan
dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat
bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang
paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah
yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas.
Rumus :
Quick Ratio

= (Aktiva Lancar Persediaan) / Hutang Lancar

Pada PT Garuda Indonesia, perhitungan Quick Ratio untuk periode 2013


adalah:
Quick Ratio

= (Aktiva Lancar Persediaan) / Hutang Lancar


= (USD 819.133.923 USD 90.328.457) / USD 983.890.767
= 0,7407

Dalam perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa kemampuan PT Garuda Indonesia


dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar
setelah dikurangi persediaan adalah 0,7407 (tiap satu kewajiban jangka pendek
dilanasi dengan 0,7407 aset lancar setelah dikurangi persediaan).

PT. GARUDA INDONESIA (Persero) Tbk.


PROFIL PERUSAHAAN
Tentang Garuda Indonesia
Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan, Perusahaan terus
mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata
baru di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai
saat bangsa Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan komersial
pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI 001 dari Calcutta ke
Rangoon dan diberi nama Indonesian Airways dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun
yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD
dan sudah dicat dengan logo Garuda Indonesian Airways, terbang dari Jakarta ke
Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali
dengan nama Garuda Indonesian Airways. Setahun kemudian, 1950, Garuda Indonesia resmi
menjadi Perusahaan Negara. Pada masa itu, Perusahaan memiliki 38 buah pesawat yang
terdiri dari 22 jenis DC-3, 8 pesawat Laut Catalina, dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada
Perusahaan terus berkembang, dimana untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa
penumpang jamaah Haji ke Mekkah pada tahun 1956. Perjalanan terbang ke kawasan Eropa
dimulai Garuda Indonesia pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam.
Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan restrukturisasi
berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong perusahaan untuk
mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk awak kabin dan awak darat
Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama
Garuda Indonesia Training Center.
Armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami revitalisasidan
restrukturisasi besar-besarandi sepanjang tahun 1980-an. Hal ini menuntut Perusahaan
merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong Perusahaan
mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Center di Jakarta Barat.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki
tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat
karyawan Garuda Indonesia.
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia
siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi
menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini
dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham Garuda
Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara Republik Indonesia (69,14%),
karyawan (0,4%), investor domestik (24,34%), dan investor internasional (6,12%).
Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga
memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda
Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Sedangkan untuk mendukung
kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada
produk/jasa pendukung bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai
tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan
katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan
tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri
pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia didukung oleh 7.861 orang
karyawan, termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134 pesawat yang terdiri dari 2
pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 5
pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/500), 76 pesawat Boeing 737-800NG, 15 pesawat
CRJ1000 NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6 pesawat Boeing 777-300ER, dan 30 pesawat
Citilink yang terdiri dari 24 pesawat Airbus A320-200, 5 pesawat Boeing 737-300 serta 1
pesawat Boeing 737-400.
Menghadirkan standar baru kualitas layanan dalam industri air travel, Garuda
Indonesia saat ini melayani penerbangan ke 64 destinasi pilihan yang terdiri dari 44 kota di
area domestik dan 20 kota di area internasional.
Selain melayani penerbangan di rute-rute tujuan yang dioperasikan, saat ini Garuda
Indonesia juga melaksanakan perjanjian code share dengan 14 maskapai internasional.
Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi bergabung
dengan aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari program perluasan jaringan
internasionalnya. Dengan bergabung bersama SkyTeam, penumpang Garuda Indonesia kini
dapat terbang ke 1.064 tujuan di 178 negara yang dilayani oleh semua maskapai anggota
SkyTeam dengan lebih dari 15.700 penerbangan per hari dan akses ke 564 lounge di seluruh
dunia.
Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada
pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas Garuda Indonesia
Experience, yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari
Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk
diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan postjourney.
Garuda Indonesia juga merupakan salah satu maskapai yang terdaftar sebagai IATA
Operational Safety Audit (IOSA) Operator dan menerapkan standar kemanan dan keselamatan
yang setara dengan maskapai internasional besar anggota IATA lainnya. Garuda Indonesia
menerima sertifikat IOSA pada tahun 2008 lalu.

Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang
berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Sebagai

perusahan penerbangan pembawa

bendera bangsa

Indonesia

yang

mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional


dengan memberikan pelayanan yang profesional.

