Você está na página 1de 13

Aset Biologis

1. Definisi
Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup, seperti yang
didefinisikan dalam IAS 41:
Biological asset is a living animal or plant
Jika dikaitkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh aset, maka aset biologis dapat
dijabarkan sebagai tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki oleh perusahaan
yang diperoleh dari kegiatan masa lalu.
2. Karakteristik
Aset biologis merupakan aset yang sebagian besar digunakan dalam aktivitas
agrikultur, karena aktivitas agrikultur adalah aktivitas usaha dalam rangka manajemen
transformasi biologis dari aset biologis untuk menghasilkan produk yang siap
dikonsumsikan atau yang masih membutuhkan proses lebih lanjut.
Karakteristik khusus yang membedakan aset biologis dengan aset lainnya yaitu
bahwa aset biologis mengalami transformasi biologis. Tranformasi biologis merupakan
proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang disebabkan perubahan
kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk
produk agrikultur atau aset biologis tambahan pada jenis yang sama.
Dalam IFRS tansformasi biologis dijelaskan sebagai berikut:
Biological transformation comprises the processes or growth, degeneration, production,
and procreation that cause qualitative or quantitative changes in a biological asset.
Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome, yaitu:
perubahan aset melalui: (i) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas atau perbaikan
kualitas dari aset biologis); (ii) degenerasi (penurunan nilai dalam kuantitas atau
deteriorasi dalam kualitas dari aset biologis); atau (iii) prokreasi (hasil dari penambahan
aset biologis) produksi produk agrikultur misalnya, daun teh, wol, susu, dan lain
sebagainya.

3. Jenis
Aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan ciri-ciri yang melekat
padanya, yaitu :
Aset Biologis Bawaan. Aset ini menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat
dipanen, namun aset ini tidak menghasilkan produk agrikultur utama dari perusahaan
tapi dapat beregenerasi sendiri, contohnya produksi wol dari ternak domba, dan
pohon yang buahnya dapat dipanen.
Aset Biologis Bahan Pokok. Aset agrikultur yang dipanen menghasilkan bahan
pokok seperti ternak untuk diproduksi daging, padi menghasilkan bahan pangan
beras, dan produksi kayu sebagai bahan kertas.
Berdasarkan masa manfaat atau jangka waktu transformasi biologisnya, aset biologis
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
Aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis yang
memiliki masa manfaat/masa transformasi biologis kurang dari atau sampai 1 (satu)
tahun. Contoh dari aset biologis jangka pendek, yaitu tanaman/hewan yang dapat
dipanen/dijual pada tahun pertama atau tahun kedua setelah pembibitan seperti ikan,
ayam, padi, jagung, dan lain sebagainya.
Aset biologis jangka panjang (long term biological assets). Aset biologis yang
memiliki masa manfaat/masa tranformasi biologis lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh
dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual
lebih dari satu tahun atau aset biologis yang dapat menghasilkan produk agrikultur
dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, seperti tanaman penghasil buah (jeruk,
apel, durian, dsb), hewan ternak yang berumur panjang (kuda, sapi, keledai, dsb.)
4. Pengklasifikasian Aset Biologis dalam Laporan Keuangan
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa aset biologis dapat
dikelompokkan berdasarkan jangka waktu transformasi biologisnya, yaitu aset biologis
jangka pendek (short term biological assets) dan aset biologis jangka panjang (long term
biological assets). Berdasarkan hal tersebut maka pengklasifikasian aset biologis dalam
laporan keuangan dapat dimasukkan ke dalam aset lancar (current assets) ataupun aset

