Você está na página 1de 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN PNEUMONIA DI RUANG


SAKURA RSD. dr. SOEBANDI JEMBER

oleh:
Dewa Ayu Eka Chandra M. S, S.Kep
NIM 11231101047

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2015

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA DI RUANG SAKURA RSD
dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh : Dewa Ayu Eka Chandra Merta Sari S. Kep.
1. Kasus
Pneumonia
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi (Mansjoer, 2000). Menurut
Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi. Pneumonia adalah proses inflamatori
parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur
atau oleh benda asing Pneumonia merupakan peradangan akut pada paruparu dengan akumulasi eksudat di dalam alveoli dan saluran pernafasan
yang mengganggu proses pernafasan (Smeltzer, 2001). Pneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007). Jadi pneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau fungi
yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas.

Gambar 1. Pneumonia
b. Klasifikasi Pneumonia
Menurut PDPI (2003) pneumonia dapat diklasifiasikan menjadi 3, yaitu:
1.

Berdasarkan klinis dan epidemologi :

a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), pneumonia


menular pada orang yang belum atau baru saja dirawat di rumah sakit
dapat disebabkan oleh bakteri,virus maupun jamur.
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia

atau

nosokomial pneumonia) adalah pneumonia diperoleh selama atau


setelah rawat inap untuk penyakit lain atau prosedur dengan onset
setidaknya 72 jam setelah masuk
c. Pneumonia aspirasi
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia backerial atau tipikal, beberapa bakteri misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita
pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c. Pneumonia virus, disebabkan oleh virus influenza
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama

pada

penderita

dengan

daya

tahan

lemah

(immunocompromised) disebabkan oleh Aspergillus Fumigatus


3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris, seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat
terutama terdapat intra alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella
merupakan organism penyebab tersering.
b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
c. Pneumonia interstisial, melibatkan daerah di antara alveoli dan dapat
disebut "pneumonitis interstisial." Hal ini lebih cenderung disebabkan
oleh virus atau oleh bakteri atipikal
c. Etiologi Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
(Misnadiarly, 2008):
1. Bakteri: streptococus pneumoniae, staphylococus
2. Virus: influenza, parainfluenza, adenovirus, varicella, rubeola
3. Jamur: candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carinii
4. Aspirasi: makanan, cairan lambung
5. Inhalasi: racun, bahan kimia, rokok, debu dan gas

6. Mikroplasma (menyerang anak diatas usia balita)


d. Patofisiologi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di
tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada
lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia)
untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar pada saat itu terjadi
proses peradangan. Akibat dari masuknya mukus ke dalam alveoli terjadi
peningkatan konsentrasi protein cairan alveoli sehingga menyebabkan
tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi
penurunan difusi sehingga terjadi akumulasi cairan pada alveoli yang akan
menekan saraf dan menyebabkan timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi
cairan pada alveoli akan menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran
gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan menyebabkan konsolidasu
di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi comience paru menurun
sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan terjadinya gangguan
pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga akan
menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan
hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga
timbul masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum
masuk ke lambung akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat
menimbulkan mual dan muntah.
e. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sering muncul pada klien dengan pneumonia adalah
(Smeltzer, 2001):
1. Demam;

2. Menggigil;
3. Nyeri dada pleuritik seperti ditusuk-tusuk ketika bernapas dan batuk;
4. Takipneu;
5. Pernapasan mendengkur;
6. Pernapasan cuping hidung;
7. Penggunaan otot-otot aksesori pernapasan
8. Sakit kepala;
9. Bibir dan kuku sianosis;
10. Sputum berbusa pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
pneumokokus, stafilokokus, klebsiella, dan sstreptokokus;
11. Sputum kental pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
klebsiella;
12. Sputum berwarna hijau pada pneumonia yang dakiatkan oleh H.
Influenza.
f. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi
menyertai pneumonia adalah:
1. abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
2. efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
3. empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,
4. gagal nafas,
5. endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
6. meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,
7. pneumonia interstitial menahun,
8. atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Soemantri, 2007):
1. Chest X-ray, teridentifikasi penyebaran dan menunjukan multiple
abses atau infiltrate.
2. Pewarnaan gram dilakukan dengan melakukan biopsy dan biopsy paru
terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab

3. Tes serologi, membantu membedakan diagnosis padaorganisme secara


spesifik
4. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan leukositosis umumnya
menandai adanya infeksi bakteri
5. Analisa gas darah, dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen
6. LED, terjadi peningkatan
7. Pemeriksaan fungsi paru dapat muncul volume mungkin menurun,
tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia
h. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian antibiotic
Penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti penicillin,
cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
b.
c.
d.
e.

Antibiotik misalnya ampisilin, kloramfenikol, sefatoksin, amkasin


Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
Pemberian O2
Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan
dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigenasi 1-2 L/menit.
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pendidikan kesehatan terkait pneumonia

J. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
a) Identitas klien, meliputi:
1.

Nama
Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien dan untuk
membangun hubungan saling percaya sehingga mempermudah dalam
melakukan asuhan keperawatan.

2.

Umur
Angka kejadian tertinggi pada usia balita sedangkan pada usia dewasa
dapat ditemukan akibat satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu
daya tahan tubuh. Pneumonia merupakan penyebab mortalitas pada
dewasa muda

3.

Jenis kelamin
Insidensi pneumonia pada laki-laki dan wanita sama

4.

Agama
Untuk mengakaji status spiritual sehingga kebutuhan fisik, psikis dan
spiritual dapat dipenuhi.

5.

Pendidikan
Untuk mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait penyakit yang
dideritanya.

6.

Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terjadinya pneumonia

7.

Alamat
Untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang mungkin
mempengaruhi keadaan sakitnya.

8. Diagnosa medik
Mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien

b) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien yaitu sesak napas, demam
dan batuk
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah hal-hal yang berkaitan dengan keluhankeluhan baik keluhan utama maupun keluhan yang menyertai. Riwayat
kesehatan sekarang yang dialami pasien diantaranya sesak napas, demam,
batuk, myalgia, malaise, dan nyeri kepala
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit dahulu, perlu ditanyakan tentang penyakit-penyakit yang
pernah diderita pasien baik yang berhubungan secara langsung maupun
tidak serta riwayat pernah masuk RS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
c) Pola Pengkajian Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kondisi lingkungan klien perlu dikaji termasuk kebersihan lingkungan klien

2. Pola nutrisi dan metabolic


Muncul mual, muntah, penurunan nafsu makan dan peningkatan suhu tubuh
yang mendadak
3. Pola aktivitas dan latihan
Terjadi kelemahan akibat dispneu dan penurunan toleransi terhadap aktivitas
4. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur dapat terganggu akibat batuk yang dialami
5. Pola eliminasi
Kuman yang masuk hingga system pencernaan akan mengakibatkan
peningkatan motilitas usus sehingga tidak jarang menimbulkan diare.

6. Pola neurosensory
Dapat muncul nyeri dada subternal yang akan muncul saat batuk dan nyeri
kepala.
7. Pola mekanisme koping
Klien dapat mengalami stress karena ketidaknyamanan yang diakibatkan
oleh penyakitnya.
8. Pola konsep diri
Gangguan konsep diri dapat muncul akibat penyakit yang dialami
9. Pola hubungan
Dapat terjadi ketegangan hubungan antara klien dan keluarga tergantung
dari mekanisme koping yang dimiliki
10. Pola reproduksi
Dapat terganggu akibat gejala yang muncul akibat penyakit
11. Pola kepercayaan
Berkaitan dengan keyakinan dan agama klien dalam mengahadapi penyakit
d) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: terlihat lemah maupun sesak
2. Kesadaran