ANALISIS PERUSAHAAN
1. Industry Analysis
Penulis menggunakan Porters Five-Forces Model dalam menganalisis
persaingan dalam industri penerbangan yang dihadapi oleh Garuda Indonesia.
a. Persaingan antar perusahaan sejenis
Bisnis jasa transportasi udara merupakan bisnis yang tinggi tingkat
persaingannya di Indonesia. Hal ini merupakan dampak dari deregulasi industri
penerbangan domestik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun
2000, yang membuat kompetisi dan akses ke dalam industri penerbangan Indonesia
terbuka lebar. Semakin banyak maskapai penerbangan domestic maupun
internasional

yang

beroperasi

dan

mengembangkan

rute

atau

layanan

penerbangannya di bandara-bandara yang ada di seluruh Indonesia.


Garuda Indonesia menghadapi persaingan yang berasal dari perusahaan
penerbangan full service carrier/FSC maupun perusahaan penerbangan low cost
carrier/LCC. Untuk merespon persaingan ini, Garuda Indonesia melaksanakan
kegiatan operasional berdasarkan kedua tipe badan usaha penerbangan tersebut
yakni melaksanakan layanan FSC dengan brand Garuda Indonesia dan
mengembangkan layanan LCC dengan brand Citilink.
Garuda Indonesia terus melakukan inovasi bagi pertumbuhan usahanya
dalam menghadapi persaingan kompetitif di industri penerbangan. Salah satu

langkahnya adalah dengan meluncurkan rencana ekspansi yang agresif bernama


Quantum Leap. Quantum Leap berisi perencanaan untuk melakukan penggandaan
armada pesawat dan menaikkan jumlah penumpang dengan cara menambah rute
tujuan domestik maupun internasional. Garuda Indonesia telah bergabung denga
SkyTeam untuk memperluas jaringan rute/pelayanannya dan bekerja sama dengan
Klub Sepakbola Liverpool untuk memperkuat eksistensinya di dunia penerbangan.
Selain itu Garuda Indonesia juga melakukan overhaul tampilan maskapai seperti
mengubah livery maskapai, seragam staf, dan logo yang diharapkan dapat
menghadirkan semangat keramahan Indonesia dan profesionalisme. Garuda
Indonesia juga mengembangkan konsep layanan baru berdasarkan keramahan dan
keunikan khas Indonesia yaitu Garuda Indonesia Experience. Pelayanan ini
mencakup berbagai aspek dari kebudayaan, masakan, dan keramahan Indonesia.
Dengan demikian disimpulkan bahwa Garuda Indonesia dapat bertahan
dalam persaingan di industri penerbangan Indonesia, karena perusahaan telah
melakukan berbagai cara untuk memenuhi faktor-faktor persaingan utama dalam
industri penerbangan.

b. Ancaman pesaing baru


Garuda Indonesia menghadapi pesaing baru baik dari pasar domestic
maupun internasional. Sebagian besar pesaing ini adalah maskapai penerbangan
berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC). Salah satu pesaing terberatnya adalah
AirAsia, LCC asal Malaysia ini telah merambah hampir seluruh bandara Indonesia
dalam waktu yang cukup singkat sejak pertama kali memulai pelayanannya di
Indonesia dan juga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
Citilink merupakan jawaban Garuda Indonesia atas tantangan dari pesaingpesaing barunya. PT Citilink Indonesia merupan anak perusahaan PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak di bidang angkutan niaga berjadwal yang
berbiaya murah (LCC). Sehingga dengan mengembangkan layanan FSC yakni
Garuda Indonesia dan LCC yakni Citilink, diharapkan perusahaan mampu bersaing
dengan pesaing baru dan mengusai pangsa pasar di industri penerbangan.

c. Ancaman dari produk substitusi


Produk substitusi (pengganti) transportasi udara adalah jasa transportasi
laut dan darat. Pengguna jasa transportasi pengganti dapat menjadi pilihan bagi
pelanggan jika jarak yang ditempuh pendek dan biayanya lebih rendah
dibandingkan menggunakan transportasi udara. Jasa transportasi darat yang dapat
menjadi produk pengganti adalah kereta api dan bus/mobil. Sebagian besar
pelanggan yang lebih memilih produk pengganti kereta api adalah pelanggan yang
berasal dari dan hendak menuju kota-kota yang ada di Pulau Jawa yang tersedia
layanan kereta api. Sedangkan pengguna produk pengganti berupa bus/mobil
ataupun dengan jasa transportasi laut akan dilakukan pelanggan jika jarak tempuh
pendek dan pastinya memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan. Namun
tingkat mobilitas yang tinggi saat ini mengakibatkan jasa transportasi udara
menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat untuk menunjang aktivitasnya. Karena
dengan menggunakan jasa transportasi udara memberikan waktu tempuh yang
lebih cepat bagi pelanggannya.

