Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
yang baik disatu pihak dan hal yang buruk dipihak lain. Keadaan konflik tersebut
mencerminkan keadaan yang harus diselesaikan antara dua kepentingan, yakni
kepentingan diri dan orang lain, atau dapat pula dikatakan keadaan konflik antara
hak dan kewajiban.
Moral dalam Islam identik dengan akhlak. Di mana kata akhlak berasal dari
bahasa Arab, bentuk jama dari kata khulk, khulk di dalam kamus al-Munjid
berarti budi pekerti atau perangai. Menurut pandangan para ahli filsafat, etika
memandang tingkah laku pembuatan manusia secara universal (umum). Abu Ala
al-muudi dalam bukunya, Ethical Viewpoint of islam, memberikan garis terang
antara moral islam dengan moral sekuler. Moral Islam bersumber pada al-Quran
dan al- Hadis rosul-Nya. Moral sekuler bersumber pada pikiran dan prasangka
manusia yang beragam (hamzah Yakub, 1993).
Di dalam kitab Ihya Ulumaldin, karya Imam al Ghozali diungkapkan
bahwa:
Al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macammacam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
perimbangan (Al-Ghazali, Ihya Ulumaldin, Vol, III:56). Jadi pada hakekatnya
akhlak (budi pekerti) ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan
dengan cara mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti yang mulia
dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi
pekerti yang tercela.
Selain itu juga disyariatkan, bahwa suatu perbuatan dapat dinilai baik jika
timbulnya perbuatan itu dengan mudah sebagai suatu kebiasaan tanpa
memerlukan pemikiran. Mengenai syariat tersebut, Asmara AS menegaskan
bahwa dalam menetapkan suatu perbuatan, itu lahir dalam kehendak dan disengaja
sehingga dapat nilai baik atau buruk ada dua syarat yang perlu diperhatikan
(Asmara,1994:11), yaitu :
1. Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan) adanya
kemauan bebas, sehingga tidak dilakukan dengan sengaja.
2. Tahu apa yang dilakukan yakni mengenai nilai baik buruknya. Suatu
perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk manakala memenuhi syaratsyarat di atas. Dalam Islam, faktor kesengajaan merupakan penentu
tingkah laku dalam penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang.
Seorang muslim tidak berdosa karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu
bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.
Menurut Philip K. Hitti (dalam Ajat Sudrajat) ada tiga cara pandang yang
berbeda di kalangan Islam ketika melihat persoalan akhlak. Pertama, melihat akhlak
dalam hubungannya dengan tertib sopan sehari-hari. Cara pandang ini disebut
dengan istilah popular philosophy of morality. Kedua, melihat akhlak dalam
hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Cara pandang ini disebut dengan istilah
Philosophical. Ketiga, melihat akhlak dalam hubungannya dengan masalah
kejiwaan. Cara pandang ini disebut dengan istilah mystical-psychological (Abidin
Ahmad, 1975-20).
Berdasarkan pada tiga cara pandang di atas, secara sederhana dapat dikatakan
mengenai adanya pendekatan teoritis dan praktis atas tingkah laku manusia.
Pendekatan yang bersifat teoritis merupakan bagian dari usaha rasionalisasi terhadap
tingkah laku manusia, atau berupa pikiran-pikiran logis tentang sesuatu yang harus
diperbuat oleh manusia. Sedangkan pendekatan praktis menunjuk secara langsung
kepada tingkah laku manusia. Tingkah laku ini bisa dilihat sebagai hasil pikiran logis
manusia ketika menyadari kehidupan sosialnya. Misalnya mengenai perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan, dan perbuatan mana yang mesti ditinggalkan.
Mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.
Berdasarkan pemaparan tentang definis dari moral maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa moral adalah cara pandang seorang individu dalam menilai
suatu tingkah laku apakah tingkah laku tersebut sesuai dengan ide-ide umum yang
berlaku dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu, mengapa dan bagaimana
orang sampai pada keputusan bahwa sesuatu dianggap baik dan buruk.
2.2.
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciriciri yang baru (Reni Akbar Hawadi : 2001). Helden
(1977) dan Richards (1971) berpendapat moral adalah suatu kepekaan dalam
pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakantindakan lain yang
tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsipprinsip dan aturanaturan. Kita telah
mengetahui arti dari kedua suku kata yaitu perkembangan dan moral maka
selanjutnya yaitu kita mulai memahami arti dari gabungan dua kata tersebut
Perkembangan
Moral
Santrock
(1995)
Perkembangan
moral
adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral adalah perubahanperubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai
yang berlaku dalam kelompok sosial.
