Você está na página 1de 12

ANAK DAN TONTONAN UNTUK ANAK

MAKALAH SASTRA ANAK

DISUSUN OLEH:

NURUL LATHIFAH
2125134612
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT
yang telah memberi rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ANAK DAN TONTONAN UNTUK ANAK. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga sahabatnya,
dan kita semua sebagai umatnya.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan doa dari
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini bisa berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangatlah jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sekalian. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 Mei 2016

Penulis

BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup
manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang semuanya diungkapkan dengan cara
bahasa yang khas. Anak-anak sebagai manusia dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang istimewa juga bersentuhan dengan sastra. Penulis ambil contoh, ketika seorang ibu
menggendong anaknya, sering kita lihat sang ibu mendendangkan lagu untuk meninabobokan
anaknya. Tidak sedikit orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anak mendengarkan
dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberi gambaran bahwa
sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra.
Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang
dewasa, ini berpengaruh pula dengan sastra yang sesuai, layak dikonsumsi anak-anak. Perlu
dibedakan sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari
sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak,
serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hali ini karena dalam sastra anak terkandung pesan
moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Anak dan Sastra Anak

Anak dalam hukum Indonesia adalah seorang laki-laki atau perempuan berusia 14
tahun ke bawah (UU No.1 tahun 1951 tentang tenaga kerja). Dari segi psikologis anak
merupakan mahkluk atau individu dalam perkembangan manusia yang memiliki pribadi
yang baik, khas, berbeda dengan pribadi manusia dewasa. Menurut John Lock, anak
merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang
berasal dari lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian dari anak
tersebut, maka dapat diberikan kesimpulan bahwa anak adalah seseorang yang belum
dewasa atau belum mengalami pubertas di mana kepribadian orang itu masih peka
terhadap rangsangan dari lingkungan sekitarnya dan peranan bantuan dari orang tua lebih
dominan.
Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga
menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu.
Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima
segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra
tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta
menyebarluaskannya termasuk kepada anak-anak.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk
yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka
dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang
ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak
sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan
untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)
Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak
dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 613 tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan
emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan
kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak
merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika
dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin
sehingga menuntun kecerdasan emosinya. (Wahidin, 2009)
Menurut Hunt (dalam Witakania, 2008: 8) mendefinisikan sastra anak sebagai buku
bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula

memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi sastra anak adalah buku
bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai
dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan
intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
Tarigan (1995: 5) mengakatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang
menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai
fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anakanak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur
imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan
dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang
dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu
yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin, 2009)
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui
bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus
mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan
setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih
dalam jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)
Sarumpaet (dalam Puryanto, 2008: 3) mengatakan persoalan-persoalan yang
menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka, serta
masalah hidup mati tidak didapati sebagai tema dalam bacaan anak. Begitu pula
pembicaraan mengenai perceraian, penggunaan obat terlarang, ataupun perkosaan
merupakan hal yang dihindari dalam bacaan anak. Artinya, tema-tema yang disebut
tidaklah perlu dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu,
tema-tema bacaan anak pun berkembang dan semakin bervariasi. Jenis-jenis bacaan anak
misalnya, pada sepuluh tahun yang lalu sangat sedikit atau bahkan tidak ada, sangat
mungkin telah hadir sebagai bacaan yang populer tahun-tahun belakangan ini.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra
anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat
dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda
mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain
manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia
itu sendiri. (Wahidin, 2008)
Ditinjau dari sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara sastra anak
untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas tinggi. Sastra
anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat, baik berupa cerita
binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi
ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa cerita, sastra anak juga berupa
puisi yang lebih banyak menggambarkan keindahan paduan bunyi kebahasaan, pilihan
kata dan ungkapan, sementara isinya berupa ungkapan perasaan, gagasan, penggambaran
obyek ataupun peristiwa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. (Saryono dalam
Puryanto, 2008: 3)

