Você está na página 1de 28

KEGIATAN II.

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP


NY. S DENGAN HEPATITIS B

TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Krikilan, Masaran, Sragen
Tabel 6. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No

Nama

Kedudukan

L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Ket

1.

Tn. P

Suami

30 th

SMP/ sederajat

Petani

2.

Ny. S

Istri

23 th

SMA/sederajat

Ibu rumah tangga

3.

By. M

Anak

5 hari

(Sumber:Data Primer, Januari 2013).


Kesimpulan : Keluarga Nuclear family dengan masalah kesehatan Hepatitis B

TAHAP II
STATUS PENDERITA
A. Pendahuluan
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang perempuan yang berusia
23 tahun, kurang lebih 2 tahun yang lalu didiagnosis Hepatitis B. Pasien
diperbolehkan rawat jalan (kontrol) ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen, Puskesmas Masaran I ataupun pelayanan kesehatan lainnya. Pasien
tinggal di sekitar wilayah kerja Puskesmas Masaran I, Sragen, Jawa tengah.
B. Identitas Penderita
Nama

: Ny. S

Umur

: 23 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Alamat

: Krikilan, Masaran, Sragen

Tanggal periksa

: 15, 17 dan 19 Januari 2013

C. Anamnesis
Keluhan Utama

: Mudah lemas

Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien sering mengeluh mudah lemas.
Walaupun pasien sudah makan dan minum yang manis, serta istirahat, namun
keluhan tidak berkurang. Keluhan dapat timbul kapan saja, juga walaupun
hanya sedikit beraktivitas. Selain itu, pasien juga merasakan nafsu makan
yang berkurang dan berat badannya yang menurun. Pasien juga mengeluhkan
sering merasakan nyeri di sekitar ulu hati, dan mual, namun tidak muntah.

Sudah makan dan minum obat yang dibeli dari warung, namun keluhan tidak
kunjung berkurang. Nyeri makin bertambah jika pasien melakukan aktivitas
rumah tangga. Mata pasien juga terlihat agak berwarna kekuningan.
Frekuensi BAK pasien 4-5 kali sehari, sebanyak - 1 gelas
belimbing, nyeri BAK (-), darah (-), berpasir/batu (-), anyang-anyangan (-).
Frekuensi BAB 1-2 kali sehari, sebanyak gelas belimbing, konsistensi
lunak, berwarna cokelat, darah (-), lendir (-). Karena keluhan tidak kunjung
berkurang, oleh keluarga kemudian pasien dibawa ke RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.
Sebelum menikah, pasien pernah tinggal serumah dengan orang tua dan
neneknya, yang diketahui bahwa ayahnya dan neneknya meninggal karena
sudah lama menderita penyakit liver.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Riwayat Sakit Serupa

: disangkal

Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal

Riwayat Kencing Manis

: disangkal

Riwayat Alergi/asma

: disangkal

Riwayat Sakit Kuning

: disangkal

Riwayat Mondok

: disangkal

Riwayat Tumor/kanker

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


-

Riwayat Tekanan Darah Tinggi

: disangkal

Riwayat Kencing Manis

: disangkal

Riwayat Sakit Kuning

: (+) ayah dan nenek

Riwayat Tumor/kanker

: disangkal

Riwayat Kebiasaan :
-

Riwayat Minum Alkohol


Riwayat Merokok
Riwayat Minum Jamu Rutin
Riwayat Tato/jarum suntik/transfusi

: disangkal
: disangkal
: (+)
: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal serumah dengan
anaknya yang masih bayi dan suaminya yang seorang buruh tani. Penghasilan
keluarga 20.000/hari. Berobat ke RSUD Sragen dengan kartu Jamkesmas.
Riwayat Gizi :
Pasien makan tiga kali sehari dengan porsi sedang, berupa nasi, lauk
pauk tempe, tahu, dan sayur. Kadang makan daging dan buah. Nafsu makan
pasien berkurang sejak 2 tahun terakhir sehingga berat badannya menurun.
D. Anamnesis Sistem
1. Kulit

: kuning (-), kering (-), bersisik (-)


2.Kepala

sakit kepala (-), pusing (-)

3.Mata

pandangan mata berkunang-kunang

(-), penglihatan dobel (-), mata kekuningan (+)


4.Pernafasan :

sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi

(-), batuk darah (-)