d. Kekuatan tawar-menawar pemasok


PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki beberapa pemasok yang
mendukung kegiatan operasionalnya, antara lain PT Angkasa Pura (Persero),
pemasok bahan bakar, serta produsen armada pesawat dan mesin armada pesawat.
PT Angkasa Pura (Persero) merupakan badan usaha milik Negara yang
memberikan pelayanan pengoperasian bandara di Indonesia. Pelayanan yang
disuplai PT Angkasa Pura (Persero) yakni mencakup penggunaan fasilitas bandara,
seperti sewa tempat layanan konsumen dan ruang kantor, jasa pengendalian lalu
lintas udara, jasa pengendalian di darat dan jasa penerbangan lainnya. Dengan
berbagai jasa yang diterima, Garuda Indonesia menerima tagihan setiap bulan atas
penggunaan fasilitas dan pelayanan di setiap bandara di Indonesia dimana
perusahaan beroperasi.
Bahan bakar sangat diperlukan dalam pelaksanaan operasional perusahaan
penerbangan. Pemasok bahan bakar Garuda Indonesia terdiri atas Pertamina dan
beberapa pemasok internasional. Sebagian besar bahan bakar pesawat yang

digunakan oleh Garuda Indonesia, yakni termasuk semua bahnbakar pesawat yang
diperlukan untuk penerbangan domestik berasal dari satu pemasok yaitu
Pertamina. Penetapan harga bahan bakar mengacu pada harga posting produksi
dalam negeri Pertamina termasuk diskon, yang ditentukan berdasarkan kebijakan
Pertamina sendiri. Sedangkan harga bahan bakar dari pemsok internasional
mengacu pada harga dasar rata-rata minyak yang dipublikasikan oleh Platts ,elalui
Singapura berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), Mean of Platts Arab
Gulf (MOPAG), Teluk Arab, Saudi Arabia dan Belanda, yang diterbitkan oleh
ARAMCO atau Rotterdam.
Garuda Indonesia menggunakan armada pesawat yang diproduksi oleh dua
pemasok yakni Boeing dan Airbus. Sedangkan mesin yang digunakan oleh armada
pesawat diproduksi oleh CFM International S.A. (joint venture antara Snecma
(SAFRAN Group) di Perancis dan General Electric di Amerika Serikat), dan RollsRoyce Plc. Pembelian armada pesawat dan suku cadang yang diperlukan Garuda
Indonesia dilaksanakan sesuai dengan perjanjian pembelian, sehingga Garuda
Indonesia bisa mendapatkan persetujuan harga yang terjangkau dengan kualitas
suku cadang terbaik dari para pemasok.
Dengan demikian sangatlah penting bagi Garuda Indonesia untuk memilih
pemasok yang tepat yang dapat mendukung kegiatan usaha penerbangan
perusahaan. Diharapkan pemasok-pemasok tersebut dapat bekerja sama dalam
mengembangkan kualitas operasional dan pelayanan Garuda Indonesia dengan
memberikan pasokan bahan baku dan suku cadang yang diperlukan dengan
kualitas terbaik, tepat waktu, dan sesuai dengan perjanjian bersama.

e. Kekuatan tawar-menawar konsumen


Pelangaan Garuda Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua kelompok,
yaitu pelanggan yang menggunakan rute penerbangan domestik dan internasional.
Sebagai premium airlines, konsumen layanan FSC dengan brand Garuda Indonesia
yang menggunakan rute penerbangan domestik adalah pelanggan yang berada pada
pangsa pasar menengah ke atas. Sedangkan layanan LCC dengan brand Citilink
ditujukan kepada konsumen yang menggunakan rute penerbangan domestik yang