2. Tontonan Anak

Menonton merupakan salah satu kegiatan dengan menggunakan mata untuk memandang
(memperhatikan) sesuatu. Sebagai salah satu aspek perhatian, menonton berusaha menggali
informasi baik dari televisi maupun yang lainnya. Dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1994 : 592) menyebutkan bahwa menonton merupakan suatu kegiatan
menggunakan mata untuk memandang (memperhatikan).
Dulu, televisi adalah tontonan langka. Bahkan, di Era awal 1990-an untuk menonton tv
pun, anak-anak harus rela berjalan kaki sampai desa sebelah. Mereka seperti melakukan
pawai. Tak jarang, pagar dan pot milik tetangganya pun hancur terinjak-injak. Kini, TV sudah
menjadi barang biasa.
Selain sebagai sarana hiburan, TV bagi anak-anak sebagai sumber memperoleh
pengetahuan, relaksasi diri dan juga menjadikan anak-anak jarang ke luar rumah.
Begitu banyak acara yang ditawarkan, termasuk acara yang ditujukan untuk anak-anak.
Di satu sisi, anak-anak akan mendapatkan manfaat yang begitu banyak yaitu mendapatkan
hiburan. Namun di sisi lain anak-anak juga akan teracuni dengan berbagai macam acara
televisi yang seolah-olah tiada hentinya itu.
Bayangkan saja, mulai dari pagi hingga menjelang pagi, televisi menawarkan begitu
banyak acara televisi untuk anak-anak. Anak-anak yang sudah kecanduan untuk menonton
televisi sama halnya dengan ibu-ibu yang sudah kecanduan facebook. Kebiasaan tersebut
akan susah dihilangkan.
Bila anak-anak sudah mulai kecanduan televisi, maka mereka akan mengabaikan tugastugas sekolah dan tugas-tugas rumah. Akibatnya anak akan menjadi korban dari kecanggihan
zaman. Sehari saja tidak menonton televisi, maka si anak akan merasa tidak nyaman.
Oleh sebab itu, harus ada batasan-batasan atau klasifikasi yang tepat terkait kriteria
tontonan anak dari para pakar yang ada. Orang tua sebagai pihak dewasa juga harus senatiasa
menyortir dan mendampingi anak dalam kegiatan menonton televisi.

2.1.1

Kriteria Tontonan untuk Anak

Masa kanak-kanak merupakan masa dimana perkembangan individu dimulai. Kualitas


perkembangan anak-anak di usia emasnya akan mempengaruhi kualitas si anak tersebut di
masa depan. Untuk menciptakan individu yang berkualitas, campur tangan guru dan orangtua
sangat diperlukan seperti memberikan pilihan informasi atau siaran yang layak dan baik
untuk mereka.
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang harus dijaga dan dibimbing dengan
memberikan asupan informasi atau tontonan yang baik.

YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) merumuskan beberapa kriteria aman


mengenai tontonan anak.

Tayangan tersebut tidak mengandung unsur seksual

Menggunakan bahasa yang baik dan sopan

Tidak mengandung tayangan anti sosial

Dapat menumbuhkan nilai yang positif bagi anak (misalnya tumbuhnya rasa empati
dan kreatif)

Memiliki alur cerita yang jelas

Tayangan tersebut disukai anak-anak

Adanya batasan yang jelas antara tokoh yang baik dan buruk

2.1.2

Contoh Tontonan untuk Anak

Banyaknya program televisi yang kurang mendidik bisa berdampak buruk bagi anak. Hal
ini bisa bertambah parah jika si kecil tidak didampingi orangtua saat menonton televisi.
Berikut adalah beberapa tontonan yang layak dan baik dikonsumsi oleh anak:

Si Bolang

Si Bolang atau bocah petualang adalah nama sebuah acara di televisi yang
menggambarkan seorang anak yan senang bermain dan berpetualang. Acara ini baik
dikonsumsi oleh anak karena mengajarkan anak untuk lincah, berani menjelajah alam dan
juga pintar bergaul.

On The Spot

On The Spot ialah acara dari stasiun televisi swasta, Trans 7 yang layak ditonton oleh
anak sekali pun karena memberikan informasi-informasi yang biasanya jarang diketahui, dan
mendidik.

Eat Bulaga

Merupakan sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh SCTV pertama kali pada 16 Juli
2012. Acara ini sangat aman disaksikan oleh anak karena berisi komedi dan kuis pintar yang
akan menambah kosa kata berbahasa pada anak serta melatih otot berpikir anak.

Tau Gak Sih?

Merupakan program dari Trans 7 yang memberikan informasi-informasi menarik di


sekitar yang sering terlewatkan atau belum diketahui secara umum. Acara ini sangat
mendidik karena memberikan informasi seputar dunia pendidikan.

Are You Smarter Than a Fift Grader?

Are You Smarter Than a Fifth Grader adalah kuis yang ditayangkan di Global TV. Kuis
ini tampil sebagai salah satu alternatif cara bermain dan belajar untuk anak-anak. Selain
penonton yang masih berada di tingkatan pendidikan sekolah dasar, para pelajar dan orang
dewasa dapat mengingat lagi pengetahuan yang mungkin saja terlupa setelah lepas dari
bangku sekolah dasar. Hal yang dapat menjadi poin tambahan dalam kuis ini adalah candaancandaan sehat yang dilontarkan pembawa acara agar ketegangan dalam menjawab soal dapat
hilang, sehingga jalannya permainan dapat menjadi lebih santai dan konsentrasi. Candaan
yang sehat adalah candaan ringan berupa cerita-cerita lucu atau tebakan untuk anak kecil dan
tidak mengandung unsur seks dan sara.