5.Kadiovasculer

berdebar-debar (-), nyei dada

mual (+), muntah (-), BAB

(-)
6.Gastrointestinal

hitam (-), nafsu makan menurun (+), nyeri ulu hati (+)
7.Genitourinaria

nyeri

BAK

(-),

anyang-

anyangan (-), BAK berpasir/darah (-), urin berwarna


seperti teh (-)
8.Neuropsikiatri

kesemutan (-), kejang (-),

Atas

: bengkak (-/-), gemetar (-/-),

gelisah (-).
9.Ekstremitas :
dingin (-/-)
Bawah

: bengkak (-/-), gemetar (-/-), dingin (-/-)

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum

Sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6 ), gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
TB : 150 cm BMI : 22,2 normoweight

BB

: 50 kg

Tensi

: 120/70 mmHg

Pernafasan

: 18x/menit

Nadi

: 76 x/menit

Suhu

: 36,4 oC

3. Kulit
4. Kepala
5. Wajah

: Warna sawo, ikterik (-), turgor menurun (-), petechie (-)


: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-),
: Simetris, atrofi m. temporalis (-), edema (-), merot (-)

6. Mata

: Konjungtiva pucat (- /-), oedem palpebra (-/-), sclera ikterik (+/+)


7. Telinga

: Membran timpani intak, sekret/darah (-), nyeri

tekan mastoid/tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-)


8. Hidung

Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), sekret

(-), fungsi penghidu baik, foetor ex nasal (-)


9. Mulut

: Bibir pecah-pecah (-), sariawan (-), gusi berdarah (-),

papil lidah atrofi (-), luka pada sudut bibir (-)


10. Leher

: JVP tidak meningkat (R+2) cm, trakea ditengah,

pembesaran kelenjar tiroid (-)


11. Thoraks : Simetris, retraksi supraklavikuler (-), retraksi interkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak kuat angkat
P : batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bunyi tambahan (-)
- Pulmo: Statis dan dinamis (depan dan belakang)
I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba kiri sama dengan kanan
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK/wheezing(-/-)
12. Abdomen :
I : dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-), caput medusa (-)
A :peristaltik (+) normal
P :timpani seluruh lapang perut
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien teraba (-)
5

13. Genitourinaria : Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang


(-), urin berwarna seperti teh (-)
14. Limfonodi Inguinal: Tidak membesar
15. Ektremitas:
akral dingin
-

oedem

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan USG abdomen pernah dilakukan, tetapi hasilnya hilang.

Pemeriksaan laboratorium : Hepatitis serologi = HBsAg reaktif (+)

F. Diagnosis Holistik
1. Diagnosis Biologis

: Hepatitis B
2. Diagnosis Psikologis: Interaksi kepala keluarga
(suami) dengan pasien harmonis

3. Diagnosis Sosial

a.

Tingkat pendidikan keluarga cukup

b.

Tingkat ekonomi keluarga cukup

c.

Tempat tinggal memadai

d.

Status gizi cukup

G. Follow Up
1. Tanggal 15 Januari 2013
S

Mudah lemas

KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

RR : 18 x/menit
T : 36,4 0C

HR : 76 x/menit
Status Generalis : dalam batas normal
Status Neurologis : dalam batas normal

Status Psikiatri
Kesadaran

: kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Proses pikir

: Bentuk

: realistik

Isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight

: baik

Psikomotor : normoaktif
Arus

: koheren

Assesment
Anamnesis : mudah lemas, nafsu makan berkurang, berat badan
menurun, mata terlihat kekuningan, sering nyeri di
ulu hati dan mual tapi tidak muntah
Pemeriksaan fisik : sklera ikterik
Laboratorium : HBsAg reaktif (+)
Planning : Terapi medikamentosa berupa curcuma, ranitidin dan vit. Bcomp,
serta metachlorpropamid. Selain itu, juga dilakukan terapi diet hepar
1700 kkal, serta bed rest tidak total. Patient centered management:
berupa dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan tentang
penyakit pasien, basic conseling, edukasi keluarga pasien, serta
menimbulkan rasa tanggung jawab pada keluarga pasien.
2. Tanggal 17 Januari 2012
S

:-

: KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital

: TD : 130/80 mmHg RR : 18 x/menit


HR : 78 x/menit

T : 36,5 0C

Status Generalis

: dalam batas normal

Status Neurologis

: dalam batas normal

Status Psikiatri

Kesadaran : kualitatif tidk berubah, kuantitatif compos mentis


Afek

: appropriate

Proses pikir: Bentuk

Assesment
Planning

: realistik

Isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight

: baik

Psikomotor

: normoaktif

Arus

: koheren

: Hepatitis B dalam masa pengobatan (terkontrol)


