Você está na página 1de 7

CARPAL TURNER SINDROM PADA PEKERJA KONVEKSI

DI KARYA 3 DIMENSI
Abdullah Ahmad
Kedokteran Okupasi, Bagian Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Muslim Indonesia

Latar Belakang : Dalam kehidupan sehari-hari sering kita banyak temui berbagai pekerjaan
yang bisa menimbulkan permasalahan seperti penyakit yang berhubungan dengan otot dan
rangka atau yang dikenal sebutan musculoskeletal disorders(MSDs) dan salah satunya adalah
pekerjaan tukang jahit. Biasanya istilah yang termasuk dalam keluhan muskuloskeletal akibat
kerja (work related musculoskeletal disorder) adalah Cumulative Trauma Disorder (CTD),
Repetitive Motion Illness (RMI), dan Repetitive Strain Injury (RSI). Carpal turner sindrome
merupakan salah satu jenis cunzmulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan
terjebaknya nervus medianus dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan dengan
gejala nyeri, kebas dan kesemutan pada jari-jari dan tangan di daerah persarafan nervus
medianus.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional melalui proses walk through survey. Sampel berasal dari tempat usaha konveksi
KARYA 3 DIMENSI. Sasaran adalah pekerja yang melakukan gerakan yang menimbulkan
tekanan biomekanik berulang pada tangan dan pergelangan (bagian pemotongan, penjahitan,
perapian, membuat pola dan pengepakan).
Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan hasil
bahwa dari ke tujuh pekerja sering mengalami rasa kebas pada bagian tangan dan pergelangan
tangan
Hasil : Prevalensi terjadinya CTS hampir mendekati angka 100% terjadi pada pekerja di
KARYA 3 DIMENSI. Faktor yang dominan adalah faktor ergonomic yaitu Pegal pada bagian
lengan pergelangan tangan ini bisa disebabkan oleh aktivitas menjahit yang monoton,
sehingga bisa menyebabkan pegal-pegal pada bagian lengan dan pergelangan tangan.
Kesimpulan : Faktor ergonomic merupakan faktor yang sangat mendukung timbulnya
keluhan kebas pada pekerja di bagian penjahitan, pemotongan bahan dan pengukuran model.
Hal ini disebabkan pejanan repetitive motion pada lengan dan tangan dalam jangka waktu 10
kali permenit beresiko menyebabkan keluhan carpal turner sindrome.

LATAR BELAKANG

Silverstein dan peneliti lain melaporkan

Carpal turner syndrome (CTS)

adanya hubungan positip antara keluhan

adalah salah satu jenis cummulative

dan gejala CTS dengan faktor kecepatan

trauma disorders (CTD) yang disebabkan

menggunakan alat dan faktor kekuatan

terjebaknya

nervus

melakukan gerakan pada tangan (7,8).

terowongan

carpal

medianus
pada

dalam

pergelangan

Carpal tunnel syndrome menjadi

tangan dengan gejala nyeri, kebas dan

pusat perhatian peneliti oleh karena

kesemutan pada jari-jari dan tangan di

merupakan salah satu jenis CTD yang

daerah persarafan nervus medianus (1).

paling cepat menimbulkan kelainan pada

National Health Interview Study

pekerja, berupa kecacatan yang selain

(NIHS) nmemperkirakan bahwa prevalensi

menyebabkan

CTS yang dilaporkan sendiri di antara

membatasi

populasi dewasa adalah sebesar l,55%

tangan dan tangan sehingga berpengaruh

(1)

(2,6juta) .

nyeri,

dapat

fungsifungsi

pula

pergelangan

terhadap pekerjaan sehari-hari.Di pihak

Penelitian lain melaporkan CTS

pengusaha menimbulkan kerugian akibat

adalah salah satu dari 3 jenis penyakit

menurunnya produktivitas, pengeluaran

yang tersering di dalam golongan CTD

meningkat

dengan prevalensi sebesar 40%, sedangkan

pengobatan dan pembayaran ganti rugi

CTD merupakan penyebab lebih dari 50%

karena

penyakit akibat kerja pada ekstremitas atas

pekerja(5). Sebagai contoh, Biro statistik

(2,3)

pekerja di Amerika Serikat mencatat lebih

.
Di Indonesia, unitan prevalensi

dalam

bentuk

keterbatasan

dan

biaya
kecacatan

dari 60% klaim ganti rugi yang diterima

CTS dalam masalah kerja belum diketahui

berhubungan

karena sampai tahun 2001 masih sangat

pergelangan tangan dan tangan tennasuk

sedikit diagnosis penyakit akibat kerja

CTS.