: compos mentis hingga somnolen

Tanda-tanda vital: TD dapat normal atau hipotensi

Nadi meningkat
:suhu meningkat
:RR takipneu
3. Kepala

: tidak ada kelainan

4. Mata

: konjungtiva anemis

5. Hidung

: dapat terlihat pernapasan cuping hidung

6. Paru

a. Inspeksi

: pengembangan paru berat, asimetris, terlihat penggunaan


otot bantu nafas dan retraksi

b. Palpasi

:pengembangan paru asimetris pada area konsolidasi dan


meningkat jika terjadi pada kedua sisi

c. Perkusi

: bunyi redup pada area konsolidasi

d. Auskultasi

: bunyi nafas berkurang, terdengar crakels, ronki

7. Jantung

: kondisi jantung normal jika tidak terjadi kelainan

8. Ekstremitas

: dapat terlihat sianosis maupun kelemahan

e) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Soemantri, 2007):
1. Chest X-ray, teridentifikasi penyebaran dan menunjukan multiple abses
atau infiltrate.
2. Pewarnaan gram dilakukan dengan melakukan biopsy dan biopsy paru
terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab
3. Tes serologi, membantu membedakan diagnosis padaorganisme secara
spesifik
4. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan leukositosis meningkat umumnya
menandai adanya infeksi bakteri
5. Analisa gas darah, dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen
6. LED, terjadi peningkatan

7. Pemeriksaan fungsi paru dapat muncul volume mungkin menurun, tekanan


saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia

k. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan pneumonia :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi mucus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terjadinya konsolidasi dan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyumbatan bronkus
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme akibat
proses peradangan
5. Nyeri pleuritik berhubungan dengan proses peradangan pada parenkim
paru
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya pemenuhan
oksigen ddan peningkatan laju metabolisme
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan intake berhubungan dengan faktor biologis

l. Rencana Asuhan Keperawatan


No
1.

Diagnosa
keperawatan
Bersihan jalan
napas tidak

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC:

1. Pemantauan pernapasan pasien,

a.

Respiratory status :

efektif

Ventilation

berhubungan

b.

dengan
peningkatan
sekresi mucus

Respiratory status :
Airway patency

c.

Intervensi keperawatan

Aspiration Control

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x 24 jam pasien
menunjukkan keefektifan jalan nafas
dibuktikan dengan kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang

mengumpulkan dan menganalisis data

Rasional
1. Untuk
memastikan

pasien ( tanda vital )


2. Manajemen jalan napas
3. Berikan udara/oksigen
4. Pengaturan posisi, mengubah posisi

kepatenan

pasien
5. Lakukan dan bantu dalam terapi

gas yang

nebulizer
6. Instrusikan kepada pasien tentang batuk
efektif dan teknik nafas dalam
7. Pengisapan jalan napas ( suction )
8. Kolaborasi pemberian obat :
bronkodilator

jalan napas
dan pertukaran
adekuat
2. Memfasilitasi
kepatenan
jalan napas
3. Membantu
jalan napas
4. Untuk

bersih, tidak ada sianosis dan

memfasilitasi

dyspneu (mampu

kesejahteraan

mengeluarkan sputum,

fisiologis dan

bernafas dengan mudah, tidak

psikososial,

ada pursed lips)

serta

b. Menunjukkan jalan nafas yang

memudahkan

paten (klien tidak merasa

mengeluarkan

tercekik, irama nafas,

skeret
5. Mengencerkan

frekuensi pernafasan dalam

secret ,

rentang normal, tidak ada

mempermudah

suara nafas abnormal)

pernapasan
6. Memudahkan

c. Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah faktor yang

pengeluaran

penyebab.

sekret
7. Untuk

d. Saturasi O2 dalam batas


normal

menghilangka

e. Foto thorak dalam batas

n secret
8. Untuk

normal

perawatan paru

2.

Gangguan

NOC:

1. Kaji pola pernapasan pasien dan monitor

1. Mengetahui

pertukaran gas

a.

berhubungan
dengan

Gas exchange
b.

terjadinya
konsolidasi dan

Respiratory Status :
Keseimbangan asam
Basa, Elektrolit

c.

pengisian rongga

Respiratory Status :
ventilation

alveoli oleh

d.

