Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1.2
Insulin
Insulin merupakan hormone utama yang bertanggung jawab untuk regulasi metabolisme
glukosa dan regulasi sinyal penyimpanan dan penggunaan banyak nutrien dasar. Insulin bekerja
sebagai suatu hormon anabolik, mengaktifkan sistem translator dan enzim yang terlibat dalam
penggunaan dan penyimpanan glukosa, asam amino, dan asam lemak intraseluler. Insulin merupakan
protein sederhana yang terdiri atas 51 asam amino, 21 di antaranya merupakan satu rantai
polipeptida dan 30 diantaranya terdiri dari rantai kedua. Dua rantai ini dihubungkan dengan ikatan
disulfide. Coding sequences untuk insulin ditemukan dalam DNA bagian atas dari lengan pendek
kromosom ke-11 yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam sebuah rantai/chain A dan 90 dalam rantai
lainnya/chain B). Kedua rantai ini berbentuk heliks.
1.3
Susu
Pada susu, salah satu unsur yang penting adalah protein. Protein yang terdapat pada susu
terdiri atas kasein dan protein serum (whey protein). Dalam hal ini, kasein merupakan 80% dari
seluruh protein susu dan 20% protein seum (whey protein). Terdapat tiga jenis dalam kasein, yaitu
50% alpha-kasein, 33% betha kasein, dan 15% kappa kasein. Sedangkan dalam protein serum
terdapat dua jenis yaitu protein globulin dan 68% albumin. Dalam prosesnya, prosesnya, pertama
kasein dipisahkan dari krim dengan agen pengfilter sehingga lemaknya naik ke atas. Ketika susu telah
terpisah, garam kasein dan enzim kalsium kaseinat tertahan di dalam susu skim tersebut. Lalu untuk
memisahkan kasein dengan susu skim, digunakan proses presipitasi. Inti dari presipitasi adalah susu
dipanaskan dengan kondisi yang sangat dikontrol. Setelah beberapa lama, protein akan menyusut
dan mengeluarkan embun. Hasil dari proses ini adalah protein serum. Protein Efficiency Ratio (PER)
menyatakan nilai protein dalam susu. Rata-rata PER dalam susu bernilai 3,1 lebih tinggi dibanding
dengan protein dalam gandum, kedelai maupun daging sapi.
Susu mengandung sejumlah enzim seperti yang sebelumnya dijelaskan. Asal mula enzim
dalam susu adalah dari sel glandula mammae atau dari plasma darah (leukosit). Ada yang
ditemukan dalam fase whey dari susu skim (misalnya katalase, laktoperoksidase, ribonuklease),
dan enzim yang lain terikat dengan kasein (proteinase dan lipase) atau terikat dengan krim
(santin oksidase, katalase). Jumlah enzim yang ada tergantung pada beberapa faktor, seperti
bangsa ternak, penyakit (mastitis menyebabkan perubahan komposisi enzim dalam susu), dan fase
laktasi
Kasein dan protein serum dalam protein susu berfungsi bagi tubuh. Kasein adalah pembawa
mineral Kalsium dan Fospat. Kasein berfungsi dalam penjagaan kandungan mineral dalam keadaan
terlarut sekaligus menjaga pembentukan Kalsium Fospat yang tidak larut. Selain itu, kasein juga
berfungsi sebagai pertahanan dan bakteri ataupun virus. Sedangkan protein serum berfungsi untuk
meningkatkan imunitas tubuh. Selain itu, protein serum mengandung laktoforin yang memiliki fungsi
sebagai pengikat zat besi. Protein serum merupakan kelompok protein kompleks dan terdapat dalam
kolostrum.
Tabel 1. Konsentrasi enzim dalam susu
(Sumber: Elisa, Universitas Gadjah Mada. Enzim dalam Susu dan Pengolahan Susu)
2.3
Keju
Dalam proses pembuatan keju digunakan enzim yang bernama rennet. Rennet merupakan
kelompok enzim protease yang ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet
berperan untuk menghidrolisis kasein terutama kappa kasein yang berfungsi mempertahankan susu
dari pembekuan. Enzim yang paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin. Chymosin
dapat diisolasi dari beberapa jenis binatang, mikroba atau sayuran. Chymosin yang berasal dari
mikroorganisme lokal atau asli yang belum mendapat rekayasa genetik dalam aplikasi pembuatan
keju atau cheddar kadang-kadang menjadi kurang efektif.
