Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Schwartz JJ, Rosenbaum SH: Anasteshia and the endocrine system. In Barash PG,
Cullen BF, Stoelting RK : Clinical Anasthesia, pp . 1129-1151. Philadelphia,
Lippincott williams dan Wilkins, 2006
Pemahaman
mengenai
patofisiologi
fungsi
endokrin
penting
dalam
Kelenjar Thyroid
A. Metabolisme dan Fungsi Thyroid
1.
1. Iodium memenuhi
kelenjar tiroid
+
Kelenjar tiroid
I0
2. Oksidasi iodium
membentuk tryosine
3. Oksidasi
+
Sisa Tyrosine
Thyroglobin
Monoiodotyrosin
Diiodotyrosin
Thyroglobulin
Thyroglobulin
Thyroglobulin
Monoiodotyrosin
Intraseluler
Diiodotyrosin
Diiodotyrosin
Diiodotyrosin
T3
4. Pelepasan & siklus
T4
Thyroglobulin
Thyroglobulin
Thyroglobulin
T4
T3
(Proteolisis)
Sisa Tyrosine
TSH
TSH
Siklus
Plasma T3 dan T4
Iodium
Gbr. 41-1. Gambaran skematik 4 tahap dalam sintesis & pelepasan hormon Tiroid
Tabel 41-1:
PENGARUH TRIODOTHYRONIN PADA KONSENTRASI RESEPTOR
Serum tiroksin
Serum triodothyroni
Pembentukan
stimulasi
Hormon thyroid
hormon
thyroid
rata-rata
Hiperthyroidisme meningkat
meningkat
meningkat
normal
atau rendah
Hypothyroidisme
Primer
rendah
normal-rendah
rendah
meningkat
Hypothyroidisme
Sekunder
rendah
rendah
rendah
rendah
Peny.euthyroidisme normal
rendah
Normal
Normal
Melahirkan
Normal
rendah
Normal
meningkat
C. Hyperthyroidisme
1.
Tabel 41-3 :
PERSIAPAN PASIEN HYPERTHYROID
-
pengeluaran
hormon)
efektif
mengubah
Esmolol
hal
pembedahan.
tersebut
mencegah
respon
berlebihan
terhadap
2.
b.
Tabel 41-4 :
KOMPLIKASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BEDAH THYROID
Badai
tiroid
berbeda
dari
hypertermia
malignant,
Hypoparathyroidisme (gejalanya menghasilkan hypocalemia dijumpai 2448 jam dan menimbulkan laryngospasme)
Tabel 41-5 :
Cairan intravena
d.
D. Hypothyroidisme
1.
Hypothyroidisme
merupakan
salah
satu
penyakit yang relatif umum (0,5-0,8% pada orang dewasa) yang merupakan
hasil dari tingkat sirkulasi T4 dan atau T3 yang tidak adekuat (Tabel 41-6).
Tabel 41-6 :
MANIFESTASI HYPOTHYROIDISME
Lesu
Vasokonstriksi perifer
2.
Belum
ada
bukti
yang
mendukung
penundaan
operasi
c.
II.
Kelenjar Parathyroid
A.
Fisiologi kalsium
Sekresi hormon parathyroid di regulasi oleh konsentrasi serum ion kalsium
( mekanisme umpan balik negatif) untuk mempertahankan jumlah kalsium
pada tingkatan normal (8,8-10,4 mg/dl).
B.
Hyperparathyroidisme
1.
2.
pada
neuromuskular
juncton.
Hati-hati
dalam
Hyporparathyroidisme
Tanda klinisnya berupa manifestasi hypokalsemia, dan penanganannya adalah
dengan pemberian kalsium glukonate (10-20 ml setiap 10% larutan IV) (Tabel
41-8)
Tabel 41-8 :
Gejala Hypocalsemia :
Iritasi jaringan saraf
Spasme otot skeletal
Gagal jantung kongestif
Perpanjang interval Q-T dalam elektrokardiogram
III.
Korteks Adrenal
A.
B.
Kelebihan
mineralokortikoid
perlu
dipertimbangkan
pada
pasien
Anti inflamasi
Mineralokortikoid
1,0
1,0
20,0
Kortisone
0,8
0,8
25,0
Prednison
4,0
0,25
5,0
Predisolone
4,0
+/-
5,0
Metil prednisolon
5,0
+/-
4,0
5,0
+/-
4,0
30
+/-
0,75
Osteopenia
Hyperglikemia
Perubahan emosional
E.
b.
c.
10
Tabel 41-11 :
Penanganan pada Pasien yang Menjalani Adrenalektomi
-
Mengatur hipertensi
Kontrol diabetes
Menurunkan dosis awal relaksan otot jika otot skelet menjadi lemah.
Tabel 41-12 :
Aturan Pemberian Suplemen Steroid
Fisiologis ( pendekatan Dosis Rendah)
Kortisol 25 mg IV sebelum induksi anastesi, diikuti infus lanjut ( 100 mg
setiap 24 jam)
Suprafisiologis
Kortisol 200-300 mg IV dibagi dosis pada hari operasi
d.