Vital Sign Status

eksudat

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3 x 24 jam
Gangguan pertukaran pasien teratasi
dengan kriteria hasi:
a. Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
b. Memelihara kebersihan paru

TTV.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
4. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
5. Monitor respirasi dan status O2
6. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot .
7. Monitor suara nafas, seperti dengkur,
monitor pola nafas
8. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
9. Kolaborasi pemberian obat

tindakan yang
akan dilakukan
selanjutnya
2. Memaksimalk
an ventilasi

3. Mengoptimalk
an pernapasan
4. Melakukan
tindakan
selanjutnya
5. Mengoptimalk
an jalan napas
6. Mengetahui
adanya
keabnormalan

paru dan bebas dari tanda tanda

pada

distress pernafasan

pernapasan

c. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang

untuk
mengoptimalk

bersih, tidak ada sianosis dan

an tindakan
7. Melakukan

dyspneu (mampu mengeluarkan

tindakan

sputum, mampu bernafas

selanjutnya
8. Mendengarkan

dengan mudah, tidak ada


pursed lips)

bunyi

d. Tanda tanda vital dalam rentang

pernapasan
9. Mengoptimalk

normal
e. AGD dalam batas normal

an pengobatan

f. Status neurologis dalam batas

yang diberikan

normal

3.

Ketidakefektifan

NOC:

pola napas

a. Respiratory status : Ventilation

berhubungan

b. Respiratory status : Airway

dengan
penyumbatan
bronkus

patency
c. Vital sign Status

1. Manajemen jalan napas


2. Pemantauan tanda vital
3. Pantau pola pernapasan , auskultasi suara
napa
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Ajarkan teknik batuk efektif
6. Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan
udara atau oksigen

1. memfasilitasi
kepatenan
jalan napas
2. Untuk
menentukan
dan mencegah
komplikasi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x 24 jam pasien

7. Atur posisi pasien


( fowler)
8. Kolaborasi pemberian obat

3. Mengetahui
tindakan

menunjukkan keefektifan pola nafas,

selanjutnya

dibuktikan dengan kriteria hasil:

yang akan

a. Mendemonstrasikan batuk efektif

dilakukan serta

dan suara nafas yang bersih, tidak

mengetahui

ada sianosis dan dyspneu (mampu

adanya suara

mengeluarkan sputum, mampu


bernafas dg mudah, tidakada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
c. Tanda- tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)

tambahan
4. Untuk
memperbaiki
pola
pernapasan
5. Mengeluarkan
sekret
6. Untuk
membantu
pola
pernapasan
7. Mengoptimalk
an pernapasan
8. Mengoptimalk

an pola
pernapasan

4. Hipertermi
berhubungan

NOC:

1. Monitor TTV pasien (tekanan darah, nadi,

Thermoregulasi

suhu, dan pernapasan).


2. Monitor dan laporkan tanda dan gejala

1. Untuk mengetahui
kondisi

umum

dengan

Setelah dilakukan tindakan

peningkatan laju

keperawatan selama 3x 24 jam

metabolisme

pasien menunjukkan :Suhu tubuh

3. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan.

adanya

akibat proses

dalam batas normal dengan kreiteria

4. Identifikasi kemungkinan penyebab

peningkatan suhu

peradangan

hasil:

hipertermi.

perubahan tanda vital.

a. Suhu 36 37C
b. Nadi dan RR dalam rentang
normal
c. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman

5. Anjurkan penggunaan selimut hangat untuk


menyesuaikan perubahan suhu tubuh.
6. Anjurkan asupan nutrisi dan cairan adekuat.
7. Anjurkan pemberian kompres hangat.

pasien.
2. Untuk memantau

tubuh pasien.
3. Untuk mengetahui
adanya tanda dan
gejala hipertermi.
4. Agar

dapat

mengontrol
perubahan

TTV

pasien.
5. Untuk

membuat

tubuh

merasa

nyaman.
6. Untuk
menghindari
terjadinya
dehidrasi
7. Untuk
menurunkan
panas badan.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Medica
Aesculpalus, FKUI
Betz, C. L., & Sowden, L. A .2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta:
RGC
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Misdiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pbeumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor
Price, S. 2005. Infeksi Pada Parenkim Paru: Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Smeltzer, Suzan C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC,
Jakarta.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Você também pode gostar