Dunia Binatang

Merupakan program yang sarat dengan unsur edutainment. Program ini akan mengupas
profile dan kehidupan binatang darat dan binatang udara yang ada di alam bebas. Efek
animasi yang beraneka ragam dan sosok Otan sebagai ikon, akan menjadi daya tarik utama di
dalam program ini.

2.1.3

Sinetron Anak

Sinetron (sinema elektronik) adalah istilah untuk program


produksi Indonesia yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia.

drama bersambung

Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan
dalam bahasa
Spanyol disebut telenovela.
Menurut
hasil wawancara dengan Teguh
Karya yang merupakan salah satu sutradara terkenal Indonesia, istilah yang digunakan secara
luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan
mantan pengajarInstitut Kesenian Jakarta.
Jalan Cerita
Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai
konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan
perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang khas satu sama lain. Berbagai karakter
yang berbeda tersebut menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai
pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari
jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.
Tujuan
Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh bahkan ratusan episode kebanyakan karena
tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita. Akhirnya
membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat
menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar
kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segitiga, kehidupan keluarga yang penuh
kekerasan, dan tema tentang mistis.

Sinetron Anak
Sinetron anak haruslah memenuhi kriteria dan lulus klasifikasi batas sinetron yang aman
dikonsumsi bagi anak.
Contoh Sinetron Anak

Adit Sopo Jarwo

Adit Sopo Jarwo adalah serial animasi anak-anak yang dirilis pada 27 Januari lalu dan
disiarkan di MNC TV. Serial produksi MD Animation ini mengisahkan tentang persahabatan
antara Adit, Dennis, Mitha, dan Devi serta Sopo dan Jarwo. Program ini berhasil
dinominasikan dalam berbagai ajang penghargaan di Indonesia untuk kategori serial animasi
terbaik. Sampai saat ini, Adit Sopo Jarwo masih ditayangkan di MNC TV setiap hari pukul
18.00.

Curious George

George adalah monyet yang penuh rasa ingin tahu yang tinggal di kota bersama dengan
pemiliknya, si pria bertopi kuning. Setiap episodenya, George mencoba menjawab beberapa
pertanyaan sederhana yang bisa saja ada dalam pikiran anak-anak pada umumnya. Serial ini
ditayangkan di ANTV setiap Senin sampai Jumat pukul 14.00 dan Sabtu-Minggu pukul
14.30.

Si Unyil

Pada tahun 80-an, saat TV dimonopoli oleh TVRI, dan belum ada yang namanya mall,
setiap Minggu keluarga Indonesia akan duduk manis di depan televisi untuk menonton Si
Unyil. Cerita dalam Si Unyil sangat kental dan membumi, karena memang diambil dari
kejadian sehari-hari masyarakat Indonesia. Dalam kisah Si Unyil selalu diajarkan bagaimana
menghargai orang tua, bagaimana menyelesaikan masalah, bagaimana bertoleransi antar umat
beragama dan antar etnis. Dan pada masanya, program-program pemerintah seperti program
KB, hidup sehat, program wajib belajar pun dapat tersosialisasi melalui film dan acara
boneka Si Unyil ini. Kisah-kisah Unyil bisa menjadi alat menanamkan rasa nasionalisme
untuk anak-anak dan menumbuhkan jiwa ketimuran khas Indonesia yang kini semakin
terkikis.

Keluara Cemara

Keluarga Cemara merupakan sebuah sinetron yang ditayangkan pada tanggal 6 Oktober
1996 hingga tamat pada tanggal 28 Februari 2005. Sinetron ini pada awalnya
ditayangkan RCTI, 2 tahun kemudian dilanjutkan penayangannya oleh TV 7. Sinetron
Keluarga Cemara diangkat dari novel cerita anak-anak dengan judul yang sama yang tulis
oleh Arswendo Atmowiloto, dan diawal produksinya disutradarai oleh Eduart Pesta Sirait.
Keluarga Cemara bercerita tentang sebuah keluarga yang menjalani hidup dengan keikhlasan,
ketulusan dan penuh kesederhanaan. Tokoh Abah (diperankan oleh Adi Kurdi), seorang
pengusaha kaya raya yang jatuh miskin, lalu menjalani profesi sebagai tukang becak, atau apa
pun yang bisa dia kerjakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Emak (diperankan
Novia Kolopaking dan digantikan oleh Anneke Lutfiah Putri) , seorang istri yang sabar dan
setia kepada abah, membantu abah dengan membuat opak (Makanan Khas Sunda terbuat dari
tepung beras). Euis (diperankan oleh Ceria Hade) anak paling besar yang pernah merasakan

