Você está na página 1de 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Tidak semua persalinan berjalan normal, tetapi ada
beberapa persalinan yang di sertai dengan penyulit baik dari klien seperti
preeklampsia, eklampsia maupun janin seperti kelainan letak atau adanya
penyulit dari kedua faktor tersebut.
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu
ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram.
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian bayi
masih tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat
dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta
akibat tekanan darah tinggi ibu yang mengandung. Kematian janin dalam
kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara
teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa
ditanggulangi sedini mungkin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan IUFD pada Ny. M di RS Trisna Medika Tulungagung dengan
1.2.2

pendekatan manajemen kebidanan.


Khusus
1. Melakukan Pengkajian pada bersalin dengan IUFD pada Ny. M di
RS Trisna Medika Tulungagung.
2. Menginterpretasikan data dasar pada ibu bersalin dengan IUFD
pada Ny. M di RS Trisna Medika Tulungagung.
3. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu
bersalin dengan IUFD pada Ny. M di RS Trisna Medika
Tulungagung.

4. Mengidentifikasi dan menetapkan Kebutuhan segera pada ibu


bersalin dengan IUFD pada Ny. M di RS Trisna Medika
Tulungagung.
5. Merencanakan asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada
bersalin dengan IUFD pada Ny. M di RS Trisna Medika
Tulungagung
6. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan IUFD
pada Ny. M di RS Trisna Medika Tulungagung.
7. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. M di RS Trisna Medika
Tulungagung.
1.3 Metode Pengambilan Data
Secara garis besar pengumpulan data yang akan
digunakan

untuk

menyusun

Tugas

Asuhan

Kebidanan

Komprehensif meliputi:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga
untuk mendapatkan data secara subjektif dan untuk
mengetahui keluhan atau masalah pasien.
2. Observasi
Mengobservasi secara langsung keadaan

umum

pasien untuk mendapatkan data objektif.


3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengumpulkan
keadaan fisik klien baik yang normal maupun yang
menunjukkan

kelainan.

Teknik

pengkajian

fisik

ini

dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan


auskultasi.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang

dilakukan

untuk

mendukung

penegakan diagnosa.
5. Studi Dokumentasi
Dukomentasi yang didapat dari riwayat kesehatan
pasien, seperti buku KIA pasien.
6. Studi Pustaka

Diambil dari buku-buku literature, jurnal ilmiah, dan


website

guna

memperkaya

khasanah

ilmiah

yang

mendukung pelaksanaan studi kasus.


1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi 5
BAB yaitu:
BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan

BAB yang

membahas

tentang

latar belakang

pengambilan tema, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode


pengambilan data serta gambaran sistematika penulisan.
BAB II

TINJAUAN TEORI
Berisi tentang kerangka konseptual yaitu batasan teori yang
mendukung penulisan serta membahas pengertian, penyebab/faktor
pendukung,

etiologi,

patofisiologi,

pemeriksaan,

diagnosa,

pengaruh, tatalaksana IUFD, selain itu diuraikan juga tentang teori


persalinan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang tinjauan kasus, dalam hal ini tinjauan kasus dimulai
dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan data
perkembangan dalam bentuk SOAP.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan dari tinjauan kasus, dalam pembahasan
penulis menjelaskan tentang masalah masalah atau kesenjangan
antara teori dan praktik yang penulis temukan di lapangan.
BAB V

PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
jawaban atas perumusan masalah dari tujuan penulis dan
merupakan inti dari

pembahasan kasus, sedangkan

saran

merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari


kesimpulan.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif
dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, dkk. 2010).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni. Margareth 2013).
2. Teori-teori Proses terjadinya Persalinan
Menurut Ujiningtyas (2009), Ada beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan sebagai berikut :
a. Teori Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progestron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap
oksitosin.