2.4
Minuman bersuplemen
Minuman suplemen fitness whey protein dibuat dari susu sapi. Whey protein merupakan
sumber protein terbaik dengan kualitas tertinggi, Whey protein kaya akan BCAA (Branched Chain
Amino Acids) dan mengandung banyak sumber makanan alami.Whey protein sendiri adalah hasil
pengolahan susu selain keju. Manfaat dari whey protein sangat banyak, antara lain dapat membantu
kita membakar lemak selama berolahraga, membantu menurunkan berat badan karena whey protein
rendah lemak, karbohidrat dan juga kalori. Cocok sekali untuk yang sedang menerapkan program
diet. Tidak hanya itu, mengonsumsi whey protein juga dapat mempercepat proses recovery pada otot
sehabis latihan. Aneka asam amino dalam produk suplemen whey protein dapat membantu pula
memperbesar massa otot, jika menginginkannya
BCAA (Branched Chain Amino Acids) merupakan asam amino esensial, yang artinya tubuh
tidak dapat memproduksinya sendiri dan harus mendapatkan asupan dari luar. BCAA merupakan
gabungan dari 3 asam amino esensial yaitu leusin, isoleusin, dan valine. Asam amino ini bertugas
menjaga kadar protein otot tidak hilang atau rusak saat latihan. Keberadaan BCAA ini sangat penting
dalam mencegah katabolisme otot (penyusutan otot).
BCAA bekerja dengan cara mencegah kerusakan otot pada masa pemulihan setelah latihan.
Biasanya setelah melakukan latihan beban, sintesis protein otot akan meningkat tetapi pemecahan
protein otot akan meningkat pula ke titik di mana kerusakan melebihi sintesis jika Kita tidak
mendapatkan nutrisi yang kita butuhkan. Selain mengurangi kerusakan otot, BCAA (terutama leucine)
juga membantu meningkatkan perkembangan protein otot terutama setelah latihan beban. Dengan
meminimalisir kerusakan otot, tubuh akan pulih lebih cepat dan Kita bisa kembali melakukan rutinitas
latihan Kita di kemudian hari.
2.5
Selain itu, dalam proses produksi disarankan agar memiliki biaya produk yang dibutuhkannya rendah
agar produktif dan efisien.
Produk PST memiliki kelebihan, diantaranya adalah dalam proses produksi PST dapat
menggunakan media atau substrat yang bervariasi. Produksi PST pun tidak bergantung pada iklim
ataupun musim. Kandungan protein dalam PST juga lebih unggul/tinggi jika dibandingkan dengan
kandungan protein hewan atau tumbuhan.
2.6
Enzim Xilanase
Xilanase juga dapat digunakan untuk menghidrolisis xilan (hemiselulosa menjad gula xibosa.
Xilan banyak diperoleh dari limbah pertanian dan industri makanan. Pengembangan proses hidrolisis
secara enzimatis merupakan prospek baru untuk penanganan limbah hemiselulosa (Biely, 1985; Rani
dan Nand, 1996; Beg et al., 2001). Gula xilosa banyak digunakan untuk konsumsi penderita diabetes.
Di Malaysia gula xilosa banyak digunakan untuk campuran pasta gigi karena dapat berfungsi
memperkuat gigi.
Van Paridon et al. (1992) telah melakukan penelitian pemanfaatan xilanase untuk campuran
makanan ayam boiler, dengan melihat pengaruhnya terhadap berat yang dicapai dan efisiensi
konversi makanan serta hubungannya dengan viskositas pencernaan. Hal yang sama juga dilakukan
oleh Bedford dan Classen (1992), yang melaporkan bahwa campuran makanan ayam boiler dengan
xilanase yang berasal dari T. longibrachiatum ternyata mampu mengurangi viskositas pencernaan,
sehingga meningkatkan pencapaian berat dan efisiensi konversi makanan. Xilanase dapat juga
digunakan untuk menjernihkan juice, ekstraksi kopi, minyak nabati, dan pati (Wong dan Saddler,
1993). Kombinasi dengan selulase dan pektinase dapat untuk penjernihan juice dan likuifikasi buah
dan sayuran (Beg et al., 2001).
2.7
Transglutaminase
Transglutaminase (TG-ase) adalah enzim yang mengkatalisa pembentukan ikatan silang antar
molekul protein (pembentukan polimer antar molekul protein). Pada awalnya, TG-ase dikenal sebagai
faktor XIIa di bidang kedokteran, yang berperan pada proses penggumpalan darah. TG-ase dapat
ditemukan pada berbagai organ, jaringan dan cairan tubuh hewan (darat maupun air) dan tanaman.
