Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
usia yang sama Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti (keturunan, jenis kelamin dan usia) dan yang dapat dikontrol
(seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan garam
yang berlebihan). Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang
baik dan aktivitas fisik yang cukup seperti olahraga secara teratur (Swartz dan
Mark, 2003).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar
dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding,
yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung
menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus
dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff ,
2008).
Menurut Anderson (2011) latihan fisik pada lansia bisa terdiri dari latihan
aerobik, latihan kekuatan dan latihan rentang gerak. Latihan kekuatan biasanya
dilakukan oleh lansia laki-laki yaitu dengan cara mengangkat beban yang tidak
cukup berat untuk melatih kekuatan dan massa otot serta mencegah kehilangan
densitas tulang. Latihan aerobik adalah aktivitas yang menghasilkan peningkatan
denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung maksimal seseorang dalam
waktu 15 sampai 60 menit dan dilakukan tiga kali dalam satu minggu. Latihan
rentang gerak ada 2 macam yaitu ada yang aktif dan ada yang pasif. Latihan aktif
membantu mempertahankan fleksibilitas dan meningkatkan penampilan kognitif.
Sedangkan gerak pasif hanya membantu mempertahankan fleksibilitas. Menurut
Stanley dan Patricia (2007) dengan penurunan aktivitas fisik maka terjadi
penurunan masa otot dan tonus otot, kehilangan massa otot yang digantikan
dengan jaringan berlemak menyebabkan aktifitas fisik lansia berkurang dan
mempengaruhi sistem kardiovaskular dan mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit pada lansia. Latihan fisik pada penderita hipertensi terutama bagi
lansia sangat bermanfaat dimana saat dilakukan latihan fisik terjadi peningkatan
denyut jantung dan peningkatan curah jantung untuk mensirkulasi darah ke
seluruh bagian tubuh. Latihan fisik yang diberikan kepada masayarakat adalah
senam pencegahan stroke. Senam ini merupakan latihan atau gerakan pada tonus
otot, gerak motorik, sensorik, dan keseimbangan. Senam ini dirancang sedemikian
rupa untuk memberikan rangsangan pada beberapa reseptor yang akan dibawa ke
otak, selanjutnya diproses dan menghasilkan gerakan yang terkoordinasi.
II. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Berdasarkan uraian data pada latar belakang tersebut, diagnosa yang dapat
ditarik untuk kasus hipertensi pada lansia di Desa Jelbuk Dusun Krajan Timur 1
adalah sebagai berikut.
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan komunitas di Desa Jelbuk Dusun
Krajan Timur 1 berhubungan dengan nilai dan keyakinan yang salah tentang
hipertensi serta kurangnya pengetahuan terkait penyakit hipertensi yang
ditandai dengan
Data Subjektif:
1) 80% lansia mengatakan bahwa sering sakit kepala dan kaku pada leher
2) 70% lansia mengatakan bahwa sakit kepala setelah bekerja
3) 90% lansia laki-laki mengatakan bahwa ia merokok dan minum kopi
setiap hari
4) 10% lansia wanita mengatakan bahwa ia sering menginang
5) 70% lansia mengatakan bahwa sakit kepala setelah bekerja itu wajar
6) 70% lansia mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah penyakit
orang yang sudah lanjut usia
Data Objektif:
1) Lansia laki-laki tampak merokok saat dilakukan pengkajian
2) Bau asap rokok dari mulut lansia laki-laki saat berbicara
3) 40% tekanan darah lansia termasuk dalam golongan normal-tinggi yaitu
tekanan sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg
4) 50% tekanan darah lansia termasuk dalam golongan hipertensi derajat I
(ringan) yaitu tekanan sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
5) 10% tekanan darah lansia termasuk dalam golongan hipertensi derajat II
(sedang) yaitu tekanan sistolik 160-169 mmHg dan diastolik 100-109
mmHg
b. Perilaku kesehatan komunitas cenderung beresiko di Desa Jelbuk Dusun
Krajan Timur 1 berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyebab
penyakit hipertensi yang ditandai dengan
Data Subjektif:
1) 90% lansia laki-laki mengatakan bahwa ia merokok dan minum kopi setiap
hari
2) 10% lansia wanita mengatakan bahwa ia sering menginang
3) 70% lansia mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah penyakit orang
yang sudah lanjut usia
4) 70% lansia laki-laki mengatakan tidak bisa bekerja apabila tidak meminum
kopi
5) 70% lansia laki-laki mengatakan tidak apa-apa merokok asal tidak terlalu
banyak
Data Objektif:
1) Lansia laki-laki tampak merokok saat dilakukan pengkajian
2) Bau asap rokok dari mulut lansia laki-laki saat berbicara
III. Perencanaan
a. Tujuan Umum:
Selama dilakukan asuhan keperawatan selama dua kali pertemuan diharapkan
masyarakat dapat mengetahui bagaimana pencegahan hipertensi terutama pada
lansia.
