Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan dkk,
2010). Gangguan depresi merupakan gangguan yang banyak kita jumpai dalam
praktik sehari-hari dan dapat mengenai semua usia.1
Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta
penduduk dunia mengalami depresi. Survey yang dilakukan di 17 negara eropa,
rata-rata 1 dari 20 orang pernah mengalami depresi (Marcus, 2012). Prevalensi
gangguan mental emosional penduduk di atas 15 tahun di Indonesia berdasarkan
data Riskesdas tahun 2007 mencapai 11,6% atau diderita sekitar 19 juta orang
(RISKESDAS, 2007).
Depresi lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan risiko 2
kali lebih besar. Sekitar 50% dari semua pasien mempunyai onset antara 20-50
tahun. Pada umumnya, depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
Depresi dihubungkan dengan faktor biologi, genetik, dan psikososial. (Kaplan
dkk, 2010). Neurotransmitter yang mungkin berkurang pada gangguan depresi
adalah norepineprin, dopamin, dan serotonin. 1
Gangguan depresi paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup
sekitar 15%. Perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal ini
diduga adanya perbedaan hormon. Rata-rata usia penderita sekitar 40 tahun. Data
terkini menunjukkan, gangguan depress berat diusia kurang dari 20 tahun, yang
mungkin
berhubungan
dengan
meningkatnya
pengguna
alkohol
dan
penyalahgunaan zat. 1
Pengobatan yang diberikan adalah terapi farmakologis, yaitu obat
antidepresan, seperti obat trisiklik, tetrasiklik, Monoamine oxidase inhibitors
(MAOIs) atau Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRIs), perawatan di
rumah sakit, dan terapi psikososial, termasuk terapi kognitif, terapi interpersonal,
terapi keluarga, terapi perilaku, dan terapi berorientasi psikoanalitis. 1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Status perkawinan
e. Agama
f. Tingkat pendidikan
g. Warga negara
h. Suku bangsa
i.
: Tn.YM
: Laki-laki
: 45 tahun
: Sudah Menikah
: Islam
: S1
: Indonesia
: Jawa
Alamat: Perum Villa Kenari Blok P1 Mayang
h. Riwayat pekerjaan
Pemeriksa
Pasien
pemeriksa)
Interpretasi
Kontak (+) adekuat
Perhatian (+)
Konsentrasi cukup
(tersenyum dan
mengulurkan tangan)
Kooperatif
Iya boleh
Pak saya mau ngobrol
sebentar dengan bapak,
boleh ya?
kondisi bapak.
Afek depresif
Preokupasi
Perasaan inferior
Irritable (+)
Afek depresif
dari saya.
Beruntung ekonominyo cukup,
Afek depresif
Kehilangan minat (+)
Mudah lelah (+)
Insomnia (+)
bisikan-bisikan yang
menyuruh bapak atau yang
membuat bapak ingin
marah?
Irritable (+)
bunuh diri.
Bapak pernah gak punya ide
bunuh diri, atau mau
menyakiti diri sendiri?
Baiklah, sekian. terima kasih
pak atas bincangbincangnya.
III.PEMERIKSAAN
A. STATUS INTERNUS
1) Keadaan Umum
Sensorium
: Compos mentis
Frekuensi nadi : 88x/menit
Tekanan darah :110/70 mmHg
Suhu
: 36,7 0C
Frekuensi napas : 20 x/menit
B. STATUS NEUROLOGIKUS
1)
2)
3)
4)
Nervus kranialis
: tidak ada kelainan
Gejala rangsang meningeal
: tidak ada
Gejala peningkatan tekanan intracranial : tidak ada
Mata
Gerakan
: baik ke segala arah
Persepsi mata
: baik, visus normal
Pupil
: bentuk bulat, sentral, isokor, 3mm/3mm
Refleks cahaya
: +/+
Refleks kornea
: +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
5) Motorik
Fungsi Motorik
Lengan
Tungkai
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Luas
Luas
luas
luas
Kekuatan
Tonus
Eutoni
Eutoni
eutoni
eutoni
Klonus
Refleks fisiologis
Refleks patologis
6) Sensibilitas
7) Susunan syaraf vegetatif
: normal
: tidak ada kelainan
8) Fungsi luhur
9) Kelainan khusus
C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium
: Compos Mentis
b. Perhatian
: adekuat
c. Sikap
: kooperatif
d. Inisiatif
: ada
e. Tingkah laku motorik : normoaktif
f. Ekspresi fasial
: sedih
g. Verbalisasi
: lancar dan jelas
h. Cara bicara
: lancar
i. Kontak psikis
Kontak fisik
Kontak mata
Kontak verbal
: ada, adekuat
: ada, adekuat
: ada, adekuat
a. Keadaan afektif
Afek
Mood
: depresif
: hipotimik, depresi
b. Hidup emosi
Stabilitas
: stabil
Skala diferensiasi
Dalam-dangkal
: dalam
Einfuhlung
Pengendalian
Adekuat-Inadekuat
: adekuat
: baik
Daya konsentrasi
: baik
: sesuai
Discriminative judgement
: baik
Discriminative insight
: baik
: baik
: menyempit
: bisa diraba rasa
