Você está na página 1de 3

Review Percakapan Imajiner dengan Max Weber

Oleh :
Khasman Zaini

DEFENISI BIROKRASI
Secara Etimologis :
Kata birokrasi berasal dari :
bureau (bhs Perancis) = kantor
kratia atau kratos (bhs Yunani) = kekuasaan atau aturan.
Dari asal kedua kata bureau dan kratos dapat diartikan birokrasi adalah
bentuk kekuasaan atau pengaturan urusan publik di tangan kantor-kantor
(pemerintah).
Birokrasi menurut para ahli:
Max Weber
Birokrasi adalah suatu organisasi yang berlandaskan sistem kewenangan yang

sah dan formal ( legitimate and formal ).


Turner dan Hulme
Birokrasi adalah nama lain untuk menyebut administrasi negara yaitu dengan
melihat aspek-aspek unik dalam administrasi negara seperti :
a. Keterkaitan adm.negara dgn pemerintah/negara
b. Keterkaitan dgn hukum
c. Aspek akuntabilitas publik.
Peter M Blau dan Marshal W Meyer
Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai
tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinasi secara
sistematis pekerjaan dari orang banyak.

Birokrasi dicetuskan oleh Max Weber. Bukunya The Theory of Social and Economic
Organizations serta Essay in Sociology menjadi kajian utama para ilmuwan di berbagai
negara tetapi yang paling utama dibahas adalah birokrasi. Bagi Weber birokrasi
adalah metode organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas.

Prof. Miftah dengan gaya penulisan yang menarik, ringan dan renyah namun kental
dengan nuansa ilmiah mengajak pembaca untuk menyelami alur berpikir Max Weber
seorang Begawan Ilmu Administrasi. Dengan menggunakan metode novel Prof.
Miftah membuat pembaca memahami Ilmu Administrasi seasyik membaca karya
karangan Dan Brown, Stephanie Meyer bahkan Paulo Cuelho.
Max

Weber

memperkenalkan

sebuah

konsep

universal

dengan

rasional

yang

menjelaskan tata hubungan orang dalam suatu organisasi dalam menjalankan sebuah
1

Mahasiswa Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada.

* Disusun untuk mata kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Publik, Oktober 2014

pekerjaannya yang diatur oleh hukum dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
Konsep ini disebut Weber dengan ideal type, ideal type dirancang untuk mampu
menampung
menekankan

prinsi-prinsip
pada

kehidupan

impersonalitas

manusia

untuk

secara

mencapai

berorganisasi,

rasionalitas. Artinya

yang
tidak

memandang manusia berdasarkan sifat pribadi (personal).


Sifat-sifat yang menonjol dari konsep Weber tersebut antara lain adalah: (1) prinsip
kepastian hukum yang diwujutkan dalam peraturan atau ketentuan administrasi; (2)
prinsip

tata

jenjang

dalam

kedinasan

dan

tingkat

kewenangan

agar

terjadi

kepemimpinan yang melahirkan keserasian kerja, keharmonisan dan rasionalitas; (3)


prinsip pengelolaan administrasi yang didasarkan oleh dokumen-dokumen tertulis
yang tahan lama dan dalam bentuk yang kuat; (4) prinsip kompetensi dan keahlian
khusus

para pejabat

sesuai pembagian

tugas

dan

fungsi

dalam

manajemen

organisasi; (5) prinsip profesionalitas (impersonal) yang tidak mentolerir hubungan


personal yang bersifat pribadi.
Pertanyaan yang kemudian timbul setelah mendengarkan penuturan Weber diatas
adalah apakah konsep birokrasi yang mengedepankan inpersonalitas untuk
mencapai rasionalitas diatas bisa diterapkan secara universal pada seluruh
negara dengan sistem politik dan pandangan hidup yang heterogen?
Budaya masyarakat Indonesia yang mengedepankan kekeluargaan, gotong royong
dan komunal dalam birokrasi sangat dibutuhkan, dengan hubungan personal ini akan
tercipta hubungan emosional yang lebih kuat, terbangun hubungan kekeluargaan dan
gotong royong. Hal ini senada dengan adanya kritik dari Werren Bennis, yang
menitikberatkan pada hubungan personalisasi dan impersonalitas dalam mencapai
rasionalitas. Dan mempertegas dengan perubahan mendasar pada pengembalian
nilai-nilai kemanusian dalam mengefektifkan sebuah birokrasi.
Tetapi disadari juga bahwa hubungan yang sangat dipengaruhi oleh sifat personal ini
sering menimbulkan stagnasi sebuah organisasi, pembuatan keputusan yang subjektif,
penegakkan hukum yang lemah dan menurunkan wibawa serta otoritas pimpinan.
Untuk meminimalisir permasalahan diatas maka diperlukan seperangkat tata aturan
yang mengikat yang bisa dijadikan tolok ukur bagi personal yang terlibat organisasi.
Tapi apakah penerapan konsep ideal typenya Max Weber bisa menjadi solusi?
Sejalan dengan pendapat Prof. Miftah, sayapun berpandangan bahwa sangat dilematis
ketika tipe birokrasi Max Weber diterapkan diindonesia yang sangat kental dengan
budaya komunalnya, intinya konsep ideal typenya Max Weber perlu direvisi agar bisa
diterima dan diterapkan secara universal diseluruh negara. Dengan memberikan porsi
yang lebih besar pada hubungan personalitas, birokrasi akan terbangun dengan baik
2

dan apa yang dicita-citakan Max Weber itu akhirnya terwujud. Personal dalam sebuah
organisasi harus bisa memposisikan dirinya kapan dia akan membangun hubungan
personalitas dan pada situasi formal kita membangun hubungan inpersonal.
Di sisi lai, terkait dengan penerapan kebijakan New Public Service yang menyatakan
bahwa seluruh masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sama tanpa
memandang siapa yang akan dilayani dan standar pelayanan yang akan diberikan,
konsep ideal typenya Weber bisa menjadi solusi. Pelayanan publik di Indonesia
masih kental dengan nuansa personalistik, cauvimisme bahkan penerapan standar
ganda dalam proses penyampaian layanan tersebut. Tentu saja harus ada modifikasi
terhadap konsep ini agar tdak terlalu kaku dan lebih mempertimbangkan sisi humani
personal yang terlibat didalamnya. Membandingkan konsep ideal typenya Weber
dengan kritikan dari mazhab futurologist seperti Waren Bennis dapat ditarik benang
merah bahwa sebuah sistem birokrasi akan bertahan lama jika memberikan porsi yang
lebih besar terhadap sisi manusia dari personel yang terlibat.
Dari beberapa hal tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan kerja
diantara orang-orang dalam organisasi di indonesia harus didasarkan pada prinsip
persolitas dan inpersonalitas dan dalam pembentukan organisasi disesuaikan dengan
kebutuhan pada saat itu.

Referensi:
1. Thoha, Miftah , 2012, Birokrasi Pemerintah dan Kekuasaan di Indonesia, Thafa
Media, Yogyakarta.
2. Primadoansyah,

Denny,

http://dennybl.blogspot.com/2012/05

2012,
/birokrasi.html,

BIROKRASI,
diakses

tanggal

28

September 2014.

Você também pode gostar