Você está na página 1de 11

B.

Jalur Non Pemerintah :

1. Melalui KONI Secara oprasional memang KONI hanya bersifat koordinator pada
cabang olahraga prestasi. Pengda yang telah resmi menjadi anggota KONI sebagai
anggotanya, tetapi pada saat ini kelihatannya KONI harus lebih berperan aktif dengan
membentuk pelatda jangka panjang, yang dikelola langsung oleh KONI, tentunya hanya
diarahkan pada cabang-cabang olahraga prioritas, dibawah kordinasi Bidang
Pembinaan Prestasi (BINPRES). Karena kalau kita percayakan sepenuhnya pada
Pengda belum tentu dapat dilakukan secara optimal, hal ini terbentur pada SDM, dana,
Sarana dan prasarana, dan masih banyak permasalahan lainnya, sehingga hasil yang
didapat belum tentu optimal. Untuk KONI harus mengambil inisiatif dalam pembinaan
menuju prestasi tinggi baik ditingkat propinsi maupun KONI ditingkat Kabupaten / Kota,
dengan membentuk tim yang professional, artinya ia bekerja sesuai dengan
keilmuannya dan dapat dipertanggungjawabkan kinerjanya.
2. Melalui Pengprov, pada saat ini Pengprov masih belum optimal dalam melaksanakan
kinerjanya. Artinya masih banyak Pengprov yang belum mandiri. Untuk itu Pengprov
harus lebih mandiri di dalam menangani cabang olahraga yang dikelolanya, terutama
dalam segi pendanaan.. Untuk mengoptimalkan kinerja Pengprov harus mandiri dan
harus memberdayakan Pengcap. Karena keberhasilan Pengda bila Pengda dapat
membentuk Pengcab disetiap Kabupaten / Kota dan Keberhasilan Pengcab dapat
membentuk club-club olahraga sebanyak mungkin. Ujung tombak pembinaan olahraga
di masyarakat terletak pada club olahraga tersebut, dengan memperbanyak club-club
olahraga di tingkat kecamatan dan Kelurahan / Desa di kecamatan sebagai organisasi
olahraga masyarakat yang bersifat volunter, dan memperbanyak kompetisi baik antar
club, antar kecamatan, Kabupaten/ Kota dan pada akhuirnya di tingkat Provinsi
(PORDA). Karena kompetisi merupakan salah satu komponen yang paling efektif untuk
motivasi dalam pembinaan olahraga.prestasi. Karena Olahraga selalu berbentuk
pertandingan dan latihan-latihan yang dikerjakan, karena pertandingan yang akan
dating harus dimenangkan (Ateng: 1987.6). jadi setiap olahragawan yang mengikuti
kompetisi bertujuan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Sehingga perlu adanya
latihan-latihan yang keras agar tujuan untuk menjadi juara dapat tercapai.
Bila semua jalur dapat berjalan secara sinergis, harmonis dan berkesinambungan,
maka prestasi olahraga akan mudah untuk diciptakan, karena pada dasarnya prestasi
akan tercipta bila pemasalan dan pembibitan/pemanduan bakat berjalan dengan baik,
dengan dilakukan pembinaan yang terus menerus dengan program-program yang jelas,
maka prestasi akan terlahir dengan sendirinya, Pembibitan / pemanduan bakat dapat
dilakukan melalui kompetisi yang teratur terarah dan terprogram sesuai hirarki
pembinaan (dari tingkat bawah). Pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi tinggi
diperlukan waktu yang cukup panjang melalui berbagai tahapan. Adapun pentahapan
tersebut dimulai dari:

(1). Tahap pemasalan, pemasalan merupakan pondasi dalam pembinaan olahraga


untuk mencapai prestasi. karena bila suatu cabang olahraga tidak memiliki animo yang
besar pada tahap permasalan maka akan sulit untuk mendapatkan atlet yang berpotesi
untuk dikembangkan lebih lanjut. permasalan dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu;
(1) melalui jalur pelajar dan mahasiswa, (2) jalur karyawan baik di pemerintahan,
swasta, ABRI/Polri, jalur masyarakat umum. Adapun jalur yang paling efektif selama ini
melalui jalur akademik (pelajar dan mahasiswa).