b. Tujuan Khusus:
2.
c. Waktu
d. Tempat
Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, lansia di Desa
Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, lansia di Desa
Pokok Bahasan
Konsep dasar penyakit hipertensi dan cara perawatannya.
5.
Subpokok Bahasan
a. Pengertian penyakit hipertensi.
b. Penyebab penyakit hipertensi.
c. Tanda dan gejala penyakit hipertensi.
d. Komplikasi penyakit hipertensi.
e. Perawatan penyakit hipertensi.
6.
Waktu
Pukul 08.00-08.30 WIB (1x30 menit)
7.
8.
Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran: ceramah, diskusi
b. Landasan teori: konstruktivisme
c. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana diskusi yang nyaman
2) Mendiskusikan masalah terkait penyakit hipertensi yang terjadi di
masyarakat khususnya lansia
3) Menjelaskan konsep dasar penyakit hipertensi
4) Mengidentifikasi cara perawatan penyakit hipertensi
Persiapan
Pemateri mencari artikel tentang penyakit hipertensi yang ada di
masyarakat dan cara perawatan penyakit hipertensi yang benar dan tepat.
10.
Kegiatan penyuluhan
Pendahuluan :
Sasaran
Menjawab
- Memberi salam
Mendengarkan
30 menit
senam hipertensi
Kegiatan inti
Memperagakan
20 menit
bersama masyarakat
Penutup
-Evaluasi
- Mengajukan pertanyaan lisan
untuk mengetahui kemampuan
Mendengarkan
Menjawab
pertanyaan
Menjawab salam
5.
6.
a. Hari/Tanggal
b. Waktu
c. Tempat
Penyuluh
Kegiatan
No
Waktu
1. 10 menit
Kegiatan penyuluhan
Pendahuluan
Sasaran
Menjawab
a. Memberi salam
b.Menjelaskan
Mendengarkan
materi
yang
disampaikan
cakupan
akan
dan
30 menit
senam hipertensi
Kegiatan inti
Melakukan
hipertensi
3.
20 menit
Memperagakan
senam
bersama
masyarakat
Penutup
Mendengarkan
a. Evaluasi
Menjawab
b. Mengajukan pertanyaan
pertanyaan
lisan untuk mengetahui
Menjawab salam
kemampuan
sasaran
dalam melakukan senam
hipertensi
c. Mengakhiri
salam
Lampiran
a. SOP senam hipertensi
b. Media pembelajaran: laptop dan sound system
c. Daftar hadir peserta senam hipertensi
dengan
V. EVALUASI
1. Pendidikan Kesehatan Tentang Hipertensi
a. Struktur
1) Persiapan tempat: pendidikan kesehatan dilakukan di rumah kader
Posyandu B. Mulyana di Desa Jelbuk Dusun Krajan Timur 1.
2) Persiapan media: media yang digunakan leaflet.