Penurunan

kadar

progesteron

pada

tingkat

tertentu

menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.


b. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi
kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.

c. Teori Plasenta Menjadi Tua


Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progestron,
sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi
rahim.
d. Teori Iritasi Mekanik

Di belakang serviks terletak ganglion servikal/fleksus Fran


Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala
janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
e. Teori Oksitosin Internal
Menurunnya konsentrasi progestron akibat tuanya kehamilan
mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton
hicks sering terjadi, sehingga persalinan dapat dimulai.
f. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua konsentrasinya
meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontaksi otot rahim.
3. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, tanda-tanda persalinan
adalah sebagai berikut:
a. Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.
Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut.
1 Kontraksi Braxton Hicks
2 Ketegangan dinding perut
3 Ketegangan ligamentum rotundum
4 Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus
b. Terjadinya His Permulaan
Adanya perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his
permulaan. His permulaan sering diistilahkan sebagai his palsu dengan
ciri-ciri sebagai berikut.
1 Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
2 Datang tidak teratur.
3 Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan.
4 Durasi pendek.
5 Tidak bertambah bila beraktivitas.
c. Terjadinya His Persalinan
Karakter dari his persalinan:
1 Pinggang terasa sakit menjalar ke depan.
2 Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
3 Terjadi perubahan pada serviks.

Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,

maka kekuatannya bertambah.


d. Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan.
1) Pendataran dan pembukaan.
2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas.
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
e. Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya
ekstraksi vakum, atau section caesaria.

4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Asri (2010), faktor yang mempengaruhi persalinan adalah
a. Power (Tenaga yang mendorong anak)
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah
1) His adalah kontraksi otot otot rahim pada persalinan
His persalinan yang dapat menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks. Yang terdiri dari his pembukaan, his
pengeluaran dan his pelepasan uri.
2) Tenaga mengejan
3) Kontraksi otot otot dinding perut
4) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
b. Passage (Panggul)
Panggul terdiri dari:
1) Tulang Os ischium
2) Tulang Os pubis
3) Tulang Os sacrum
4) Tulang Os illium
c. Passager (Fetus)
1) Akhir minggu ke 8 janin mulai Nampak menyerupai manusia
dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12
2) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali
3) Terasa gerakan janin pada ibu hamil yang biasanya terjadi pada usia
kehamilan 16 20 minggu
4) Denyut jantung janin sudah mulai terdengar pada minggu ke 18
5) Panjang rata rata janin cukup bulan 50 cm

6) Berat rata rata janin laki laki 3400 gr, perempuan 3150 gr
7) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama
d. Plasenta
Merupakan salah satu faktor dengan memperhitungkan implantasi
plasenta pada dinding rahim
e. Psychologic
Psychologic adalah kondisi psikis klien, dengan tersedianya
dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, strategi
adaptasi coping.
5. Mekanisme Persalinan
Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan Menurut
Sukarni dan Margareth (2013), yaitu:
a. Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan
dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi
biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm)
atau 70% pada panggul ginekoid.
b. Descent
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibatnya: tekanan
langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan
dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi
Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d. Internal rotation
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis
pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
e. Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin
turun dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak
kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut
ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus
vaginae.

f. External rotation (restitution)


Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke
posisi pada engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang
dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan seluruh
tungkai.
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis
menjadi hipomoklin kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul
lahir, diikuti seluruh badan anak: badan (toraks, abdomen) dan lengan,
pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
6. Tahapan Persalinan
Menurut Hidayat (2010), tahapan dalam persalinan yaitu :
1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap. Kala I di bagi menjadi 2 fase : fase laten
(pembukaan serviks 1-3 cm atau di bawah 4 cm) membutuhkan waktu
8 jam, fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm/ lengkap),
membutuhkan waktu 6 jam.
2) Kala II atau pengeluaran : dari pembukaan lengkap lahirnya bayi.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan satu jam pada
multi.
3) Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV atau kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
2.1.2 IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
1. Pengertian
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009).
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak diobati (Saifuddin,2008).
2. Etiologi
Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim
yaitu :

a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).


b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)
berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi
dini dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD.
c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat
menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat
tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan
pada kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia
gestasi 32 minggu.
d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom,
khususnya dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin.
Keberhasilan analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten
meningkat.