(2) Tahap Pemanduan bakat, pemanduan bakat merupakan tahap kedua setelah
permasalan sebagai sarana untuk memilih atlet-atlet yang berpotensi / berbakat untuk
dikembangkan lebih tinggi. Proses pemanduan bakat perlu dilakukan secara cermat,
dengan melibatkan instrument-instrumen baku berdasarkan IPTEK. Pemanduan bakat
tidak hanya berdasarkan hasil juara pada setiap kompetisi, tetapi juga harus lebih detil
dalam mendiagnose atlet yang berpotensi baik dari segi athropometri terutama cabang
olahraga yang memiliki persyaratan tinggi badan, seperti basket, volley ball, mental
(psikologis), kesegaran fisik, teknik/taktik dan keterampilannya.
(3) Tahap pembinaan/pelatihan, dalam proses pelaksanaan latihan, setelah dilakukan
pemanduan bakat untuk olahraga pelajar dan mahasiswa dipusatkan pada PPLP
(Pusat Pendidikan Latihan Pelajar) & PPLM (Pusat Pendidikan Latihan Mahasiswa)
dikelola oleh Dispora. Sedangkan untuk jalur masyarakat dilakukan memalui PELATDA
jangka panjang atau sering disebut Pelatda berjalan yang langsung dikelola oleh KONI
bersama Pengprov dibawah kendali Bidang Pembinaan Prestasi (BINPRES) KONI
Propinsi ditingkat propinsi KONI Kabupaten / Kota di Kabupaten / Kota. Kegiatan ini
harus dilakukan secara terus menerus sebagai trening camp olahraga baik ditingkat
kabupaten Kota, Provinsi maupun di tingkat nasional, Latihan adalahn proses yang
sistimatis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian
hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono: 1982.101), bila
kegiatan ini di lakukan disetiap daeran diseluruh Indonesia, maka prestasi olahraga
Indonesia sebagai Negara besar akan diperhitungkan ditingkat internasional.

PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET KOTA YOGYAKARTA


PEMUSATAN LATIHAN KOTA YOGYAKARTA (PUSLATKOT)
Oleh: Danardono
(Ketua Binpres KONI Kota Yogyakarta)
================================================================
Pembinaan prestasi atlet merupakan tanggung jawab kita semua sebagai

warga negara. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai wadah


organisasi olahraga nasional mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
pembinaan prestasi olahraga di Indonesia. Pembinaan prestasi atlet tidak bisa
dilakukan secara sepotong-sepotong, terpetak-petak atau sendiri-sendiri. Konsep
pembinaan atlet untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi dan maksimal adalah
harus dilakukan secara kontinyu, berjenjang dan berkelanjutan hingga prestasi
puncak. Dan untuk dapat mencapai prestasi puncak pembinaan atletpun tidak bisa
dilakukan sendiri-sendiri, namun harus secara sistemik, terpadu, terarah dan
terprogram dengan jelas. Keberhasilan pembinaan prestasi atlet yang sistemik,
terpadu, terarah dan terprogram dengan jelas dapat dilihat dari beberapa faktor yang
mempengaruhi, yaitu :
1. Tersedianya atlet potensial (Talented Athletes) yang mencukupi
2. Tersedianya pelatih profesional dan dapat menerapkan IPTEK
3. Tersedianya sarana prasarana dan kelengkapan olahraga yang memadai
4. Adanya program yang berjenjang dan berkelanjutan, ditunjang dengan adanya
anggaran yang mencukupi dan hubungan yang baik antara semua pihak (atlet,
pelatih, pembina, pengurus, Pengprov, KONI, dan Pemerintah)
5. Perlu diadakannya tes dan pengukuran kondisi atlet secara periodik.
Atlet potensial atau yang mempunyai potensi untuk menjadi juara adalah
atlet-atlet yang mempunyai bakat, motivasi yang tinggi dalam berprestasi dan altet
yang bersedia berlatih dengan keras untuk mewujudkan prestasi tersebut, atau
atletatlet
yang memang sudah juara di cabang olahraganya dan masih memungkinkan
untuk mempertahankan atau meningkatkan prestasinya.
Pelatih profesional yang baik adalah pelatih yang mempunyai dedikasi,
antusias yang tinggi, kematangan jiwa, etika yang baik, jujur, disiplin dan konsen
terhadap pembinaan prestasi serta memahami konsep pembinaan prestasi yang
baik. Konsep pembinaan prestasi yang baik harus memahami pertumbuhan dan
perkembangan atlet, menguasai media dan metode latihan dengan pendekatan

