Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
Arinda Widyaswara
120110120169
Azri Mareta
120110120175
120110120192
Aktiva lancar adalah uang kas atau aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling
lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
Dari pengertian aktiva lancar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva lancar adalah
aktiva yang dapat dijadikan uang dalam waktu yang singkat dalam kurun waktu kurang dari
satu tahun yang terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek yang diperdagangkan,
piutang (account receivable), persediaan (inventory), dan beban yang dibayar dimuka
(prepaid expense).
membayar
dividen,
dan
melakukan
investasi
baru
tanpa
kas
atau
penerimaan
kembali
(restitusi)
pajak
b. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah penting karena kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah
terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan
arus kas asa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah :
1. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain termasuk biaya pengembangan yang
dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri;
2. Penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tidak berwujud, dan
asset jangka panjang lain;
3. Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument
akuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain
pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
4. Penerimaan kas dari penjualan instrument utang dan instrument
ekuitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas
dari instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimilki
untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan)
5. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
6. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diebrikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan);
7. Pembayaran kss sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan
swap,
kecuali
jika
kontrak
tersebut
dimiliki
untuk
tujuan
c. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa
depan oleh para penyelia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah :
1. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain
2. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;
3. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dna
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
4. Pelunasan pinjaman; Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi
saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Komponen Kas dan Setara Kas
Investasi yang ditujukan dijual kembali dalam jangka waktu yang pendek untuk
mendapatkan gain atau keuntungan. investasi ini juga merupakan aset lancar,
contohnya investasi jangka pendek yang diperdagangkan dengan tujuan memperoleh
cash inflow dan aset deriatif yang dibeli dengan maksud untuk dijual kembali.
Investasi Jangka Pendek Yang Dapat Diperdagangkan:
Dapat dengan mudah diubah kembali menjadi uang tunai, atau didanai dari
kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki oleh perusaha.
Masa investasi tidak lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan).
Pengukuran
Nilai investasi tidak akan berubah dengan laporan laba ataupun kerugian
investee. Bila laba dibagi, maka itu merupakan penerimaan bagi hasil (sumber
dana dari mana dana investasi berasal).
Pengungkapan
Pengakuan Piutang
Piutang diakui dengan menggunakan accrual basis. Yang dimaksud dengan
accrual basis adalah piutang diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat
diterimanya uang pembayaran. Piutang ini timbul karena adanya transaksi antara
penjual dengan pembeli, yang pembayarannya dilakukan pada saat yang akan datang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kondisi perekonomian
Dalam menentukan kapan piutang usaha menjadi tak tertagih, tidak ada satu
pun ketentuan umum yang dapat digunakan. Karena pada kenyataannya seorang
customer gagal untuk mambayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti
utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah
satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh
piutang. Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya
penagihan setelah dilakukan beberapa kali usaha.
Adapun metode akuntansi untuk mencatat dan melaporkan beban piutang tak
tertagih menurut Kieso & Weydgant adalah sebagai berikut :
1. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode ini disebut juga metode tidak langsung. Dalam metode ini perusahaan.
Metode ini akan menggunakan akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang
memiliki saldo normal di kredit. Akun ini merupakan contra account asset yang
memperlihatkan kemungkinan klaim piutang tak tertagih di masa depan. Jurnal
untuk penyisihan piutang tak tertagih ini adalah :
Ada 2 cara untuk mengestimasi jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih,
yaitu :
a. Persentase Penjualan
Pendekatan ini bertujuan untuk melaporkan piutang usaha di neraca pada
nilai bersih yang dapat direalisasikan, pendekatan ini juga disebut dengan
pendekatan Laba / Rugi. Melalui pendekatan ini debitur telah menentukan
perkiraan (melakukan estimasi ) berapa persen dari penjualan yang tidak dapat
ditagih (Uncollectible Receivables). Pendekatan ini tepat digunakan jika
customer memiliki sejarah yang baik mengenai kredit macet dengan penjualan
kredit tahun sebelumnya. Jurnal untuk pendekatan penjualan adalah :
b. Persentase Piutang
Pendekatan ini melihat menggunakan Analisis Umur Piutang (Aging
Schedule) Salah satu cara perusahaan dalam mengontrol piutangnya
dengan menggunakan aging schedule, yaitu daftar piutang usaha yang di
dalammnya berisi saldo piutang usaha, nama pelanggan beserta umur
piutang usaha. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat
menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya menurut lamanya
piutang tersebut beredar. Semakin lama piutang tersebut beredar semakin
kecil
kemungkinan
piutang
tersebut
tertagih,
perusahaan
dapat
4. Persediaan (Inventory)
Persediaan (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, untuk
digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak
lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal
perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaanyang saat ini dibatasi hanya dalam metode
FIFO
dan
tertimbang
(weighted-average
cost)harus
Pengukuran
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan harus meliputi semua:
a. Biaya Pembelian, meliputi :
Harga Beli
Bea Import
Pajak lainnya (kecuali bisa ditagih kpd otoritas pajak)
Biaya angkut
Biaya penanganan
Biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan
barang atau jasa.
