Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
: AUDITING
: UNIVERSITAS JAMBI
NAMA ANGGOTA
: 1. JANGCIK
2. GILANG RIDHO AKBAR
3. OKTA SADINRI
: 087896979720
Jawaban 1 (Audit):
Ketika hendak menentukan risiko audit beserta komponennya yang terdiri dari risiko
bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi.
Auditor (kami) harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
(a) Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
(b) Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang disebutkan
pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai dasar
memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b).
Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam
ukuran kuantitatif atau kualitatif. SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi
mengharuskan auditor dalam perencanaan auditnya untuk memperhitungkan antara lain,
pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. Pertimbangan tersebut
mungkin dikuantitatifkan atau mungkin tidak.
Auditor juga harus memutuskan untuk mengalokasikan dari total pertimbangan awal
materialitas sebesar $200.000, sebanyak $100.000 kepada piutang usaha, maka kesalahan
yang masih bisa ditolerir untuk akun piutang adalah sebesar $100.000. Ini berarti bahwa
auditor masih bersedia untuk menyatakan kewajaran penyajian akun iutang usaha bila
kesalahan yang terdapat di dalamnya $100.000 atau kurang dari itu.
Berikut ini adalah cara perhitungan dalam menentukan risiko audit.
DAR = IR x CR x DR
Dimana:
= Risiko Inheren
CR
= Risiko Pengendalian
DR
= Risiko deteksi
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
konsep pengendalian intern sebagai objek yang harus di pahami oleh auditor.
Berdasarkan defini pengendalian intern SA Seksi 319 sebagai berikut;
pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan paragraf 06
mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini:
1. Keandalan pelaporan keuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini:
1. Pengendalian intern merupakan proses.
Artinya suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak
terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Artinya bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan
oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan
personal lain. 3. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. 4. Pengendalian
intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan;
pelaporan keuangan,
Jawaban 3 (Audit):
Pada saat melakukan audit atas akun penjualan dan piutang dalam siklus pendapatan,
Anda menilai bahwa risiko salah saji material adalah tinggi. Bagaimana implikasi
peniliaan risiko tersebut terhadap pengujian-pengujian yang akan Anda lakukan?
Jelaskan dan berikan contoh!
Setelah auditor mengetahui jika resiko salah saji tinggi maka auditor harus melakukan
uji analitis terhadap akun penjualan dan piutang
Pengujian dalam akun penjualan
Terdapat tiga jenis salah saji yang mungkin terjadi :
1. Penjualan dimasukan dalam jurnal semenytara pengiriman tidak pernah dilakukan
2. Penjulan dicatat lebih dari satu kali
3. Pengiriman di lakukan kepada pelanggan fiktif dan di catat sebagai penjualan
Dua
jenis
salah
saji
yang
pertama
dapat
di
sebabkan
oleh
kesalahan
dan
PT. Y
perusahaan selama periode berjalan dari bukti bukti ini karna resiko dinilai tinggi maka
auditor memutuskan mengambil 50 bukti dari awal periode audit dan 50 bukti dari akhir
periode audit .
: UNIVERSITAS JAMBI
NAMA ANGGOTA
: 1. JANGCIK
: 087896979720
A. Sebutkan dan jelaskan lima keuntungan akibat adopsi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) terhadap kualitas sistem informasi PT. Tigo-Salma Otomotif.
Keuntungan yang akan di dapatkan oleh PT. Tigo-Salma Otomotf apabila melakukan
sebuah sistem yang terintegrasi yaitu:
1. Eliminasi
Proses-proses seperti pengecekan secara manual terhadap kalkulasi-kalkulasi rumit
yang tidak perlu lagi dilakukan setelah program berbasis spreadsheet dikembangkan
merupakan salah satu contoh dari kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi
informasi. Demikian pula dalam hal proses pembuatan laporan-laporan beragam- baik
yang bersifat periodik maupun ad-hoc yang biasanya memakan waktu berjam-jam
jika harus dikerjakan secara manual, akan dengan sendirinya hilang dengan
diinstalasinya suatu report generator berbasis computer.