ilmiah yang efektif (menggunakan IPTEK), memahami cara berkomunikasi yang


baik, mampu menyampaikan materi-materi latihan dengan jelas dan dapat dipahami
oleh semua atlet serta dapat menjadi contoh dan motivator bagi atletnya.
Tersedianya sarana prasarana dan kelengkapan olahraga yang layak dan
memadai, tes dan pengukuran kondisi kesehatan fisik dan psikologi atlet secara
periodik tidak bisa tidak harus dilakukan dan diadakan untuk menunjang tercapainya
prestasi. Hal itu secara pasti tentu saja memerlukan anggaran yang tidak sedikit dan
tidak dapat dibebankan hanya pada satu atau dua pihak saja. Oleh karena itu dalam
pembinaan prestasi olahraga perlu adanya kolaborasi dan kerjasama yang baik
serta sinergis antara pihak-pihak yang terkait baik atlet, pelatih, pembina, pengurus
cabang olahraga, KONI maupun Pemerintah Daerah atau pihak-pihak lain yang ingin
atau mau dan mampu membantu (mendukung) dalam pembinaan prestasi olahraga.
Keseriusan dan kesungguhan dalam membina mempersiapkan atlet menuju
prestasi puncak diwujudkan KONI Kota Yogyakarta dengan menyiapkan dan
merancang sebuah Program Pembinaan Prestasi bagi atlet-atlet potensial Kota
Yogyakarta dengan akan diadakannya Pemusatan Latihan Kota Yogyakarta
(PUSLATKOT). Program ini diharapkan akan mampu secara nyata mendongkrak
dan meningkatkan prestasi atlet Kota Yogyakarta serta memenuhi target KONI Kota
Yogyakarta dengan menjadi Juara Umum I dalam PORPROV XII tahun 2013
mendatang di Kabupaten Gunung Kidul. Hal itu sesuai dengan slogan yang
disampaikan Bapak Hariyadi Suyuti, Walikota Yogyakarta pada Rapat Anggota
KONI Kota Yogyakarta, 17 Maret 2012 yang lalu. Slogan tersebut berbunyi MARI
BUNG REBUT KEMBALI yang berarti dengan kesunguhan dan keseriusan
pemerintah kota mengharapkan Kota Yogyakarta dapat kembali merebut posisi juara
umum I pada PORPROV XII tahun 2013 mendatang. Semoga slogan tersebut dapat
menjadi motivasi bagi Pengurus KONI Kota Yogyakarta dan seluruh pengurus
cabang olahraga untuk lebih serius dalam meningkatkan prestasinya atlet-atletnya.
Pemusatan Latihan Kota Yogyakarta (Puslatkot) merupakan bagian dari

Program Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) KONI Kota Yogyakarta yang


dirancang dan disiapkan dalam tahun 2012 ini. Program ini akan langsung ditangani
oleh KONI Kota Yogyakarta Bidang Pembinaan Prestasi yang bekerjasama dengan
Bidang Penelitian dan Pengembangan KONI Kota Yogyakarta serta seluruh jajaran
pengurus KONI Kota Yogyakarta. Tujuan diadakannya Program PUSLATKOT antara
lain adalah untuk :
a. Membentuk Tim PORPROV yang solid dan tangguh,
b. Mengikat atlet dan pelatih agar tidak pindah ke daerah atau kabupaten lain pada
saat PORPROV XII tahun 2013 nanti.
c. Menjaga program pembinaan dan meningkatkan prestasi atlet
d. Menjaga dan meningkatkan kondisi fisik dan mental atlet, serta
e. Menghadapi PORPROV XII tahun 2013 di Kabupaten Gunung Kidul.
Adapun kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam program PUSLATKOT
ini adalah sebagai berikut:
a. Penjaringan dan Seleksi atlet
Kegiatan pertama dan yang paling awal dalam Program PUSLATKOT adalah
menjaring dan menyeleksi atlet yang akan diikutkan dalam program
PUSLATKOT ini secara administratif (pemberkasan). Kegiatan ini dibawah
koordinasi Bidang Status dan Seleksi Atlet PUSLATKOT yang bekerjasam
dengan Bidang Penelitian dan Pengembangan KONI Kota Yogyakarta. Kegiatan
ini telah dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah program ini di-launching-kan
dalam Rapat Anggota KONI Kota Yogyakarta tanggal 17 Maret 2012 lalu dan
diharapkan selesai sampai dengan pertengan bulan April 2012, walaupun akan
terus diadakan pembaharuan (updating data), promosi dan degradasi sepanjang
tahun. Adapun kriteria calon atlet dalam program PUSLATKOT ini yaitu :
1. Atlet-atlet peraih medali dalam PORPROV XI tahun 2011 dan
2. Atlet-atlet potensial atau atlet-atlet junior seluruh cabang olahraga yang
nantinya akan diikutkan dalam PORPROV XII tahun 2013 di Kabupaten