berada pada pangsa pasar kelas ekonomi. Dengan demikian untuk melayani rute
penerbangan domestik, perusahaan telah mengembangkan layanan FSC dan LCC
yang dapat menjangkau seluruh pangsa pasar di industri penerbangan domestik.
Pelanggan yang menggunakanrute penerbangan internasional antara lain
jamaah haji, pihak pemerintah, dan konsumen lain yang menggunakan layanan
penerbangan Garuda Indonesia. Jamaah haji merupakan konsumen tetap layanan
penerbangan internasional Garuda Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2013
presentase penerbangan tidak berjadwal menurun menjadi USD 215.965.887 (6%
dari total pendapatan usaha), dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar USD
269.091.577 (7,4% dari total pendapatan usaha). Sedangkan untuk penerbangan
berjadwal

mengalami

peningkatan

di

tahun

2013

menjadi

USD

3.170.086.191(menyumbang 85% dari total pendapatan) dari tahun 2012 yakni


sebesar USD 2.887.250.744 (menyumbang 83% dari total pendapatan). Layanan
penerbangan berjadwal memberikan kontribusi paling besar bagi pendapatan usaha
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Persaingan dengan sebagian besar maskapai pesaing yang berusaha
merebut kesetiaan pelanggan dilakukan dengan menawarkan harga tiket yang lebih
murah kepada pelanggan melalui penawaran tiket dengan harga promosi. Hal ini
tidak hanya menguntungkan bagi Garuda Indonesia tetapi juga bagi pelanggan
karena mendapatkan harga tiket yang murah dengan tetap menikmati kualitas
pelayanan terbaik dari Garuda Indonesia. Dengan demikian, PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk menciptakan peluang bagi masyarakat untuk memilih menggunakan
layanan penerbangan Garuda Indonesia.

2. Strategy Analysis
A. Faktor Internal Perusahaan
1.

Kekuatan (Strengths):

Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia Garuda saat ini mengoperasikan


140 pesawat pada 2013 terdiri atas 23 pesawat yang dimiliki dan 117 pesawat
yang masih berstatus lease.

Garuda mempunyai 40 rute penerbangan domestik dan 36 rute internasional


hingga tahun 2014;

Konsep layanan yang selalu menempatkan pelanggan sebagai fokus utama


yang didasarkan keramahtamahan dan keunikan Indonesia yang disebut dengan
Garuda Indonesia Experience yang didasarkan pada 5 senses yaitu sight,
sound, smell, taste, and touch, menyebabkan Garuda Indonesia mempunyai ciri
khas tersendiri dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain;

Adanya layanan Immigration on Board yang merupakan inovasi Garuda dan


merupakan satu-satunya di dunia, yaitu layanan pemberian visa di atas
pesawat.

Memiliki tim yang terdiri dari individu-individu yang handal, profesional,


kompeten, berdaya saing tinggi dan helpfulserta dilandasi atas nilai-nilai FLYHI (eFficient & effective, Loyalty, customer centricitY, Honesty & openness,
and Integrity) disetiap insan Garuda Indonesia;

Pangsa pasar Garuda Indonesia di pasar Internasional mencapai 23.2% kendati


terjadinya krisis global sehingga Garuda Indonesia tetap menjadi pemimpin
pasar untuk area Jepang-Korea-China, Timur Tengah dan South West
Pacific (Australia);

Memiliki teknologi informasi yang mutakhir dalam menjalankan bisnis


sehingga menempatkan Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan
dengan TI tercanggih di Indonesia;

Garuda Indonesia banyak melakukan kegiatan CSR seperti program kemitraan


dan bina lingkungan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab kepada
masyarakat seperti membagikan 5000 paket sembako, bekerjasama dengan
PMI, membantu korban bencana gempa Nias dan Aceh, dan sebagainya;

Garuda Indonesia termasuk dalam kategori baik untuk hal tata kelola
perusahaan;

Garuda Indonesia telah memiliki brand yang kuat dan telah diakui di pasar
domestik;

2.

Kelemahan (Weakness):

Adanya

faktor

teknis

jumlah cockpit dan cabin

dan flight

operations seperti

crew sehingga

menyebabkan

keterbatasan
keterlambatan

penerbangan;

Tingginya tingkat hutang lancar yang diakibatkan adanya peningkatan dalam


jumlah kewajiban pada akun-akun lancar seperti hutang usaha dan biaya yang
masih harus dibayar;

Garuda sangat bergantung kepada sistem otomatisasi dalam menjalankan bisnis


sehingga apabila terjadi kesalahan sistem, proses bisnis perusahaan akan
terganggu;

Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada modal kerja pada masa
yang akan datang;

Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat lebih tinggi
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya;

B. Faktor Eksternal Perusahaan


1.