2. Penyederhanaan
proses-proses tertentu atau pengurangan rantai proses untuk tujuan pelaksanaan
aktivitas yang lebih cepat dan murah. Kasus klasik yang paling sering dilakukan oleh
perusahaan adalah dengan cara melakukan simplifikasi terhadap formulir-formulir
yang biasa dipergunakan untuk tujuan kontrol internal perusahaan (karena
berdasarkan filosofi lama yang mengatakan bahwa semakin banyak SDM yang
terlibat dalam melakukan kontrol terhadap suatu proses, akan semakin baik karena
memperkecil kemungkinan terjadinya kolusi). Fasilitas komunikasi email dan
workflow yang ditawarkan pada konsep intranet merupakan salah satu alternatif yang
paling efisien dan efektif untuk mempersingkat prosedur pengajuan dan persetujuan
kredit di bank. Terlebih-lebih dengan dilengkapinya teknologi tersebut oleh sistem
keamanan komputer yang canggih
3. Mencegah terjadinya overcommitted atau shortage
Dengan diimplementasikannya jaringan komputer berskala WAN, proses pengecekan
barang di gudang yang biasanya harus melalui prosedur pada bagian logistik dapat
dilakukan pula oleh seorang salesman, sehingga dapat mencegah terjadinya
overcommitted atau shortage terhadap pesanan pelanggan.
4. Informasi yang Terintegraasi
D. Tentukan alternatif pendekatan pemrosesan mana yang paling tepat bagi PT. TigoSalma Otomotif agar dapat memenuhi beberapa tujuan yang disebutkan pada
kasus di atas!
Alternatif yang baik digunakan untuk tujuan PT. Tigo-Salma Otomotif agar dapat
memenuhi tujuan dari perusahaan tersebut yaitu menggunakan sistem Real Time
Processing.
E. Berikan tiga alasan/penjelasan logis atas pilihan jawaban nomor D tersebut terkait
dengan kesesuaian target tujuan PT. Tigo-Salma Otomotif!
1. Real Time Processing merupakan mekanisme pengontrolan, perekaman data,
pemrosesan yang sangat cepat sehinga output yang dihasilkan dapat diterima dalam
waktu yang relatif sama. Sehingga tujuan dari pada perusahaan berupa ingin
memberikan informasi kepada pelanggan dengan cepat melalui informasi yang
terintegrasi akan terealisasi dengan baik.
2. Pemrosesan real time memberikan perusahaan keuntungan persaingan pada pasar.
Dengan memelihara informasi persediaan, staf penjualan dapat menentukan dengan
cepat bahwa terdapat persediaan di gudang. Informasi yang mutakhir yang disediakan
melalui proses real time akan meningkatkan
: UNIVERSITAS JAMBI
NAMA ANGGOTA
: 1. JANGCIK
2. GILANG RIDHO AKBAR
3. OKTA SADINRI
NO PONSEL (Ketua Tim)
: 087896979720
Jawaban :
Bagaimana anda menjelaskan tentang masih adanya penyimpangan penggunaan dana
publik diberbagai lembaga negara (pusat dan daerah) padahal laporan keuangannya,
misalnya, telah dinyatakan wajar Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK?
WTP adalah singkatan dari Wajar Tanpa Pengecualian, sebuah opini yang dikeluarkan
auditor terhadap laporan keuangan. Sesuai amanat konstitusi dan UU No. 17 Tahun 2003,
audit atas laporan keuangan lembaga negara dilakukan oleh BPK. WTP akan diberikan oleh
BPK kepada suatu lembaga atau kementerian jika transaksi penggunaan anggaran tidak ada
yang mencurigakan. WTP tidak menjamin tidak ada korupsi di lembaga yang memperoleh
opini demikian. Hal ini dikarenakan Pemeriksaan laporan keuangan tidak ditujukan secara
khusus untuk mendeteksi adanya korupsi disamping hal tersebut terdapat berbagai celah
yang memungkinkan terjadi hal demikian misalnya seperti pembahasaan Peneliti Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi, termasuk yang melihat
salah persepsi di masyarakat dan lembaga negara tentang WTP. Penilaian BPK terhadap LHP
kementerian atau lembaga negara hanya menunjukkan pengelolaan, tidak memperlihatkan
penyimpangan. Secara administratif bisa dipertanggungjawabkan, tetapi secara hukum belum
tentu. WTP belum tentu bersih, kata Uchok kepada hukumonline (12 april 2015).