Gunung Kidul (Atlet-atlet yang pernah dan selalu meraih medali dalam
kejuaraan tingkat daerah maupun nasional).
3. Atlet-atlet peserta PUSLATDA PON KONI DIY
b. Menyelenggarakan Tes Kesehatan & Fisik
Setelah terjaring dan terseleksi secara administrasi, maka calon-calon atlet
PUSLATKOT harus mengikuti dan lolos tes kesehatan dan tes fisik dengan
kriteria sesuai cabang olahraganya masing-masing. Kegiatan ini akan dibawah
koordinasi Bidang Kesehatan dan Fisik Atlet PUSLATKOT KONI Kota
Yogyakarta. Kegiatan tes akan dilakukan sebanyak 2 kali dalam tahun 2012 ini,
yaitu pada minggu terakhir bulan April atau awal bulan Mei 2012 (pretest) dan
pada bulan Desember 2012 (post-test). Kegiatan tes meliputi tes kesehatan dan
fisik. Tes kesehatan meliputi : TB, BB, Tekanan Darah dan HB. Dan tes fisik
meliputi : Tes Kekuatan dengan Tes Kekuatan Otot Tungkai atau Lompat Tegak
(Vertical Jump), Tes Kecepatan dengan Lari (Sprint) 20 meter atau Lari bolakbalik
(Shuttle Run), Tes Daya tahan dengan Lari 15 menit(Balke) atau Multi
Stage Run dan Tes Kelentukan dengan Sit and Reach. Kegiatan tes dapat
dilakukan di luar jadual tersebut jika terdapat atlet yang dipromosikan oleh
pengurus cabang olahraga setelah diadakanya tes pertama (pretest)
c. Menyelenggarakan HTF (Atlet Tangkas), Latihan Fisik dan Mental Bersama
Setelah terjaring dan terseleksi secara administrasi, kesehatan dan kondisi
fisiknya maka calon-calon atlet PUSLATKOT akan ditetapkan sebagai atlet
PUSLATKOT dengan SK KONI Kota Yogyakarta, menandatangi surat perjanjian
secara tertulis dan harus mau menjalani serangkaian kegiatan latihan bersama.
Latihan-latihan tersebut meliputi :
1. Latihan menjadi Atlet Tangkas atau HTF (How To Find A Fine Fighter)
Latihan HTF berupa kegiatan atau aktifitas luar ruangan dengan waktu
setengah hari (halfday outbond). Kegiatan ini direncanakan sebanyak 2 (dua)
kali, yaitu akan pada bulan Juni 2012, tidak menginap dan latihan mental

akan dilakukan menginap satu malam dengan mendatangkan pembicara


(motivator) dan ditambah dengan outdoor activity Desember 2012, dengan
materi fisik, manajemen dan kerjasama tim serta mental (percaya diri) atlet.
2. Latihan Fisik Bersama
Latihan fisik dan mental bersama akan dibagi dalam kelompok cabang
olahraga (beladiri, perlombaan dan permainan). Latihan fisik bersama berupa
Latihan berbeban dan tanpa beban, cross country, jogging track, ladder speed
dll.. Kegiatan kedua ini direncanaakan 1 2 kali/bulan, mulai bulan Juni 2012.
Serangkaian kegiatan latihan diatas bertujuan untuk menjaga kondisi
fisik atlet, menjalin kekompakan dan kerjasama serta meningkatkan rasa
percaya diri dan mental atlet seluruh pengkot cabor. Kegiatan ini akan
dibawah koordinasi Bidang Latihan Umum PUSLATKOT yang bekerjasma
dengan Pengurus KONI Kota Yogyakarta Bidang Pembinaan Prestasi.
d. Melakukan Latihan Teknik Taktik dan mengadakan/mengikutkan kejuaraan
Selain program kegiatan yang dilakukan bersama-sama, dalam program
PUSLATKOT ini terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara
sendiri-sendiri masing-masing cabang olahraga yang diharapkan dapat menjaga
kemampuan teknik dan taktik masing-masing cabang olahraga. Adapun
kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
1. Latihan teknik taktik masing-masing cabang olahraganya, dan
2. Mengadakan/mengikuti kejuaraan
Latihan teknik dan taktik masing-masing cabang olahraga harus dilakukan
minimal 2 3 kali atau lebih dalam seminggu, untuk menjaga kondisi
kemampuan teknik dan taktiknya. Dan latihan-latihan tersebut dapat
ditindaklanjuti dengan mengadakan atau mengikutkan dalam kejuaraankejuaraan
untuk mengukur tingkat keberhasilan yang sudah dicapai dalam
latihan. Kegiatan ini akan dikoordinatori Bidang Latihan Khusus PUSLATKOT.
e. Monitoring dan evalusi