yang dilaporkan karena berbagai hal,


antara lain sulitnya diagnosis (4).
Penelitian pada pekerjaan dengan

di Indonesia, diperkirakan kemungkinan


jumlah CTS di kalangan pekerja lebih
besar,

tangan melaporkan prevalensi CTS antara

kebenaran

5,6% sampai dengan 15%

kelainan

Dengan melihat kegiatan industri

risiko tinggi pada pergelangan tangan dan


(5,6)

dengan

angka-angka
belum

yang

mendekati

dimiliki,

sehingga

. Penelitian

tindakan pencegahan belum mendapat

Harsono pada pekerja suatu perusahaan

prioritas, sedangkan prognosis CTS lebih

ban di Indonesia melaporkan prevalensi

baik

CTS pada pekerja sebesar 12,7% (5).

mungkin sehingga dipandang perlu untuk

bila

dapat

didiagnosis

sedini

melakukan penelitian mengenai CTS dan

dan

rasa

pegal

upaya pengendaliannya.

pergelangan tangan

pada

tangan

dan

tersebut, telah

Umur termuda dalam penelitian ini

dilakukan penelitian pada pekerja di

18 tahun, namun tidak mengalami keluhan

perusahaan garmen dengan pertimbangan

yang sama.karena waktu bekerja kurang

banyak pekerjaan yang dilakukan dengan

dari 3 bulan.

Berdasarkan hal

Penelitian

pergelangan tangan dan tangan yang

pada

studi

cross

dapat menimbulkan CTS, dengan tujuan

sectional terdapat beberapa kelemahan

diperolehnya prevalensi CTS di beberapa

yaitu

perusahaan

tekanan

didapatkan, berat- ringannya kasus yang

biomekanik berulang pada tangan dan

sulit ditentukan karena keterbatasan sarana

pergelangan

diperoleh

pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang

hubungan antara umur, jenis kelamin,

didapatkan untuk melanjutkan survey.

masa kerja, tekanan biomekanik berulang

Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak

dengan CTS.

menggambarkan

garmen,

besar

tangan,

dan

kurangnya

jumlah

kasus

perjalanan

yang

penyakit,

insiden, maupun prognosis penyakit.


Bahan yang digunakan pada survei

METODE PENELITIAN
Penelitian

ini

menggunakan

ini adalah checklist

yang di buat.

dengan

Checklist ini dibuat berdasarkan informasi

pendekatan cross sectional melalui proses

yang diperlukan daripada tujuan survei ini

walk through survey. Sampel berasal dari

dilakukan. Pada survei ini, informasi yang

tempat

diperlukan adalah ada tidaknya faktor

metode

penelitian

usaha

deskriptif

konveksi

KARYA

hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat

DIMENSI.
Sasaran adalah

pekerja yang

pelindung

diri

yang

digunakan,

melakukan gerakan yang menimbulkan

ketersediaan obat p3k di tempat kerja,

tekanan biomekanik berulang pada tangan

keluhan

dan pergelangan (bagian pemotongan,

pekerja dan upaya pengetahuan mengenai

penjahitan, perapian, penggosokkan dan

K3 kepada pekerja konveksi.


Peralatan

pengawasan).
Distribusi
berdasarkan

atau

jenis

sampel

penelitian

pekerjaan

yang

penyakit

yang

yang

diperlukan

dialami

untuk

melakukan walk through survey antara


lain:

dilakukan, didapatkan hasil 6 dari 7

- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai

pekerja mengeluh pernah mengalami kebas

media untuk pencatatan selama survei


jalan sepintas.

- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat


untuk

memotret

kegiatan

dan

lingkungan usaha konveksi.


- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk
mendapatkan

data

primer

mengenai survey jalan sepintas yang


dilakukan.

pengawas tentang K3,


memahami pekerjaan dan tugastugas

pekerja,

mengantisipasi

dan

mengenal potensi bahaya yang ada dan


mungkin akan timbul di tempat kerja atau
pada petugas dan menginventarisir upaya-

Cara survey yang dilakukan adalah dengan


menggunakan

Walk

Through

Survey.