tidak lancar (noncurrent assets) tergantung dari masa transformasi biologis yang dimiliki
oleh aset biologis atau jangka waktu yang diperlukan dari aset biologis untuk siap dijual.
Aset biologis yang mempunyai masa transformasi atau siap untuk dijual dalam waktu
kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun, maka aset biologis tersebut diklasifikasikan ke
dalam aset lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan persediaan atau aset lancar
lainnya. Sedangkan, aset biologis yang mempunyai masa transformasi biologis lebih dari
1 (satu) tahun diklasifikasikan ke dalam aset tidak lancar, biasanya digolongkan ke dalam
perkiraan aset lain.
5. Pengakuan Aset Biologis
Dalam IAS 41, perusahaan dapat mengakui aset biologis jika, dan hanya jika:
a. perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu;
b. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang akan mengalir
ke dalam perusahaan; dan
c. mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal. Aset biologis
dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai
dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis yang bersangkutan. Aset
biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa manfaat/masa transformasi biologisnya
kurang dari atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui sebagai aset tidak lancar jika
masa manfaat/masa transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.
6. Pengukuran Aset Biologis
Karena karakteristiknya yang berbeda dengan karakteristik aset yang lain, maka
dalam pengukurannya aset biologis memiliki beberapa pendekatan metode pengukuran.
Transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis membuat nilai aset biologis dapat
berubah sesuai dengan nilai transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis
tersebut.
Dari beberapa pendekatan tersebut pengukuran aset biologis berdasarkan nilai wajar
merupakan pendekatan pengukuran yang paling lazim dilakukan dan telah dijadikan
sebagai standar pengukuran aset biologis dalam IFRS.

Di dalam IFRS pernyataan tentang pengukuran aset biologis diatur dalam IAS 41.
Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset biologis harus
diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar
dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara
andal.
Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis tersebut pada pasar aktif.
Yang dimaksud dengan pasar aktif (active market) adalah pasar dimana item yang
diperdagangkan homogen, setiap saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi
normal dan dengan harga yang dapat dijangkau.
Yang termasuk ke dalam biaya penjualan adalah komisi untuk perantara atau penyalur
yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat
dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang
ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini.
Harga pasar di pasar aktif untuk aset biologis atau hasil pertanian adalah dasar yang
paling dapat diandalkan untuk menentukan nilai wajar dari aset. Jika tidak terdapat pasar
aktif, maka terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
wajar dari aset biologis, yaitu:
-harga pasar dari transaksi terkini, yang dilihat tidak memiliki perbedaan harga yang
cukup signifikan dari harga pada saat transaksi tersebut dibandingkan dengan pada saat
akhir periode atau pada saat dilakukan pengukuran terhadap aset biologis.
-harga pasar barang yang memiliki kemiripan dengan aset tersebut dengan melakukan
penyesuaian pada kemungkinan adanya perbedaan harga.
Jika kemudian dalam pengukuran aset biologis tidak ditemukan nilai wajar yang
dapat diandalkan, maka dasar pengukuran yang digunakan nilai sekarang dari arus kas
bersih yang diharapkan dari aset setelah didiskontokan dengan tarif pajak yang berlaku
pada pasar.
Dalam keadaan yang terbatas, biaya dapat menjadi indikator dari nilai wajar, hal ini
berlaku jika transformasi biologis telah terjadi sejak biaya perolehan telah dicatat, atau
terdapat efek yang tidak diharapkan yang terjadi akibat perubahan biologis yang sifatnya
material.
Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan aset biologis


tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis tersebut.
Pendekatan yang berbeda tentang pengukuran aset biologis tersebut dapat dilihat pada
peraturan

perpajakan

yang

tertuang

dalam

Peraturan

Menteri

Keuangan

No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan Atas Pengeluaran untuk Memperoleh Harta


Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu.
Pada pasal 1 ayat (2) dijelaskan tentang bentuk usaha tertentu yang dimaksud, yaitu:
a. bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam
lebih dari 1 (satu) tahun.
b. bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang
tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih
dari 1 (satu) tahun.
c. bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat
berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun.
Harta berwujud yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ni disebutkan pada pasal 1 ayat
(3), yaitu:
a. bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu, dsb.
b. bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras.
c. bidang usaha peternakan meliputi hewan ternak, dsb.
Aset biologis yang berupa hewan dan tanaman hidup, dapat digolongkan sebagai
harta berwujud sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (3) tersebut. Pengukuran
harta berwujud (aset biologis) dinilai berdasarkan besarnya pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud (aset biologis) tersebut. Yang termasuk pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud sesuai pernyataan pada pasal 2 ayat (1), yaitu: termasuk
biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan bibit dan memelihara bibit. Biaya yang
berhubungan dengan tenaga kerja tidak termasuk ke dalam pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud sesuai dengan pasal 2 ayat (2).