: Melanjutkan terapi medikamentosa, berupa curcuma,

ranitidin, dan vit. Bcomp. Metachlorpropamid dipakai jika pasien masih


merasakan mual. Selain itu, terapi diet hepar 1700 kkal dan bed rest
tidak total kkal. Patient centered management: dukungan psikologis,
penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga pasien,
dan menimbulkan rasa tanggung jawab pada keluarga pasien.
3. Tanggal 19 Januari 2013
S

:-

: KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital

: TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/menit

Status Generalis

RR : 18 x/menit
T : 36,5 0C

: dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal


Status Psikiatri
Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis
Afek

: appropriate

Proses pikir : Bentuk


Isi

: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight

: baik

Psikomotor

: normoaktif

Arus
Assesment

: realistik

: koheren

: Hepatitis B dalam masa pengobatan (terkontrol)

Planning

: Melanjutkan terapi medikamentosa. Selain itu diet

hepar 1700 kkal dan bed rest tidak total, serta patient centered management.

H. Flow Sheet
Nama

: Ny. S

Diagnosis : Hepatitis B
Tabel 7. Flow Sheet pasien Ny. S
NO

Tgl

Keluhan

Hasil Pmx

Terapi

15/01/13

Mudah
lemas

TD: 120/80 mmHg


HR: 76 x/menit
RR: 18 x/menit
T : 36,4 0C
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 22,22

Curcuma 3x1
Ranitidin 3x1
Bcomp 3x1
Metachlor
propamid
(k/p)

Planning

17/01/13

TD : 130/80 mmHg
HR: 78 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,5 0C
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 22,22

Curcuma 3x1
Ranitidin 3x1
Bcomp 3x1
Metachlor
propamid
(k/p)

Target

Diet - Keluhan
berkurang
hepar
1700 - Sembuh
kkal - Mencegah
Bed rest komplikasi
tidak
total
Motivas
i
keluarg
a dan
edukasi
pasien
Diet - Keluhan
berkurang
hepar
1700 - Sembuh
kkal - Mencegah
Bed rest komplikasi
tidak
total
Motivas
i
keluarg
a dan
edukasi
pasien

19/01/13

TD: 120/80 mmHg


HR : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,5 0C
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 22,22

Curcuma 3x1
Ranitidin 3x1
Bcomp 3x1
Metachlor
propamid
(k/p)

Diet - Keluhan
berkurang
hepar
Sembuh
1700
kkal - Mencegah
Bed rest komplikasi
tidak
total
Motivas
i
keluarg
a dan
edukasi
pasien

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga pasien, terdiri atas pasien (Ny. S, 23 tahun), suami (Tn. P,
30 tahun) dan anak (bayi, 5 hari) yang tinggal dalam satu rumah. Secara
umum, keluarga ini terlihat cukup sehat dan harmonis.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal serumah dengan suaminya. Hubungan pasien dengan
suaminya baik. Penyelesaian masalah keluarga yang ada, didiskusikan
bersama suaminya.

10

3. Fungsi Sosial Budaya


Keluarga pasien tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat, melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Namun
demikian, keluarga ini masih cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-harinya suami pasien bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan
yang didapatkan kira-kira Rp.20.000, yang digunakan untuk biaya
hidup sehari-hari.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusankeputusan yang penting dalam keluarga dipegang oleh
suami pasien. Dalam kesehariannya, pasien dan keluarganya tidak ada
masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga
sekitar juga terjalin dengan baik.

Kesimpulan :
Secara keseluruhan fungsi holistik dari keluarga Ny. S adalah baik.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis. Dari segi ekonomi,
pendapatan keluarga cukup untuk membiayai keperluan sehari-hari. Keluarga
pasien juga cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Untuk penguasaan
masalah dan pengambilan keputusan, dilakukan diskusi bersama-sama
seluruh anggota keluarga.
B. Fungsi Fisiologis Keluarga (Apgar Score)
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain.
APGAR score meliputi :
11