Teknik Walk Through Survey juga dikenali


sebagai Occupational Health Hazards.
Untuk melakukan survei ini, dapat dimulai
dengan mengetahui tentang manejemen
perencanaan

mendengarkan pandangan pekerja dan

yang

benar,

berdiskusi

upaya K3 yang telah dilakukan mencakup


kebijakan

K3,

upaya

pengendalian,

pemenuhan peraturan perundangan dan


sebagainya.
Survey dilakukan di usaha konveksi
KARYA 3 DIMENSI selama 1 minggu
( 23 mei 2016 27 mei 2016 ), yaitu :

tentang tujuan melakukan survey, dan


menerima keluhan-keluhan baru yang

Tanggal

Kegiatan

releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang
bagaimana

bahaya

merupakan

dapat

sebagai

Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina


Pengarahan kegiatan

Pembuatan proposal walk through

survey
Walk through survey
Pembuatan laporan Walk through

survey
Pembuatan status okupasi

26 Mei 2016

Pembuatan jurnal okupasi

27 Mei 2016

Presentasi laporan walk through survey

23 Mei 2016

timbul,

hasil

dari

24 Mei 2016

penyelenggaraan kegiatan Walk Through


Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya

25 Mei 2016

dan lamanya paparan bahaya terhadap


pekerja.
Pihak okupasi kesehatan dapat
kemudian merekomendasikan monitoring
survei untuk memperoleh kadar kuantitas
eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
risk assessment.
Walk Through Survey ini adalah
bertujuan

untuk

memahami

produksi,

denah

tempat

kerja

proses
dan

lingkungannya secara umum. Selain itu,

HASIL
Pada penelitian ini diambil sampel
dalam berbagai jenis pekerjaan di tempat
usaha konveksi dan dari perhitungan sampel
didapatkan sampel sebanyak 7 (total jumlah
pekerja).

Dari

rencana

waktu

yang

telah

(5)

ratarata 2 tahun

. Harsono melaporkan

ditetapkan, terkumpul data yang didaptkan dari

terjadi peningkatan secara proporsional

check list yang dibuat. Dari hasil check list

antara peningkatan masa kerja dengan

diperoleh 6 pekerja mengalami rasa kebas dan

peningkatan terjadinya CTS, walaupun

rasa pegal pada tangan dan pergelangan tangan


dimana ke 6 pekerja telah bekerja lebih dari 5
tahun di bidang konveksi. Ke 5 dari 6 pekerja
semuanya perempuan. Sisanya 1 pekerja tidak
mengalami keluhan apapun karena masa kerja

tidak bermakna.
Berdasarkan penelitian Tirsa Iriani
Maya Rina tentang hubungan repetitive
motion dengan keluhan carpal tunnel
syndrome pada pekerjaan menjahit di

kurang dari 3 bulan.


Prevalensi terjadinya CTS

adalah

bagian konveksi di Pt. Dan liris sukoharjo

85,72 % terjadi pada pekerja di usaha konveksi

didapatkan hasil :

KARYA 3 DIMENSI. Faktor yang dominan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa

adalah faktor ergonomic yaitu posisi kerja

100% responden mengalami keluhan

yang berdiri, membungkuk, jongkok, dan

carpal turner sindrome sehingga dapat

pergerakan tangan yang repetitive seperti


mengukur,

menggunting,

melipat

dan

yang

telah

menggambar pola.
Berdasarkan

data

didapatkan, ditemukan : Faktor psikososial


merupakan faktor yang sangat mendukung
adanya keluhan

rasa kebas dan rasa pegal

pada tangan dan pergelangan tangan, hal ini

diartikan ada hubungan yang sangat


signifikan antara repetitive

dengan keluhan carpal turner sindrome


pada pekerjaan menjahit di bagian
konveksi

kerja

untuk menyelesaikan

semakin

sehingga di butuhkan kecepatan dan ketepatan


dari anggota gerak pekerja terutama tangan
dan pergelngan tangan. Hal ini sesuai dengan

penelitian

Silverstain

dkk

yang

PT.

DAN

LIRIS

SUKOHARJO.
Apabila masa kerja lama, maka tenaga

disebabkan terkadang pekerja di kejar target


pesanan konsumen

motion

terpajan

repetitive

banyak,

keparahan

motion

sehingga

keluhan

carpal

skor
turner

sindrome semakin tinggi.