kehidupan sebagai anak dari pengusaha kaya. Ara (diperankan olehAnisa Fujianti),anak yang
pintar dan rajin, yang selalu tabah menghadapi ledekan teman sekolahnya. Dan Agil
(diperankan oleh Pudji Lestari) yang paling polos dan lugu. Banyak kisah yang dapat diambil
dalam kisah Keluarga Cemara,mulai dari sang abah yang tidak pantang menyerah untuk
menghidupi keluarganya biarpun harus menjadi tukang becak dan dia tidak malu dengan
profesi tersebut. Yang kedua sang emak, dia tetap setia kepada abah walaupun dia sudah jatuh
dari posisi terhormatnya, emak juga ikut membantu abah dalam menghidupi kebutuhan
keluarganya dengan berjualan opak. Dibalik hubungan yang mesra antara abah dan emak,
Hubungan orang tua dan anak yang penuh kasih sayangpun juga dicontohkan dalam sinetron
ini. Dalam sinetron ini diceritakan bagaimana sang anak sangat pengertian kepada
orangtuanya. Mereka tidak meminta macam-macam kepada orang tuanya dan sadar akan
kondisi orang tuanya. Mainan - mainan yang dimiliki teman - temannya seusianya tidak
mereka miliki, namun mereka tetap tidak merengek untuk dibelikan mainan tersebut, bahkan
mereka ikut membantu kedua orangtuanya bekerja ada yang membantu berjualan opak di
pasar ada juga yang membantu abah dalam mencari penumpang untuk becaknya.

Lorong Waktu

Lorong Waktu adalah sinetron Ramadhan yang ditayangkan pertama kali pada tahun 1999
di SCTV. Sinetron Lorong Waktu adalah sebuah sinetron fiksi ilmiah yang bernuansa religi
dengan bumbu komedi situasi. Dimensi religinya terletak pada pesan yang besifat dan
bernilai keagamaan, hal ini didukung oleh topic of story-nya (latar belakang tema) yang
mengambil dari kisah beberapa ayat al-Qur'an. Sedangkan mengenai dimensi fiksi ilmiahnya
terlihat oleh setting tentang adanya sebuah alat yang belum pernah ada yang disebut
komunikator 2000 dan mesin lorong waktu. Mesin itu digambarkan sebagai sebuah alat yang
dapat mengirimkan obyek ke dimensi waktu manapun dengan membawa sebuah alat
komunikasi berupa pulpen kecil yang di dalamnya ada sebuah kamera kecil yang bisa
menghubungkan dengan mesin lorong waktu yang mengabaikan ruang dan waktu. Sinetron
ini sangat sarat dengan pesan moral yang muncul dari setiap perjalanan dengan mesin waktu
tersebut, membuat sinetron ini sangat edukatif serta tidak membosankan.

BAB III
KESIMPULAN

Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa
tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun
anak-anak. Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang
ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri
tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987) mengemukakan bahwa siapapun yang menulis
sastra anak-anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan
pada kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-anak
adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan
anak-anak (Norton,1993). Namun demikian, dalam kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi
anak-anak itu terkadang dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa.
Sama halnya dengan sastra anak, tontonan untuk anak haruslah menandung nilai-nilai
tertentu yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak (baik dari segi psikis mau
pun segi fisik). Tontonan untuk anak sudah pasti harus memenuhi kriteria-kriteria tontonan
yan baik dan layak dikonsumsi oleh anak. YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia)
merumuskan beberapa kriteria aman mengenai tontonan anak:

Tayangan tersebut tidak mengandung unsur seksual

Menggunakan bahasa yang baik dan sopan

Tidak mengandung tayangan anti sosial

Dapat menumbuhkan nilai yang positif bagi anak (misalnya tumbuhnya rasa empati
dan kreatif)

Memiliki alur cerita yang jelas

Tayangan tersebut disukai anak-anak

Adanya batasan yang jelas antara tokoh yang baik dan buruk

Tontonan bagi anak banyak bentuknya, dapat berupa program tv kuis, program tv
edukatif, sinetron anak, dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Derry Mayendra,Pengaruh Tontonan terhadap Pembentukan Kepribadian


Anak, http://derrymayendra.blogspot.com/2011/07/pengaruh-tontonan-tehadappembentukan.html (akses tanggal 25 Mei 2016).

Surbakti, E.B. "Awas Tayangan Televisi; Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak
Anda". 2008. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo
Witakania. 2008. Aspek Psikopedagogik dalam Sastra Anak.
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Jakarta: Depdikbud.

Você também pode gostar