b. Biaya Konversi, meliputi :
Biaya Langsung terkait produksi (Tenaga kerja langsung)
Alokasi sistematis biaya overhead tetap dan variable
persediaan, nilai realisasi bersih harus diakui sebagai pengurang terhadap jumlah
beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan , termasuk
rumus biaya yang dipakai;
b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yangsesuai bagi perusahaan;
c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih;
d. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai penghasilan selama periode.
e. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yangditurunkan.
f.
muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka,
bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pengukuran
Prepaid Expense dinilai sebesar nilai transaksi. Prepaid Expense dikurangkan secara
proporsional
sesuai
dengan
masa
manfaat
ekonomi
yang
diperoleh.
Pengungkapan
Prepaid Expense disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar nilai net (setelah
dikurangi manfaat ekonomi yang diperoleh) per tanggal laporan. Penjelasan atau
perincian tentang Prepaid Expense disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Tujuan
Dalam Keown dkk tujuan dari analisis ratio adalah :
Membantu manager finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan,
berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan
saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan khusus dari
analisis atau pihak yang berkepentingan.
Berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi
mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan kesultan keuangan.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas perusahan adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal
31). Rasio likuiditas terdiri dari :
a. Current Ratio
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar
(Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83).
Rumus :
Pada PT Garuda Indonesia perhitungan Cash Ratio untuk periose 2013 adalah
sebagai berikut:
Cash Ratio
yang tidak memadai untuk melunasi kewajiban jangka pendek dengan memanfaatkan
aset lancar berupa kas dan setara kas.
c.
Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia memiliki
tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa depan
Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi
Perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional,
membangun kembali kekuatan keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam
menyelesaikan restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam
memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan semangat
karyawan Garuda Indonesia.
Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan Garuda Indonesia
siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi
menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham
Perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini
dilakukan setelah Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta
dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham Garuda
Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara Republik Indonesia (69,14%),
karyawan (0,4%), investor domestik (24,34%), dan investor internasional (6,12%).
Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga
memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda
Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Sedangkan untuk mendukung
kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada
produk/jasa pendukung bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai
tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan
katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan
tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri
pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia didukung oleh 7.861 orang
karyawan, termasuk 2.010 orang siswa yang tersebar di Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134 pesawat yang terdiri dari 2
pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat Airbus A330-200, 5
pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/500), 76 pesawat Boeing 737-800NG, 15 pesawat
CRJ1000 NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6 pesawat Boeing 777-300ER, dan 30 pesawat
Citilink yang terdiri dari 24 pesawat Airbus A320-200, 5 pesawat Boeing 737-300 serta 1
pesawat Boeing 737-400.
Menghadirkan standar baru kualitas layanan dalam industri air travel, Garuda
Indonesia saat ini melayani penerbangan ke 64 destinasi pilihan yang terdiri dari 44 kota di
area domestik dan 20 kota di area internasional.
Selain melayani penerbangan di rute-rute tujuan yang dioperasikan, saat ini Garuda
Indonesia juga melaksanakan perjanjian code share dengan 14 maskapai internasional.
Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi bergabung
dengan aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari program perluasan jaringan
internasionalnya. Dengan bergabung bersama SkyTeam, penumpang Garuda Indonesia kini
dapat terbang ke 1.064 tujuan di 178 negara yang dilayani oleh semua maskapai anggota
SkyTeam dengan lebih dari 15.700 penerbangan per hari dan akses ke 564 lounge di seluruh
dunia.
Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada
pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas Garuda Indonesia
Experience, yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari
Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk
diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan postjourney.
Garuda Indonesia juga merupakan salah satu maskapai yang terdaftar sebagai IATA
Operational Safety Audit (IOSA) Operator dan menerapkan standar kemanan dan keselamatan
yang setara dengan maskapai internasional besar anggota IATA lainnya. Garuda Indonesia
menerima sertifikat IOSA pada tahun 2008 lalu.