Peluang (Opportunities):

Telah dikeluarkannya Garuda Indonesia dari daftar perusahaan penerbangan


yang dilarang terbang di kawasan Eropa, yang menyebabkan semakin
terbukanya

kesempatan

untuk

mewujudkan

pengembangan

jaringan

penerbangan internasional jarak jauh;

Indonesia merupakan salah satu pasar penerbangan udara yang memiliki


pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan penumpang transportasi udara
di Indonesia tahun 2013 mencapai 22,39% dibandingkan dengan pertumbuhan
dunia yang hanya sebesar 8,20%;

Bergabungnya Garuda sebagai anggota aliansi global maskapai penerbangan


yang bernama SkyTeam Global Airline Alliance.

2.

Berkembangnya secara cepat industri penerbangan Asia Pasifik.

Ancaman (Threats)

Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol
yang menghambat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP),
seperti landasan pacu/runway yang terbatas;

Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda Indonesia berasal dari
Pertamina, sehingga harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan bakar sangat
tergantung dengan Pertamina.

Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb yang
dapat mengakibatkan penurunan permintaan;

Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga tiket dan semakin banyaknya


rute penerbangan baru yang dibuka oleh maskapai penerbangan lain;

Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke Indonesia untuk


mengimbangi penurunan penumpang internasional akibat adanya krisis global;

3. Accounting Analysis
Analisis akuntansi (accounting analysis) merupakan proses evaluasi sejauh mana
akuntansi perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Keterbatasan akuntansi ini
mempengaruhi kegunaan laporan keuangan dan menimbulkan setidaknya dua masalah
dalam analisis, yaitu comparability problem dan accounting distortion.
Dalam makalah ini, pembahasan analisis akuntansi pada PT Garuda Indonesia akan
di fokuskan pada beberapa akun dalah Laporan Keuangan yang mengalami perubahan
jumlah atau nominal yang dilaporkan secara drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013.
1. Hutang Bank dan Lembaga Lain dan Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo di
Periode Ini
Utang bank dan lembaga keuangan, utang jangka panjang, utang obligasi, utang
usaha dan utang lainnya pada awalnya dinilai berdasarkan nilai wajar, setelah
dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya dinilai berdasarkan biaya perolehan
yang diamortisasi, dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dan beban
bunga diakui berdasarkan suku bunga efektif. Liabilitas keuangan dihentikan
pengakuannya jika, dan hanya jika, liabilitas telah dilepaskan, dibatalkan atau
kadaluarsa. Selisih antara jumlah tercatat liabilitas keuangan yang dihentikan
pengakuannya dan imbalan yang dibayarkan dan utang diakui dalam laba rugi.

Dari laporan keuangan, dapat diketahui bahwa hutang bank meningkat pesat
sebesar 700,22% dibanding periode sebelumnya. Hal ini dipicu oleh:
a. PT Garuda Indonesia memperoleh fasilitas kredit tambahan sebesar
USD 25.000.000 dengan tingkat bunga 3,5% dari Bank BNI untuk
pembelian avtur kepada PT Pertamina.
b. PT Aerotrans Services Indonesia memperoleh pinjaman Kredit Modal
Kerja dari Bank BNI sebesar Rp7.500.000.000 dengan tingkat bunga
11% pertahun.
c. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia bekerja sama dengan PT
Indonesia Infrastructure Finance untuk mendapatkan pinjaman modal
sebesar USD 5.000.000 dengan tingkat bunga Libor 3 bulan +margin
3,5%. Pinjaman ini digunakan untuk melaksanakan pembangunan,
penyelesaian dan pengoperasian hangar baru di Pulau Batam/Bintan
dan/atau untuk pengadaan alat mesin.

Dengan jumlah hutang bank dan hutang jangka panjang yang jatuh tempo
di periode ini yang meningkat pesat, maka akan mempengaruhi likuiditas PT
Garuda Indonesia. Dimana, ketika jumlah utang jangka pendek besar, maka rasio
likuiditas akan semakin kecil, dan menyebabkan kemampauan PT Garuda
Indonesia membayar membayar hutang jangka pendek akan menurun.