3) Persiapan peserta: jumlah target peserta pendidikan kesehatan
adalah 20 orang
b. Proses
1) Kegiatan terlambat 60 menit yang seharusnya pada pukul 08.00
menjadi pukul 09.00 WIB.
2) Selama acara berlangsung, audiens aktif bertanya dan mengikuti
kegiatan pendidikan kesehatan hingga selesai.
c. Hasil
1) 75% masyarakat yang hadir antusias untuk bertanya dan menanggapi
informasi yang telah disampaikan.
2) 80% masyarakat yang datang dapat mengulang informasi yang telah
disampaikan.
3) Masayarakat menanggapi dengan positif saran yang diberikan untuk
menurunkan darah tinggi dengan pernyataan akan mencoba
melaksanakan saran yang diberikan
2. Senam Pencegahan Stroke
a. Struktur
1) Persiapan tempat: pendidikan kesehatan dilakukan di rumah kader
Posyandu B. Mulyana di Desa Jelbuk Dusun Krajan Timur 1.
2) Persiapan media: laptop dan sound system
3) Persiapan peserta: jumlah target peserta senam hipertensi adalah 20
b.
c.
orang
Proses
1) Peserta memperhatikan penjelasan penyaji
2) Media dapat digunakan secara aktif
3) 100% masyarakat dapat mengikuti gerakan senam
4) Masyarakat antusias dalammengikuti gerakan yang diinstruksikan
Hasil
1) 80% masyarakat mengatakan gerakan yang diberikan menyenangkan
2) 75% masyarakat menyatakan senam yang telah diberikan membuat
badan mereka rileks
LAMPIRAN 1
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia.
Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan
darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik atau 90mmHg diastolik.
(Corwin, 2000).
2. Penyebab
Menurut Gunawan (2001) penyebab hipertensi adalah sebagai berikut.
a. Faktor keturunan
Data statistik menunjukkan bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah usia,
jenis kelamin, dan ras. Semakin bertambah usia, maka tekanan darah juga
akan meningkat. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi daripada
wanita. Data statistik di Amerika menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi pada orang kulit hitam dua kali lebih banyak daripada orang
kulit putih.
c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres dan
pengaruh lain seperti merokok, minum minuman beralkohol, minum obatobatan seperti ephedrin, prednison, epinefrin.
(hemiplegia) atau
dapat
melemah
sehingga
meningkatkan
kemungkinan
5. Perawatan Penyakit
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga
dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga
yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien
hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun
cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat
badan, menghindari alkohol, modifikasi diet dan yang mencakup psikis antara
lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan
adrenalin yang
b.
c.
Penderita
LAMPIRAN 2
LEAFLET PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI
LAMPIRAN 3
SOP SENAM PENCEGAHAN STROKE
2. TUJUAN
3. INDIKASI
4. KONTRAINDIKASI
5. PERSIAPAN PASIEN
NO
REVISI:
HALAMAN:
DITETAPKAN OLEH:
6. PERSIAPAN ALAT
a.
b.
c.
d.
e.
7. CARA KERJA
8. HASIL
dengan sandaran
c. Kelas tiga
Klien yang mampu berdiri stabil tanpa alat
bantu
Baju training yang tidak terlalu sempit dan
menyerap keringat
Alas tidur
Kursi
Lingkungan sekitar cukup kondusif untuk
digunakan sebagai sarana untuk melakukan
senam pencegahan dan penanggulangan stroke
Keluarga berkeinginan untuk membantu dan
ikut terlibat dalam memotivasi dan membantu
klien atau terapis dalam pelaksanaan program
tersebut
a. Respon verbal
Klien akan mengungkap perasaan rileks yang
dirasakan baik secara fisik maupun psikologis,
merasa senang telah menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan gerak motorik,
tidak mengalami ketegangan otot, dan dapat
beristirahat
b. Respon non verbal
Klien tampak lebih rileks, menunjukkan
peningkatan kemampuan gerak motorik, dan
segar.