Pertambahan umur dapat memperbesar
resiko

terjadinya

carpal

turner

dan

sindrome, berkaitan dengan kondisi

besar tekanan biomekanik berhubungan

fisik yang semakin melemah dan

dengan CTS. Hubungan terkuat diperoleh

pengaruh perubahan hormonal pada

antara CTS dengan faktor kecepatan (8).

masing-masing individu.

melaporkan

kecepatan

gerak

Berdasarkan kepustakaan dikatakan

Berdasarkan

hasil

rumus

masa kerja minimal sebelum terjadinya

determinan,

CTS berkisar antara 1-4 tahun dengan

repetitive motion dengan keluhan carpal

sumbangan

koefisien
hubungan

turner sindrome sebesar 99,2%. Sedangkan

dapat menilai secara keseluruhan penyebab

0,8% dipengaruhi oleh faktor lain (tekanan

dari keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

mekanik pada tendon, sikap kerja kaku dan

Akhirnya kami berasumsi bahwa

aneh, getaran lokal berfrekuansi bebas, dan

bila terdapat gejala kecenderungan nyeri

sarung tangan karet yang sempit).

musculoskeletal

dan

mental-emosional

pada responden dengan hasil survey


KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian
terlepas

dari

keterbatasan

ini

diagnosis nyeri dan penyakit akibat kerja

tentunya

keterbatasan,

tidak

tidak menunjukkan nilai yang berarti ,

adapun

maka tidak menutup kemungkinan keluhan

dari penelitian ini adalah

yang

dirasakan

pasien

juga

karena

checklist yang dibuat hanya menentukan

kontrribusi dari faktor individu dan faktor

hubungan penyakit akibat kerja tapi tidak

lingkungan lain, selain lingkungan tempat

dapat

kerja.

menentukan

ringannya

insidens,

penyakit,

dan

berat

prognosis

penyakit.

Penelitian

ini

juga

tidak

mengklasifikan berat ringannya penyakit,

Keterbatasan lainnya adalah tidak

berdasarkan keluhan dari pekerja, juga

dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh

tidak dapat menentukan penatatalaksanaan

terhadap

yang tepat untuk mencegah keluhan dari

seluruh

keterbatasan

sarana

responden,

karena

pemeriksaan,

dan

pekerja, juga tidak dapat menentukan

keterbatasaan waktu penelitian, karena

penatalaksanaan

yang

tepat

untuk menganalisa faktor terjadinya kasus

mencegah atau mengurangi keluhan

untuk

penyakit nyeri punggung bawah perlu


diketahui riwayat penyakit terdahulu dan
riwayat pekerjaan di tempat lain yang
mungkin berhubungan dengan keluhan
yang dirasakan sekarang.
Selain itu checklist yang hanya
terfokus pada faktor penyebab penyakit
akibat kerja, tidak memenuhi semua poinpoin yang diperlukan untuk mendiagnosis
penyakit dari keluhan yang dirasakan.
Perlu penelitian yang lebih mendalam dan
pemeriksaan yang lebih lengkap untuk

DAFTAR PUSTAKA
1. Tanaka S, Deanna K W, Seligman PJ.
Prevalence and Work-relatedness of
Self
Reported
Carpal
Tunnel
Syndrome
Among
U.S.Workers:
Analysis
of
The
ccupational
HealthSupplement Data of 1988
National HealthInterview Survey. Am
J Ind Med, 1995; 27:45 1-470.
2. Barbieri
PG.
Epidemic
of
Musculotendemous Pathologies of
The Upper Limbs ( Cumulative

3.

4.

5.

6.

7.

trauma Disorders ) in Group of


Assembly workers. 1993; Mid-Lav,
Nov-Dec, 1993; 487-500.
Mahoney J. Cummulative Trauma
Disorders
and
Carpal
Tunnel
Syndrome: Sorting out the Confusion.
Can J Plast Surg 1995; 3(4): 185- 189.
Yanri Z. Evaluasi Pelaksanaan
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
di Indonesia. Seminar Sehari Nasional
Surveilans Kesehatan Peke rja.
Jakarta; 2001.p.9
Harsono
WR.
Carpal
Tunnel
Syndrome at Workers Who Were
Exposed by Repeated Biomechanical
Pressures at Hand and Wrist in Tire
Industry RSIN Company. 1995
Chiang HO. Prevalence of Shoulder
and Upper Limbs Disorders Among
Workers in the Fish Processing
Industry.
Scand-J-WorkEnvironment-Health, 1993, April;l9
( 2): 126- 131.
Young VL, Scaton M K. Detecting
Cumulative Trauma Disorders in

Workers Performing Repetition Tasks.


Am J Ind Med, 1995,27; 4 19-431.
8. Silvertein BA, Fins L'J. Occupational
Factors and CTS. Am J Ind Med,
1987, 1 1;343- 58.
9. Lwanga, Yook Tye Cho, Oyeni 0. In:
Sampling and Estimating Population
Values. 2nd ed. Geneva World Health
Organization; 1998. p.66-7

Você também pode gostar