Kegiatan monitoring dan evaluasi akan selalu dilakukan di setiap kegiatan


dalam program PUSLATKOT ini. Dan kegiatan ini akan langsung di bawah
koordinaso Bidang Monitoring dan Evaluasi PUSLATKOT KONI Kota
Yogyakarta.

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA PRESTASI


PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA PRESTASI

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan


secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai
prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga (UU RI Nomor 3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1). Olahraga prestasi
dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi
olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang dilakukan
setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi
(UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VI pasal 20).
Pembinaan dan pengembangan keolahragaan meliputi pengolahraga, ketenagaan,
pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta penghargaan
keolahragaan yang dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan,
pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi (UU RI Nomor 3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3).
Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk
mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang
dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga tingkat pusat maupun pada tingkat
daerah (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII
pasal 27 pasal 1 dan 2).
Menurut Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
(Kemenegpora RI) (2006: 18):
Prestasi bisa tercapai, apabila memenuhi beberapa komponen seperti: atlet potensial,
selanjutnya dibina dan diarahkan oleh sang pelatih. Untuk memenuhi sarana dan
prasarana latihan dan kebutuhan kesejahteraan pelatih dan atlet perlu perhatian dari
pembina/pengurus induk cabang olahraga. Untuk melihat dan mengevaluasi hasil
pembinaan, perlu memberikan uji coba dengan melakukan kompetisi dan try out baik di
dalam negeri maupun di luar negeri dengan tujuan mengukur kemampuan
bertanding/berlomba dan kematangan sebagai pembentukan teknik, fisik, dan mental
bertanding. Tetapi perlu diingat bahwa aktivitas komponen-komponen di atas bisa

berjalan apabila ditunjang oleh pendanaan yang profesional serta penggunaannya


harus dengan penuh tanggung jawab.
1.

Pengolahraga

Pengolahraga adalah orang yang berolahraga dalam usaha mengembangkan potensi


jasmani, rohani, dan sosial (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab I pasal 1 ayat 6). Pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur
dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi disebut sebagai
olahragawan (atlet). Atlet adalah orang yang menjadi objek/sasaran dalam kegiatan
pelatihan pada cabang olahraga yang ditekuni (Widijoto, 2007).
2.

Tenaga Keolahragaan

Tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi dan sertifikat
kompetensi dalam bidang olahraga (UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional Bab I pasal 1 ayat 9), yang di dalamnya terdapat pelatih, wasit,
guru, manajer, instruktur dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya
(Kemenegpora RI, 2006: 13).
Pelatih adalah tokoh sentral dalam proses pelatihan olahraga. Pelatih adalah orang
yang memberi bimbingan/tuntunan kepada atlet agar dapat dicapai prestasi olahraga
yang optimal (Widijoto, 2007). Pelatih adalah seorang yang profesional yang bertugas
membantu, membimbing, membina, dan mengarahkan atlet terpilih berbakat untuk
merealisasi prestasi maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (KONI tentang
Proyek garuda Emas, 1998: B-16). Pelatih adalah orang yang berperan untuk
membantu atlet memantapkan penampilan serta meningkatkan seluruh potensinya,
sehingga mampu berprestasi tinggi dalam cabang olahraganya (Harsuki, 2003, 374).
Wasit adalah seorang pengadil di lapangan pada setiap pertandingan olahraga. Setiap
pertandingan olahraga dipimpin oleh seorang wasit yang memiliki wewenang penuh
untuk memimpin suatu pertandingan olahraga dan memegang teguh peraturan
permainan pertandingan olahraga, terhitung mulai dari saat masuk sampai dengan
meninggalkan lapangan tersebut. Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk
mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Ada bermacam-macam istilah wasit.
Dalam bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman (Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Wasit).
3.