1.Adaptation
Dalam menghadapi masalah, selama ini pasien cukup mendapatkan
perhatian dari anggota keluarga lain (suami pasien). Karena penyakit
yang sedang diderita pasien cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pasien dan keluarganya jarang mendapat penyuluhan ataupun informasi
tentang penyakit yang diderita pasien.
2.Partnership
Hubungan dan komunikasi antar pasien dengan suaminya berjalan
dengan baik. Aktivitas sehari-hari banyak dipakai pasien untuk
beristirahat.
3.Growth
Pasien merasakan penyakitnya muai membaik sejak mendapatkan
terapi medikamentosa dari dokter. Dimana pasien yang dulunya sering
lemas, mulai dapat beraktivitas ringan, seperti menyapu halaman,
mencuci piring dan lainnya. Nyeri di ulu hati dan mual juga dirasakan
berkurang.
4.Affection
Hubungan kasih sayang antara pasien dengan suami cukup baik.
Suami membantu istri untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan anak
5.Resolve
Pasien merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diluangkan
untuk suami dan anak.
.
Skoring :
Hampir selalu: 2 poin, kadang kadang : 1 poin, hampir tak pernah : 0 poin
Tabel 8. APGAR Keluarga Ny. S
A

Scoring APGAR
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya

Tn. M
2

Ny. S
2

bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

12

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi

waktu bersama-sama
Total Nilai

mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan


A

baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan
kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti

Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga = (9+8)/2 = 17/2 = 8,5 (BAIK)


Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Ny. S adalah 17,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R. dari keluarga Ny. S adalah 8,5. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dalam
keadaan baik.
C. Fungsi Patologis
Dinilai dengan menggunakan SCREEM score, rincian sebagai berikut :
Tabel 10. SCREEM Score keluarga Ny. S
Sumber
Social
Cultural

Religious

Economic
Education

Patologi
Interaksi sosial pasien kurang. Partisipasi pasien dalam
masyarakat kurang.
Belum mengerti kebudayaan daerah dengan baik. Namun
banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Saat hari raya,
tahun baru, ulang tahun, ada perayaan khusus meskipun
sederhana.
Pemahaman agama baik ditandai dengan penerapan
ajaran agama yang baik, pasien sudah diajarkan
menjalankan sholat lima waktu dan berpuasa.
Ekonomi keluarga relatif stabil. Pemasukan cukup untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari seluruh anggota
keluarga.
Pendidikan anggota keluarga tidak memadai. Tingkat
pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga

13

Ket.
Patologis
-

Medical

masih rendah. Keinginan untuk memiliki fasilitas


pendidikan seperti buku-buku, koran rendah.
Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih
baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga ini
menggunakan Puskesmas dengan memakai JPS.

Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga : cukup baik, dimana fungsi Social, Cultural,
Religious dan Economic cukup baik, sedangkan Education dan Medical
kurang baik.

D. Genogram
Fungsi genetik dinilai dari genogram keluarga
Alamat lengkap

: Krikilan, Masaran, Sragen

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

14

Gambar 4. Genogram Keluarga Ny. S


Keterangan::

Laki-laki

Perempuan

Pasien Hep.B

Tinggal serumah

Ayah pasien : Tn. A (60 th) Kakak Ipar pasien: Ny. R (25 th) Pasien: Ny. S (23th)
Ibu pasien: Ny. K (52 th)

Adik pasien: Tn. Q (22 th)

Kakak pasien: Tn. B (30 th) Adik Ipar pasien: Ny. J (22 th)

Suami Ny.S: Tn.P (30th)


Anak Ny.S: By.M (5 hr)

(Sumber : Data Primer, 15 Januari 2013)

Kesimpulan :

Penyakit Hepatitis B dapat ditularkan secara vertical (melahirkan),


horizontal (lesi, kebiasaan sanitasi, seks ataupun kontak intravena)

Dari genogram terlihat ayah pasien juga terkena Hep. B, sehingga banyak
kemungkinan penyebab pasien terkena Hep.B dari ayahnya.

Kemungkinan pasien juga dapat menularkan penyakitnya ke anggota


keluarga lain, khususnya anaknya.