Perbedaan itu sangat mungkin terjadi karena, menurut Uchok, pemeriksaan tidak
dilakukan secara menyeluruh. Meskipun pemeriksa meminta semua dokumen pendukung,
hanya sekitar 26 persen yang diverifikasi tim pemeriksa. Inilah celah yang menurut Uchok
membuat opini WTP bisa berbanding terbalik dengan korupsi dan penyimpangan. Banyak
kasus yang membuktikan WTP di suatu lembaga bukan jaminan bebas korupsi.
Berdasarkan uraian diatas bisa dilihat hubungan antara opini audit dengan
penyelewengan anggaran bisa saja berbanding terbalik seperti beberapa contoh yang telah
diuraikan diatas. Selain contoh diatas masih banyak lagi celah yang memungkinkan adanya
hubungan yang saling bertolak belakang antara opini laporan keuangan pemerintah dengan
penyelewengan atau penyalahgunaan anggaran seperti kerjasama antara tim pengaudit atau
pemeriksa laporan keuangan dengan lembaga negara seperti kasus dua orang auditor BPK
perwakilan Jawa Barat yang divonis masing-masing empat tahun penjara karena menerima
suap ratusan juta dari pejabat Pemko Bekasi. Uang suap itu diberikan agar Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Bekasi memuat WTP.
Permasalahan opini BPK terhadap Pemda bukanlah hal yang utama, tetapi dampaknya
terhadap persoalan lainnya antara lain : kepercayaan yang pudar pada masyarakat terhadap
audit ekternal dari pemerintah sehingga muncullah wacana penggunaan audit ekternal dari
pihak swasta.
Apakah BPK dapat mempertahankan statusnya yang independen, dapat bekerjasama
dalam melaksanakan tugas pemerintahan, kerjasama yang dimaksud saling menghargai status
masing-masing, tugas dan fungsi masing-masing, hal yang memungkinkan untuk pembinaan.
Dari temuan kasus korupsi dengan opini BPK di atas, beberapa hal menjadi bahan pertanyaan
atau yang mungkin menjadi permasalahan antara lain :
1. Apakah ada hubungan opini BPK dengan temuan kasus keuangan Pemda
2. Apakah ada hubungan opini BPK dengan temuan dan sistem pengelolaan keuangan.
3. Apakah ada hubungan opini WTP BPK dengan Kasus Korupsi sistem pengelolaan
keuangan atau dapat menjamin baiknya sistem pengelolaan keuangan yang pada
gilirannya akan dapat menghindari atau meminimalkan penyalahgunaan anggaran (kasus
korupsi).
Dari temuan kasus dan opini BPK pada pemerintah daerah di Indonesia sebagaimana
tersebut di atas dapat diketahui 2 (dua) persoalan yang berbeda antara lain temuan kasus
dari hasil pemeriksaan dan opini setelah memeriksa menemukan kasus atau tidak adanya
kasus, jadi sulit untuk menghubungkan kedua persoalan dan mungkin juga kedua hal ini
adalah hal yang sama atau memiliki hubungan sebab akibat. Untuk dapat menganalisa
lebih lanjut hal tersebut, lihatlah suatu telaah berikut ini:
1. Pernyataan Ketua BPK dengan ditemukan berbagai kasus keuangan di berbagai
pemerintah daerah ternyata kasus keuangan di Indonesia masih sangat tinggi.
2. Pernyataan Ketua BPK bahwa dari hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah
daerah (LKPD) adanya perbaikan sistem pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
daerah khususnya dalam pencatatan dan pelaporan keuangan daerah oleh pemerintah
daerah karena kenaikan proporsi opini WTP dibanding tahun sebelumnya.