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang
berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Sebagai
bendera bangsa
Indonesia
yang
ANALISIS PERUSAHAAN
1. Industry Analysis
Penulis menggunakan Porters Five-Forces Model dalam menganalisis
persaingan dalam industri penerbangan yang dihadapi oleh Garuda Indonesia.
a. Persaingan antar perusahaan sejenis
Bisnis jasa transportasi udara merupakan bisnis yang tinggi tingkat
persaingannya di Indonesia. Hal ini merupakan dampak dari deregulasi industri
penerbangan domestik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun
2000, yang membuat kompetisi dan akses ke dalam industri penerbangan Indonesia
terbuka lebar. Semakin banyak maskapai penerbangan domestic maupun
internasional
yang
beroperasi
dan
mengembangkan
rute
atau
layanan
digunakan oleh Garuda Indonesia, yakni termasuk semua bahnbakar pesawat yang
diperlukan untuk penerbangan domestik berasal dari satu pemasok yaitu
Pertamina. Penetapan harga bahan bakar mengacu pada harga posting produksi
dalam negeri Pertamina termasuk diskon, yang ditentukan berdasarkan kebijakan
Pertamina sendiri. Sedangkan harga bahan bakar dari pemsok internasional
mengacu pada harga dasar rata-rata minyak yang dipublikasikan oleh Platts ,elalui
Singapura berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), Mean of Platts Arab
Gulf (MOPAG), Teluk Arab, Saudi Arabia dan Belanda, yang diterbitkan oleh
ARAMCO atau Rotterdam.
Garuda Indonesia menggunakan armada pesawat yang diproduksi oleh dua
pemasok yakni Boeing dan Airbus. Sedangkan mesin yang digunakan oleh armada
pesawat diproduksi oleh CFM International S.A. (joint venture antara Snecma
(SAFRAN Group) di Perancis dan General Electric di Amerika Serikat), dan RollsRoyce Plc. Pembelian armada pesawat dan suku cadang yang diperlukan Garuda
Indonesia dilaksanakan sesuai dengan perjanjian pembelian, sehingga Garuda
Indonesia bisa mendapatkan persetujuan harga yang terjangkau dengan kualitas
suku cadang terbaik dari para pemasok.
Dengan demikian sangatlah penting bagi Garuda Indonesia untuk memilih
pemasok yang tepat yang dapat mendukung kegiatan usaha penerbangan
perusahaan. Diharapkan pemasok-pemasok tersebut dapat bekerja sama dalam
mengembangkan kualitas operasional dan pelayanan Garuda Indonesia dengan
memberikan pasokan bahan baku dan suku cadang yang diperlukan dengan
kualitas terbaik, tepat waktu, dan sesuai dengan perjanjian bersama.
berada pada pangsa pasar kelas ekonomi. Dengan demikian untuk melayani rute
penerbangan domestik, perusahaan telah mengembangkan layanan FSC dan LCC
yang dapat menjangkau seluruh pangsa pasar di industri penerbangan domestik.
Pelanggan yang menggunakanrute penerbangan internasional antara lain
jamaah haji, pihak pemerintah, dan konsumen lain yang menggunakan layanan
penerbangan Garuda Indonesia. Jamaah haji merupakan konsumen tetap layanan
penerbangan internasional Garuda Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2013
presentase penerbangan tidak berjadwal menurun menjadi USD 215.965.887 (6%
dari total pendapatan usaha), dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar USD
269.091.577 (7,4% dari total pendapatan usaha). Sedangkan untuk penerbangan
berjadwal
mengalami
peningkatan
di
tahun
2013
menjadi
USD
2. Strategy Analysis
A. Faktor Internal Perusahaan
1.
Kekuatan (Strengths):
Garuda Indonesia termasuk dalam kategori baik untuk hal tata kelola
perusahaan;
Garuda Indonesia telah memiliki brand yang kuat dan telah diakui di pasar
domestik;
2.
Kelemahan (Weakness):
Adanya
faktor
teknis
dan flight
operations seperti
crew sehingga
menyebabkan
keterbatasan
keterlambatan
penerbangan;
Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada modal kerja pada masa
yang akan datang;
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat lebih tinggi
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya;
Peluang (Opportunities):
kesempatan
untuk
mewujudkan
pengembangan
jaringan
2.
Ancaman (Threats)
Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol
yang menghambat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP),
seperti landasan pacu/runway yang terbatas;
Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda Indonesia berasal dari
Pertamina, sehingga harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan bakar sangat
tergantung dengan Pertamina.
Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb yang
dapat mengakibatkan penurunan permintaan;
3. Accounting Analysis
Analisis akuntansi (accounting analysis) merupakan proses evaluasi sejauh mana
akuntansi perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Keterbatasan akuntansi ini
mempengaruhi kegunaan laporan keuangan dan menimbulkan setidaknya dua masalah
dalam analisis, yaitu comparability problem dan accounting distortion.
Dalam makalah ini, pembahasan analisis akuntansi pada PT Garuda Indonesia akan
di fokuskan pada beberapa akun dalah Laporan Keuangan yang mengalami perubahan
jumlah atau nominal yang dilaporkan secara drastis dari tahun 2012 ke tahun 2013.
