Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Khasman Zaini
* Disusun untuk mata kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Publik, Oktober 2014
dilaporkan dalam suatu struktur yang mudah dipahami dan relevan dalam proses
operasional dan pengendalian lembaga negara.
anggaran
pembangunan,
struktur
pembelanjaannya
maupun
alokasinya
dikendalikan oleh Bappenas. Dengan sistem politik otoriter, sistem pemerintahan yang
sentralistis dan ekonomi yang relatif tertutup dan sistem kredit perbankan selektif, pada
waktu itu, Indonesia menjalankan sistem perencanaan yang sentralistis.
Pola pemerintahan yang sangat sentralistik ini mengakibatkan adanya ketimpangan
pendapatan dan pengelolaan antara keuangan daerah dan pusat. Sumber daya yang cukup
potensial yang dimiliki oleh daerah sebagian besar dikirim ke pusat, sehingga daerah
mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada pusat.
Sistem penganggaran yang dipakai masa Orde Baru adalah metoda tradisional atau item
line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian
kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih
dititikberatkan
pada kebutuhan
untuk belanja/pengeluaran
jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif
dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja pada periode tertentu namun jika
anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Konsep
ini dikenal juga dengan Anggaran Berimbang atau balanced budget. Tahun anggaran pada
masa Orba dimulai 1 April 31 Maret.
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang
digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini
tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan
yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/
pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana
tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan
hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja
namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut
gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan
sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari
pelayanan.
2
Ancaman disintegrasi bangsa semakin meningkat pada akhir tahun 1999 dan awal tahun
2000. Era reformasi melahirkan kebijakan desentralisasi sebagai angin segar pemerintahan
daerah. Dengan desentralisasi ini berarti pemerintah daerah memiliki kemampuan dan
kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan
keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan.
Perbaikan
transparansi
dan
akuntabilitas
fiskal
merupakan
salah
satu
kunci
bagi
keberhasilan perombakan sistem sosial yang dilakukan selama era reformasi. Dalam era
Orde baru transparansi dan akuntabilitas pemerintahan terpuruk. tidak adanya informasi
tentang aset dan hutang negara, dan pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang
tidak konsisten dan tidak memadai. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, pemerintah era reformasi telah melakukan koreksi secara
menyeluruh. Salah satu upaya yang dilakukan menyusun paket undang-undang keuangan
negara yaitu Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
nomor 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Sistem penganggaran yang digunakan pasca reformasi adalah Anggaran Berbasis
Kinerja yaitu kebijakan anggaran yang berorientasi pada output/hasil dari alokasi dana
yang tersedia/input. Tahun anggaran pada masa Orba dimulai 1 Januari 31 Desember.
CHB
adalah
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(BAPPENAS).
Hanya
saja
personilnya merupakan PNS akan tetapi dengan berlakunya UU nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, maka para profesional/akademis bisa menjalankan fungsi ini
dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Saat konsultasi dan
koordinasi dengan DPR, Bappenas tidak langsung bertemu dengan DPR tetapi langsung oleh
wakil-wakil dari Kementerian/Instansi terkait.
Incremental
Budgeting
adalah
sistem
anggaran
belanja
dan
pendapatan
yang
memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan usulan
anggaran periode tahun yang akan datang.
Angka di pos pengeluaran merupakan pembanding (kenaikan) dari angka periode
sebelumnya. Permasalahan yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan/
penurunan (incremental) dari angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem anggaran
ini adalah bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan dari
tahun sebelumnya.
Manfaat Incremental Budget, proses penyusunan lebih mudah karena hanya menambahkan
dari anggaran sebelumnya, akan tetapi penyusunan anggaran tidak didasarkan pada
kebutuhan.
Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada
perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan
dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam visi tahun
yang bersangkutan. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah :
1. Identifikasi inti keputusan.
2. Membangun paket keputusan
3. Mereview peringkat paket keputusan
Manfaat
ZBB,
Kebutuhan
suatu
program
dapat
direncanakan
dengan
baik
karena
berorientasi pada tujuan dan hasilnya. Karena tidak berdasarkan pada asumsi, maka
diharapkan penyusunannya sesuai dengan apa yang ada di lapangan, walaupun akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya apabila terjadi perubahan yang cepat pada
perekonomian, misalnya harga barang.
Referensi:
4
1. Bagus, Denny, 2010, Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe, Anggaran,
http://jurnal-sdm.blogspot.com......, diakses tanggal 13 Oktober 2014.
2. Megani, anggia, 2012, Perbandingan Sistem Keuangan Pada Masa Orde Baru dan
Reformasi, http://anggia-megani.blogspot.com...., diakses tanggal 11 Oktober 2014.
3. Sari, Rahma Prafinta, 2012, Penganggaran Pemerintah Dan Penganggaran Daerah Di
Indonesia, http://accountingarea.blogspot.com......, diakses tanggal 12 Oktober 2014.
4. Syahruddin,
Reformasi
Penganggaran
Negara:
Sebuah
Paradigma
Baru,
www.unand.ac.id/id/media/download/doc/195/raw, diakses tanggal 22 Oktober 2014.
5. -----, www.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Sektor_Publik, diakses tanggal 28 September
2014.
6. -----, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara.
7. -----, Latar Belakang Penerapan Performance Based Badgeting System di Indonesia,
http://kanjengmasarif.blogspot.com......., diakses tanggal 11 Oktober 2014.
8. ----, Sistem Administrasi keuangan pada masa orde baru dan pada masa reformasi,
http://jaduljadul.blogspot.com/2009/05/sistem-administrasi-keuangan-pada-masa.
html......., diakses tanggal 11 Oktober 2014.