Kadang-kadang,

amniosentesis

dilakukan

untuk

mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.


e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi
pada semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1
mL). Pada kondisi yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat
masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam) memungkinkan perhitungan
estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
f. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis

ini

memerlukan

pengaturan klinis yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama


>1) kehilangan kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang
tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena yang tidak dapat
dijelaskan.
g. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya
jelas terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology
terhadap janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.
3. Patofisiologi
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan
yang telah lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai
berikut :
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali.

b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini


mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati.
Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat
longgar edema di bawah kulit.
4. Predisposisi
Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab
kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor
maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
a. Faktor maternal antara lain adalah post term (>42 minggu), diabetes
mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi
hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua,
penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut
ibu, kematian ibu.
b. Faktor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat,
kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi.
c. Faktor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
KPD, vasa previa.
d. Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intra uterine
meningkat pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi
pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu
(ureplasma urelitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Achadiat (2005), criteria diagnostic kematian janin dalam
rahim meliputi :
a. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan
semakin mengecil.
b. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
c. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
d. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan
normal.
e. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi,
yakni akibat penimbunan gas dalam tubuh.
6. Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim
Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi :

a. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop


laeneck, alat dopler).
b. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin
berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan
USG).
c. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang
melengkung, dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan
foto rontgen).
7. Batasan Kematian Janin
a. Menurut WHO dalam Nugroho (2012) : kematian yang terjadi pada
janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.
b. Menurut Prawiroharjo dalam Nugroho (2012) : kematian janin
dibagi dalam 4 golongan :
1) Kelompok I : kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu.
2) Kelompok II : kematian janin pada umur kehamilan 20-28
minggu.
3) Kelompok III : kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 28
minggu.
4) Kelompok IV : kematian janin yang tidak termasuk tiga golongan
di atas
c. Menurut U.S National Center dalam Nugroho (2012): Kematian
janin pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu.
d. Menurut FIGO dalam Nugroho (2012): Kelahiran bayi termasuk
dengan BBL >500 gram atau lebih sesuai umur kehamilan >22
minggu.
8. Diagnosis
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim
meliputi :
a. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin
tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala
kehamilan yang biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada
payudara). Di usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus
dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup
lama.
b. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin
pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu
atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.

c. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin


korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH)
mungkin dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
d. Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang
dapat menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan
tulang tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin
melengkung secara berlebihan dan adanya gas didalam janin.
Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG
saat ini merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan
mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin setelah usia
gestasi 6 minggu. Temuan sonografi lain mencakup edema kulit
kepala dan maserasi janin.
9. Komplikasi
Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang
mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka
akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated
Intravascular Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktorfaktor pembekuan darah secara berlebihan.
10. Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya
segera dikeluarkan secara:
a. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.
b. Persalinan anjuran :
1) Dilatasi serviks dengan batang laminaria
Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan
dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan
plasenta.
2) Dilatasi serviks dengan kateter folley.
a) Untuk umur kehamilan > 24 minggu.
b) Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar
kantong amnion.
c) Diisi 50 ml aquades steril.
d) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung
tali diberi beban sebesar 500 gram.

e) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml,


mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his
adekuat.
3) Infus oksitosin
a) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks,
dinilai dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.
b) Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8
tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.
4) Induksi prostaglandin
a) Dosis :
- Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg,
-

diulang 4-5 jam.


Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625

mg/ml dalam infus.


b) Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.
11. Pencegahan
Menurut Winkjosastro (2009), Upaya mencegah kematian janin,
khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa
gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras,
perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio
plasenta. Pada gemeli dengan TT (twin to twin transfusion) pencegahan
dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan pada 7 Langkah Varney
1. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah pengumpulan data yang berupa data fokus
yang dibutuhkan untuk menilai keadan ibu sesuai dengan kondisinya.
Pengumpulan data dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian. Data tersebut tidak
dapat ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Pengkajian pada data
objektif meliputi beberapa hal, yaitu:
1) Biodata Suami dan Istri
Nama
: Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap
Umur

untuk menghindari adanya kekeliruan pasien


: Mengetahui umur pasien dan faktor resiko
kehamilan.

Bangsa/suku
Agama

: Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras


: Untuk memberikan motivasi dan dorongan

Pendidikan

moril sesuai agama yang dianut


: Mengetahui tingkat intelektual yang dapat

Pekerjaan
Alamat

mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang.