1. Hutang Bank dan Lembaga Lain dan Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo di
Periode Ini
Utang bank dan lembaga keuangan, utang jangka panjang, utang obligasi, utang
usaha dan utang lainnya pada awalnya dinilai berdasarkan nilai wajar, setelah
dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya dinilai berdasarkan biaya perolehan
yang diamortisasi, dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dan beban
bunga diakui berdasarkan suku bunga efektif. Liabilitas keuangan dihentikan
pengakuannya jika, dan hanya jika, liabilitas telah dilepaskan, dibatalkan atau
kadaluarsa. Selisih antara jumlah tercatat liabilitas keuangan yang dihentikan
pengakuannya dan imbalan yang dibayarkan dan utang diakui dalam laba rugi.
Dari laporan keuangan, dapat diketahui bahwa hutang bank meningkat pesat
sebesar 700,22% dibanding periode sebelumnya. Hal ini dipicu oleh:
a. PT Garuda Indonesia memperoleh fasilitas kredit tambahan sebesar
USD 25.000.000 dengan tingkat bunga 3,5% dari Bank BNI untuk
pembelian avtur kepada PT Pertamina.
b. PT Aerotrans Services Indonesia memperoleh pinjaman Kredit Modal
Kerja dari Bank BNI sebesar Rp7.500.000.000 dengan tingkat bunga
11% pertahun.
c. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia bekerja sama dengan PT
Indonesia Infrastructure Finance untuk mendapatkan pinjaman modal
sebesar USD 5.000.000 dengan tingkat bunga Libor 3 bulan +margin
3,5%. Pinjaman ini digunakan untuk melaksanakan pembangunan,
penyelesaian dan pengoperasian hangar baru di Pulau Batam/Bintan
dan/atau untuk pengadaan alat mesin.
Dengan jumlah hutang bank dan hutang jangka panjang yang jatuh tempo
di periode ini yang meningkat pesat, maka akan mempengaruhi likuiditas PT
Garuda Indonesia. Dimana, ketika jumlah utang jangka pendek besar, maka rasio
likuiditas akan semakin kecil, dan menyebabkan kemampauan PT Garuda
Indonesia membayar membayar hutang jangka pendek akan menurun.
kurs. Masalah ini menjadi krusial bagi PT Garuda Indonesia karena perusahaan ini
menggunakan mata uang dollar sebagai mata uang penyajian di laporan keuangan.
Selain itu, komposisi beban usaha PT Garuda Indonesia di tahun 2013 adalah 60%
dalam dollar Amerika, 40% dalam rupiah. Sementara, pendapatan 50% dalam
dollar Amerika dan 50% dalam rupiah. Hal ini menyebabkan PT Garuda
mengalami peningkatan rugi selisih kurs yang signifikan. Pada akun Selisih Kurs
di bagian Beban/Pendapatan lain-lain pada Laporan Laba Rugi 2013 tercatat
sebesar USD 47.926.641, sedangkan ditahun 2012 sebesar USD 9.449.819. Hal ini
berarti kerugian yang timbul meningkat sebesar 400, 17% dari tahun sebelumnya.
revaluasian, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, dalam hal ini kenaikan revaluasi
hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam
laporan laba rugi komprehensif. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari
revaluasi pesawat, tanah dan bangunan dibebankan dalam laporan laba rugi apabila
penurunan tersebut melebihi saldo surplus revaluasi aset yang bersangkutan, jika
ada.
Surplus revaluasi pesawat, tanah dan bangunan yang telah disajikan dalam
ekuitas dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya.
Aset tetap pesawat disusutkan hingga ke estimasi nilai residu dengan
menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat, sebagai berikut:
Pada tahun 2013, Perusahaan merubah umur masa manfaat untuk jenis pesawat
Boeing 747-400 dari 20 tahun menjadi 22 tahun. Perubahan tersebut diperlakukan
secara prospektif yang menyebabkan penurunkan beban penyusutan sebesar USD
3.214.148 ditahun 2013.
Aset tetap non pesawat kecuali tanah dan bangunan dicatat berdasarkan harga
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai, jika ada dan
disusutkan dengan metode garis lurus selama masa manfaat aset tesebut, sebagai
berikut:
Aset tetap dalam rangka bangun, kelola dan alih dinyatakan berdasarkan biaya
perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus selama 20 - 30 tahun.
Nominal total aset tetap yang dimiliki PT Garuda Indonesia menjadi perhatian
utama karena PT Garuda Indonesia memiliki banyak aset tetap. Selain itu
penilaian atas depresiasi juga menjadi penting karena nominalnya yang sangat
besar.