Enzi mini terlibat pada berbagai fungsi biologis mulai dari penggumpalan darah sampai diferensiasi
sel. TG-ase dapat ditemukan pula pada beberapa mikroorganisme. Enzim ini telah berhasil diisolasi
dari berbagai sumber, dimurnikan dan dikarakterisasi.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, TG-ase memiliki potensi yang besar
untuk diaplikasikan pada pangan diantaranya untuk meningkatkan protein pangan melalui pengikatan
asam amino esensial pada protein berkualitas rendah, memperbaiki sifat edible film, memperbaiki sifat
pembuihan protein, memperbaiki mutu pangan berbasis gel, dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dalam pembuatan roti dan dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas penyimpanan produk
pangan kering.
2.8
mengkatalis ke aksi bolak-balik maka produk akhir selalu merupakan campuran dari biak glukosa
maupun fruktosa. Relatif komposisi campuran dari kedua jenis gula tersbut dapat bervariasi
tergantung kondisi reaksi, suhu dan keasaman dimana proses isomerasi berlangsung. High Fructose
yang diproduksi mengandung fruktosa 42 persen, 50 persen glukosa dan 8 persen oligomerasi (gula
lain).
Sirup kental dengan kadar padatan 45 persen dimasukkan ke dalam isomerasi selama 15
menit untuk mengatur pH 8.0 dan penambahan Mg sulfat sebagai promts, sirup dipompakan ke dalam
kolom-kolom isomerasi. Sebelum proses dimulai, suhu kasar dan suhu tepat (600C) diatur secara
cermat, dilakukan di aerasi dalam kolom sehingga mencapai kevakuman 254 mm Hg dan enzim gluko
isomerasenya telah pula disiapkan. Adanya oksigen terlarut dapat memblokir reaksi isomerasi.
Dalam industri yang berskala besar proses isomerasi dilakukan pada sembilan kolom reaktor
(fixed bed, densiflow) dan beberapa immobilized enzym kolom reaktor. Enzim dalam kolom secara
cepat berubah secara isomerisasi, glukose menjadi fruktosa. Kadar sirup glukosa harus diatur selalu
tetap yaitu antara 42.5 43 persen agar lajunya konstan.
e. Refining HFS
High Fructose Syrup yang diperoleh kemudian ditampung dalam tangki penampung dan
kemudian dialirkan ke dalam filter, karbon aktif dan ion-exchange kolom seperti yang digunakan
dalam proses pemurnian sirup glukosa. Karbon aktif mengambil senyawa berwarna yang terjadi
selama proses isomerasi dan ion-exchange mengambil garam anorganik yang digunakan dalam
proses isomerasi sehingga kadar abu dapat ditekan menjadi serendah mungkin. Sirup HFS yang
diperoleh disaring lagi, dipanaskan pada suhu di bawah diskolom HFS untuk meningkatkan
kekentalan sirup sehingga mencapai kadar padatan terlarut 71 persen, disaring lagi baru ditampung
ke dalam tangki-tangki penyimpanan.
2.9
Bir
Pembuatan bir adalah proses yang menghasilkan minuman beralkohol melalui fermentasi.
Seluruh proses pembuatan bir dapat dibagi menjadi empat tahap: pembuatan malt, pengolahan wort,
fermentasi dan pematangan. Pembuatan malt : semua bir dibuat dari malt. Malt ini, tergantung
kebiasaan, dibuat dari bulir jelai, gandum, atau kadang gandum hitam. Selama tahap ini, barli disortir,
ditimbang, dan dibersihkan. Setelah itu, barli direndam dalam air dengan tujuan supaya barli itu
berkecambah. Prosesnya memakan waktu antara lima sampai tujuh hari pada suhu sekitar 14 oC.
Hasilnya adalah malt hijau, yang dipindahkan ke oven khusus untuk dikeringkan di kiln. Proses
perkecambahan menghasilkan beberapa enzim, terutama -amilase dan -amilase, yang akan
digunakan untuk mengubah pati dalam bulir menjadi gula. Kadar air dalam malt hijau itu diturunkan
hingga antara 2% sampai 5% agar berhenti berkecambah. Setelah dikeringkan, kecambah dibuang
dari butiran malt, lalu malt itu digiling. Kemudian, tahap berikutnya bisa dimulai. Pengolahan wort Malt
yang telah digiling dicampur dengan air untuk menghasilkan adonan, yang kemudian dipanaskan
perlahan-lahan dalam sebuah proses yang dinamai mashing. Mashing biasanya memakan waktu 1
sampai 2 jam.
Pada suhu tertentu, enzim-enzimnya mulai mengubah sarinya menjadi gula sederhana. Tetapi
ini berlangsung lebih dari empat jam dan menghasilkan wort yang kemudian disaring sampai bersih.