: Mengetahui status ekonomi
: Mengetahui alamat dan memudahkan

kunjungan rumah
2) Keluhan Utama/Alasan Kunjungan
Alasan ibu hamil datang mengunjungi bidan/rumah sakit dan
digunakan dengan kata-kata sendiri (Varney, 2007).
3) Riwayat Kesehatan
a Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ibu sedang menderita penyakit menurun (DM,
Hipertensi) menahun (Asma, Jantung), menular (TBC, HIV,
b

Hepatitis).
Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ibu dulu pernah menderita penyakit menurun (DM,
Hipertensi) menahun (Asma, Jantung), menular (TBC, HIV,

Hepatitis).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah di dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit
menurun (DM, Hipertensi) menahun (Asma, Jantung),
menular (TBC, HIV, Hepatitis), ada riwayat kembar atau

tidak.
4) Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Perilaku berganti pasangan, resiko IMS.
Kawin ke
: Mengetahui resiko PMS terhadap ibu.
Lamanya
: Mengetahui lamanya perkawinan.
Usia menikah
:Menikah usia muda merupakan penyebab
resiko tinggi persalinan.
5) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche, siklus menstruasi,
dismenorhea, bentuk menstruasi, warna dan bau menstruasi
(Salmah, 2006).
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi selama ibu hamil,
bersalin dan nifas, serta apakah ibu menyusui atau tidak.

Riwayat

persalinan

juga

berperan

dalam

menentukan

kemungkinan adanya infeksi, umur anak terakhir yang dapat


mempengaruhi proses nifas.
7) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), umur
kehamilan, perkiraan lahir, keluhan ibu selama hamil ini,
masalah atau kelainan pada kehamilan (Prawirohardjo, 2006).
8) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui sebelum hamil ibu menggunakan alat
kontrasepsi

atau

tidak

berapa

lama

menggunakannya

(Prawirohardjo, 2006).
9) Riwayat Psikososial Spiritual
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu dalam menghadapi
persalinan
10) Riwayat Sosial Budaya
Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan atau tidak,
kehamilan ini di recanakan atau tidak dan dukungan keluarga
(Varney, 2007).
11) Pola Kehidupan Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan,
makanan pantangan.
b) Pola eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK dalam
sehari selama kehamilan (Varney, 2007).
c) Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas ibu sehari-hari apakah berat
atau tidak
d) Pola istirahat/tidur
Istirahat berbaring memperbaiki kelancaran sirkulasi
retroplasenta. Tidur siang 1 jam dan malam 7-8 jam
(Mufdalifah, 2009).
e) Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam 1 minggu (Saifuddin, 2010).
Normalnya pada trimester III 1 kali dalam dua minggu
f) Pola psikososial budaya

Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan atau


tidak, kehamilan ini di recanakan atau tidakdan dukungan
keluarga (Varney, 2007).
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh
tenaga kesehatan. Data ini diperoleh melalui kepekaan tenaga
kesehatan selama melakukan pemeriksaan fisik (Nursalam, 2009).
Pada pemeriksaan data objektif dibagi menjadi dua diantaranya
yaitu :
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan ibu baik atau tidak
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis
(kesadaran penuh) atau tidak
c)

Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko adanya hiprtensi maupun
hipotensi. Batas normal 90/70 130/90 mmHg (Manuba,
2007).

d)

Suhu
Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu atau tidak.
Batas normal 36,5 37,5oC (Manuaba, 2007).

e)

Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal 60-100 per menit (Prawihardjo, 2010).
f) Respirasi
Untuk menilai pernafasan dan bunyi nafas. Normalnya 1628 x/menit (Salmah, 2006).
g) Berat badan
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
kehamilan

yang

rata-rata

0,3-0,5

kg

per

minggu

(Winkjosastro, 2010). Pada kasus ibu dengan IUFD terjadi


penurunan atau terhentinya peningkatan BB ibu.
h) LILA
Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu hamil, normalnya
23.5-28 cm (Varney, 2007).
2) Pemeriksaan Khusus
a) Kepala