E. Interaksi Keluarga
Ny. S,
23 tahun

Tn. P,
30 tahun

15

Gambar 5. Pola Interaksi Keluarga Ny. S


Keterangan: harmonis
tidak harmonis
Kesimpulan :
Dari diagram di atas, terlihat pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga
berjalan baik dan harmonis, yaitu antara kepala keluarga (Tn.P) dan istri Ny.S.
F. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1) Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku

keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita pasien

cukup positif. Dimana terlihat dari kesadaran pasien sendiri yang berusaha
untuk memulihkan kesehatannya, dengan makan makanan yang bergizi,
menjaga kebersihan diri, minum obat secara teratur dan kembali kontrol ke
dokter jika obat habis atau terdapat keluhan yang berarti. Keluarga pasien,
khususnya suami, juga ikut mendorong pasien untuk berobat secara teratur,
membantu proses kesembuhan pasien, serta mengembalikan fungsi tubuh.
Jika berobat pasien dan keluarga menggunakan jamkesmas
2) Faktor Non Perilaku Keluarga
Rumah yang dihuni pasien dan keluarga cukup memadai, Lantai
sudah disemen, dinding dari tembok, pencahayaan ruangan dan ventilasi
cukup,serta rumah sudah ditutupi dengan genting. Sumber air berasal dari
keran, listrik sudah ada, kamar mandi sudah memakai jamban. Sampah
keluarga dibuang ke pembuangan sampah akhir dekat rumah pasien.

G. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
a.

Indoor
16

Rumah pasien, terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu, dapur,
ruang makan yang menjadi satu dengan dapur, dan kamar mandi.
Lantai rumah sudah disemen, ventilasi dan pencahayaan rumah cukup,
dinding rumah dari tembok, atap dari genteng tanpa langit-langit.
Kebersihan rumah juga cukup baik.
b.

Outdoor
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 m x 5 m dengan
total luas tanah 40 m2 menghadap ke timur, dalam lingkungan
pemukiman biasa di tepi jalan.
2. Denah Rumah

T
e
r
a
s

B
e
l
a
k
a
n
g

Kamar
Mandi

Dapur
R. Makan

Kamar
Tidur

R
u
a
n
g
T
a
m
u

Tempat
Cuci
Pakaian

8 cm

S
Kesimpulan : Tempat tinggal cukup memadai dan kebersihan lingkungan
outdoor cukup baik.

Tabel 11. Kesimpulan Fungsi Keluarga Ny. S


No.

Fungsi

Keterangan

17

5
c
m

1.
2.
3.
4.
5.

Holistik
Fisiologis
Patologis
Genogram
Pola interaksi

Baik
Baik
(+) faktor medical dan education
Baik
Baik, interaksi antar anggota

6.
7
8
9

Perilaku
Non Perilaku
Indoor
Outdoor

keluarga harmonis
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber: Data Primer, Januari 2013

Secara keseluruhan, fungsi keluarga Ny. S Baik.


H. Faktor-Faktor Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
1.

Pengetahuan
Ny. S adalah istri dari seorang suami (Tn. P) dan baru memiliki 1
orang anak. Sejak 2 tahun yang lalu, pasien diketahui menderita penyakit
Hepatitis B. Pasien dan suami juga belum banyak memiliki pengetahuan
tentang kesehatan, khususnya Hepatitis B. Sebelumnya pasien dan
keluarga, belum memiliki pengetahuan tentang pentingya hidup sehat dan
menjaga kebersihan. Namun, setelah berobat dan diberikan nasihat oleh
dokter dan pelayanan kesehatan lain, pasien dan keluarga sudah mau
hidup sehat dan menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

2. Sikap
Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya
cukup positif. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila
mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Mereka tidak terlalu percaya dengan pengobatan alternatif ataupun mitos,
apalagi menyangkut masalah penyakit, mereka lebih mempercayakan
pemeriksaan atau pengobatannya pada bidan atau dokter, keluarga ini juga
menggunakan kartu jamkesmas untuk berobat.
3. Tindakan

18

Pasien kontrol rutin

ke puskesmas, rumah sakit ataupun dokter

umum jika obat sudah habis dan mengkonsumsi obat teratur. Sikap keluarga
yang positif terhadap penyakit yang diderita pasien, kesadaran, serta
kemauan dari pasien sendiri yang mau kembali pulih, membuat pasien mau
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit dan
dokter). Pasien juga mulai berpola hidup sehat dengan makan-makanan yang
bergizi, menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan.
I.

Faktor-Faktor Non Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan


1. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan
kondisi kurang memadai, ukuran 40 m2 . Kebersihan lingkungan rumah
sudah terjaga dengan baik. Dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi
yangcukup memadai.
2. Keturunan
Di dalam garis keturunan ibu dan bapak tidak didapatkan penyakit
yang diturunkan. Hanya saja, mungkin terjadi penularan dari ayah, karena

ayah pasien juga menderita penyakit liver dan meninggal


Pemahaman:
Keluarga cukup paham mengenai penyakit pasien dan mendukung pengobatan pasien

karena penyakit

tersebut.

3. Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik.
Rumah pasien tidak terlalu jauh dengan puskesmas Masaran I. Karena
penyakit berupa Hepatitis B yang diharuskan rutin kontrol, maka penderita
rutin kontrol ke puskesmas maupun ke dokter dekat rumah. Namun, karena
belakangan ini pasien sudah merasaKeturunan:
enakan dan tidak ada keluhan,
Sikap:
Pasien
sadar akanberhenti.
pentingnya kesehatan
pengobatan

Tidak ada faktor dari keturunan, namun terjadi kar

Ny. S
Lingkungan:

Lingkungan rumah cukup


bersih
Kondisi pencahayaan dan
Pelayanan
Kesehatan:
ventilasi
rumah cukup baik
Jika sakit keluarga Ny. S berobat ke puskesmas/RSUD/ dok
Tindakan:
Jarak rumah dan puskesmas dekat
Suami selalu mengantarkan Ny. S. untuk periksa ke puskesmas secara rutin dan mengonsumsi obat teratur
Sarana dan prasarana di Puskesmas cukup

19

: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Kesimpulan :
Faktor perilaku keluarga sudah mendukung ke arah pola hidup sehat, namun
faktor non perilaku belum sepenuhnya mendukung ke arah pola hidup sehat.

J. Identifikasi Indoor Dan Outdoor


Indoor
-

Luas rumah 40 m2, memenuhi kriteria kepadatan hunian sehat (10


m2/orang).

Lantai rumah berupa lantai bersemen.

20

Pencahayaan dan ventilasi cukup baik.

Sampah sudah dikelola dengan baik.

Kamar mandi pasien sudah memiliki jamban

Outdoor
-

Jarak rumah dengan jalan raya 7 meter.

Tingkat kebisingan di sekitar rumah rendah.

Letak rumah jauh dengan jalan raya besar dan tempat pembuangan
sampah umum.

Kesimpulan :
Untuk gambaran lingkungan dalam dan luar rumah sudah dapat memenuhi syarat
kesehatan.
K. Daftar Masalah
1. Masalah Medis
- Hepatitis B
2. Masalah Non Medis
-

Gangguan Fungsi Holistik

: (-)

Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR

: (-)

Gangguan Fungsi Patologis SCREEM

: (+) medical dan education

Gangguan Genogram

: (-)

Gangguan Fungsi Interaksi keluarga

: (-)

Gangguan Perilaku

: (-)

Gangguan Non Perilaku

: (-)

Gangguan Fungsi Indoor

: (-)

Gangguan Fungsi Outdoor

: (-)

TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK

21

Ny. S berusia 23 tahun dalam nuclear family, yang didiagnosis Hepatitis


B. Keluarga cukup harmonis dengan kehidupan sosial yang cukup aktif sebagai
anggota masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga baik dan aktif mengikuti
kegiatan di kemasyarakatan. Hanya suami pasien (Tn. P) yang terlibat dalam
kepengurusan dalam lingkungan tempat tinggalnya. Penghasilan keluarga pasien
Rp. 20.000/hari dan pengeluaran Rp. 10.000-15.000/hari.
1. Diagnosis Biologis
Hepatitis B (dari 2 tahun lalu)
2. Diagnosis Psikologis
Hubungan

Ny. S

dengan

suaminya

saling

mendukung,

saling

memperhatikan, saling pengertian dan saling menyayangi.


3. Diagnosis Sosial dan Ekonomi
Kehidupan sosial Ny. S cukup aktif sebagai anggota masyarakat.
Walaupun Keluarga Ny. S tidak terlibat secara langsung dalam
kepengurusan di lingkungan tempat tinggalnya, namun Keluarga Ny. S
berinteraksi dengan tetangga dengan baik, serta aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan. Penghasilan keluarga Rp. 20.000/hr dan pengeluaran
Rp. 10.000-15.000/hr
4.