Pengorganisasian.

Meningkatkan pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga prestasi


tidak lepas dari peran serta pengurus dan organisasi. Organisasi adalah sarana atau
alat untuk mencapai tujuan organisasi; dan unsur atau unit yang ada dalam suatu
organisasi harus dapat menampung berbagai program dan kegiatan yang telah
dirancang untuk mencapai tujuan organisasi (KONI tentang Proyek garuda Emas, 1998:
43). Sedangkan dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab I pasal 1 ayat 24, organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yang

menjalin kerjasama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peningkatan prestasi dalam pembinaan dan pengembangan olahraga tergantung
bagaimana pengurus organisasi menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya.
Pengurus organisasi dapat menyusun porgram-program kerja yang dapat mendukung
tercapainya prestasi yang maksimal dalam pembinaan dan pengembangan olahraga.
Program-program tersebut diantaraya adalah perekrutan atau pengadaan pelatih,
pengadaan sarana dan prasarana, perekrutan atlet, menentukan perencanaan dan
pelaksanaan pembinaan atlet melalui pemusatan latihan cabang olahraga,
mengadakan atau menyelenggarakan even olahraga, mengikuti berbagai even
olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang dapat dijadikan sebagai tambahan
pengalaman bagi atlet, mencarikan dana untuk
pembinaan, dan lain sebagainya.
4.

Pendanaan

Salah satu faktor pendukung terpenting dalam upaya mensukseskan program


pembinaan prestasi olahraga adalah tersedianya dana yang memadai/representatif.
Berbagai sumber dana alternatif perlu digali dalam upaya memenuhi kebutuhan dana
untuk pembinaan cabang-cabang olahraga prestasi.
Pendanaan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembinaan dan
pengembangan olahraga. Dengan adanya pendanaan, berbagai kebutuhan/hal yang
berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan olahraga dapat dipenuhi dengan
baik, diantaranya adalah: pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang baru untuk
melengkapi/mengganti fasilitas yang ada/rusak; pemeliharaan dan perbaikan sarana
dan prasarana olahraga termasuk alat dan fasilitas lapangan; pendanaan pembinaan
dan pengembangan atlet mulai dari perekrutan sampai dengan pemusatan latihan dan
ikut serta dalam even kejuaraan; kesejahteraan atlet, pelatih, dan pengurus organisasi
5.

Metode

Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya


pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. Metode yang digunakan tersebut
antara lain melalui pemusatan latihan yang didalamnya terdapat sistem-sistem
pembinaan kepada atlet dan juga program-program latihan yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan atlet baik dari segi fisik, teknik, taktik, dan mental.
6.

Prasarana dan sarana

Menurut UU RI No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional


dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 dijelaskan apa yang dimaksud dengan sarana dan
prasarana olahraga. Prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk
lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan

olahraga. Sedangkan sarana olahraga adalah peralatan atau perlengkapan yang


digunakan untuk kegiatan olahraga.
Prasarana dan sarana olahraga sangat penting keberadaannya untuk menunjang
pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga prestasi. Prasarana dan
sarana olahraga yang diperlukan untuk pembinaan dan pengembangan olahraga
sebaiknya memenuhi standar nasional atau bahkan Internasional. Harsuki (2003:384),
guna menampung kegiatan olahraga prestasi prasarana olahraga yang disiapkan perlu
memenuhi kualitas sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang
olahraga, yaitu: a. Memenuhi standard ukuran Internasional, b. Kualitas bahan/material
yang dipakai harus memenuhi syarat Internasional.
7.

Penghargaan Keolahragaan

Penghargaan olahraga adalah pengakuan atas prestasi dibidang olahraga yang


diwujudkan dalam

bentuk material dan /atau nonmaterial (UU RI No.3 Tahun 2005 tentang SKN pasal 1
ayat 19). Dalam UU RI

No. 3 tahun 2005 tentang SKN pasal 86 ayat 1 disebutkan bahwa setiap pelaku
olahraga, organisasi olahraga,

lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa


dalam memajukan olahraga

diberi penghargaan. Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa,


asuransi, pekerjaan,

kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan


jaminan hari tua,

kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat bagi penerima


penghargaan (UU RI No.3 Tahun

2005 tentang SKN pasal 86 ayat 3).

Você também pode gostar