:cepat
: tidak ada
: baik
Arus pikiran
- Flight of ideas
- Inkoherensi
- Sirkumstansial
- Tangensial
- Terhalang(blocking)
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Terhambat (inhibition)
ada
Perseverasi
Verbigerasi
: tidak ada
: tidak ada
-Rasa permusuhan/dendam
-Perasaan berdosa/salah
- Hipokondria
- Ide bunuh diri
- Ide melukai diri
- Lain-lain
: tidak ada
: tidakada
: tidak ada
: ada
: ada
: tidak ada
: tidak
Isi pikiran
-Waham
-Pola Sentral
-Fobia
-Konfabulasi
-Perasaan inferior
-Kecurigaan
: tidak ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada
: ada
: tidak ada
Obsesi
Preokupasi
Bentuk pikiran
- Autistik
- Simbolik
- Dereistik
- Simetrik
- Paralogik
- Konkritisasi
- Overinklusif
: tidak ada
: ada
- Aliensi
:tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: ada
: baik
: baik
: baik
Pemeriksaan elektroensefalogram
Pemeriksaan radiologi/ CT scan
Pemeriksaan laboratorium
Skoring depresi
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
12
masalah.
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
cara berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapi.
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan solat lima waktu,
menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada
Allah SWT.
II. PROGNOSIS
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungsionam: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
DEPRESI
14
15
Pada model binatang, hampir semua terapi antidepresan somatik yang efektif
adalah disertai dengan penurunan kepekaan reseptor pascasinaptik adrenergikbeta dan 5-hydroxytryptamine tipe 2 (5-HT2) setelah terapi jangka panjang.
Noreprinefrin. Dalam beberapa penelitian diduga adanya peranan
langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Jenis bukti lain juga melibatkan
reseptor adrenergik alfa-2 dalam depresi, karena aktivasi reseptor tersebut
menyebabkan penurunan jumlah noreprinefrin yang dilepaskan. Reseptor
adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah
serotonin yang dilepaskan.
Serotonin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan
beberapa pasien yang bunuh diri memliki konsentrasi metabolit serotonin di
dalam cairan serebrospinalis yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan
serotonin yang rendah di trombosit, beberapa pasien depresi juga memiliki
respons neuroendokrin yang abnormal, sebagai contoh hormon pertumbuhan,
prolaktin, dan hormon adrenokortikotropin (ACTH) terhadap provokasi dengan
agen serotonerik.
Dopamin. Walaupun noreprinefrin dan serotonin adalah amin
biogenik adalah amin biogenik yang paling sering dihubungkan dengan
patofisiologi depresi, dopamin juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam
depresi. Data menyakan bahwa aktvitas dopamin mungkin menurun pada
depresi dan meningkat pada mania.
Regulasi neuroendokrin. Hipotalamus adalah pusat regulasi sumbu
neurohormonal dan hipotalamus sendiri menerima banyak masukan (input)
neuronal yang menggunakan transmiter amin biogenik. Berbagai disregulasi
telah dilaporkan pada pasien dengan gangguan mood.Kelainan neuroendokrin
yang telah digambarkan pada pasien dengan gangguan mood adalah penurunan
sekresi nokturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin, penurunan kadar
FSH dan LH, dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki.
Sumbu adrenal. Hubungan antara hipersekresi kortisol dan depresi
adalah salah satu pengamatan paling tua dalam psikiatri biologi. Neuron di
nukleus
paraventrikular
(PVN;
paraventricular
nucleus)
melepaskan
16
efek
psikososial,
tetapi
juga,
factor
nongenetik
telah
lama
direplikasi
bahwa
peristiwa
kehidupan
yang
paling
berhubungan
dengan
perkembangan
depresi
dan
dari
banyak
laporan,
18
19
terdepresi. Pasien depresi juga memiliki pandangan negatif tentang dunia dan
dirinya sendiri.2
3.1.5 Diagnosis
a. Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.4
Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :
Gejala lainnya:
o
o
o
o
o
o
o
Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPADAGJ III :
20
21
3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau
penambahan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam
satu bulan) atau peningkatan atau penurunan nafsu makan hampir setiap hari.
