Você está na página 1de 7

2.1.1.

Tatalaksana
Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan penderita
depresi. Pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan paling efektif dengan
mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater dengan pemberian psikoterapi oleh
psikolog.5
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa memerlukan
tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit,
umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya. Bila seseorang menderita depresi berat,
maka diperlukan seorang yang dekat dan yang dipercayainya untuk membantunya selama
menjalani pemeriksaan dan pengobatan depresi tersebut.Kadang seorang penderita depresi berat
perlu rawat inap di rumah sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat jalan. 5
1.

Terapi psikologi
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian, dan

optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya


prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal pekerjaan) arahkan pasien terutama selama
episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.
Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi ringan dan
sedang. Diyakini oleh sebagian orang ketidak berdayaan yang dipelajari, depresi diterapi
dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman
sukses. Dari perpektif kognitif pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiranpikiran negatif dan harapan-harapan negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan. 5
2.

Farmakoterapi

Untuk melakukan pengobatan farmakoterapi pada pasien dengan gangguan


depresi sedang dan berat, ada 3 tahapan yang harus dipertimbangkan antara lain:
a.

Fase akut, fase ini berlangsung 6 sampai 10 minggu. pada fase ini bertujuan untuk
mencapai masa remisi ( tidak ada gejala ).

b.

Fase lanjutan, fase ini berlangsung selama 4 sampai 9 bulan setelah mencapai
remisi. pada fase ini bertujuan untuk menghilangkan gejala sisa atau mencegah
kekambuhan kembali.

c.

Fase pemeliharaan, fase ini berlangsung 12 sampai 36 bulan. Pada fase ini
tujuannya untuk mencegah kekambuhan kembali.
Obat antidepresan terdiri dari beberapa golongan, yaitu golongan ikatan trisiklik

dan tetrasiklik, golongan Mono Amine Oxidase Inhibitor (MAOI) Reversible, golongan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor, golongan antidepresan atipikal.
1

Golongan Ikatan Trisiklik dan Tetrasiklik


Semua trisiklik memiliki inti tiga cincin dalam struktur

molekulernya

sedangkan tetrasiklik memiliki inti empat cicin dalam struktur molekulernya. Obat
trisiklik memiliki banyak sifat farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dan
memiliki sfat reaksi merugikan yang mirip. Obat tetrasiklik awalnya diperkenalkan
berbeda secara bermakan dengan trisiklik , tetapi penelitian lebih lanjut dan pemaikain
klinis telah menunjukkan bahwa kedua-duanya paling baik dipandang sebagai anggota
keluarga besar obat (Kaplan dkk, 2010).
Efek jangka pendek obat trisiklik dan tetrasiklin adalah untuk menurunkan
ambilan kembali norepinefrin dan serotonin, dan menghambat reseptor asetilkolin
muskarinik dan histamin (Ciraulo dkk, 2011).
Pemberian jangka panjang obat trisiklik dan tetrasiklik menyebabkan penurunan
jumlah reseptor beta adrenergik dan kemungkinan yang serupa dalam jumlah reseptor
serotonin tipe 2 (Kaplan dkk, 2010).
Efek samping obat trisiklik dan tetrasiklik, yaitu mampu merangsang aktivitas
antikolinergik (antimuskarinik) yang dapat menyebabkan sembelit, mulut kering,
retensi urin dan dispepsia. Pada pasien usia lanjut, efek samping yang lebih berat
seperti takikardia, kebingungan, agitasi bahkan delirium dapat terjadi. Sementara reaksi
antagonis alfa1-adrenergik dan reaksi antihistamin masing-masing dapat menyebabkan
hipotensi ortostatik dan peningkatan berat badan (Ciraulo dkk, 2011).
Tabel 1. Dosis Obat Trisiklik dan Tetrasiklik pada Orang Dewasa

Dikutip dari Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical


Pharmacology and Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston
University School of Medicine. England. Hal: 33-100.

Golongan Mono Amine Oxidase Inhibitor (MAOI)


Penghambat monoamine oksidase merupakan terpilih untuk gangguan depresi sebagai
indikasi utamanya dan biasanya memiliki kemanjuran yang sama jika dibandingkan
dengan obat antidepresan lainnya. MAOI sekarang jarang digunakan dikarenakan
pembatasan diet yang harus diikuti untuk menghindari krisis hipertensi akibat konsumsi
tyramine.