Bila dicermati pernyataan 1 dan 2 di atas sepertinya terpisah karena di satu sisi kasus
keuangan masih tinggi namun pada sisi yang lain dinyatakan adanya perbaikan sistem
pengelolaan keuangan tetapi menurut hemat kami pernyataan tersebut sama-sama adanya titik
lemah pada beberapa pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hanya saja
kelemahannya semakin berkurang dari tahun sebelumnya. Selanjutnya kenapa penjelasannya
berbeda karena adanya temuan sudah berarti ada kasus sedangkan pembentukan opini belum
tentu didasari hanya pada ada kasus tidak tertutup kemungkinan opini BPK juga terbentuk
karena tidak memiliki kasus. Pada bagian lain pertanyaan apakah ada hubungan antara
temuan kasus dengan opini BPK, jawabannya ada karena objeknya adalah sama. Hubungan
antara temuan kasus dengan opini dari data yang ada sulit dipahami namun dari penjelasan
diketahui temuan kasus mempengaruhi opini. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia, belum sepenuhnya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan (sesuai aturan). Hasil pemeriksaan BPK telah membuktikan temuan
kasus tentunya mempengaruhi pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia yang
berlangsung kurang baik.
Kalau dihubungkan opini WTP dengan pengelolaan keuangan mestinya mempunyai
hubungan, karena Pernyataan profesional BPK selaku auditor atas kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam Laporan Keuangan didasarkan pada kriteria : (Modul Teknik
Pengelolaan Keuangan Negara LAN-RI tahun 2012) a) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintah; b) Pengungkapan yang memadai; c) Kepatuhan terhadap ketentuan perundangundangan; d) Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI); Bila dipenuhi kreteria penilaian
kewajaran dalam pemeriksaan berarti sistem pengelolaan keuangan berpeluang akan baik
yang memenuhi kesesuaian standar akuntansi pemerintah yang saat ini dengan basis akrual,
pengungkapan yang memadai, kepatuhan dan pengendalian internal, namun faktanya bahwa
banyak daerah berusaha memperoleh opini WTP sehingga berita yang berkembang di
berbagai media, masyarakat bertanya-tanya terhadap hasil audit WTP BPK pada beberapa
pemerintah daerah, keyakinan terhadap hasil audit diragukan karena tidak sedikit pemerintah
daerah yang telah memperoleh opini WTP LKPDnya, dijumpai kasus-kasus korupsi pada
daerahnya. Factor yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pemerintahan adalah manusia
sebagai pelaksana, baik atau buruknya pelaksanaannya. Manusia merupakan faktor yang
paling esensial dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik sebagai pelaku maupun penggerak
proses mekanisme dalam sistem pemerintahan. Supaya mekanisme pemerintahan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka individu harus baik pula
dalam pelaksanaan. Mekanisme pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah hanya
dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan apabila
manusia sebagai subyek sudah baik pula. Hal ini akan berkaitan dengan perilaku individu dan
budaya yang tercermin dalam instansi yang bersangkutan. Perilaku individu akan
berhubungan dengan kepribadiannya, seperti kejujuran, konsistensi dengan nilai-nilai serta
sumpah jabatan ketika karyawan tersebut akan mengemban sebuah amanat yang sangat
penting. Budaya akan berhubungan dengan nilai-nilai kelompok yang diyakini dan sejak lama
diwariskan oleh pendahulu. Ketika penilaian bersifat menyimpang dari yang seharusnya,
apakah budaya akan mentoleransinya, ataukah menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.
Pembiaran yang dilakukan oleh pemimpin akan menjadikan hal tersebut menjadi budaya
yang diyakini benar dan akan selalu diwariskan kepada penerusnya kelak. Ketika korupsi
masih sering dan selalu terjadi, maka sudah bisa dipastikan bahwa pengelolaan keuangan
yang salah dilakukan atau setidaknya dicontohkan dari kepemimpinan tertentu. System yang
dibentuk manusia tidak salah, namun manusianyalah sebagai eksekutor yang patut
disalahkan. System tidak akan bisa mengambil keputusan, namun manusia yang melakukan.