Berikutnya adalah proses pendidihan, yang menghentikan kegiatan enzim. Selama pendidihan, hop
ditambahkan ke dalam wort untuk menghasilkan rasa pahit bir yang khas. Setelah kira-kira dua jam
dididihkan, wort didinginkan sampai suhu tertentu. Fermentasi inilah tahap terpenting dalam proses
pembuatan bir. Dengan bantuan ragi, gula sederhana dalam wort diubah menjadi alkohol dan karbon
dioksida. Lama fermentasi yang berlangsung tidak lebih dari seminggu, dan suhu proses itu
bergantung pada jenis bir misalnya ale (bir keras) atau lager (bir ringan) yang dihasilkan.
Bir mentah itu kemudian dipindahkan ke dalam tangki-tangki di ruang penyimpanan bawah
tanah untuk dimatangkan. Selama tahap ini, terbentuklah rasa serta aroma bir yang khas dan juga
gelembung-gelembung dari karbon dioksida. Bir mengalami pematangan selama suatu periode dari
tiga minggu sampai beberapa bulan, bergantung pada jenis bir. Akhirnya, bir yang telah jadi itu
dikemas dalam gentong atau botol dan siap dikirim ke tempat tujuan akhir.
Deterjen
Rekayasa versi tradisional enzim untuk produksi deterjen adalah, protease dan amilase. Pada
generasi kedua, generasi enzimnya dioptimalkan untuk memenuhi persyaratan dan kinerja deterjen
yang lebih baik, dimana komposisi deterjen juga terus dikembangkan. Kompatibilitas enzim dengan
deterjen (yaitu sifat stabilitasnya) diutamakan, sehingga kemampuannya untuk berfungsi pada suhu
yang lebih rendah juga memberikan peningkatan, untuk menghemat energi, temperatur yang
digunakan dalam pencucian rumah tangga dan mesin pencuci piring otomatis telah diturunkan pada
tahun ini. Protease menampilkan aktivitas yang rendah telah diisolasi dari alam, tetapi juga telah
berkembang di laboratorium dengan evolusi yang diarahkan pada pendekatan dengan bahan awal
subtilisin Ness protease digunakan satu putaran untuk mengisolasi DNA menyeret protease baru
dengan meningkatkan berbagai sifat.
3.3
Penyamakan Kulit
Proses penyamakan kulit adalah proses pengolahan kulit binatang melalui beberapa tahapan
proses sehingga kulit binatang yang masih utuh dirubah menjadi kulit yang siap digunakan untuk
pembuatan produk-produk hilir seperti sepatu, dompet,ikat pinggang, jok kursi dan sebagainya.
Selama proses penyamakan, senyawa non-kolagen harus dihilangkan, dan tingkat
penghilangan senyawa non-kolagen ini menentukan kualitas kulit. Untuk itu, penambahan enzim
sangat diperlukan untuk mempermudah proses penyamakan dan disamping itu penambahan enzim
dapat pengurangan bahan kimia yang digunakan, sehingga berdampak pula terhadap pengurangan
limbah kimia yang dihasilkan. Penerapan penyamakan dengan menggunakan enzim sebenarnya
sudah pula diterapkan, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan tambahan kulit tumbuh-tumbuhan
bakau, namun hal ini berdampak pula terhadap kelestarian hutan bakau dan prosesnya kurang dapat
dikendalikan
Untuk penyamakan kulit ramah lingkungan ini dilaksanakan dengan menggunakan bahan
penyamak biologis dalam bentuk enzim protease yang dihasilkan oleh bakteri
Bacillus
megaterium.Produk ini kemudian diperkenalkan dengan nama dagang Exolite.
Pemanfaatan enzim untuk penyamakan kulit dapat dilakukan sejak awal proses penyamakan, yaitu
khususnya pada:
Perendaman (soaking process ), dengan menambahkan enzim protease basa atau
campuran protease dan enzim amilase.
Pencabutan bulu ( dehairing process ),dengan enzim protease basa
Penghilangan lemak(degreasing process ), dengan lipase basa
Penghilangan protein(batting process), dengan protease basa.
Menurut Kamini dkk sejak lebih satu dekade yang lalu, telah banyak diidentifikasi dan diseleksi
mikroorganisme untuk produksi enzim-enzim untuk penyamakan kulit.