Untuk menilai kepala simetris atau tidak, ada benjolan atau


tidak, ada nyeri tekan atau tidak, warna rambut, ada
ketombe atau tidak (Alimul, 2008).
b) Muka
Untuk menilai keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema
atau tidak (Alimul, 2008).
c) Mata
Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, sklera putih atau
tidak, palpebral oedema tu tidak (Alimul, 2007).
d) Hidung
Untuk mengetahui apakah pada hidung ada benjolan atau
tidak, ada secret atau tidak (Alimul, 2008).
e) Telinga
Untuk mengetahui ketajaman pendengaran, bentuk, warna,
adanya benda asing, ada perdarahan atau tidak, ada secret
atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak (Varney, 2007).
f) Mulut
Untuk mengetahui bersih atau tidak, ada stomatitis atau
tidak, karies atau tidak (Saifuddin, 2010).
g) Bibir
Untuk mengetahui bibir kering atau lembab, ada lesi atau
tidak, sianosis atau tidak (Saifuddin, 2010).
h) Leher
Untuk menilai adanya pembesaran vena jugularis atau
tidak, pembesaran kelenjar tiroid atau tidak (Alimul, 2008).
i) Mamae
Untuk mengetahui kebersihan payudara, pembesaran
payudara kanan atau kiri, putting susu menonjol atau tidak,
ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada
kolostrum atau tidak (Winkjosastro, 2010).
j) Abdomen
Pembesaran perut sesuai atau tidaknya dengan usia
kehamilan, bentuk perut membesar ke depan atau ke
samping (Alimul, 2008).
Leopold I
: Palpasi fundus uterus untuk menentukan
tinggi fundus uteri dengan dua telapak
tangan dan menentukan apa yang terdapat
pada fundus uteri (kepala atau bokong
janin).

Pada

kehamilan

trimester

III

normalnya kepala sudah menetap di bagian


terbawah. Dan menentukan besar tinggi
uterus

dengan

metode

Leopold

yaitu

mengumpulkan perut dan mengukurnya


Leopold II

dengan jari.
: Palpasi bagian

lateral

uterus

untuk

menentukan punggung janin, punggung


Leopold III

merupakan bagian keras dan rata.


: Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah
ke kaki ibu, kepala akan dapat terjai
ballottement di antara dua tangan, kepala

Leopold IV

teraba bulat dan keras.


: bagian terendah digerakkan antara jempol
dan jari tangan menentukan kepala atau
bokong dan seberapa telah masuk pintu atas

TFU

panggul.
: untuk menentukan tinggi fundus uteri
dengan

TBJ

menggunakan

acuan

centimeter

(cm), (Mc. Donald)


: untuk mengetahui perkiraan berat janin.
Dihitung dengan cara mengukur TFU,
apabila

kepala

sudah

masuk

panggul

dikurangi 12 dikali 155.


DJJ
: normalnya 120-160 x/menit
Pada kasus ibu dengan IUFD
k) Anogenital
untuk mengetahui adakah varises atu tidak, oedema atau
tidak, ada candiloma atau tidak, ada pengeluaran pervaginam
atau tidak.
l) Ekstermitas atas
untuk mengetahui oedema atau tidak, sianosis atau tidak,
turgor kulit normal atau tidak (Saifuddin, 2010).
m) Ekstermitas bawah
untuk mengetahui oedem atau tidak, sianosis atau tidak,
turgor kulit normal atau tidak, reflek patella +/- (Saifuddin,
2010).
3) Pemeriksaan penunjang

Untuk mendukung diagnosis medis, pemeriksaan laboratorium


dan pemeriksaan penunjang lainnya diarahkan untuk mengkaji
2

kadar protein urine (Salmah, 2006).


Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar di atas data yang telah
dikumpulkan yaitu dengan diagnosa kebidanan (Salmah, 2006).
1. Dx
: Ny G.PA UK 28-40 minggu dengan kehamilan
normal.
a. Dasar
Ds

:
: Subjektif, data ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien termasuk hari pertama haid

Do

terakhir (HPHT)
: Objektif
Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan ibu
baik atau tidak.
: Untuk mengetahui

Kesadaran

kesadaran
Tekanan darah
Suhu
Nadi
Respirasi

ibu

tingkat

composmentis

(kesadaran penuh) atau tidak.