Catatan: pada anak-anak pertimbangkan kegagalan untuk mencapai berat badan
yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia pada hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor pada hampir tiap hari (dapat dilihat oleh
orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif adanya kegelisahan atau
menjadi lamban).
6. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat
(mungkin bersifat waham) hampir setiap hari.(tidak semata-mata mencela diri
sendiri atau menyalahkan karena sakit).
8. Kehilangan kemampuan berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat
mengambil keputusa hampir setiap hari (baik oleh keterangan subjektif atau
seperti yang dilihat oleh orang lain).
9. Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri
yang rekuren tanpa rencana spesifik atau usaha bunuh diri atau rencana khusus
untuk melakukan bunuh diri.
B. Gejala tidak memenuhi kriteri episode campuran.
C. Gejala menyebabkan penderitaaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting penting lain.
D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalah gunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum (misal,
hipotiroidisme).
E. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh Dukacita, yaitu, setelah kehilangan
orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau dengan rasa tidak
berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.
3.1.6 Tatalaksana
Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk
memulihkan penderita depresi. Pada sebagian besar kasus, pengobatan
22
dan
optimistik.
Bantu
pasien
mengindentifikasi
dan
23
24
25
adalah: sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, dan resah/ gelisah.5
Farmakodinamik. SSRI memiliki 2 ciri yang sama yaitu, pertama, semua SSRI
memiliki aktivitas spesisfik dalam hal inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek
pada ambilan noreprinefrin atau dan dopamin. SSRI tidak memiliki sama sekali
aktivitas agonis dan antagonis pada tiap reseptor neurotransmiter. Tidak adanya
aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistaminergik, dan anti- adrenergik-,
adalah dasar farmakologis untuk rendahnya insidensi efek samping yang terlihat
pada pemberian SSRI.
Fluoxetine. Pada pasien dengan depresi, dosis awal pemberian depresi biasanya 20
mg peroral tiap hari, biasanya diberikan di pagi hari, karena insomnia adalah suatu
efek merugikan yang potensial dari obat. Fluoxetine harus dimakan bersama dengan
makanan untuk menekan kemungkinan muntah. Waktu paruh obat yang lama dan
metabolitnya menyebabkan diperlukannya waktu 4 minggu untuk mencapai kadar
stabil. Seperti semua antidepresan yang lainnya, efek samping fluoxetine dapat
terlihat dalam 1 sampai 3 minggu pertama, tetapi klinisi harus menunggu sampai
pasien telah menggunakan obat selama 4 sampai 6 minggu sebelum menilai aktivitas
26
Venlafaxine
Venlafaxine termasuk golongan Serotonin and Norepinephrine Reuptake
Inhibitors (SNRI). SNRI pada dasarnya perkembangan dari obat SSRI dan
memiliki efikasi lebih tinggi dari pada SSRI karena SNRI mempunyai
mekanisme ganda, yaitu menghambat transporter serotonin dan norepinefrin.
Obat golongan SNRI yang digunakan adalah venlafaxine.
27
Bupropion
Bupropion termasuk golongan
Mirtazapine
Mirtazapine
termasuk
golongan
Noradrenergic
and
specific
28
Trazodone
Trazodone efektif dalam penanganan depresi mayor dengan cara
menghambat ambilan semula serotonin dan modulasi neurotransmisi
serotonergik.
Trazodone
juga
mempunyai
peran
signifikan
dalam
Respon parsial
Remisi penuh
Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan
Remisi penuh
Menjaga 4 9
bulan untuk terapi
lanjutan, jika perlu
12 36 bulan
29
Dikutip dari Yuniastuti. 2013. Evaluasi Terapi Obat Antidepresan pada Pasien
Depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2011-2012. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Indonesia. Hal: 1-10.
Jika obat yang diberikan kepada pasien tidak berespon setelah pemakaian 2
minggu atau 3 minggu maka periksa apakah obat memang benar dikonsumsi secara
teratur atau ada disposisi farmakokinetik (NICE, 2009)
Jika obat antidepresan pertama telah digunakan secara adekuat dan
konsentrasi plasma yang adekuat telah dicapai tetapi tidak memberikan respon yang
maksimal maka dapat dilakukan dua pilihan, yaitu memperkuat obat dengan lithium,
liothyronine atau L-tryptophan atau mengganti agen primer alternatif.