Tabel 3. Enzim Mikroorganisme untuk proses penyamakan kulit
(Sumber: Jurnal Teknik Lingkungan.Suyanto P. Penerapan Enzim Untuk Penyamakan Kulit Ramah
Lingkungan.2008)
3.4
Tekstil
Bahan alami yang digunakan dalam industri tekstil diantaranya berasal dari serat protein yang
berbentuk staple atau filamen. Serat protein yang berbentuk stapel dapat berasal dari rambut hewan,
seperti domba, kelinci, dan lain-lain. Namun, serat protein yang paling digunakan adalah serat yang
berasal dari bulu domba (wol). Wol dan sutera berasal dari serat protein. Serat dari protein lebih
mudah dipengaruhi bahan-bahan kimia daripada serat selulosa.
4. Aplikasi Protein dalam Bidang Kosmetik
4.1
Bahan Masker
Dalam limbah padat organik seperti sisik ikan terdapat banyak senyawa kimia yang
terkandung, antara lain adalah 41-84% merupakan protein organik (kolagen dan ichtlylepidin) dan
sisanya merupakan residu mineral dan garam inorganik seperti magnesium karbonat dan kalsium
karbonat. Komponen besar yang terdapat di sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 1%
lemak, dan 2% abu. Senyawa organik terdiri dari 40-90% pada sisik ikan dan selebihnya merupakan
kolagen. Kolagen merupakan bagian protein yang melimpah dalam tubuh mamalia termasuk manusia,
terdapat sekitar 25% dari total protein. Kolagen banyak ditemukan pada kulit dan tulang, sedikit
terdapat di otot (Coultate, 1999). Kolagen merupakan bagian dari protein serat atau protein fibrosa
yang memiliki beberapa rantai polipeptida yang dihubungkan oleh berbagai ikatan silang membentuk
triple helix
Kolagen banyak dimanfaatkan dalam bidang medis dan kosmetik. Meskipun gel yang
dihasilkan kolagen ikan bukan merupakan gel yang kuat, tetapi dapat digunakan dengan baik untuk
aplikasi industri, contohnya seperti micro-encapsulasi dan edible film. Kolagen dapat dimanfaatkan
secara meluas dalam bedah kosmetik dan dapat digunakan untuk mengobati pasien yang terluka
bakar pada kulit. Kolagen dapat dikombinasikan dengan silikon, fibroblast, dan substansi lainnya,
berguna sebagai kulit tiruan untuk mengatasi masalah kulit terbakar. Kolagen memiliki kemampuan
untuk memberikan sifat elastis pada kulit, dan dapat mengurangi keriput yang terajdi sebagai efek dari
penuaan. Kolagen juga banyak ditemukan di kornea mata dalam bentuk kristal.
Dalam bidang kosmetik, kolagen dapat diaplikasikan dalam bentuk masker untuk
mengencangkan kulit. Manfaat dari pemakaian masker adalah untuk menyegarkan, memperbaiki
serta mengencangkan kulit wajah. Selain itu melancarkan peredaran darah, merangsang kembali
kegiatan sel-sel kulit, mengangkat sel tanduk yang telah mati, sehingga merupakan pembersih yang
paling efektif. Melihat manfaat dari masker tersebut maka akan lebih baik bila dilakukan secara
teratur. Masker dapat berupa bubuk, masker transparan, serta bentuk lain. Penggunaan masker pada
wajah memiliki beberapa manfaat. Selain melembutkan kulit , fungsi masker adalah membuka poripori yang tersumbat karena kotoran, debu, maupun sisa kosmetik yang tidak bisa hilang karena
pembersih biasa. Masker juga dapat mengembalikan kelembaban dan kehalusan kulit.
Pada umumnya masker dapat terbuat dari kolagen, sebab jaringan kulit terdiri dari 75% serat
kolagen yang penting untuk menjaga elastisitas, kelembaban, dan kekencangan kulit. Produksi
kolagen yang paling tinggi adalah ketika pada usia muda sehingga kulit menjadi halus, kencang dan
sehat. Sayangnya, pada usia mencapai 25 tahun ke atas, produksi kolagen menurun sekitar 1,5%
setiap tahunnya. Sejak saat itu, para ilmuwan menjadi tahu bahwa berkurangnya kolagen pada kulit
sebagai faktor utama wajah terlihat tua, kering, tidak bercahaya, dan berkerut.
Gerhard(1957) melaporkan hasil penelitiannya yang menggunakan bahan-bahan seperti
protein, peptom,peptide, dan asam amino di dalam kosmetik. Molekul-molekul protein yang
besar(misalnya casein) tidak bisa diserap oleh kulit. Protein-protein dapat digunakan sebagai bahan
pembuat lapisan film di atas kulit (misalnya casein di dalam krim pelindung kulit), bahan pengental
larutan (misalnya gelatin) untuk masker wajah dan penyamar keriput, atau pembawa bahan aktif di
dalam sediaan bubuk, tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan aktif biologis.