Dengan kata lain pengukuran aset biologis diperoleh dengan meng-kapitalisasi
semua pengeluaran yang sifatnya memberikan kontribusi secara langsung dalam
transformasi biologis dari aset biologis. Oleh sebab itu, pengeluaran yang berkaitan
langsung dengan transformasi biologis tidak dapat diakui lagi sebagai biaya karena telah
menjadi bagian dari nilai aset biologis tersebut.
7. Analisis Aset Biologis PT Gozco Plantations Tbk
PT Gozco Plantations Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
pengembangan dan pengoperasian perkebunan, perdagangan dan pengolahan kelapa
sawit dan minyak nabati (crude palm oil) melalui anak-anak perusahaan.
Selama tahun 2014, Gozco fokus untuk memberdayakan landbanknya, tidak ada
program menambah landbank, dan per akhir tahun 2014 landbank tetap seluas 68.000 Ha
terbagi 59.000 Ha dengan status APL dan 9.000 Ha dengan status HPK. Pengeluaran
modal untuk tanaman diarahkan untuk menambah Lahan tertanam dan meningkatkan
status tanaman yang ada. Per akhir tahun 2014, lahan tertanam dapat diperluas menjadi
sekitar 43.000 Ha, atau telah direalisasi tambahan lahan tertanam baru sekitar 1.000 Ha,
semua tambahan direalisasi di lahan inti. Selain tambahan tanaman baru, pada tahun 2014
telah direalisasi peningkatan status tanaman sekitar 6.700 Ha dari tanaman belum
menghasilkan

menjadi

tanaman

menghasilkan,

sehingga

luas

lahan

tanaman

menghasilkan per akhir tahun 2014 menjadi sekitar 32 ribu hektar, atau ada peningkatan
sekitar 27% dibanding posisi per akhir tahun lalu. Tentu, tambahan tanaman
menghasilkan ini akan menambah daya hasil panen tandan buah segar (TBS) bagi Gozco.
Rata-rata usia tanaman menghasilkan Gozco per akhir tahun 2014 adalah 6 tahun 1 bulan,
usia dimana Gozco masih defisit cashflow untuk biaya pemeliharannya dan untuk
pelunasan pinjaman investasi tanaman. Seiring semakin optimum yield panennya, surplus
cashlow dapat diestimasi dicapai pada dua atau tiga tahun kedepan
Hasil panen TBS inti tahun 2014 sebesar 165.000 ton. Dibanding hasil panen tahun
lalu, hasil panen tahun 2014 meningkat sebesar 18%. Peningkatan ini dikontribusi oleh