Empat jenis MAOI yang sering digunakan di Amerika Serikat, yaitu

Isocarboxazid, Phenelzine, Tranylccypromine dan Selegiline (Kaplan dkk, 2010).


Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Farmakokinetik. Perbedaan utama antara SSRI terletak terutama pada sifat
farmakokinetiknya, terutama waktu paruhnya. Fluoxetine memiliki waktu paruh
terpanjang, 2 sampai 3 hari; metabolit aktifnya memiliki waktu paruh 7 sampai 9 hari.
Waktu paruh SSRI lain adalah jauh lebih pendek, kira-kira 20 jam, dan SSRI tersebut
tidak memiliki metabolit aktif yang penting. Semua SSRI diabsorpsi baik setelah
pemberian oral dan memiliki efek puncaknya dalam rentang 4 sampai 8 jam.Semua
SSRI dimetabolisme dalam hati. Pada umunya, makanan tiak memiliki efek yang besar
pada absorpsi SSRI; pada kenyataannya, pemberian SSRI dengan makanan sering
menurunkan insidensi gejala mual dan diare yang sering berhubungan dengan
3

pemakaian SSRI. Beberapa efek samping SSRI yang sering adalah: sakit kepala, sulit
tidur, gangguan pencernaan, dan resah/ gelisah.5
Farmakodinamik. SSRI memiliki 2 ciri yang sama yaitu, pertama, semua SSRI
memiliki aktivitas spesisfik dalam hal inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek
pada ambilan noreprinefrin atau dan dopamin. SSRI tidak memiliki sama sekali
aktivitas agonis dan antagonis pada tiap reseptor neurotransmiter. Tidak adanya aktivitas
pada reseptor antikolinergik, antihistaminergik, dan anti- adrenergik-, adalah dasar
farmakologis untuk rendahnya insidensi efek samping yang terlihat pada pemberian SSRI.

Tabel 2. Dosis Obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor pada Orang Dewasa

Dikutip dari Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical


Pharmacology and Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston
University School of Medicine. England. Hal: 33-100.

Golongan Antidepresan Atipikal


Golongan antidepresan atipikal adalah obat antidepresan yang tidak cocok jika
dimasukkan dalam klasifikasi obat antidepresan lainnya (trisiklik, MAOI, dan SSRI).
Jenis obat antidepresan atipikal, yaitu bupropion, venlafaxine, mirtazapine, dan
Trazodone.
-

Venlafaxine
Venlafaxine termasuk golongan Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors
(SNRI). SNRI pada dasarnya perkembangan dari obat SSRI dan memiliki efikasi
lebih tinggi dari pada SSRI karena SNRI mempunyai mekanisme ganda, yaitu
menghambat transporter serotonin dan norepinefrin. Obat golongan SNRI yang
digunakan adalah venlafaxine.
Venlafaxine adalah inhibitor nonselektif ambilan kembali 3 amin biogenic, yaitu
serotonin, norepiefrin, dan dopamin. Obat ini paling kuat sebagai inhibitor ambilan
4

kembali serotonin, tetapi potensinya sebagai inhibitor ambilan kembali


norepinefrin juga tinggi, dan potensinya sebagai inhibitor ambilan kembali
dopamine cukup bermakna.
Bila venlafaxin tersedia dalam bentuk tablet 37,5 mg dan 75 mg. dosis awal
lazimnya pada pasien depresi rawat jalan adalah 75 mg sehari, diberikan dalam 2
sampai 3 dosis terbagi. Pada populasi pasien tersebut dosis dapat ditingkatkan
sampai 150 mg sehari, diberikan dalam 2 atau 3 dosis terbagi setelah periode
pemeriksaan klinis yang cukup dengan dosis lebih rendah. Dosis maksimum
venlafaxine adalah 375 mg sehari. 5
-