Kohlberg dalam Santrock menjelaskan bahwa tahapan perkembangan
moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan
perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence
Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan
dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembanganyang dapat
teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring
penambahan usia yang semula diteliti Piaget,yang menyatakan bahwa logika
dan
moralitas
berkembang
melalui
tahapantaTAhahapan
konstruktif.
implikasi
filosofis
dari
penelitiannya.
Kohlberg
berhubungan
dengan
perkembangan
penalaran
dan
perilaku
moral
perkembangan kognitif umum, perkembangan rasio dan rationale, isu dan dilema
moral, dan perasaan diri.
1. Perkembangan Kognitif Umum.
Penalaran moral yang tinggi (advanced) penalaran yang dalam mengenai
hokum moral dan nilainilai luhur seperti kesetaraan, keadilan, hakhak asasi
manusia memerlukan refleksi yang mendalam mengenai ideide abstrak.
Dengan demikian dalam batasbatas tertentu, perkembangan moral bergantung
pada perkembangan kognitif (Kohlberg, 1976 Nucci, 2006 Turiel, 2002).
Sebagai contoh, anakanak yang secara intelektual (gifted) berbakat umumnya
lebih sering berpikir tentang isu moral dan bekerja keras mengatasi
ketidakadilan di masyarakat lokal ataupun dunia secara umum ketimbang
temanteman sebayanya (silverman,1994). Meski demikian, perkembangan
kognitif tidak menjamin perkembangan moral. Terkadang siswa berpikir
abstrak mengenai materi akademis dan pada saat yang sama bernalar secara
prakonvensional, yang berpusat pada diri sendiri (Kohlberg, 1976 Silverman,
1994).
2. Penggunaan Ratio dan Rationale.
Anakanak lebih cenderung memperoleh manfaat dalam perkembangan moral
ketika mereka memikirkan kerugian fisik dan emosional yang ditimbulkan
perilakuperilaku tertentu terhadap orang lain. Menjelaskan kepada anakanak
alasan perilakuperilaku tertentu tidak dapat diterima, dengan focus pada
perspektif
orang
lain,
dikenal
sebagai
induksi
(induction)
(M.L.Hoffman,1970,1975).
3. Isu dan Dilema Moral
10
11
12
13
14
Bukan hanya remaja di kota besar saja yang mengalami tingkat degradasi,
remaja di desa pun mengalami degredasi sekalipun adat istiadatnya
kuat. Pada saat ini banyak club malam merupakan tempat beredar nya
narkoba. Karena menurut sebuah website banyak anak remaja sekarang
yang pergi ke club malam untuk mengkomsumsi narkoba. Dulu anak SMA
merayakan kelulusan nya dengan cara pawai sepeda motor walau pun
masih sering di lakukan sampai sekarang tetapi beberapa waktu di koran di
beritakan bahwa anak SMA merayakan kelulusan dengan melakukan sex
party ditambah nyabu bareng.
b. Media masa atau media informasi
Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir
seperti televisi,handphone, internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang
bisa di peroleh dari media tersebut menyebabkan banyak para remaja
menyalahgunakan media tersebut. Banyaknya tayangan-tayangan yang
tidak seharusnya di tampilkan oleh media masa seperti adegan-adegan
kekerasan dan romantis yang sering di tayangkan oleh media masa
membuat para remaja meniru adegan-adegan tersebut. Tayangan media
masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang dianggap
sesuai dengan kemajuan zaman. Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari
orang lain membuat para remaja melakukan kebiasaan baru yang sudah
menjadi kebudayaan atau sering mereka jumpai seperti tayangan televisi
dan lingkungan sosialisasi.
c. Tempat karaoke yang banyak diminati remaja yang juga akhirnya sebagai
tempat pesta nyabu bagi para remaja
15
3. Penyimpangan Sosial
Berikut kutipan dari James W.van der Zanden mengenai penyimpangan
sosial:
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap
sebagai
suatu
hal
yang
tercela
dan
di
luar
batas
16
17
bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada
pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak
didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik
bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di
samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan
kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial
bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala
aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral
yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan
agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin
terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya
dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan
pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak
efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral.
Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang,
tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
c. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau
polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi
18
kepuasan
materi,
kesenangan
hawa
nafsu
dan
tidak
mengeruk
keuntungan
material
dan
memanfaatkan
19
alami.
Pendidikan
merupakan
proses
20
21