: normal 90/70-130/90 mmHg
: normal 36,5-37,5oC
: normal 60-100 x/menit
: normal 16-28 x/menit

Palpasi :
Leopold I

: Palpasi fundus uterus untuk menentukan tinggi


fundus uteri dengan dua telapak tangan dan
menentukan apa yang terdapat pada fundus uteri
(kepala atau bokong janin). Pada kehamilan
trimester III normalnya kepala sudah menetap di
bagian terbawah. Dan menentukan besar tinggi
uterus

dengan

metode

Leopold

yaitu

mengumpulkan perut dan mengukurnya dengan


Leopold II

jari.
: Palpasi bagian lateral uterus untuk menentukan
punggung janin, punggung merupakan bagian
keras dan rata.

Leopold III

: Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah ke


kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballottement di

Leopold IV

antara dua tangan, kepala teraba bulat dan keras.


: Bagian terendah digerakkan antara jempol dan
jari tangan menentukan kepala atau bokong dan

TFU

seberapa telah masuk pintu atas panggul.


: Menentukan tinggi fundus uteri
menggunakan

acuan

centimeter

(cm),

dengan
(Mc.

Donald)
TBJ
: (TFU-11) x 155
DJJ
: normalnya 120-160 x/menit
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah
psikis klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai
3

diagnosa (Salmah, 2006).


Diagnosa Potensial
Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi
diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya

(Salmah, 2006).
Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tidakan
segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan

berdasarkan kondisi klien (Salmah, 2006).


Intervensi
Menyusun rencana yang menyeluruh mengacu pada diagnosa,
masalah asuhan, serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien
saat diberi asuhan (Salmah, 2006).
Tanggal / jam
: Tanggal / jam dilakukan intervensi
Diagnosa
: Ny.....X G....PAPIAH Uk 28-42 minggu dengan
Tujuan

kehamilan normal
: Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan
ibu mampu menerima semua informasi yang telah
disampaikan oleh bidan dan dapat melakukannya

Kriteria hasil

dirumah
:
1) Ibu dapat mengulang semua informasi yang
disampaikan oleh bidan

2) Ibu mampu mempraktikkan hal-hal yang telah


dianjurkan oleh bidan
3) Ibu mampu menjawab dengan baik dan benar
Intervensi dengan rasional
1. Bina hubungan baik dengan pasien.
R: Ibu akan timbul rasa percaya terhadap petugas kesehatan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R: Ibu mengetahui tentang kesehatannya dan keadaanya janinnya.
3. Anjurkan ibu makan-makanan yang bergizi seimbang bagi ibu dan
janin.
R: Berguna untuk pemenuhan nutrisi ibu dan pertumbuhan janin.
4. Anjurkan ibu istirahat yang cukup.
R: Ibu akan merasa lebih nyaman atau rileks dalam kehamilannya.
5. Sarankan ibu untuk menjaga kebersihan diri.
R: Untuk memelihara kebersihan diri selama hamil dan mencegah
terjadinya penyakit.
6. Beritahu ibu tentang tanda bahaya ibu hamil trimester III
R: Ibu dapat mengantisipasi tentang tanda bahaya pada kehamilan.
7. Anjurkan ibu untuk minum obat-obatan atau vitamin yang sudah
diberikan oleh tenaga kesehatan
R: Memberi nutrisi tambahan pada ibu dan janin
8. Anjurkan ibu kontrol 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
R: Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda bahaya atau
komplikasi dan untuk mengetahui keadaan janinnya.
6

Implementasi
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri

maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).


Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan. Hal yang evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah
terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi
(Salmah, 2006).

Catatan Perkembangan (SOAP)

Berdasarkan evaluasi, selanjutnya penulis akan memaparkan persalinan,


asuhan masa nifas, asuhan bayi baru lahir dan keluarga berencana dituliskan
dalam bentuk catatan perkembangan (SOAP).
Menurut KEPMENKES RI 938/Menkes/SK/VIII tahun 2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, pendokumentasian dilakukan dalam bentuk SOAP:
1.
2.
3.
4.

S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa


O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisa, mencatat hasil diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up
dan rujukan.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Você também pode gostar