Você está na página 1de 8

.

Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan Ruminansia

2.2.1

Saluran Pencernaan:
Mulut
Esofagus
Lambung: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum
Usus halus
Usus Besar (Kolon)
Rektum

Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan
di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalm mulut terdapat saliva.

Pengertian saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam
cavitas oral.
Komposisi saliva:
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun
utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai
kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,
maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino,
lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%
Fungsi saliva:
a. membantu penelanan
b. buffer (ph 8,4 8,5)
c. suplai nutrien mikroba (70% urea)
Mekanisme sekresi saliva
Di kelenjar saliva, granula ssekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva
dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Karakteristik ketiga kelenjar saliva pada
sebagai berikut:manusia dapat diringkas
SALIVA : SAPI 150 liter/hari
DOMBA 10 liter/hari
Enzim : Pregastric esterase
2.2.2 Lambung Ruminansia
a. Rumen
Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada rumen
terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan
fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan dengan
kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan hidrokitik
membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan. Ternak ruminansia besar seperti sapi
potong dan sapi perah dapat memanfaatkan pakan dengan kandungan nutrisi yang sangat
rendah, akan tetapi boros dalam penggunaan energi.

Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi
dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga abdominal bagian
kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada
permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan
akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara
fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba.

LETAK: sebelah kiri rongga perut


ANATOMI :
Permukaan dilapisi papila (papila lidah) memperluas
permukaan untuk absorbs
Terdiri 4 kantong (saccus)
Terbagi menjadi 4 zona

KONDISI :
BK isi rumen : 10 -15%
Temperatur : 39-40C
pH = 6,7 7,0
BJ = 1,022 1,055
Gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S
mikroba: bakteri, protozoa, jamur
Anaerob

FUNGSI :
Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
Absorbsi : VFA, ammonia
Lokasi mixing
Menyimpan bahan makanan fermentasi

1)
2)
3)
4)

PEMBAGIAN ZONA DI DALAM RUMEN


PEMBAGIAN MIKROBIOLOGIS:
Zona gas : CO2, CH4, H2, H2S, N2, O2
Zona apung (pad zone) : Ingesta yang mengapung (ingesta baru dan mudah dicerna)
Zona cairan (intermediate zone) : cairan dan absorbsi
metabolit
yang terlarut dalam cairan (>>mikroba)
Zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapat
dicerna dan bendabenda asing

b. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum
adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan
langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas
diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi
tercampur.
Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen
Terdapat lipatan-lipatan esofagus yang meru-pakan lipatan jaringan yg langsung dr
esofagus ke omasum

c.

Permukaan dalam : papila sarang laba-laba (honey comb) perut jala


Fungsi:
tempat fermentasi
membantu proses ruminasi
mengatur arus ingesta ke omasum
Absorpsi hasil fermentasi
tempat berkumpulnya benda-benda asing
Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph
omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang
yang disebut omaso abomasal orifice.
Letak : sebelah kanan(retikulum) grs media (disebelah rusuk 7-11)
Bentuk : ellips
Permukaan dalam berbentuk laminae perut buku (pada lamina terdapat papila untuk
absorpsi)
Fungsi: grinder, filtering, fermentasi, absorpsi)

d. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah
untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum
asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika
kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri.
Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi
dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa
menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan
HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
Letak :
dasar perut (kanan bawah)
Bentuk : memanjang
Bagian dalam terdapat tonjolan : fold absorpsi
Terdiri 3 bagian:
kardia : sekresi mucus
Fundika: pepsinogen, renin, HCl, mukus
Pilorika : sekresi mukus
Fungsi: - tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) Pencernaan protein
mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum
2.2.3

Usus Halus (Intestinum Tenue)


Fungsi : pencernaan enzimatis dan absorpsi
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:
Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer
Cairan empedu: dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan lipase
pankreas, zat warna
Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung
Cairan usus
Pankreas

2.2.4

Letak : lengkungan duodenum


Mensekresikan enzim:
Amilase : alfa amilase, maltase, sukrase
Protease : tripsinogen, kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase
Lipase : lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase
Nuklease: ribonuklease, deoksi ribonuklease
SEKUM DAN KOLON
Bentuk: tabung berstruktur sederhana, kondisi = rumen
Fungsi: fermentasi oleh mikroba
Absorpsi VFA dan air kolon
Konsentrasi VFA: sekum: 7 mM, kolon: 60 mM (rumen = 100 150 mM)

2.3.SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA RUMINANSIA

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia:


1
.
2
.
3
.
4
.

Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa


tetumbuhan seperti rumput.
Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar.
Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum,
Omasum dan Abomasum.

Gbr. Saluran pencernaan hewan pemamah biak

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut,
faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3
3
M
P
C
I
I
C
P
3
3
4
4
3
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang

M
3

Rahang atas
Jenis gigi
Rahang bawah

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak
dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat,
yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan)
pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus
berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah
kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan
fermentasi.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasumdengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara
bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum,
yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa
menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang
sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi
sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan
asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi
bahan baku pembentukkan susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan
memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada
sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum
tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan
marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada
sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali.
Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.
Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya
berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan
cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi
oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang
dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam
lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan
keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang
mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
2.4. GANGGUAN DAN KELAINAN SISTEM PENCERNAAN

Gangguan Sistem Pencernaan


Apendikitis
Diare
Kontipasi (Sembelit)
Maldigesti
Parotitis
Tukak Lambung/Maag
Xerostomia
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah,
infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare,
sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
2.4.1

Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering
dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare
antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding
usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral,
sehingga terjadi dehidrasi.

2.4.2

Konstipasi (Sembelit)
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak
diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang
mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

2.4.3

Tukak Lambung (Ulkus)


Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan
permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak
lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga
perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai
berikut:Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain
adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan
cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau
lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan
mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau
peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang
disebut apendisitis.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari semua hasil pembahasan tentang sistem dan proses pencernaan pada ternak ruminansia ,
maka dapat disimpulkan bahwa saluran pencernaan ruminansia (dalam hal ini kambing),
pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut, esophagus, rumen, reticulum, omasum,
abomasums, duodenum, yeyenum, ileum, secum, colon, dan anus.
Yang membedakannya dengan sistem pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah
lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia
mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi
spesifiik masing-masing

3.2.Kritik dan Saran

Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Você também pode gostar