Você está na página 1de 5

TUGAS: 1

MAKALAH

OLEH
NAMA : RUSLIADI
NIM

: BS 111104002

JURUSAN : TEKNIK SIPIL


TAHUN 2015/2016

A. Sifat fisis kayu


Diantara sifat fisis kayu yang paling penting adalah berat jenis dan sifat
higroskopisitasnya. Sifat higroskopisitas kayu tidak lain adalah akibat adanya
hubungan kayu dengan air, sedangkan berat jenis kayu erat hubungannya
dengan massa dari zat penyusun kayu ( Anonim 1999).
1. Kerapatan dan berat jenis
Menurut Brown et al. (1952), berat jenis kayu adalah perbandingan antara
kerapatan kayu tersebut terhadap benda standart. Kerapatan adalah
perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Air pada
temperatur 40 C atau 32,5 0F mempunyai kerapatan sebesar 1 g/cm3. oleh
karna itu air pada temperatur tersebut dijadikan sebagai kerapatan standar.
Berat kayu meliputi berat zat kayu sendiri, berat zat ekstraktif dan berat air
yang dikandungnya. Jumlah zat kayu dan zat ekstraktif biasanya konstan,
sedangkan jumlah air berubah-ubah. Oleh karna itu berat jenis dari sepotong
kayu bervariasi tergantung dari kadar air yang dikandungnya. Untuk
mendapat keseragaman, maka pada umumnya dalam penentuan berat jenis
kayu, berat ditentukan dalam keadaan kering tanur. Dalam keadaan kering
tanur, volumekayu akan mencapai minimum sedangakan air yang
dikandungnya sangat kecil, kurang lebih 1% dari berat kayu (Brown et al.
1952).
Brown et al. (1952) menyatakan bahwa berat jenis kayu bervariasi diantara
berbagai jenis pohon dan diantara pohon dari satu jenis yang sama. Variasi
ini juga terjadi pada posisi yang berbeda dari satu pohon. Adanya variasi
jenis kayu tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah zat penyusun
dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit volume.
2. Kadar Air
Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering
tanur. Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya
secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam satu pohon kadar
air segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen
dan Bowyer, 1993).

B. Sifat mekanis kayu


1. Modulus Elastisitas
Menurut haygreen dan Bowyer (1993) kekuatan lentur atau Modulus of Elasticity (MOE) adalah
suatu nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan dibawah
batas proporsi. Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per unit luas, sedangkan
renggangan adalah perubahan panjang per unit panjang bahan. Modulus elastisitas (MOE)
berkaitan dengan regangan, defleksi dan perubahan bentuk yang terjadi. Besarnya defleksi
dipengaruhi oleh besar dan lokasi pembebanan, panjang dan ukuran balok serta MOE kayu itu
sendiri. Makin tinggi MOE akan semakin kurang defleksi balok atau gelagar dengan ukuran
tertentu pada beban tertentu dan semakin tahan terhadap perubahan bentuk (Haygreen dan
Bowyer, 1993)

2. Kekuatan Lentur Patah


Menurut kollman dan Cote (1968) kekuatan lentur patah atau Modulus of
Rupture (MOE) merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan
kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau
gaya luar yang bekerja padanya dan cenderugn merubah bentuk dan ukuran
kayu tersebut. Modulus of Rupture (MOR) dihitung dari beban maksimum
(beban pada saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan
pengujian yang sama untruk MOE (Haygreen dan Bowyer, 1993).

3. Keteguhan Lentur Statis (Static Bending strength)


Menurut Dumanauw (2001), keteguhan lentur atau lentur adalah kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu. Pada balok sederhana yang dikenai beban maka
bagian bawah akan mengalami bagian tarik dan bagian atas mengalami tegangan tekan maksimal.
Tegangan ini secara perlahan-perlahan menurun kebagian tengah dan menjadi nol pada sumbu
netral. Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan dengan modulus patah. Dan pengujian
keteguhan lentur diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu
maksimum. Di bawah batas proporsi terdapat hubungan garis lurus antara besarnya tegangan dan
regangan, dimana nilai perbandingan antara regangan dan tegangan ini disebut modulus elastisitas
(MOE). Keteguhan lengkung maksimum (MOR) dihitung dari beban maksimum (beban pada saat
patah) dalam uji keteguhan lengkung dengan menggunakan pengujian yang sama untuk
menentukan MOE (Haygreen dan Bowyer,2003).

4. Keteguhan Tekan (Compression stregth)


Keteguhan tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu
dipergunakan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini dibadakan dua macam tekan, yaitu tekan tegak
lurus arah serat dan yekan sejajar arah serat. Keteguhan tekan tegak lurus serat menentukan
ketahanankayu terhadap beban. Ketegukan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu
dan keteguhan geser. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil
dibandingkan keteguhan sejajar arah serat.

5. Keteguhan Geser
Menurut Dumanauw (2001), keteguhan geser adalah ukuran kekuatan kayu dalam hal
kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser kebagian
lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan tiga macam keteguhan yaitu, keteguhan geser
sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus serat, dan keteguhan geser miring. Keteguhan geser
tegak lurus arah serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.

6. Keteguhan Tarik (Tension Strength)


Kekuatan atau Keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
menarik kayu itu.Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada kekuatan tarik sejajar
arah serat. Keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap
pembelahan (Dumanauw,2001)

7. Keteguhaan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah
kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuataan sirap dan kayu bakar.
Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukiran-ukiran (patung).
Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial daripada arah tangensial.

8. Keteguhan Pukul
Keteguhan pukul adalah kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak,
misalnya pukulan (Dumanauw,2001). Menurut Mardikanto (1979), sifat kekuatan kayu dapat
dikatakan kekuatan pukul karena beban yang diberikan berupa beban pukul, dalam arti sehari-hari
kayu ulet adalah kayu yang sukar pecah, atau masih tetap tahan meski dibebani sampai beban

maksimum, atau kayu masih melekat satu dengan yang lainnya meski sudah mengalami
kerusakan akibat pembebanan.

9. Kekerasaan (Hardnesss)
merupakan ukuran kekerasan kayu untuk menahan kikisan pada permukaannya, sifat kekerasan
ini dipengaruhi oleh kerapatan kayu, keuletan kayu,ukuran serat, daya ikat antar serat Nilai yang
di dapaat dari hasil pengujian merupakanuji pembanding, yaitu besar gaya yang dibutuhkaan
untuk memasukan bola baaja berdiameter 0.444 inchi pada kedalamaan 0.22 inchi
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sifat Mekanis Kayu Menurut Tsoumiis
(1991) sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kadar
air,kerapatan, struktur, temperature, lama pembebanan dan cacat. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali juga kuat
sekali, dan bahkan kekuatan, kekerasan, dan sifat mekanik lainnya adalah
berbanding lurus dengan berat jenisnya (PKKI 1961).

Você também pode gostar