22

TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. Pembahasan
Untuk dapat mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015,
WHO menekankan bahwa kuncinya adalah dengan memperkuat sistem
pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) sehingga perlu adanya
integrasi dari Community Oriented Medical Education (COME) ke Family
Oriented Medical Education (FOME) dengan pelayanan kedokteran keluarga
yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara holistik dan komprehensif
dengan memandang setiap individu adalah bagian dari keluarga.
Untuk dapat menerapkan prinsip kedokteran keluarga tersebut, maka
kelompok kami melakukan kunjungan ke salah satu pasien Bidan desa
Masaran. Berdasarkan hasil kunjungan pada tanggal 15, 17, 19 Januari 2013
pada keluarga Ny. S, didapatkan masalah medis berupa Hepatitis B dan non
medis yaitu permasalahan pada fungsi patologis SCREEM berupa masalah
pembiayaan dalam hal kesehatan, dan pada fungsi non perilaku tentang
kebersihan rumah yang kurang. Selain itu permasalahan yang lain berupa
fungsi indoor berupa kebersihan rumah yang kurang dan pada fungsi outdoor
berupa sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Berdasarkan kunjungan tersebut tampak bahwa keluarga Ny. S
sebenarnya paham akan pentingnya kesehatan. Hal ini tampak pada tindakan
Ny. S yang kontrol rutin ke Puskesmas dan minum obat secara teratur.
Namun, keluarga ini belum memahami bahwa kesehatan tidak hanya dicapai
dengan berobat teratur saat sakit akan tetapi lebih dari itu perlu adanya
kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih
dan sehat. Sehingga pada kunjungan berikutnya kami menekankan pada
penerapan mengenai cara mencapai lingkungan yang sehat dan perilaku hidup
bersih dan sehat serta edukasi mengenai penyakit yang dialami oleh Ny. S.
Untuk mencapai lingkungan yang sehat maka dimulai dari lingkungan
di dalam rumah. Kondisi rumah Ny. S memang belum memeuhi syarat rumah
23

sehat. Hal ini tampak dari kebersihan rumah yang kurang terjaga dan sampah
yang belum dikelola dengan baik. Sehingga kami memberikan intervensi
berupa

penyuluhan

mengenai

lingkungan

rumah

yang

sehat

dan

mendiskusikan langkah praktis yang dapat dilakukan keluarga ini untuk


mencapai kondisi lingkungan rumah yang sehat berupa kebiasaan
membersihkan rumah minimal 2 kali sehari serta membuang sampah pada
tempat pembuangan sampah
Selanjutnya untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat kami
juga memberikan penyuluhan mengenai indikator-indikator perilaku hidup
bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan membuang sampah pada
tempatnya, membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kamar mandi
1x/minggu, tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan,
makan makanan yang bergizi seimbang, menggosok gigi sebelum tidur dan
olahraga teratur.
Setelah adanya komitmen untuk menciptakan lingkungan yang sehat
dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap anggota keluarga
maka selanjutnya kami melakukan edukasi kepada Ny. S dan anggota
keluarga mengenai penyakit yang dialami Ny. S. Tujuan edukasi ini adalah
untuk memberikan pemahaman mengenai penyakit hepatitis B.
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan
menyerang hati.Hampir semua aksus hepatitis virus akut disebabkan oleh
salah satu dari lima jenis yaitu virus hepatitis A (HAV),hepatitis B
(HBV),hepatitis C (HCV),hepatitis D (HDV),hepatitis E (HEV),Semua jenis
hepatitis virus merupakan virus RNA,kecuali hepatitis B yang merupakan
virus RNA.Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai
penyakit hati di seluruh dunia.Secara global virus hepatitis merupakan
penyebab utama viremia yang persisten.Tingkat prevalensi Hepatitis B di
Indonesia sangat bervariasi berkisar 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di
Kupang,sehingga termasuk dalam kelompok negara endemisitas sedang
sampai tinggi.

24

Virus

Hepatitis

(VHB)