Asam amino dapat diserap oleh kulit, meskipun umumnya dimasukkan ke dalam tubuh secara
oral lewat protein hewani dan protein nabati. Sistein dan sistin adalah asam amino pembangun
jembatan sulfur yang sebagian bertanggung jawab bagi sifat-sifat protein kulit dan rambut.Tyrosin
adalah asam amino sebagai bahan pembentuk pigmen melanin kulit. Asam-asam amino diperoleh
melalui hidrolisa total protein. Jika hidrolisa ini dijalankan dengan hati-hati dan terkontrol, hasil
akhirnya selain asam-asam amino, juga pepton-pepton dan peptide-peptida (seperti protein, keduanya
juga terbuat dari asam-asam amino, tetapi molekulnya lebih kecil). Peptida berisi 2-10 asam amino,
pepton berisi 40-50 asam amino. Degradasi partial molekul protein dapat terjadi di bawah pengaruh
asam atau basa encer hangat, atau pada suhu tubuh oleh enzim pemecah protein (tripsin, papain, dll).
Intuk produk kosmetik, hanya metode terakhir yang digunakan. Efek kosmetiknya tergantung pada
jenis protein yang dipilih dan besarnya fragmen hasil pemecahannya.
Lodi dan Rovesti (1957) melaporkan hasil pemakaian eksperimental berbagai hidrolisat protein
di dalam kosmetik dan sampai pada kesimpulan bahwa kebanyakan memberikan efek terapeutik yang
baik terhadap kulit yang atrofil. Fassbender (1958) melaporkan bahwa efek dari hidrolisat protein
adalah karena iritannya : epidermis bereaksi, revitalisasi terjadi.Suatu produk yang berasal dari
degradasi protein susu secara enzimatik, telah digunakan secara sukses selama ertahun-tahun di
dalam powder dan krim.
5. Aplikasi Protein dalam Bidang Militer
Dalam bidang militer Protein juga dapat diaplikasikan untuk militer, yaitu sebagai senjata
biologis. Senjata biologis yaitu senjata yang menggunakan bahan-bahan biologi atau mikroba seperti
virus, bakteri, jamur atau toksin dari makhluk hidup yang dapat menimbulkan penyakit atau kematian
pada manusia ataupun ternak. Senjata biologis tidak langsung meluluh-lantahkan fisik korban, tetapi
menyerang sistem kekebalan tubuh korban dari dalam. Senjata biologi ini sangat berbahaya karena
kehadirannya tidak dapat dipantau oleh panca indra. Penggunaan senjata biologis ini sudah
digunakan sejak lama. Satu dari jenis senjata biologis yang mematikan, racun botulinum dari bakteri
Clostridium botulinium. Toksin botulinum adalah protein dan neurotoksin yang diproduksi oleh bakteri
Clostridium botulinum. Ini adalah zat akut yang paling beracun yang pernah dikenal. Toksin botulinum
dapat menyebabkan botulisme, penyakit yang serius dan mengancam jiwa pada manusia dan hewan,
tidak berwarna dan tidak berbau. Dalam 12 hingga 36 jam kemudian, akan muncul gejala seperti :
kaburnya pengelihatan, muntah dan kesulitan menelan. Tanpa dukungan pernapasan, Clostridium
botulinum bisa membunuh dalam tempo 24 sampai 72 jam. Zat-zat racun dalam bakteri Bacillus
anthracis juga berbentuk protein. Dari jenis senjata kimia, gas kimia misalnya Sarin, VX, OP, bekerja
dengan mematikan kerja enzim-enzim dalam sistem saraf seperti enzim acetylcholinesterase. Pada
tahun 1995, para peneliti dari lembaga penelitian medis Angkatan Darat AS berhasil memutasi enzim
ini sehingga sama sekali kebal terhadap gas-gas saraf beracun itu.
trypsin inhibitor dapat memicu kerusakan pada permukaan penyerapan, karena ketidaksempurnaan
proses pencernaan. Selain itu belum berkembangnya sistem pencernaan pada hewan muda
menyebabkan tidak mampu menggunakan simpanan protein yang besar di dalam kedelai (glycin dan
-conglycinin).
Penambahan protease dapat membantu menetralkan pengaruh negatif dari faktor anti-nutrisi
berprotein dan juga dapat memecah simpanan protein yang besar menjadi molekul yang kecil dan
dapat diserap.
