Você está na página 1de 5

Managing Budgeting

Oleh :
Khasman Zaini

Defenisi dan Sejarah


Menurut Mulyadi (Bagus: 2010), anggaran adalah:
. Suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan
moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Gomes (Bagus: 2010), anggaran:
Merupakan dokumen yang berusaha untuk mendamaikan prioritas-prioritas program
dengan sumber-sumber pendapatan yang diproyeksikan. Anggaran menggabungkan
suatu pengumuman dari aktivitas organisasi atau tujuan untuk suatu jangka waktu yang
ditentukan dengan informasi mengenai dana yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut
atau untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan National Committee on Governmental Accounting (NCGA) Governmental
Accounting Standarts Board (GASB) (Wikipedia: 2010), mendefinisikan anggaran (budget)
sebagai berikut:
. Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan
sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah:
Suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya
dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukkan perolehan dan
penggunaan sumber sumber suatu organisasi. Jika definisi anggaran ini dikaitkan
dengan lembaga negara maka definisi ini menjadi, estimasi atas penerimaan yang akan
diterima dan pengeluaran/biaya yang akan datang oleh lembaga negara baik tingkat
pusat maupun tingkat daerah.
Istilah anggaran dalam bahasa inggris dikenal dengan kata Budget berasal dari bahasa
Prancis bougette yang artinya tas kecil (Edwards, et.al, 1959). Menurut sejarah, istilah itu
muncul merujuk pada peristiwa tahun 1733 ketika Menteri Keuangan Inggris menyimpan
proposal keuangan pemerintah yang akan dilaporkan kepada parlemen dalam sebuah tas
kulit kecil. Anggaran umumnya dibuat dalam jangka pendek, yaitu untuk durasi waktu satu
tahunan atau kurang. Suatu anggaran harus terorganisasi secara rapi, jelas, rinci dan
komprehensif. Proses penganggaran harus dilakukan secara jujur dan terbuka serta
1

Mahasiswa Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada.

* Disusun untuk mata kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Publik, Oktober 2014

dilaporkan dalam suatu struktur yang mudah dipahami dan relevan dalam proses
operasional dan pengendalian lembaga negara.

Management budget zaman Orde Baru dengan Era Reformasi


Ada perbedaan yang cukup mencolok antara Management budget zaman Pemerintahan
Orde Baru dengan Era Reformasi di Indonesia. Pada masa orde baru, kebijakan yang sangat
sentralistik menyebabkan management budget hanya dikelola oleh satu atau beberapa
organisasi yang ditunjuk. Anggaran rutin dikontrol oleh Departemen Keuangan sedangkan
besarnya

anggaran

pembangunan,

struktur

pembelanjaannya

maupun

alokasinya

dikendalikan oleh Bappenas. Dengan sistem politik otoriter, sistem pemerintahan yang
sentralistis dan ekonomi yang relatif tertutup dan sistem kredit perbankan selektif, pada
waktu itu, Indonesia menjalankan sistem perencanaan yang sentralistis.
Pola pemerintahan yang sangat sentralistik ini mengakibatkan adanya ketimpangan
pendapatan dan pengelolaan antara keuangan daerah dan pusat. Sumber daya yang cukup
potensial yang dimiliki oleh daerah sebagian besar dikirim ke pusat, sehingga daerah
mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada pusat.
Sistem penganggaran yang dipakai masa Orde Baru adalah metoda tradisional atau item
line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian
kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih
dititikberatkan

pada kebutuhan

untuk belanja/pengeluaran

dan sistem pertanggung

jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif
dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja pada periode tertentu namun jika
anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Konsep
ini dikenal juga dengan Anggaran Berimbang atau balanced budget. Tahun anggaran pada
masa Orba dimulai 1 April 31 Maret.
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang
digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini
tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan
yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/
pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana
tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan
hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja
namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut
gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan
sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari
pelayanan.
2

Ancaman disintegrasi bangsa semakin meningkat pada akhir tahun 1999 dan awal tahun
2000. Era reformasi melahirkan kebijakan desentralisasi sebagai angin segar pemerintahan
daerah. Dengan desentralisasi ini berarti pemerintah daerah memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan
keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan.
Perbaikan

transparansi

dan

akuntabilitas

fiskal

merupakan

salah

satu

kunci

bagi

keberhasilan perombakan sistem sosial yang dilakukan selama era reformasi. Dalam era
Orde baru transparansi dan akuntabilitas pemerintahan terpuruk. tidak adanya informasi
tentang aset dan hutang negara, dan pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang
tidak konsisten dan tidak memadai. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, pemerintah era reformasi telah melakukan koreksi secara
menyeluruh. Salah satu upaya yang dilakukan menyusun paket undang-undang keuangan
negara yaitu Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
nomor 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Sistem penganggaran yang digunakan pasca reformasi adalah Anggaran Berbasis
Kinerja yaitu kebijakan anggaran yang berorientasi pada output/hasil dari alokasi dana
yang tersedia/input. Tahun anggaran pada masa Orba dimulai 1 Januari 31 Desember.