Perlunya menanamkan nilai kejujuran, integritas terhadap sumber daya manusia yang ada di
lingkungan pemerintahan sangat penting, untuk menjaga agar semua mampu melaksanakan
tugasnya tanpa melakukan penyimpangan yang akan merugikan Negara dan rakyat dan hal
tersebut secara implisit dapat menjelaskan tentang masih adanya penyimpangan penggunaan
dana publik diberbagai lembaga negara (pusat dan daerah) padahal laporan keuangannya,
misalnya, telah dinyatakan wajar Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK?
: PAJAK
: UNIVERSITAS JAMBI
NAMA ANGGOTA
: 1. JANGCIK
2. GILANG RIDHO AKBAR
3. OKTA SADINRI
: 087896979720
Jawaban 1 (Pajak):
A. PPH BADAN YANG TERHUTANG
pendapatan bruto
:Rp 10.000.000.000
laba bersih
:Rp 4.800.000.000
PPH TERHUTANG
(0.25-(Rp 0.6M/penghasillan bruto)xlaba bersih)
(0.25-(Rp 600.000.000/ Rp 10.000.000.000)x Rp 4.800.000.000)= Rp 912.000.000
Dividen yang di bagikan 45% dari laba bersih = 45%* Rp 4.800.000.000 = Rp 2.160.000.000
Pph terhutang (dividen * tarif pajak)
(Rp 2.160.000.000*15%)= Rp 324.000.000
Total pph terhutang (Rp 912.000.000+Rp 324.000.000)= Rp 1.236.000.000
B. PPH PASAL 26
Honor Christian sebesar Rp 100.000.000,00
PPH PASAL 26= (Rp 100.000.000*20%) = Rp 20.000.000
C. PPH PASAL 23 DARI DIVIDEN PT ANUGRAH UTAMA DENGAN DUA KONDISI
a. Semua convertible bonds tidak dikonversi ke saham biasa :
convertible bonds senilai US$ 100.000
KURS sesuai keputusan Menteri Keuangan Rp 12.700.
Pph pasal 23 : (100.000*12.700)*15%= Rp 190.500.000
b. 70% dari convertible bonds dikonversi ke saham biasa
30%*100.000
= US$ 30.000
150*70%*1000 = US$ 105.000
Total
US$ 135.000
20.508.000
8.001.000
16.002.000
Rp 44.511.000
*Dalam Rupiah
Jawaban 2 (Pajak) Dalam Rupiah:
Identitas perusahaan
Nama
: PT Indo Elektro
Pemilik
Tahun berdiri
: 2010
Bidang usaha
Cakupan produk
digital (MRI),
Daerah
: Sulawesi Utara
Harga beli
600000000
400000000
200000000
Nilai residu
100000000
50000000
-gaji
55.000.000
4.500.000
6.000.000
20.000.000
-training karyawan
15.000.000
-seragam pegawai
12.000.000
-biaya pengangkutan
5.000.000
7.800.000
6.000.000
35.000.000
4.000.000
40.000.000
10.000.000
220.300.000
579.700.000
koreksi fiskal
ditambah:
pengobatan ditanggung perusahaan
cadangan penghapusan piutang
total
dikurang:
20.000.000
6.000.000
26.000.000
18.125.000
7.875.000
= 30.000.000
: (200.000.000-50.000.000)*25%*9/12 = 28.125.000
*58.125.000
587.575.000
29.378.750
558.196.250
**139.549.062.5
: UNIVERSITAS JAMBI
NAMA ANGGOTA
: 1. JANGCIK
2. GILANG RIDHO AKBAR
3. OKTA SADINRI
: 087896979720
Daftar Pustaka
Indrajit, Richardus Eko. Manajemen Sistem Informasi Dan Teknologi Informasi. Kumpulan
Artikel Stemik Perbanas Renaisan Center.
Setyobudi, Yayon Wahyu. 2006. Pemodelan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Dalam
Perencanaan Audit Umum Pada Divisi Audit Intern (Studi Kasus Pada Pt Bank Abc
Kantor Cabang Jakarta). Program Studi Magister Sains Akuntansi
Program
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5018b694aa3f8/awas--sesat-pikir-tentang-wajartanpa-pengecualian