6.3
Enzim Phytase
Enzim phytase dapat memecah asam pytat, maka penambahan enzim tersebut pada pakan
ternak akan membebaskan lebih banyak phospor yang digunakan oleh hewan.Enzime phytase
banyak dikenal dapat menghilangkan pengaruh anti nutrisi asam phitat. Penggunaan enzime phytase
dalam pakan akan mengurangi keharusan penambahan sumber-sumber fosfor anorganik mengingat
fosfor asal bahan baku tumbuhan terikat dalam asam phitat yang mengurangi ketersediaannya dalam
pakan. Padahal suplementasi fosfor anorganik misalnya mengandalkan di calcium phosphate maupun
mono calcium phosphate relatif mahal belakangan ini. Di samping itu, fosfor yang terikat dalam asam
phitat yang tidak bisa dicerna sempurna oleh sistem pencernaan hewan monogastrik akan ikut dalam
feses dan menjadi sumber polutan yang berpotensi mencemari tanah. Fosfor adalah tidak terurai
dalam tanah sehingga dalam jangka panjang, pembuangan feses dengan kandungan fosfor tinggi
akan menimbulkan masalah bagi tanah.
Terdapat dua keuntungan menggunakan phytase dalam pakan ternak yaitu pengurangan biaya
pakan dari pengurangan suplemen pada makanan dan pengurangan polusi dari berkurangnya limbah
melalui feces.
7. Aplikasi Protein di Bidang Pertanian
7.1
Insektisida dan Pestisida
Dalam bidang pertanian, protein digunakan sebagai salah satu insektisida dengan cara
mengekspresikan protein pada bagian tertentu tanaman seperti daun sehingga hama serangga yang
memakan daun tersebut dapat mati karena teracuni protein toksin itu. Beberapa protein yang telah
dijadikan target, misalnya, protein Bt-toxin, proteinase inhibitor, alfa-amylase, lectin, polyphenol
oxidase dan chitinase.
Protein juga dapat berfungsi sebagai pestisida alami. Protein yang digunakan untuk pestisida
berasal dari tubuh bakteri yaitu bakteri Thuringienis. Bakteri Bacillus thuringiensis termasuk bakteri
patogen fakultatif. Apabila bakteri ini tidak memiliki lingkungan yang nyaman dan tidak
menguntungkan, maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi. Pada saat sporulasi, tubuh dari
bakkteri ini akan terdiri dari protein cry. Protein cry merupakan protein kelas endotoksin delta.
Endotoksin ini dapat mematikan serangga jika serangga memakan toksin tersebut. Maka, protein /
toksin cry yang dihasilkan oleh bakteri dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami.
7.2
8.1
Bioetanol
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di
samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang
dilanjutkan dengan proses destilasi. Secara umum, proses pengolahan bahan berpati seperti ubi
kayu, jagung dan sagu untuk menghasilkan bio-etanol dilakukan dengan proses urutan. Pertama
adalah proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Prinsip dari hidrolisis pati pada
dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Enzim yang
digunakan adalah alfa-amilase pada tahap likuifikasi, sedangkan tahap sakarifikasi digunakan enzim
glukoamilase. Tahap kedua adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi
etanol dan CO2. Khamir yang sering digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces
cerevisiae, karena jenis ini dapat berproduksi tinggi, toleran terhadap alkohol yang cukup tinggi (1218% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 432oC. Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan etanol. Distilasi
merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya.
9. Aplikasi Protein di Bidang Teknologi
9.1
Biosensor
Biosensor adalah alat pendeteksi atau penyelidik yang menggabungkan komponen biologis
(contohnya : mikroba, jaringan sel, bakteri, protein, enzim, antibodi) dan elektronis untuk
menghasilkan sinyal yang terukur yang dapat mendeteksi, mencatat, dan mengirimkan informasi
dengan cepat. Fungsi untuk mendeteksi atau memonitor kondisi berbagai hal (di bidang kesehatan)
diantaranya yaitu untuk menentukan BOD (biological Oxygen Demand), mengukur dan mendeteksi
kadar glukosa, kolesterol, tekanan darah, mendiagnosa obat, metabolit, enzim, vitamin, mendeteksi
dini penyakit alergi atau infeksi, maupun studi efisiensi obat. Ada 3 komponen utama dari biosensor :
a. Bioreseptor: komponen biologis yang sensitif yang dibuat dengan teknis biologis. Misalnya
jaringan, mikroba, sel, protein, enzim, antibodi, asam nukleat
b. Transducer: komponen pendeteksi (detektor) yang bekerja secara fisiokimia, optik, elektrokimia,
yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari interaksi antara analit dengan bioreseptor menjadi
sinyal lain yang dapat lebih mudah diukur dan dihitung
c. Elemen elektronik prosesor sinyal: bertanggung jawab untuk menampilkan hasil yang mudah
dibaca
Salah satu biosensor yang memiliki presentase protein terbesar yaitu biosensor glukosa yang
digunakan untuk mengukur kadar gula pada penderita diabetes. Dalam biosensor glukosa, enzim
yang digunakan untuk sensor glukosa adalah glucose oxidase (GOD) dari mold seperti Penicillium
sp., Aspergillus sp. dan lain-lain. Berkat perkembangan sirkuit elektronik, kimia bahan, dan lain-lain
dari biosensor yang bersifat multidisipliner tersebut, sensor glukosa dapat dibeli dengan harga
terjangkau dan mudah pakai. Akan tetapi komponen pengenalnya, enzim GOD sama sekali tidak
mengalami perbaikan sejak pertama kali digunakan 40 tahun yang lalu. Enzim GOD tetap
dipergunakan antara lain karena mudah didapatkan serta stabil. Tetapi kelemahan utamanya, dalam
reaksinya mengoksidasi glukosa, bergantung pada konsentrasi oksigen dalam sampel di mana
kadarnya tentu sangat bervariasi.