Centra Holder Budget di AS dan di Indonesia


Di AS, Centra Holder Budget (CHB) berbentuk sebuah tim kerja yang berada langsung
dibawah koordinasi Presiden, tugasnya adalah memastikan ketersediaan anggaran untuk
melaksanakan visi, misi, dan program yang dimiliki presiden. Personil Centra Holder Budget
diisi oleh para profesional/akademisi yang berstatus kontrak. Centra Holder Budget inilah
yang melakukan konsultasi dan koordinasi dengan parlemen pada saat pengesahan
anggaran.
Sedangkan di Indonesia, tidak ada Centra Holder Budget. Instansi yang tugasnya mendekati
fungsi

CHB

adalah

Perencanaan

Pembangunan

Nasional

(BAPPENAS).

Hanya

saja

personilnya merupakan PNS akan tetapi dengan berlakunya UU nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, maka para profesional/akademis bisa menjalankan fungsi ini
dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Saat konsultasi dan
koordinasi dengan DPR, Bappenas tidak langsung bertemu dengan DPR tetapi langsung oleh
wakil-wakil dari Kementerian/Instansi terkait.

Manfaatnya Incremental Budget dan Zero Based Budget

Incremental

Budgeting

adalah

sistem

anggaran

belanja

dan

pendapatan

yang

memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan
anggaran periode tahun yang akan datang.
Angka di pos pengeluaran merupakan pembanding (kenaikan) dari angka periode
sebelumnya. Permasalahan yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan/
penurunan (incremental) dari angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem anggaran
ini adalah bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan dari
tahun sebelumnya.
Manfaat Incremental Budget, proses penyusunan lebih mudah karena hanya menambahkan
dari anggaran sebelumnya, akan tetapi penyusunan anggaran tidak didasarkan pada
kebutuhan.

Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada
perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan
dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi tahun
yang bersangkutan. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah :
1. Identifikasi inti keputusan.
2. Membangun paket keputusan
3. Mereview peringkat paket keputusan
Manfaat

ZBB,

Kebutuhan

suatu

program

dapat

direncanakan

dengan

baik

karena

berorientasi pada tujuan dan hasilnya. Karena tidak berdasarkan pada asumsi, maka
diharapkan penyusunannya sesuai dengan apa yang ada di lapangan, walaupun akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya apabila terjadi perubahan yang cepat pada
perekonomian, misalnya harga barang.

Perbedaan Zero Based Budget dengan Anggaran berdasarkan Kinerja


Zero-Based Budget, menekankan pada sistem dan proses perencanaan yang benar sesuai
dengan apa yang ada di lapangan. Sedangkan Anggaran Berbasis Kinerja, menekankan
pada optimalisasi output/hasil dari alokasi dana yang tersedia/input.

Referensi:
4

1. Bagus, Denny, 2010, Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe, Anggaran,
http://jurnal-sdm.blogspot.com......, diakses tanggal 13 Oktober 2014.
2. Megani, anggia, 2012, Perbandingan Sistem Keuangan Pada Masa Orde Baru dan
Reformasi, http://anggia-megani.blogspot.com...., diakses tanggal 11 Oktober 2014.
3. Sari, Rahma Prafinta, 2012, Penganggaran Pemerintah Dan Penganggaran Daerah Di
Indonesia, http://accountingarea.blogspot.com......, diakses tanggal 12 Oktober 2014.
4. Syahruddin,
Reformasi
Penganggaran
Negara:
Sebuah
Paradigma
Baru,
www.unand.ac.id/id/media/download/doc/195/raw, diakses tanggal 22 Oktober 2014.
5. -----, www.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Sektor_Publik, diakses tanggal 28 September
2014.
6. -----, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara.
7. -----, Latar Belakang Penerapan Performance Based Badgeting System di Indonesia,
http://kanjengmasarif.blogspot.com......., diakses tanggal 11 Oktober 2014.
8. ----, Sistem Administrasi keuangan pada masa orde baru dan pada masa reformasi,
http://jaduljadul.blogspot.com/2009/05/sistem-administrasi-keuangan-pada-masa.
html......., diakses tanggal 11 Oktober 2014.

Você também pode gostar