tambahan tanaman menghasilkan baru. Yield panen rata-rata selama tahun 2014 sebesar
8,41 ton per hektar. Yield ini terkoreksi belum optimum karena adanya tambahan lahan
tanaman menghasilkan usia dini. TBS diproses selama tahun 2014 sebanyak 213.000 ton.
Dibanding tahun lalu yang sebesar 224.000 ton, terjadi penurunan sekitar 5%, karena
penurunan pasokan TBS dari luar akibat seleksi ketat kualitas TBS-nya. Walaupun TBS
diproses turun, tetapi dari proses produksi dihasilkan CPO sebanyak 50.000 ton, atau naik
sekitar 2% dibanding hasil produksi tahun lalu yang sebesar 49.000 ton. Kenaikan hasil
produksi dikontribusi oleh peningkatan ekstraksi CPO yang mencapai sebesar 23,47%.
Ekstraksi CPO ini naik dibanding tahun 2013 yang sebesar 22,01%. Peningkatan ini
disebabkan oleh perbaikan seleksi ketat kualitas TBS luar yang dibeli. Total biaya
produksi dapat dikendalikan turun sekitar 1% dibanding tahun lalu, sehingga biaya
produksi CPO per ton yang tahun lalu sebesar Rp.5.968,- dapat ditekan menjadi sebesar
Rp.5.750,-. Penurunan terutama terjadi pada biaya pembelian TBS luar.
Realisasi penjualan tahun 2014 sebesar Rp.463 Milyar, naik sekitar 9% dibanding
tahun 2013. Peningkatan penjualan terutama karena kenaikan harga jual CPO yang dapat
direalisaikan Gozco. Peningkatan nilai penjualan juga karena adanya penjualan TBS,
hasil panen kebun inti Entitas anak di Kalimantan, dimana Gozco belum mempunyai
pabrik PKS-nya. Gross margin tahun 2014 sebesar Rp.138 Milyar atau meningkat tajam
59% dibanding tahun 2013 yang hanya sebesar Rp.87 Milyar. Peningkatan ini disebabkan
peningkatan penjualan dan penurunan biaya produksi seperti dijelaskan dimuka. Selama
tahun 2014, Gozco juga melakukan pengendalian biaya umum & administrasi, biaya
penjualan dan beban lainnya pada tingkat yang wajar, sehingga pada akhir tahun 2014
dapat direalisasi laba bersih tahun berjalan positif sebesar Rp.51 Milyar, atau laba yang
dapat diatribusikan ke Pemegang saham Gozco sebesar Rp.53 Milyar, atau Laba bersih
per saham sebesar Rp.8,79
Pada akhir tahun 2012, kebun GBS plasma sempat tergenang air yang disebabkan
oleh tingginya curah hujan dan juga karena belum selesainya program tanggul GBS pada
saat itu. Total area yang tergenang seluas 3.177,4 Ha. Setelah banjir surut dan dilakukan
sensus mortalitas, keputusan manajemen adalah untuk mempertahankan semua tanaman

sawit yang tergenang sambil diteliti lebih lanjut. Pada akhir 2014, dilakukan kembali
sensus mortalitas/kelayakan tanaman sawit yang pernah tergenang tersebut. Hasilnya
kurang lebih 20% tanaman yang berada di 3.177,4 Ha tsb sudah tidak layak atau sudah
tidak produktif. Dari 20% atau 650 Ha lahan yang sesuai rencana semula harus disulam,
sekitar 380 Ha (semua TT 2010) menurut syarat ISPO terlalu dekat dengan pinggiran
sungai karena seharusnya jarak antara tanaman sawit dengan pinggiran sungai minimal
adalah 50 meter. Mengingat saat ini Perusahaan sedang dalam proses persiapan sertifikasi

ISPO, maka area 380 Ha tsb diputuskan untuk tidak disulam.


Posisi lahan tertanam per akhir tahun 2014 sebagai berikut:
Lahan tertanam terdiri atas lahan dengan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM, usia
s/d 4 tahun) dan Tanaman Menghasilkan (TM, usia diatas 4 tahun). Total lahan tertanam
per akhir tahun 2014 seluas 41.635 Ha atau meningkat sebesar 2%, yang berarti ada
tanaman baru seluas 1.288 Ha dan pengurangan lahan Plasma seluas 380 Ha, atau ada

tambahan lahan bersih seluas 908 Ha. Lahan TM seluas 31.977 Ha atau bertambah 6.727
Ha. Porsi lahan TM sekitar 77% Ha tertanam. Tambahan lahan TM seluas 6,727 Ha
dimana lahan TBM berkurang 5.820 Ha karena meningkat statusnya menjadi TM, dan
ada tambahan lahan bersih seluas 908 Ha.

Perkembangan hasil panen buah tandan segar (TBS), pasokan TBS dari luar dan jumlah
TBS diproses selama 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut
Pasokan TBS Diproses berasal dari hasil panen kebun sendiri (inti) dan dari pasokan
(beli) hasil panen kebun luar termasuk kebun Plasma. Hasil panen TBS kebun inti tahun
2014 naik 18.808 Ton, atau 13%. Kenaikan panen tidak sebanding dengan tambahan luas
TM sebesar 6.727 Ha, atau 27%. Penurunan rasio hasil per Ha lahan dipanen kebun inti

menjadi sebesar 8,41 Ton per Ha terutama karena tambahan luas TM baru yang yield
panennya belum optimal. Jumlah TBS diproses tahun 2014 sebesar 213.309 Ton, atau
turun 5%. Penurunan Ton TBS diproses karena sejumlah 8.607 Ton hasil panen inti
dijual, dan turunnya pasokan TBS kebun luar sebesar 24.126 Ton, atau turun 30%.
Penjualan TBS hasil panen kebun inti terjadi di Kalimantan karena Entitas anak (PT.PAL
& PT.TSP) disana belum punya PKS.