Jika pengobatan 2 atau 3 minggu pertama memiliki respon maka dokter wajib
meyakinkan pasien depresi untuk melanjutkan pengobatan minimal 6 bulan.
Sarankan pasien depresi untuk melanjutkan pengobatan paling sedikit 2 tahun untuk
pasien yang berisiko relaps. Pasien yang berisiko relaps, yaitu pasien yang memiliki
riwayat depresi lebih atau sama dengan 2 episode, pasien yang memiliki gangguan
fungsional yang berat, pasien yang memiliki riwayat pengobatan yang lama.
Terapi alternatif terhadap terapi obat, yaitu elektrokonvulsif dan fototerapi.
Terapi elektrokonvulsif biasanya digunakan jika pasien tidak respon terhadap
farmakoterapi, pasien tidak menoleransi farmakoterapi, situasi klinis sangat parah
sehingga diperlukan perbaikan cepat yang terlihat pada elektrokonvulsif. Fototerapi
adalah suatu pengobatan baru yang telah digunakan pada pasien yang menderita
gangguan mood dengan pola musiman.5
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
yang dialami sejak beberapa bulan ini berupa kehilangan minat dan kegembiraan,
mudah lelah, dan mood hipotimik, disertai gejala tambahan berupa, perasaan putus
asa dan pesimis tentang masa depan, tidur terganggu dimana ketika terbangun sulit
untuk tidur lagi, nafsu makan berkurang dan adanya usaha untuk bunuh diri dalam 2
minggu terakhir.
Pada pasien ini berdasarkan PPADAGJ III dapat ditegakkan diagnosis aksis I
sebagai Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2). Pada aksis I ditegakkan
bahwa pasien mengalami episode depresif berat karena memenuhi 3 gejala utama
depresi yaitu adanya afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya rasa mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada pasien juga terdapat 4 gejala lainnya yang mendukung
diagnosis episode depresif berat, yaitu adanya pandangan tentang masa depan yang
suram, ide untuk bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Dari
alloanamnesis dan autoanamnesis juga tidak didapatkan gejala yang mengarah pada
gangguan psikotik seperti delusi, halusinasi visual, halusinasi auditorik, atau waham.
Pada diagnosis aksis II, didapatkan pasien mempunyai ciri kepribadian skizoid,
dimana pasien cenderung tertutup dengan orang lain dan tidak banyak cerita apabila
mempunyai masalah, baik dengan keluarganya atau teman pasien, dan pasien selalu
berusaha untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Pada aksis III tidak ada diagnosis
oleh karena pasien mengaku tidak menderita penyakit tertentu seperti sejak dulu
maupun akhir-akhir ini. Pada aksis IV dipilih stresor masalah pekerjaan karena
pasien mengaku mengalami banyak tekanan di lingkungan pekerjaannya, pasien
merasa tidak puas dengan jabatan yang dimilikinya saat ini dan merasa iri dengan
rekan kerjanya yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi. Disamping itu, pasien
mengaku bahwa memiliki banyak hutang sehingga pasien takut dengan pekerjaannya
yang sekarang tidak dapat melunasi hutangnya. Pada aksis V GAF scale adalah 7061 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik. Sedangkan menurut DSM-IV, pada pasien ini sudah terdapat lima
gejala berikut yang telah berlangsung dalam 2 minggu yang sama dan mewakili
perubahan dari fungsi sebelumnya; dimana salah satu sekurangnya satu dari gejala
adalah salah satu dari (1) mood depresif atau (2) kehilangan minat atau kesenangan,
dan disertai dengan gejala lainnya seperti insomnia , kelelahan atau hilangnya energi,
dan ide bunuh diri.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat:
Bina Rupa Aksara,2012. Hal: 791-815.
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
3. Tomb DA, Buku Saku Psikiatri.Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2004. Hal : 47-63
4. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam: Gangguan Kecemasan. Edisi 1.
Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141
5. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat:
Bina Rupa Aksara,2012.
6. Ciraulo, D. A., Shader, R. I. & Greenblatt, D. J. 2011. Clinical Pharmacology
and Therapeutics of Antidepressants. Department of Psychiatry, Boston
University School of Medicine. England.
34