Bupropion
Bupropion termasuk golongan

Norepinephrine and Dopamine Reuptaking

Inhibitors (NDRI), NDRI bekerja pada transporter norepineprin dan dopamine


sehingga meningkatkan jumlah kedua neurotransmitter tersebut pada postsynaptic
cell. Bupropion juga tidak menyebabkan disfungsi seksual dan penambahan berat
badan sehingga diindikasikan pada orang yang mengalami disfungsi seksual akibat
SSRI.
Bupropion tersedia dalam bentuk tablet 75 mg dan 100 mg. awal terapi pada pasien
dewasa rata-rata harus 100 mg per oral 2kali sehari. Pada hari ke empat terapi dosis
dapat ditingkatkan 100 mg per oral 3 kali sehari. Dosis tunggal bupropion tidak
boleh melebih 150 mg dan dosis harian total tidak boleh melebih 450 mg. 5
-

Mirtazapine
Mirtazapine termasuk golongan Noradrenergic and specific antidepressants
(NaSSA). Cara kerja NaSSA adalah dengan menghambat reseptor alfa-2 adrenergik
pada presinaptik dan postsinaptik tetapi juga memiliki afinitas yang rendah pada
reseptor alfa-1 adrenergik. NaSSA juga menghambat reseptor serotonin 5HT2 dan
5HT3. Dosis awal yang harus diberikan adalah 15 mg dan maksimal 45 mg
dikonsumsi setiap malam sebelum tidur (Halverson, 2015).

Trazodone
Trazodone efektif dalam penanganan depresi mayor dengan cara menghambat
ambilan semula serotonin dan modulasi neurotransmisi serotonergik. Trazodone
juga mempunyai peran signifikan dalam menghambat reseptor histamine (H1).
Trazodone dapat memperbaiki kualitas tidur hingga menurunkan jumlah dan lama
terjaga di malam hari. Trazodone sering diberikan pada dosis rendah yaitu antara
25 mg hingga 50mg sebagai pelengkap SSRI dalam merawat masalah insomnia.
5

Algoritma pengobatan farmakoterapi episode depresi sedang atau berat tanpa ada
kontrindikasi terhadap antidepresan.
Gambar 1. Algoritma Pengobatan Farmakoterapi Episode Depresi Sedang/ Berat
Pasien depresi yang secra fisik sehat tanpa ada kontraindikasi terhadap antidepresan
SSRI (dipilih tergantung beberapa faktor)

Terapi gagal, tidak ada respon

Respon parsial

Remisi penuh

atau timbul efek samping


Dipastikan kepatuhan
pengobatan
Diganti dengan alternatif lain

Tingkatkan dosis, ganti


dengan antidepresan
lainnya atau terapi
kombinasi (dengan
Lithium)

( SSRI yang lain,

Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan

Remisi penuh

Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan
Dikutip
dari Yuniastuti. 2013. Evaluasi Terapi Obat Antidepresan pada Pasien Depresi
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2011-2012. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Indonesia. Hal: 1-10.

Jika obat yang diberikan kepada pasien tidak berespon setelah pemakaian 2
minggu atau 3 minggu maka periksa apakah obat memang benar dikonsumsi secara
teratur atau ada disposisi farmakokinetik (NICE, 2009).
Jika obat antidepresan pertama telah digunakan secara adekuat dan konsentrasi
plasma yang adekuat telah dicapai tetapi tidak memberikan respon yang maksimal
maka dapat dilakukan dua pilihan, yaitu memperkuat obat dengan lithium, liothyronine
atau L-tryptophan atau mengganti agen primer alternatif.
6

Jika pengobatan 2 atau 3 minggu pertama memiliki respon maka dokter wajib
meyakinkan pasien depresi untuk melanjutkan pengobatan minimal 6 bulan. Sarankan
pasien depresi untuk melanjutkan pengobatan paling sedikit 2 tahun untuk pasien yang
berisiko relaps. Pasien yang berisiko relaps, yaitu pasien yang memiliki riwayat depresi
lebih atau sama dengan 2 episode, pasien yang memiliki gangguan fungsional yang
berat, pasien yang memiliki riwayat pengobatan yang lama.
Terapi alternatif terhadap terapi obat, yaitu elektrokonvulsif dan fototerapi.
Terapi elektrokonvulsif biasanya digunakan jika pasien tidak respon terhadap
farmakoterapi, pasien tidak menoleransi farmakoterapi, situasi klinis sangat parah
sehingga diperlukan perbaikan cepat yang terlihat pada elektrokonvulsif. Fototerapi
adalah suatu pengobatan baru yang telah digunakan pada pasien yang menderita
gangguan mood dengan pola musiman.5

Você também pode gostar