Pertumbuhan aset Perseroan yang direalisasi selama 3 (tiga) tahun terakhir sebagai
berikut :

Total aset per akhir tahun 2014 sebesar Rp.3.232,64 Milyar, atau naik sebesar
Rp.31,54 Milyar, atau naik sekitar 1%. Aset Tanaman per akhir tahun 2014 sebesar

Rp.1.209,54 Milyar, atau turun sebesar Rp.24,32 Milyar, atau turun sekitar 2%. Aset
Tetap per akhir tahun 2014 sebesar Rp.502,04 Milyar, atau turun sebesar Rp.11,16
Milyar, atau turun sekitar 2%. Aset Lancar per akhir tahun 2014 sebesar Rp.206,17
Milyar, atau turun sebesar Rp.77,18 Milyar, atau turun sekitar 27% Aset lainnya per akhir
tahun 2014 sebesar Rp.1.314,89 Milyar, atau naik sebesar Rp.144,2 Milyar, atau naik
sekitar 12%.

Posisi aset, liabilitas dan ekuitas per akhir tahun selama 3 (tiga) tahun terakhir sebagai
berikut :

Pendanaan perolehan aset Perseroan per akhir tahun 2014 sebesar Rp.3.232,64
Milyar, sekitar 52% atau sebesar Rp.1.678,34 Milyar dari liabiltas, dan sisanya sekitar
48% atau sebesar Rp.1.554,30 Milyar dari ekuitas. Pendanaan dari liabilitas turun sebesar

Rp.19,47 Milyar atau turun sekitar 1%. Ekuitas per akhir tahun 2014 sebesar Rp.1.554,30
Milyar, atau naik sebesar Rp.51,01 Milyar atau naik sekitar 3%.
Kemampuan likuiditas dan solvabilitas Perseroan selama 3 (tiga) tahun terakhir sebagai
berikut :

Rasio likuiditas per akhir tahun 2014 sedikit dibawah satu, yang berarti liabilitas
lancar sebesar Rp.233,82 Milyar sedikit diatas jumlah aset lancar yang sebesar
Rp.206,17. Sebesar 66% liabilitas lancar, atau sebesar Rp.155,11 Milyar adalah liabilitas
terkait aktivitas operasi, dan sisanya Rp.78,71 Milyar adalah liabilitas terkait aktivitas
pendanaan yang jatuh temponya merata dalam setahun kedepan. Memperhatikan hal ini,
Perseroan meyakini dapat melunasi liabilitas lancarnya.Rasio solvabilitas per akhir tahun

2014 naik dibanding sebelumnya karena liabilitas mengalami penurunan and ekuitas
mengalami peningkatan.
KESIMPULAN
Aset biologis dalam PT Gozco terdiri dari 2 jenis aset tidak lancar, yaitu tanaman
perkebunan dan perkebunan plasma. Pos tanaman perkebunan terdiri dari tanaman
menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. Nilai buku atas tanaman perkebunan
diperoleh dari nilai tercatat tanaman menghasilkan ditambah tanaman belum
menghasilkan dan dikurangi dengan akumulasi penyusutan tanaman mengahasilkan.
Beban penyusutan tanaman menghasilkan dicatat dan disajikan sebagai bagian dari akun
Beban Pokok Penjualan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif konsolidasian.
Sedangkan untuk saldo akhir perkebunan plasma diperoleh dari saldo awal ditambah
reklasifikasi tanaman menghasilkan dan dikurangi penghapusan reklasifikasi ke tanaman
menghasilkan.

Você também pode gostar