2. Kerugian yang Timbul Akibat Selisih Kurs


Pada tahun 2013, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terus mengalami
degradasi sepanjang tahun hingga menyebabkan kerugian yang besar dari selisih

kurs. Masalah ini menjadi krusial bagi PT Garuda Indonesia karena perusahaan ini
menggunakan mata uang dollar sebagai mata uang penyajian di laporan keuangan.
Selain itu, komposisi beban usaha PT Garuda Indonesia di tahun 2013 adalah 60%
dalam dollar Amerika, 40% dalam rupiah. Sementara, pendapatan 50% dalam
dollar Amerika dan 50% dalam rupiah. Hal ini menyebabkan PT Garuda
mengalami peningkatan rugi selisih kurs yang signifikan. Pada akun Selisih Kurs
di bagian Beban/Pendapatan lain-lain pada Laporan Laba Rugi 2013 tercatat
sebesar USD 47.926.641, sedangkan ditahun 2012 sebesar USD 9.449.819. Hal ini
berarti kerugian yang timbul meningkat sebesar 400, 17% dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, Di akun Selisih Kurs Akibat Penjabaran Laporan Keuangan di


bagian Laba Komprehensif Lain adalah sebesar USD 26.863.018, sedangkan di
tahun 2012 sebesar USD 3.845.700. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 598,
52%.

3. Aset Tetap dan Estimasi Depresiasi


Pesawat, tanah dan bangunan dinyatakan berdasarkan nilai revaluasi yang
merupakan nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi
dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan.
Kenaikan yang berasal dari revaluasi pesawat, tanah dan bangunan diakui pada
pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus

revaluasian, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, dalam hal ini kenaikan revaluasi
hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam
laporan laba rugi komprehensif. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari
revaluasi pesawat, tanah dan bangunan dibebankan dalam laporan laba rugi apabila
penurunan tersebut melebihi saldo surplus revaluasi aset yang bersangkutan, jika
ada.
Surplus revaluasi pesawat, tanah dan bangunan yang telah disajikan dalam
ekuitas dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya.
Aset tetap pesawat disusutkan hingga ke estimasi nilai residu dengan
menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat, sebagai berikut:

Pada tahun 2013, Perusahaan merubah umur masa manfaat untuk jenis pesawat
Boeing 747-400 dari 20 tahun menjadi 22 tahun. Perubahan tersebut diperlakukan
secara prospektif yang menyebabkan penurunkan beban penyusutan sebesar USD
3.214.148 ditahun 2013.

Aset tetap non pesawat kecuali tanah dan bangunan dicatat berdasarkan harga
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai, jika ada dan
disusutkan dengan metode garis lurus selama masa manfaat aset tesebut, sebagai
berikut:

Aset tetap berupa tanah tidak disusutkan.


Aset sewaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang
sama dengan aset tetap yang dimiliki sendiri atau disusutkan selama jangka waktu
yang lebih pendek antara periode sewa dan umur manfaatnya.
Taksiran masa manfaat, nilai residu dan metode penyusutan direviu minimum
setiap akhir tahun buku, dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi akuntansi
diterapkan secara prospektif.
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi
selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap
dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan
manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke
entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Apabila aset tetap tidak
digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dikeluarkan dari laporan keuangan
konsolidasian dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan diakui dalam laporan
laba rugi.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang
timbul dari utang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi
biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan
pada saat selesai dan siap digunakan.
Pinjaman yang tidak spesifik digunakan untuk perolehan aset tertentu, jumlah
biaya pinjaman yang dikapitalisasi tertentu terhadap jumlah pengeluaran untuk
perolehan aset tersebut. Tingkat kapitalisasi adalah rata-rata tertimbang dari biaya
pinjaman terhadap saldo pinjaman terkait selama periode tersebut, tidak termasuk
jumlah pinjaman yang spesifik digunakan untuk perolehan aset tertentu lainnya.

Aset tetap dalam rangka bangun, kelola dan alih dinyatakan berdasarkan biaya
perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus selama 20 - 30 tahun.
Nominal total aset tetap yang dimiliki PT Garuda Indonesia menjadi perhatian
utama karena PT Garuda Indonesia memiliki banyak aset tetap. Selain itu
penilaian atas depresiasi juga menjadi penting karena nominalnya yang sangat
besar.

Você também pode gostar