2. Identifikasi
pasien
yang
membutuhkan
suplemen
steroid
tidak
11
IV.
Medula Adrenal
A.
Tabel 41-13 :
MANIFESTASI FEOKROMOCYTOMA
hipertermia malignan
kardiak distritmiosis
kardiomiopati
12
B.
Pheochromocytoma
Tumor ini memproduksi, menyimpan dan mensekresi katekolamin yang
mungkin menimbulkan efek cardiovaskuler yang mengancam jiwa. (tabel
41-13)
1.
b.
2.
Pertimbangan anastesi
a. Persiapan
preoperatif
(phetholamin,prazonin)
terdiri
sebelum
dari
operasi
blokade
jika
awal
memungkinkan,
perbaikan volume cairan intravaskuler dan pengaturan -blokade. blokade diindikasikan jika terjadi disritmi kardial atau takikardi yang
menetap setelah pemberian -blokade.
Diabetes Melitus
A. Diabetes Melitus merupakan penyakit endokrin yang paling umum
ditemukan pada pasien bedah (25%-50% penderita diabetes akan
13
Tabel 41-14 :
PENATALAKSANAAN ANASTESI PADA PASIEN DENGAN PHEOCROMOCYTOMA
memonitoring
invasif
arteriol
dan
kateter
arteri
pulmunal,
trasesophageal echocardiografi)
-
14
Diabetes gestasional
Dapat menandai DM tipe II yang berlanjut.
Type I : Insulin
Type II : Diet dan olah raga
Sulfonilurea (mempertinggi sekresi insulin oleh sel beta)
Metformin ( mempertinggi sensifitas hepar dan jaringan perifer
terhadap insulin)
Thiazolidindion (meningkatkan sensivitas insulin)
Alfa glocosedasi inhibitor (menurunkan absorbsi postprandial
glukosa)
D. Penatalaksanaan anastesi
1.
2.
Intraoperatif
Rencana anastesi yang lengkap tergantung ada tidaknya penyakit pada
end-organ, monitoring invasif dapat diindikasi untuk pasien dengan
penyakit jantung. Penatalaksanaan cairan dan pemilihan obat dapat
dipengaruhi oleh fungsi ginjal, dan aspirasi dapat disebabkan oleh
adanya gastroparesis.
a.
15
c.
Tabel 41-17 :
EVALUASI PREOPERATIF PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Riwayat
dan
pemeriksaan
fisik(gejala
langsung
berupa,
penyakit
Ditandai
neuropati
sistem
saraf
otonomik
kardial
ditandai
takikardi,hypotensi orthostatic)
-
3.
Tujuan glycemis
a. Meskipun hyperglikemia ringan berhubungan dengan peningkatan
kelainan peroperative dan kontrol untuk mencapai euglicemia
16
4.
Aturan penatalaksanaan
a.
Tabel 41-18 :
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIABETES
Tabel 41-19 :
PENATALAKSANAAN ATURAN INTRAOPERASI UNTUK PASIEN DENGAN DM
DM tipe I
Pemberian 2-3 kali insulin subkutaneus pada pasien intermedial pada
pagi hari sebelum operasi.
17
DM tipe II
Pemberian sulfonilurea bila pasien mengalami NPO (menurunnya
resiko hypoglikemia dan obat ini turut campur dalam mempengaruhi
kardioproteksi prekondisi iskemik).
Pemberian metformin (khususnya jika resiko fungsi ginjal menurun
menjelang operasi dan berhubungan dengan resiko asidosis laktat).
Lanjutan thiazolidinedion (tidak mempredisposisi hipoglikemia).
Pemberian penghambat -glukosidase (hanya bekerja pada saat makan).
Pasien yang menerima insulin yang dirawat pada DM tipe I
Post operasi
Transisi ke aturan yang lama yang memulai intak oral.
DM tipe II yang menjalani operasi hypogaster mungkin memiliki
resolusi intoleransi glukosa yang cepat (butuh agen oral atau
penghancur insulin).
E. Kedaruratan
1.
Tabel 41-20 :
MANIFESTASI KOMA HIPERMOSMOLAR NONKETOTIK
18
2.
Diabetes ketoasidosis
a. Manifestasi diabetes ketoasidosis berupa insufisiensi insulun yang
memblok metabolisme asam lemak, menghasilkan akumulasi
asetoasetat
dan
-hydoksibutirat
(Tabel
41-21).
Karena
Asidosis metabolik
Tabel 41-22 :
PENANGANAN DIABETES KETOASIDOSIS
19
3.
b.
VI.
Kelenjar Pituitary
A. Kelenjar pituitary dibagi menjadi pituitary anterior(hormon yang
mensimulasi tiroid, hormon adrenokartikostropic, gonadotropis, hormon
pertumbuhan) dan pituitai posterior (Vasopresin, oxytocin). Keduanya
dikontrol oleh hipotalamus.
B. Akromegali merupakan maslah umum para anastesiologi (tabel 41-23)
Tabel 41-23 :
MASALAH ANASTESI BERHUNGAN DENGAN AKROMEGALI
Hypertensi
Diabetes Melitus
20
21