Kesimpulan
Protein merupakan kelompok dari makromolekul organik kompleks yang diantaranya
terkandung hydrogen, oksigen, nitrogen, karbon, fosfor dan sulfur serta terdiri dari satu atau beberapa
rantai dari asam amino. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel mahluk hidup.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, yang merupakan penyusun utama mahluk
hidup Protein dapat digunakan dalam dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi protein dapat digunakan
dalam bidang pangan, militer, industri, pertanian, kosmetik, kesehatan. Dalam bidang kesehatan,
protein dapat dimanfaatkan sebagai vaksin, insulin, mendiagnosa penyakit dan lainnya. Di bidang
pangan, protein berfungsi sebagai bahan baku seperti produk protein sel tunggal. Selain itu, protein
sebagai enzim juga sangatt membantu proses pembuatan produk makanan seperti roti, susu, keju,bir,
HFCS, dan lainnya. Di bidang industri, protein banyak digunakan sebagai enzim di industr kertas,
tekstil, deterjen, dan lainnya. Dalam bidang kosmetik, protein dapat dipakai sebagai bahan masker.Di
bidang pertanian, protein dapat menjadi toksin sehingga berfungsi sebagai pestisida serta enzim
tertentu dapat membuat proses konversi limbah pertanian menjadi bahan lain yang dapat digunakan
sebagai bahan baku produk lainnya. Di bidang energi, enzim dapat membantu koversi glukosa
menjadi bioetanol sebagai bahan bakar energi. Di bidang teknologi, protein berperan sebagai
biosensor yang dapat mendeteksi beberapa jenis zat lainnya.Dalam bidang militer, protein dapat
dimanfaatkan sebagai senjata biologis dan racun.
Daftar Pustaka
Erina, Henny., Juwita., Silaban, Ramlan. Kajian Biomedik Enzim Amilase dan Pemanfaatannya dalam
Industri. [pdf]
I Hartati L. Kurniasari. 2003. Kajian Produksi Kolagen dari Limbah Sisik Ikan Secara Ekstraksi
Enzimatik. Semarang : Universitas Wahid Hasyim
Prayitno, Dimas Adi., dkk. 2011. Penggunaan Enzim dalam Industri Pangan.
Richana, Nur. Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia.
Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. [pdf] Tersedia di:
<http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio_5_1_29-36.pdf> [Diakses pada: 11
Mei 2016]
RIYADI, WAHYU. (2005) Peran Enzim dalam Dunia Industri.http://sciencebiotech.net/peran-enzimedalam-dunia-industri/
Suryani,
Ani.
Pengenalan
Enzim
dan
Enzim
Industri.
[pdf]
Tersedia
di:
<http://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/enzim-i.pdf> [Diakses pada: 11 Mei 2016]
Ulum, M. Harisul., Yunastriana, Andry. 2010. Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis
Enzim.
[pdf]
Surabaya:
Fakultas
Teknologi
Industri
ITS.
Tersedia
di:
<http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-13704-2307030010-Presentation.pdf>
[Diakses pada: 11 Mei 2016]
Winarno F.G., dan Ivone E. F. 2007. Susu dan Produk Fernmentasinya. Bogor: E-Mbrio Pres.
Witarto, Arief Budi. 2001. Protein Engineering: Perannya dalam Bioindustri dan Prospeknya di
Indonesia. [pdf] Department of Biotechnology, Tokyo University of Agriculture and Technology
and Working Group on Life Sciences, Institute for Science and Technology Studies (ISTECS)
chapter Japan.