masuk

ke

dalam

tubuh

secara

parenteral.VHB merangsang respons imun tubuh,yng pertama kali dirangsang


adalah respons imun nonspesifik.Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel
CD4+ akan menyebabkan produksi antibodi antara lain anti-HBs,antiHBc,anti-Hbe Fungsi anti HBs adalah netralisasi partikel VHB bebas dan
menegah masuknya virus ke dalam sel.
Sembilan puluh persen individu yang mendapat infeksi sejak lahir
akan tetap HbsAg positif sepanjang hidupnya dan menderita hepatitis B
kronik sedangkan hanya 5% individu dewasa yang mendapat infeksi akan
mengalami persisten infeksi.Interaksi antara VHB dengan respon imun tubuh
terhadap VHB sangat penting dalam menentukan derajat keparahan hepatitis.
Diduga integrasi genom VHB ke dalam genom sel hati yang dapat
berperan penting dalam prioses karsinogenesis.Karena itu,terapi antivirus
harus diberikan selama mungkin untuk mencegah integrasi genom VHB
dalam genom sel hati yang dapat berkembang menjadi KHS.
Gambaran klinis Hepatitis B Kronik sangat bervariasi.Pada banyak
kasus tidak didapatkan keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati
hasilnya normal.
Secara sederhana manifestasi Heptitis B Kronik dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:
1.Hepatitis Kronik yang masih aktif.HbsAg positif dengan DNA VHB
lebih dari 105 kopi/ml didapatkan kenaikan ALT yang menetap/intermitten.
2.Carrier VHB inaktif ,yaitu HbsAg positif denga titer DNA HBV
yang masih rendah,yaitu kurang dari 105 kopi/ml.Perlu dilakukan pemeriksaan
ALT berulang kali untuk waktu yang cukup lma karena sulit meembedakan
Hepatitis B kronik active dengan carrier VHB inaktif.
Pemeriksaan biopsi hati untuk pasien Hepatitis B kronik sangat penting
terutama untuk pasien dengan HbeAg positif dengan konsentrasi ALT 2x lebih
tinggi dari nilai normal.
Penatalaksanaan Hepatitis B terbagi menjadi 2 kelompok
terapi,yaitu:kelompok immunomodulasi dan kelompok Terapi Antivirus.

25

Kelompok immunomodulator:
-Interferon
-Timosin Alfa 1
-Vaksinasi Terapi
Kelompok Terapi Antivirus:
-Lamivudin
-Timosin alfa 1
-Vaksinasi terapi
Indikasi terapi antivirus adalah pasien Hepatitis B Kronik dengan ALT > 2x nilai
normal trtinggi dengan DNA VHB positif.Untuk ALT < 2x nilai normal tertinggi
tidak perlu diterapi antivirus.
Tujuan pengobatan Hepatitis B Kronik adalah mencegah atau menghentikan
progresi jejas hati (liver injury) dengan cara menekan replikasi virus atau
menghilangkan infeksi.
Salah satu langkah maju dalam bidang vaksinasi Hepatitis B adalah
penggunaan vaksin Hepatitis B untuk pengobatatan infeksi VHB.Salah satu dasar
vaksinasi terapi adalah penggunaan vaksin yang menyertai epitop yang mampu
menyerang sel T sitotoksik yang bersifat Human Leucocyte Antigen (HLA)restricted.

Saran Komprehensif
1.

Promotif :
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang kesehatan, khususnya tentang
penyakit Hepatitis B (bagaimana penyakit dan cara penularannya,
komplikasi dan terapi)

26

b. Edukasi pasien agar selalu memeriksakan diri ke dokter jika obat


sudah habis atau terdapat keluhan lain dan minum obat secara teratur,
tidak menganggap enteng penyakit.
c. Edukasi pasien agar mengecek ke laboratium lagi, sesudah pengobatan
selesai.
d. Mengenalkan pola makan yang benar, serta pola hidup bersih dan
sehat, untuk pasien dan keluarga.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang tatanan rumah tangga untuk
menciptakan lingkungan rumah yang bersih dan setiap anggota
keluarga

sehat.

Dengan

memperbaiki

sistem

ventilasi

dan

pencahayaan, membuka jendela dan pintu rumah ketika pagi hingga


sore hari, membuang sampah pada tempat pembuangan sampah,
membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kamar mandi 1x/minggu,
tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan,
makan makanan yang bergizi seimbang, tidak mencampur alat mandi.
2. Preventif :
a. Makan makanan yang cukup bergizi.
b. Konsultasikan kepada bidan atau dokter terdeka
c. Selalu memakai alas kaki untuk mencegah terjadi luka dan menjaga
kaki tetap bersih.
3. Kuratif :
Langkah awal dalam pengobatan Hepatitis B, dimulai dengan
pendekatan non farmakologis berupa perencanaan makanan/terapi nutrisi
medik, lalu dilanjutkan dengan penggunaan obat atau intrvensi
farmakologis
4. Rehabilitatif :
Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan membantu
pasien untuk memiliki kembali rasa percaya diri terhadap intervensi medis
dan memberikan motivasi untuk terus merubah sikap dan perilaku yang
tidak sehat menjadi lebih sehat.

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.2006.Tuberkulosis Paru.Jakarta:PAPDI

28

Você também pode gostar